http://books.google.co.id/books?
id=O4cH9NF_UPIC&pg=PA117&lpg=PA117&dq=contoh+anjak+piutang&so
urce=bl&ots=oqEWVL6Hie&sig=Qsb0yoCZRyL2_UZCGodEkrIMu_M&hl=
en&sa=X&ei=2ntWU_LOA8TrAe1w4DgBQ&redir_esc=y#v=onepage&q=contoh%20anjak
%20piutang&f=false
Penjualan Piutang
Dalam aktivitas anjak piutang akan terlibat 3 entitas yaitu :
1. Nasabah. Nasabah adalah pihak yang menjual piutang. Biasanya merupakan
pihak supplier/penjual yang melakukan transaksi dengan customer/pemberi
secara kredit.
2. Perusahaan anjak piutang. Perusahaan anjak piutang adalah perusahaan
pembiayaan ataupun bank yang membeli piutang dari nasabah (perusahaan
yang menjual piutang).
3. Debitur. Debitur adalah pihak yang memiliki hutang kepada nasabah, dalam
anjak piutang kewajiban membayar hutangnya dialihkan kepada perusahaan
anjak piutang, sehingga nantinya debitur akan membayar hutangnya kepada
perusahaan anjak piutang bukan kepada nasabah.
Skema transaksi dalam aktivitas anjak piutang dapat dilihat dengan skema dibawah
ini
Keterangan :
1. Supplier dan customer melakukan transaksi jual beli secara kredit sehingga
supplier memperoleh piutang dari customer.
2. Supplier melakukan penjualan piutang kepada perusahaan anjak piutang.
3. Perusahaan anjak piutang membeli piutang dari supplier dengan pembayaran
tunai
1. Variasi Produk
Ada dua ide dasar bagaimana cara membuat variasi produk yang akan ditawarkan
kepada calon nasabah yang akan melakukan anjak piutang yaitu :
a.
Hal ini dilakukan untuk mengatasi kemungkinan terjadinya risiko tidak dibayarnya
hutang oleh debitur. Untuk itu perusahaan memecah risikonya kepada nasabah.
Dari ide ini muncul dua bentuk anjak piutang yaitu:
i.
Anjak piutang ini juga biasa disebut non-recourse factoring. Dalam without
recource factoring perusahaan anjak piutang menanggung sepenuhnya risiko atas
tidak tertagihnya piutang yang telah dialihkan oleh nasabah. Apabila debitur tidak
melakukan pembayaran makan perusahaan anjak piutang akan mengalami
kerugian dan tidak bisa melimpahkan kerugian tersebut kepada nasabah.
ii.
Anjak piutang dengan cara recourse atau disebut juga with recourse factoring.
Dalam with recource factoring perusahaan anjak piutang tidak menanggung
sepenuhnya risiko atas tidak tertagihnya piutang yang telah dialihkan oleh
nasabah. Apabila debitur tidak melakukan pembayaran makan perusahaan anjak
piutang dapat melimpahkan kerugian tersebut kepada nasabah. Perusahaan anjak
piutang bisa mengembalikan tanggung jawab (recourse) pembayaran piutang
kepada nasabah atas piutang yang tidak tertagih dari debitur.
b.
Hal ini dilakukan untuk mengatasi lamanya pembayaran dari debitur. Bagi nasabah
inti dari anjak piutang adalah untuk memperoleh kas dengan waktu yang lebih
cepat. Dalam hal ini perusahaan anjak piutang mengambil risiko ini dengan
memajukan waktu pembayaran piutang tersebut. Perusahaan anjak piutang dapat
menurunkan tingkat risiko ini dengan memperlambat pembayaran kepada nasabah
mendekati waktu pembayaran oleh debitur. Contohnya: Dari pemeriksaan
historical collection record diketahui bahwa rata-rata waktu pembayaran yang
dilakukan oleh customer adalah 60 hari. Maka perusahaan anjak piutang
melakukan pembayaran kepada supplier mendekati 60 hari (40 hari atau 45 hari).
Dalam praktiknya berdasarkan cara pembayaran anjak piutang dapat dibagi
menjadi:
i.
Advanced payment
Maturity
Dalam bentuk ini perusahaan anjak piutang melakukan pembayaran pada saat
piutang tersebut jatuh tempo. Pembayaran tagihan tersebut biasanya dilakukan
berdasarkan data historis rata-rata jatuh tempo tagihan (faktur).
iii.
