Anda di halaman 1dari 11

Nama : Naufaal Surya Dwimulya

NIM : 2104010082
Kelas : EKS 4 C
Mata Kuliah : Manajemen Keuangan Syariah
Tanggal : 08-05-2023

Kebijakan Piutang dalam keuangan syariah

A. Pendahuluan
Pada intinya setiap perusahaan baik yang bergerak di bidang jasa, dagang
maupun manufaktur memiliki tujuan yang sama yaitu untuk mendapatkan
keuntungan dan menjaga kesinambungan perusahaan di masa yang akan datang.
Di era globalisasi saat ini, semakin menambah adanya permasalahan bagi
manajemen suatu perusahaan di dalam menjalankan aktivitas perusahaaan dan
untuk mencapai tujuan usahanya. Persaingan dalam memasarkan produk
merupakan salah satu masalah yang dihadapi perusahaan untuk meningkatkan
penjualan barang atau jasa, sehingga perusahaan harus berupaya untuk merebut
pasar melalui berbagai kebijakan.
Dalam melaksanakan penjualan kepada para konsumen, perusahaan dapat
melakukannya secara tunai maupun kredit. Perusahaan tentu akan lebih menyukai
apabila transaksi penjualan tersebut dilakukan secara tunai. Karena dengan
penjualan tunai, perusahaan akan segera menerima kas dan kas tersebut dapat
segera digunakan kembali sebagai operasional perusahaan untuk menghasilkan
pendapatan selanjutnya. Di lain pihak, penjualan yang dilakukan secara kredit
akan dapat memberikan peluang dalam memperluas pasar sehingga bisa
menambah laba usaha. Meski seperti itu, hal ini juga bukan tanpa resiko. Karena
pada kenyataannya, penjualan kredit kebanyakan menimbulkan adanya piutang
atau tagihan. Penagihan piutang yang telah jatuh tempo biasanya tidak
sepenuhnya dapat diselesaikan.
Akibatnya modal perusahaaan akan semakin kecil apabila keadaan itu terus
berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Dengan demikian penagihan piutang
perlu mendapat perhatian dan penanganan serius agar dapat meminimalisir resiko
sekecil mungkin. Dalam hal ini, agar tidak sampai menghambat operasi atau
kegiatan perusahaan,.pimpinan seharusnya juga turut aktif mengelola penagihan
piutang.
B. Pembahasan
1. Definisi Piutang
Menurut Horne (2005 : 258) mengatakan “piutang meliputi jumlah uang
yang dipinjam dari perusahaan oleh pelanggan yang telah membeli barang atau
memakai jasa secara kredit”. Piutang merupakan komponen aktiva lancar yang
menjadi hal penting dalam entitas bisnis karena termasuk aktiva lancar perusahaan
yang paling besar setelah kas. Timbulnya piutang dikarenakan adanya penjualan
barang maupun jasa secara kredit, atau dapat pula melalui pemberian pinjaman.
Terjadinya penjualan kredit menunjukkan adanya piutang perusahaan yang
menjadi salah satu upaya perusahaan dalam menarik minat beli konsumen untuk
memenangkan persaingan.
Faktor penting yang perlu ditetapkan perusahaan agar dapat mengurangi
resiko terganggunya likuiditas perusahaan akibat adanya piutang tak tertagih yaitu
dengan menciptakan kebijakan piutang yang efektif dan membuat prosedur
penagihan yang tepat waktu. Kebijakan piutang yang baik adalah kebijakan
piutang yang bisa menciptakan trade-off keuntungan dan kerugian piutang secara
optimal.
Piutang adalah hak perusahaan atau individu untuk menerima pembayaran
dari pelanggan atau pihak lain yang telah membeli produk atau menggunakan jasa
perusahaan tetapi belum melakukan pembayaran secara tunai. Piutang merupakan
aset yang tercatat di dalam laporan keuangan perusahaan dan merupakan bagian
penting dari arus kas perusahaan. Piutang dapat terjadi dalam berbagai bentuk,
seperti tagihan atau faktur penjualan, sewa, atau hutang piutang lainnya yang
masih harus dibayar oleh pelanggan atau pihak lainnya. Dalam konteks keuangan
syariah, piutang harus diatur dengan prinsip-prinsip syariah dan menghindari
penggunaan bunga atau riba.
2. Kebijakan Piutang
Kebijakan penjualan kredit adalah serangkaian keputusan yang meliputi
