Anda di halaman 1dari 4

LEMBAR JAWABAN UJIAN TENGAH SEMESTER (UTS)

SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2020/2021


FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS DIPONEGORO

HUKUM PIDANA KHUSUS KELAS A


Kamis, 14 Oktober 2021

NAMA : Atanasius Mario Agung Dewanto


NIM : 11000118140400

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan hukum pidana khusus? Bagaimana


pengelompokkan sumber hukum pidana khusus? Beri contohnya masing-
masing 3 undang-undang!
Jawab:
Hukum Pidana Khusus adalah ketentuan-ketentuan hukum pidana yang
secara materiil berada diluar kodifikasi (KUHP) undang-undang diluar
kodifikasi ini misalnya undang-undang Korupsi, Undang-Undang Narkotika,
undang-undang Terorisme dan lain sebagainya.
Sumber hukum
UU no 30 tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
UU no 35 tahun 2009 tentang narkotika
UU no 45 tahun 2009 tentang perubahan asas UU no 31 tahun 2004 tentang
perikanan
UU no 4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara
UU no 23 tahun 2004 tentang Penghapusan kekerasan dalam Rumah Tangga
UU no 21 tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan
Orang
UU no 25 tahun 2003 tentang perubahan atas UU no 15 tahun 2002 tentang
Tindak Pidana Pencucian Uang
2. Jelaskan mengenai landasan hukum yang ada di dalam KUHP yang
memungkinkan berkembangnya hukum pidana khusus, serta berikan minimal
2 contoh ketentuan dalam undang-undang di luar KUHP yang menyimpang
dari KUHP!
Jawab:
Mengenai landasan hukum dalam KUHP sebagai jembatan yang membuat
Hukum Pidana Khusus dapat berkembang yaitu pada Pasal 103 KUHP yang
merupakan pasal jembatan bagi peraturan perundang-undangan yang
mengatur tentang hukum pidana diluar KUHP. Dalam penjelasannya pasal ini
menjembatani istilah yang berada dalam bab I-VIII buku satu KUHP dapat
digunakan bila tidak diatur lain dalam UU atau aturan yang mengatur tentang
hukum pidana diluar KUHP.

Untuk ketentuan Undang-Undang yang menyimpang dari KUHP diantaranya


1. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Perdagangan Orang yang mana pada pasal 25, 53, dan pasal 30
2. Percobaan dalam tindak pidana korupsi (UU No. 20 tahun 2001 jo UU no
31 tahun 1999 ttg Tindak Pidana Korupsi). UU tipikor tidak mengatur
secara jelas apa yang dimaksud dengan Percobaan dalam Tindak Pidana
Korupsi, oleh karena itu maka kita dapat menggunakan pasal 53 KUHP
tentang percobaan.

3. Buatlah analisa persamaan dan perbedaan formulasi ketentuan mengenai


tindak pidana korupsi yang terkait dengan kerugian keuangan negara!
Jawab:
Dalam Penjelasan Pasal 59 ayat (1) UU Perbendaharaan Negara dikatakan
bahwa kerugian negara dapat terjadi karena pelanggaran hukum atau kelalaian
pejabat negara atau pegawai negeri bukan bendahara dalam rangka
pelaksanaan kewenangan administratif atau oleh bendahara dalam rangka
pelaksanaan kewenangan kebendaharaan. Penyelesaian kerugian negara perlu
segera dilakukan untuk mengembalikan kekayaan negara yang hilang atau
berkurang serta meningkatkan disiplin dan tanggung jawab para pegawai
negeri/pejabat negara pada umumnya, dan para pengelola keuangan pada
khususnya.

4. Salah satu unsur yang ada di dalam Pasal 2 ayat (1) UU No. 31 Tahun 1999 jo
UU No. 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi adalah
“yang dapat merugikan keuangan negara/perekonomian negara”. Berikan
penjelasan mengenai makna dari unsur ini! Penjelasan mencakup Putusan MK
No. 25/PUU-XIV/2016!
Jawab:
Putusan MK Nomor: 25/PUU-XIV/2016 mengakibatkan pergeseran delik
korupsi pada Pasal 2 ayat (1) dan Pasal 3 UU Tipikor dimana semula delik
formil menjadi delik materiil sehingga unsur kerugian keuangan negara harus
dibuktikan secara nyata (actual loss), akibatnya jika unsur ini tidak terbukti
terdakwa bebas dari jeratan hukum; 2) Efek penegakan hukum tindak pidana
korupsi pasca Putusan MK Nomor: 25/PUUXIV/2016 adalah proses
pembuktian unsur kerugian keuangan negara yang tak jarang ditemukan
beberapa kendala seperti: proses yang lama dalam penghitungan kerugian
keuangan negara, metode penghitungan kerugian keuangan negara yang
bervariasi, belum ada sinkronisasi lembaga mana yang berwenang dalam
menghitung dan mendeclare adanya kerugian keuangan negara. Simpulan
dalam penelitian ini adalah:
a) Putusan MK Nomor: 25/PUU-XIV/2016 mengakibatkan terjadinya
pergeseran delik korupsi yang semula delik formil menjadi delik
materiil, unsur kerugian keuangan negara harus dibuktikan secara
nyata (actual loss), unsur kerugian keuangan negara tidak terbukti
maka terdakwa bebas dari jeratan hukum.
b) Efek yang timbul dari penegakan hukum tindak pidana korupsi pasca
Putusan MK Nomor: 25/PUU-XIV/2016 adalah semakin sulitnya
pembuktian unsur kerugian keuangan negara karena prosesnya yang
tak jarang ditemukan beberapa kendala.

5. Apakah pidana mati dapat dijatuhkan bagi pelaku tindak pidana korupsi?
Jelaskan!
Jawab:
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 199 Juncto Undan
Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan
Tindak Pidana mengatur pidana mati dalam pasal 2 ayat (2) yang menyatakan
bahwa seseorang yang melakukan korupsi dapat dipidana mati jika unsurny
disertai dengan unsur keadaan tertentu yang mana keadaan tertentu yang
dimaksud adalah apabila tindak pidana tersebut dilakukan terhadap dana-dana
yang diperuntukkan bagi penanggulangan keadaan bahaya, bencana alam
nasional, penaggulangan akibat kerusuhan sosial yang meluas,
penanggulangan krisis ekonomi dan moneter, dan pengulangan tindak pidana
korupsi.

6. Bagaimanakah UU Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi mengatur


mengenai pertanggungjawaban pidana korporasi? Jelaskan dengan
menyertakan dasar hukumnya!
Jawab:
UU No. 31 Tahun 1999 yang diubah oleh UU No. 20 Tahun 2001 tentang
pemberantasan tindak pidana korupsi (UU Tipikor) telah mengatur model
pertanggungjawaban pidana korporasi, yaitu bilamana suatu tindak pidana
korupsi dilakukan oleh atau atas nama korporasi, maka tuntutan dan penjatuhan
pidananya dapat dijatuhkan kepada korporasi dan/atau pengurusnya. Namun,
UU Tipikor tersebut tidak mengatur kriteria bilamana pertanggungjawaban
pidana hanya ditujukan pada korporasi atau korporasi dan pengurusnya yang
menimbulkan multitafsir di kalangan penegak hukum dan hakim.

Anda mungkin juga menyukai