KELAS B 2017
KELOMPOK 2 :
DELISTIANI (J1A117192)
ERNOL (J1A117201)
ERWIN (J1A117202)
FINDARI RAHMAN (J1A117208)
HASNAR (J1A117213)
INA NIRWANA (J1A117221)
NURMILA (J1A117325)
NURNA NINGSIH (J1A117105)
OVI QUNUTYANINGSI. R (J1A117108)
RESKI OKTIVIA ARIS (J1A117117)
SITI HIJRIATY (J1A117133)
KENDARI
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wata΄ala, karena berkat
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul penilaian gaya kepemimpinan.
Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah kepemimpinan dan berfikir
sistemkesmas. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
sehingga makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktunya. Makalah ini masih jauh
dari sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini memberikan informasi
bagi masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Kelompok 2
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
organisasi. Salah satu hal yang sangat penting dan menunjang dalam mencapai tujuan
organisasi adalah peranan dari pemimpin. Peranan seorang pemimpin sangat berkaitan
memotivasi, serta dapat berkomunikasi dengan baik demi terwujudnya tujuan organisasi.
antara satu orang dengan yang lain. Hal ini menunujukkan bahwasanya perilaku
jabatan tertentu. Sehingga tidak akan sulit untuk mengetahui apa yang dipandangnya
penting dalam kehidupannya. Dari perilaku itulah dapat terlihat gaya kepemimpinan
tujuan yang diharapkan, maka pemimpin harus mampu menciptakan suasana kerja yang
tugasnya. Menurut Davis dan Newstrom (1995), gaya kepemimpinan pada dasarnya
1
2
Berbicara mengenai pemimpin dan gaya kepemimpinannya maka tidak akan terlepas
dari pembicaraan mengenai sumber daya manusia yang dimiliki organisasi tersebut. Hal
ini dikarenakan dalam suatu organisasi pasti berkaitan dengan dua hal yang berpengaruh
terhadap kegagalan atau keberhasilan organisasi tersebut yaitu, seorang pemimpin dan
sumber daya manusia yang dimilkinya. Dalam mencapai kinerja yang maksimal seorang
pegawainya. Di samping itu, tindakan ini juga dapat mencegah terjadinya fenomena
kinerja pegawai yang tidak disiplin sehingga menimbulkan tindakan yang kurang
memuaskan dalam pemberian pelayanan pada masyarakat. Oleh karena itu, untuk
merubah kondisi di atas dan mewujudkan sikap kerja pegawai yang baik, diperlukan
berbagai cara oleh seorang pemimpin suatu organisasi pemerintah, yaitu dengan
Oleh karena itu kami membuat makalah yang berjudul “Gaya Kepemimpinan” agar
kedepannya para pemimpin tidak salah dalam mengayom atau memimpin bawahannya.
Adapun tujuan umum dalam penulisan makalah ini adalah untuk meningkatkan
pengetahuan tentang gaya kepemimpinan, terutama gaya dan sifat kepemimpinan yang baik
di bidang kesehatan. Sehingga kedepannya bisa diterapkan jika menjadi seorang pemimpin.
1. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis maupun pembaca tentang gaya
kepemimpinan.
tenaga kesehatan yang sudah seharusnya memahami hal-hal yang berkaitan dengan
makalah ini.
4. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Kepemimpinan dan Berfikir sistem Kesmas.
BAB II
PENDAHULUAN
Kepemimpinan adalah sebuah kemampuan atau kekuatan dalam diri seseorang untuk
mempengaruhi orang lain dalam hal bekerja, dimana tujuannya adalah untuk mencapai target
Pengertian kepemimpinan yang dikemukakan oleh beberapa pendapat para ahli adalah
sebagai berikut ini (Manajemen, Islam, Batusangkar, No, & Batusangkar, 2008) :
as the art of inducingcompliance). Ini berarti bahwa setiap pemimpin (leader) melalui
kerja sama yang sebaik-baiknya harus mampu membuat para bawahan mencapai hasil
personality and itseffects). Kepribadian dapat diartikan sebagai sifat-sifat (traits) dan
4
5
dapat berupa menilai anggota kelompok, menentukan hubungan kerja sama, mampu
Gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang digunakan oleh seseorang pada
saat orang tersebut mencoba mempe-ngaruhi perilaku orang lain. Menurut Handoko
(2000:306) gaya kepemim-pinan yang ideal adalah gaya yang secara aktif melibatkan
dan memusatkan perhatian baik terhadap karyawan dan tugas.Thoha (1997) mengatakan
bahwa gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang digunakan oleh seorang pada
6
saat orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain. Dalam hal ini usaha
menyelaraskan persepsi di antara orang yang akan mempengaruhi dengan orang yang
perilakunya dipengaruhi menjadi sangat penting kedudukannya (Kasus, Assalam, & Rahman,
2013).
