JABATAN NOTARIS
(PJN)
Oleh : Dr. Tony, S.H., Sp.N., M.Kn.
1. Dasar Hukum Jabatan Notaris ;
2. Notaris : Jabatan atau Profesi ? ;
Silabus : 3.
4.
Akuntabilitas dan Independensi Notaris ;
Asas – Asas Pelaksanaan Jabatan Notaris ;
5. Sejarah Jabatan Notaris ;
6. Ketentuan Umum Jabatan Notaris ;
a. Pengertian Notaris ;
b. Kewenangan, Kewajiban dan Larangan Notaris ;
c. Tempat Kedudukan, Formasi dan Wilayah Jabatan Notaris ;
d. Perserikatan Perdata Notaris.
7. Pengangkatan Notaris ;
8. Pemberhentian Notaris ;
9. Notaris dalam Gugatan Perdata ;
10. Notaris dalam Gugatan Pidana.
I. Dasar Hukum Jabatan Notaris
1. Kitab Undang – Undang Hukum Perdata (KUHPerdata)
• Pasal 1868 KUHPerdata : Suatu akta otentik adalah yang sedemikian, yang dibuat dalam bentuk yang ditentukan oleh
undang – undang oleh atau di hadapan pejabat umum yang berwenang untuk itu, di tempat dimana itu dibuat.
• Pasal 1870 KUHPerdata : Bagi para pihak yang berkepentingan beserta para ahli warisnya ataupun bagi orang-orang yang
mendapatkan hak dari mereka, suatu akta otentik memberikan suatu bukti yang sempurna tentang apa yang termuat di
dalamnya.
3. Undang – Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang – Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang
Jabatan Notaris
• Pasal 1 angka 1 : Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta autentik dan memiliki kewenangan
lainnya sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini atau berdasarkan undang – undang lainnya.
4. Undang – Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
• Pasal 7 ayat (1) : Perseroan didirikan oleh 2 (dua) orang atau lebih dengan akta notaris yang dibuat dalam
bahasa Indonesia.
• Pasal 21 ayat (4) : Perubahan anggaran dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3)
dimuat atau dinyatakan dalam akta notaris dalam bahasa Indonesia.
5. Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang – Undang Nomor 16 Tahun 2001
tentang Yayasan
• Pasal 11 ayat (2) : Untuk memperoleh pengesahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pendiri atau
kuasanya mengajukan permohonan kepada Menteri melalui Notaris yang membuat akta pendirian Yayasan
tersebut.
Sejarah Jabatan - Abad ke-11 s/d 12 : Lembaga Notariat Pertama “Latjinse Notariaat”
B. Perancis sampai pada negara – negara Amerika Tengah, Amerika Selatan dan
hingga ke Perancis dan sampai pada Negara – Negara di dunia
C. Belanda lainnya.
Sejarah Jabatan - Belanda dijajah Perancis pada periode tahun 1806 sampai dengan tahun
1813 oleh Raja Louis Napoleon.
Notaris - Belanda mengadopsi sistem kenotariatan Latin yang dianut oleh Perancis.
- Dekrit Kaisar 1 Maret 1811 berlakulah undang-undang kenotariatan
C. Belanda - Setelah Belanda lepas dari kekuasaan Perancis pada tahun 1813, peraturan
buatan Perancis ini tetap dipakai sampai tahun 1842 yakni pada saat
D. Indonesia Belanda mengeluarkan Undang-Undang tanggal 9 Juli 1842 (Ned. Stb no
20) tentang Jabatan Notaris.
D. Indonesia
- Perkembangan notariat melalui negeri Belanda dibawa ke Indonesia
Sejarah Jabatan - Belanda mengadopsi sistem kenotariatan Latin yang dianut oleh
Perancis.
Notaris - Pada tahun 1620, Melchior Kerchem diangkat sebagai notaris pertama
di Indonesia.
A. Italia Utara - Di dalam tahun 1822 (Stb. Nomor 11) dikeluarkan “Instructie voor de
2. Asas Kepercayaan
8. Asas Proporsionalitas
9. Asas Profesionalitas
1. Asas Persamaan
Asas dimana Notaris dalam menjalankan tugas dan memberikan pelayanan
kepada masyarakat tidak membeda-bedakan satu dengan yang lainnya
berdasarkan keadaan sosial – ekonomi atau alasan lainnya. Alasan – alasan seperti
ini tidak dibenarkan untuk dilakukan oleh Notaris dalam melayani masyarakat,
hanya alasan hukum yang dapat dijadikan dasar bahwa Notaris dapat tidak
memberikan jasa kepada yang menghadap Notaris.
Bahkan dalam keadaan tertentu Notaris wajib memberikan jasa hukum di bidang
kenotariatan secara cuma-cuma kepada yang tidak mampu (Pasal 37 UUJN).
2. Asas Kepercayaan
Jabatan Notaris merupakan jabatan kepercayaan yang harus selaras
dengan mereka yang menjalankan tugas jabatan Notaris sebagai
orang yang dapat dipercaya.