Collection
Pembayaran kepada nasabah baru akan dilakukan ketika perusahaan anjak piutang
telah berhasil melakukan penagihan terhadap debitur.
2.
Background Checking
Untuk mengurangi risiko dari background customer yang tidak dikenal, perusahaan
anjak piutang akan lebih memilih melakukan kerja sama dengan pihak yang sudah
mereka kenal dan sudah mereka ketahui kredibilitasnya. Biasaya dalam hal ini
jenis perusahaan anjak piutang yang bisa melakukan diversifikasi ini adalah pihak
perusahaan anjak piutang yang berbentuk bank. Bank yang besar mempunyai
nasabah dari berbagai jenis perusahaan sehingga dapat lebih fleksibel dalam
melakukan perjanjian anjak piutang.
Pencatatan Anjak Piutang
Contoh pencatatan transaksi anjak piutang dapat dilihat di contoh berikut:
Contoh 1.
PT Alat Berat menjual piutang sebesar Rp 600 juta kepada Bank Makmur. Bank
Makmur menetapkan fee sebesar 2% dari besarnya piutang yang dijual, fee ini
akan dipotong dari jumlah piutang yang akan dibayar sehingga nantinya Bank
Makmur hanya membayar PT Alat berat Rp 588 juta. PT Alat Berat akan mencatat
transaksi ini sebagai berikut:
Kas
588 juta
12 juta
600 juta
Dari perhitungan diatas nampak bahwa bunga yang dibebankan ternyata cukup
tinggi. Namun mengapa anjak piutang tetap diminati oleh perusahaan sebagai salah
alternatif untuk mendapatkan kas? Hal ini bisa dilihat dari manfaat yang dapat
diberikan ajak piutang kepada nasabah. Manfaat anjak piutang tersebut dapat
dijelaskan antara lain sebagai berikut:
Memperlancar arus kas
Dengan melakukan anjak piutang maka perusahaan akan memperoleh kas dengan
waktu yang lebih cepat. Kas yang ada dapat digunakan untuk meningkatkan
kegiatan usaha nasabah dan memperlancar modal kerja perusahaan.
Mengurangi risiko kerugian yang ditimbulkan piutang tak tertagih
Risiko adanya piutang yang tak tertagih selalu ada bagi perusahaan manapun.
Untuk itu risiko ini dapat diperkecil dengan cara melimpahkan risiko tersebut
kepada pihak perusahaan anjak piutang denga cara menjual piutang yang
perusahaan miliki.
Mengurangi biaya dan waktu yang timbul berkaitan dengan kegiatan
penagihan
ANJAK PIUTANG
Latar Belakang
Semakin tingginya tingkat persaingan antar perusahaan saat ini akan memaksa
perusahaan
untuk
memberikan
pelayanan
yang
maksimal
kepada
para
Jika perusahaan kekurangan kas maka biasanya akan pinjam ke pihak lain
misalnya bank. Sekarang ini, perusahaan mempunyai alternatif lain untuk
memperoleh dana tunai yaitu dengan menjual atau mengalihkan faktur-faktur
piutang yang dimilikinya ke Lembaga Keuangan Anjak Piutang (Factoring).
Anjak piutang (factoring) adalah suatu transaksi keuangan sewaktu suatu
perusahaan menjual piutangnya (misalnya tagihan) dengan memberikan suatu
diskon. Ada tiga perbedaan antara anjak piutang dan pinjaman bank. Pertama,
penekanan anjak piutang adalah pada nilai piutang, bukan kelayakan kredit
perusahaan. Kedua, anjak piutang bukanlah suatu pinjaman, melainkan pembelian
suatu aset (piutang). Terakhir, pinjaman bank melibatkan dua pihak, sedangkan
anjak piutang melibatkan tiga pihak.
Tiga pihak yang terlibat dalam anjak piutang adalah penjual, debitur, dan pihak
yang membiayai (factor). Penjual adalah pihak yang memiliki piutang (biasanya
untuk layanan yang diberikan atau barang yang dijual) dari pihak kedua, debitur.
Penjual selanjutnya menjual satu atau lebih tagihannya dengan potongan atau
diskon ke pihak ketiga, suatu lembaga keuangan khusus untuk mendapatkan uang
dalam bentuk kas. Debitur akan membayar langsung ke perusahaan pembiayaan
dengan jumlah penuh sesuai nilai tagihan.
