Anda di halaman 1dari 81

DINAMIKA

LEMBAGA PERTANAHAN

Oleh:

Dr. Ir. TJAHJO ARIANTO, S.H.,MHum.


IDENTITAS DIRI:
Dr. Ir. TJAHJO ARIANTO, S.H.,MHum.
Jakarta, 23 AGUSTUS 1954
Sarjana Teknik Geodesi UGM 1981
Sarjana Hukum 1994
Magister Ilmu Hukum 2000
Doktor Ilmu Hukum 2010
HP. - 08567357706 – 0274 554328

Alamat: jl. Kaliurang km. 5,5 Gg. Kelapa Gading No. 101
Yogyakarta
email: tjahjoarianto@gmail.com
http://hukumpertanahansurveikadastral.blogspot.com/
RIWAYAT PEKERJAAN:
Kasi Pengukuran & Pendaf. Tanah Kab. Jember 1989-1994
Kasi Pengukuran & Pendaf. Tanah Kab. Sidoarjo 1994-1995
Kasi Pengukuran & Pendaf. Tanah Jakarta Timur 1995-1999
Kasi Tata Pendaftaran Hak Atas Tanah BPN Pusat 1999-2001
Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Jember 2001- 2006
Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Gresik 2006- 2008
Kepala Bidang Survei, Pengukuran dan Pemetaan BPN
Provinsi Jawa Timur merangkap Kepala Kantor
Pertanahan Surabaya2 2008 -2010 2 010  sekarang
Dosen Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional,
Dosen Prodiksus PPAT BPN RI
Dosen Magister Ilmu Hukum Univ. Atmajaya Yogyakarta
Dosen Program Doktor dan Magister Teknik Geodesi/ Geomatika UGM ,
KONSULTAN HUKUM PERTANAHAN
LEMBAGA PERTANAHAN JADUL
1. Hak-hak  adat, yang tunduk pada hukum
yang  berlaku  bagi golongan Indonesia yang disebut
Hukum Adat misalnya  dari hak  adat  adalah hak milik,
hak andarbeni,  hak  yasan,  hak gogolan,  pekulen,
sanggan dan agrarisch eigendom sering disebut sebagai
tanah-tanah Indonesia
2. Hak -hak  barat, yang tunduk pada hukum
yang  berlaku  bagi golongan Eropa  misalnya hak
eigendom, hak erfpacht dan hak opstal  atau  lebih sering
 disebut  sebagai  tanah-tanah Eropa.
LEMBAGA ADAT
Hak-hak  adat,
1. Pendaftaran  tanah untuk tanah-tanah Subak di  Bali  yang
diselenggarakan oleh pengurus Subak berdasarkan  hukum adat
setempat.
2. Pendaftaran   Tanah   di  Kepulauan  Lingga   oleh   Sultan Sulaeman.
3. Pendaftaran tanah untuk tanah-tanah dengan hak grant  di Medan yang
diselenggarakan berdasarkan peraturan  yang dikeluarkan oleh
Kotapraja (Gemeente) Medan.
4. Pendaftaran tanah yang diselenggarakan di daerah Yogyakarta
berdasarkan peraturan yang dikeluarkan oleh  Sultan Yogyakarta yang
diumumkan dalam Rijksblad  Kasultanan tahun 1926 Nomor 13.
5. Pendaftaran  tanah yang diselenggarakan di daerah  Surakarta
berdasarkan peraturan yang dikeluarkan oleh  Sunan Solo  yang
diumumkan dalam Rijksblad  Kasunanan  tahun 1938 Nomor 14.
PEJABAT PERALIHAN HAK MASA PENJAJAHAN BELANDA

Seseorang warga Negara Belanda, Eropah, orang Timur


Asing, dan Bumiputra yang akan mengajukan hak
‘eigendom” terlebih dahulu harus memperoleh:
(a). surat keputusan penetapan (beschikken) Hakim
Pengadilan Negeri tentang status hak kebendaan atas
bidang tanah termohon yang disebut ‘gerechtrlijk acte van
zakelijk recht’ dan
(b) surat penetapan (beschiken) Hakim Pengadilan Negeri
tentang pemberian hak milik ‘eigendom privaat’ kepada
pemohon yang disebut ‘gerechtrlijk acte van eigendoms
recht’
PEJABAT PERALIHAN HAK MASA PENJAJAHAN BELANDA

Bagi orang Timur Asing atau Bumiputra yang dipersamakan


(gelijkgestelde Europeanen), sebelum memperoleh dua surat
keputusan dari Hakim Pengadilan Negeri tersebut harus terlebih
dahulu membuktikan diri telah memiliki surat keputusan dari
Direktur Departemen Dalam Negeri Hindia Belanda tentang
persamaan kedudukan haknya dengan warga Negara Belanda
(gelijkgestelde besluit.) Sebelum memperoleh dua surat keputusan
Hakim Pengadilan Negeri harus minta surat keterangan mengenai
objek tanahnya dari Kantor Kadaster (Kadastral Dients) yang
berkedudukan di bawah Departemen Kehakiman yang disebut
“Surat Keterangan Tanah Terdaftar” (landmeter kennis) beserta
gambar yang menerangkan tentang letak batas bidang tanah.
PEJABAT PERALIHAN HAK MASA PENJAJAHAN BELANDA
Setelah memperoleh dua keputusan Hakim Pengadilan
Negeri yang aslinya disimpan di Pengadilan Negeri
disebut ‘ minuut’ , pemohon memperoleh salinan aslinya disebut
‘grosse acte” .
Selanjutnya pemohon menghadap Notaris untuk memperoleh “surat
bukti kepemilikan” yang disebut ‘acte van eigendom’ .  ‘Acte
van eigendom’ ini wajib didaftarkan ke Kantor Kadaster untuk
dicatat dalam “daftar umum’ agar mempunyai kekuatan sebagai
alat bukti otentik.
PEJABAT PERALIHAN HAK MASA PENJAJAHAN JEPANG

Pada masa penjajahan Jepang pendaftaran


dilaksanakan dengan tidak ada perubahan
sebagaimana masa penjajahan Belanda
 Kadastral Dienst namanya dirubah menjadi
Jawatan Pendaftaran Tanah yang
tetap di bawah Departemen Kehakiman.
PEJABAT PERALIHAN HAK KEMERDEKAAN
Pada awal kemerdekaan pendaftaran tanah masih
dilaksanakan terhadap tanah-tanah Eropa oleh Jawatan
Pendaftaran Tanah. Presiden Sukarno selanjutnya
mengeluarkan Penetapan Presiden Nomor 16 Tahun
1948 tentang Pembentukan Panitia Agraria Yogyakarta,
Jabatan Menteri Agraria dibentuk dengan Keputusan
Presiden tanggal 30 juli 1953 Nomor 132 dan dengan
Keputusan Presiden Nomor 55 Tahun 1955 tanggal 29
Maret 1955 membentuk Kementerian Agraria dengan
Gunawan sebagai menteri pertamanya.
PEJABAT PERALIHAN HAK KEMERDEKAAN

Jawatan Pendaftaran Tanah dengan Keputusan Presiden


Nomor 190 tanggal 1 Juni Tahun 1957 tidak lagi di bawah
Kementerian Kehakiman tetapi masuk ke Kementerian
Agraria dengan tugas melaksanakan pengukuran,
pemetaan dan pembukuan semua tanah di seluruh wilayah
Indonesia serta pembukuan hak-hak atas tanah dan
pencatatan pemindahan hak-hak tersebut. Jawatan Agraria
yang selama ini berada di bawah Kementerian Dalam
Negeri berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1958
tentang Peralihan Tugas dan Wewenang Agraria yang
diundangkan pada tanggal 27 Pebruari 1958 dialihkan
menjadi di bawah Kementerian Agraria.
PEJABAT PERALIHAN HAK PADA MASA KEMERDEKAAN

Mengenai tanah-tanah yang dimiliki warga negara Indonesia


atau dikenal dengan istilah pribumi, selanjutnya Menteri
Agraria mengeluarkan beberapa peraturan sebagai berikut:
1. Peraturan Menteri Agraria Nomor 9 Tahun 1959 tentang
Tata Kerja Pendaftaran Hak-Hak Atas Tanah, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 1884.
2. Peraturan Menteri Agraria Nomor 10 Tahun 1959 tentang
Tanda-tanda Batas Tanah Milik, TLN Nomor 1885
3. Peraturan Menteri Agraria Nomor 13 Tahun 1959 tentang
Tata Kerja Mengenai Pengukuran dan Pembuatan Peta-
Peta Pendaftaran, TLN Nomor 1944
4. Peraturan Menteri Agraria Nomor 14 Tahun 1959 tentang
Pembukuan Tanah, TLN Nomor 1945
LEMBAGA SESUDAH UUPA

Sistem pendaftaran tanah yang selama ini


dilakukan oleh Jawatan Pendaftaran Tanah
dengan Registration of deed berdasarkan
UUPA menjadi Registration of Title.
PP 10/1961 Pembagian Waris  Akta PPAT
PP 24/1997 Pembagian Waris  Akta di Bawah
Tangan atau Akta Notaris;
Sampai tahun 2006 beberapa akta PPAT tidak
memenuhi sahnya perjanjian sebagaimana
diatur Pasal 1320 KUHPerdata.
LEMBAGA SETELAH UUPA
Kementerian Agraria selain membidangi urusan Land
reform mendapat tambahan tugas untuk membidangi
Land Use dengan masuknya Direktorat Tata Bumi
Departemen Pertanian menjadi bagian dari
Kementerian Agraria. Tahun 1962 dalam Kabinet Kerja
III Kementerian Agraria berubah nama menjadi
Kementerian Pertanian dan Agraria dengan Menterinya
Sadjarwo. Pada tahun 1965 Kementerian Agraria
menjadi lembaga terpisah dari Kementerian Pertanian
dan Agraria pada saat itu menterinya Rudolf
Hermanses.
LEMBAGA SETELAH UUPA BPN
Tahun 1968 Kementerian Agraria dimasukkan di
bawah Departemen Dalam Negeri dengan nama
Direktorat Jenderal Agraria sampai dengan tahun
1988. Pada Tahun 1988 Direktorat Jenderal Agraria
dipisahkan dari Departemen Dalam Negeri menjadi
lembaga tersendiri non Departemen dengan nama
Badan Pertanahan Nasional dengan
Keputusan Presiden Nomor 26 Tahun 1988 tanggal
19 Juli 1988.
LEMBAGA SETELAH UUPA  BPN
Badan Pertanahan Nasional berkedudukan di bawah
dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden
untuk pertama kali dipimpin oleh
Ir Sony Harsono dengan programnya Catur Tertib
Pertanahan yaitu: Tertib Hukum Pertanahan; Tertib
Administrasi Pertanahan; Tertib Penggunaan Tanah
dan Tertib Pemeliharaan Tanah dan Lingkungan
Hidup.
Badan Pertanahan Nasional
Badan Pertanahan bertugas membantu Presiden
dalam mengelola dan mengembangkan
administrasi pertanahan, baik berdasarkan
Undang-undang Pokok Agraria maupun
peraturan perundang-undangan lain yang
meliputi pengaturan penggunaan, penguasaan
dan pemilikan tanah, pengurusan hak-hak tanah,
pengukuran dan pendaftaran tanah dan lain-lain
yang berkaitan dengan masalah pertanahan
berdasarkan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh
Presiden.
FUNGSI Badan Pertanahan Nasional
Dalam melaksanakan tugas tersebut , Badan Pertanahan menyelenggarakan fungsi:
a. merumuskan kebijaksanaan dan perencanaan penguasaan dan penggunaan
tanah;
b. merumuskan kebijaksanaan dan perencanaan pengaturan pemilikan tanah
dengan prinsip-prinsip bahwa tanah mempunyai fungsi sosial sebagaimana
diatur dalam Undang-undang Pokok Agraria;
c. melaksanakan pengukuran dan pemetaan serta pendaftaran tanah dalam upaya
memberikan kepastian hak di bidang pertanahan;
d. melaksanakan pengurusan hak-hak atas tanah dalam rangka memelihara tertib
administrasi di bidang pertanahan;
e. melaksanakan penelitian dan pengembangan di bidang pertanahan serta
pendidikan dan latihan tenaga-tenaga yang diperlukan di bidang administrasi
pertanahan;
f. lain-lain yang ditetapkan oleh Presiden.
 
Organisasi Badan Pertanahan Nasional
Susunan Organisasi Badan Pertanahan terdiri dari:
1. Kepala;
2. Deputi Bidang Umum;
3. Deputi Bidang Pengaturan, Penguasaan dan Penatagunaan Tanah;
4. Deputi Bidang Hak-hak Tanah;
5. Deputi Bidang Pengukuran dan Pendaftaran Tanah;
6. Deputi Bidang Pengawasan;
7. Pusat Penelitian dan Pengembangan;
8. Pusat Pendidikan dan Latihan;
9. Staf Ahli;
10. Kantor Wilayah.

