Anda di halaman 1dari 3

Diskusi 3, HKUM4308

Kasus yang terjadi pada PT. Bank Aceh Cabang Lhokseumawe dimana terdapat permasalahan
dalam penyaluran kredit atas nama Hj. Tarwiyah sebesar Rp 1.600.000.000,- (satu milyar enam
ratus juta rupiah) yang tidak sesuai dengan aturan yang ada sehingga menjadi tunggakan/tidak
dibayar. Penyaluran kredit jenis kredit komersil kepada Hj. Tarwiyah melibatkan Pimpinan
Cabang dan Kepala Bagian Kredit Komersil Bank Aceh Cabang Lhokseumawe

 Uraikan pentingnya analisa kredit dalam persetujuan kredit sehingga tidak melanggar
peraturan perbankan, dan hubungannya dengan penyehatan bank!

Jawab:

Dalam kegiatannya, apabila pihak yang membutuhkan dana, memperoleh dana dari bank dan
digunakan untuk kegiatan usaha yang produktif, menyerap banyak tenaga kerja, menghasilkan
barang/jasa yang bernilai ekonomi, maka tujuan perbankan untuk menunjang pelaksanaan
pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan
stabilisasi nasional ke arah peningkatan kesejahteraan yang disebutkan dalam Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undangundang Republik
Indonesia Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan yang selanjutnya disingkat UU Perbankan
tentu akan terwujud.

Pada dasarnya bahwa, bank menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit. Kredit menurut Undang-
undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan adalah:

Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan
atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak
peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.

Undang-undang Perbankan di Indonesia sendiri telah mengalami 2(dua) kali mengalami


perubahan yang awalnya bersumber pada UndangUndang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun
1992 tentang Perbankan. Undang-undang tersebut berlaku selama tujuh tahun dan kemudian
mengalami perubahan, antara lain terkait program pelaksanaan reformasi perbankan, yakni
penyempurnaan perangkat hukum di bidang perbankan dan pendirian lembaga dan penyangga
simpanan, yang pada akhirnya akan memulihkan kepercayaan masyarakat domestik maupun
internasional terhadap sistem perbankan nasional.

Kemudian perubahan tersebut dituangkan dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10


Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1992
tentang Perbankan. Dalam konsideran undang-undang tersebut tercantum kalimat menimbang
dari Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, terdapat dua hal yang pokok
sebagai alasan dan latar belakang penyempurnaan perangkat hukum dibidang perbankan,
yaitu: Pertama, bahwa dalam menghadapi perkembangan perekonomian nasional senantiasa
bergerak cepat, kompetitif dan terintegrasi dengan tantangan yang semakin kompleks serta
sistem keuangan yang semakin maju, sehingga diperlukan penyesuaian kebijakan di bidang
ekonomi termasuk perbankan. Kedua, bahwa dalam memasuki era globalisasi dan dengan telah
diratifikasinya beberapa perjanjian internasional dibidang perdagangan dan jasa, diperlukan
penyesuaian terhadap peraturan perundang-undangan dibidang perekonomian, khususnya
sektor perbankan.

Bank dalam menyalurkan kredit kepada nasabah, harus pula memperhatikan prinsip kehati-
hatian, selain daripada itu dunia perbankan juga mengenal 5C yang merupakan “The Five
Principle’s of Credit”, yaitu: Character (watak), Capacity (kemampuan), Capital (modal),
Condition (kondisi), dan Collateral (jaminan). 4 Sebagaimana Character (watak) penting adanya
untuk mengetahui karakter/watak pemohon kredit/debitor dengan cara mengumpulkan
informasi tentang perilaku, kejujuran, pergaulan, dan ketaatan dalam memenuhi pembayaran
transaksi. Capacity (kemampuan) berhubungan dengan kemampuan seorang debitor untuk
mengembalikan pinjaman. Untuk mengukurnya, kreditor melakukan penelitian tentang
kemampuan debitor dalam manajemen, keuangan, pemasaran dan lainnya. Kreditor dalam hal
ini analis kredit harus bisa memastikan debitor memiliki sumber-sumber penghasilan yang
memadai untuk membayar kewajibannya sesuai jangka waktu yang telah disepakati bersama.

Selanjutnya capital (modal) berhubungan dengan banyaknya modal yang dimiliki calon debitor
atau melihat berapa banyak modal yang ditanam debitor dalam usahanya, kreditor menilai
modal tersebut sebagai salah satu bentuk keseriusan debitor dalam menjalankan usahanya.
Condition (kondisi) berhubungan dengan keadaan perekonomian disekitar tempat tinggal calon
debitor harus diperhatikan untuk memperhatikan kondisi ekonomi yang akan terjadi dimasa
mendatang. Kondisi ekonomi yang harus diperhatikan berupa: daya beli masyarakat, luas
pasar, persaingan, perkembangan teknologi, bahan baku, pasar modal dan lainnya. Tidak kalah
pentingnya, collateral (jaminan) yang berhubungan dengan jaminan yang digunakan untuk
berjaga-jaga seandainya debitor tidak dapat membayar/melunasi pinjamannya. Sehingga
seringnya nilai jaminan lebih tinggi daripada nilai pinjaman. Bank sendiri hanya berani
memberikan pinjaman sebesar 75% (tujuh puluh lima persen) dari nilai transaksi jaminan
kredit.

Sumnber : http://digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/
MTBkNDg5ZGZmYzJlYjMzMzM4N2Y5MTk0MjZlOWYwZWQyZGU0MWE2Mw==.pdf

Anda mungkin juga menyukai