Anjak piutang (Bahasa Inggris: factoring) adalah suatu transaksi keuangan sewaktu
suatu perusahaan menjual piutangnya (misalnya tagihan) dengan memberikan
suatu diskon.
Ada tiga perbedaan antara anjak piutang dan pinjaman bank:
1. Pertama, penekanan anjak piutang adalah pada nilai piutang, bukan
kelayakan kredit perusahaan.
2. Kedua, anjak piutang bukanlah suatu pinjaman, melainkan pembelian suatu
aset (piutang).
3. Terakhir, pinjaman bank melibatkan dua pihak, sedangkan anjak piutang
melibatkan tiga pihak
setuju untuk membeli piutang dari pihak lain yang memiliki tagihan yang belum
jatuh tempo, dengan persyaratan-persyaratan dan harga tertentu yang disepakati.
Jenis Anjak Piutang ini dapat membantu Klien yang mempunyai kesulitan
likuiditas. Dengan penjualan piutang tersebut, Klien dapat memanfaatkan uang
tunai yang diperoleh dari Factor untuk meneruskan usahanya tanpa perlu
menunggu saat jatuh tempo atas piutang-piutangnya.
Namun, perlu diperhatikan bahwa tidak semua piutang yang dimiliki Klien dapat
dijual dan dialihkan kepada Factor. Terbatas hanya pada piutang yang timbul dari
transaksi perdagangan yang dilakukan oleh Klien saja yang dapat dijual dan
dialihkan.
Disclosed Factoring
Undisclosed Factoring
a)
2)
3)
4)
5)
meninggatkan kpercayaan.
6)
B.
desember 1988 lembaran negara republik indonesia nomor 93 tahun 1988 jis. Surat
keputusan menteri keuangan nomor: 448/KMK. 06/2002, jis. Syrat keputusan
menteri keuangan nomor: 172/KMK. 06/2002 mengtur mengenai perusahaan
pembiayaan, sehingga aturan anjak piutang hanyalah dtemukan sebagai salah satu
hukum administrasi yang mengatur keberadaan kegiatan kegiatan perusahaan
pembiaayaan dengan demikian terlihat pengaturan hukum dibidang lembaga anjak
piutang itu terlihat masih sangat sederhana dan belum lengkap4[4].
Pengertian yang ada mengenai anjak iutang atau factoring masih dalam
bentuk keputusan mentri keuangan nomor 1251/ KMK. 013/ 1988 jis nomor.
448/KMK. 017/ 2000 tanggal 27 oktober 2000 pada pasal 1 hruf E adalah
kegiatan pembiayaan dalam bentuk pembelian dan/ atau pengalihan serta
kepengurusan piutang atau tagihan jangka pendek suatu perusahaan dari transaksi
perdagangan dalam atau luara negri. Selanjutnya pengertian anjak piutang
dipertegas dengan ketentuan surat keputusan mentri keuangan nomor 172/ KMK.
06/ 2002.
Yang menyatakan kegiatan anjak piutang dilakukan dalam bentuk:
a)
b)
kepada
lembaga
pembiayaan
yang
boleh
a.
b.
recourse factoring
yaitu bentuk perlayaan yang diberikan yang meliputi hampir semua jasa jasa
bank anjak piutang kecuali proteksi terhadap resiko tidak dibayarnya tagihan.
c.
Bull factoring
Yaitu bentuk bentuk perlayanan clien hanya memerlukan jasa pembiayaan atau
pemberi tahuan jatuh tempo pada nasabah atau costumer/ sedangkan jasa- jasa
seperti proteksi sredit, seles ledger administration, dan penagihan tidak diperlukan.
d.
Matury factoring
Yaitu bentuk perlayanan dimana yang dibutuhkan klien adalah jaminan
perlindungan kredit yang meliputi pengurusan penh atas penjualan, penagihan dari
pelanggan, dan proteksi atas piutang.
e.
Agenci factoring
Bentuk factoring ini sering dikaitkan dengan bull factoring yaitu penyerangan
keseluruhan enjualan anjak piutang klien kepada perusahaan factoring atas dasar
nitifikasi, tetapi tidak bertanggung jawab atas kepengurusan atas kepenagihan
piutang tersebut.
f.
Invoice discouting
Klin dalam hal ini hanya membutuhkan jasapembiayaan perusahaan anjak
piutang sedangkan jasa non-pembiayaan ditangani sendiri oleh klien.
5
g.
