Anda di halaman 1dari 10

Masalah Asas Legalitas

Dari Berbagai KUHP Asing

Oleh: Riswan Munthe


MENURUT KUHP NEGARA THAILAND

Ketentuan mengenai asas legalitas diatur


dalam Pasal 2 aturan umum buku I yang
berbunyi sbb:
“seseorang hanya akan dipidana apabila
perbuatan yang dilakukan olehnya ditetapkan
sebagai tindak pidana dan dipidananya
dirumuskan oleh UU yang berlaku pada saat
perbuatan itu dilakukan, dan pidana yang
dikenakan kepada si pelanggar adalah pidana
sebagaimana yang ditetapkan oleh UU itu.
apabila menurut UU yang ditetapkan kemudian,
perbuatan itu tidak lagi merupakan suatu tindak
pidana, orang yang melakukan perbuatan itu akan
dibebaskan sebagai pelaku/pelanggar ; dan apabila
ada putusan pemidanaan yang final (berkekuatan
tetap), orang itu akan dianggap belum pernah
dipidana untuk perbuatan itu, akan tetapi, apabila ia
sedang menjalani pidana itu, maka itu akan diakhiri
dengan segera”
Menurut KUHP Polandia

Ketentuan asas legalitas terdapat dalam Pasal 1


dan Pasal 2 bagian Umum Bab I di bawah judul
Prinsiples of Penal Liability.
Pasal 1:
Pertanggungjawaban pidana hanya akan
dikenakan pada seseorang yang dilakukan
suatu perbuatan yang membahayakan
masyarakat yang diancam pidana oleh UU yang
berlaku pada saat perbuatan itu dilakukana.
Pasal 2
(1)Apabila pada saat keputusan pengadilan, UU
yg berlaku adalah lain dari pada yg berlaku
pada saat tindak pidana dilakukan, maka UU
baru akan diterapkan, akan tetapi UU
terdahulu/lama harus diterapkan, apabila lebih
ringan bagi si pelaku.
(2) Apabila menurut UU yg baru, perbuatan yg
ditunjuk/diancam pidan itu tidak lagi dilarang
dgn ancaman pidana, pemidanaan itu akan
dihapuskan dgn berlakunya UU itu.

Perumusan pasal ini jelas menganut prinsip


yang sama dgn Pasal 1 (1) KUHP Indonesia,
yaitu asas lex temporis delicti (UU yg berlaku
adalah UU pada saat delik terjadi.
Pasal 2 KUHP Polandia, tampak ada dua
masalah yg ingin diatur oleh Pasal 2 yaitu:
a.Dlm hal UU baru tetap menyatakan perbuatan
yg diatur oleh UU lama sebagai perbuatan
yang dapat dipidana (tetap merupakan tindak
pidana), maka menurut ayat (1) pada
prinsipnya UU baru yang harus dinyatakan
berlaku, akan tetapi apabila ternyata UU lama
lebih meringankan bagi terdakwa, maka UU
lama yg harus diterapkan.
jadi, tidak jauh berbeda dgn prinsip dalam Pasal
1 (2) KUHP Indonesia, yaitu UU yg lebih
menguntungkan terdakwa yg diterapkan, akan
tetapi dlm KUHP Polandia ini ada penegasan
(perumusan eksplisit), bahwa pada prinsipnya
UU baru yg harus didahulukan atau dinyatakan
berlaku. Jadi dalam hal tidak ada perbedaan
antara UU lama dan UU baru, berlakulah
prinsip lex posterior derogat legipriori.
b. Dalam hal perbuatan menurut UU lama tidak
lagi merupakan tindak pidana menurut UU
baru, maka menurut, maka menurut ayat (2)
pidana menurut UU lama itu dinyatakan
hapus dengan berlakunya UU baru.
Sekian dan Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai