Anda di halaman 1dari 6

VARIANT KREDIT I

Analisa Kredit

Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berasarkan Prinsip Syariah, Bank


Umum wajib mempunyai keyakinan berdasarkan analisis yang
mendalam atau itikad dan kemampuan serta kesanggupan Nasabah
Debitur untuk melunasi utangnya atau mengembalikan pembiayaan
dimaksud sesuai dengan yang diperjanjikan

Bagian Penjelasan :
Kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah yang diberikan oleh
bank mengandung risiko, sehingga dalam pelaksanaannya bank harus
memperhatikan asas-asas perkreditan atau pembiayaan berdasarkan Prinsip
Syariah yang sehat. Untuk mengurangi risiko tersebut, jaminan pemberian
kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah dalam arti keyakinan
atas kemampuan dan kesanggupan Nasabah Debitur untuk melunasi
kewajibannya sesuai dengan yang diperjanjikan merupakan faktor penting
yang harus diperhatikan oleh bank.
Untuk memperoleh keyakinan tersebut, sebelum memberikan kredit, bank
harus melakukan penilaian yang seksama terhadap watak, kemampuan,
modal, agunan, dana prospek usaha dari Nasabah Debitur. Mengingat
bahwa agunan sebagai salah satu unsur pemberian kredit, maka apabila
berdasarkan unsur-unsur lain telah dapat diperoleh keyakinan atas
kemampuan Nasabah Debitur mengembalikan utangnya, agunan hanya dapat
berupa barang, proyek, atau hak tagih yang dibiayai dengan kredit yang
bersangkutan. Tanah yang kepemilikannya didasarkan pada hukum, dan lain-
lain yang sejenis dapat digunakan sebagai agunan. Bank tidak wajib meminta
agunan berupa barang yang tidak berkaitan langsung dengan obyek yang
dibiayai, yang lazim dikenal dengan agunan tambahan.
Analisa Kredit berdasarkan Pasal 8 UU Perbankan dikenal dengan istilah
Analisis 5 C (The Five C’S of Credit), yaitu :

1. Watak Watak (Character)


Untuk mengalisis dari segi kepribadian atau karakter nasabah calon calon
peminjam/debitur. Penialian dapat diperoleh nilai dari hasil wawancara
antara Customer Service dengan nasabah yang hendak mengajukan kredit
dengan pertanyaan seputar latar belakang, kebiasaan hidup, pola hidup nasabah,
dan lain-lain. Faktor karakter juga dapat

2. Kemampuan (Capacity)

Untuk menilai kemampuan nasabah calon debitur dalam mengelola usaha


yang dimilikinya. Lebih ditekankan pada kemampuan managerialnya (skill),
misalnya seorang dengan gelar S.H. mampu memimpin pembangunan suatu
mall dengan detail.

3. Modal (Capital)

Kemampuan di dalam mengelola keuangan perusahaan terkait kondisi aset


dan kekayaan atau aset investasi lainnya yang dimiliki calon debitur. Bank akan
menilai sejauh mana modal bank menjadi sandaran bagi perusahaan. Ada yang
dinamakan self financing , yang selalu akan menjadi penilaian bagi bank

4. Agunan (Collateral)

Satu-satunya unsur jaminan yang memiliki nilai ekonomis secara langsung,


sebab ketika debitur tidak dapat memenuhi kewajibannya dalam mengembalikan
pinjaman dari pihak bank, maka pihak bank bisa menyita aset yang telah
dijaminkan. Semakin besar nilai agunan yang diberikan semakin besar pula poin
penilaiannya.
Saham dapat dijadikan agunan, namun sebatas pada jaminan “tambahan”, hal itu
mengingat nilai ekonomis pada saham tidak bersifat pasti, melainkan bersifat
flutuatif, sangat tergantung pada kondisi perusahaan. Yang perlu dicatat MA
telah mengeluarkan larangan eksekusi saham yg dijadikan agunan : Keputusan
Ketua Mahkamah Agung Nomor KMA/032/SK/IV/2006. Dalam huruf Y
angka 11 pedoman tersebut mengatur bahwa Hakim tidak melakukan sita
jaminan atas saham. Hal ini memunculkan ketidakpastian hukum bagi Hakim
saat menetapkan suatu sita jaminan dengan objek saham yang yakni kesulitan
dalam mengabulkan sita jaminan yang objeknya berupa saham. Secara yridis
formal seharusnya eksekusi saham dapat dilakukan asal penetapan sita jaminan
atas saham harus memerinci identitas pemilik saham, nomor seri, harga
atau nilai yang tercantum dalam saham, kapan saham diperoleh, serta
jumlah saham yang akan disita