Undisclosed factoring
Biasanya berkaitan dengan suatu perjanjian penjualan piutang dimana
perusahaan factoring memberikan proteksi terjadinya kemacetan pelunasan piutang
sampaidengan persentase tertentu(biasanya 80%)dari jumlah factur yang disetujui
yaitu dengan without recourse sebagai resiko kredit.
Perkembangan anjak piutang di Indonesia, Pada dasarnya kegiatan usaha anjak
piutang merupakan bidang usaha yang relative baru diindonesia.eksistensinya
dimulai sejak adanya paket kebijaksanaan 20 desember 1988 atau pakdes 20,1988
sesuai dengan keppres NO.61 tahun 1988dan keputusan menteri keuangaan
NO.1251/KMK.013/1988 tanggal 20 desmber 1988 dimana jumlah modal disetor
atau simpanan pokok dan wajib ditetapkan sebagai berikut
1)
2)
3)
D.
1.
perusahaan anjak piutang atau factor adalah perusahan atau pihak yang
1.
Supplier
2.
Debitur
a.
b.
c.
d.
Supplier
Debitur
Factor
(3) penagihan
yang
pihak dengan berbagai pertimbangan seperti misalnya tingkat kesulitan atau jumlah
piutang yang ditagihkan.
2)
Biaya administrasi.
Yaitu biaya yang diterima oleh perusahaan anjak piutang setelah malakukan
pengelolahan perusahaan kredior oleh klien dan besarnya pun tergantung dari
kesepakatan yang dibuat bersama9[9].
BAB III
KESIMPULAN
berjangka waktu panjang dan anjak piutang sendiri ber jangka waktu pendek.
Jenis jenis anjak piutang
9
1)
2)
recourse factoring
3)
Bull factoring
4)
Matury factoring
5)
Agenci factoring
6)
Invoice discouting
7)
Undisclosed factoring
1)
dikelola atau diambil alih dengan cara dikelola atau dibeli sesuai perjanjian dan
kesepakatan yang telah dibuat.
o
Perusahaan Anjak Piutang atau Factoring
Merupakan perusahaan yang akan mengambil alih atau dikelola piutang atau
penjualan kredit debiturnya.
o
Debitur atau Nasabah
Merupakan pihak yang mempunyai masalah (utang) kepada kreditur atau klien.
Transaksi anjak piutang yang terjadi antara ketiga pihak diatas dimulai dari adanya
transaksi penjualan produk antara klien dengan nasabah secara kredit yang
menimbulkan adanya utang-piutang diantara kedua belah pihak. Karena klien
mebutuhkan perputaran uang yang cepat sehingga piutang atau tagihan tersebut
dapat dijual sebagian atau seluruhnya dengan potongan kepada pihak ke tiga atau
perusahaan anjak piutang sehingga debitur akan membayar langsung ke
perusahaan anjak piutang dengan jumlah penuh sesuai dengan nilai tagihan.
Pihak yang terkait dengan anjak piutang mempunyai berbagai macam keuntungan,
diantaranya;
o
Bagi perusahaan anjak piutang
1.
2.
3.
Bagi kreditur
1.
2.
3.
4.
Bagi Debitur
1.
Keuangan
no.84/PMK.012/2006
tentang
Kegiatan anjak piutang dilakukan dalam bentuk pembelian piutang dagang jangka
pendek suatu perusahaan berikut pengurusan atas piutang tersebut
Kegiatan anjak piutang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan
dalam bentuk anjak piutang tanpa jaminan dari penjual piutang (without recourse)
dan anjak piutang dengan jaminan dari penjual piutang (with recourse).
Sedangkan berdasarkan keputusan Menteri Keuangan no.1251 tahun 1988 tentang
ketentuan dan tata cara pelaksanann lembaga pembiayaan, kegiatan anjak piutang
terdiri dari:
1.
2.
3.
Imbalan yang diterima oleh perusahaan anjak piutang baik beruapa service charge,
provisi, dan diskon, akan dicatat secara akrual sehingga pada saat penandatanganan
perjanjian akan di akui pajak terutang. Dasar pengenaan pajak atas penyerahan jasa
anjak piutang adalah 5% dari jumlah imbalan yang di terima dan pajak masukan
yang berhubungan dengan kegiatan anajak piutang tidak dapat di kreditkan.
Keuntungan yang diperoleh perusahaan anjak piutang berasal dari jasa yang
diberikan kepada klien berupa:
o
3.
4.