Tahun 1993 Kepala Badan Pertanahan Nasional mendapat tugas rangkap sebagai
Menteri Negara Agraria dengan sebutan Menteri Negara Agraria / Kepala
Badan Pertanahan Nasional.
BPN  GUS DUR
Presiden Abdurrachman Wahid pada masa
pemerintahannya mengeluarkan Keputusan Presiden
yaitu Keputusan Presiden Nomor 154 Tahun 1999
tanggal 7 Desember 1999 tentang Perubahan Atas
Keputusan Presiden Nomor 26 Tahun 1988 Tentang
Badan Pertanahan Nasional. Isi dari Keputusan
Presiden ini selain hilangnya lembaga Menteri Negara
Agraria ditegaskan bahwa Kepala Badan Pertanahan
Nasional dijabat oleh Menteri Dalam Negeri dan Kepala
Badan Pertanahan Nasional dalam melaksanakan
tugasnya dibantu oleh seorang Wakil Kepala.
Badan Pertanahan Nasional 2000
perubahan Keputusan Presiden ini
dipertegas dengan dikeluarkannya
Keputusan Presiden Nomor 95 Tahun 2000
tentang Badan Pertanahan Nasional,
Keputusan Presiden ini menyatakan tidak
berlaku Keputusan Presiden Nomor 26
Tahun 1988 tentang Badan Pertanahan
Nasional sebagaimana telah diubah dengan
Keputusan Presiden Nomor 154 Tahun
1999.
Badan Pertanahan Nasional
Keputusan Presiden ini mengatur bahwa Badan
Pertanahan Nasional mempunyai tugas merumuskan dan
menetapkan kebijakan nasional di bidang:
pengaturan peruntukan, persediaan dan penggunaan
tanah;
pengaturan hubungan hukum antara orang-orang dengan
tanah;
pengaturan hubungan-hubungan hukum antara orang-
orang dan
perbuatan-perbuatan hukum yang berkaitan dengan tanah;
Badan Pertanahan Nasional 2000
Dalam melaksanakan tugas tersebut Badan Pertanahan Nasional menyelenggarakan fungsi:
perumusan dan penetapan kebijakan, hukum serta kebijakan penanganan masalah pertanahan,
yang meliputi penguasaan pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah, hak-hak atas tanah
dan pendaftaran tanah; koordinasi perumusan kebijakan dan perencanaan program di bidang
pertanahan; perumusan dan penetapan kebijakan serta koordinasi inventarisasi data,
pengukuran dan pemetaan tanah, penilaian tanah, serta pengembangan sistem informasi
pertanahan; perumusan dan penetapan kebijakan tata laksana serta pelayanan pertanahan
yang meliputi tata guna tanah, penguasaan pemilik tanah, hak-hak atas tanah dan pendaftaran
tanah; perumusan dan penetapan kebijakan pengendalian pertanahan dan pemberdayaan
masyarakat di bidang Pertanahan;
perumusan dan penetapan kebijakan pengembangan sumber daya pertanahan yang meliputi
pendidikan dan pelatihan tenaga-tenaga pertanahan dan mitra kerja serta penyediaan sarana
dan prasarana kerja teknis pertanahan.
 
 
Badan Pertanahan Nasional
Susunan Organisasi Badan Pertanahan Nasional terdiri dari:
a. Kepala;
b. Wakil Kepala;
c. Sekretariat Utama;
d. Deputi Bidang Pengkajian dan Hukum Pertanahan;
e. Deputi Bidang Informasi Pertanahan;
f. Deputi Bidang Tata Laksana Pertanahan;
g. Deputi Bidang Pengendalian Pertanahan dan
Pemberdayaan Masyarakat;
h. Inspektorat Utama.
 
Kepala Badan Pertanahan Nasional
Tahun 1998 Badan Pertanahan Nasional dipimpin Ari
Mardjono dari tanggal 14 Maret 1998 sampai dengan
21 Mei 1998 dan dipimpin oleh Hasan Basri Durin
dari 21 Mei 1998 sampai dengan 26 Oktober 1999.
Selanjutnya sejak tahun 1999 dipimpin oleh dipimpin
oleh Prof. Lutfi Ibrahim Nasution, M.Sc., Phd.
Sampai digantikan Joyowinoto, Phd. di bulan Juli
tahun 2005
Badan Pertanahan Nasional
Presiden Susilo Bambang Yudoyono pada tanggal
11 April 2006 mengeluarkan Peraturan Presiden
Nomor 10 Tahun 2006 tentang Badan Pertanahan
Nasional.
Kedudukan Badan Pertanahan Nasional dipertegas
oleh Pasal 2 Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun
2006 yang berlaku sejak tanggal 11 April 2006
tentang Badan Pertanahan Nasional yaitu
melaksanakan tugas pemerintahan di bidang
pertanahan secara nasional, regional dan
sektoral.
Badan Pertanahan Nasional
Badan Pertanahan Nasional menyelenggarakan fungsi:
a. perumusan kebijakan nasional di bidang pertanahan;
b. perumusan kebijakan teknis di bidang pertanahan;
c. koordinasi kebijakan, perencanaan dan program di bidang pertanahan;
d. pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang pertanahan;
e. penyelenggaraan dan pelaksanaan survei, pengukuran dan pemetaan di
bidang pertanahan;
f. pelaksanaan pendaftaran tanah dalam rangka menjamin kepastian hukum;
g. pengaturan dan penetapan hak-hak atas tanah;
h. pelaksanaan penatagunaan tanah, reformasi agraria dan penataan wilayah-
wilayah khusus;
i. penyiapan administrasi atas tanah yang dikuasai dan/atau milik
negara/daerah bekerja sama dengan Departemen Keuangan;
j. pengawasan dan pengendalian penguasaan pemilikan tanah;
Badan Pertanahan Nasional
k. kerja sama dengan lembaga-lembaga lain;
l. penyelenggaraan dan pelaksanaan kebijakan, perencanaan dan program di bidang
pertanahan;
m. pemberdayaan masyarakat di bidang pertanahan;
n. pengkajian dan penanganan masalah, sengketa, perkara dan konflik di bidang
pertanahan;
o. pengkajian dan pengembangan hukum pertanahan;
p. penelitian dan pengembangan di bidang pertanahan;
q. pendidikan, latihan dan pengembangan sumber daya manusia di bidang pertanahan;
r. pengelolaan data dan informasi di bidang pertanahan;
s. pembinaan fungsional lembaga-lembaga yang berkaitan dengan bidang pertanahan;
t. pembatalan dan penghentian hubungan hukum antara orang, dan/atau badan hukum
dengan tanah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
u. fungsi lain di bidang pertanahan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
 
Badan Pertanahan Nasional  Perpres 10/2006

Susunan Organisasi Badan Pertanahan Nasional terdiri dari :


 
a. Kepala;
b. Sekretariat Utama;
c. Deputi Bidang Survei, Pengukuran, dan Pemetaan;
d. Deputi Bidang Hak Tanah dan Pendaftaran Tanah;
e. Deputi Bidang Pengaturan dan Penataan Pertanahan;
f. Deputi Bidang Pengendalian Pertanahan dan Pemberdayaan
Masyarakat;
g. Deputi Bidang Pengkajian dan Penanganan Sengketa dan Konflik
Pertanahan
h. Inspektorat Utama

Susunan ini dirubah dengan PERPRES 63/2013


Badan Pertanahan Nasional
Satu bulan kemudian pada tanggal 16 Mei 2006 Kepala Badan
Pertanahan Nasional mengeluarkan Peraturan Kepala Badan Pertanahan
Nasional Nomor 1 Tahun 2006 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan
Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 Tentang Peraturan Jabatan Pejabat
Pembuat Akta Tanah.

Pasal 54 PerkaBPN 1 th 2006 mengatur bahwa objek yang diperjanjikan


harus sudah tertentu tidak diperbolehkan “sesuai atau menurut keterangan
para pihak”. Objek yang diperjanjikan harus tertentu setelah diukur dan
diberi Nomor Identifikasi Bidang Tanah (NIB) oleh Kantor Pertanahan.
Selama ini tidak kita sadari bahwa perjanjian akta-akta PPAT tidak
memenuhi persyaratan sahnya perjanjian sebagaimana diatur Pasal 1320
KUHPerdata dalam hal ini objek perjanjian harus suatu hal tertentu.
 
Badan Pertanahan Nasional
Visi :
Menjadi lembaga yang mampu
mewujudkan tanah dan pertanahan untuk
sebesar besar kemakmuran rakyat, serta
keadilan dan keberlanjutan system
kemasyarakatan, kebangsaan dan
kenegaraan Republik Indonesia.
Badan Pertanahan Nasional
Misi:
Mengembangkan dan menyelenggarakan politik dan kebijakan pertanahan untuk:
1. Peningkatan kesejahteraan rakyat, penciptaan sumber-sumber baru kemakmuran rakyat,
pengurangan kemiskinan dan kesenjangan pendapatan, serta pemantapan ketahanan pangan.
2. Peningkatan tatanan kehidupan bersama yang lebih berkeadilan dan bermartabat dalam
kaitannya dengan penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah (P4T).
3. Perwujudan tatanan kehidupan bersama yang harmonis dengan mengatasi berbagai sengketa,
konflik dan perkara pertanahan di seluruh tanah air dan penataan perengkat hukum dan sistem
pengelolaan pertanahan sehingga tidak melahirkan sengketa, konflik dan perkara di kemudian
hari.
4. Keberlanjutan sistem kemasyarakatan, kebangsaan dan kenegaraan Indonesia dengan
memberikan akses seluas-luasnya pada generasi yang akan dating terhadap tanah sebagai
sumber kesejahteraan masyarakat.
5. Menguatkan lembaga pertanahan sesuai dengan jiwa, semangat, prinsip dan aturan yang
tertuang dalam UUPA dan aspirasi rakyat secara luas.
 
Badan Pertanahan Nasional
11 Agenda Badan Pertanahan Nasional
1. Membangun kepercayaan masyarakat pada Badan Pertanahan Nasional.
2. Meningkatkan pelayanan dan pelaksanaan pendaftaran, serta sertipikasi tanah secara menyeluruh di
seluruh Indonesia.
3. Memastikan penguatan hak-hak rakyat atas tanah.
4. Menyelesaikan persoalan pertanahan di daerah-daerah korban bencana alam dan daerah-daerah
konflik.
5. Menangani dan menyelesaikan perkara, masalah, sengketa, dan konflik pertanahan di seluruh
Indonesia secara sistematis.
6. Membangun Sistem Informasi Pertanahan Nasional (SIMTANAS), dan sistem pengamanan dokumen
pertanahan di seluruh Indonesia.
7. Menangani masalah KKN serta meningkatkan partisipasi dan pemberdayaan masyarakat.
8. Membangun data base pemilikan dan penguasaan tanah skala besar.
9. Melaksanakan secara konsisten semua peraturan perundang-undangan Pertanahan yang telah
ditetapkan.
10. Menata kelembagaan Badan Pertanahan Nasional.
11. Mengembangkan dan memperbarui politik, hukum dan kebijakan Pertanahan
Badan Pertanahan Nasional
Badan Pertanahan Nasional membuat rencana strategis untuk tahun 2010 sampai dengan 2014
yaitu :
Pertanahan berkontribusi secara nyata untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat,
penciptaan sumber-sumber baru kemakmuran rakyat, pengurangan kemiskinan dan
kesenjangan pendapatan, serta peningkatan ketahanan pangan (Prosperity).
Pertanahan berkontribusi secara nyata dalam peningkatan tatanan kehidupan bersama
yang lebih berkeadilan dan bermartabat dalam kaitannya dengan P4T (Equity).
Pertanahan berkontribusi secara nyata untuk mewujudkan tatanan kehidupan bersama
yang harmonis dengan mengatasi berbagai sengketa, konflik dan perkara pertanahan
di seluruh tanah air serta melakukan penataan perangkat hukum dan sistem
pengelolaan pertanahan sehingga tidak melahirkan sengketa, konflik dan perkara di
kemudian hari (Social Welfare).
Pertanahan berkontribusi secara nyata bagi terciptanya keberlanjutan sistem
kemasyarakatan, kebangsaan dan kenegaraan Indonesia dengan memberikan akses
seluasluasnya pada generasi yang akan datang terhadap tanah sebagai sumber
kesejahteraan masyarakat (Sustainability)
Kepala Badan Pertanahan Nasional
14 Juni 2012 Presiden melantik Hendarman Supandji, SH
menjadi Kepala Badan Pertanahan Nasional menggantikan
Joyowinoto, Phd. melalui Keputusan Presiden No 67/M
Tahun 2012. Selanjutnya Kepala Badan Pertanahan
Nasional Hendarman Supandji, SH mengeluarkan
Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik
Indonesia Nomor 277/KEP-7.1/VI/2012 tanggal 27 Juni
2012 tentang SAPTA TERTIB PERTANAHAN, yaitu Tertib
Administrasi, Tertib Anggaran, Tertib Perlengkapan, Tertib
Perkantoran,Tertib Kepegawaian, Tertib Disiplin Kerja dan
Tertib Moral.
Kepala Badan Pertanahan Nasional

Pada masa kepemimpinan Hendarman Supanji,


SH, Suveyor Berlisensi diaktifkan kembali
dengan Peraturan Kepala BPN Nomor 9 Tahun
2013 (yang selama 7 (tujuh) tahun beku, tidak
ada pengangkatan)
Badan Pertanahan Nasional
9 (Sembilan) Kewenangan Yang diserahkan ke Pemerintah Daerah
1. pemberian ijin lokasi;
2. penyelenggaraan pengadaan tanah untuk kepentingan
pembangunan; no. 2 ini ditarik kembali oleh UU Nomor 2 Tahun
2012.
3. penyelesaian sengketa tanah garapan;
4. penyelesaian masalah ganti kerugian dan santunan tanah untuk
kegiatan pembangunan;
5. penetapan subjek dan objek redistribusi tanah, serta ganti
kerugian tanah kelebihan maksimum dan tanah absentee;
6. penetapan dan penyelesaian tanah ulayat;
7. pemanfaatan dan penyelesaian masalah tanah kosong
8. pemberian ijin membuka tanah;
9. perencanaan penggunaan tanah wilayah kabupaten/ kota.
Badan Pertanahan Nasional
Program Strategis Badan Pertanahan
Nasional
1. Reforma Agraria
2. Penertiban Tanah Terlantar
3. Pendaftaran Tanah
4. Penyelesaian Sengketa dan Konflik
Pertanahan
5. LARASITA
Badan Pertanahan Nasional
Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2013 tentang
Badan Pertanahan Nasional, mencabut:
 Perpres Nomor 10/2006 Jo. 85/20012 tentang
BPN; Perkaban No. 3/2006 tentang Organisasi dan
Tata Kerja BPN RI; Perkaban No. 4/2006 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah BPN
dan Kantor Pertanahan Kab/Kota.
 Perkaban Nomor 1 Tahun 2014 ttg Organisasi
dan Tata Kerja BPN RI
Badan Pertanahan Nasional Perpres 63/2013

BPN RI terdiri atas:


a. Kepala;
b. Sekretariat Utama;
c. Deputi Bidang Survei, Pengukuran, dan Pemetaan;
d. Deputi Bidang Hak Tanah, Pendaftaran Tanah, dan
Pemberdayaan Masyarakat;
e. Deputi Bidang Pengaturan dan Pengendalian Pertanahan;
f. Deputi Bidang Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan
Umum;
g. Deputi Bidang Penanganan Sengketa dan Perkara
Pertanahan; dan
h. Inspektorat Utama.
Latar Belakang Perubahan Perpres 10/2006
Jo. 85/2012
1. Untuk menjaga keberlanjutan sistem
kehidupan berbangsa dan bernegara dengan
memperhatikan aspirasi dan peran serta
masyarakat dalam memajukan kesejahteraan
umum;
2. Mendukung pelaksanaan pengadaan tanah
bagi pembangunan untuk kepentingan umum
dan perlindungan lahan pertanian pangan
berkelanjutan;
3. Mendorong percepatan reformasi birokrasi;
Latar Belakang Pembentukan Perpres
Nomor 63 Tahun 2013
• hubungan bangsa Indonesia dengan tanah
adalah hubungan yang bersifat abadi dan
sebagai perekat NKRI, sehingga perlu diatur
dan dikelola secara nasional untuk menjaga
keberlanjutan sistem kehidupan berbangsa
dan bernegara dengan memperhatikan
aspirasi dan peran serta masyarakat alam
memajukan kesejahteraan umum;
Latar Belakang Pembentukan Perpres Nomor
63 Tahun 2013
• mendukung pelaksanaan pengadaan tanah
bagi pembangunan untuk kepentingan
umum dan perlindungan lahan pertanian
pangan berkelanjutan serta mendorong
percepatan reformasi birokrasi, dipandang
perlu melakukan penyempurnaan organisasi
dan tata kerja BPN sebagaimana diatur
dalam Perpres No. 10 Tahun 2006 tentang
BPN sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Presiden Nomor 85 Tahun 2012;
LEMBAGA PRESIDEN JOKOWI
1. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN
2015 TENTANG KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG.
2. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20
TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL
(berlaku 23 Januari 2015)  Tugas BPN RI tugas pemerintahan di bidang
pertanahan secara nasional, regional, dan sektoral sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Catatan: Huruf Merah yang ada di PERPRES 63/2013 dihapus oleh
PERPRES 20 /2015
Perbandingan Struktur Organisasi BPN
Perpres No. 10/2006 Jo. 85/2012 Perpres No. 63/2013 (Perpres Nomor 20
Tahun 2015 tentang BPN)

BPN terdiri dari : BPN RI terdiri atas:


a. Kepala; a. Kepala;
b. Sekretariat Utama; b. Sekretariat Utama;
c. Deputi Bidang Survei, Pengukuran, c. Deputi Bidang Survei, Pengukuran, dan
dan Pemetaan; Pemetaan;
d. Deputi Bidang Hak Tanah dan d. Deputi Bidang Hak Tanah, Pendaftaran
Pendaftaran Tanah; Tanah, dan Pemberdayaan Masyarakat;
e. Deputi Bidang Pengaturan dan e. Deputi Bidang Pengaturan dan
Penataan Pertanahan; Pengendalian Pertanahan;
f. Deputi Bidang Pengendalian f. Deputi Pengadaan Tanah Untuk
Pertanahan dan Pemberdayaan Kepentingan Umum;
Masyarakat; g. Deputi Bidang Penanganan Sengketa dan
g. Deputi Bidang Pengkajian dan Perkara Pertanahan; dan;
Penanganan Sengketa dan h. Inspektorat Utama.
Konflik Pertanahan;
h. Inspektorat Utama.
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG
Perpres 17/2015

