Anda di halaman 1dari 33

Web tentang contoh anjak piutang menurut akuntansi :

http://books.google.co.id/books?
id=O4cH9NF_UPIC&pg=PA117&lpg=PA117&dq=contoh+anjak+piutang&so
urce=bl&ots=oqEWVL6Hie&sig=Qsb0yoCZRyL2_UZCGodEkrIMu_M&hl=
en&sa=X&ei=2ntWU_LOA8TrAe1w4DgBQ&redir_esc=y#v=onepage&q=contoh%20anjak
%20piutang&f=false

Anjak piutang (bahasa Inggris: factoring) adalah suatu transaksi keuangan


sewaktu suatu perusahaan menjual piutangnya (misalnya tagihan) dengan
memberikan suatu diskon. Ada tiga perbedaan antara anjak piutang dan pinjaman
bank. Pertama, penekanan anjak piutang adalah pada nilai piutang, bukan
kelayakan kredit perusahaan. Kedua, anjak piutang bukanlah suatu pinjaman,
melainkan pembelian suatu aset (piutang). Terakhir, pinjaman bank melibatkan dua
pihak, sedangkan anjak piutang melibatkan tiga pihak.
Tiga pihak yang terlibat dalam anjak piutang adalah penjual, debitur, dan pihak
yang membiayai (factor). Penjual adalah pihak yang memiliki piutang (biasanya
untuk layanan yang diberikan atau barang yang dijual) dari pihak kedua, debitur.
Penjual selanjutnya menjual satu atau lebih tagihannya dengan potongan atau
diskon ke pihak ketiga, suatu lembaga keuangan khusus untuk mendapatkan uang
dalam bentuk kas. Debitur akan membayar langsung ke perusahaan pembiayaan
dengan jumlah penuh sesuai nilai tagihan.
Manfaat Anjak Piutang adalah:
Menurunkan biaya produksi
Memberikan fasilitas pembayaran di muka
Meningkatkan daya saing perusahaan klien
Meningkatkan kemampuan perusahaan klien memperoleh laba
Menghindari kerugian karena kredit macet
Mempercepat proses ekonomi

Anjak Piutang (Factoring) : Mengenal, Mencatat, dan Menghitung.


by Muhammad Putrawal on Nov 24th, 2013 No Comments

Dalam kondisi normal, ketika perusahaan


memperoleh piutang dari customer. Piutang tersebut akan ditagihkan ke customer
sehingga dapat memperoleh kas. Ketika kas diperoleh piutang akan hilang dan kas
perusahaan akan bertambah. Itu adalah keadaan normalnya, pada kondisi sekarang
sudah terjadi perubahan dan sudah mulai banyak perusahaan yang melakukan
penjualan piutangnya ke entitas lain . Hal ini dilakukan untuk segera memperoleh
kas, dan mempercepat cash-to-cash operating cycle. Kegiatan melakukan
penjualan piutang ke pihak lain disebut dengan factoring atau di masyarakat lebih
dikenal dengan anjak piutang.
Alasan perusahaan melakukan anjak piutang diantaranya adalah :
1. Bisa jadi hal ini merupakan satu-satunya sumber untuk memperoleh kas.
Ketika keadaan kas sudah menipis, kemampuan perusahaan untuk
memperoleh pinjaman dana akan berkurang, kas yang tipis bisa menjadi
penghalang kemampuan perusahaan untuk membayar bunga pinjaman.
2. Waktu dan biaya yang dikeluarkan untuk dikeluarkan untuk penagihan
memakan waktu yang lama dan biaya yang besar. Lebih mudah bagi
perusahaan untuk menjual piutangnya dan dengan memperoleh kas yang
lebih cepat dan menghemat waktu dan biaya untuk melakukan penagihan.

Penjualan Piutang
Dalam aktivitas anjak piutang akan terlibat 3 entitas yaitu :
1. Nasabah. Nasabah adalah pihak yang menjual piutang. Biasanya merupakan
pihak supplier/penjual yang melakukan transaksi dengan customer/pemberi
secara kredit.
2. Perusahaan anjak piutang. Perusahaan anjak piutang adalah perusahaan
pembiayaan ataupun bank yang membeli piutang dari nasabah (perusahaan
yang menjual piutang).
3. Debitur. Debitur adalah pihak yang memiliki hutang kepada nasabah, dalam
anjak piutang kewajiban membayar hutangnya dialihkan kepada perusahaan
anjak piutang, sehingga nantinya debitur akan membayar hutangnya kepada
perusahaan anjak piutang bukan kepada nasabah.
Skema transaksi dalam aktivitas anjak piutang dapat dilihat dengan skema dibawah
ini

Keterangan :
1. Supplier dan customer melakukan transaksi jual beli secara kredit sehingga
supplier memperoleh piutang dari customer.
2. Supplier melakukan penjualan piutang kepada perusahaan anjak piutang.
3. Perusahaan anjak piutang membeli piutang dari supplier dengan pembayaran
tunai

4. Perusahaan menagih pembayaran piutang dari customer.


5. Customer melunasi hutangnya kepada perusahaan anjak piutang.
Risiko yang dihadapi oleh perusahaan anjak piutang
Dalam anjak piutang perusahaan anjak piutang melakukan tiga fungsi: (1)
pemeriksaan piutang, (2) memberikan pinjaman (pembayaran piutang), dan (3)
menanggung risiko. Risiko-risiko yang bisa muncul antara lain :
Customer tidak membayar hutangnya.
Customer membayar hutangnya tetapi secara penuh.
Customer membayar hutangnya tetapi dalam jangka waktu yang lama.
Untuk meminimalisirkan risio yang akan dihadapi, perusahaan anjak piutang
memiliki beberapa alternatif yang bisa dipakai. Secara garis besar perusahaan
anjak piutang dapat melakukan dua hal yaitu (1) melakukan variasi
produk/perjanjian anjak piutang dan (2) melakukan pemeriksaan (background
checking) terhadap latar belakang perusahaan yang akan melakukan anjak piutang.

1. Variasi Produk
Ada dua ide dasar bagaimana cara membuat variasi produk yang akan ditawarkan
kepada calon nasabah yang akan melakukan anjak piutang yaitu :

a.

Memecah risiko yang ditanggung kepada nasabah

Hal ini dilakukan untuk mengatasi kemungkinan terjadinya risiko tidak dibayarnya
hutang oleh debitur. Untuk itu perusahaan memecah risikonya kepada nasabah.
Dari ide ini muncul dua bentuk anjak piutang yaitu:
i.

Without recourse factoring

Anjak piutang ini juga biasa disebut non-recourse factoring. Dalam without
recource factoring perusahaan anjak piutang menanggung sepenuhnya risiko atas
tidak tertagihnya piutang yang telah dialihkan oleh nasabah. Apabila debitur tidak
melakukan pembayaran makan perusahaan anjak piutang akan mengalami
kerugian dan tidak bisa melimpahkan kerugian tersebut kepada nasabah.
ii.

