Anda di halaman 1dari 56

PERATURAN

JABATAN NOTARIS
(PJN)
Oleh : Dr. Tony, S.H., Sp.N., M.Kn.
1. Dasar Hukum Jabatan Notaris ;
2. Notaris : Jabatan atau Profesi ? ;

Silabus : 3.
4.
Akuntabilitas dan Independensi Notaris ;
Asas – Asas Pelaksanaan Jabatan Notaris ;
5. Sejarah Jabatan Notaris ;
6. Ketentuan Umum Jabatan Notaris ;
a. Pengertian Notaris ;
b. Kewenangan, Kewajiban dan Larangan Notaris ;
c. Tempat Kedudukan, Formasi dan Wilayah Jabatan Notaris ;
d. Perserikatan Perdata Notaris.

7. Pengangkatan Notaris ;
8. Pemberhentian Notaris ;
9. Notaris dalam Gugatan Perdata ;
10. Notaris dalam Gugatan Pidana.
I. Dasar Hukum Jabatan Notaris
1. Kitab Undang – Undang Hukum Perdata (KUHPerdata)
• Pasal 1868 KUHPerdata : Suatu akta otentik adalah yang sedemikian, yang dibuat dalam bentuk yang ditentukan oleh
undang – undang oleh atau di hadapan pejabat umum yang berwenang untuk itu, di tempat dimana itu dibuat.
• Pasal 1870 KUHPerdata : Bagi para pihak yang berkepentingan beserta para ahli warisnya ataupun bagi orang-orang yang
mendapatkan hak dari mereka, suatu akta otentik memberikan suatu bukti yang sempurna tentang apa yang termuat di
dalamnya.

2.Kitab Undang – Undang Hukum Dagang (KUHD)


• Pasal 147 KUHD : Penolakan akseptasi atau penolakan pembayaran harus dinyatakan dengan akta otentik.
• Pasal 218 b KUHD : Protes non-pembayaran harus dibuat oleh seorang notaris atau seorang jurusita. Mereka harus
disertai oleh dua orang saksi.

3. Undang – Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang – Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang
Jabatan Notaris
• Pasal 1 angka 1 : Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta autentik dan memiliki kewenangan
lainnya sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini atau berdasarkan undang – undang lainnya.
4. Undang – Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
• Pasal 7 ayat (1) : Perseroan didirikan oleh 2 (dua) orang atau lebih dengan akta notaris yang dibuat dalam
bahasa Indonesia.
• Pasal 21 ayat (4) : Perubahan anggaran dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3)
dimuat atau dinyatakan dalam akta notaris dalam bahasa Indonesia.

5. Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang – Undang Nomor 16 Tahun 2001
tentang Yayasan
• Pasal 11 ayat (2) : Untuk memperoleh pengesahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pendiri atau
kuasanya mengajukan permohonan kepada Menteri melalui Notaris yang membuat akta pendirian Yayasan
tersebut.

6. Peraturan Perkumpulan CV (Commanditaire Vennootschap)


• CV (Commanditaire Vennootschap) diatur dalam Pasal 16 – 35 Kitab Undang – Undang Hukum Dagang (KUHD),
dimana terdapat peranan notaris dalam pendirian CV (Commanditaire Vennootschap) yang terdapat pada Pasal
22 KUHD yang menyatakan bahwa akta pendirian CV didirikan dengan akta otentik dan pada Pasal 23 KUHD
menyatakan bahwa akta otentik notaris berkaitan dengan pendirian CV harus didaftarkan dalam register yang
disediakan di kepaniteraan pengadilan negerti yang dalam daerah hukum perseroan mereka bertempat
kedudukan.
A. Italia Utara

Sejarah Jabatan - Abad ke-11 s/d 12 : Lembaga Notariat Pertama “Latjinse Notariaat”

Notaris - Notaris diangkat oleh penguasa umum untuk kepentingan


masyarakat umum dan menerima uang jasanya (honorarium) dari
masyarakat umum.
A. Italia Utara - Lembaga notariat ini di seluruh daratan Eropa dan melalui Spanyol

B. Perancis sampai pada negara – negara Amerika Tengah, Amerika Selatan dan
hingga ke Perancis dan sampai pada Negara – Negara di dunia
C. Belanda lainnya.

D. Indonesia - Tahun 1888 diadakan peringatan delapan abad berdirinya sekolah


hukum Bologna, yang merupakan universitas tertua di dunia yang
didirikan oleh Irnerius.
B. Perancis
Sejarah Jabatan - Abad ke-13 : Perkembangan lembaga notariat dibawa ke

Notaris Perancis, dimana notariat memperoleh puncak


perkembangannya
- Raja Lodewijk de Heilige berjasa di dalam pembuatan
A. Italia Utara perundang-undangan di bidang notariat, yang menjadi contoh
B. Perancis bagi perundang-undangan selanjutnya di bidang notariat.

