Anda di halaman 1dari 11

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah kami panjatkan puji syukur kehadirat Allah swt yang senantiasa
melimpahkan segala rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan
modul ini.
Modul ini disusun untuk memenuhi kebutuhan Ujian Akhir Semester Mata Kuliah
Praktik Kesehatan Dan Keselamatan kerja. Modul Keselamatan dan Kesehatan Kerja ini
memberikan pokok-pokok ketentuan hukum yang berkaitan dengan kegiatan keselamatan dan
kesehatan kerja bidang konstruksi dan ketentuan administrasi serta ketentuan teknik yang harus
dipenuhi oleh setiap pelaksana yang bergerak bidang konstruksi.
Penyusun menyadari bahwa di dalam pembuatan modul masih banyak kekurangan,
untuk itu penyusun sangat membuka saran dan kritik yang sifatnya membangun. Mudah-
mudahan modul ini memberikan manfaat.

Makassar, 9 Juni 2022

Kelompok 1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................................. 1


BAB I ............................................................................................................................................................ 5
PENDAHULUAN ........................................................................................................................................ 5
1.1 LATAR BELAKANG ........................................................................................................................ 5
1.2 MAKSUD DAN TUJUAN ................................................................................................................. 5
1.3 PENGERTIAN ................................................................................................................................... 6
BAB II........................................................................................................................................................... 7
KETENTUAN PERATURAN KESELAMATAN DAN ............................................................................. 7
KESEHATAN KERJA ................................................................................................................................. 7
2.1 PERATURAN TENTANG K3 DI INDONESIA ............................................................................... 7
2.2 KETENTUAN ADMINISTRASI ....................................................................................................... 7
2.2.1 KEWAJIBAN UMUM ................................................................................................................ 7
2.2.2 ORGANISASI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA............................................... 8
2.2.4 KESELAMATAN KERJA DAN PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN. .... 9
2.2.5 PEMBIAYAAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA ............................................ 9
BAB III ....................................................................................................................................................... 10
PERLENGKAPAN KESELAMATAN KERJA......................................................................................... 10
3.1 JENIS PERLENGKAPAN KESELAMATAN KERJA ................................................................... 10
3.2 MASALAH UMUM ......................................................................................................................... 10
BAB IV ....................................................................................................................................................... 11
KESIMPULAN ........................................................................................................................................... 11
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pekerjaan konstruksi merupakan kegiatan yang melibatkan banyak peralatan sebagai


salah satu unsur penting di samping unsur sumber daya lain yakni manusia, uang dan metoda.
Jenis peralatan yang terlibat sangat beragam dari mulai yang sifatnya sederhana sampai dengan
yang berteknologi sangat maju. Pengoperasian peralatan tersebut yang pada dasarnya merupakan
suatu upaya bantuan terhadap manusia dalam menjalankan tugasnya dalam melakukan kegiatan
pekerjaan konstruksi, selalu melibatkan tenaga manusia untuk menjalankannya. Adanya peran
manusia dalam pengoperasian peralatan konstruksi tersebut serta agar diperoleh hasil kegiatan
yang optimal tentunya dibutuhkan pengetahuan mengenai cara pengoperasiannya yang baik dan
benar. Cara pengoperasian yang baik dan benar tersebut terkait langsung dengan keselamatan
kerja baik bagi manusianya maupun bagi peralatan itu sendiri.
Keselamatan pengopersian peralatan masing-masing tentunya berdasarkan petunjuk
pengoperasian masing-masing peralatan sesuai petunjuk atau pedoman yang bersifat teknis yang
dikeluarkan oleh produsen masing-masing peralatan. Sementara itu bagi orang yang
mengoperasikan maupun bagi lingkungan sekitarnya berkaitan dengan keselamatan dan
kesehatan kerja diperlukan suatu petunjuk atau pedoman baik yang bersifat umum maupun
khusus berupa pengaturan yang mengikat semua pihak baik yang terlibat langsung dengan
pengoperasian peralatan yakni para operator maupun organisasi pengelola peralatan yakni
perusahaan jasa konstruksi terkait.
Pengaturan terkait dengan keselamatan dan kesehatan kerja bidang konstruksi dapat
digunakan sebagai acuan bagi semua pelaku jasa konstruksi di Indonesia dalam memberikan
kepastian perlindungan baik kepada penyedia jasa maupun pengguna jasa. Pengaturan tersebut
meliputi aspek administrasi dan teknis operasional atas seluruh kegiatan penjaminan kesehatan
dan keselamatan kerja bidang konstruksi.