Gaya kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai pola tingkah laku yang dirancang
untuk mengintegrasikan tujuan organisasi dengan tujuan individu untuk mencapai suatu
Gaya kepemimpinan adalah suatu cara yang digunakan pemimpin dalam berinteraksi
dengan bawahannya menurut University of Iowa Studies yang dikutip Robbins dan Coulter
(2002).
Gaya kepemimpinan diartikan sebagai cara atau pendekatan dalam menyiapkan arah,
memotivasi orang dalam mencapai tujuan. Gaya kepemimpinan ini berkaitan dengan model
perilaku yang digunakan oleh seorang pemimpin ketika bekerja dengan orang lain. Gaya
Di bawah ini adalah beberapa definisi gaya kepemimpinan menurut para ahli,
diantaranya yaitu:
1. Menurut Rivai (2008:64) gaya kepemimpinan didefinisikan sebagai pola menyeluruh dari
tindakan seorang pemimpin, baik yang tampak maupun yang tidak tampak oleh
bawahannya.
perilaku yang digunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi
pemimpin untuk mempengaruhi bawahannya, agar mereka mau bekerja sama dan bekerja
secara produktif untuk mencapai tujuan organisasi. Berdasarkan definisi di atas, dapat
disimpulkan bahwa pada dasarnya gaya kepemimpinan adalah pola tingkah laku para
Para ahli berbeda pendapat mengenai apa pemimpin dilahirkan atau dibuat atau
bahkan mungkin keduanya. Sebagian ahli berpendapat bahwa seseorang menjadi pemimpin
Meskipun demikian, sebagian orang berpendapat bahwa itu adalah mitos dan mitos
kepemimpinan yang paling berbahaya adalah ketika dikatakan pemimpin dilahirkan yaitu
Vince Lombardi dalam Hackman dan Johnson (2004) mengatakan bahwa pemimpin
bukan dilahirkan tetapi dibuat. Seorang mempunyai jiwa kepemimpinan yang baik karena
mereka mempunyai pengalaman dan training yang diperoleh dalam hidupnya, bukan karena
diturunkan. Pemimpin dibuat melalui upaya kerja keras (leaders are made, they are not born.
They are made by hard effort). Pendapat ini didukung oleh Farlow (2012) bahwa pemimpin
seorang pemimpin atau berpotensi untuk menjadi pemimpin. Terdapat 40 skill yang dapat
dikembangkan oleh seorang pemimpin (Farlow, 2012). Pendapat ini sesuai dengan John
Ryan, presiden dan CEO Center for Creative Leadership. Ryan mengatakan bahwa
kepemimpinan itu adlaha seperti seperti otot, semakin sering latihan, otot kita semakin kuat
(leadership is just like a muscle, the more we exercise it, the stronger we get).
8
Selain pandangan tersebut di atas ada juga yang berpendapat bahwa pemimpin tidak
cukup hanya karena keturunan dan pengalaman hidup, tetapi keduanya saling melengkapi.
Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Center for Creative Leadership
(Gentry, Deal, Stawiski, & Ruderman, 2012) yang dilakukan terhadap 361 eksekutif dari
berbagai negara (Australia, Amerika Serikat, Afrika Selatan, India dan UK Survey yang
dilakukan antara tahun 2008 sampai 2011 menyimpulkan sebagian responsden berpendapat
bahwa pemimpin dapat dilahirkan dan dapat dibuat atau dikembangkan ( 103 orang atau
28,53 % ) sedangkan hanya sebagian kecil yang berpendapat bahwa pemimpin itu karena
keturunan ( 69 orang atau 19,11 % ) . Sebagian besar lainnya adalah pemimpin dapat dibuat
( 189 orang atau 52,35 % ) dan ini merupakan pilihan responden yang paling dominan
konflik
Menerima resiko Mengurangi peran Anda
Membuat keputusan Kesadaran diri sendiri
Mengembangkan orang Empati
Penghargaan dan disiplin Hubungan
Tetap kontak dengan Menekankan toleransi
kelompok Anda
Membiarkan kegagalan dan Pengendalian dorongan hati
keberhasilan
Melatih kesabaran Fleksibel
Memimpin dengan contoh Pemecahan masalah
1) Kepemimpinan situasional.
berbeda pula. Ketika tugas mendesak dengan deadline waktu yang singkat dan pegawai
cenderung pesimis untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut, bisa jadi gaya kepemimpinan
yang paling tepat adalah otoriter. Pada waktu yang bersamaan, pegawai mau mengerjakannya
dengan baik, ada jiwa optimisme yang tinggi dengan target yang diharapkan, maka gaya
kepemimpinan otoriter tidak diperlukan, bisa jadi yang paling tepat adalah gaya
kepemimpinan demokratis. Karena itu, seorang pemimpin bisa menggunakan lebih dalam
satu gaya kepemimpinan. Pemimpin menggunakan strategi yang berbeda untuk pegawai yang
berbeda pula.
2) Kepemimpinan otokratis.
keputusan dibuat oleh pemimpin dan cenderung menggunakan paksaan (coercion), sanksi
(punishment) dan arahan untuk mengubah perilaku pengikut ( followers) untuk mencapai
3) Kepemimpinan demokratis.
Pemimpin menggunakan peranan partisipasi dan majority rule melakukan pekerjaan dalam
memberikan bimbingan kepada para bawahannya. Gaya kepemimpinan ini menekankan pada
tanggung jawab dan kerjasama yang baik. Gaya kepemimpinan demokratis mendelegasikan
otoritas atau kewenangan yang dimiliki oleh pimpinan kepada orang lain dan mendorong
4) Kepemimpinan laizzes-faire
individu-individu tetap perlu di motivasi oleh kekuatan dan dorongan internal dan individu-
menekankan bahwa pemimpin tidak memfasilitasi dan tidak menyiapkan bimbingan atau
arahan (the leaders provide no direction or facilitation), hanya sedikit kekuasaan dan
memberi banyak kebebasan dan kewenangan kepada para bawahannya pandangan bahwa
individu-individu tetap perlu dimotivasi oleh untuk mengambil keputusan dan menjalankan
11
program yang ada. Pemimpin hanya merupakan symbol dan biasanya tidak memiliki
keterampilan teknis. Semua pekerjaan dan tanggung jawab harus dilakukan oleh bawahannya
sendiri. Gaya kepemimpinan laizzes- faire dapat diilustrasikan seperti pada Gambar 2.3.
Pendekatan gaya kepemimpinan ini muncul dari studi kepemimpinan State Ohio pada
tahun 1945. Beberapa orang yang berkontribusi utama dalam penelitian ini adalah Hemphill
Stogdil Coons, Fleishman, Harris dan Burtt (Warrick, 1981) Meskipun penelitian ini
penting adalah isolasi "pertimbangan" dan "struktur inisiasi" sebagai dasar dimensi perilaku
cara pemimpin menetapkan hubungan dengan karyawan, komunikasi dua arah, saling
menghormati dan pengertian. Sedangkan struktur inisiasi dapat didefiniskan sebagai perilaku
(Warrick, 1981).
investigator yang terlibat misalnya Kahn, Maccoby dan Morse. Mereka menginvestigasi
kegiatan, sedikit waktu dalam melaksanakan tugas, hampir sama seperti yang dilakukan oleh
bawahan, melakukan kegiatan umum daripada pengawasan yang ketat, mengambil pribadi
12
karyawan dan jarang melakukan pemberian hukuman ketika bawahan melakukan kesalahan.