Konsep pranata lembaga Anjak Piutang (Factoring) tidak dikenal dalam system
Civil Law sebagaimana yang dianut dalam system hukum Indonesia. Factoring
yang dikenal dewasa ini pertama kali tumbuh di Amerika Serikat tahun 1889,
kemudian menyebar di Kanada sekitar tahun 1930-an sampai kemudian meluas ke
Negara-negara Eropa Barat, Australia, Selandia Baru, Jepang, Filipina, dan
akhirnya Indonesia mulai mengenal lembaga ini pada akhir tahun 1988 sejak
berlakunya Keputusan Presiden Nomor 61 tahun 1988 tanggal 27 Desember 1988.
[1] Di Amerika Serikat Anjak Piutang (Factoring) merupakan pembelian piutang
jangka pendek oleh factor dari Clien sebagai penjual, disertai pengalihan hak dan
pemberitahuan kepada debitor tagihan tersebut. Factor biasanya membeli tanpa
recourse dan membayar di muka 90 persen dari nilai invoice, dan sisanya ditahan
untuk diperhitungkan dengan jumlah yang dibayar oleh factor untuk piutang
tersebut.[2]
Anjak Piutang (Factoring) merupakan institusi finansial yang tergolong baru,
tetapi sebenarnya cikal bakalnya sudah lama yang dimulai dalam bentuk sederhana
pada masa kekaisaran Romawi.
Menurut David Hawkins, ketentuan yang dibuat di tahun 1623 oleh Common
Council di kota London sebagai awal dikembangkannya anjak piutang yang
dilakukan oleh para pembuat pakaian dan pembantunya yang telah menjual
dagangan (pakaian) kepada para pedagang atau pemakainya atas laba penuh yang
diterimanya sendiri.[3]
Dengan demikian sejarah anjak piutang (Factoring) di Inggris ini ditandai oleh halhal sebagai berikut :
1. Anjak piutang tumbuh dan berkembang bersama dengan tumbuh dan
berkembangnya perdagangan tekstil. Dan hal ini bertahan cukup lama
sebelum bisnis anjak piutang merambah juga ke bidang-bidang lain di luar
perdagangan tekstil.
2. Pihak perusahaan anjak piutang (Factor) terdiri dari para pedagang dalam
hal ini pedagang tekstil, bukan para banker.
Selanjutnya di awal abad ke 17 anjak piutang dibawa ke Amerika Serikat bersamasama oleh gelombang hijrahnya orang-orang Inggris atau orang-orang Eropa
lainnya, karena diantara mereka yang hijrah terdapat pengusaha-pengusaha anjak
piutang, karena itu tidak mengherankan jika di Amerika Serikat anjak piutang itu
berkembang cukup pesat.
Dalam tahun 1890, perusahaan di New York, Oelberman, Dommerich & Co,
berkonsentrasi dalam pemberian jasa-jasa yang sebenarnya merupakan anjak
piutang dalam arti modern, yaitu berupa penataan bukuan (ledging) terhadap
administrasi pengontrolan kredit dan penagihan.
menjamin kredit, merupakan embrio dari bisnis Anjak Piutang modern yang
dikenal saat ini dan karenanya tidak heran sistem hukum yang digunakan berasal
dari sistem Common Law.[4]
Di Indonesia lembaga Anjak Piutang secara resmi dimulai dan dikembangkan
dengan dikeluarkannya Keppres No. 61 Tahun 1988 Tentang Lembaga
Pembiayaan, yang ditindaklanjuti oleh Keputusan Menteri Keuangan No.
1251/KMK.013/1988, tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga
Pembiayaan.
Sejak keluarnya peruturan yang termasuk dalam Paket Kebijaksanan Desember
1988 (Pakdes 1988) tersebut, maka mulailah bermunculan perusahaan-perusahaan
anjak piutang (Factor).
Peta bisnis anjak piutang di Indonesia sampai tahun 1997 cukup banyak yaitu
terbanyak nomor dua di dunia setelah Italia. Namun dalam hal omzet, masih
tertinggal dari lima negara maju lainnya.
juga membelikan barang barang dagangan dari Inggris yang mereka inginkan
untuk diimpor ke Amerika.