C. Belanda - 6 Oktober 1791, Perancis mengundangkan undang-undang di


bidang notariat.
D. Indonesia - Undang-Undang tersebut kemudian diganti lagi, yakni dengan
undang-undang dari 25 Ventose an XI (16 Maret 1803)
C. Belanda

Sejarah Jabatan - Belanda dijajah Perancis pada periode tahun 1806 sampai dengan tahun
1813 oleh Raja Louis Napoleon.
Notaris - Belanda mengadopsi sistem kenotariatan Latin yang dianut oleh Perancis.
- Dekrit Kaisar 1 Maret 1811 berlakulah undang-undang kenotariatan

A. Italia Utara Perancis di Belanda.


- Peraturan Perancis (25 Ventose an XI menjadi peraturan umum pertama
B. Perancis yang mengatur kenotariatan di Belanda.

C. Belanda - Setelah Belanda lepas dari kekuasaan Perancis pada tahun 1813, peraturan
buatan Perancis ini tetap dipakai sampai tahun 1842 yakni pada saat
D. Indonesia Belanda mengeluarkan Undang-Undang tanggal 9 Juli 1842 (Ned. Stb no
20) tentang Jabatan Notaris.
D. Indonesia
- Perkembangan notariat melalui negeri Belanda dibawa ke Indonesia

Sejarah Jabatan - Belanda mengadopsi sistem kenotariatan Latin yang dianut oleh
Perancis.
Notaris - Pada tahun 1620, Melchior Kerchem diangkat sebagai notaris pertama
di Indonesia.
A. Italia Utara - Di dalam tahun 1822 (Stb. Nomor 11) dikeluarkan “Instructie voor de

B. Perancis notarissen in Indonesia” yang terdiri dari 34 pasal.


- Pada tahun 1860 Pemerintah Belanda mengeluarkan peraturan
C. Belanda mengenai jabatan notaris di Indonesia yaitu Peraturan Jabatan Notaris
D. Indonesia (Notariis Reglement).
- Undang – Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris.
- Undang – Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan atas
Undang – Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris.
NOTARIS :
JABATAN ATAU PROFESI ?
• Menurut Izenic, bentuk Notaris dapat dibagi 2, yaitu :
Berdasarkan UUJN, telah
1. Notariat Functionnel, dalam mana wewenang pemerintah
menetapkan Notaris sebagai
Jabatan Notaris dan Notaris didelegasikan dan demikian kebenaran isi akta mempunyai
sebagai Profesi sebagaimana kekuatan bukti formal dan kekuatan eksekusi.
tersebut dalam Konsiderans 2. Notariat Professionel, dalam hal walaupun pemerintah
huruf c, yaitu :
mengatur tentang organisasinya tetapi akta – akta notaris itu
“bahwa Notaris merupakan
Jabatan tertentu yang tidak mempunyai akibat – akibat khusus tentang
menjalankan profesi dalam kebenarannya, kekuatan bukti, demikian pula kekuatan
pelayanan hukum kepada eksekutorialnya.
masyarakat”
Dalam hal membedakan Notaris di Indonesia sebagai Notaris
Melihat hal tersebut, Fungsional atau Profesional, dapat dilihat dari :
menunjukkan inkonsistensi
dalam penentuan Notaris 1. Kekuatan akta yang dibuat oleh atau dihadapan Notaris
sebagai suatu Jabatan atau Fungsional adalah sempurna dan kuat
Profesi.
2. Notaris Fungsional menerima tugas yang didelegasi dari
Negara.
3. Notaris diatur dalam Undang – Undang yaitu UUJN.

Kesimpulan : Notaris di Indonesia adalah merupakan suatu JABATAN (BUKAN PROFESI)


AKUNTABILITAS DAN
INDEPENDENSI NOTARIS
Notaris sebagai Pejabat umum Indepedensi terdapat 3 bentuk, yaitu :
harus Independen. 1. Structural Independen adalah independen secara kelembagaan
(institusional)
Independen ini merupakan 2. Functional Independen adalah independen dari fungsinya yang
kemerdekaan Pejabat Umum bebas disesuaikan dengan peraturan perundang - undangan
dari intervensi atau pengaruh pihak
lain. 3. Financial Independen adalah independen dalam bidang keuangan
yang tidak pernah memperoleh anggaran dari pihak manapun juga
Oleh karena itu dalam konsep
Independen harus diimbangi dengan Akuntabilitas terdiri dari :
konsep Akuntabilitas.
1. Akuntabilitas Spiritual
Akuntabilitas merupakan 2. Akuntabilitas Moral
keterbukaan (transparency)
menerima kritik dan pengawasan 3. Akuntabilitas Hukum
(controlled) dari luar serta
bertanggung jawab kepada pihak 4. Akuntabilitas Profesional
luar atau hasil pekerjaannya 5. Akuntabilitas Administratif
berkaitan dengan tugas jabatannya
6. Akuntabilitas Keuangan
ASAS – ASAS PELAKSANAAN
TUGAS JABATAN NOTARIS
1. Asas Persamaan