Karena berorientasi pada karyawan maka atasan mereka mengambil minat personal di
dalamnya, biarkan mereka tahu bagaimana mereka melakukan pekerjaan dan akan
kurang dalam praktek aktual pengawasan, misalnya perencanaan tetapi lebih banyak waktu
yang dihabiskan dalam melaksanakan tugas seperti yang dilakukan oleh bawahan,
pengawasan ketat dan terdapat hukuman yang ketat jika terjadi kesalahan. Supervisor
ciri perancangan tujuan tugas, penyediaan sumber daya dan penghargaan terhadap kinerja.
transaksional, yaitu lebih dari sekedar pertukaran dan kesepakatan. Hoy dan Miskel (2008)
proaktif, mneningkatkan kesadaran bawahan mencapai hasil kinerja yang tinggi luar biasa.
menjalankan kegiatan, dan manajemen sumber daya manusia untuk mencapai misi tersebut.
Teori the managerial Grid adalah teori transisi antara teori gaya kepemimpinan dan
teori kontingensi. Teori ini dikembangkan oleh Blake dan Mouton. Dua dimensi dasar dalam
teori kepemimpinan ini, yaitu perhatian pada produksi dan perhatian pada orang/ pegawai.
Teori gaya kepemimpinan Blake dan Mouton dianggap transisi dengan alasan bahwa dua
dimensi kepemimpinan tersebut adalah saling bergantung. Lima gaya kepemimpinan yang
pegawai untuk membina hubungan yang menyenangkan, suasana organisasi yang nyaman
dan bersahabat.
saling ketergantungan melalui kepentingan bersama, hubungan atas dasar saling percaya
d. Authority- obedience: Efisiensi kerja berasal dari pengaturan situasi kerja dengan cara
Gaya kepemimpinan ini mempunyai eksekusi yang tinggi tetapi imaginasi yang
rendah. Artinya pemimpin dilibatkan dalam mengarahkan tim, secara penuh bertanggung
Gaya kepemimpinan ini mempunyai eksekusi yang tinggi demikian pula imaginasi.
Pemimpin pada tipe ini memperoleh anggota tim secara bersama untuk melakukan
brainstorming untuk menghasilkan beberapa ide yang baik dan mentransformasi ide yang
Gaya kepemimpinan ini mempunyai imaginasi yang tinggi tetapi eksekusi yang
rendah. Pada kasus ini pemimpin mengstimulasi pemikiran anggota tim dan menentang tim
Gaya kepemimpinan ini lemah dalam imaginasi dan lemah pula dalam eksekusi. apa
yang terjadi dalam tipe ini adalah pemimpin mempunyai orang untuk mampu membuat
keputusan dan mengimplementasikan. Pada tahap ini, pemimpin tetap harus menetapkan visi
dan strategi, sering bersama dengan anggoa tim. Pada tahap ini pula harus ada dukungan
sistem untuk proses pemberdayan untuk bekerja dengan sukses. Biarkan anggota tim untuk
melakukan eksekusi seperti apa yang mereka rasakan dan yang terakhir adalah berikan
Menurut Thoha (2007:42) teori Path Goal berusaha untuk menjelaskan pengaruh
Teori Path Goal membagi empat gaya kepemimpinan yaitu (Kurniawan, 2018) :
1. Kepemimpinan direktif
Tipe ini sama dengan model kepemimpinan otokratis bahwa bawahan tahu dengan
pasti apa yang diharapkan darinya dan pengarahan yang khusus diberikan oleh pemimpin.
2. Kepemimpinan supportif
mudah didekati, dan mempunyai perhatian kemanusiaan yang murni terhadap para
bawahannya.
3. Kepemimpinan partisipatif
Pada gaya kepemimpinan ini pemimpin berusaha meminta dan menggunakan saran-
saran dari para bawahannya. Namun pengambilan keputusan masih tetap berda padanya.
untuk berpartisipasi. Pemimpin juga memberikan keyakinan kepada mereka bahwa mereka
mampu melaksanakan tugas pekerjaan mencapai tujuan secara baik (Thoha, 2007:42).
Menurut Habsari (2008:12) kepemimpinan yang efektif memiliki ciri -ciri sebagai
berikut :
menjadi pusat kontrol dan bagus untuk kelompok-kelompok yang kecil dengan tugas yang
relatif sederhana dan jelas (clarity). Meskipun demikian, gaya kepemimpinan seperti ini
juga mempunyai banyak kelemahan misalnya staf cenderung kurang dipercaya, tergantung
pada ancaman artinya bahwa jika bawahan tidak diancam atau dimarahi atau ditegur, maka
bawahan cenderung tidak bekerja. Kelemahan lain dari gaya kepemimpinan seperti ini
hubungan manajemen dengan pekerja lebih baik, mendorong karyawan untuk mempunyai
keterlibatan anggota tim, biaya yang dibutuhkan bisa menjadi lebih mahal.
17
hubungan kerja dalam sebuah setting informal dan menghasilkan kesempatan untuk
menjadi orang yang lebih sukses melalui keputusan mereka sendiri. Kelemahannya adalah
anggota tim dapat mendominasi dan mengambil kontrol yang dapat memimpin tim untuk
membuat keputusan yang salah dan memungkinkan sesama anggota tim bisa bekerja
kurang maksimal dan mempengaruhi proses dan motivasi mereka (Conyers, n.d.)
Pilihan penerapan gaya kepemimpinan dapat dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu:
1) Faktor kepemimpinan
Pola perilaku dan kebiasaan pemimpinan dan lainya dalam bekerja dengan dengan
orang .
kelompokpengambil keputusan
2) Faktor pengikut
Seberapa baik lainnya dilatih dan seberapa baik pemimpin mengetahui tugasnya
3) Faktor situasi
4) Faktor lainnya
Apakah hubungan didasarkan atas rasa hormat dan kepercayaan atau tidak?
Konflik internal
Tingkatan stress
bahwa para pemimpin berfokus pada pendefinisian apa pemimpin dan kepemimpinan itu.
Para peneliti sibuk mengidentifikasi apa sifat yang dimiliki oleh para pemimpin yang sukses.
19
Bass (1990) mengklasifikasi kedalam tiga kategori sifat atau karakteristik dari seorang
Tidak ada sifat kepemimpinan yang berlaku secara universal dalam semua situasi,
tempat dan waktu. Kepemimpinan bersifat dinamis (Rowitz, 2009). Kouzes dan Posner dalam
Rowitz (2009) pernah melakukan identifikasi sifat kepemimpinan pada tahun 1987 dan 1995
dari responsden yang berasal dari empat benua, yaitu Amerika, Asia, Eropa, dan Australia.
Responsden umumnya berasal dari benua Amerika. Dari hasil pengidentifikasian tersebut,
diperoleh bahwa sifat kepemimpinan yang paling sering disebutkan yaitu jujur, berpandangan
ke depan, mampu menginspirasi, kompeten dan cerdas. Sifat kepemimpinan lainnya misalnya
berterus terang, berani, peduli, tekun, ambisius, setia, mandiri dan mampu mengontrol diri.
Meskipun identifikasi sifat kepemimpinan tersebut bersifat universal tetapi dapat diduga
bahwa sifat kepemimpinan tersebut juga dibutuhkan dalam konteks kesehatan masyarakat.