With recourse factoring

Anjak piutang dengan cara recourse atau disebut juga with recourse factoring.
Dalam with recource factoring perusahaan anjak piutang tidak menanggung
sepenuhnya risiko atas tidak tertagihnya piutang yang telah dialihkan oleh
nasabah. Apabila debitur tidak melakukan pembayaran makan perusahaan anjak
piutang dapat melimpahkan kerugian tersebut kepada nasabah. Perusahaan anjak
piutang bisa mengembalikan tanggung jawab (recourse) pembayaran piutang
kepada nasabah atas piutang yang tidak tertagih dari debitur.
b.

Memperlambat pembayaran kepada nasabah

Hal ini dilakukan untuk mengatasi lamanya pembayaran dari debitur. Bagi nasabah
inti dari anjak piutang adalah untuk memperoleh kas dengan waktu yang lebih
cepat. Dalam hal ini perusahaan anjak piutang mengambil risiko ini dengan
memajukan waktu pembayaran piutang tersebut. Perusahaan anjak piutang dapat
menurunkan tingkat risiko ini dengan memperlambat pembayaran kepada nasabah
mendekati waktu pembayaran oleh debitur. Contohnya: Dari pemeriksaan
historical collection record diketahui bahwa rata-rata waktu pembayaran yang
dilakukan oleh customer adalah 60 hari. Maka perusahaan anjak piutang
melakukan pembayaran kepada supplier mendekati 60 hari (40 hari atau 45 hari).
Dalam praktiknya berdasarkan cara pembayaran anjak piutang dapat dibagi
menjadi:
i.

Advanced payment

Dalam bentuk ini perusahaan anjak piutang melakukan pembayaran di muka


kepada nasabah berdasarkan nilai faktur yang diberikan oleh nasabah. Besarnya
pembayaran dimuka diatur melalui kesepakatan antara perusahaan anjak piutang
dan nasabah. Besarnya bisa berkisar hingga 80% dari nilai faktur.
ii.

Maturity

Dalam bentuk ini perusahaan anjak piutang melakukan pembayaran pada saat
piutang tersebut jatuh tempo. Pembayaran tagihan tersebut biasanya dilakukan
berdasarkan data historis rata-rata jatuh tempo tagihan (faktur).
iii.

Collection

Pembayaran kepada nasabah baru akan dilakukan ketika perusahaan anjak piutang
telah berhasil melakukan penagihan terhadap debitur.

2.

Background Checking

a. Melakukan pemeriksaan historical collection record (lama pembayaran


yang dilakukan oleh customer)
Risiko risiko yang telah disebutkan diatas dapat terjadi apabila perusahaan anjak
piutang tidak mengenal background dari nasabah ataupun debitur yang akan
melakukan anjak piutang. Untuk itu perlu diadakan pemeriksaan background
perusahaan. Hal ini biasa dilakukan dengan melakukan pemeriksaan historical
collection record yang bertujuan untuk mengetahui berapa rata-rata waktu yang
diperlukan untuk memperoleh pembayaran dari debitur. Jangka waktu bisa
bervariasi antara 30 60 hari atau lebih. Semakin lama waktu pembayaran maka
semakin tinggi risiko yang ditanggung oleh perusahaan anjak piutang.
b.

Hanya mengambil nasabah dan customer yang sudah dikenal

Untuk mengurangi risiko dari background customer yang tidak dikenal, perusahaan
anjak piutang akan lebih memilih melakukan kerja sama dengan pihak yang sudah
mereka kenal dan sudah mereka ketahui kredibilitasnya. Biasaya dalam hal ini
jenis perusahaan anjak piutang yang bisa melakukan diversifikasi ini adalah pihak
perusahaan anjak piutang yang berbentuk bank. Bank yang besar mempunyai
nasabah dari berbagai jenis perusahaan sehingga dapat lebih fleksibel dalam
melakukan perjanjian anjak piutang.
Pencatatan Anjak Piutang
Contoh pencatatan transaksi anjak piutang dapat dilihat di contoh berikut:
Contoh 1.
PT Alat Berat menjual piutang sebesar Rp 600 juta kepada Bank Makmur. Bank
Makmur menetapkan fee sebesar 2% dari besarnya piutang yang dijual, fee ini
akan dipotong dari jumlah piutang yang akan dibayar sehingga nantinya Bank
Makmur hanya membayar PT Alat berat Rp 588 juta. PT Alat Berat akan mencatat
transaksi ini sebagai berikut:
Kas

588 juta

Biaya Fee (2% dari 600 juta)


Piutang Usaha

12 juta
600 juta

Biaya yang timbul dari anjak piutang


Atas jasanya melakukan anjak piutang, perusahaan anjak piutang membebankan
dua biaya kepada nasabah. Biaya biaya tersebut adalah:
1. Service Charge/Fee
Service Charge/Fee muncul sehubungan dengan jasa kegiatan penagihan yang
dilakukan perusahaan anjak piutang kepada debitur. Besarnya fee ditentukan
berdasarkan kesepakatan antara perusahaan anjak piutang dan nasabah. Biasanya
fee tersebut dihitung berdasarkan persentase tertentu dari nilai faktur. Nominalnya
berkisar antara 1% 3% dari nominal faktur.
2. Discount Charge/Bunga

Discount Charge/Bunga muncul sehubungan dengan risiko yang ditanggung oleh


perusahaan anjak piutang yang melakukan pembayaran dimuka kepada piutang
yang dijual oleh nasabah. Besarnya biaya ini dinyatakan dalam suatu persentase
secara tahunan (annual basis). Sama halnya dengan service charge besarnya
persentase yang dibayar ditetapkan berdasarkan kesepakatan antara perusahaan
anjak piutang dan nasabah. Salah satu faktor yang menjadi bahan pertimbangan
adalah seberapa cepat pembayaran dimuka yang akan dilakukan oleh perusahaan
anjak piutang. Sebagai contoh ketika perusahaan anjak piutang membeli piutang
yang berdasarkan historical collection backgroundnya diketahui bahwa rata-rata
waktu pembayarannya 75 hari. Besarnya bunga yang ditetapkan oleh perusahaan
anjak piutang akan berbeda ketika perusahaan akan melakukan pembayaran kepada
nasabah di hari 30 dengan pembayaran di hari ke 60. Tentu anda bisa menebak tarif
mana yang akan lebih tinggi.

Contoh perhitungan bunga efektif anjak piutang


Contoh pencatatan transaksi anjak piutang dapat dilihat di contoh berikut:
Contoh 2.
PT Alat Berat memutuskan untuk mengadakan perjanjian anjak piutang dengan
Bank Makmur. Fee yang telah ditetapkan Bank Makmur adalah 1,5% dari jumlah
piutang. Bank Makmur menetapkan adanya cadangan sebesar 15% untuk cadangan
apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Beban bunga dihitung pada suku
bunga tahunan sebesar 16% terhadap jumlah piutang yang sudah dikurangi fee dan
cadangan. Jumlah piutang yang dijual adalah Rp 1 Milyar dengan data historis
pembayaran selama ini adalah Rp 200 juta sekali bayar (yang juga bermakna

perputaran dagangnya adalah 5 kali = 72 hari ). 72 hari merupakan waktu


penagihan yang lama untuk Bank menanggung resiko, dan merupakan 2 kali
periode penagihan rata rata pada industri PT Alat Berat, hal ini jugalah yang
menjadi alasan PT Alat Berat untuk melakukan anjak piutang.
Biaya efektif anjak piutang dapat dihitung sebagai berikut:

Dari perhitungan diatas nampak bahwa bunga yang dibebankan ternyata cukup
tinggi. Namun mengapa anjak piutang tetap diminati oleh perusahaan sebagai salah
alternatif untuk mendapatkan kas? Hal ini bisa dilihat dari manfaat yang dapat
diberikan ajak piutang kepada nasabah. Manfaat anjak piutang tersebut dapat
dijelaskan antara lain sebagai berikut:
Memperlancar arus kas
Dengan melakukan anjak piutang maka perusahaan akan memperoleh kas dengan
waktu yang lebih cepat. Kas yang ada dapat digunakan untuk meningkatkan
kegiatan usaha nasabah dan memperlancar modal kerja perusahaan.
Mengurangi risiko kerugian yang ditimbulkan piutang tak tertagih
Risiko adanya piutang yang tak tertagih selalu ada bagi perusahaan manapun.
Untuk itu risiko ini dapat diperkecil dengan cara melimpahkan risiko tersebut
kepada pihak perusahaan anjak piutang denga cara menjual piutang yang
perusahaan miliki.
Mengurangi biaya dan waktu yang timbul berkaitan dengan kegiatan
penagihan

Kegiatan penagihan terkadang bisa menjadi masalah bagi perusahaan tertentu.


Perusahaan yang tidak dapat mengatur proses penagihan secara baik dapat
mengalam kerugian baik dari biaya yang diikeluarkan untuk penagihan terlalu
besar ataupun waktu yang dibutuhkan juga terlalu lama, yang nantinya akan
berujung kepada lamanya pembayaran dari customer. Dengan anjak piutang
perusahaan dapat melakukan jalan pintas (shortcut) dalam hal kegiatan penagihan
dengan mengalihkan tugas ini kepada perusahaan anjak piutang.
Tidak diperlukannya menyertakan collateral (jaminan)
Pada dasarnya anjak piutang merupakan kegiatan transaksi jual beli piutang untuk
itu tidak diperlukan adanya penyertaan jaminan. Berbeda dengan bentuk-bentuk
pendanaan lain yang biasanya perlu menyertakan aset sebagai jaminan.
Lampiran :

ANJAK PIUTANG
Latar Belakang
Semakin tingginya tingkat persaingan antar perusahaan saat ini akan memaksa
perusahaan

untuk

memberikan

pelayanan

yang

maksimal

kepada

para

pelanggannya. Salah satu cara adalah dengan mempermudah syarat pembayaran


produk. Oleh karena itu pembayaran yang ditunda menjadi suatu kebutuhan bagi
perusahaan dalam rangka meningkatkan volume penjualannya. Atas penjualan
secara kredit tersebut maka perusahaan memiliki tagihan (piutang) kepada
pelanggan/customer. Piutang bagi perusahaan akan memperlambat arus kas karena
dana tunai/kas baru akan masuk setelah piutang tersebut jatuh tempo. Padahal
disisi lain perusahaan membutuhkan uang tunai/kas untuk kegiatan operasionalnya.

Jika perusahaan kekurangan kas maka biasanya akan pinjam ke pihak lain
misalnya bank. Sekarang ini, perusahaan mempunyai alternatif lain untuk
memperoleh dana tunai yaitu dengan menjual atau mengalihkan faktur-faktur
piutang yang dimilikinya ke Lembaga Keuangan Anjak Piutang (Factoring).
Anjak piutang (factoring) adalah suatu transaksi keuangan sewaktu suatu
perusahaan menjual piutangnya (misalnya tagihan) dengan memberikan suatu
diskon. Ada tiga perbedaan antara anjak piutang dan pinjaman bank. Pertama,
penekanan anjak piutang adalah pada nilai piutang, bukan kelayakan kredit
perusahaan. Kedua, anjak piutang bukanlah suatu pinjaman, melainkan pembelian
suatu aset (piutang). Terakhir, pinjaman bank melibatkan dua pihak, sedangkan
anjak piutang melibatkan tiga pihak.
Tiga pihak yang terlibat dalam anjak piutang adalah penjual, debitur, dan pihak
yang membiayai (factor). Penjual adalah pihak yang memiliki piutang (biasanya
untuk layanan yang diberikan atau barang yang dijual) dari pihak kedua, debitur.
Penjual selanjutnya menjual satu atau lebih tagihannya dengan potongan atau
diskon ke pihak ketiga, suatu lembaga keuangan khusus untuk mendapatkan uang
dalam bentuk kas. Debitur akan membayar langsung ke perusahaan pembiayaan
dengan jumlah penuh sesuai nilai tagihan.

Tentang Anjak piutang


SK Menteri Keuangan Nomor 172/KMK.06/2002:
Kegiatan anjak piutang dilakukan dalam bentuk pembelian dan atau pengalihan
serta pengurusan piutang atau tagihan jangka pendek dari transaksi perdagangan
dalam atau luar negeri.

Anjak piutang (Bahasa Inggris: factoring) adalah suatu transaksi keuangan sewaktu
suatu perusahaan menjual piutangnya (misalnya tagihan) dengan memberikan
suatu diskon.
Ada tiga perbedaan antara anjak piutang dan pinjaman bank:
1. Pertama, penekanan anjak piutang adalah pada nilai piutang, bukan
kelayakan kredit perusahaan.
2. Kedua, anjak piutang bukanlah suatu pinjaman, melainkan pembelian suatu
aset (piutang).
3. Terakhir, pinjaman bank melibatkan dua pihak, sedangkan anjak piutang
melibatkan tiga pihak

Kegiatan Anjak Piutang


Usaha Anjak Piutang dilakukan dengan melakukan suatu kegiatan pengurusan
piutang atau tagihan jangka pendek yang timbul dari transaksi perdagangan, baik
transaksi yang terjadi di dalam atau luar negeri. Kegiatan Anjak Piutang dilakukan
dengan cara pengambilalihan atau pembelian piutang tersebut. Anggapan
masyarakat saat ini, Anjak Piutang hanya dapat berperan sebagai pihak yang dapat
membantu permasalahan likuiditas dari perusahaan yang mempunyai piutang.
Namun, sebenarnya jasa Anjak Piutang sendiri sangat bervariasi dan tidak terbatas
pada penyediaan dana tunai saja.
Anjak Piutang dapat berupa kegiatan pembelian piutang dengan atau tanpa fasilitas
pembayaran awal (Financing Factoring) dan kegiatan pengurusan administrasi
piutang (Non-Financing Factoring). Pada kegiatan Financing Factoring, Factor

setuju untuk membeli piutang dari pihak lain yang memiliki tagihan yang belum
jatuh tempo, dengan persyaratan-persyaratan dan harga tertentu yang disepakati.
Jenis Anjak Piutang ini dapat membantu Klien yang mempunyai kesulitan
likuiditas. Dengan penjualan piutang tersebut, Klien dapat memanfaatkan uang
tunai yang diperoleh dari Factor untuk meneruskan usahanya tanpa perlu
menunggu saat jatuh tempo atas piutang-piutangnya.
Namun, perlu diperhatikan bahwa tidak semua piutang yang dimiliki Klien dapat
dijual dan dialihkan kepada Factor. Terbatas hanya pada piutang yang timbul dari
transaksi perdagangan yang dilakukan oleh Klien saja yang dapat dijual dan
dialihkan.