 Sekretaris Jenderal;
 Dirjend Tata Ruang
 Dirjend Insfrastruktur Keagrariaan
 Dirjend Hubungan Hukum Keagrariaan
 Dirjend Penataan Agraria
 Dirjend Pengadaan Tanah;
 Dirjend pengendalian Pemanfaatan Ruang dan Penguasaan
Tanah.
 Dirjend Penanganan Masalah Agraria , Pemanfaatan Ruang dan
Tanah
 Inspektur Jenderal
 Staf Ahli (3 orang)
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG
Perpres 17/2015
1. Dirjend Tata Ruang mempunyai tugas menyelenggarakan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang
perencanaan tata ruang dan pemanfaatan ruang
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.  Pasal 9
2. Dirjend Insfrastruktur Keagrariaan mempunyai tugas
menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di
bidang survei, pengukuran, dan pemetaan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.  Pasal 12
3. Dirjend Hubungan Hukum Keagrariaan mempunyai tugas
menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di
bidang pengaturan, penetapan, dan pendaftaran hak
atas tanah, pembinaan Pejabat Pembuat Akta
Tanah, serta pemberdayaan masyarakat.  Pasal 15
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG
Perpres 17/2015
4. Dirjend Penataan Agraria mempunyai tugas menyelenggarakan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang penatagunaan
tanah, penataan penguasaan dan pemanfaatan wilayah pesisir,
pulau pulau kecil, perbatasan dan wilayah tertentu, konsolidasi
tanah, dan landreform sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.  Pasal 18
5. Dirjend Pengadaan Tanah mempunyai tugas menyelenggarakan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengadaan tanah,
penilaian tanah, pengaturan dan penetapan tanah instansi, serta
pembinaan dan pengendalian pengadaan tanah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.  Pasal 21
6. Dirjend Pengendalian Pemanfaatan Ruang dan Penguasaan Tanah
mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan
kebijakan di bidang pengendalian pemanfaatan ruang dan
penguasaan tanah serta penertiban dan pendayagunaan tanah
terlantar sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 
Pasal 24
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG
Perpres 17/2015
7. Dirjend Penanganan Masalah Agraria , Pemanfaatan Ruang
dan Tanah mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan
dan pelaksanaan kebijakan dibidang penyelesaian sengketa,
konflik dan perkara agraria /pertanahan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.  Pasal 27

8. Inspektur Jenderal mempunyai tugas menyelenggarakan


pengawasan intern di lingkungan Kementerian Agraria dan
Tata Ruang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.  Pasal 30
9. Staf Ahli (3 orang) Bidang: 1) Landreform dan Hak
Masyarakat Atas Tanah; 2) Masyarakat Adat dan
Kemasyarakatan; 3) Ekonomi Pertanahan.  Pasal 33
Badan Pertanahan Nasional
Perpres 20/2015
Kepala BPN dijabat oleh Menteri Agraria dan Tata Ruang
Susunan unit organisasi Eselon I menggunakan susunan organisasi
Eselon I pada Kementerian Agraria dan Tata Ruang yang tugas dan
fungsinya bersesuaian.  Pasal 5
Unsur pendukung BPN menggunakan unsur pendukung yang ada di
lingkungan Kementerian Agraria dan Tata Ruang yang tugas dan
fungsinya bersesuaian.
Badan Pertanahan Nasional
Perpres 20/2015
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 20
Pada saat Peraturan Presiden ini mulai berlaku, seluruh jabatan yang ada
beserta pejabat yang memangku jabatan di lingkungan BPN, Kantor Wilayah
BPN, dan Kantor Pertanahan sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Presiden
Nomor 63 Tahun 2013 tentang Badan Pertanahan
Nasional tetap melaksanakan tugas dan fungsinya sampai dengan dibentuknya
jabatan baru dan diangkat pejabat baru berdasarkan Peraturan Presiden ini.

NAMUN ... !!!????


Stuktur jabatan di daerah yang menurut PERPRES 63/2013 BELUM ADA, yang
ada Struktur Jabatan menurut PERPRES 10/2006
PROGRAM STRATEGIS Kemen Agraria dan Tata Ruang
1. Inventarisasi Penguasaan Pemilikan Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (IP4T)
2. Peta Pertanahan dan Peta Dasar
3. Neraca Penggunaan Tanah
4. Pendaftaran Tanah (sertipikasi) : PRONA, Usaha Kecil Mikro (UKM), Tanah Pertanian,
Tanah Nelayan, Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) dan Tanah Transmigrasi
5. Redistribusi Tanah
6. Invengtarisasi Tanah Terindikasi Terlantar
7. Pengkajian Sengketa, Konflik dan Perkara
8. Inventarisasi dan Identifikasi Wilayah Pantai Pesisir Pulau-pulau kecil dan Wilayah
Tertentu. (WP3WT).
9. Pengendalian Pemanfaatan Ruang
10. Penertiban Pemanfaatan Ruang
11. Perencanaan Tata Ruang
12. Pemanfaatan Ruang
13. Penataan Kawasan.
Surat M A & TR / Ka BPN No.3731/3.41-100/VIII/ 2016
tgl 29 Agustus 2016

KANWIL BPN
Bidang TU
1) Bid. Infra Struktur Pertanahan
2) Bid. Hub. Hukum Pertanahan
3) Bid. Penataan Pertanahan
4) Bid. Pengadaan Tanah
5) Bid. Penanganan Masal dan
Pengendalian Pertanahan
Surat M A & TR / Ka BPN No.3731/3.41-100/VIII/ 2016
tgl 29 Agustus 2016

KANWIL BPN
Bidang TU
1. Bid. Infra Struktur Pertanahan
a. Seksi Pengukuran dan Pemetaan
Dasar
b. Seksi Pengukuran dan Pemetaan
Kadastral
c. Seksi Survei dan Pemetaan Tematik
Surat M A & TR / Ka BPN No.3731/3.41-100/VIII/ 2016
tgl 29 Agustus 2016

KANWIL BPN
Bidang TU
2. Bid. Hub. Hukum Pertanahan
a. Seksi Penetapan Hak Tanah dan
Pemberdayaan HT Masyarakat
b. Pendaftaran Hak Tanah.
c. Pemeliharaan Data HT dan
PEMBINAAN PPAT.
Surat M A & TR / Ka BPN No.3731/3.41-100/VIII/ 2016
tgl 29 Agustus 2016

KANWIL BPN
Bidang TU
3). Bid. Penataan Pertanahan
a. Seksi Penatagunaan Tanah
b. Seksi Landreform dan Konsolidasi
Tanah
c. Seksi Penataan Kawasan Tertentu.
Surat M A & TR / Ka BPN No.3731/3.41-100/VIII/ 2016
tgl 29 Agustus 2016