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN

Pengaturan mengenai keselamatan dan kesehatan kerja dalam bidang konstruksi


dimaksudkan agar kegiatan pekerjaan konstruksi terselenggara melalui terjaminnya keselamatan
dan kesehatan kerja baik bagi pelaku kegiatan konstruksi itu sendiri maupun bagi lingkungan
sekitar lokasipekerjaan. Pemahaman dan penerapan pengaturan mengenai keselamatan dan
kesehatan kerja tersebut diharapkan memberikan manfaat bagi para pelaku pekerjaan konstruksi
seperti:

• Berkurangnya atau malah terhindarkannya kecelakaan kerja pada pelaksanaan pekerjaan;


• Terhindarkan terhentinya kegiatan pekerjaan konstruksi sebagai akibat adanya
kecelakaan kerja;
• Terhindarkan kerugian baik material maupun nyawa manusia akibat timbulnya
kecelakaan kerja; dan
• Terhindarkan penurunan produktivitas dan daya guna sumber daya sebagai akibat dari
adanya kecelakaan kerja.

1.3 PENGERTIAN

Yang dimaksud dengan keselamatan kerja adalah suatu sikap atau Tindakan yang
dilakukan untuk mencegah atau mengurangi kecelakaan yang dapat terjadi dalam suatu
pekerjaan yang berkaitan dengan manusia, barang/bahan, mesin/alat, cara kerja, dan lingkungan
hidup, Sedangkan yang dimaksud dengan kesehatan kerja adalah lapangan kesehatan yang
mengurusi problematik kesehatan secara menyeluruh pada tenaga kerja meliputi: usaha
pengobatan, usaha pencegahan, penyesuaian faktor manusiawi terhadap pekerjaannya, serta
kebersihan lingkungan dan lainlain.
BAB II
KETENTUAN PERATURAN KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA

2.1 PERATURAN TENTANG K3 DI INDONESIA

Dalam rangka terjaminnya keselamatan dan kesehatan kerja pada penyelenggaraan


konstruksi di Indonesia, terdapat pengaturan mengenai K3 yang bersifat umum dan yang bersifat
khusus untuk penyelenggaraan konstruksi yakni:
1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
2. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per-01/Men/1980 tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Pada Konstruksi Bangunan.
3. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per-05/Men/1996 tentang Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
4. Surat Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan Umum masing-
masing Nomor Kep.174/MEN/1986 dan 104/KPTS/1986 tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Pada Tempat Kegiatan Konstruksi

2.2 KETENTUAN ADMINISTRASI


2.2.1 KEWAJIBAN UMUM

1. Penyedia Jasa Kontraktor berkewajiban untuk mengusahakan agar tempat kerja,


peralatan, lingkungan kerja dan tata cara kerja diatur sedemikian rupa sehingga tenaga
kerja terlindung dari resiko kecelakaan.
2. Penyedia Jasa Kontraktor menjamin bahwa mesin mesin peralatan,kendaraan atau alat-
alat lain yang akan digunakan atau dibutuhkan sesuai dengan peraturan Keselamatan
Kerja, selanjutnya barang-barang tersebut harus dapat dipergunakan secara aman.
3. Penyedia Jasa Kontraktor turut mengadakan :pengawasan terhadap tenaga kerja, agar
tenaga kerja tersebut dapat melakukan pekerjaan dalam keadaan selamat dan sehat.
4. Penyedia Jasa Kontraktor menunjuk petugas Keselamatan Kerja yang karena jabatannya
di dalam organisasi kontraktor, bertanggung jawab mengawasi kordinasi pekerjaan yang
dilakukan. untuk menghindarkan resiko bahaya kecelakaan.
5. Penyedia Jasa Kontractor memberikan pekerjaan yang cocok untuk tenaga kerja sesuai
dengan keahlian umur, jenis kelamin dan kondisi fisik/kesehatannya.
6. Sebelum pekerjaan dimulai Penyedia Jasa Kontraktor menjamin bahwa semua tenaga
kerja telah diberi petunjuk terhadap bahaya demi pekerjaannya masing-masing dan usaha
pencegahannya, untuk itu Pengurus atau kontraktor dapat memasang papan-papan
pengumuman, papan-papan peringatan serta sarana-sarana pencegahan yang dipandang
perlu.
7. Orang tersebut bertanggung jawab pula atas pemeriksaan berkala terhadap semua tempat
kerja, peralatan, sarana-sarana pencegahan kecelakaan, lingkungan kerja dan cara-cara
pelaksanaan kerja yang aman.
8. Hal-hal yang rnenyangkut biaya yang timbal dalam rangka penyelenggaraan keselamatan
dan kesehatan kerja menjadi tanggung jawab Pengurus dan Kontraktor.