Jenis-jenis anjak piutang


Jenis dari jasa anjak piutang bergantung pada perjanjian antara klien dan factor,
atas dasar tersebut jasa anjak piutang dapat dibedakan atas dasar hal-hal berikut ini.
1. Jasa yang ditawarkan
Full Service Factoring
Yaitu kegiatan anjak piutang yang mencakup semua jasa Anjak Piutang baik
financing maupun non financing.
Maturity Factoring
Yaitu kegiatan anjak piutang dimana klien hanya memerlukan jasa non financing.
Anjak piutang jenis ini memberikan jasa proteksi risiko piutang, administrasi
penjualan secara menyeluruh, dan penagihan

Bulk Anjak Piutang


Yaitu kegiatan anjak piutang dimana klien hanya memerlukan jasa financing
(advance payment) dengan persyaratan adanya pemberitahuan kepada customer
(notice to debtors). Anjak piutang jenis ini memberikan jasa pembiayaan dan
pemberitahuan saat jatuh tempo pada nasabah, tanpa memberikan jasa lain seperti
proteksi resiko piutang, administrasi penjualan, dan penagihan.

Manfaat Anjak Piutang


Menurunkan biaya produksi
Memberikan fasilitas pembayaran di muka
Meningkatkan daya saing perusahaan klien
Meningkatkan kemampuan perusahaan klien memperoleh laba
Menghindari kerugian karena kredit macet
Mempercepat proses ekonomi

Mekanisme anjak piutang

Disclosed Factoring

Penyerahan piutang kepada perusahaan anjak piutang dengan sepengatahuan


debitur

Undisclosed Factoring

Penyerahan piutang kepada perusahaan anjak piutang tanpa sepengatahuan


debitur atau notifikasi kepada customer

Anjak piutang syariah


Anjak Piutang
A.

Pengrtian Anjak Piutang


Anjak piutang atau factoring erat kaitanyadengan piutang yang melibatkan
pembelian oleh perusahaan factoring terhadap piutang menurut klien atau
supplier.anjak piutang dapat didefinisikan sebagai kontrak dimana perusahaan
anjak piutang menyediakan jasa jasa sekurang kurangnya antara lain:jasa
pembiayaan, jasa pembukaan (maintenance of account). Jasa penagihan piutang ,
dan jasa perlindungan,terhadap resiko, untuk itulah klien kewajiban kepada
perusahaan anjak piutang secara terus menerus menjual atau menjaminkan piutang
yang berasal dari penjualan barang barang atau pemberian jasa jasa.
Menurut menteri keuangan no.1251/KMK.013/1988 tanggal 20 desember
1988, perusahaan anjak piutang adalah badan usaha yang melakukan kegiatan
pembiayaan dalam bentuk paembelian dan atau pangalihan serta pengurusan
piutang atau tagihan jangka pendek suatu perusahaan. pengertian lain anjak piutang
atau promes atas dasar diskontodari klien dengan syarat resource without recourse
sehingga hak penagihan beralih kepada perusahaan anjak piutang1[1].
Pasal 6 keputusan menteri keuangan nomor 1251/KMK. 013/1988,
menyebutkan bahwa kegiatan anjak piutang dilakukan dalam bentuk :
1

a)

Pembelian atau pengalian piutang /tagihan janka pendek dari transaksi

perdagangan dalam maupun luar negeri.


b)
Penatausahaan penjualan kredit serta penagihan piutang perusahaan klien.
Dari kententuan diatas jelas terlihat bahwa perusahaan anjak piutang (yang dalam
bahasa asing disebut factoring ) adalah suatu kegiatan pembiayaan yang dilakukan
oleh suatu perusahaan anjak piutang ( factoring company ) dalam bentuk
pembelian dan atau pengalihan serta pengurusan piutang atau tagihan janga pendek
suatu perusahaan dari transaksi perdagangan dalam dan luar negeri2[2].
Anjak piutang bagi perusahaan yang memproduksi barang dan jasa akan memberi
manfaat dalam melancarkan usaha terutama dalam hal:
1)

membantu administrasi penjualan dan penagihan (sales ladgering and collection


service).

2)

membantu beban resiko (credit insurance).

3)

memperbaiki system penagihan.

4)

membantu memperlancar modal kerja.

5)

meninggatkan kpercayaan.

6)

kesempatan untuk megembngkan usaha3[3].

B.

Dasar Hukum Anjak Piutang


aturan hukum yang ada di indonesia mengenai hal ini hanyalah diketemukan
didalam keputusan presiden republik indonesia nomor 61 tahun 1988 tanggal 20
2
3

desember 1988 lembaran negara republik indonesia nomor 93 tahun 1988 jis. Surat
keputusan menteri keuangan nomor: 448/KMK. 06/2002, jis. Syrat keputusan
menteri keuangan nomor: 172/KMK. 06/2002 mengtur mengenai perusahaan
pembiayaan, sehingga aturan anjak piutang hanyalah dtemukan sebagai salah satu
hukum administrasi yang mengatur keberadaan kegiatan kegiatan perusahaan
pembiaayaan dengan demikian terlihat pengaturan hukum dibidang lembaga anjak
piutang itu terlihat masih sangat sederhana dan belum lengkap4[4].
Pengertian yang ada mengenai anjak iutang atau factoring masih dalam
bentuk keputusan mentri keuangan nomor 1251/ KMK. 013/ 1988 jis nomor.
448/KMK. 017/ 2000 tanggal 27 oktober 2000 pada pasal 1 hruf E adalah
kegiatan pembiayaan dalam bentuk pembelian dan/ atau pengalihan serta
kepengurusan piutang atau tagihan jangka pendek suatu perusahaan dari transaksi
perdagangan dalam atau luara negri. Selanjutnya pengertian anjak piutang
dipertegas dengan ketentuan surat keputusan mentri keuangan nomor 172/ KMK.
06/ 2002.
Yang menyatakan kegiatan anjak piutang dilakukan dalam bentuk:
a)
b)

Pembelian dan/ atau pengalihan; serta


Pengurusan atas piutang atau tagihan jangka pendek dari transaksi perdagangan
dalam atau luar negri.
Ketentuan tersebut ditujukan

kepada

lembaga

pembiayaan

yang

boleh

menggunakan usaha anjak piutang ini berdasarkan kepuusan presiden nomor. 61


tahun 1998 tanggal 20 desember 1998 pada pasal 3 ayat 1 yaitu jenis kegiatan dan
pembiayaan ini dapa dlakukan oleh pembiayaan, lembaga keuangan bank dan
bukan bank.
C.