KANWIL BPN
Bidang TU
4) Bid. Pengadaan Tanah
a. Seksi Pemanfaatan Tanah
Pemerintah
b. Seksi Bina Pengadaan dan
Penetapan Tanah Pemerintah
c. Seksi Penilaian Tanah
Surat M A & TR / Ka BPN No.3731/3.41-100/VIII/ 2016
tgl 29 Agustus 2016

KANWIL BPN
Bidang TU
5) Bid. Penanganan Masalah dan
Pengendalian Pertanahan
a. Seksi Sengketa dan Konflik
Pertanahan.
b. Seksi Penanganan Perkara
Pertanahan
c. Seksi Pengendalian, Penertiban dan
Pendayagunaan Tanah Terlantar
Surat M A & TR / Ka BPN No.3731/3.41-100/VIII/ 2016
tgl 29 Agustus 2016

KANTOR PERTANAHAN
Sub Bag. TU
1) Seksi Infra Struktur Pertanahan
2) Seksi Hubungan Hukum Pertanahan
3) Seksi Penataan Pertanahan
4) Seksi Pengadaan Tanah
5) Seksi Penanganan Masalah dan
Pengendalian Pertanahan
Surat M A & TR / Ka BPN No.3731/3.41-100/VIII/ 2016
tgl 29 Agustus 2016

KANTOR PERTANAHAN
Sub Bag. TU

1) Seksi Infra Struktur Pertanahan


a. Subsi Pengukuran dan Pemetaan
Dasar dan Tematik Pertanahan
b. Subsi Pengukuran dan Pemetaan
Kadastral
Surat M A & TR / Ka BPN No.3731/3.41-100/VIII/ 2016
tgl 29 Agustus 2016

KANTOR PERTANAHAN
Sub Bag. TU

2) Seksi Hubungan Hukum Pertanahan


a. Subsi Penetapan HT dan
Pemberdayaan HT Masyarakat
b. Subsi Pendaftaran Hak Tanah
c. Subsi Pemeliharaan Data HT dan
PEMBINAAN PPAT
Surat M A & TR / Ka BPN No.3731/3.41-100/VIII/ 2016
tgl 29 Agustus 2016

KANTOR PERTANAHAN
Sub Bag. TU

3) Seksi Penataan Pertanahan


a. Subsi Penatagunaan Tanah dan
Kawasan Tertentu
b. Subsi Landreform dan Konsolidasi
Tanah
Surat M A & TR / Ka BPN No.3731/3.41-100/VIII/ 2016
tgl 29 Agustus 2016

KANTOR PERTANAHAN
Sub Bag. TU

4) Seksi Pengadaan Tanah


a. Subsi Pemanfaatan Tanah
Pemerintah dan Penilaian Tanah
b. Subsi Fasilitasi Pengadaan dan
Penetapan Tanah Pemerintah
Surat M A & TR / Ka BPN No.3731/3.41-100/VIII/ 2016
tgl 29 Agustus 2016

KANTOR PERTANAHAN
Sub Bag. TU

5) Seksi Penanganan Masalah dan


Pengendalian Pertanahan
a. Subsi Penanganan Sengketa Konflik
dan Perkara Pertanahan
b. Subsi Pengendalian, Penertiban dan
Pendayagunaan Tanah Terlantar
PROGRAM PERCEPATAN PENDAFTARAN TANAH

Peraturan Menteri Agraria Dan Tata


Ruang/ Kepala Badan Pertanahan
Nasional Nomor 28 Tahun 2016
Tentang
Percepatan Program Nasional Agraria
(Prona) Melalui Pendaftaran Tanah
Sistematis
PROGRAM PENANGANAN SENGKETA

Peraturan Menteri Agraria Dan Tata


Ruang/ Kepala Badan Pertanahan
Nasional Republik Indonesia
Nomor 11 Tahun 2016 Tentang
Penyelesaian Kasus Pertanahan
PPAT  Pejabat Tata Usaha Negara
Pasal 19 UUPA
(1) Untuk menjamin kepastian hukum oleh Pemerintah diadakan pendaftaran
tanah diseluruh wilayah Republik Indonesia menurut ketentuan-
ketentuan yang diatur dengan Peraturan Pemerintah
Pasal 6 ayat (2) PP 24/1997
(2) Dalam melaksanakan pendaftaran tanah, Kepala Kantor Pertanahan
dibantu oleh PPAT dan Pejabat lain yang ditugaskan untuk melaksanakan
kegiatan-kegiatan tertentu menurut Peraturan Pemerintah ini dan
peraturan perundang-undangan yang bersangkutan
Pasal 1 angka 8 UU No. 51 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara
menyatakan bahwa, Pejabat Tata Usaha Negara adalah Badan atau Pejabat
yang melaksanakan urusan pemerintahan berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
PPAT  Pejabat Tata Usaha Negara
1) PPAT sebagai pejabat Tata Usaha Negara (TUN) yang
menerbitkan AKTA OTENTIK dapat melakukan kesalahan.
2) Kesalahan yang dilakukan oleh PPAT merupakan perbuatan
yang termasuk sebagai perbuatan yang melawan hukum.
3) Kesalahan (schuld) dari PPAT dapat terjadi karena kelalaian
(culpa) atau karena kesengajaan (dolus).
4) Atas perbuatan karena kelalaian atau kesengajaan akan
menghasilkan AKTA PPAT yang cacat hukum.
5) Dapat terjadi juga unsur penipuan (bedrog), kesesatan
(dwaling) dan atau paksaan (dwang) dalam pembuatan
Akta.
 Berakibat PERDATA maupun PIDANA terhadap PPAT
AKTA PPAT
PPAT harus memutuskan menerima atau menolak
permohonan para pihak untuk membuat akta atas suatu bidang
tanah tertentu.
PPAT menerima ataupun menolak itu merupakan keputusan yang
bersifat konkrit dan individual dan karena itu dianggap identik
dengan keputusan Pejabat TUN yang merupakan penetapan
(beschikking).
PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PPAT terletak pada
TANGGUNG JAWABNYA.
AKTA PPAT
PPAT bukan SEKEDAR MENCATAT perjanjian para pihak
saja tetapi PPAT membuat suatu KEPUTUSAN dengan
mengesahkan perjanjian di bawah tangan para pihak
menjadi Akta Otentik.
Akta PPAT yang ditolak pendaftarannya oleh Kepala
Kantor Pertanahan artinya akta tersebut dinyatakan tidak
otentik. Ditolaknya akta PPAT oleh Kepala Kantor tidak
serta merta batalnya perjanjian para pihak.
Selain Kepala Kantor Pertanahan … Siapa yang
berwenang menyatakan suatu akta PPAT tidak otentik?
BERALIHNYA HAK
Para pihak datang ke PPAT ada dua kemungkinan:
1) Peralihan hak di bawah tangan telah membuat hak
beralih,  PPAT tinggal membuat Akta Otentik
2) Hak atas tanah belum beralih  beralihnya hak di
hadapan PPAT saat dibuatnya Akta Otentik.
Karena Otentik hak atas tanah dapat didaftar utk
memenuhi asas publisitas pendaftaran tanah.
KEPUTUSAN MEMBUAT AKTA PPAT