Salah satu bentuk dari Notaris sebagai jabatan kepercayaan adalah
Notaris mempunyai kewajiban untuk merahasiakan segala sesuatu
mengenai akta yang dibuatnya sesuai dengan sumpah / janji
jabatannya dimana diatur dalam Pasal 16 ayat (1) huruf e UUJN
tentang kewajiban Notaris dalam menjaga kerahasiaan akta.
3. Asas Kecermatan
Notaris dalam mengambil suatu tindakan harus dipersiapkan dan
didasarkan pada aturan hukum yang berlaku. Meneliti semua bukti
yang diperlihatkan kepada Notaris dan mendengarkan keterangan
atau pernyataan para pihak wajib dilakukan sebagai bahan dasar untuk
dituangkan dalam akta.
Asas kecermatan ini merupakan penerapan dari Pasal 16 ayat (1)
huruf a UUJN, antara lain dalam menjalankan tugas jabatan wajib
bertindak secara seksama.
4. Asas Pemberian Alasan
Setiap akta yang dibuat di hadapan atau oleh Notaris harus
mempunyai alasan dan fakta yang mendukung untuk akta yang
bersangkutan atau ada pertimbangan hukum yang harus dijelaskan
kepada para pihak / penghadap.
5. Larangan Penyalahgunaan Wewenang
Pasal 15 UUJN merupakan batas kewenangan Notaris dalam
menjalankan tugas jabatannya.
Penyalahgunaan wewenang adalah suatu tindakan yang dilakukan
oleh Notaris di luar dari wewenang yang telah ditentukan.
Dalam hal Notaris melakukan penyalahgunaan wewenang yang
merugikan para pihak, maka para pihak yang menderita kerugian
dapat menuntut penggantian biaya, ganti rugi, dan bunga kepada
Notaris.
6. Larangan Bertindak Sewenang - wenang
Pengertian Pasal 1 Pejabat Sementara Notaris adalah seorang yang untuk sementara
menjabat sebagai Notaris untuk menjalankan jabatan dari Notaris
Jabatan Notaris angka 2 yang meninggal dunia
c. menyimpan Akta ;
d. memberikan grosse, salinan dan kutipan Akta, semuanya itu sepanjang pembuatan Akta itu tidak juga
ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat lain atau orang lain yang ditetapkan oleh undang-undang.
Kewenangan lainnya (Pasal 15 ayat (2) UUJN)
a. mengesahkan tanda tangan dan menetapkan kepastian tanggal surat di bawah tangan dengan
mendaftar dalam buku khusus;
c. membuat kopi dari asli surat di bawah tangan berupa salinan yang memuat uraian sebagaimana ditulis
dan digambarkan dalam surat yang bersangkutan;
b. membuat Akta dalam bentuk Minuta Akta dan menyimpannya sebagai bagian dari Protokol Notaris;
c. melekatkan surat dan dokumen serta sidik jari penghadap pada Minuta Akta;
d. mengeluarkan Grosse Akta, Salinan Akta, atau Kutipan Akta berdasarkan Minuta Akta;
e. memberikan pelayanan sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang ini, kecuali ada alasan untuk
menolaknya;
f. merahasiakan segala sesuatu mengenai Akta yang dibuatnya dan segala keterangan yang diperoleh guna
pembuatan Akta sesuai dengan sumpah/janji jabatan, kecuali undang-undang menentukan lain;
Kewajiban g. menjilid Akta yang dibuatnya dalam 1 (satu) bulan menjadi buku yang memuat tidak lebih dari 50 (lima puluh)
(Pasal 16 UUJN) Akta, dan jika jumlah Akta tidak dapat dimuat dalam satu buku, Akta tersebut dapat dijilid menjadi lebih dari
satu buku, dan mencatat jumlah Minuta Akta, bulan, dan tahun pembuatannya pada sampul setiap buku;
h. membuat daftar dari Akta protes terhadap tidak dibayar atau tidak diterimanya surat berharga;
i. membuat daftar Akta yang berkenaan dengan wasiat menurut urutan waktu pembuatan Akta setiap bulan;
j. mengirimkan daftar Akta sebagaimana dimaksud dalam huruf i atau daftar nihil yang berkenaan dengan
wasiat ke pusat daftar wasiat pada kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
hukum dalam waktu 5 (lima) hari pada minggu pertama setiap bulan berikutnya;
k. mencatat dalam repertorium tanggal pengiriman daftar wasiat pada setiap akhir bulan;
l. mempunyai cap atau stempel yang memuat lambang negara Republik Indonesia dan pada ruang yang
melingkarinya dituliskan nama, jabatan, dan tempat kedudukan yang bersangkutan;
m. membacakan Akta di hadapan penghadap dengan dihadiri oleh paling sedikit 2 (dua) orang saksi, atau 4
(empat) orang saksi khusus untuk pembuatan Akta wasiat di bawah tangan, dan ditandatangani pada saat itu
juga oleh penghadap, saksi, dan Notaris; dan
(Pasal 17 UUJN) f. merangkap jabatan sebagai pemimpin atau pegawai badan usaha milik negara,
badan usaha milik daerah atau badan usaha swasta;
g. merangkap jabatan sebagai Pejabat Pembuat Akta Tanah dan/atau Pejabat
Lelang Kelas II di luar tempat kedudukan Notaris;
h. menjadi Notaris Pengganti; atau
i. melakukan pekerjaan lain yang bertentangan dengan norma agama,
kesusilaan, atau kepatutan yang dapat mempengaruhi kehormatan dan
martabat jabatan Notaris.