periode kredit, standar kredit, kebijakan penagihan dan diskon yang ditawarkan
perusahaan.
a. Menetapkan Periode Kredit
Perusahaan perlu menetapkan kriteria untuk memberikan kredit
kepada pelanggan, termasuk mengevaluasi kelayakan kredit
dan kemampuan pelanggan untuk membayar. Syarat kredit
yaitu ketentuan mengenai periode kredit dan besarnya
potongan atau diskon yang akan diberikan. Periode kredit
adalah jangka waktu kredit yang diperkenankan kepada
pelanggan. Misalnya 2/10,net 30. Artinya, pembayaran akan
jatuh tempo dalam jangka waktu 30 hari, dan apabila pelanggan
membayar dalam waktu 10 hari akan mendapatkan potongan 2
persen.
b. Standar Kredit
Merupakan kriteria minimum dalam penilaian kredit oleh
perusahaan yang harus dipenuhi seorang debitur sebelum dapat
diberikan kredit. Variabel dalam pemberian kredit yang harus
dipertimbangkan antara lain :
1) Kualitas piutang dagang yang dapat diterima
2) Jangka waktu periode kredit
3) Potongan tunai bagi pembayaran yang dilakukan
lebih awal
4) Program pengumpulan piutang
Faktor yang harus dipertimbangkan apabila melakukan
perubahan terhadap standar kredit yang telah ditentukan :
1) Volume penjualan.
Apabila tenggang waktu pembayaran yang diberikan
longgar, akan menarik pembeli atau calon langganan
untuk membeli barang dalam jumlah yang lebih
banyak, atau sebaliknya
2) Investasi dalam piutang.
Apabila periode kredit yang diberikan semakin
longgar, maka hal ini juga akan meningkatkan dana
yang tertanam di dalam inventori barang jadi
(piutang).
3) Biaya Kerugian piutang (cost of bad debt).
Merupakan biaya yang harus diperhitungkan sebagai
faktor yang akan mengurangi keuntungan.
4) Biaya Administrasi
c. Kebijakan Penagihan
Menurut Syahyunan (2005 : 66) Kebijaksanaan penagihan
atau pengumpulan piutang adalah usaha yang dilakukan oleh
perusahaan untuk dapat mengumpulkan piutang atas penjualan
kredit yang diperkenankannya dalam waktu yang singkat.
Kebijakan penagihan juga dapat diartikan sebagai prosedur
yang meliputi waktu dan cara-cara penagihan supaya pelanggan
dapat membayar tepat pada waktu yang telah ditentukan.
Langkah-langkah penagihan yang biasanya dilakukan
apabila pembeli atau langganan belum membayar piutangnya
sampai dengan jangka waktu yang telah ditetapkan sebagai
berikut :
1) Melalui Surat
Perusahaan mengirimkan surat kepada pelanggan
untuk mengingatkanbahwa hutangnya telah jatuh
tempo dan belum ada pembayaran sampai dengan
jangka waktu yang telah ditentukan.
2) Melalui Telepon
Jika surat teguran telah dikirimkan namun hutang-
hutang tersebut belum juga dibayar, maka bagian
kredit dapat menelepon langganan dan memintanya
untuk segera melakukan pembayaran. Jika dari hasil
pembicaraan tersebut ternyata pelanggan
mempunyai alasan yang dapat diterima, mungkin
saja perusahaan dapat memberikan perpanjangan
sampai jangka waktu tertentu.
3) Kunjungan Personal
Teknik penagihan piutang dengan melakukan
kunjungan personal atau pribadi ke tempat
langganan yang merupakan cara yang dianggap
efektif dalam upaya penagihan piutang.
4) Menggunakan jasa Debt Collector
Perusahaan menggunakan jasa penagih utang (debt
collector) dari luar perusahaan bagi debitur yang
belum membayar pada dua bulan setelah batas akhir
penagihan.
Kebijakan kredit merupakan kebijakan internal yang dapat
dikendalikan oleh manajer keuangan. Kebijakan pemberian
kredit merupakan trade-off antara tambahan keuntungan
penjualan dan tambahan biaya. Tambahan biaya berawal dari
jangka waktu kredit, potongankas yang ditawarkan dan kualitas
langganan yang akan terlihat atas piutang yang tidak dibayar.
3. Pencegahan Piutang Tak Tertagih
Piutang tak tertagih adalah piutang yang sulit atau bahkan tidak mungkin
untuk dikumpulkan kembali dari pelanggan atau pihak lainnya. Piutang tak
tertagih dapat menyebabkan kerugian finansial yang besar bagi perusahaan, oleh
