Anda di halaman 1dari 7

MANAJEMEN RESIKO KREDIT

Resume

Disusun oleh :

Nama : Nazla Latifa Hanum


NPM : 17220083
Kelas : TEA-20 (Non Kelas) // 4EA06
Mata Kuliah : Manajemen Resiko

Depok

2022
Latar Belakang
Resiko Kredit adalah resiko akibat kegagalan debitut dan atau pihak lain dalam
memenuhi kewajiban menmulasi kredit pada bank. Pada aktivitas pemberian
kredit, baik kredit komersial maupun kredit konsumsi, terdapat bank karena
berbagai alasan, seperti kegagalan bisnis, karena karakter dari debitur yang
tidak mempunyai iktikad baik untuk memenuhi kewajiban kepada bank, atau
emang terdapat kesalahan dari pihak bank dalam preoses persetujuan kredit.
Resiko Kredit juga terdapat pada aktivitas treasury. Resiko kredit pada aktivitas
treasury antara lain terdapat pada aktivitas penempatan dana kepada bank lain.
Umumnya limik penempatan kepada bank lain bersifat clean, artinya tidak
mensyaratkan penyerahan agunan dari bank yang menerima penyimpanan dana.
Dengan demikian, terdapat resiko kredit apabila bank penerima dana tidak
dapat memenuhi kewajiban kepada bank pemberi dana, yaitu mngembalikan
dana tersebut pada saat jatuh tempo.
Penentuan besarnya resiko kredit atau lebih dikenal dengan pengukuran resiko
pada kredit baik pada kredit komersial maupun kredit konsumsi dilakukan
dengan pendekatan yang berbeda. Pendekatan pengukuran individual
(transaksional) lebi umum dilakukan pada kredit korporasi dan komersial,
antara lain dengan menggunakan system rating. Sementara, pada kredit
konsumsi untuk mengukur besarnya resiko kredit pada umumnya dilakukan
pendekatan portofolio.

