Anda di halaman 1dari 31

TUGAS MATA KULIAH KEPEMIMPINAN DAN BERFIKIR SISTEMKESMAS

MAKALAH GAYA KEPEMIMPINAN

KELAS B 2017

KELOMPOK 2 :

 DELISTIANI (J1A117192)
 ERNOL (J1A117201)
 ERWIN (J1A117202)
 FINDARI RAHMAN (J1A117208)
 HASNAR (J1A117213)
 INA NIRWANA (J1A117221)
 NURMILA (J1A117325)
 NURNA NINGSIH (J1A117105)
 OVI QUNUTYANINGSI. R (J1A117108)
 RESKI OKTIVIA ARIS (J1A117117)
 SITI HIJRIATY (J1A117133)

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wata΄ala, karena berkat
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul penilaian gaya kepemimpinan.
Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah kepemimpinan dan berfikir
sistemkesmas. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
sehingga makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktunya. Makalah ini masih jauh
dari sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini memberikan informasi
bagi masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Kendari 30 April 2019

Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................... Error! Bookmark not defined.


KATA PENGANTAR ...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................ iii
BAB I ......................................................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ....................................................................................................... 2
1.3. Tujuan Makalah........................................................................................................... 3
1.3.1. Tujuan Umum ...................................................................................................... 3
1.3.2. Tujuan Khusus ..................................................................................................... 3
1.4. Manfaat Makalah......................................................................................................... 3
1.5. Manfaat dari penulisan makalah ini adalah: ................................................................ 3
BAB II........................................................................................................................................ 4
2.1. Pengertian Kepemimpinan .......................................................................................... 4
2.2. Pengertian Gaya Kepemimpinan ................................................................................. 5
2.3. Jenis-Jenis Gaya Kepemimpinan ................................................................................ 9
2.4. Kelebihan dan Kekurangan Gaya Kepemimpinan .................................................... 16
2.5. Faktor yang Mempengaruhi Gaya Kepemimpinan .................................................. 17
2.6. Sifat Kepemimpinan .................................................................................................. 18
BAB III .................................................................................................................................... 26
3.1. Kesimpulan................................................................................................................ 26
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 28

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan jaman yang semakin modern, tidak dapat

dipungkiri bahwa kebutuhan manusia berkembang semakin kompleks yang sebagian

besar akan dapat terpenuhi dengan adanya keberadaan organisasi.

Keberhasilan dalam mencapai sebuah tujuan adalah harapan bagi semua

organisasi. Salah satu hal yang sangat penting dan menunjang dalam mencapai tujuan

organisasi adalah peranan dari pemimpin. Peranan seorang pemimpin sangat berkaitan

erat dengan anggota-anggota di bawahnya yang untuk mengarahkan, mempengaruhi,

memotivasi, serta dapat berkomunikasi dengan baik demi terwujudnya tujuan organisasi.

Dalam sebuah organisasi seorang pemimpin memiliki perilaku-perilaku yang berbeda

antara satu orang dengan yang lain. Hal ini menunujukkan bahwasanya perilaku

seseorang berbeda tergantung dari karakteristik masing-masing orang dalam menduduki

jabatan tertentu. Sehingga tidak akan sulit untuk mengetahui apa yang dipandangnya

penting dalam kehidupannya. Dari perilaku itulah dapat terlihat gaya kepemimpinan

yang diterapkannya dalam organisasi tersebut.

Perilaku atau gaya kepemimpinan dari seorang pemimpin sangat mencapai

tujuan yang diharapkan, maka pemimpin harus mampu menciptakan suasana kerja yang

mendukung kepada bawahannya untuk selalu berprestasi dalam melaksanakan tugas-

tugasnya. Menurut Davis dan Newstrom (1995), gaya kepemimpinan pada dasarnya

mengandung pengertian sebagai suatu perwujudantingkah laku dari seorang pemimpin,

yang menyangkut kemampuannya dalam memimpin.

1
2

Berbicara mengenai pemimpin dan gaya kepemimpinannya maka tidak akan terlepas

dari pembicaraan mengenai sumber daya manusia yang dimiliki organisasi tersebut. Hal

ini dikarenakan dalam suatu organisasi pasti berkaitan dengan dua hal yang berpengaruh

terhadap kegagalan atau keberhasilan organisasi tersebut yaitu, seorang pemimpin dan

sumber daya manusia yang dimilkinya. Dalam mencapai kinerja yang maksimal seorang

pemimpin berperan dalam melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap tugas-tugas

pegawainya. Di samping itu, tindakan ini juga dapat mencegah terjadinya fenomena

kinerja pegawai yang tidak disiplin sehingga menimbulkan tindakan yang kurang

memuaskan dalam pemberian pelayanan pada masyarakat. Oleh karena itu, untuk

merubah kondisi di atas dan mewujudkan sikap kerja pegawai yang baik, diperlukan

berbagai cara oleh seorang pemimpin suatu organisasi pemerintah, yaitu dengan

menggunakan gaya kepemimpinan yang tepat.

Oleh karena itu kami membuat makalah yang berjudul “Gaya Kepemimpinan” agar

kedepannya para pemimpin tidak salah dalam mengayom atau memimpin bawahannya.