Jenis jenis anjak piutang


4

a.

full service factoring


yaitu bentuk perlayaan yang diberikan atau disediakan oleh perusahaan anjak
piutang yang meliputi semua jenis jasa anjak piutang ,baik dalam bentuk jasa
pembiayaan maupun jasa non pembiayan5[5].

b.

recourse factoring
yaitu bentuk perlayaan yang diberikan yang meliputi hampir semua jasa jasa
bank anjak piutang kecuali proteksi terhadap resiko tidak dibayarnya tagihan.

c.

Bull factoring
Yaitu bentuk bentuk perlayanan clien hanya memerlukan jasa pembiayaan atau
pemberi tahuan jatuh tempo pada nasabah atau costumer/ sedangkan jasa- jasa
seperti proteksi sredit, seles ledger administration, dan penagihan tidak diperlukan.

d.

Matury factoring
Yaitu bentuk perlayanan dimana yang dibutuhkan klien adalah jaminan
perlindungan kredit yang meliputi pengurusan penh atas penjualan, penagihan dari
pelanggan, dan proteksi atas piutang.

e.

Agenci factoring
Bentuk factoring ini sering dikaitkan dengan bull factoring yaitu penyerangan
keseluruhan enjualan anjak piutang klien kepada perusahaan factoring atas dasar
nitifikasi, tetapi tidak bertanggung jawab atas kepengurusan atas kepenagihan

piutang tersebut.
f.
Invoice discouting
Klin dalam hal ini hanya membutuhkan jasapembiayaan perusahaan anjak
piutang sedangkan jasa non-pembiayaan ditangani sendiri oleh klien.
5

g.

Undisclosed factoring
Biasanya berkaitan dengan suatu perjanjian penjualan piutang dimana
perusahaan factoring memberikan proteksi terjadinya kemacetan pelunasan piutang
sampaidengan persentase tertentu(biasanya 80%)dari jumlah factur yang disetujui
yaitu dengan without recourse sebagai resiko kredit.
Perkembangan anjak piutang di Indonesia, Pada dasarnya kegiatan usaha anjak
piutang merupakan bidang usaha yang relative baru diindonesia.eksistensinya
dimulai sejak adanya paket kebijaksanaan 20 desember 1988 atau pakdes 20,1988
sesuai dengan keppres NO.61 tahun 1988dan keputusan menteri keuangaan
NO.1251/KMK.013/1988 tanggal 20 desmber 1988 dimana jumlah modal disetor
atau simpanan pokok dan wajib ditetapkan sebagai berikut

1)

perusahaan swasta nasional sebesar Rp 2 miliar.

2)

perusahaan patungan Indonesia asing sebesar Rp 8 miliar.

3)

koperasi sebesar Rp 2 miliar6[6].

D.

Mekanisme anjak piutang


Dalam kegiatan anjak piutang terhadap 3 pelaku utaama yang terlibat antara lain:

1.

perusahaan anjak piutang atau factor adalah perusahan atau pihak yang

menawarkan jasa anjak piutang.


2.
Klien atau suplier adalah pihak yang mengunakan jasa perusahaan anjak piutang
3.
nasabah atau costumer atau debitur adalah pihak yang mengadakan transaksi
dengan klien.
Mekanisme anjak piutang ada 2,yaitu:
6

1.

tanpa factor atau tradisional piutang tersebut

Supplier

2.

Debitur

dengan jasa non pembiayaan atau non financing servises.


penyediaan jasa non pembiayaan merupakan jasa untuk melayani kepentingan
kredit klien atau supllier.produk jasa non pembiayaan yang ditawarkan oleh

a.
b.
c.
d.

perusahaan anjak piutang antara lain:


investasi kredit (credit investigation)
sales ledger administration atau salae accounting
pengawasan kredit dan penagihan nya
perlindungan terhadap resiko kredit7[7].

Supplier

Debitur

Factor

(3) penagihan

Kegiatan utama perusahaan anjak piutang adalah mengambil alih pengurusan


piutang atau perusahaan dengan suatu tanggung jawab tertentu, tergantung
kesepakatan daengan pihn kreditur (pihak yang punya piutang)8[8].
Dalam praktiknya keuntungan yang diperoleh dari biya- biaya

yang

dibeebankan kepada para nasabahnya terdiri dari;


1)
Jasa penagihan (servis darge),
Yaitu biaya yang dibebankan oeh perusahaan anjak piuang kepada kliennya,
yang dikenal dengan isilah fee dan besarnya di hitung kepada presentase tertentu.
Kemudian besarnya fee yang diberikn tergantung dari kesepakatan kedua belah
8

pihak dengan berbagai pertimbangan seperti misalnya tingkat kesulitan atau jumlah
piutang yang ditagihkan.
2)
Biaya administrasi.
Yaitu biaya yang diterima oleh perusahaan anjak piutang setelah malakukan
pengelolahan perusahaan kredior oleh klien dan besarnya pun tergantung dari
kesepakatan yang dibuat bersama9[9].

BAB III
KESIMPULAN

Anjak piutang atau factoring erat kaitanyadengan piutang yang melibatkan


pembelian oleh perusahaan factoring terhadap piutang menurut klien atau
supplier.anjak piutang dapat didefinisikan sebagai kontrak dimana perusahaan
anjak piutang menyediakan jasa jasa sekurang kurangnya antara lain:jasa
pembiayaan, jasa pembukaan (maintenance of account).
Menurut menteri keuangan no.1251/KMK.013/1988 tanggal 20 desember
1988, perusahaan anjak piutang adalah badan usaha yang melakukan kegiatan
pembiayaan dalam bentuk paembelian dan atau pangalihan serta pengurusan
piutang atau tagihan jangka pendek suatu perusahaan.
Jika kita melihat anjak piutang ini munkin ada yang biang bahwa ini seperti
leasing, akan tetapi perbedaan leasing dengan anjak piutang yaitu; jika leasing

berjangka waktu panjang dan anjak piutang sendiri ber jangka waktu pendek.
Jenis jenis anjak piutang
9

1)

full service factoring

2)

recourse factoring

3)

Bull factoring

4)

Matury factoring

5)

Agenci factoring

6)

Invoice discouting

7)

Undisclosed factoring

1)

3 pelaku utaama yang terlibat anjak piutang:


perusahaan anjak piutang atau factor adalah perusahan atau pihak yang

menawarkan jasa anjak piutang.


2)
Klien atau suplier adalah pihak yang mengunakan jasa perusahaan anjak piutang
3)
nasabah atau costumer atau debitur adalah pihak yang mengadakan transaksi
dengan klien.

Mekanisme anjak piutang ada 2,yaitu:


1.
tanpa factor atau tradisional piutang tersebut
2.
dengan jasa non pembiayaan atau non financing servises.

