Anda di halaman 1dari 7

Nama : Catherine Putri Andaresta

NPM : 110620230068

SEJARAH NOTARIAT
Lembaga kemasyarakatan dikenal dengan notariat ada karena kebutuhan yang
menghendaki adanya alat bukti mengenai hukum keperdataan yang ada. Dimana dalam undang-
undang dan dikehendaki oleh masyarakat, untuk membuat alat bukti tertulis yang mempunyai
kekuatan otentik.
Masuknya Lembaga ini ke Indonesia tidak terlepas dari sejarah masuknya Lembaga ini di
negara-negara Eropa, khususnya Belanda. Disebabkan karena perundang-undangan yang berlaku
di Indonesia di bidang notariat tersebut pada “Notariswet” di Belanda tanggal 8 Juli 1842 dan
Notariswet yang bersangkutan banyak mengambil contoh dari Undang-Undang Notaris Perancis
dari 25 Ventose an XI (16 maret 1803) yang berlaku di Belanda.

NOTARIAT DALAM ABAD PERTENGAHAN ITALIA


Sejarah Lembaga Notariat berasal dari Italia Utara, pada abad 11 atau 12, di mana pada
masa itu Italia Utara merupakan pusat perdagangan.Lembaga Notariat disebut sebagai Latijnse
notariaat. Notaris diangkat oleh penguasa umum untuk kepentingan masyarakat umum dan
menerima uang jasanya dari masyarakat pula.
Pengertian Notaris di Negara-negara civil law dan Negara-negara common law berbeda.
Ciri-ciri Notaris pada Negara-negara civil law antara lain diangkat oleh penguasa untuk
kepentingan masyarakat umum dan mendapatkan honorium dari masyarakat umum.
Dikatakan bahwa Bologna berasal dari sekolah notariat. Selain Formularium Tabellionum
yang disusun oleh Irnesius, bermunculan beberapa karya lainnya yang terkait dengan kenotariatan,
di antaranya:
1. Summa Artis Notariae oleh Rantero di Perugia
2. Summa Artis Notariae oleh Rolandinus Passegeri di Bologna (Pada abad ke-13)
3. Les trios notaries oleh Papon, seorang ahli hukum Perancis (Pada tahun 1568)
Rolandinus ini terdiri atas sejarah Notaris, tugas, syarat-syarat, bentuk akta, dan
sebagainya. Buku ini kemudian menjadi acuan dari buku-buku berikutnya. Bagian dari karyanya
ini secara garis besar terbagi menjadi tiga, yakni:
1. Hukum perjanjian,
2. Hukum waris, dan
3. Hukum acara perdata.
Lembaga notariat diambil dari nama notarius dalam tulisan Romawi klasik, melakukan
suatu bentuk pekerjaan tulis-menulis tertentu. Abad ke-2 dan ke-3 sesudah Masehi, notari adalah
orang yang memiliki keahlian untuk mempergunakan suatu bentuk tulisan cepat di dalam
pekerjaan mereka. Notarii memiliki tugas untuk mencatat atau menuliskan pidato yang diucapkan
oleh Cato dalam senat Romawi. Abad ke-5 notarii diartikan sebagai para pegawai istana.
Sebelumnya terlebih dahulu dikenal istilah “tabeliones” dan “tabularii”.

TABELIONES
Tabeliones memiliki persamaan dengan notariat karena mereka sama-sama bertugas untuk
melayani masyarakat umum untuk membuat akta-akta dan surat-surat. Tabeliones tidak diangkat
oleh penguasa umum. Pekerjaan Tabeliones di bawah pengadilan. Akta-akta yang dibuat oleh
Tabeliones tidak mempunyai kekuatan otentik sehingga hanya memiliki kekuatan pembuktian di
bawah tangan.

TABULARII
Tabularii merupakan pegawai negeri yang mempunyai tugas mengadakan dan memelihara
pembukuan keuangan kota-kota dan juga ditugaskan untuk melakukan pengawasan atas arsip dari
magistrate kota-kota di bawah resort mana mereka berada, berwenang dalam membuat akta-akta.
Kepemimpinan Karel de Grote, Notarii melayani raja-raja dan Paus, sedangkan tabeliones
ditugaskan untuk melayani masyarakat umum dan pejabat-pejabat agama yang lebih rendah dari
Paus. Karel de Grote kemudian juga memerintahkan untuk membuat suatu undang-undang di mana
memerintahkan untuk Notarius atau Cancellarius membantu di pengadilan untuk menulis apa yang
terjadi di dalam sidang-sidang di pengadilan.
Terjadinya notariaat di Italia yang menunjukkan banyak persamaan dengan notariat
sekarang dimana sama-sama kedudukannya sebagai pejabat, akan tetapi terdapat perbedaan besar
dimana akta yang dibuat oleh para Notaris di zaman italia tidak mempunyai kekuatan otentik dan
kekuatan eksekutorial sedangkan akta yang dibuat oleh Notaris sekarang mempunyai kekuatan
otentik dan kekuatan eksekutorial.
MASA KEMEROSOTAN DI BIDANG NOTARIAT
Abad ke-14 terjadi kemerosotan di Bidang Notariat yang disebabkan karena pemerintah
yang membutuhkan uang kemudian menjual jabatan-jabatan Notaris tanpa memperhatikan
kemampuan dan keahlian pada individu yang ada, sehingga menimbulkan banyak keluhan-
keluhan dari masyarakat. Pada masa itu muncul istilah “kebodohan dari para Notaris adalah
sasaran empuk bagi para pengacara”, hal ini disebabkan karena Notaris pada zaman itu tidak tahu
apa yang harus ia buat.