1.2. Rumusan Masalah

A. Apa pengertian kepemimpinan?

B. Apa pengertian gaya kepemimpinan?

C. Apa saja jenis-jenis gaya kepemimpinan?

D. Apa kelebihan dan kekurangan gaya kepemimpinan?

E. Faktor apa yang mempengaruhi gaya kepemimpinan?

F. Apa saja sifat kepemimpinan?


3

1.3. Tujuan Makalah

1.3.1. Tujuan Umum

Adapun tujuan umum dalam penulisan makalah ini adalah untuk meningkatkan

pengetahuan tentang gaya kepemimpinan, terutama gaya dan sifat kepemimpinan yang baik

di bidang kesehatan. Sehingga kedepannya bisa diterapkan jika menjadi seorang pemimpin.

1.3.2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dalam penulisan makalah ini adalah :

A. Untuk mengetahui pengertian kepemimpinan.

B. Untuk mengetahui pengertian gaya kepemimpinan.

C. Untuk mengetahui jenis-jenis gaya kepemimpinan.

D. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan gaya kepemimpinan.

E. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi gaya kepemimpinan.

F. Untuk mengetahui sifat kepemimpinan.

1.4. Manfaat Makalah

1.5. Manfaat dari penulisan makalah ini adalah:

1. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis maupun pembaca tentang gaya

kepemimpinan.

2. Menjadi referensi untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, terutama bagi

tenaga kesehatan yang sudah seharusnya memahami hal-hal yang berkaitan dengan

makalah ini.

3. Menjadi referensi bagi penulis makalah selanjutnya.

4. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Kepemimpinan dan Berfikir sistem Kesmas.
BAB II

PENDAHULUAN

2.1. Pengertian Kepemimpinan

Kepemimpinan adalah sebuah kemampuan atau kekuatan dalam diri seseorang untuk

mempengaruhi orang lain dalam hal bekerja, dimana tujuannya adalah untuk mencapai target

(goal) organisasi yang telah ditentukan (Palutturi, 2014).

Pengertian kepemimpinan yang dikemukakan oleh beberapa pendapat para ahli adalah

sebagai berikut ini (Manajemen, Islam, Batusangkar, No, & Batusangkar, 2008) :

a. Kepemimpinan dikemukakan oleh Ralph M. Stogdill dalam Wahjosumidjo 1994:22-24

1. Kepemimpinan sebagai suatu seni untuk menciptakan kesesuaian paham. (leadership

as the art of inducingcompliance). Ini berarti bahwa setiap pemimpin (leader) melalui

kerja sama yang sebaik-baiknya harus mampu membuat para bawahan mencapai hasil

yang telah ditetapkan.Peranan pemimpin memberikan dorongan terhadap bawahan

untuk mengerjakan apa yang dikehendaki pemimpin.

2. Kepemimpinan sebagai suatu bentuk persuasi dan inspirasi (leadership as a

formpersuation). Kepemimpinan adalah suatu kemampuan mempengaruhi orang lain

yang dilakukan bukan melalui paksaan melainkan himbauan dan persuasi.

3. Kepemimpinan adalah suatu kepribadian yang memiliki pengaruh (leadership as

personality and itseffects). Kepribadian dapat diartikan sebagai sifat-sifat (traits) dan

watak yang dimilki oleh pemimpin yang menunjukkan keunggulan, sehingga

menyebabkan pemimpin tersebut memiliki pengaruh terhadap bawahan.

4. Kepemimpinan adalah tindakan dan perilaku (leadership s act orbehavior).

Kepemimpinan dalam arti ini digambarkan sebagai serangkaian perilaku seseorang

4
5

5. yang mengarahkan kegiatan-kegiatan bersama. Dari serangkaian perilaku tersebut

dapat berupa menilai anggota kelompok, menentukan hubungan kerja sama, mampu

memperhatikan kepentingan bawahan, dan sebagainya.

6. Kepemimpinan merupakan titik sentral proses kegiatan kelompok ( leadership as a

focus of proceses).Kepemimipinan sebagai titik sentral, sebab dalam kehidupan

organisasi dari kepemimpinan diharapkan lahir berbagai gagasan baru, yang

memberikan dorongan lahirnya perubahan., kegiatan dan seluruh proses kegiatan

kelompok. Olehkarena itu, kepemimpinan tidakdapat dipisahkan daripada

kehidupankelompok dan menduduki posisitinggi dalam kehidupan kelompokdalam

menentukan strukturkelompok, suasana kelompok danaktivitas kelompok.

b. Kepemimpinan menurut Stephen P.Robbins adalah kemampuanuntukmempengaruhi suatu

kelompok untukmencapai tujuan.(Robbins, 2002:163).

c. Kepemimpinan menurut Richard L Daftadalah : kemampuan mempengaruhiorang-orang

untuk mencapai tujuanorganisasional (Daft 2006:313).

d. Kepemimpinan G.R.Terry dan L.W.RVCadalah kemampuan mengarahkanpengikut-

pengikutnya untuk bekerjabersama dengan kepercayaan serta tekun mengerjakan tugas-

tugas yang diberikan pemimpin mereka. (Terry,2000:152)

2.2. Pengertian Gaya Kepemimpinan

Gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang digunakan oleh seseorang pada

saat orang tersebut mencoba mempe-ngaruhi perilaku orang lain. Menurut Handoko

(2000:306) gaya kepemim-pinan yang ideal adalah gaya yang secara aktif melibatkan

bawahan dalam penetapan tujuan denganmenggunakan teknik-teknik manajemenpartisipatif

dan memusatkan perhatian baik terhadap karyawan dan tugas.Thoha (1997) mengatakan

bahwa gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang digunakan oleh seorang pada
6

saat orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain. Dalam hal ini usaha

menyelaraskan persepsi di antara orang yang akan mempengaruhi dengan orang yang

perilakunya dipengaruhi menjadi sangat penting kedudukannya (Kasus, Assalam, & Rahman,

2013).