2. Asas Kepercayaan

3. Asas Kepastian Hukum


ASAS – ASAS
4. Asas Kecermatan
PELAKSANAAN
5. Asas Pemberian Alasan
TUGAS JABATAN
NOTARIS 6. Larangan Penyalahgunaan Wewenang

7. Larangan Bertindak Sewenang – Wenang

8. Asas Proporsionalitas

9. Asas Profesionalitas
1. Asas Persamaan
Asas dimana Notaris dalam menjalankan tugas dan memberikan pelayanan
kepada masyarakat tidak membeda-bedakan satu dengan yang lainnya
berdasarkan keadaan sosial – ekonomi atau alasan lainnya. Alasan – alasan seperti
ini tidak dibenarkan untuk dilakukan oleh Notaris dalam melayani masyarakat,
hanya alasan hukum yang dapat dijadikan dasar bahwa Notaris dapat tidak
memberikan jasa kepada yang menghadap Notaris.
Bahkan dalam keadaan tertentu Notaris wajib memberikan jasa hukum di bidang
kenotariatan secara cuma-cuma kepada yang tidak mampu (Pasal 37 UUJN).
2. Asas Kepercayaan
Jabatan Notaris merupakan jabatan kepercayaan yang harus selaras
dengan mereka yang menjalankan tugas jabatan Notaris sebagai
orang yang dapat dipercaya.
Salah satu bentuk dari Notaris sebagai jabatan kepercayaan adalah
Notaris mempunyai kewajiban untuk merahasiakan segala sesuatu
mengenai akta yang dibuatnya sesuai dengan sumpah / janji
jabatannya dimana diatur dalam Pasal 16 ayat (1) huruf e UUJN
tentang kewajiban Notaris dalam menjaga kerahasiaan akta.
3. Asas Kecermatan
Notaris dalam mengambil suatu tindakan harus dipersiapkan dan
didasarkan pada aturan hukum yang berlaku. Meneliti semua bukti
yang diperlihatkan kepada Notaris dan mendengarkan keterangan
atau pernyataan para pihak wajib dilakukan sebagai bahan dasar untuk
dituangkan dalam akta.
Asas kecermatan ini merupakan penerapan dari Pasal 16 ayat (1)
huruf a UUJN, antara lain dalam menjalankan tugas jabatan wajib
bertindak secara seksama.
4. Asas Pemberian Alasan
Setiap akta yang dibuat di hadapan atau oleh Notaris harus
mempunyai alasan dan fakta yang mendukung untuk akta yang
bersangkutan atau ada pertimbangan hukum yang harus dijelaskan
kepada para pihak / penghadap.
5. Larangan Penyalahgunaan Wewenang
Pasal 15 UUJN merupakan batas kewenangan Notaris dalam
menjalankan tugas jabatannya.
Penyalahgunaan wewenang adalah suatu tindakan yang dilakukan
oleh Notaris di luar dari wewenang yang telah ditentukan.
Dalam hal Notaris melakukan penyalahgunaan wewenang yang
merugikan para pihak, maka para pihak yang menderita kerugian
dapat menuntut penggantian biaya, ganti rugi, dan bunga kepada
Notaris.
6. Larangan Bertindak Sewenang - wenang

