PENDAHULUAN
1
2
Return adalah hasil (keuntungan atau kerugian) yang diperoleh dari suatu
investasi saham atau jual beli saham di pasar modal. Return merupakan salah satu
faktor yang memotivasi investor untuk berinvestasi dan juga merupakan imbalan
atas keberanian investor dalam menanggung risiko atas investasi yang dilakukan
(Tandelilin, 2017:113). Memperoleh keuntungan (return) yang tinggi adalah tujuan
investor dalam melakukan investasi (Verawati, 2014). Return saham sangat erat
3
kaitannya dengan harga saham, karena ketika harga saham meningkat maka return
saham yang akan diperoleh investor juga meningkat, yang artinya return saham
bernilai positif atau capital gain. Hal tersebut tentunya memberikan dampak baik
bagi perusahaan, karena perusahaan akan memperoleh laba yang tinggi. Namun
sebaliknya, ketika harga saham menurun maka investor akan mengalami kerugian,
artinya return saham yang akan diperoleh investor bernilai negatif atau mendapat
capital loss (Putri ,2019).
Berikut adalah data return saham pada sektor industri barang konsumsi
sebanyak 37 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode
2014-2018, adalah sebagai berikut :
Tabel 1.1
Return Saham Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi
Periode 2014-2018
Rata-
Return Saham
rata
No Kode
Return
2014 2015 2016 2017 2018
Saham
1 ADES -31,25% -26,18% -1,48% -11,50% 3,95% -13,29%
2 AISA 83,77% -42,24% 60,74% -75,53% -64,71% -7,59%
3 ALTO -38,25% -7,67% 1,54% 17,58% 3,09% -4,74%
4 BTEK -17,11% 42,86% -31,67% -88,62% 7,14% -17,48%
5 BUDI -1,83% -41,12% 38,10% 8,05% 2,13% 1,06%
6 CEKA 29,31% -10,00% 100,00% -4,44% 6,59% 24,29%
7 DLTA 2,63% -98,67% -3,85% -8,20% 19,83% -17,65%
8 DVLA -23,18% -23,08% 35,00% 11,68% -1,02% -0,12%
9 GGRM 44,52% -9,39% 16,18% 31,14% -0,21% 16,45%
10 HMSP 10,82% 36,93% -95,93% 23,50% -21,56% -9,25%
11 ICBP 28,43% 2,86% -36,36% 3,79% 17,42% 3,23%
12 IIKP 51,82% 10,03% -31,70% -86,85% -27,27% -16,80%
13 INAF 132,03% -52,68% 2685,71% 26,07% 10,17% 560,26%
14 INDF 4311,76% -23,33% 53,14% -3,79% -2,30% 867,10%
15 KAEF 148,31% -40,61% 216,09% -1,82% -3,70% 63,65%
16 KICI -0,74% -6,72% -52,00% 42,50% 66,08% 9,82%
17 KLBF 46,40% -27,87% 14,77% 11,55% -10,06% 6,96%
18 LMPI -18,60% -35,43% 19,47% 23,70% -13,77% -4,93%
19 MBTO -34,43% -30,00% 32,14% -27,03% -6,67% -13,20%
20 MERK -15,34% -95,77% 35,79% -7,61% -49,41% -26,47%
21 MLBI -0,42% -31,38% 43,29% 16,38% 17,00% 8,98%
22 MRAT -24,73% -40,57% 0,96% -1,90% -13,11% -15,87%
23 MYOR -19,62% 45,93% -94,61% 22,80% 29,70% -3,16%
24 PSDN -4,67% -14,69% 9,84% 91,04% -25,00% 11,31%
25 PYFA -8,16% -17,04% 78,57% -8,50% 3,28% 9,63%
26 RMBA -8,77% -1,92% -5,10% -21,49% -17,89% -11,04%
27 ROTI 35,78% -8,66% 26,48% -20,31% -5,88% 5,48%
28 SIDO -12,86% -9,84% -5,45% 4,81% 54,13% 6,16%
29 SKBM 102,08% -2,58% -32,28% 11,72% -2,80% 15,23%
30 SKLT 66,67% 23,33% -16,76% 257,14% 36,36% 73,35%
31 STTP 85,81% 4,69% 5,80% 36,68% -13,99% 23,80%
32 TBLA 60,64% -32,45% 94,12% 23,74% -29,39% 23,33%
33 TCID 47,27% -5,85% -24,24% 43,20% -3,63% 11,35%
34 TSPC -11,85% -38,92% 12,57% -8,63% -22,78% -13,92%
35 ULTJ -17,33% 6,05% 15,84% -71,66% 4,25% -12,57%