Gaya kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai pola tingkah laku yang dirancang

untuk mengintegrasikan tujuan organisasi dengan tujuan individu untuk mencapai suatu

tujuan tertentu (Karyawan, Pt, Mas, & Plywood, n.d.).

Gaya kepemimpinan adalah suatu cara yang digunakan pemimpin dalam berinteraksi

dengan bawahannya menurut University of Iowa Studies yang dikutip Robbins dan Coulter

(2002).

Gaya kepemimpinan diartikan sebagai cara atau pendekatan dalam menyiapkan arah,

memotivasi orang dalam mencapai tujuan. Gaya kepemimpinan ini berkaitan dengan model

perilaku yang digunakan oleh seorang pemimpin ketika bekerja dengan orang lain. Gaya

kepemimpinan merujuk pada cara di mana seorang pemimpin berinteraksi dengan

bawahannya (Palutturi, 2014).

Di bawah ini adalah beberapa definisi gaya kepemimpinan menurut para ahli,

diantaranya yaitu:

1. Menurut Rivai (2008:64) gaya kepemimpinan didefinisikan sebagai pola menyeluruh dari

tindakan seorang pemimpin, baik yang tampak maupun yang tidak tampak oleh

bawahannya.

2. Menurut Thoha (2007:49) menyatakan bahwa gaya kepemimpinan merupakan norma

perilaku yang digunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi

perilaku orang lain seperti yang ia lihat.


7

3. Menurut Hasibuan (2007:170) menyatakan gaya kepemimpinan adalah suatu cara

pemimpin untuk mempengaruhi bawahannya, agar mereka mau bekerja sama dan bekerja

secara produktif untuk mencapai tujuan organisasi. Berdasarkan definisi di atas, dapat

disimpulkan bahwa pada dasarnya gaya kepemimpinan adalah pola tingkah laku para

pemimpin dalam mengarahkan para bawahannya untuk mengikuti kehendaknya dalam

mencapai suatu tujuan.

a. Apa pemimpin dilahirkan atau dibuat?

Para ahli berbeda pendapat mengenai apa pemimpin dilahirkan atau dibuat atau

bahkan mungkin keduanya. Sebagian ahli berpendapat bahwa seseorang menjadi pemimpin

karena keturunan seseorang mempunyai genetika untuk menjadi seorang pemimpin.

Meskipun demikian, sebagian orang berpendapat bahwa itu adalah mitos dan mitos

kepemimpinan yang paling berbahaya adalah ketika dikatakan pemimpin dilahirkan yaitu

terdapat genetik kepemimpinan. Alasannya adalah bahwa jika kepemimpinan dilahirkan

pengembangan kepemimpinan mungkin sia-sia (Browning & Sparks, 2002).

Vince Lombardi dalam Hackman dan Johnson (2004) mengatakan bahwa pemimpin

bukan dilahirkan tetapi dibuat. Seorang mempunyai jiwa kepemimpinan yang baik karena

mereka mempunyai pengalaman dan training yang diperoleh dalam hidupnya, bukan karena

diturunkan. Pemimpin dibuat melalui upaya kerja keras (leaders are made, they are not born.

They are made by hard effort). Pendapat ini didukung oleh Farlow (2012) bahwa pemimpin

dapat dibuat bukan dilahirkan. Pemimpin dapat mengembangkan keterampilannya menjadi

seorang pemimpin atau berpotensi untuk menjadi pemimpin. Terdapat 40 skill yang dapat

dikembangkan oleh seorang pemimpin (Farlow, 2012). Pendapat ini sesuai dengan John

Ryan, presiden dan CEO Center for Creative Leadership. Ryan mengatakan bahwa

kepemimpinan itu adlaha seperti seperti otot, semakin sering latihan, otot kita semakin kuat

(leadership is just like a muscle, the more we exercise it, the stronger we get).
8

Selain pandangan tersebut di atas ada juga yang berpendapat bahwa pemimpin tidak

cukup hanya karena keturunan dan pengalaman hidup, tetapi keduanya saling melengkapi.

Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Center for Creative Leadership

(Gentry, Deal, Stawiski, & Ruderman, 2012) yang dilakukan terhadap 361 eksekutif dari

berbagai negara (Australia, Amerika Serikat, Afrika Selatan, India dan UK Survey yang

dilakukan antara tahun 2008 sampai 2011 menyimpulkan sebagian responsden berpendapat

bahwa pemimpin dapat dilahirkan dan dapat dibuat atau dikembangkan ( 103 orang atau

28,53 % ) sedangkan hanya sebagian kecil yang berpendapat bahwa pemimpin itu karena

keturunan ( 69 orang atau 19,11 % ) . Sebagian besar lainnya adalah pemimpin dapat dibuat

( 189 orang atau 52,35 % ) dan ini merupakan pilihan responden yang paling dominan

(Gentry, et al., 2012).