Pihak yang Terkait dan Kegiatan Anjak Piutang


Pihak yang Terkait Anjak Piutang
Dalam kegiatan anjak piutang terdapat tiga pihak yang terkait yaitu:
o

Kreditur atau Klien

Merupakan perusahaan yang menjual piutang dagang jangka pendek kepada


perusahaan pembiayaan seperti menyerahkan tagihannya untuk ditagih atau

dikelola atau diambil alih dengan cara dikelola atau dibeli sesuai perjanjian dan
kesepakatan yang telah dibuat.
o
Perusahaan Anjak Piutang atau Factoring
Merupakan perusahaan yang akan mengambil alih atau dikelola piutang atau
penjualan kredit debiturnya.
o
Debitur atau Nasabah
Merupakan pihak yang mempunyai masalah (utang) kepada kreditur atau klien.
Transaksi anjak piutang yang terjadi antara ketiga pihak diatas dimulai dari adanya
transaksi penjualan produk antara klien dengan nasabah secara kredit yang
menimbulkan adanya utang-piutang diantara kedua belah pihak. Karena klien
mebutuhkan perputaran uang yang cepat sehingga piutang atau tagihan tersebut
dapat dijual sebagian atau seluruhnya dengan potongan kepada pihak ke tiga atau
perusahaan anjak piutang sehingga debitur akan membayar langsung ke
perusahaan anjak piutang dengan jumlah penuh sesuai dengan nilai tagihan.

Pihak yang terkait dengan anjak piutang mempunyai berbagai macam keuntungan,
diantaranya;
o
Bagi perusahaan anjak piutang
1.

memperoleh keuntungan berupa fee dan biaya administrasi

2.

membantu menyelesaikan pertikaian diantara kreditur dan debitur

3.

membantu manajemen pihak kreditur dalam menyelenggarakan kredit

Bagi kreditur

1.

mengurangi resiko kerugian tak tertagihnya piutang

2.

memperbaiki sistem administrasi yang kurang baik

3.

memperlancar kegiatan usaha

4.

kreditur dapat lebih berkosentrasi ke usaha lain

Bagi Debitur

1.

memperbaiki motovasi untuk segera membayar utang secepatnya

KEGIATAN ANJAK PIUTANG

Berdasarkan peraturan Menteri


perusahaan pembiayaan pasal 4 :

Keuangan

no.84/PMK.012/2006

tentang

Kegiatan anjak piutang dilakukan dalam bentuk pembelian piutang dagang jangka
pendek suatu perusahaan berikut pengurusan atas piutang tersebut
Kegiatan anjak piutang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan
dalam bentuk anjak piutang tanpa jaminan dari penjual piutang (without recourse)
dan anjak piutang dengan jaminan dari penjual piutang (with recourse).
Sedangkan berdasarkan keputusan Menteri Keuangan no.1251 tahun 1988 tentang
ketentuan dan tata cara pelaksanann lembaga pembiayaan, kegiatan anjak piutang
terdiri dari:
1.

pengambilan tagihan suatu perusahaan dengan fee tertentu

2.

pembelian piutang perusahaan dalam suatu transaksi perdagangan dengan


harga yang sesuai dengan kesepakatan

3.

mengelola usaha penjualan kredit suatu perusahaan, artinya perusahaan


anjak piutang dapat mengelola kegiatan administrasi atau perusahaan sesuai
kesepakatan.

Imbalan yang diterima oleh perusahaan anjak piutang baik beruapa service charge,
provisi, dan diskon, akan dicatat secara akrual sehingga pada saat penandatanganan
perjanjian akan di akui pajak terutang. Dasar pengenaan pajak atas penyerahan jasa
anjak piutang adalah 5% dari jumlah imbalan yang di terima dan pajak masukan
yang berhubungan dengan kegiatan anajak piutang tidak dapat di kreditkan.
Keuntungan yang diperoleh perusahaan anjak piutang berasal dari jasa yang
diberikan kepada klien berupa:
o

Jasa Pembiayaan (Financing Service)

Perusahaan anjak piutang melakukan pembayaran dimuka (prefinancing) kepada


klien yang besarnya tergantung dari kesepakatan kedua belah pihak. Kontrak
dibuat dengan with recourse/without recourse. Besarnya pembiayaan dilakukan
sekitar 60%-80% dari total piutang setelah dilakuakn kontrak dan bukti-bukti
penjualan.
o
Jasa Non-Pembiayaan (Non Financing Service)

Perusahaan anjak piutang memberikan jasa pengelolaan administrasi kredit yang


terdiri dari:
1. analisis kelayakan suatu kredit
2.

melakukan analisis kredit

3.

pengawasan administrasi kredit termasuk pengendaliannya

4.

perlindungan terhadap suatu resiko kredit

Fauzie & Partners Law Office


Perihal
Arsip
Pengumpan RSS
SEJARAH DAN PERKEMBANGAN LEMBAGA PEMBIAYAAN
ANJAK PIUTANG
In Hukum Pembiayaan Anjak Piutang on 11 Desember 2009 at 17:41

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN LEMBAGA PEMBIAYAAN ANJAK


PIUTANG

Konsep pranata lembaga Anjak Piutang (Factoring) tidak dikenal dalam system
Civil Law sebagaimana yang dianut dalam system hukum Indonesia. Factoring
yang dikenal dewasa ini pertama kali tumbuh di Amerika Serikat tahun 1889,
kemudian menyebar di Kanada sekitar tahun 1930-an sampai kemudian meluas ke
Negara-negara Eropa Barat, Australia, Selandia Baru, Jepang, Filipina, dan
akhirnya Indonesia mulai mengenal lembaga ini pada akhir tahun 1988 sejak
berlakunya Keputusan Presiden Nomor 61 tahun 1988 tanggal 27 Desember 1988.
[1] Di Amerika Serikat Anjak Piutang (Factoring) merupakan pembelian piutang
jangka pendek oleh factor dari Clien sebagai penjual, disertai pengalihan hak dan
pemberitahuan kepada debitor tagihan tersebut. Factor biasanya membeli tanpa

recourse dan membayar di muka 90 persen dari nilai invoice, dan sisanya ditahan
untuk diperhitungkan dengan jumlah yang dibayar oleh factor untuk piutang
tersebut.[2]
Anjak Piutang (Factoring) merupakan institusi finansial yang tergolong baru,
tetapi sebenarnya cikal bakalnya sudah lama yang dimulai dalam bentuk sederhana
pada masa kekaisaran Romawi.
Menurut David Hawkins, ketentuan yang dibuat di tahun 1623 oleh Common
Council di kota London sebagai awal dikembangkannya anjak piutang yang
dilakukan oleh para pembuat pakaian dan pembantunya yang telah menjual
dagangan (pakaian) kepada para pedagang atau pemakainya atas laba penuh yang
diterimanya sendiri.[3]
Dengan demikian sejarah anjak piutang (Factoring) di Inggris ini ditandai oleh halhal sebagai berikut :
1. Anjak piutang tumbuh dan berkembang bersama dengan tumbuh dan
berkembangnya perdagangan tekstil. Dan hal ini bertahan cukup lama
sebelum bisnis anjak piutang merambah juga ke bidang-bidang lain di luar
perdagangan tekstil.
2. Pihak perusahaan anjak piutang (Factor) terdiri dari para pedagang dalam
hal ini pedagang tekstil, bukan para banker.
Selanjutnya di awal abad ke 17 anjak piutang dibawa ke Amerika Serikat bersamasama oleh gelombang hijrahnya orang-orang Inggris atau orang-orang Eropa
lainnya, karena diantara mereka yang hijrah terdapat pengusaha-pengusaha anjak
piutang, karena itu tidak mengherankan jika di Amerika Serikat anjak piutang itu
berkembang cukup pesat.
Dalam tahun 1890, perusahaan di New York, Oelberman, Dommerich & Co,
berkonsentrasi dalam pemberian jasa-jasa yang sebenarnya merupakan anjak
piutang dalam arti modern, yaitu berupa penataan bukuan (ledging) terhadap
administrasi pengontrolan kredit dan penagihan.