2.2.2 ORGANISASI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA.

1. Petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja harus bekerja secara penuh (Full-Time) untuk
mengurus dan menyelenggarakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
2. Pengurus dan Kontraktor yang mengelola pekerjaan dengan memperkerjakan pekerja
dengan jumlah minimal 100 orang atau kondisi dari sifat proyek memang memeriukan,
diwajibkan membentuk unit Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
3. Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja tersebut ini merupakan unit struktural
dari organisasi Kontraktor yang dikelola oleh Pengurus atau Kontraktor.
4. Petugas Keselamatan dan Kesehatan Kerja tersebut bersama-sama dengan Panitia
Pembina Keselamatan Kerja ini bekerja sebaik-baiknya, dibawah kordinasi Pengurus atau
Kontraktor, serta bertanggung jawab kepada Pemimpin Proyek.
5. Memberikan kepada Panitia Pembir.a Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Safety
Committee) fasilitas-fasilitas dalam melaksanakan tugas mereka.
6. Berkonsultasi dengan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Safety
Committee) dalam segala hal yang berhubungan dengan Keselamatan dan Kesehatan
Kerja dalam Proyek.
7. Mengambil langkah-langkah praktis untuk memberi efek pada rekomendasi dari Safety
Committee.
8. Jika 2 atau lebih kontraktor bergabung dalam suatu proyek mereka haru bekerja sama
membentuk kegiatan kegiatan keselamatan dan Kesehatan Kerja.

2.2.3 LAPORAN KECELAKAAN


1. Setiap kejadian kecelakaan kerja atau kejadian yang berbahaya harus dilaporkan kepada
Depnaker dan Departemen Pekerjaan Umum.
2. Laporan tersebut harus meliputi statistik yang akan Menunjukkan catatan kecelakaan dari
setiap kegiatan kerja, pekerja masing-masing clan,
3. Menunjukkan gambaran kecelakaan-kecelakaan dan sebab sebabnya.
2.2.4 KESELAMATAN KERJA DAN PERTOLONGAN PERTAMA PADA
KECELAKAAN.

1. Tenaga Kerja harus diperiksa kesehatannya.


2. Sebelum atau beberapa saat setelah memasuki masa kerja pertama kali (Pemeriksaan
Kesehatan sebelum masuk kerja dengan penekanan pada kesehatan fisik dan kesehatan
individu),
3. Secara berkala, sesuai dengan risiko-risiko yang ada pada pekerjaan tersebut.
4. Tenaga Kerja di bawah umur 18 tahun harus mendapat pengawasan kesehatan khusus,
meliputi pemeriksaan kembali atas kesehatannya secara teratur.
5. Data yang diperoleh dari pemeriksaan kesehatan harus dicatat dan disimpan untuk
Referensi.
6. Suatu rencana organisasi untuk keadaan darurat dan pertolongan pertama harus dibuat
sebelumnya untuk setiap daerah ternpat bekerja meliputi seluruh pegawai/petugas
pertolongan pertama pada kecelakaan dan peralatan, aiat-alat komunikasi alat-alat jalur
transportasi.
7. Pertolongan pertama jika terjadi kecelakaan atau penyakit yang tiba-tiba, harus dilakukan
oleh dokter, Juru Rawat atau seorang yang terdidik dalam pertolongan pertama pada
kecelakaan (P.P.P.K.).
8. Alat-alat P.P.P.K. atau kotak obat-obatan yang memadai, harus disediakan di tempat
kerja dan dijaga agar tidak dikotori oleh debu, kelembaban udara dan lain-lain.

