Anda di halaman 1dari 2

1.

Dari kasus tersebut dapat kita analisis duduk dari permasalahan sengketa antara Bank
BRI dan Nasabah berawal dari Bank BRI menawarkan Produk Perbankan yang
merupakan hasil kerjasama dengan PT. Sutindo Raya Mulia dimana produk ini diklaim
mirip dengan deposito yang diberi nama “Dana Terproteksi” dengan imbalan Bungan 10-
12 persen setahun. Kasus bermula pada tahun 2012 saat akan melakukan pencairan, tiba-
tiba tabungan para kliennya tidak dapat diuangkan. Karean uang nasabah tidak dapat
kembali maka Nasabah Bank BRI melayangkan gugatan ke pengadilan di sejumlah
daerah. Yang menarik dari kasus ini adalah dimana Pihak Bank BRI mengklaim bahwa
nasabah yang menuntut ganti rugi dan kejelasan bukan merupakan nasabah Bank BRI
melainkan merupakan Nasabah dari PT. Sutindo Raya Mulia.
Dari Kasus diatas dapat dianisis bahwa, apabila memang betul bahwa produk tersebut
bukan merupakan produk asli Bank BRI, maka pihak Bank BRI harus secara benar, jelas,
dan jujur menginformasikan kepada nasabah bahwa pembeli produk baru tersebut akan
menjadi nasabah PT. Sutindo Raya Mulia. Serta menjelaskan secara rinci resiko-resiko
apa saja yang akan dialami oleh Nasabah yang telah memeli produk tersebut. Namun Hal
tersebut tidak dijelaskan oleh Bank BRI yang disinyalir juga mendapatkan keuntungan
atas kerja sama tersebut tetapi tidak memikirkan resiko yang akan terjadi dimasa yang
akan datang. Nasabah pun tidak diberi tahu apabila mereka membeli produk tersebut
maka mereka akan menjadi nasabah PT. Sutindo Raya Mulia, Nasabah hanya mengetahui
bahwa simpanan uang deposito tersebut merupakan produk baru yang ditawarkan
reksadana.
2. Pelanggaran yang dilakukan Bank BRI termasuk pelanggaran kode etik profesi dan
secara bersamaan telah melanggar etika bisnis, di mana seharusnya kode etik ini harus
dipenuhi dan ditaati bahkan dijadikan pegangan.
Bank BRI melanggar beberapa prinsip dari etika profesi. Pertama, Bank BRI melanggar
prinsip tanggung jawab profesi di mana seharusnya mereka bertanggung jawab sebagai
organisasi yang senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam
setiap kegiatan yang dilakukannya. Sebagai pihak yang profesional, Bank BRI
mempunyai tanggung jawab yang begitu penting kepada para nasabahnya. Mereka
bertanggung jawab kepada semua pemakai baik produk maupun jasa dari bank tersebut.
Diakui atau tidak, saat para nasabah membeli produk tersebut, mereka tidak
mengungkapkan bahwa produk tersebut bukan produk mereka, karena mereka yang
memasarkannya. Mereka tidak mengungkap secara gamblang, kepada siapa nasabah
meminta pertanggung jawaban nantinya apabila terjadi risiko yang tidak diinginkan.
Kedua, Bank BRI melanggar prinsip integritas. Integritas adalah prinsip yang melandasi
kepercayaan publik. Pada kasus Bank BRI terhadap Nasabah tersebut pihak bank
bersikeras untuk tidak membayar sepeserpun kepada nasabah yang menggugat bank
tersebut. Seharusnya bank tersebut berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam
kerangka pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukan
komitmen atas profesionalisme, karena satu ciri utama dari suatu profesi adalah
penerimaan tanggung jawab kepada publik. Dengan adanya kejadian ini dapat
memberikan imbas kepada bank-bank lain, dimana kasus ini menyebabkan hilangnya
kepercayaan publik terhadap sistem perbankan nasional, sehingga kasus Bank BRI ini
tidak hanya merugikan bank itu sendiri melainkan dapat merugikan dunia perbankan
Indonesia.
3. Solusi yang dapat diambil dalam menyelesaikan kasus ini. Apabila memang pihak Bank
BRI bersikeras bahwa nasabah-nasabah tersebut bukanlah nasabah mereka, melainkan
nasabah PT. Sutindo Raya Mulia , pihak Bank yang sebelumnya tidak
mengkomunikasikan hal tersebut kepada nasabah seharusnya tetap bertanggung jawab
dengan berkomunikasi dengan pihak Sutindo Raya Mulia agar dapat menyelesaikan
kasus ini secara bersama-sama. Terlebih bisa dengan membayar kerugian nasabah secara
bersama-sama dengan PT. Sutindo Raya Mulia sehingga permasalahan tersebut cepat
selesai.

Anda mungkin juga menyukai