Menjelang dekade 1930-an perusahaan-perusahaan anjak piutang (Factor) di


Amerika Serikat telah beroperasi dengan dasar-dasar yang persis sama dengan
anjak piutang yang dibicarakan saat ini, yakni piutang dialihkan oleh penjual
piutang (Clien) kepada perusahaan anjak piutang (Factor) yang akan melakukan
tagihan kepada nasabah (Costumer) atas notifikasi atau pemberitahuan dari adanya
pengalihan piutang.
Menjelang dekade 1940-an anjak piutang (Factoring) sudah sedemikan maju di
Amerika Serikat, sementara di Eropa tidak terjadi perkembangan yang berarti dari
lembaga anjak piutang ini, kecuali perkembangannya di London.
Perkembangan anjak piutang pada akhirnya menjalar ke Asia bahkan di seluruh
dunia. Di Jepang kegiatan anjak piutang pertama sekali dikenal sekitar tahun 1972,
yang sebagian besar dilakukan oleh bank-bank komersil, umumnya oleh Citibankcitibank yang beroperasi di Jepang. Hanya saja kegiatan anjak piutang di Jepang
tersebut lebih banyak berupa pembelian promisory notes dengan diskonto tertentu.
Sebab orang-orang Jepang merasa bonafiditasnya akan menurun jika sempat
menjual piutangnya kepada perusahaan anjak piutang.
Dalam perkembangannya ada variasi anjak piutang dari suatu negara ke negara
lainnya. Jika di Amerika Serikat anjak piutang dimulai dari anjak piutang untuk
tekstil, maka kelahiran anjak piutang di negara Belanda dimulai dari anjak piutang
yang bergerak dibidang pelayaran.
Sejarah Anjak Piutang ini telah dikenal luas di dunia internasional, terutama di
daerah Inggris dan Amerika Serikat. Pertama kali sebutan Factoring sudah dikenal
sejak 2000 tahun yang lalu dipergunakan di Mesopotania dalam bentuk yang
sangat sederhana, yakni pihak Factor biasanya bertindak sebagai agen penjual
yang sekaligus sebagai pemberi perlindungan kredit yang kemudian lazim dikenal
sebagai general Factoring. Hal ini kemudian berkembang pesat di daratan
Inggris yang banyak membantu para pedagang di Playmoud (Amerika) untuk
mengageni penjualan mereka di daratan Eropa, juga untuk membeli barang-barang
dagangan dari Inggris untuk di Impor ke Amerika.
Pada abad 19, lembaga Factoring ini telah meninggalkan sifat keagenannya dan
mulai beralih dan berkosentrasi pada pengelolaan kredit bagi Clien-nya, yaitu

menjamin kredit, merupakan embrio dari bisnis Anjak Piutang modern yang
dikenal saat ini dan karenanya tidak heran sistem hukum yang digunakan berasal
dari sistem Common Law.[4]
Di Indonesia lembaga Anjak Piutang secara resmi dimulai dan dikembangkan
dengan dikeluarkannya Keppres No. 61 Tahun 1988 Tentang Lembaga
Pembiayaan, yang ditindaklanjuti oleh Keputusan Menteri Keuangan No.
1251/KMK.013/1988, tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga
Pembiayaan.
Sejak keluarnya peruturan yang termasuk dalam Paket Kebijaksanan Desember
1988 (Pakdes 1988) tersebut, maka mulailah bermunculan perusahaan-perusahaan
anjak piutang (Factor).
Peta bisnis anjak piutang di Indonesia sampai tahun 1997 cukup banyak yaitu
terbanyak nomor dua di dunia setelah Italia. Namun dalam hal omzet, masih
tertinggal dari lima negara maju lainnya.

Sejarah Anjak Piutang


Sejarah usaha jasa anjak piutang atau yang lebih dikenal dengan sebutan
Factoring sudah dikenal sejak 2000 tahun lalu-pertama kali digunakan di
Mesopotamia. Pertama kali,bentuk usaha anjak piutang memang masih sangat
sederhana.Pihak factor,biasanya bertindak sebagai agen penjualan yang sekaligus
pemberi perlindungan kredit.Kegiatan semacam ini dikategorikan sebagai general
factoring.
General factoring ini kemudian berkembang di daratan Eropa,tepatnya di
Inggris.Perusahaan factor di Inggris pada saat itu sangat membantu para pedagang
dari Plymouth(Amerika) untuk mengageni penjualan mereka di daratan Eropa,dan

juga membelikan barang barang dagangan dari Inggris yang mereka inginkan
untuk diimpor ke Amerika.
Revolusi industri di akhir abad ke 18 turut mendorong pertumbuhan bisnis
jasa general factoring.Mekanisasi alat alat tenun tekstil di Inggris dan tingginya
minat beli tekstil di Amerika,telah menyebabkan meningkatnya transaksi ekspor
impor.Perkembangan bisnis tersebut,otomatis turut memacu pertumbuhan industri
factoring di Amerika,terutama di New York City.Perusahaan factoring di Amerika
saat itu seperti ketiban rezeki.Mereka mengageni produk tekstil Eropa atas dasar
konsinyasi.Mereka juga memberikan kredit,menjamin kredit tersebut,memberikan
pembayaran awal terhadap piutang yang timbul,dan melakukan penagihan untuk
kepentingan clientnya,yaitu menjamin kredit,melakukan penagihan,dan penyediaan
ana.Bentuk bentuk usaha inilah yang kemudian menjadi embrio dari bisnis anjak
piutang modern seperti yang dikenal saat ini.Anjak piutang modern ini kemudian
terus berkembang tidak hanya di bidang usaha tekstil tetapi juga merambah ke
berbagai sector industri,baik untuk transaksi ekspor impor maupun transaksi local.
kegiatan anjak piutang mulai dikenal luas ketika perusahaan-perusahaan
manufacture di Inggris berusaha menjual produknya ke Amerika. Amerika pada
waktu itu, sekitar tahun 1880-an, merupakan benua baru yang banyak didatangi
dari benua eropa terutama inggris. Kedatangan bangsa di eropa mau tidak mau
menbawa konsekuensi bahwa mereka harus melakukan kegiatan produksi dan
konsumsi didaerah barunya, namun pada awalnya mereka tidak bisa banyak
melakukan kegiatan produksi karena terbatasnya sumber daya manusia, capital dan
peralatan. Keadaan ini memaksa mereka mendatangkan sebagian besar kebutuhan
mereka dari daerah asal, yaitu Inggris. Ketika perusahaan-perusahaan di Inggris
ingin memasarkan atau menjual produknya ke orang-orang Amerika, timbul
masalah karena mereka tidak saling mengenal. Resiko tidak terbayarnya penjualan
secara kredit semakin besar bukan saja karena mereka tidak saling mengenal tetapi