PPAT harus memutuskan menerima atau menolak


permohonan para pihak untuk membuat akta atas suatu
bidang tanah tertentu.
PPAT menerima ataupun menolak itu merupakan
keputusan yang bersifat konkrit dan individual dan karena
itu dianggap identik dengan keputusan Pejabat TUN yang
merupakan penetapan (beschikking).
SALAH SATU PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP
PPAT terletak pada TANGGUNG JAWABNYA.
INGAT !! PPAT WAJIB :
1. Memberikan penjelasan kepada pihak-pihak
yg menghadap, apa yg boleh dan apa yg
tidak boleh, apa yang melanggar dan apa yg
tidak melanggar hukum, sebelum akta di
buat.
2. Para Pihak harus merasa terjamin dan aman
atas kepastian hukum peralihan hak yang
berlangsung
AKTA REKTIFIKASI
1. APHT semula tidak memperjanjikan ROYA
PARSIIL, para pihak berkehendak adanya
ROYA PARSIIL  maka dibuat APHT baru
yang memperjanjikan ROYA PARSIIL dengan
menunjuk APHT lama.
2. Selanjutnya APHT baru (rektifikasi akta)
dijahit bersama-sama APHT lama dalam
SERTIPIKAT HAK TANGGUNGANNYA.
KASUS
Ayah mempunyai 3 anak kandung, X,
Y , Z memiliki sebidang tanah
sertipikat an ayah harta gono gini
dengan istrinya yang baru saja
meninggal . Tanah mau diserahkan ke
si Y. Bagaimana prosesnya??
WARIS  Pasal 111 PMNA/Ka BPN 3/97
Peralihan Hak Karena Pewarisan
Pasal 111
(1) Permohonan pendaftaran peralihan hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun diajukan oleh ahli waris
atau kuasanya dengan melampirkan :
a. sertipikat hak atas tanah atau sertipikat Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun atas nama pewaris, atau, apabila
mengenai tanah yang belum terdaftar, bukti pemilikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 Peraturan Pemerintah
Nomor 24 Tahun 1997;
b. surat kematian atas nama pemegang hak yang tercantum dalam sertipikat yang bersangkutan dari Kepala Desa/Lurah
tempat tinggal pewaris waktu meninggal dunia, rumah sakit, petugas kesehatan, atau intansi lain yang berwenang;
c. surat tanda bukti sebagai ahli waris yang dapat berupa :
1) wasiat dari pewaris, atau
2) putusan Pengadilan, atau
3) penetapan hakim/Ketua Pengadilan, atau
4) - bagi warganegara Indonesia penduduk asli: surat keterangan ahli waris yang dibuat oleh para ahli waris dengan
disaksikan oleh 2 (dua) orang saksi dan dikuatkan oleh Kepala Desa/Kelurahan dan Camat tempat tinggal pewaris pada
waktu meninggal dunia;
- bagi warganegara Indonesia keturunan Tionghoa: akta keterangan hak mewaris dari Notaris,
- bagi warganegara Indonesia keturunan Timur Asing lainnya: surat keterangan waris dari Balai Harta Peninggalan.
d. surat kuasa tertulis dari ahli waris apabila yang mengajukan permohonan pendaftaran peralihan hak bukan ahli waris
yang bersangkutan;
e. bukti identitas ahli waris;
WARIS Pasal 111 PMNA/Ka BPN 3/97
(2) Apabila pada waktu permohonan
pendaftaran peralihan sudah ada putusan
pengadilan atau penetapan hakim/Ketua
Pengadilan atau akta mengenai pembagian
waris sebagaimana dimaksud Pasal 42 ayat
(4) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun
1997, maka putusan/penetapan atau akta
tersebut juga dilampirkan pada permohonan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
WARIS Pasal 111 PMNA/Ka BPN 3/97
(3) Akta mengenai pembagian waris sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dapat dibuat dalam bentuk
akta dibawah tangan oleh semua ahli waris dengan
disaksikan oleh 2 orang saksi atau dengan akta
notaris.
(4) Apabila ahli waris lebih dari 1 (satu) orang dan
belum ada pembagian warisan, maka pendaftaran
peralihan haknya dilakukan kepada para ahli waris
sebagai pemilikan bersama, dan pembagian hak
selanjutnya dapat dilakukan sesuai ketentuan Pasal
51 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997.
WARIS  Pasal 111 PMNA/Ka BPN 3/97
(5) Apabila ahli waris lebih dari 1 (satu) orang dan
pada waktu pendaftaran peralihan haknya disertai
dengan akta pembagian waris yang memuat
keterangan bahwa hak atas tanah atau Hak Milik
Atas Satuan Rumah Susun tertentu jatuh kepada 1
(satu) orang penerima warisan, maka pencatatan
peralihan haknya dilakukan kepada penerima
warisan yang bersangkutan berdasarkan akta
pembagian waris tersebut.  Bukan dengan
Akta Pembagian Hak Bersama (Akta PPAT)
HAK ATAS TANAH BEDA DENGAN KEPEMILIKAN
TANAH
Hak Atas Tanan (HAT) harus dibedakan dengan Hak Kepemilikan Tanah!!!
HAT adalah hak untuk menggunakan dan memanfaatkan tanah.
HAT yang melekat pada Hak Kepemilikan:
 HM, HGB dan HP di atas tanah Negara, HGU.
atau yang melekat pada Hak Perjanjian Penggunaan
tanah:
 HGB , HP di atas HPL dan HGB, HP di atas Hak Milik .
Jual Beli HM SARUSUN yg tanah bersamanya HGB di atas HPL harus
dijelasKan dalam aktanya bahwa HGB ini di atas TANAH MILIK
Pemerintah Kota Surabaya dengan HPL no. ..dst.

Anda mungkin juga menyukai