Pemimpin kesehatan masyarakat harus cerdas, jujur mempunyai visi ke depan, mampu
1. Visioner
suatu tujuan di masa depan. Seorang pemimpin tidak akan dapat melakukan tugas bila dia
sendiri tidak memiliki gambaran yang jelas tentang masa depan seperti apa yang diinginkan
untuk dicapai oleh dirinya bersama dengan seluruh orang-orang yang dipimpinnya.Ini tidak
hanya berlaku bagi seorang pemimpin organisasi yang berorientasi profit tetapi juga berlaku
bagi semua tipe kepemimpinan organisasi non profit atau publik. Seseorang yang memiliki
visi jauh kedepan tidak akan dapat menjadi pemimpin yang berhasil bila ia tidak dapat
meyakinkan para pengikutnya untuk mau berubah menuju kearah yang dicita
20
visinya, memberi motivasi kepada orang-orang yang dipimpinnya untuk mau bersama-sama
berjuang menuju kondisi yang dicitacitakannya dengan antara lain dengan memberikan
2. Jujur
Nilai kejujuran bagi seorang pemimpin merupakan salah satu nilai dasar yang
seharusnya atau bahkan wajib dimiliki oleh seorang pemimpin. Seorang pemimpin yang jujur
sangat menghargai apa yang telah ia raih adalah berasal dari rakyat yang
dijadikan falsafah hidupnya. Seorang pemimpin yang sejati, adalah seorang pemimpin yang
senantiasa dalam menyelenggarakan negara selalu akan menziarahi kebenaran ( will to truth
)dan bukan menziarahi kekuasaan ( will to power ), agar dia tidak mengalami apa yang
pemimpin sejati setiap melaksanakan tugasnya senantiasa dilandasi dengan keikhlasan dan
ridho dari yang kuasa.Kalau dalam falsafah jawa dikenal ada istilah atau motto “ sepi ing
3. Cerdas
Kecerdasan merupakan sesuatu hal yang dapat dijadikan modal dasar. Karena
pemimpin yang cerdas adalah orang yang mampu menghargai puncak kehidupan, dan dia
akan senantiasa menziarahi kebenaran ( will to truth ) dan bukan menziarahi kekuasaan ( will
to power ), agar dia tidak mengalami apa yang disebut split orientation.Yaitu tidak
menyatunya antara ucapan dan tindakan.Jika ini terjadi, dia masih dalam kategori apa yang
disebut Francis Fukuyama sebagai the first man,manusia yang hanya petunjuk secara otoriter,
21
yang berbeda dengan kategori the last man yang sudah mementingkan harkat dan martabat.(
Saratri Wilonoyudho,Jawa Pos desember 2010 ) Pemimpin seperti ini hanya bertahan
sementara, dan ini telah dibuktikan oleh beberapa peneliti. Seperti hasil penelitian Michael
Keren dan Moshe Bzuonowski yang mengatakan bahwa bekal utama pemimpin untuk
Demikian juga Jean Laponce berpendapat, pemimpin yang populer berkat ide-idenya yang
cemerlang dan cerdas, akan lebih lama bertahan bila dibandingkan dengan pemimpin yang
hanya mengandalkan popularitas serta hanya retorika belaka.Pemimpin yang cerdas biasanya
memiliki perilaku yang bersifat kritis dalam menanggapi beberapa sinyal-sinyal sepertiyang
dilontarkan pemimpin Singapura Lee Kwan Yew seperti tersebut diatas. Demikianjuga ada
sinyal/peringatan yang diberikan J.S Furnival tentang sifat yang klasik adapada di wilayah
Indonesia yang dikenal ciri-ciri “ masyarakat plural “ ( plural siciety )adalah masyarakat yang
terdiri dari dua atau lebih unsur-unsur atau tatanan-tatanansosial yang hidup berdampingan,
4. Responsibel
saja.Pemerintah yang bijaksana memiliki arti yang lebih mendalam, yaitu tidak sekedar
publik, akan tetapi juga berusaha menumbuhkan rasa memiliki ( sense of belonging ) dan rasa
dan hasil-hasil pembangunan yang dicapai ( Karhi Nisjar S;1999,123 ). Dalam alam
demokrasi tanggung jawab menjadi sesuatu yang urgen,yaitu setiap pemegang jabatan yang
22
dipilih oleh rakyat harus dapat mempertanggungjawabkan kebijaksanaan yang hendak dan
telah ditempuhnya. Tidak hanya itu , ia juga harus mempertanggungjawabkan ucapan atau
kata-katanya. Dan yang tidak kalah pentingnya adalah perilaku dalam kehidupan yang
pernah, sedang bahkan yang akan dijalaninya. Pertanggunganjawaban tersebut tidak hanya
menyangkut dirinya, tetapi juga menyangkut keluarganya dalam arti luas. Yaitu perilaku
anak dan isterinya, juga sanak keluarganya, terutama yang berkaitan dengan jabatannya.
Dalam kontek ini, sipemegang jabatan harus bersedia menghadapi apa yang disebut sebagai
“public srutiny “, terutama yang dilakukan oleh media massa yang ada.( Good Governance,
Joko W,2001,104 ).