36 UNVR 24,23% 14,55% 4,86% 44,07% -18,78% 13,79%
37 WIIM -6,72% -31,20% 2,33% -34,09% -51,38% -24,21%
Sumber : www.idx .co.id (data diolah)
5
Berdasarkan Tabel 1.1 di atas dapat dilihat bahwa selama tahun 2014-2018
masing-masing perusahaan mengalami fluktuasi return saham, yang artinya
perusahaan tersebut belum bisa memperoleh tingkat return yang paling optimal
seperti yang diharapkan investor. Selama tahun 2014-2018 nilai return saham yang
bernilai positif dimiliki oleh 20 perusahaan sektor industri barang konsumsi,
sedangkan nilai return saham bernilai negatif dimiliki oleh 17 perusahaan sektor
industri barang konsumsi. Artinya, 54% perusahaan sektor industri barang
konsumsi mengalami keuntungan (capital gain) dan 46% perusahaan sektor
industri barang konsumsi mengalami kerugian yang besar. Kerugian yang terjadi
tersebut salah satunya dikarenakan harga saham perusahaan sektor industri barang
konsumsi mengalami penurunan dari tahun sebelumnya, akibatnya return saham
juga ikut menurun yang artinya return saham bernilai negatif atau mendapatkan
capital loss. Dengan demikian, keuntungan (capital gain) yang diperoleh juga
semakin kecil sehingga tidak sesuai dengan harapan investor. Pada saat
berinvestasi, investor harus benar-benar menyadari bahwa ketika akan memperoleh
keuntungan tentunya juga akan mengalami kerugian. Maka dari itu, return sangat
penting karena sebagai salah satu daya tarik bagi investor untuk menanamkan
modalnya pada suatu perusahaan atas investasi yang dilakukannya dan juga sebagai
acuan investor dalam memperoleh keuntungan maupun kerugian (Putri, 2019).
Gambar 1.1
Grafik Perubahan Pertumbuhan Penjualan dan Return Saham pada PT.
Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi
yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2014-2018
8
Berdasarkan gambar 1.1 di atas, PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.
(ICBP) pada periode 2015-2016 pertumbuhan penjualan mengalami kenaikan
sebesar 0,029 atau 2,9%, akan tetapi return saham mengalami penurunan sebesar
0,393 atau 39,3%. Begitupun pada periode 2016-2017 pertumbuhan penjualan
mengalami penurunan sebesar 0,053 atau 5,3%, akan tetapi return saham
mengalami kenaikan sebesar 0,402 atau menjadi 40,2%. Hal tersebut tidak sesuai
dengan teori Budiman (2018) yang dimana jika pertumbuhan penjualan mengalami
kenaikan maka nilai return saham akan naik, begitupun sebaliknya.
Gambar 1.2
Grafik Perubahan Return On Equity (ROE) dan Return Saham pada PT.
Darya Varia Laboratoria Tbk. Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2014-2018
Berdasarkan gambar 1.2 di atas, PT. Darya Varia Laboratoria Tbk. (DVLA)
pada periode 2016-2017 rasio return on equity (ROE) mengalami kenaikan sebesar
0,004 atau 0,04%, akan tetapi return saham mengalami penurunan sebesar 0,233
atau 23,3%. Begitupun pada periode 2017-2018 rasio return on equity (ROE)
mengalami kenaikan sebesar 0,022 atau 2,2%, akan tetapi return saham mengalami
penurunan sebesar 0,127 atau 12,7%. Hal tersebut tidak sesuai dengan teori Kasmir
(2017) yang dimana jika return on equity (ROE) mengalami kenaikan maka nilai
return saham akan naik, begitupun sebaliknya.