juga karena jarak yang sangat jauh. Kondisi ini mendorong perusahaan-perusahaan
di Inggris untuk menemukan solusi mengenai sistem penjualan yang sesuai.
Perusahaan-perusahaan tertentu mulai tertarik untuk menjembatani atau sebagai
perantara antara pihak penjual di Inggris dengan pembeli di Amerika, perusahaanperusahaan ini selanjutnya mulai dikenal sebagai factor atau agen. Jasa yang
ditawarkan oleh factor pada waktu itu masih berkisar terutama pada pengurusan
dan pengalihan piutang saja.
Usaha factor ini menjadi semakin berkembang ketika perusahaan textile
Inggris memerlukan jasa penilaian kelayakan atas kredit dagang kepada pembeli di
Amerika. Mengingat factor ini dianggap sebagai perusahaan yang cukup
berpengalaman dalam berurusan dengan pembeli-pembeli di Amerika dan juga
berpengalaman dalam hal penyelesaian tagihan piutang. Maka perusahaan textile
di Inggris cenderung menggunakan jasa mereka untuk melakukan investigasi kredit
kepada pembeli di Amerika. Tugas factor dalam hal ini adalah menentukan
kelayakan suatu pembeli untuk memperoleh fasilitas pembelian dengan cara kredit
(credit worthiness) dan juga menentukan tingkat atau kemungkinan terbayarnya
suatu piutang dari penjualan textile secara kredit. Lama kelamaan, factor tidak
hanya memberikan jasa investigasi kredit saja tetapi sekaligus membeli fakturfaktur penjualan textile dari perusahaan textile. Factor kemudian menguangkan
atau menagih faktur tersebut pada pembeli saat jatuh tempo.
Dalam perkembangannya, kegiatan pemberian jasa anjak piutang ini tidak
hanya diberikan oleh suatu perusahaan sebagai salah satu dari kegiatan usahanya,
tetapi juga oleh suatu perusahaan yang secara khusus bergerak dalam bidang anjak
piutang. Usaha mulai berkembang mulai dari Amerika Utara, kemudian
berkembang kebagian Amerika yang lain, lalu berkembang di Eropa dan kemudian
keseluruh dunia. Bidang usaha yang dilayani jasa anjak piutang berkembang dari
semula textile kebidang-bidang lain termasuk jasa.

Bisnis anjak piutang modern ini akhirnya berkembang ke Eropa,terutama


setelah berdirinya 3(tiga) grup anjak piutang internasional,yaitu:
1.Heller Overseas Corporation(Heller Group),dalam grup factoring ini Heller
berperan sebagai induk perusahaan dari mayoritas anggotanya dan bermarkas di
Chicago.
2.International Factors Group (IFG), di mana setiap grup ini tidak dikenal
adanya induk perusahaan,setiap anggota bebas satu sama lain tanpa adanya kaitan
permodalan.Grup ini hanya menerima satu anggota dari setip Negara,bermarkas di
Brussel.
3.Factors Chain International,di mana grup ini hampir sama dengan sistem
IFG,yakni tanpa kaitan permodalan antara sesama anggotanya.Namun grup ini
dapat menerima lebih dari satu anggota dari setiap Negara,bermarkas di
Amsterdam.
Ketiga grup factoring ini telah memiliki anggota yang tersebar di seluruh
dunia,yaitu di negara negara seperti Eropa Barat,Amerika Utara,Jepang,Korea
Selatan,Australia,Selandia Baru,Afrika Selatan,Asean-termasuk Indonesia,Hong
Kong,dan berbagai Negara lainnya.

Anjak Piutang saat ini di Indonesia


Sedangkan untuk kawasan Asia Tenggara,anjak piutang pertama kali
diperkenalkan di Singapura pada pertengahan tahun 70-an.Sejak saat itu,transaksi
anjak piutang di Singapura mengalami perkembangan yang sangat pesat baik
ditinjau dari jumlah perusahaan maupun turnover transaksinya.Sedangkan di
Malaysia,kegiatan anjak piutang dimulai pada tahun 1988 dengan dikeluarkannya
Keputusan Presiden No 61 tahun 1988.Secara formal,pada awalnya perkembangan

usaha anjak piutang di Indonesia belum begitu popular.Namun,kegiatan anjak


piutang

di

Indonesia

secara

informal

sebenarnya

sudah

ada

sebelum

dikeluarkannya Keputusan Presiden Nomor 61 Tahun 1988,yaitu kegiatan Cheque


Discounted atau Cheque yang didiskontokan yang sering dilakukan oleh para
pedagang di pasar pasar.Kegiatan ini sudah berjalan secara informal di tengah
masyarakat dan sudah baku di antara para pedagang di pasar pasar.Biasanya para
pedagang menukar Cek Mundur kepada penyedia dana,dan langsung dipotong
dalam jumlah/persentase tertentu sesuai dengan jangka waktunya.Apabila cek itu
tidak ada dananya,maka penjual cek harus mengganti dengan uang tunai kepada
penyedia dana.
Keputusan Presiden No 61 Tahun1988 tentang Lembaga Pembiayaan
merupakan usaha pemerintah untuk memformalkan kegiatan anjak piutang yang
sudah ada di masyarakat,dan menjadikan usaha anjak piutang menjadi suatu bagian
dari Lembaga Pembiayyaan,yang juga dapat dilakukan oleh Bank dan Lembaga
Keuangan Bukan Bank.
Kegiatan anjak piutang di Indonesia berkembang baik sejak adanya
Keputusan

Presiden

No.

61

dan

Keputusan

Meteri

Keuangan

No.1251/KMK.13/1988 tanggal 20 desember 1988. peraturan ini terutama untuk


memberikan alternatif pembiayaan usaha dari berbagai jenis lembaga keuangan,
termasuk perusahaan anjak piutang. Pembiayaan usaha diberikan keleluasaan
untuk mengembangkan usaha dengan modal yang hanya tidak bersumber dari
lembaga keuangan saja. Jasa anjak piutang dapat diberikan oleh suatu lembaga
keuangan sebagai salah satu kegiatan usahanya, dan dibeikan oleh suatu bank, dan
dapat diberikan oleh suatu lembaga keuangan yang secara khusus memberikan jasa
anjak piutang.

Anda mungkin juga menyukai