Formasi
Pasal 2 UUJN :
“Notaris diangkat dan diberhentikan oleh Menteri.”
Transparansi
Pengangkatan
Notaris
Ketepatan
Keadilan
Waktu
a. warga negara Indonesia;
“Saya bersumpah/berjanji:
bahwa saya akan patuh dan setia kepada negara republik indonesia, pancasila dan
undang-undang dasar negara republik indonesia tahun 1945, undang-undang tentang
jabatan notaris serta peraturan perundang-undangan lainnya. bahwa saya akan
menjalankan jabatan saya dengan amanah, jujur, saksama, mandiri, dan tidak berpihak.
bahwa saya akan menjaga sikap, tingkah laku saya, dan akan menjalankan kewajiban
saya sesuai dengan kode etik profesi, kehormatan, martabat, dan tanggung jawab saya
sebagai notaris. bahwa saya akan merahasiakan isi akta dan keterangan yang diperoleh
dalam pelaksanaan jabatan saya. bahwa saya untuk dapat diangkat dalam jabatan ini,
baik secara langsung maupun tidak langsung, dengan nama atau dalih apa pun, tidak
pernah dan tidak akan memberikan atau menjanjikan sesuatu kepada siapa pun."
Sumpah/janji tersebut diucapkan dengan waktu paling lambat 2 (dua) bulan terhitung sejak keputusan pengangkatan sebagai Notaris. Apabila notaris tidak
melakukan pengucapan sumpah/janji yang dimaksud maka keputusan pengangkatan notaris dapat dibatalkan oleh Menteri.
menjalankan
jabatannya dengan
nyata;
Kewajiban Notaris
Setelah
menyampaikan berita acara sumpah/janji
Pengambilan jabatan Notaris kepada Menteri,
Sumpah Organisasi Notaris, dan Majelis Pengawas
Daerah
Pasal 9 UUJN
Pemberhentian
2. Pemberhentian Sementara
Notaris
Pasal 12 UUJN
besama pihak lainnya 1. Notaris yang bersangkutan diajukan dan dipanggil sebagai
saksi di pengadilan menyangkut akta yang diperbuat.
yang juga tersebut 2. Notaris kerap menjadi tergugat di pengadilan
dalam akta. menyangkut akta yang diperbuat yang dianggap pihak
bagi pihak penggugat di pengadilan
Notaris Dapat Digugat
Notaris dapat digugat dan gugatan dapat langsung ditujukan kepada
Notaris sendiri (tergugat tunggal), tapi dalam hal ini ada batasannya atau
parameternya untuk menggugat Notaris, yaitu jika para pihak yang
menghadap Notaris ingin melakukan pengingkaran terhadap akta yang
telah dibuat oleh Notaris, yakni berkaitan dengan :
1. Hari, tanggal, bulan dan tahun menghadap
2. Waktu (jam/pukul) menghadap
3. Tanda tangan yang tercantum dalam minuta akta
4. Merasa tidak pernah menghadap
5. Akta tidak ditandatangani dihadapan Notaris
6. Akta tidak dibacakan
7. Alasan lain berdasarkan formalitas akta
Pengingkaran atas hal – hal tersebut dilakukan dengan cara
menggugat notaris secara perdata ke Pengadilan Negeri, maka para
pihak tersebut wajib membuktikan hal – hal yang ingin diingkarinya
dan Notaris wajib mempertahankan aspek – aspek tersebut sehingga
dalam kaitan ini perlu dipahami dan diketahui bahwa :
“Akta otentik mempunyai kekuatan pembuktian yang sempurna
sehingga jika ada pihak yang menilai bahwa akta tersebut tidak benar,
maka pihak tersebut wajib membuktikan penilaian tersebut sesuai
aturan hukum.”
Kepailitan
Notaris
Akta
dapat
Otentik Pihak Notaris
Notaris dijadikan
Gugatan degradasi Pihak menuntut tidak
Gugatan dapat dasar untuk
kepada menjadi merasa ganti rugi mampu
terbukti dinyatakan memberhen
Notaris akta di dirugikan kepada membayar
Pailit -tikan
bawah Notaris ganti rugi
sementara
tangan
Notaris dari
jabatannya