Kategori kredit
Identifikasi resiko kredit dimulai dari proses melakukan aktivitas kredit,
kemudian mengidentifikasi factor yang dapat memicu terjadinya potensi resiko
kredit. Dengan begitu, berikut jenis kredit yang dapat diberikan bank kepada
nasabah, diantaranya adalah
1. Berdasarkan jenis aktiva
Aktiva pada suatu perusahaan secara umum dibagi menjadi tiga jenis,
yaitu :
 Aktiva tetap
Aktiva tetap adalah aktiva yang tidak habis dipakai dalam satu
siklus produksi. Aktiva tetap merupakan investasi jangka
Panjang yang dapat dibiayai dengan modal sendiri atau dengan
digabungkannya dengan pinjaman jangka Panjang.
 Aktiva lancer permanen
Aktiva lancer permanen merupakan sejumlah aktiva lancer yang
harus tetap dipelihara agar operasi bisnis normal dapat berjalan
lancer. Aktia ini harus dibiayai dengan dana jangka Panjang.
 Aktiva lancer yang bersifat fluktuatif
Pada aktiva ini yatu aktiva lancer dengan kebutuhan yang naik
turun sesuai dengan perkembangan permintaan. Karena sifatnya
yang fluktuatif dan bersifat jangka pendek, pembiayaan dapat
dilakukan dengan pinjaman jangka pendek misalnya pinjaman
rekening koran atau pembiayaan atau piutang.
Dalam memberikan pinjaman berdasarkan jenis asset dapat dilakukan
dengan berbagai cara, diantaranya adalah:
a. Asset Conversion Lending (Kredit Musiman)
Digunakan untuk membiayai kebutuhan jangka pendek yang bersifat
temporer atau sementara. Didalam asset conversion lending ini bank
merencanakan agar selurus pokok pinjamandapat dilunasi pada akhir
periode pinjaman. Sumber pengembalian (sourse of payment)
pinjaman berasal dari siklus konversi dari bahan baku atau barang
dagangan, sampai siklus dinyatakan selesai, yaitu terjual pada
konsumen dan sudah lunas. Pinjaman jenis ini bersifat self-
liquidating base, artinya pinjaman yang akan dilunasi oleh debitu
pada saat siklus usaha telah selesai.
Contohnya adalah dalam menghadapi lebaran, debitur akan
meningkatkan produksi pakaian muslim. Kredit diperlukan untuk
membeli tambahan bahan baku yang diperlukan untuk menigkatkan
produksi. Setelah lebaran usai, hasil penjualan digunakan untuk
melunasi kredit musiman tersebut.
b. Asset protection lending
Pemberian asset ini merupakan jangka Panjang, tidak direncanakan
untuk melunasi pokok pinjaman pada akhir periode produksi,
melainkan pinjaman suatu bisnis yang akan terus berlangsung tanpa
jangka waktu yang ditentukan sebelumnya.
c. Cash flow lending
Merupakan pinjaman jangka Panjang yang digunakan antara lain
untuk membiayai pembelian aktiva tetap atau investasi. Dengan cash
flow lending diharapkan seluruh pinjaman pokok dilunasi pada akhir
periode pinjaman, sesuai dengan jadwal pelunasan pokok dilunasi
pada akhir periode pinjaman, sesuai dengan jadwal pelunasan pokok
pinjaman yang sudah ditetapkan sebelumnya.
Contohnya adalah kredit untuk membiayai pembangunan pabrik
pembuatan keramik lantai. Investas diperlukan untuk membeli
tanahdan bangunan, mesin dan peralatan, serta biaya lainnya.
Pelunasan kredit diharapkan dari operasional pabrik selesai dan
mulai melakukan produksi.
2. Berdasarkan Keuangan
a. Kredit invetasi
Kredit investasi merupakan kredit jangka Panjang yang digunakan
untuk keperluan investasi. Contohnya kredit ini digunakanuntuk
pembangunan gedung kantor, Gudang, jalan, dan lain- lain. Kredit
invests dapat pula digunakan untuk pembelian barng – barang modal
untuk keperluan produksi atau usaha. Contohnya kredit pembelian
tanah untuk perkebunan, kredit pembangunan gedung pabrik, atau
kredit pemeblian mesin produksi.
Pelunakan kredit investasi diharapkan berasal dari kinerja
operasional yang dihasilkan cash flow yang memadai untuk dapat
melunasi kewajiban debitur pada bank.
b. Kredit modal kerja
Kredit modal kerja merupakan kredit yang digunakan untuk
kebutuhan modal kerja operasional perushaan. Kriteria dari modal
kerja yaitu kebutuhan mosal yang habis dalam satu siklus usaha.
Contohnya adalah kredit ekspor, kredit untuk pengadaan bahan
baku, kredit untuk membeli pupuk, kredit untuk kontraktor
bangunan yang memperoleh proyek.
Kredit modal kerja untuk pembiayaan persediaan dan piutang akan
terus tertanam pada perusahaan, paling sesuai diberikan dalam
bentuk kredit modal kerja permanen yang bersifat jangka Panjang.
3. Berdasarkan Tujuan Kredit
a. Kredit Produktif
Kredit yangdigunakan untuk meningkatkan volme usaha
( penjualan) atau produksi, dan menghasilkan arus kas untuk
keuntungan pemilik usaha, dan untuk membayar kewajiban kredit.
Contoh nya adalah kredit untuk membuka usaha salon, kredit untuk
usaha restoran, dan lain-lain.
b. Kredit konsumtif
Kredit yang digunakan untuk konsumsi dan tidak bersifat produktif.
Contohnya adalah kredit pembelian mobil, kredit pegawai, kredit
untuk membeli barang elektronik, kredit kepemilikan rumah, dan
sebagainya.
4. Berdasarkan jangka waktu
a. Kredit jangka pendek
Yaitu kredit yan memiliki jangka waktu paling lama 1 tahun.
Contohnya yaitu kredit modal kerja musiman atau kredit incidental.
b. Kredit jangka menengah
Yaitu kredit yang memiliki jangka waktu antara 1- 3 tahun.
Contoh yaitu kredit pembelian mobil, kredit kepemilikan rumah atau
kredit modal kerja tertentu.
c. Kredit jangka Panjang
Yaitu kredit dengan jangka waktu pengembalian diasat 3 tahum,
pada umumnya merupakan kredit investasi.
Contoh yaitu kredit untuk membuka perkebunan kelapa sawit atau
kredit untuk membangun pabrik baja.
5. Berdasarkan jenis dana yang diberikan
a. Cash loan ( kredit tunai)
Kredit dengan dana langsung dicairkan kepada nasahbah.
Contohnya yaitu kredit modal kerja, kredit investasi atau kredit
konsumsi.
b. Non-cash loan
Kredit yang tidak secara lngsung ditarik dalam bentuk tunai, tetapi
didalamnya telah terkandung adanya suatu kesanggupan untuk
melakukan pembayaran dikemudian hari.
Contoh fasilitas bank garansi, fasilitas pembukaan letter of credit
impor atau fasilitas l/c dalam negri.

Pengukuran resiko kredit


Risiko kredit diukur dengan mengukur risiko inheren, yaitu risiko yang
melekat pada aktivitas perkreditan. Pengukuran risiko inheren kredit di-
lakukan dengan menetapkan potensi kerugian akibat risiko kredit, yaitu
mengukur berapa kemungkinan terjadinya kesalahan dalam pro-
ses kredit, selanjutnya menetapkan dampak yang dapat ditimbulkan
apabila potensi risiko tersebut menjadi kenyataan.
Sebagai contoh, risiko kredit akan bear apabila bank menyalurkan
kredit pada daerah yang bank belum mengenal karakteristik daerah
pemasaran daerah tersebut. Hal ini karena pada daerah yang belum di-
kenal, kemungkinan membuat kesalahan (probability of default) akan lebih
besar, dan apabila terjadinya kesalahan, akan menimbulkan dampak yang besar.

Kebijakan dan prosedur perkreditan


1. Asas likuiditas, bank harus dapat menjaga tingkat likuiditas bank
termasuk dalam upaya memenuhi permintaan penarikan kredit nasabah.
2. Asas solvabilitas, bank dapat melakukan pertumbuhan perkreditan
sesuai dengan kemampuan mengumpulkan dana pihak ketiga, dan
sejauh mungkin menghindari risiko kegagalan kreditan
3. Asas rentabilitas, bank harus memperoleh laba secara optimal sesuai
risiko yang diambil dan modal yang dipergunakan. Yang perlu
diwaspadai dalam kebijakan perkreditan yang berpotensi menimbulkan
risiko kredit, adalah bahwa:
a. kebijakan perkreditan bank tidak lengkap;
b. isinya tidak sesuai dengan praktik terbaik (best practices);
c. belum sepenuhnya dikomunikasikan pada jajaran organisasi yang
perlu menguasai kebijakan tersebut, sehingga mereka dapat
memahami isi dari kebijakan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai