4. Salah satu unsur yang ada di dalam Pasal 2 ayat (1) UU No. 31 Tahun 1999 jo
UU No. 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi adalah
“yang dapat merugikan keuangan negara/perekonomian negara”. Berikan
penjelasan mengenai makna dari unsur ini! Penjelasan mencakup Putusan MK
No. 25/PUU-XIV/2016!
Jawab:
Putusan MK Nomor: 25/PUU-XIV/2016 mengakibatkan pergeseran delik
korupsi pada Pasal 2 ayat (1) dan Pasal 3 UU Tipikor dimana semula delik
formil menjadi delik materiil sehingga unsur kerugian keuangan negara harus
dibuktikan secara nyata (actual loss), akibatnya jika unsur ini tidak terbukti
terdakwa bebas dari jeratan hukum; 2) Efek penegakan hukum tindak pidana
korupsi pasca Putusan MK Nomor: 25/PUUXIV/2016 adalah proses
pembuktian unsur kerugian keuangan negara yang tak jarang ditemukan
beberapa kendala seperti: proses yang lama dalam penghitungan kerugian
keuangan negara, metode penghitungan kerugian keuangan negara yang
bervariasi, belum ada sinkronisasi lembaga mana yang berwenang dalam
menghitung dan mendeclare adanya kerugian keuangan negara. Simpulan
dalam penelitian ini adalah:
a) Putusan MK Nomor: 25/PUU-XIV/2016 mengakibatkan terjadinya
pergeseran delik korupsi yang semula delik formil menjadi delik
materiil, unsur kerugian keuangan negara harus dibuktikan secara
nyata (actual loss), unsur kerugian keuangan negara tidak terbukti
maka terdakwa bebas dari jeratan hukum.
b) Efek yang timbul dari penegakan hukum tindak pidana korupsi pasca
Putusan MK Nomor: 25/PUU-XIV/2016 adalah semakin sulitnya
pembuktian unsur kerugian keuangan negara karena prosesnya yang
tak jarang ditemukan beberapa kendala.
5. Apakah pidana mati dapat dijatuhkan bagi pelaku tindak pidana korupsi?
Jelaskan!
Jawab:
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 199 Juncto Undan
Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan
Tindak Pidana mengatur pidana mati dalam pasal 2 ayat (2) yang menyatakan
bahwa seseorang yang melakukan korupsi dapat dipidana mati jika unsurny
disertai dengan unsur keadaan tertentu yang mana keadaan tertentu yang
dimaksud adalah apabila tindak pidana tersebut dilakukan terhadap dana-dana
yang diperuntukkan bagi penanggulangan keadaan bahaya, bencana alam
nasional, penaggulangan akibat kerusuhan sosial yang meluas,
penanggulangan krisis ekonomi dan moneter, dan pengulangan tindak pidana
korupsi.