Notaris dalam pembuatan akta, hendak mempertimbangkan dan


melihat seluruh dokumen yang diperlihatkan kepada Notaris.
Dalam hal ini, Notaris mempunyai peranan untuk menentukan suatu
tindakan dapat dituangkan dalam bentuk akta atau tidak, dan
keputusan yang diambil harus didasarkan pada alasan hukum yang
hendak dijelaskan kepada para pihak.
7. Asas Proporsionalitas
Notaris dalam menjalankan tugas jabatannya wajib bertindak menjaga
kepentingan para pihak yang terkait dalam perbuatan hukum atau
dalam menjalankan tugas jabatan Notaris, wajib mengutamakan
adanya keseimbangan antara hak dan kewajiban para pihak yang
menghadap Notaris.
Notaris dituntut untuk mendengar dan mempertimbangkan keinginan
para pihak agar tindakan yang dituangkan dalam akta dapat menjaga
kepentingan para pihak secara proporsional.
8. Asas Profesionalitas
Pasal 16 ayat (1) huruf d, Notaris wajib memberikan pelayanan sesuai
dengan ketentuan dalam UUJN, kecuali ada alasan untuk menolaknya.
Asas ini mengutamakan keahlian (keilmuan) Notaris dalam
menjalankan tugas jabatannya berdasarkan UUJN dan Kode Etik
Jabatan Notaris.
Tindakan professional Notaris dalam menjalankan tugas jabatannya
diwujudkan dalam melayani masyarakat dan akta yang dibuat
dihadapan atau oleh Notaris.
KETENTUAN UMUM
JABATAN NOTARIS
Pasal 1 Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta
autentik dan memiliki kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud
angka 1 dalam Undang-Undang ini atau berdasarkan undang-undang lainnya

Pengertian Pasal 1 Pejabat Sementara Notaris adalah seorang yang untuk sementara
menjabat sebagai Notaris untuk menjalankan jabatan dari Notaris
Jabatan Notaris angka 2 yang meninggal dunia

Notaris Pengganti adalah seorang yang untuk sementara diangkat


Pasal 1 sebagai Notaris untuk menggantikan Notaris yang sedang cuti, sakit,
angka 3 atau untuk sementara berhalangan menjalankan jabatannya sebagai
Notaris.
Pejabat Umum
Berdasarkan Pasal 1 angka 1 UUJN, Notaris dikualifikasikan sebagai
Pejabat Umum.
Dengan demikian, Notaris berperan melaksanakan sebagian tugas
Negara dalam bidang hukum keperdataan dan kepada Notaris
dikualifikasikan sebagai Pejabat Umum yang berwenang untuk membuat
akta otentik.
Pemberian kualifikasi sebagai Pejabat Umum tidak hanya kepada Notaris
saja, tetapi juga diberikan kepada PPAT dan Pejabat Lelang.
Maka, Notaris sudah pasti Pejabat Umum tapi tidak setiap Pejabat
Umum adalah Notaris.
Kewenangan (Pasal 15 ayat (1) UUJN)
a. membuat Akta autentik mengenai semua perbuatan, perjanjian, dan penetapan yang diharuskan oleh peraturan
perundang-undangan dan/atau yang dikehendaki oleh yang berkepentingan untuk dinyatakan dalam Akta
autentik ;

b. menjamin kepastian tanggal pembuatan Akta ;

c. menyimpan Akta ;

d. memberikan grosse, salinan dan kutipan Akta, semuanya itu sepanjang pembuatan Akta itu tidak juga
ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat lain atau orang lain yang ditetapkan oleh undang-undang.
Kewenangan lainnya (Pasal 15 ayat (2) UUJN)
a. mengesahkan tanda tangan dan menetapkan kepastian tanggal surat di bawah tangan dengan
mendaftar dalam buku khusus;

b. membukukan surat di bawah tangan dengan mendaftar dalam buku khusus;

c. membuat kopi dari asli surat di bawah tangan berupa salinan yang memuat uraian sebagaimana ditulis
dan digambarkan dalam surat yang bersangkutan;

d. melakukan pengesahan kecocokan fotokopi dengan surat aslinya;

e. memberikan penyuluhan hukum sehubungan dengan pembuatan Akta;

f. membuat Akta yang berkaitan dengan pertanahan; atau

g. membuat Akta risalah lelang.


Pasal 15 ayat (3) UUJN

Selain kewenangan-kewenangan tersebut


diatas, notaris juga mempunyai
kewenangan lainnya apabila diatur dalam
peraturan perundang – undangan.
a. bertindak amanah, jujur, saksama, mandiri, tidak berpihak, dan menjaga kepentingan pihak yang terkait
dalam perbuatan hukum;

b. membuat Akta dalam bentuk Minuta Akta dan menyimpannya sebagai bagian dari Protokol Notaris;

c. melekatkan surat dan dokumen serta sidik jari penghadap pada Minuta Akta;

d. mengeluarkan Grosse Akta, Salinan Akta, atau Kutipan Akta berdasarkan Minuta Akta;

e. memberikan pelayanan sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang ini, kecuali ada alasan untuk
menolaknya;