40 skill yang dikembangkan oleh seorang pemimpin

 Berkeinginan untuk berdiri  Menghormati etika


dan menjadi pemimpin
 Mempunyai visi  Terkemuka/terhormat
 Orientasi tindakan  Menerima perubahan
 Berkomitmen  Menyadari bahwa orang berbeda
 Ditentukan  Menyadari peranan
 Menerima tanggung jawab  Kebutuhan tim dan organisasi yang
berimbang
 Menanyakan pertanyaan  Latihan dan tetap fit
 Mendengarkan  Mempunyai rasa humor
 Perhatian terhadap hal-hal  Menghindari penipuan
rinci
 Belajar  Memegang janji
 Kreatif  Dermawan
 Memahami dan mengololah  Bersiap untuk sendiri
9

konflik
 Menerima resiko  Mengurangi peran Anda
 Membuat keputusan  Kesadaran diri sendiri
 Mengembangkan orang  Empati
 Penghargaan dan disiplin  Hubungan
 Tetap kontak dengan  Menekankan toleransi
kelompok Anda
 Membiarkan kegagalan dan  Pengendalian dorongan hati
keberhasilan
 Melatih kesabaran  Fleksibel
 Memimpin dengan contoh  Pemecahan masalah

Sumber : Farlow (2012)

2.3. Jenis-Jenis Gaya Kepemimpinan

1) Kepemimpinan situasional.

Kepemimpin menggunakan gaya kepemimpinan yang berbeda pada situasi yang

berbeda pula. Ketika tugas mendesak dengan deadline waktu yang singkat dan pegawai

cenderung pesimis untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut, bisa jadi gaya kepemimpinan

yang paling tepat adalah otoriter. Pada waktu yang bersamaan, pegawai mau mengerjakannya

dengan baik, ada jiwa optimisme yang tinggi dengan target yang diharapkan, maka gaya

kepemimpinan otoriter tidak diperlukan, bisa jadi yang paling tepat adalah gaya

kepemimpinan demokratis. Karena itu, seorang pemimpin bisa menggunakan lebih dalam

satu gaya kepemimpinan. Pemimpin menggunakan strategi yang berbeda untuk pegawai yang

berbeda pula.

2) Kepemimpinan otokratis.

Gaya kepemimpinan otokratis berasumsi bahwa individu- individu dimotivasi oleh

kekuatan eksternal seperti kekuasaan, kewenangan dan kebutuhan persetujuan. Semua


10

keputusan dibuat oleh pemimpin dan cenderung menggunakan paksaan (coercion), sanksi

(punishment) dan arahan untuk mengubah perilaku pengikut ( followers) untuk mencapai

hasil. Pemimpin otokratis cenderung mensentralisasi otoritas dan mengandalkan kekuatan

legitimasi dan penghargaan untuk mengatur bawahan.

3) Kepemimpinan demokratis.

Berbeda halnya dengan gaya kepemimpinan demokratis ( democratic leadership).

Gaya kepemimpinan ini berpendapat bahwa individu-individu dimotivasi oleh kekuatan

internal bukan kekuatan eksternal. Dengan demikian, individu-individu aktif berpartisipasi

dalam pengambilan keputusan dan individu-individu tersebut ingin memperoleh tugas.

Pemimpin menggunakan peranan partisipasi dan majority rule melakukan pekerjaan dalam

mencapai tujuan. Gaya kepemimpinan demokratis berorientasi pada manusia dan

memberikan bimbingan kepada para bawahannya. Gaya kepemimpinan ini menekankan pada

tanggung jawab dan kerjasama yang baik. Gaya kepemimpinan demokratis mendelegasikan

otoritas atau kewenangan yang dimiliki oleh pimpinan kepada orang lain dan mendorong

lahirnya partisipasi dari karyawan.

4) Kepemimpinan laizzes-faire

Gaya kepemimpinan laizzes-faire (laizzes faire leadership) berpandangan bahwa

individu-individu tetap perlu di motivasi oleh kekuatan dan dorongan internal dan individu-

individu cenderung untuk diberi kesempatan mengambil keputusan sendiri tentang

bagaimana melakukan dan menyelesaikan pekerjaannya. Gaya kepemimpinan ini

menekankan bahwa pemimpin tidak memfasilitasi dan tidak menyiapkan bimbingan atau

arahan (the leaders provide no direction or facilitation), hanya sedikit kekuasaan dan

memberi banyak kebebasan dan kewenangan kepada para bawahannya pandangan bahwa

individu-individu tetap perlu dimotivasi oleh untuk mengambil keputusan dan menjalankan
11

program yang ada. Pemimpin hanya merupakan symbol dan biasanya tidak memiliki

keterampilan teknis. Semua pekerjaan dan tanggung jawab harus dilakukan oleh bawahannya

sendiri. Gaya kepemimpinan laizzes- faire dapat diilustrasikan seperti pada Gambar 2.3.

5) Studi kepemimpinan State Ohio.