karena itu, perusahaan harus mengambil langkah-langkah pencegahan untuk
menghindari terjadinya piutang tak tertagih. Berikut adalah beberapa langkah
pencegahan yang dapat diambil oleh perusahaan:
a. Evaluasi kelayakan kredit
Perusahaan harus melakukan evaluasi kelayakan kredit
sebelum memberikan kredit kepada pelanggan atau pihak
lainnya. Evaluasi ini harus meliputi pengecekan riwayat kredit,
kemampuan keuangan, dan kapasitas pembayaran pelanggan
atau pihak lainnya.
b. Pemantauan dan pengelolaan piutang
Perusahaan harus memiliki sistem yang efektif untuk
memantau piutang mereka, termasuk mencatat tagihan yang
belum terbayar dan mengevaluasi risiko kredit macet.
Perusahaan juga harus memiliki proses pengelolaan piutang
yang baik, termasuk melakukan tindakan pencegahan seperti
pengiriman peringatan dini dan mengajukan permohonan
pembayaran sebelum piutang jatuh tempo.
c. Pelatihan karyawan
Karyawan yang bertanggung jawab untuk mengelola
piutang perusahaan harus dilatih untuk mengenali tanda-tanda
pelanggan atau pihak lainnya yang mengalami kesulitan
keuangan dan mengambil tindakan pencegahan yang sesuai
untuk menghindari piutang tak tertagih.
d. Penggunaan layanan koleksi piutang
Jika piutang jatuh tempo dan belum dibayar oleh pelanggan
atau pihak lainnya, perusahaan harus menggunakan layanan
koleksi piutang yang profesional untuk membantu memulihkan
piutang tersebut. Layanan koleksi piutang dapat membantu
perusahaan dalam mengevaluasi risiko kredit dan memperoleh
pembayaran dari pelanggan atau pihak lainnya yang sulit untuk
dipulihkan piutangnya.
e. Menjaga hubungan dengan pelanggan
Perusahaan harus menjaga hubungan yang baik dengan
pelanggan atau pihak lainnya untuk mencegah terjadinya
piutang tak tertagih. Komunikasi yang terbuka dan transparan
dengan pelanggan atau pihak lainnya dapat membantu
meminimalkan risiko kredit macet dan memperkuat hubungan
bisnis jangka panjang.
4. Pemantauan Piutang
Pemantauan piutang merupakan proses evaluasi terhadap kebijakan kredit
yang telah dijalankan, terutama apabila terjadi perubahan pola pembayaran pada
pelanggan. Ada dua hal yang perlu diperhatikan dalam pemantauan piutang usaha
yaitu:
a. DSO (Days Sales Outstanding)
DSO adalah nama lain dari average collection period
(ACP). DSO mengungkapkan seberapa lama piutang akan
tertagih. DSO merupakan ukuran termudah untuk mengamati
arus penagihan piutang dari pelanggan. DSO yang semakin
meningkat menunjukkan makin lambatnya pelanggan dalam
membayar kewajibannya yang dapat dijadikan indikator awal
adanya kemungkinan timbulnya piutang tak tertagih atau kredit
macet Walaupun DSO merupakan ukuran termudah untuk
memantau kondisi piutang, tetap diperlukan sikap kehati-
hatian dalam menafsirkan angka DSO. Apabila piutang
menurun, DSO atau ACP (yang dinyatakan dalam hari) juga
akan semakin menurun. Menurunnya piutang belum tentu
disebabkan oleh penerimaan yang lebih cepat, bisa saja
disebabkan oleh turunnya penjualan akibat kondisi ekonomi
yang melemah.
b. Skedul Umur Piutang
Schedule umur piutang adalah tabel atau grafik yang
menunjukkan jumlah piutang yang belum dibayar oleh
pelanggan dan berapa lama piutang tersebut telah berada dalam
posisi belum dibayar. Umumnya, schedule umur piutang
dibagi menjadi beberapa kategori umur piutang, seperti 30
hari, 60 hari, 90 hari, dan seterusnya. Setiap kategori tersebut
menunjukkan jumlah piutang yang belum dibayar selama
periode waktu tertentu, misalnya piutang yang belum dibayar
selama 30 hari atau kurang, piutang yang belum dibayar
selama 31-60 hari, dan seterusnya.
Schedule umur piutang sangat penting dalam manajemen
keuangan, karena dapat membantu manajer keuangan atau
akuntan untuk memantau dan mengendalikan arus kas
perusahaan. Dengan mengetahui umur piutang, manajer
keuangan dapat menentukan kapan piutang tersebut harus