10
Gambar 1.3
Grafik Perubahan Debt to Equity Ratio (DER) dan Return Saham pada PT.
Siantar Top Tbk. Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia Periode 2014-2018
11
Berdasarkan gambar 1.3 di atas, PT. Siantar Top Tbk. (STTP) pada periode
2014-2015 rasio debt to equity ratio (DER) mengalami penurunan sebesar 0,182
atau 18,2% yang seiring dengan penurunan pada return saham sebesar 0,811 atau
81,1%. Begitupun pada periode 2015-2016 rasio debt to equity ratio (DER)
mengalami kenaikan sebesar 0,097 atau 9,7% yang seiring dengan kenaikan pada
return saham sebesar 0,011 atau 1,1%. Hal tersebut tidak sesuai dengan teori Hery
(2018) yang dimana jika debt to equity ratio (DER) mengalami kenaikan maka nilai
return saham akan turun atau bernilai negatif, begitupun sebaliknya.
Gambar 1.4
Grafik Perubahan Price Earning Ratio (PER) dan Return Saham pada PT.
Wilmar Cahaya Indonesia Tbk. Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2014-2018
Gambar 1.5
Grafik Perubahan Price to Book value (PBV) dan Return Saham pada PT.
Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi
yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2014-2018
14
Berdasarkan gambar 1.5 di atas, PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.
(ICBP) pada periode 2014-2015 rasio price to book value (PBV) mengalami
kenaikan sebesar 1,743 atau 174,3% akan tetapi return saham mengalami
penurunan sebesar 0,255 atau 25,5%. Begitupun pada periode 2016-2017 price to
book value (PBV) mengalami penurunan sebesar 2,123 atau 212,3% akan tetapi
return saham mengalami kenaikan sebesar 0,402 atau 40,2%. Hal tersebut tidak
sesuai dengan teori Budiman (2018) yang dimana jika price to book value (PBV)
mengalami kenaikan, maka nilai return saham akan naik, begitupun sebaliknya.
Penelitian yang dilakukan oleh Latifah & Pratiwi (2019) menyatakan bahwa
return on equity (ROE) berpengaruh positif signifikan terhadap return saham. Hal
ini sejalan dengan penelitian Sadikin, Yulianto, & Dahniar (2019) menyatakan
bahwa return on equity (ROE) berpengaruh positif signifikan terhadap return
saham. Hasil tersebut berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurmasari
(2018) menyatakan bahwa return on equity (ROE) secara parsial tidak berpengaruh
signifikan terhadap return saham dan penelitian Mangantar & Baramuli (2018)
menyatakan bahwa secara parsial return on equity (ROE) tidak berpengaruh
signifikan terhadap return saham.
berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Ramdoni & Gantino (2019) bahwa
debt to equity ratio (DER) tidak berpengaruh terhadap return saham dan penelitian
Sadikin, Yulianto, & Dahniar (2019) menyatakan bahwa debt to equity ratio (DER)
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap return saham.
Penelitian yang dilakukan oleh Malintan & Rio (2012) menyatakan bahwa
price earning ratio (PER) berpengaruh positif terhadap return saham. Hal ini
sejalan dengan penelitian Mutia & Martaseli (2018) menyatakan bahwa price
earning ratio (PER) berpengaruh terhadap return saham. Hasil tersebut berbeda
dengan penelitian yang dilakukan oleh Situmeang & Dini (2019) secara parsial
price earning ratio (PER) tidak berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap
return saham dan penelitian Ramdoni & Gantino (2019) menyatakan bahwa price
earning ratio (PER) tidak berpengaruh terhadap return saham.