Pendekatan gaya kepemimpinan ini muncul dari studi kepemimpinan State Ohio pada

tahun 1945. Beberapa orang yang berkontribusi utama dalam penelitian ini adalah Hemphill

Stogdil Coons, Fleishman, Harris dan Burtt (Warrick, 1981) Meskipun penelitian ini

bertanggung jawab terhadap berbagai temuanan penelitian kepemimpinan, kontribusi paling

penting adalah isolasi "pertimbangan" dan "struktur inisiasi" sebagai dasar dimensi perilaku

kepemimpinan dalam organisasi formal. Pertimbangan didefinisikan sebagai perilaku dengan

cara pemimpin menetapkan hubungan dengan karyawan, komunikasi dua arah, saling

menghormati dan pengertian. Sedangkan struktur inisiasi dapat didefiniskan sebagai perilaku

dengan cara pemimpin mendefinisikan atau memfasilitasi interaksi kelompok kearah

pencapaian tujuan. Pemimpin melakukan ini melalui perencanaan, penjadwalan, mengkritik

memulai ide, mengorganisasi pekerjaan, mendefinisikan peran anggota, menetapkan tugas

(Warrick, 1981).

6) Studi kepemimpinan Universitas Michigan.

Universitas Michigan pada tahun 1947 menindaklanjuti penelitian Ohio. Beberapa

investigator yang terlibat misalnya Kahn, Maccoby dan Morse. Mereka menginvestigasi

antara perilaku supervisor dan produktivitas dan kenyamanan karyawan. Universitas

Michigan mengidentifikasí dua pemimpin, yaitu: employee centered dan production-centered.

Supervisor employer centered lebih banyak menghabiskan waktu dalam pengawasan

kegiatan, sedikit waktu dalam melaksanakan tugas, hampir sama seperti yang dilakukan oleh

bawahan, melakukan kegiatan umum daripada pengawasan yang ketat, mengambil pribadi
12

karyawan dan jarang melakukan pemberian hukuman ketika bawahan melakukan kesalahan.

Karena berorientasi pada karyawan maka atasan mereka mengambil minat personal di

dalamnya, biarkan mereka tahu bagaimana mereka melakukan pekerjaan dan akan

mendukung mereka. Selanjutnya, production centered supervisor menghabiskan waktu

kurang dalam praktek aktual pengawasan, misalnya perencanaan tetapi lebih banyak waktu

yang dihabiskan dalam melaksanakan tugas seperti yang dilakukan oleh bawahan,

pengawasan ketat dan terdapat hukuman yang ketat jika terjadi kesalahan. Supervisor

cenderung melakukan seolah-olah karyawan sebagai alat produksi.

7) Kepemimpinan transformasional dan transaksional.

Perkembangan selanjutnya mengenai teori kepemimpinan adalah muncul

kepemimpinan transaksional dan transformasional, Kepemimpinan transaksional mempunyai

ciri perancangan tujuan tugas, penyediaan sumber daya dan penghargaan terhadap kinerja.

Selanjutnya kepemimpinan transformasional merupakan perluasan dari kepemimpinan

transaksional, yaitu lebih dari sekedar pertukaran dan kesepakatan. Hoy dan Miskel (2008)

berpendapat bahwa gaya kepemimpinan transformasional itu mempunyai pemimpin yang

proaktif, mneningkatkan kesadaran bawahan mencapai hasil kinerja yang tinggi luar biasa.

Kepemimpinan transformasional membuat perubahan besar pada misi organisasi cara

menjalankan kegiatan, dan manajemen sumber daya manusia untuk mencapai misi tersebut.

Ciri kepemimpinan transformasional (Dunford, 1995) adalah sebagai berikut:

 Menantang praktek-praktek atau cara kerja yang sedang berjalan

 Menginspirasi suatu visi bersama

 Memberdayakan pegawai untuk bertindak

 Bertindak sebagai "model berjalan"


13

 Memperkuat tekat (Gaya kepemimpinan transaksional dan transformasional juga

dijelaskan pada bagian tersendiri).

8) The managerial Grid.

Teori the managerial Grid adalah teori transisi antara teori gaya kepemimpinan dan

teori kontingensi. Teori ini dikembangkan oleh Blake dan Mouton. Dua dimensi dasar dalam

teori kepemimpinan ini, yaitu perhatian pada produksi dan perhatian pada orang/ pegawai.

Teori gaya kepemimpinan Blake dan Mouton dianggap transisi dengan alasan bahwa dua

dimensi kepemimpinan tersebut adalah saling bergantung. Lima gaya kepemimpinan yang

terdapat dalam managerial Grid, yaitu:

a. Country club management: Perhatian penuh terhadap kebutuhan kepemimpinan tersebut

pegawai untuk membina hubungan yang menyenangkan, suasana organisasi yang nyaman

dan bersahabat.

b. Impoverished management: Penggunaan upaya minimum agar pekerjaan yang dibutuhkan

dapat terselesaikan, cocok untuk mempertahankan keanggotaan organisasi.

c. Team management: Keberhasilan pekerjaan berasal dari pegawai yang berkomitmen,

saling ketergantungan melalui kepentingan bersama, hubungan atas dasar saling percaya

dan saling menghormati .

d. Authority- obedience: Efisiensi kerja berasal dari pengaturan situasi kerja dengan cara

tertentu sehingga meminimalkan gangguan unsure manusia.

e. Organisation man management: Kinerja organisasi yang memadai mungkin dicapai

dengan menyeimbangkan kebutuhan untuk menyelesaikan pekerjaan dengan memelihara

semangat pegawai pada tingkat yang semuaskan (Rowitz, 2009).