f. merahasiakan segala sesuatu mengenai Akta yang dibuatnya dan segala keterangan yang diperoleh guna
pembuatan Akta sesuai dengan sumpah/janji jabatan, kecuali undang-undang menentukan lain;
Kewajiban g. menjilid Akta yang dibuatnya dalam 1 (satu) bulan menjadi buku yang memuat tidak lebih dari 50 (lima puluh)
(Pasal 16 UUJN) Akta, dan jika jumlah Akta tidak dapat dimuat dalam satu buku, Akta tersebut dapat dijilid menjadi lebih dari
satu buku, dan mencatat jumlah Minuta Akta, bulan, dan tahun pembuatannya pada sampul setiap buku;

h. membuat daftar dari Akta protes terhadap tidak dibayar atau tidak diterimanya surat berharga;

i. membuat daftar Akta yang berkenaan dengan wasiat menurut urutan waktu pembuatan Akta setiap bulan;

j. mengirimkan daftar Akta sebagaimana dimaksud dalam huruf i atau daftar nihil yang berkenaan dengan
wasiat ke pusat daftar wasiat pada kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
hukum dalam waktu 5 (lima) hari pada minggu pertama setiap bulan berikutnya;

k. mencatat dalam repertorium tanggal pengiriman daftar wasiat pada setiap akhir bulan;

l. mempunyai cap atau stempel yang memuat lambang negara Republik Indonesia dan pada ruang yang
melingkarinya dituliskan nama, jabatan, dan tempat kedudukan yang bersangkutan;

m. membacakan Akta di hadapan penghadap dengan dihadiri oleh paling sedikit 2 (dua) orang saksi, atau 4
(empat) orang saksi khusus untuk pembuatan Akta wasiat di bawah tangan, dan ditandatangani pada saat itu
juga oleh penghadap, saksi, dan Notaris; dan

n. menerima magang calon Notaris.


Pasal 16 ayat (7) UUJN
Kewajiban notaris dalam pembacaan akta tidak wajib
dilakukan, jika penghadap menghendaki agar akta tidak
dibacakan karena penghadap telah membaca sendiri,
mengetahui, dan memahami isinya, dengan ketentuan bahwa
hal tersebut dinyatakan dalam penutup akta serta pada setiap
halaman minuta akta diparaf oleh penghadap,saksi, dan
notaris.
a. menjalankan jabatan di luar wilayah jabatannya;
b. meninggalkan wilayah jabatannya lebih dari 7 (tujuh) hari kerja berturut-turut
tanpa alasan yang sah;
c. merangkap sebagai pegawai negeri;
d. merangkap jabatan sebagai pejabat negara;

Larangan e. merangkap jabatan sebagai advokat;

(Pasal 17 UUJN) f. merangkap jabatan sebagai pemimpin atau pegawai badan usaha milik negara,
badan usaha milik daerah atau badan usaha swasta;
g. merangkap jabatan sebagai Pejabat Pembuat Akta Tanah dan/atau Pejabat
Lelang Kelas II di luar tempat kedudukan Notaris;
h. menjadi Notaris Pengganti; atau
i. melakukan pekerjaan lain yang bertentangan dengan norma agama,
kesusilaan, atau kepatutan yang dapat mempengaruhi kehormatan dan
martabat jabatan Notaris.
Formasi

Tempat Kedudukan Pasal 22 UUJN :


(1) Formasi Jabatan Notaris ditetapkan berdasarkan: kegiatan dunia
Pasal 18 UUJN : usaha; jumlah penduduk; dan/atau rata-rata jumlah akta yang dibuat
(1) “Notaris mempunyai tempat oleh dan/atau di hadapan Notaris setiap bulan.
kedudukan di daerah kabupaten
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai Formasi Jabatan Notaris
atau kota.
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diaturdalam Peraturan Menteri.
(2) Notaris mempunyai wilayah
jabatan meliputi seluruh wilayah
provinsi dari tempat kedudukannya.

Pasal 19 UUJN : Wilayah Jabatan


(1) Notaris wajib mempunyai hanya Pasal 18 ayat (2) UUJN : menyatakan bahwa wilayah jabatan adalah
satu kantor, yaitu di tempat meliputi seluruh wilayah propinsi dari tempat kedudukannya.
kedudukannya.
(2) Notaris tidak berwenang secara Pasal 23 UUJN : Notaris dapat mengajukan permohonan pindah
teratur menjalankan jabatan di luar wilayah jabatan Notaris secara tertulis kepada Menteri dengan syarat
tempat kedudukannya. bahwa notaris tersebut hendak 3 (tiga) tahun berturut-turut
melaksanakan tugas jabatan pada daerah tempat kedudukan notaris
Perserikatan Perdata Notaris
Pasal 20 ayat (1) UUJN :
“notaris dapat menjalankan jabatannya dalam bentuk persekutuan perdata dengan
tetap memperhatikan kemandirian dan ketidakberpihakan dalam menjalankan
jabatannya.”