5. Disiplin Perilaku
pada standar moral yang tinggi yakni berbudi luhur ( character building ), selain itu seorang
pemimpin harus mampu menguasai kemampuan yang tinggi untuk mewujudkan visinya yang
dilandasi oleh nilai-nilai luhur perilakunya dan keberanian untuk mengambil keputusan.
unsur-unsur tersebut harus memiliki sifat disiplin yang tercermin dalam sikapnya yang selalu
menjaga ketepatan perilaku, misalnya seperti tepat waktu dalam melaksanakan sesuatu yang
telah diperjanjikan, satunya kata dengan perbuatan “ walk the talk” , perilaku konsisten
dalam menimba ilmu, melakukan kewajiban sepiritualnya secara konsisten dan lain-lain.
Disiplin disini adalah suatu sikap perilaku yang erat hubungannya dengan sikap yang
langsung dapat dirasakan dan dimengerti oleh orang lain.Seperti halnya senantiasa
menghormati dirinya sendiri bahwa perilakunya harus selalu berpedoman pada hal-hal yang
memang sesuai dengan petunjuk Sang pencipta, sesuai dengan profesi seseorang misal
berprofesi sebagai seorang bankir harus memiliki perilaku yang ramah terhadap setiap
23
mengembangkan usahanya dan jauh dari perilaku yang tercela seperti menghidupkan perilaku
yang mewajibkan pada setiap stafnya atau bawahanya harus setor/menyerahkan upeti pada
atasanya contoh mengharuskan pada nasabah setiap kredit/ pinjaman akan dikeluarkan harus
adalah suka menghormati orang lain, baik nasabah maupun koleganya, yang dapat
mendukung kesuksesan kerjanya tidak sombong. Yang penting dalam masalah ini adalah
mengembangkan sikap kebawah berupa suka membimbing, seperti kita kenal di Indonesia
pernah mengenal adanya jabatan pamong praja, dimaksudkan bahwa diharap didalam diri
sang pemimpin terdapat perilaku pemimpin yang selalu suka ada niat “ ngemong “ yang
artinya memomong, mengelola dengan penuh kasih sayang. Tetapi biasanya yang tumbuh
pada setiap pemimpin yang senantiasa sukses kemudian menduduki jabatan yang lebih tinggi,
sikap atau perilaku yang muncul justru adalah perilaku atau sikap “ pangreh projo “ artinya
suka menguasai, suka memerintah, menekan sombong menganggap dirinya selalu benar.
6. Disiplin Administrasi
pencatatan segala hal yang terjadi ditempat kerjanya yang menjadi tanggungjawabnya yang
dilakukan secara rajin rapi dan tepat yang berupa mencatat, mengkodifikasikan, menyimpan
dengan rapi dan tertib, semua hal-hal yang berhubungan dengan dirinya maupun dengan
lembaganya. Disiplin administrasi ini sangat membantu apabila dikemudian hari diperlukan
untuk menggunakan catatan tertentu sebagai referensi suatu tindakan yang membantu dalam
menyangkut diri dalam menjalankan tugastugas kedinasannya dalam buku harian, kerajinan
mencatat semua hasil kerjanya dalam kesehariannya misal sertifikat dicatat dengan rapi,tertib
dan menyimpannya yang rapi pula. Sehingga pada suatu waktu ditemukan kasus adanya
24
sertifikat ganda mudah dilacaknya dan cepat ditemukan mana sertifikat yang asli atau
sertifikat yang ditetapkan tidak sesuai dengan prosedur yang sebenarnya.Demikian juga
masalah yang menyangkut pada pejabat yang menjabat ditempat kerjanya untuk menunjang
kariernyamisal daftar urut kepangkatan, dengan mencatat siapa yang harus menduduki yang
paling tinggi sesuai dengan senioritas baik dari pangkatnya, pendidikan yang menjadi
persyaratan dalam jabatan tersebut.Mencatat setiap surat yang masuk dengan tertib artinya
sesuai dengan urutan tanggal masuknya surat, jangan sampai karena sesuatu hal misal
memberi hadiah kemudian surat tersebut dimasukkan yang urutan terlebih dahulu agar
oleh Syeh Hussein Alatas, mengatakan bahwa; “asal-usul terjadinya korupsi adalah apabila
seorang pegawai negeri menerima pemberian yang disodorkanoleh seorang dengan maksud
pemberian uang hadiah lain yangdapat menggoda hati pejabat.Termasuk dalam pengertian
ini juga perbuatanpemerasan, yakni permintaan pemberian atau hadiah seperti ini dalam
sendiri”(Prodjohamidjojo,2001;11).
7. Disiplin Monitoring
Seorang pemimpin yang mau sukses adalah disamping memiliki perilaku tertib, rajin
mencatat , belum dikatakan sempurna bila tidak ada kesediaan untuk melakukanpemeriksaan
ulang atas apa yang telah di hasilkan dari semua karya. Dalam praktekdilapangan hal tersebut
sering disebutnya kontrol, salah satu strategi untuk memperbaikiprospek kontrol adalah
mempersempit gap sumber daya antara kontrollerdengan birokrasi dengan cara membuka
25
lembaganya dari pengamatan publik ( publicexamination ). Hal ini birokrat harus terbuka (
penglihatanmengenai sumber daya lain yang dimiliki oleh birokrat. Birokrat harus menjalin
kerjasama dengan rakyat, yaitu dengan membuat program-program yang sesuai dengan apa
yang diinginkan oleh rakyat agar tidak dihadapkan pada berbagai macam tekanan. Rakyat
dapat melaporkan aktifitas birokrat. Informasi ini penting bagi birokrat , dan informasi ini
dapat diolah sebagai ukuran kontrol. Bagaimanapun juga, strategi memecahkan monopoli
birokrasi mengenai informasi bisa jadi memperbesar efektifitas sumber daya. Informasi
tentang aktivitas birokrasi dapat memobilisasi rakyat yang sebelumnya apatis, dengan
karenanya dapat digunakan pula sebagai sumber daya dalam melakukan tugas kontrol
mereka. Untuk mendorong kesempatan itu, struktur kontrol dapat dirancang dengan
memperkuat interaksi yang lebih kuat antara birokrat dengan rakyat atau pejabat yang
dipilih (elected official) dengan cara ini mempermudah melakukan konversi sumber daya
dalam melakukan kontrol. Hasil kontrol atas penyimpangan dari rencana, dilakukan korektif,
dan hasilnya dapat dijadikan umpan balik untuk memperbaiki perencanaan strategis pada
masa yang akan datang. Namun sayangnya banyak para pemimpin kita sangat jarang yang
mau menerima sosial kontrol tersebut, jadi masih menjadi sesuatu hal yang tabu.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
untuk mempengaruhi orang lain dalam hal bekerja, dimana tujuannya adalah
2. Banyak pengertian gaya kepemimpinan menurut para ahli salah satunya menurut
Handoko (2000:306) gaya kepemim-pinan yang ideal adalah gaya yang secara
dan tugas.
seseorang yang menjadi pusat kontrol dan bagus untuk kelompok-kelompok yang
kecil dengan tugas yang relatif sederhana dan jelas (clarity), sedangkan
26
kelemahannya staf cenderung kurang dipercaya, tergantung pada ancaman artinya
bahwa jika bawahan tidak diancam atau dimarahi atau ditegur, maka bawahan
5. Pilihan penerapan gaya kepemimpinan dapat dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu:
disiplin monitoring.
27
DAFTAR PUSTAKA
Karyawan, K., Pt, P., Mas, S., & Plywood, I. (n.d.). GAYA KEPEMIMPINAN YANG EFEKTIF DALAM
UPAYA MENINGKATKAN KINERJA KARYAWAN PADA PT. SUMBER MAS INDAH PLYWOOD.
Kasus, S., Assalam, P., & Rahman, A. (2013). ANALISIS PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN, MOTIVASI
KERJA,DAN KOMPENSASI TERHADAP KINERJA GURU. 67–77.
Manajemen, P., Islam, P., Batusangkar, S., No, S., & Batusangkar, K. L. (2008). Keragaman konsep
kepemimpinan dalam organisasi. (137).
Palutturi, S. (2014). PUBLIC HEALTH Leadership (Dimaswids, ed.). Yogyakarta: Pustaka pelajar.
28