14

9) Kepemimpinan dengan bekerja (leading by doing).

Gaya kepemimpinan ini mempunyai eksekusi yang tinggi tetapi imaginasi yang

rendah. Artinya pemimpin dilibatkan dalam mengarahkan tim, secara penuh bertanggung

jawab dan menyampaikan kepada orang apa yang akan dilakukan.

10) Kepemimpinan dengan kelompok kerja (leading by team working).

Gaya kepemimpinan ini mempunyai eksekusi yang tinggi demikian pula imaginasi.

Pemimpin pada tipe ini memperoleh anggota tim secara bersama untuk melakukan

brainstorming untuk menghasilkan beberapa ide yang baik dan mentransformasi ide yang

baik tersebut ke dalam rencana tindakan dan secara bersama mengimplementasikannya.

11) Kepemimpinan dengan menginspirasi (leading by inspiring).

Gaya kepemimpinan ini mempunyai imaginasi yang tinggi tetapi eksekusi yang

rendah. Pada kasus ini pemimpin mengstimulasi pemikiran anggota tim dan menentang tim

untuk melihat dari perspektif yang berbeda.

12) Kepemimpinan dengan memberdayakan (leading by empowering).

Gaya kepemimpinan ini lemah dalam imaginasi dan lemah pula dalam eksekusi. apa

yang terjadi dalam tipe ini adalah pemimpin mempunyai orang untuk mampu membuat

keputusan dan mengimplementasikan. Pada tahap ini, pemimpin tetap harus menetapkan visi

dan strategi, sering bersama dengan anggoa tim. Pada tahap ini pula harus ada dukungan

sistem untuk proses pemberdayan untuk bekerja dengan sukses. Biarkan anggota tim untuk

melakukan eksekusi seperti apa yang mereka rasakan dan yang terakhir adalah berikan

pengakuan dan penghargaan secara tepat.


15

Menurut Thoha (2007:42) teori Path Goal berusaha untuk menjelaskan pengaruh

perilaku pemimpin terhadap motivasi, kepuasan, dan pelaksanaan pekerjaan bawahannya.

Teori Path Goal membagi empat gaya kepemimpinan yaitu (Kurniawan, 2018) :

1. Kepemimpinan direktif

Tipe ini sama dengan model kepemimpinan otokratis bahwa bawahan tahu dengan

pasti apa yang diharapkan darinya dan pengarahan yang khusus diberikan oleh pemimpin.

Dalam model ini tidak ada partisipasi dari bawahannya.

2. Kepemimpinan supportif

Kepemimpinan ini mempunyai kesediaan untuk menjelaskan sendiri, bersahabay,

mudah didekati, dan mempunyai perhatian kemanusiaan yang murni terhadap para

bawahannya.

3. Kepemimpinan partisipatif

Pada gaya kepemimpinan ini pemimpin berusaha meminta dan menggunakan saran-

saran dari para bawahannya. Namun pengambilan keputusan masih tetap berda padanya.

4. Kepemimpinan berorientasi pada prestasi

Gaya kepemimpinan ini menetapkan serangkaian tujuan yang menantang bawahannya

untuk berpartisipasi. Pemimpin juga memberikan keyakinan kepada mereka bahwa mereka

mampu melaksanakan tugas pekerjaan mencapai tujuan secara baik (Thoha, 2007:42).

5. Gaya kepemimpinan yang efektif

Menurut Habsari (2008:12) kepemimpinan yang efektif memiliki ciri -ciri sebagai

berikut :

1. Memperhitungkan minat sampai hasil akhir.

2. Memahami bahwa hasil adalah selalu penilaian terakhir .


16

3. Memiliki semangat menyelesaikan masalah.

4. Lebih demokratis dari pada autority.

5. Memberikan kesempatan untuk mencapai potensi setiap orang.

6. Memiliki Etika dan moral yang tinggi .

7. Mengambil tanggung jawab terhadap hasil tim.

2.4. Kelebihan dan Kekurangan Gaya Kepemimpinan

Setiap gaya kepemimpinan mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing

atau keuntungan (advantages) maupun kerugian (diadvantages). Bagian ini hanya

menjelaskan beberapa gaya kepemimpinan, yaitu:

1) Gaya kepemimpinan autokratik. Kelebihan dari gaya kepemimpinan ini adalah

pengambilan keputusan lebih cepat, memelihara kedisiplinan, terdapat seseorang yang

menjadi pusat kontrol dan bagus untuk kelompok-kelompok yang kecil dengan tugas yang

relatif sederhana dan jelas (clarity). Meskipun demikian, gaya kepemimpinan seperti ini

juga mempunyai banyak kelemahan misalnya staf cenderung kurang dipercaya, tergantung

pada ancaman artinya bahwa jika bawahan tidak diancam atau dimarahi atau ditegur, maka

bawahan cenderung tidak bekerja. Kelemahan lain dari gaya kepemimpinan seperti ini

adalah bahwa staf tidak punya input terhadap atasan.

2) Gaya kepemimpinan demokratis (partisipatip). Kelebihan gaya kepemimpinan ini adalah

hubungan manajemen dengan pekerja lebih baik, mendorong karyawan untuk mempunyai

komitmen yang tinggi, meningkatnya pelayanan masyarakat, menurunnya penolakan para

pekerja (Conyers, n.d.). Sementara kelemahan gaya kepemimpinan demokratis adalah

bahwa biasanya pengambilan keputusan lebih lambat karena selalu mempertimbangkan

keterlibatan anggota tim, biaya yang dibutuhkan bisa menjadi lebih mahal.
17

3) Gaya kepemimpinan permissive (laissez-faire). Kelebihan dari gaya kepemimpinan ini

adalah pemimpin memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengembangkan

hubungan kerja dalam sebuah setting informal dan menghasilkan kesempatan untuk

menjadi orang yang lebih sukses melalui keputusan mereka sendiri. Kelemahannya adalah

anggota tim dapat mendominasi dan mengambil kontrol yang dapat memimpin tim untuk

membuat keputusan yang salah dan memungkinkan sesama anggota tim bisa bekerja

kurang maksimal dan mempengaruhi proses dan motivasi mereka (Conyers, n.d.)

2.5. Faktor yang Mempengaruhi Gaya Kepemimpinan

Pilihan penerapan gaya kepemimpinan dapat dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu:

faktor pemimpin, pengikut, situasi dan kemungkinan faktor lain.

1) Faktor kepemimpinan

 Pola perilaku dan kebiasaan pemimpinan dan lainya dalam bekerja dengan dengan

orang .

 Kepercayaan (confidence) pemimpin dalam pengikutnya

 Sikap pemimpin terhadap partisipasi, sharing proses pengambil keputusan dan

kelompokpengambil keputusan

 Kebutuhan pemimpin untuk kepastian dan prediksi .

 Siapa yang mempunya informasi - pemimpin, pengikuyang keputusan atau keduanya .

2) Faktor pengikut

 Tingkat pengetahuan dan pengalaman

 Keinginan mereka untuk melakukan pekerjaan yang indenpenden


18

 Kemampuan mereka untuk menduga tanggung jawab

 Kepentingan mereka dalam masalah atau keseluruhan program

 Seberapa baik lainnya dilatih dan seberapa baik pemimpin mengetahui tugasnya

3) Faktor situasi

 Seberapa banyak waktu yang tersedia

 Nilai, tradisi, dan kebijakan organisasi

 Tingkat pengetahuan dan pengalaman

 Kesatuan, kepaduan, dan semangat kelompok

 Sifat dari masalah itu sendiri

4) Faktor lainnya

 Apakah hubungan didasarkan atas rasa hormat dan kepercayaan atau tidak?

 Konflik internal

 Tingkatan stress

 Jenis tugas - terstruktur, tidak terstruktur, rumit atau sederhana

 Peraturan atau prosedur yang ditetapkan atau rencana latihan

2.6. Sifat Kepemimpinan

Sekitar tujuh dekade pertama tahun 1990-an research-research telah menunjukkan

bahwa para pemimpin berfokus pada pendefinisian apa pemimpin dan kepemimpinan itu.

Para peneliti sibuk mengidentifikasi apa sifat yang dimiliki oleh para pemimpin yang sukses.
19

Bass (1990) mengklasifikasi kedalam tiga kategori sifat atau karakteristik dari seorang

pemimpin: intelegensi (intelligence), kepribadian (personality), dan kemampuan (abilities).

Tidak ada sifat kepemimpinan yang berlaku secara universal dalam semua situasi,

tempat dan waktu. Kepemimpinan bersifat dinamis (Rowitz, 2009). Kouzes dan Posner dalam

Rowitz (2009) pernah melakukan identifikasi sifat kepemimpinan pada tahun 1987 dan 1995

dari responsden yang berasal dari empat benua, yaitu Amerika, Asia, Eropa, dan Australia.

Responsden umumnya berasal dari benua Amerika. Dari hasil pengidentifikasian tersebut,

diperoleh bahwa sifat kepemimpinan yang paling sering disebutkan yaitu jujur, berpandangan

ke depan, mampu menginspirasi, kompeten dan cerdas. Sifat kepemimpinan lainnya misalnya

berterus terang, berani, peduli, tekun, ambisius, setia, mandiri dan mampu mengontrol diri.

Meskipun identifikasi sifat kepemimpinan tersebut bersifat universal tetapi dapat diduga

bahwa sifat kepemimpinan tersebut juga dibutuhkan dalam konteks kesehatan masyarakat.

Pemimpin kesehatan masyarakat harus cerdas, jujur mempunyai visi ke depan, mampu

menginspirasi, berani mengambil risiko dan sebagainya.