Undang-undang Jabatan Notaris terbaru tidak dijelaskan pada bagian penjelasan


pada bagian undang-undang tersebut, tetapi pada Undang-undang Nomor 30 Tahun
2004 tentang Jabatan Notaris pada bagian penjelasan pasal tersebut dijelaskan
bahwa yang dimaksud dengan perserikatan perdata merupakan kantor bersama
notaris.
Siapa yang mengangkat Notaris dan memberhentikan Notaris ?

Pasal 2 UUJN :
“Notaris diangkat dan diberhentikan oleh Menteri.”

Pasal 1 angka 14 UUJN :


“Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang hukum.”
Pengangkatan Notaris menganut 3 (tiga) asas

Transparansi

Pengangkatan
Notaris

Ketepatan
Keadilan
Waktu
a. warga negara Indonesia;

b. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;


Syarat
c. berumur paling sedikit 27 (dua puluh tujuh) tahun;
untuk
dapat d. sehat jasmani dan rohani yang dinyatakan dengan surat keterangan sehat dari dokter
dan psikiater;
diangkat e. berijazah sarjana hukum dan lulusan jenjang strata dua kenotariatan;
menjadi f. telah menjalani magang atau nyata-nyata telah bekerja sebagai karyawan Notaris dalam
Notaris waktu paling singkat 24 (dua puluh empat) bulan berturut-turut pada kantor Notaris atas
prakarsa sendiri atau atas rekomendasi Organisasi Notaris setelah lulus strata dua
(Pasal 3 UUJN) kenotariatan;
g. tidak berstatus sebagai pegawai negeri, pejabat negara, advokat, atau tidak sedang
memangku jabatan lain yang oleh undang-undang dilarang untuk dirangkap dengan
jabatan Notaris; dan
h. tidak pernah dijatuhi pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan
pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih.
Sumpah / Janji yang diucapkan oleh Notaris di hadapan Menteri atau pejabat
yang ditunjuk (sebelum menjalankan jabatannya)
(Pasal 4 UUJN)

“Saya bersumpah/berjanji:
bahwa saya akan patuh dan setia kepada negara republik indonesia, pancasila dan
undang-undang dasar negara republik indonesia tahun 1945, undang-undang tentang
jabatan notaris serta peraturan perundang-undangan lainnya. bahwa saya akan
menjalankan jabatan saya dengan amanah, jujur, saksama, mandiri, dan tidak berpihak.
bahwa saya akan menjaga sikap, tingkah laku saya, dan akan menjalankan kewajiban
saya sesuai dengan kode etik profesi, kehormatan, martabat, dan tanggung jawab saya
sebagai notaris. bahwa saya akan merahasiakan isi akta dan keterangan yang diperoleh
dalam pelaksanaan jabatan saya. bahwa saya untuk dapat diangkat dalam jabatan ini,
baik secara langsung maupun tidak langsung, dengan nama atau dalih apa pun, tidak
pernah dan tidak akan memberikan atau menjanjikan sesuatu kepada siapa pun."

Sumpah/janji tersebut diucapkan dengan waktu paling lambat 2 (dua) bulan terhitung sejak keputusan pengangkatan sebagai Notaris. Apabila notaris tidak
melakukan pengucapan sumpah/janji yang dimaksud maka keputusan pengangkatan notaris dapat dibatalkan oleh Menteri.
menjalankan
jabatannya dengan
nyata;
Kewajiban Notaris
Setelah
menyampaikan berita acara sumpah/janji
Pengambilan jabatan Notaris kepada Menteri,
Sumpah Organisasi Notaris, dan Majelis Pengawas
Daerah

menyampaikan alamat kantor, contoh tanda tangan, dan


paraf, serta teraan cap atau stempel jabatan Notaris
berwarna merah kepada Menteri dan pejabat lain yang
bertanggung jawab di bidang pertanahan, Organisasi
Notaris, Ketua Pengadilan Negeri, Majelis Pengawas
Daerah, serta Bupati/Walikota di tempat Notaris diangkat
Pasal 8 UUJN

1. Berhenti / Pemberhentian Dengan Hormat

Pasal 9 UUJN
Pemberhentian
2. Pemberhentian Sementara
Notaris
Pasal 12 UUJN

3. Pemberhentian Dengan Tidak Hormat


• meninggal dunia;
• telah berumur 65 (enam puluh lima) tahun;
• permintaan sendiri;
Berhenti /
Pemberhentian • tidak mampu secara rohani dan/atau jasmani
Dengan untuk melaksanakan tugas jabatan Notaris
Hormat secara terus menerus lebih dari 3 (tiga) tahun;
Pasal 8 UUJN
atau
• merangkap jabatan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 huruf g.

huruf a tersebut dapat diperpanjang sampai dengan umur 67 (enam puluh


tujuh) tahun dengan mempertimbangkan kesehatan.
• dalam proses pailit atau penundaan kewajiban
pembayaran utang;
• berada di bawah pengampuan;
Pemberhentian • melakukan perbuatan tercela;
Sementara • melakukan pelanggaran terhadap kewajiban
Pasal 9 UUJN dan larangan jabatan serta kode etik Notaris;
atau
• sedang menjalani masa penahanan.

