Anda di halaman 1dari 2

Pembaharuan Hukum Bagi Pidana Korupsi dalam Kitab Undang Undang Hukum Pidana

Terbaru dan Dampak yang timbul bagi Undang Undang Tindak Pidana Korupsi yang berlaku.
Nama : Willy Fernando
NIM : 2102010116
Kelas : 5C
Fakultas : Ilmu Hukum
Abstrak
Bersumber dari maraknya permasalahan terkait tindak pidana korupsi yang terjadi di negara
Republik Indonesia dari zaman order baru hingga sekarang. Maka dikeluarkanya Undang
Undang Nomor 3 Tahun 1971 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi yang mana
undang undang tersebut dikeluarkan pada masa order baru pada kepemimpinan Presiden
Soeharto yang kemudian Undang Undang tersebut dinyatakan tidak berlaku lagi setelah
digantikan oleh Undang undang nomor 31 Tahun 1999 tentang pemberantasan tindak pidana
korupsi. Undang-undang nomor 31 Tahun 1999 dibentuk pada era Presiden BJ Habibie pada
tahun 1999 sebagai komitmen pemerintahan BJ Habibie sebagai tegasnya pemberantasan
korupsi pasca tergulingnya rezim Orde Baru. Yang kemudian Undang Undang Nomor 31
Tahun 1999 diubah dengan Undang Undang Nomor 20 Tahun 2021 Tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi , Undang Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang komisi
pemberantasan tindak pidana korupsi dan Dicabut sebagian dan dimasukkan kembali
kedalam Kitab Undang Undang Hukum Pidana Nomor 1 Tahun 2023. Dalam hal ini penulis
bertujuan untuk menganalisa terkait bagaimana Indonesia menerapkan hukuman pada pelaku
pidana korupsi yang mana terdapat dua undang undang yang berlaku untuk menghukum para
pelaku tindak pidana korupsi.
Pokok Pembahasan
Pro dan Kontra perihal KUHP baru nomor 1 tahun 2023 bagian 3 yang mengatur kembali
pasal Tindak Pidana Korupsi pada Pasal 603 dan 604 mengenai hukuman pidana koruptor.
Pasal 603 yang berbunyi :
“Setiap Orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri,
orang lain atau korporasi yang merugikan keuangan negara atau perekonomian negara,
dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 2 (dua)
tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda paling sedikit kategori II dan
paling banyak kategori IV”.
Pasal 604 yang berbunyi :
“Setiap Orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri, orang lain, atau Korporasi
menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan
atau kedudukan yang merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, dipidana
dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 2 tahun dan paling
lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda paling sedikit kategori II dan paling banyak
kategori VI”.
Pada kedua pasal tersebut terdapat pidana denda paling sedikit kategori 2 dan paling banyak
kategori IV yang mana nominalnya adalah sebagai berikut :
Kategori II : Rp 10.000.000 (Sepuluh juta rupiah)
Kategori VI : Rp. 5.000.000.000 (Lima milyar rupiah)
Sedangkan dalam Undang Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi terdapat 2 pasal yang mengatur tentang Hukuman Tindak Pidana Korupsi
yaitu Pasal 2 dan 3 yang mana pasal tersebut di tarik kembali kedalam Kitab Undang Undang
Hukum Pidana. Pasal tersebut berbunyi sebagai berikut :
Pasal 2 ayat 1 berbunyi
“Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri
atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau
perekonomian negara, dipidana penjara dengan penjara seumur hidup atau pidana penjara
paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling sedikit
Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu
milyar rupiah)”.
Pasal 2 ayat 2 berbunyi
“Dalam hal tindak pidana korupsi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan dalam
keadaan tertentu, pidana mati dapat dijatuhkan.”
Pasal 3 berbunyi “Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang
lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada
padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau
perekonomian negara, dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara
paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan atau denda paling
sedikit Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00
(satu milyar rupiah)”.
Jika dilihat dari pasal pasal tersebut, keduanya memiliki plus minus tersendiri. Jika dalam
KUHP terbaru pidana minimum lebih rendah dibanding Undang Undang Tipikor namun
dalam KUHP terbaru Pidana Maximum lebih tinggi dibanding Undang Undang Tipikor.
Namun sangat disayangkan dalam KUHP terbaru tidak adanya hukuman terkait Pidana Mati
bagi tindak pidana korupsi yang dilakukan dalam keadaan tertentu. Dalam hal ini
menimbulkan tanda tanya besar yang justru menjauhkan efek jera dan menguntungkan bagi
para koruptor.
Jika dilihat dari Asas Lex Specialis Derogat Legi Generali bahwasanya peraturan yang lebih
khusus mengesampingkan peraturan yang lebih umum. Dalam Asas Lex Specialis Derogat
Generali hanya berlaku terhadap dua peraturan yang secara hierarki sederajat atau mengatur
mengenai materi yang sama. Jika berdasarkan asas ini Undang Undang Tindak Pidana
Korupsi akan tetap menjadi kasus extraordinary crime.
Namun dalam kasus ini maka Asas Lex Posterior Derogat Legi Priori yang akan berlaku
dimana asas ini berarti peraturan yang baru mengesampingkan peraturan yang lama. Artinya
jika asas ini yang berlaku maka Asas Lex Specialis Derogat Legi Generali sudah tidak
berlaku terhadap Undang Undang Tindak Pidana Korupsi yang menjadikan korupsi bukan
lagi sebagai Extraordinary Crime.

Anda mungkin juga menyukai