Revolusi industri di akhir abad ke 18 turut mendorong pertumbuhan bisnis
jasa general factoring.Mekanisasi alat alat tenun tekstil di Inggris dan tingginya
minat beli tekstil di Amerika,telah menyebabkan meningkatnya transaksi ekspor
impor.Perkembangan bisnis tersebut,otomatis turut memacu pertumbuhan industri
factoring di Amerika,terutama di New York City.Perusahaan factoring di Amerika
saat itu seperti ketiban rezeki.Mereka mengageni produk tekstil Eropa atas dasar
konsinyasi.Mereka juga memberikan kredit,menjamin kredit tersebut,memberikan
pembayaran awal terhadap piutang yang timbul,dan melakukan penagihan untuk
kepentingan clientnya,yaitu menjamin kredit,melakukan penagihan,dan penyediaan
ana.Bentuk bentuk usaha inilah yang kemudian menjadi embrio dari bisnis anjak
piutang modern seperti yang dikenal saat ini.Anjak piutang modern ini kemudian
terus berkembang tidak hanya di bidang usaha tekstil tetapi juga merambah ke
berbagai sector industri,baik untuk transaksi ekspor impor maupun transaksi local.
kegiatan anjak piutang mulai dikenal luas ketika perusahaan-perusahaan
manufacture di Inggris berusaha menjual produknya ke Amerika. Amerika pada
waktu itu, sekitar tahun 1880-an, merupakan benua baru yang banyak didatangi
dari benua eropa terutama inggris. Kedatangan bangsa di eropa mau tidak mau
menbawa konsekuensi bahwa mereka harus melakukan kegiatan produksi dan
konsumsi didaerah barunya, namun pada awalnya mereka tidak bisa banyak
melakukan kegiatan produksi karena terbatasnya sumber daya manusia, capital dan
peralatan. Keadaan ini memaksa mereka mendatangkan sebagian besar kebutuhan
mereka dari daerah asal, yaitu Inggris. Ketika perusahaan-perusahaan di Inggris
ingin memasarkan atau menjual produknya ke orang-orang Amerika, timbul
masalah karena mereka tidak saling mengenal. Resiko tidak terbayarnya penjualan
secara kredit semakin besar bukan saja karena mereka tidak saling mengenal tetapi
juga karena jarak yang sangat jauh. Kondisi ini mendorong perusahaan-perusahaan
di Inggris untuk menemukan solusi mengenai sistem penjualan yang sesuai.
Perusahaan-perusahaan tertentu mulai tertarik untuk menjembatani atau sebagai
perantara antara pihak penjual di Inggris dengan pembeli di Amerika, perusahaanperusahaan ini selanjutnya mulai dikenal sebagai factor atau agen. Jasa yang
ditawarkan oleh factor pada waktu itu masih berkisar terutama pada pengurusan
dan pengalihan piutang saja.
Usaha factor ini menjadi semakin berkembang ketika perusahaan textile
Inggris memerlukan jasa penilaian kelayakan atas kredit dagang kepada pembeli di
Amerika. Mengingat factor ini dianggap sebagai perusahaan yang cukup
berpengalaman dalam berurusan dengan pembeli-pembeli di Amerika dan juga
berpengalaman dalam hal penyelesaian tagihan piutang. Maka perusahaan textile
di Inggris cenderung menggunakan jasa mereka untuk melakukan investigasi kredit
kepada pembeli di Amerika. Tugas factor dalam hal ini adalah menentukan
kelayakan suatu pembeli untuk memperoleh fasilitas pembelian dengan cara kredit
(credit worthiness) dan juga menentukan tingkat atau kemungkinan terbayarnya
suatu piutang dari penjualan textile secara kredit. Lama kelamaan, factor tidak
hanya memberikan jasa investigasi kredit saja tetapi sekaligus membeli fakturfaktur penjualan textile dari perusahaan textile. Factor kemudian menguangkan
atau menagih faktur tersebut pada pembeli saat jatuh tempo.
Dalam perkembangannya, kegiatan pemberian jasa anjak piutang ini tidak
hanya diberikan oleh suatu perusahaan sebagai salah satu dari kegiatan usahanya,
tetapi juga oleh suatu perusahaan yang secara khusus bergerak dalam bidang anjak
piutang. Usaha mulai berkembang mulai dari Amerika Utara, kemudian
berkembang kebagian Amerika yang lain, lalu berkembang di Eropa dan kemudian
keseluruh dunia. Bidang usaha yang dilayani jasa anjak piutang berkembang dari
semula textile kebidang-bidang lain termasuk jasa.
di
Indonesia
secara
informal
sebenarnya
sudah
ada
sebelum
Presiden
No.
61
dan
Keputusan
Meteri
Keuangan