Anda di halaman 1dari 7

KELOMPOK 6

“ Pengadaan tanah untuk kepentingan umum”


1. Putri Kamilia D 8111419338
2. M. Rafly Herbriansyah 8111419339
3. Dewani Ayu Mentari 8111419345
4. Rahma Mutiara Fadhila 8111419348
5. Wahyu Wibowo Mukti W 8111419367
Dasar Hukum
Dasar hukum pengadaan tanah bagi kepentingan umum ada sejak tahun 1961 hingga
sekarang dengan berlakunya Undang-Undang No. 20 Tahun 1961 yang kemudian
dilanjutkan dengan kebijakan pemerintah dengan berlakunya PMDN (Penanaman Modal
Dalam Negeri) No. 15 Tahun 1975 dan kemudian dicabut dengan digantinya Keppres No. 55
Tahun 1993 tentang Pengadaan Tanah Bagi Kepentingan Umum. Berlakunya Keppres No. 55
Tahun 1993 menimbulkan konflik dalam masyarakat yang kemudian peraturan tersebut
dikaji kembali yang dikaitkan dengan Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Kemudian pengadaan tanah kemudian diatur
dengan Peraturan Presiden No. 36 Tahun 2005 yang kemudian dirubah dengan Peraturan
Presiden No 65 Tahun 2006.
Prinsip Dasar
Prinsip dasar mengenai peraturan pengadaan tanah diatur pada Perpres No. 36
Tahun 2005 Jo. Perpres No. 65 Tahun 2006 dan Peraturan Kepala BPN-RI No. 3
Tahun 2007, yang didalamnya menjelaskan tentang :
1. Pengadaan tanah untuk kepentingan umum harus dipastikan tersedianya tanah;
2. Hak dasar masyarakat atas tanah terlindungi, dengan memperhatikan akan hak
masyarakat;
3. Untuk menutup peluang akan lahirnya spekulasi tanah yang diatur dalam Perpres
No. 36 Tahun 2005 Jo. Pepres No. 65 Tahun 2006 dan Peraturan Kepala BPN-RI
No. 3 Tahun 2007.
Jenis Pengadaan Tanah

Jenis pengadaan tanah ini terbagi menjadi 2 bagian, yaitu:


1. Pengadaan tanah untuk keperluan pemerintah dibagi atas pengadaan
tanah bagi kepentingan umum dan bukan kepentingan umum, misalnya
kepentingan komersial.
2. Pengadaan tanah untuk keperluan swasta digolongkan atas kepentingan
komersial dan bukan komersial, yakni yang bersifat menunjang
kepentingan umum atau termasuk dalam pembangunan sarana umum
dan fasilitas-fasilitas sosial.
Bentuk Pengadaan Tanah Menurut Hukum Agraria

Bentuk pengadaan tanah menurut hukum agraria ada 2, yaitu:


1. Bentuk Pengadaan Tanah yang dilaksanakan dengan cara pelepasan atau
penyerahan hak atas tanah (pembebasan hak atas tanah) ;
2. Bentuk Pengadaan Tanah yang dilaksanakan dengan cara pencabutan hak
atas tanah.
Tahapan Pengadaan Tanah dalam Pembangunan

Diatur dalam Undang-Undang Nomer 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah


Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum dan peraturan pelaksanaannya telah
diubah beberapa kali dan yang terakhir adalah Perpres Nomor 148 Tahun 2015 sebagai
perubahan keempat dari Perpres Nomor 71 ahun 2012, tahapan dalam pengadaan tanah
dimulai dari:
1. Tahapan perencanaan;
2. Tahapan persiapan;
3. Tahapan pelaksanaan;
4. Tahapan penyerahan hasil.
Penilaian dan Ganti Rugi Pengadaan Tanah

Pada dasarnya pengadaan tanah dilakukan dengan memberikan ganti


kerugian yang sesuai, masuk akal, layak dan adil kepada pihak yang
tanahnya terkena imbas pembangunan infrastruktur untuk kepentingan
umum. Dalam pengadaan tanah ini tentunya ada akibat yang ditimbulkan,
diantaranya adalah adanya ganti rugi yang harus dibayar. Pembayaran ganti
rugi ini tentunya harus diawali dengan penilaian dulu yang dimana itu
bermaksud untuk menilai berapa ganti rugi yang harus dibayarkan, biasanya
disebut PGR (Penilaian Ganti Rugi).

Anda mungkin juga menyukai