Sebelum pemberhentian sementara dilakukan, Notaris diberi kesempatan untuk


membela diri di hadapan Majelis Pengawas secara berjenjang. Pemberhentian
sementara Notaris tersebut dilakukan oleh Menteri atas usul Majelis Pengawas Pusat.
• dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan
yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap;
• berada di bawah pengampuan secara terus-
menerus lebih dari 3 (tiga) tahun;
Pemberhentian • melakukan perbuatan yang merendahkan
Dengan Tidak kehormatan dan martabat jabatan Notaris; atau
Hormat • melakukan pelanggaran berat terhadap kewajiban
Pasal 12 UUJN dan larangan jabatan.
• Pelanggaran berat adalah tidak memenuhi
kewajiban dan melanggar larangan jabatan
notaris.

Notaris diberhentikan dengan tidak hormat oleh Menteri karena dijatuhi


pidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap karena melakukan tindak pidana yang diancam
dengan pidana penjara 5 (lima) tahun atau lebih.
Tata Cara Pengangkatan dan Pemberhentian Notaris diatur lebih
lanjut dalam :

Peraturan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik


Indonesia Nomor 25 Tahun 2014 Tentang Syarat Dan Tata
Cara Pengangkatan, Perpindahan, Pemberhentian, Dan
Perpanjangan Masa Jabatan Notaris.
NOTARIS DALAM PERKARA
PERDATA
Putusan Mahkamah Agung Nomor : 702 K/Sip/1973,
Dalam praktik, 5 September 1973
Notaris dapat • Notaris fungsinya mencatatkan apa yang dikehendaki oleh para pihak yang
menghadap tersebut. Tidak ada kewajiban bagi notaris untuk menyelidiki
dijadikan sebagai secara materil apa yang dikemukakan oleh penghadap di hadapan notaris

Tergugat oleh pihak tersebut.


• Maksudnya bahwa jika akta dibuat dihadapan atau oleh Notaris
lainnya yang merasa bermasalah, maka hal tersebut menjadi urusan para pihak sendiri sehingga
Notaris tidak perlu dilibatkan dan Notaris bukan pihak dalam akta.
bahwa akta
dikategorikan sebagai Namun demikian, Notaris dalam praktik pengadilan
tindakan Notaris Indonesia :

besama pihak lainnya 1. Notaris yang bersangkutan diajukan dan dipanggil sebagai
saksi di pengadilan menyangkut akta yang diperbuat.
yang juga tersebut 2. Notaris kerap menjadi tergugat di pengadilan
dalam akta. menyangkut akta yang diperbuat yang dianggap pihak
bagi pihak penggugat di pengadilan
Notaris Dapat Digugat
Notaris dapat digugat dan gugatan dapat langsung ditujukan kepada
Notaris sendiri (tergugat tunggal), tapi dalam hal ini ada batasannya atau
parameternya untuk menggugat Notaris, yaitu jika para pihak yang
menghadap Notaris ingin melakukan pengingkaran terhadap akta yang
telah dibuat oleh Notaris, yakni berkaitan dengan :
1. Hari, tanggal, bulan dan tahun menghadap
2. Waktu (jam/pukul) menghadap
3. Tanda tangan yang tercantum dalam minuta akta
4. Merasa tidak pernah menghadap
5. Akta tidak ditandatangani dihadapan Notaris
6. Akta tidak dibacakan
7. Alasan lain berdasarkan formalitas akta
Pengingkaran atas hal – hal tersebut dilakukan dengan cara
menggugat notaris secara perdata ke Pengadilan Negeri, maka para
pihak tersebut wajib membuktikan hal – hal yang ingin diingkarinya
dan Notaris wajib mempertahankan aspek – aspek tersebut sehingga
dalam kaitan ini perlu dipahami dan diketahui bahwa :
“Akta otentik mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna
sehingga jika ada pihak yang menilai bahwa akta tersebut tidak benar,
maka pihak tersebut wajib membuktikan penilaian tersebut sesuai
aturan hukum.”
Kepailitan
Notaris
Akta
dapat
Otentik Pihak Notaris
Notaris dijadikan
Gugatan degradasi Pihak menuntut tidak
Gugatan dapat dasar untuk
kepada menjadi merasa ganti rugi mampu
terbukti dinyatakan memberhen
Notaris akta di dirugikan kepada membayar
Pailit -tikan
bawah Notaris ganti rugi
sementara
tangan
Notaris dari
jabatannya

Proses gugatan perdata kepada Notaris


Dalam gugatan perdata berkaitan dengan Notaris, Notaris tidak dapat
menggunakan Pasal 66 UUJN, sehingga Notaris dalam perkara
perdata tidak memerlukan izin dari MKN.