ditagih dan tindakan apa yang harus diambil jika pelanggan
terlambat membayar. Schedule umur piutang juga dapat
membantu manajer keuangan untuk menentukan kebijakan
kredit yang tepat, seperti batas waktu pembayaran atau
pemberian diskon untuk pelanggan yang membayar tepat
waktu.
Selain itu, schedule umur piutang juga dapat digunakan
untuk memantau kinerja penjualan perusahaan dan
membandingkannya dengan periode sebelumnya atau dengan
industri lain. Dengan memperhatikan umur piutang, manajer
keuangan dapat menilai efektivitas penjualan dan memperbaiki
strategi penjualan jika diperlukan.
Secara umum, schedule umur piutang adalah alat yang
penting dalam manajemen keuangan, karena dapat membantu
manajer keuangan untuk mengendalikan arus kas, menentukan
kebijakan kredit yang tepat, memantau kinerja penjualan
perusahaan, dan mengambil tindakan yang tepat dalam
pengelolaan piutang.
5. Kebijakan Piutang Menurut Keuangan Syariah
Dalam keuangan syariah, kebijakan piutang memiliki peran yang penting
dalam mengelola aset perusahaan secara efektif. Kebijakan piutang adalah suatu
strategi atau keputusan yang diambil oleh perusahaan dalam mengatur dan
mengelola pemberian kredit kepada pelanggan atau konsumen.
Dalam keuangan syariah, kebijakan piutang harus sesuai dengan prinsip-
prinsip syariah yang melarang riba dan mendorong adil dan transparansi dalam
bertransaksi. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam kebijakan piutang
dalam keuangan syariah antara lain:
a. Menghindari riba
Perusahaan harus menghindari memberikan kredit dengan
bunga atau riba. Sebagai gantinya, perusahaan dapat
mempertimbangkan untuk memberikan diskon untuk
pembayaran yang cepat atau memberikan jangka waktu
pembayaran yang lebih panjang tanpa menambahkan bunga.
b. Menghindari spekulasi
Perusahaan juga harus menghindari spekulasi dalam
memberikan kredit kepada pelanggan. Hal ini berarti
perusahaan harus mempertimbangkan kelayakan dan
kemampuan pelanggan untuk membayar sebelum memberikan
kredit.
c. Menghindari penipuan
Perusahaan harus memastikan bahwa pelanggan yang
diberikan kredit adalah pelanggan yang jujur dan terpercaya.
Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan pengecekan kredit
dan referensi sebelum memberikan kredit.
d. Memiliki kebijakan yang jelas
Perusahaan harus memiliki kebijakan yang jelas dan
transparan dalam mengatur dan mengelola piutang. Hal ini
akan membantu perusahaan untuk meminimalkan risiko kredit
macet dan meningkatkan efisiensi dalam mengelola piutang.
e. Menggunakan instrumen keuangan yang halal
Perusahaan dapat menggunakan instrumen keuangan yang
halal, seperti akad jual beli murabahah atau akad pembiayaan
musyarakah untuk meminimalkan risiko kredit macet.
Dengan menerapkan kebijakan piutang yang sesuai dengan prinsip-prinsip
syariah, perusahaan dapat mengelola piutang dengan lebih efektif dan
meminimalkan risiko kredit macet. Hal ini akan membantu perusahaan untuk
meningkatkan keuntungan dan meningkatkan kredibilitasnya di mata pelanggan
dan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

al-Mushlih , Abdullah dan ash-Shawi, Shaleah . 2004. Fiqh Ekonomi Keuangan


Islam, terjemahan Abu Umar Basyir. Jakarta: Darul Haq.
Antonio, Muhammad Syafi’i. 2007. Bank Syariah: Dari Teori ke Praktek. Jakarta:
Gema Insani
Azlina, Nur. 2009. “Pengaruh Tingkat Perputaran Modal Kerja Struktur Modal
dan
Skala Perusahaan Terhadap Profitabilitas” Pekbis Jurnal. Vol. 1. No.02
Maulidizen dan Borhan. 2016. Aplikasi Pembiayaan Modal Kerja Murabahah Bi
Al- Wakalah Pada Bank Muamalat Indonesia Cabang Sungkono
Surabaya”, Jurnal Ilmiah Islam Futura. Vol. 16. No.1
Muhammad. 2014. Manajemen Keuangan Syariah Analisis Fiqh dan Keuangan.
Yogyakarta: UPP STIM YPKN
S. Munawar. 2010. Analisa Laporan Keuangan . Yogyakarta: Liberty

Anda mungkin juga menyukai