PERKEMBANGAN NOTARIAT DI PERANCIS


Tahun 1568, seorang ahli Hukum Perancis bernama Papon menulis bukun di bidang
notariat, yakni “Les Trois Notaries”. Dari Perancis pula pada permulaan abad ke-19 lembaga
notariat yang telah dikenal saat ini meluas.
Raja Lodewijk de Heilige, seorang raja yang berjasa dalam membuat peraturan perundang-
undangan di bidang Notariat. Pada tanggal 6 Oktober 1791 diundangkanlah suatu undang-undang,
hanya dikenal satu macam Notaris. Undang-undang ini kemudian diganti menjadi Ventose an XI
(16 Maret 1803). Notaris dijadikan ambtenaar dan berada di bawah pengawasan Chambre des
notaries. Berlakunya undang-undang tersebut, maka lahirlah perlembagaan dari Notariat,di
Perancis dengan tujuan untuk memberikan jaminan yang lebih baik bagi kepentingan masyarakat.

SEJARAH NOTARIAT DI NEGERI BELANDA


Notariat Perancis dibawa ke negeri Belanda dengan dua dekrit kaisar, yang masing-masing
tanggal 8 Nopember 1810 dan tanggal 1 Maret 1811 dinyatakan berlaku mulai tanggal 1 Maret
1811. Sehingga peraturan notariat di Belanda serupa dengan di Perancis.
Setelah Belanda merdeka lahirlah Undang-undang Jabatan Notaris (NOTARISWET)
yaitu Undang-undang tanggal 9 Juli 1842 (Ned. Stb.no. 20). Ada beberapa perbedaan penting
antara Ventosewet dan Notariswet, yaitu :
1. Mengenal 3 golongan Notaris : HofNotarissen, AronndisementsNotarissen,
kantonNotarissenr, mempunyai tempat kedudukan dan menjalankan tugas di seluruh
daerah hukum, Gerechtshof, Rechtbank, Kantongerecht. Hanya mengenal 1 macam
Notaris dan tiap noataris dengan tidak mengadakan pembedaan, berwenang menjalankan
tugas jabatannya di seluruh daerah hukum “Rechtbank”.
2. Para Notaris diawasi dan diuji oleh Lembaga “Chambres des Notaires”, Pengawasan
diserahkan kepada badan peradilan, dan ujian Notaris dilakukan gerechtshoven.
3. Calon Notaris harus magang selama 6 tahun dan menyerahkan sertifikat “certificate de
moralite et de capacite, Masa magang dihapuskan karena seorang calon Notaris dapat
diangkat menjadi Notaris jika lulus Ujian Negara.
4. Suatu akta Notaris hanya dapat dibuat di hadapan 2 Notaris tanpa saksi-saksi atau di
hadapan seorang Notaris dan 2 saksi