Maka, disarankan agar Notaris hadir dalam persidangan agar tidak


dikeluarkan Putusan Verstek yang dapat merugikan Notaris.
NOTARIS DALAM PERKARA
PIDANA
Dalam praktik,
Pasal 66 UUJN
akta Notaris
Untuk kepentingan proses peradilan, penyidik, penuntut
dipermasalahkan oleh umum, atau hakim dengan persetujuan majelis
para pihak, maka kehormatan Notaris berwenang:
sering pula Notaris a. mengambil fotokopi Minuta Akta dan/atau surat-
ditarik sebagai pihak surat yang dilekatkan pada Minuta Akta atau
yang turut serta atau Protokol Notaris dalam penyimpanan Notaris; dan

membantu b. memanggil Notaris untuk hadir dalam pemeriksaan


yang berkaitan dengan Akta atau Protokol Notaris
melakukan suatu yang berada dalam penyimpanan Notaris.
tindak pidana yaitu
memberikan Ketentuan Pasal 66 UUJN tersebut bagi Kepolisian,
Kejaksaan atau Hakim bersifat imperative, artinya jika tidak
keterangan palsu ditaati, Kepolisian, Kejaksaan atau Hakim dapat dinyatakan
dalam akta Notaris. telah melakukan pelanggaran terhadap undang – undang.
Dalam praktik ditemukan juga, ketika Notaris tidak diizinkan oleh
MKN untuk memenuhi panggilan Kepolisian atau Kejaksaan, maka
pihak Kepolisian atau Kejaksaan akan memanggil saksi akta Notaris
yang tersebut pada bagian akhir akta.
Pemanggilan saksi akta tersebut merupakan suatu tindakan yang
tidak sesuai dengan Hukum Kenotariatan, karena pada akhir akta
yang menyebutkan dalam setiap akta wajib ada 2 (dua) orang saksi
dan akhir akta ini merupakan bagian dari aspek formal Notaris yang
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari akta Notaris itu
sendiri, dengan kata lain dengan tidak diizinkannya Notaris untuk
diperiksa oleh MKN, maka para saksi akta pun tidak perlu untuk
diperiksa.
Dalam praktik ditemukan kenyataan bahwa suatu tindakan hukum
atau pelanggaran yang dilakukan oleh Notaris sebenarnya dapat
dijatuhi sanksi administrasi atau perdata atau kode etik jabatan, tapi
kemudian ditarik sebagai suatu tindak pidana yang dilakukan oleh
Notaris. Pengkualifikasian tersebut berkaitan dengan aspek – aspek
seperti :
a. Kepastian hari, tanggal, bulan, tahun dan pukul menghadap
b. Pihak (siapa orang) yang menghadap Notaris
c. Tanda tangan yang menghadap
d. Salinan akta tidak sesuai dengan minuta akta
e. Salinan akta ada tanpa adanya minuta akta
f. Minuta akta tidak ditandatangani secara lengkap, tetapi salinan
akta telah dikeluarkan
Notaris kerap kali dikualifikasi dalam perbuatan tindak pidana yaitu
terkait dengan membuat secara palsu atau memalsukan sepucuk surat
yang seolah-olah surat tersebut adalah surat yang asli dan tidak
dipalsukan (Pasal 263 ayat (1) KUHP), memalsukan surat dan
pemalsuan tersebut telah dilakukan di dalam akta – akta otentik
(Pasal 264 ayat (1) angka 1 KUHP), mencantumkan suatu keterangan
palsu di dalam suatu akta otentik (Pasal 266 ayat (1) KUHP).
Sanksi Pidana merupakan Ultimum Remedium

Ultimum remedium adalah obat terakhir apabila sanksi atau


upaya – upaya pada cabang hukum lainnya tidak mempan
atau dianggap tidak mempan.
Oleh karena itu, penggunaannya harus dibatasi.
Terima Kasih
Oleh : Dr. Tony, S.H., Sp.N., M.Kn.

Anda mungkin juga menyukai