Dalam perkembangannya, apapun diterima bank sebagai agunan asal


memiliki nilai “ekonomis”, padahal harusnya bank tetap berpegang pada prinsip
kehati-hatian, antara lain HAKI (masih diatur dalam UU

5. Prospek Usaha (Condition)

Analisis terhadap faktor di luar calon debitur namun ada di sekitar calon
debitur. Misalnya : kredit untuk usaha pembuatan krupuk dll di daerah
Sidoarjo, kredit untuk usaha tekstil di daerah Bandung, kredit pembuatan mobil
di Waimena atau Poso, usaha pakaian renang di Gresik, dan masih banyak
contoh bisa diberikan

Kewajiban bank untuk melakukan analisa guna mendapatkan keyakinan


bahwa nasabah mau dan mampu mengembalikan pinjamannya tidak sebatas hanya
pada saat akan memberikan kredit yang sudah umum dilakukan, melainkan juga
bentuk-bentuk pengeluaran dana oleh bank yang dapat dikategorikan sebagai
“variant” dari kredit, yang dalam hal ini dimaksudkan sebagai Kartu Kredit, Bank
Garansi, Letter of Credit (L/C)

Kartu Kredit

Kartu Kredit tergolong Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu


(APMK). Kartu Kredit adalah alat pembayaran secara non-tunai dengan
menggunakan kartu yang diterbitkan oleh sebuah bank. Krtu kredit
dapat digunakan untuk melakukan pembayaran atas kewajiban yang timbul dari
suatu kegiatan ekonomi, termasuk transaksi pembelanjaan dan/atau untuk
melakukan penarikan tunai. Kewajiban pembayaran pemegang kartu dipenuhi
terlebih dahulu oleh acquirer atau penerbit, dan pemegang kartu berkewajiban
untuk melakukan pembayaran pada waktu yang disepakati baik dengan pelunasan
secara sekaligus (charge card) ataupun dengan pembayaran secara angsuran.

Catatan :

 Menentukan limit kartu kredit (semakin tinggi limit yang diberikan, akan
semakin tinggi pula angsuran yang harus dibayar)
 Minimalisir dalam melakukan Tarik

Transaksi tarik tunai dengan menggunakan kartu kredit akan dikenakan


biaya bunga sebesar 3.5% - 4% di setiap transaksi tarik tunai. Setiap bank
memiliki regulasi yang berbeda mengenai biaya bunga yang dikenakan ke
nasabah

Pihak-Pihak di dalam Kartu Kredit : Bank, Nasabah dan Pasar

Perjanjian para pihak :


1. Antara bank dengan nasabah : perjanjian utang

2. Antara bank dengan pasar : perjanjian kerja sama

3. Antara Nasabah dengan pasar : tergantung kebutuhan

Kredit Sindikasi

Kredit yang diberikan oleh Sindikasi Kredit, jadi dibentuk Sindikasinya


dulu, baru dibuat Kredit Sindikasi. Adapun unsur-unsurnya dari definisi tersebut,
yaitu :
1. Melibatkan lebih dari satu lembaga pemberi kredit
2. Berdasarkan syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan yang sama bagi semua
peserta Sindikasi Kredit
3. Hanya ada satu dokumentasi kredit (perjanjiannya bilateral)

Karakter Kredit SindikasiSI

1. Jumlah kredit besar


2. Berjangka waktu panjang
3. Nasabah dibebani satu tingkat bunga
4. Menggunakan satu dokumenasi kredit
5. Keharusan mlakukan Disclosure (publisitas)

Manfaat bagi Nasabah :

1. Memungkinkan memperoleh kredit besar tanpa harus berhubungan dengan


banyak bank
2. Memupuk record pada banyak bank
3. Menambah kredibilitas

Anda mungkin juga menyukai