NOTARIAT DALAM ABAD KE-17 DI INDONESIA


Notariat masuk di Indonesia, abad ke-17 dengan adanya “Oost Ind. Compagnie” di
Indonesia. Tanggal 27 Agustus 1620, Melchior Karchem diangkat sebagai Notaris pertama di
Indonesia, Lima tahun kemudian yakni pada tanggal 16 Juni 1625, setelah jabatan notaries public
dipisahkan dari jabatan secretarius van den gerechte dengan surat keputusan Gubernur Jenderal
tanggal 12 November 1620, maka dikeluarkanlah instruksi pertama untuk para Notaris di
Indonesia, yang hanya berisikan 10 pasal, diantaranya ketentuan bahwa para Notaris terlebih
dahulu diuji dan diambil sumpahnya.
Namun kenyataannya Notaris tidak mempunyai kebebasan dalam menjalankan jabatannya
oleh karena mereka merupakan pegawai dari Oost Ind. Compagnie. Tahun 1632 dikeluarkan
plakaat yang berisi ketentuan notaris, sekretaris dan pejabat lainnya dilarang untuk membuat akta-
akta transport, jual-beli, surat wasiat dll jika tidak mendapat persetujuan dari Gubernur Jenderal
dan “Raden van Indie” dengan ancaman kehilangan jabatannya. Setelah pengangkatan Melchior
Kerchem sebagai Notaris di tahun 1620, Notaris terus bertambah. Tahun 1650 Batavia akan
diadakan hanya 2 orang Notaris dan untuk menandakan bahwa jumlah tersebut telah mencukupi
dikeluarkan ketentuan, prokureur dilarang untuk mencampuri pekerjaan Notaris. Tahun 1654
jumlah Notaris di Batavia menjadi 3 dan di tahun 1751 menjadi 5 orang dengan ditentukan bahwa
4 daripadanya harus bertempat tinggal di dalam kota (yakni 2 di bagian barat dan 2 di bagian
timur), sedangkan yang seorang lagi harus tinggal di luar kota.
Sejak masuknya notariat di Indonesia sampai dengan tahun 1822, notariat ini diatur oleh 2
buah reglemen yang terperinci, yakni dari tahun 1625 dan 1765. Reglemen tersebut sering
mengalami perubahan oleh karena apabila dirasakan ada kebutuhan.
Peraturan-peraturan lama tetap berlaku tanpa perubahan sampai tahun 1822. Ventosewet
tidak pernah dinyatakan berlaku di Indonesia. Pada tahun 1822, dikeluarkan Instructie voor de
Notarissen in Indonesia yang terdiri dari 34 pasal. Selama 38 tahun usianya, Instructie tersebut
tidak banyak mengalami perubahan. Tanggal 26 Januari 1860 diundangkanlah Peraturan Jabatan
Notaris berlaku tanggal 1 Juli 1860. Peraturan Jabatan Notaris ini terdiri dari 66 pasal dimana 39
diantaranya mengandung ketentuan mengenai hukuman, disamping banyak sanksi untuk
membayar penggantian biaya, ganti rugi dan bunga. Ke-39 pasal tersebut terdiri dari 3 pasal
mengenai hal-hal yang menyebabkan hilangnya jabatan, 5 pasal tentang pemecatan, 9 pasal
tentang pemecatan sementara dan 22 pasal mengenai denda.
Pasal-pasal yang terdapat dalam Peraturan Jabatan Notaris adalah copy dari pasal-pasal
dalam Notarieswet yang berlaku di Belanda. Namun di dalam Peraturan Jabatan Notaris tidak
diatur mengenai pendidikan Notaris, yang diatur hanya mengenai ujian Notaris. Kemudian dirasa
perlu adanya suatu pendidikan untuk jabatan Notaris beserta persyaratan ujian. Hal ini kemudian
dilaksanakan, dengan dimulainya pendidikan Notariat pada program pascasarjana di Universitas
Indonesia, dan lainya. Notariat belum diundangkan dan masih melaksanakan ujian negara.
Sejarah Notariat di Indonesia juga pernah mengalami kemerosotan, yakni ketika pada
tahun 1954 diundangkan Undang-Undang mengenai Wakil Notaris dan Wakil Notaris Sementara.
Undang- undang tersebut telah menyebabkan timbulnya hal-hal yang tidak diinginkan, yang
memerosotkan nama baik dari Notaris.

PERBANDINGAN NOTARIS SEBAGAI PEJABAT DAN NOTARIS SEBAGAI PROFESI


Notarris sebagai pejabat Notaris sebagai profesi

Kedudukan Notaris sebagai pejabat adalah seorang Notaris sebagai profesi adalah
hukum pegawai negeri yang diangkat oleh seorang professional swasta
pemerintah dan memiliki kedudukan resmi yang menjalankan praktik
dalam birokrasi negara sendiri atau bekerja di kantor
notaris dengan independensi
hukum
Penunjukan Notaris sebagai pejabat diangkat oleh Notaris sebagai profesi
pemerintah berdasarkan persyaratan memperoleh lisensi dari
tertentu dan melalui proses seleksi pemerintah setelah
menyelesaikan Pendidikan
notaris dan memenuhi syarat
lainnya

Gaji dan Notaris sebagai pejabat tidak menerima gaji Notaris sebagai profesi
penghasilan dan tunjangan dari pemerintah menghasilkan pendapatan dari
layanan notaris yang mereka
berikan kepada masyarakat

Tugas dan Fungsi Notaris sebagai pejabat biasanya bertugas Notariis sebagai profesi
untuk mengesahkan dokumen-dokumen memberikan layanan notaris
hokum, menghasilkan akta otentik dan seperti pembuatan akta
menjalankan tugas-tugas notaris lainnya otentik, kontrakm dan
yang ditentukan oleh peraturan pemerintah perjanjian hokum lainnya
kepada klien mereka

Kewenangan Notaris sebagai pejabat memiliki Notaris sebagai profesi


kewenangan yang diberikan oleh memiliki kewenangan yang
pemerintah untuk menjalankan tugas-tugas sama dalam membuat akta
notaris sesuai dengan peraturan hukum otentik dan menyusun
kontrak, tetapi mereka tidak
memiliki wewenang hokum
yang sama dengan pejabat

Keanggotaan Notaris sebagai pejabat mungkin atau tidak Notaris sebagai profesi sering
Organisasi mungkin menjadi anggota dari asosiasi menjadi anggota asosiasi
notaris atau organisasi serupa notaris yang mengatur praktik
notaris dan menetapkan
standar etika

Kedisiplinan dan Notaris sebagai pejabat tunduk pada Notaris sebagai profesi juga
tanggung jawab disiplin dan pengawasan oleh pemerintah, tunduk pada kode etik dan
dan mereka harus mematuhi kode etik yang tanggung jawab professional,
ketat tetapi sanksi mereka biasanya
ditangani oleh organisasi
notaris

Layanan Hukum Notaris sebagai pejabat memiliki tanggung Notaris sebagai profesi lebih
jawab untuk melindungi kepentingan public cenderung terlibat dalam
dan menghindari penyalahgunaan layanan hokum yang bersifat
kewenangan notaris perdata, seperti pembuatan
kontraj bisnis atau akta jual
beli properti
Kepentingan Notaris sebagai pejabat memiliki tanggung Notaris sebagai profesi juga
Publik jawab untuk melindungi kepentingan public memiliki tanggung Jawab
dan menghindari penyalahgunaan untuk melindungi kepentingan
kewenangan notaris klien mereka, tetapi mereka
lebih focus pada pelayanan
langsung kepada individu dan
bisnis

Batas wilayah Notaris sebgai pejabat biasanya melayani Notaris sebagai profesi dapat
layanan diwilayah tertentu sesuai dengan tempat memilih untuk membuka
penempatan mereka oleh pemerintah kantor notaris di berbagai
wilayah sesuai dengan
preferensi bisnis mereka

SEJARAH IKATAN NOTARIS INDONESIA


Pemerintahan Hindia Belanda, INI merupakan perkumpulan yang tujuannya sebagai ajang
pertemuan dan bersilaturahmi antara para Notaris yang menjadi anggotanya (perkumpulan satu-
satunya bagi notaris Indonesia), dan berdasarkan Broederschap van Candidaat-Notarissen in
Nederlanden zijne Kolonien' dan Broederschap der Notarissen di Negeri Belanda, diakui sebagai
badan hukum (rechtspersoon) dengan Gouvernements Besluit (Penetapan Pemerintah) tgl. 05 Sept.
1908 No. 9. De-Nederlandsch Indische Notarieele Vereeniging - Batavia (sekarang Jakarta) Tgl.
01 Juli 1908 (Anggaran Dasar Ex Menteri Kehakiman,Tgl. 04 Desember 1958 No. J.A. 5/117/6).
Pada masa itu Pengurus notaris berkebangsaan Belanda yaitu LM.Van Sluijters, E.H. Carpentir
Alting, H.G. Denis, H.W. Roebey, W. an Der Meer dan Anggota Perkumpulan terdiri dari Notaris
dan Calon Notaris Indonesia (pada waktu itu Nederlandsch Indie).
Masa Kemerdekaan Rl, Notaris Indonesia yang tergabung dalam perkumpulan lama tersebut,
diwakili seorang pengurus selaku ketuanya, Notaris ELIZA PONDAAG mengajukan Permohonan
kepada Pemerintah c.q. Menteri Kehakiman Republik Indonesia dgn suratnya tgl. 17 November
1958 untuk mengubah Anggaran Dasar (statuten) perkumpulan itu dan berdasarkan Putusan
Mahkamah Konstitusi Rl No: 009-014/PUU-III/2005, tgl. 13 Sept. 2005 dan Putusan MK Rl No:
63/PUU-II/2014, telah menolak uji materi atas Pasal 82 UU Jabatan Notaris dan karenanya
mengukuhkan kedudukan IKATAN NOTARIS INDONESIA sebagai satu-satunya wadah
organisasi Notaris. I.N.I. resmi tergabung dalam keanggota ke-66 dari Organisasi Notaris Latin
International (InternationalUnion ofLatinNotaries - UINL) tanggal 30 Mei 1997 di Santo
Dominggo, Dominica.

Anda mungkin juga menyukai