2.2.5 PEMBIAYAAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

1. Biaya operasional kegiatan keselamatan dan kesehatan kerja harus sudah diantisipasi
sejak dini yaitu pada saat pengguna jasa mempersiapkan pembuatan desain dan perkiraan
biaya suatu proyek jalan dan jembatan.Sehingga pada saat pelelangan menjadi salah satu
item pekerjaan yang perlu menjadi bagian evaluasi dalam penetapan pemenang lelang.
Selanjutnya penyedia jasa kontraktor harus melaksanakan prinsip-prinsip kegiatan
kesehatan dan keselamatan kerja termasuk penyediaan prasarana, sumberdaya manusia
dan pembiayaan untuk kegiatan tersebut dengan biaya yang wajar.
2. Oleh karena itu baik penyedia jasa dan pengguna jasa perlu memahami prinsip-prinsip
keselamatan dan kesehatan kerja ini , agar dapat melakukan langkah persiapan,
pelaksanaan dan pengawasannya
BAB III
PERLENGKAPAN KESELAMATAN KERJA

3.1 JENIS PERLENGKAPAN KESELAMATAN KERJA

1. Safety hat, yang berguna untuk melindungi kepala dari benturan benda keras selama
mengoperasikan atau memelihara AMP.
2. Safety shoes, yang akan berguna untuk menghindarkan terpeleset karena licin atau
melindungi kaki dari kejatuhan benda keras dan sebagainya.
3. Kaca mata keselamatan, terutama dibutuhkan untuk melindungi mata pada lokasi
pekerjaan yang banyak serbuk metal atau serbuk material keras lainnya.
4. Masker, diperlukan pada medan yang berdebu meskipun ruang operator telah tertutup
rapat, masker ini dianjurkan tetap dipakai.
5. Sarung tangan, dibutuhkan pada waktu mengerjakan pekerjaan yang berhubungan dengan
bahan yang keras, misalnya membuka atau mengencangkan baut dan sebagainya.
6. Alat pelindung telinga, digunakan untuk melindungi telingan dari kebisingan yang
ditimbulkan dari pengoperasian peralatan kerja.

3.2 MASALAH UMUM

1. Adanya perlengkapan keselamatan kerja yang tidak melalui pengujian laboratorium,


sehingga tidak diketahui derajat perlindungannya atau tidak memenuhi ketentuan
keselamatan.
2. Pekerja merasa tidak nyaman dan kadang-kadang pemakai merasa terganggu.
3. Terdapat kemungkinan menimbulkan bahaya baru atas penggunaan perlengkapan
keselamatan kerja
4. Pengawasan terhadap keharusan penggunaan perlengkapan keselamatan kerja sangat
lemah.
5. Kewajiban untuk memelihara perlengkapan keselamatan kerja yang menjadi tanggung
jawab perusahaan sering dialihkan kepada pekerja. Alat Perlindungan Diri
BAB IV
KESIMPULAN

Modul ini berisi uraian, penjelasan prinsip-prinsip umum keselamatan dan kesehatan
kerja, ketentuan-ketentuan berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan kerja, alat pelindung
diri, kecelakaan kerja, dan pemadamana kebakaran.
UU No. 1 Tahun 1970 dan SKB Menteri Tenaga Kerja No. 174/MEN/86 dan Menteri PU
No. 104/KPTS/86 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan dan Kesehatan
Kerja, Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. PER-01/MEN/1980 tentang Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Pada Konstruksi Bangunan, Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.
PER05/mMEN/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, dan Surat
Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan Umum masing-masing Nomor
KEP.174/MEN/1986 dan 104/KPTS/1986 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada
Tempat Kegiatan Konstruksi merupakan ketentuan hukum yang berlaku dalam pengaturan K3

Anda mungkin juga menyukai