Menurut (Makhfudz, 2011) sifat pemimpin yaitu :

1. Visioner

Tugas seorang pemimpin adalah membawa orang-orang yang dipimpinnya menuju

suatu tujuan di masa depan. Seorang pemimpin tidak akan dapat melakukan tugas bila dia

sendiri tidak memiliki gambaran yang jelas tentang masa depan seperti apa yang diinginkan

untuk dicapai oleh dirinya bersama dengan seluruh orang-orang yang dipimpinnya.Ini tidak

hanya berlaku bagi seorang pemimpin organisasi yang berorientasi profit tetapi juga berlaku

bagi semua tipe kepemimpinan organisasi non profit atau publik. Seseorang yang memiliki

visi jauh kedepan tidak akan dapat menjadi pemimpin yang berhasil bila ia tidak dapat

meyakinkan para pengikutnya untuk mau berubah menuju kearah yang dicita
20

citakannya.Seorang yang memiliki visi,memiliki kemampuan untuk mengkomunikasikan

visinya, memberi motivasi kepada orang-orang yang dipimpinnya untuk mau bersama-sama

berjuang menuju kondisi yang dicitacitakannya dengan antara lain dengan memberikan

perhatian,mau mendengarkan serta memberikan kepercayaan dan kesempatan kepada orang-

orang yang bekerja bersamanya.

2. Jujur

Nilai kejujuran bagi seorang pemimpin merupakan salah satu nilai dasar yang

seharusnya atau bahkan wajib dimiliki oleh seorang pemimpin. Seorang pemimpin yang jujur

sangat menghargai apa yang telah ia raih adalah berasal dari rakyat yang

memperkerjakannya,sehingga seorang pemimpin sejati harus senantiasa mengingatnya dan

dijadikan falsafah hidupnya. Seorang pemimpin yang sejati, adalah seorang pemimpin yang

senantiasa dalam menyelenggarakan negara selalu akan menziarahi kebenaran ( will to truth

)dan bukan menziarahi kekuasaan ( will to power ), agar dia tidak mengalami apa yang

disebut split orientation.Yaitu tidak menyatunya antaraucapan dan tindakan.Biasanya seorang

pemimpin sejati setiap melaksanakan tugasnya senantiasa dilandasi dengan keikhlasan dan

ridho dari yang kuasa.Kalau dalam falsafah jawa dikenal ada istilah atau motto “ sepi ing

pamrih rame ing gawe”.

3. Cerdas

Kecerdasan merupakan sesuatu hal yang dapat dijadikan modal dasar. Karena

pemimpin yang cerdas adalah orang yang mampu menghargai puncak kehidupan, dan dia

akan senantiasa menziarahi kebenaran ( will to truth ) dan bukan menziarahi kekuasaan ( will

to power ), agar dia tidak mengalami apa yang disebut split orientation.Yaitu tidak

menyatunya antara ucapan dan tindakan.Jika ini terjadi, dia masih dalam kategori apa yang

disebut Francis Fukuyama sebagai the first man,manusia yang hanya petunjuk secara otoriter,
21

yang berbeda dengan kategori the last man yang sudah mementingkan harkat dan martabat.(

Saratri Wilonoyudho,Jawa Pos desember 2010 ) Pemimpin seperti ini hanya bertahan

sementara, dan ini telah dibuktikan oleh beberapa peneliti. Seperti hasil penelitian Michael

Keren dan Moshe Bzuonowski yang mengatakan bahwa bekal utama pemimpin untuk

“menguasai publik” adalah popularitas danintelektualitas. Namun jika pemimpin ingin “

bertahan lama “, intelektualitaslah yang harus dikedepankan, bukan popularitas belaka.

Demikian juga Jean Laponce berpendapat, pemimpin yang populer berkat ide-idenya yang

cemerlang dan cerdas, akan lebih lama bertahan bila dibandingkan dengan pemimpin yang

hanya mengandalkan popularitas serta hanya retorika belaka.Pemimpin yang cerdas biasanya

memiliki perilaku yang bersifat kritis dalam menanggapi beberapa sinyal-sinyal sepertiyang

dilontarkan pemimpin Singapura Lee Kwan Yew seperti tersebut diatas. Demikianjuga ada

sinyal/peringatan yang diberikan J.S Furnival tentang sifat yang klasik adapada di wilayah

Indonesia yang dikenal ciri-ciri “ masyarakat plural “ ( plural siciety )adalah masyarakat yang

terdiri dari dua atau lebih unsur-unsur atau tatanan-tatanansosial yang hidup berdampingan,

tetapi tidak bercampur dan menyatu dalam satu unitpolitik tunggal.

4. Responsibel

Pemimpin yang responsibel adalah pemimpin yang melaksanakan tugas,senantiasa

memiliki rasa tanggungjawab.Sehingga para pemimpin dalam menjalankan tugas dan

tanggungjawabnya dilakukan secara sungguh-sungguh dan tidak dikerjakan secara asalasalan

saja.Pemerintah yang bijaksana memiliki arti yang lebih mendalam, yaitu tidak sekedar

mengandalkan legalitas hukum ( otoritas ) yang dimiliki untuk menjalankan administrasi

publik, akan tetapi juga berusaha menumbuhkan rasa memiliki ( sense of belonging ) dan rasa

bertanggungjawab ( sense of responsible ) masyarakat terhadap proses administrasi publik

dan hasil-hasil pembangunan yang dicapai ( Karhi Nisjar S;1999,123 ). Dalam alam

demokrasi tanggung jawab menjadi sesuatu yang urgen,yaitu setiap pemegang jabatan yang
22

dipilih oleh rakyat harus dapat mempertanggungjawabkan kebijaksanaan yang hendak dan

telah ditempuhnya. Tidak hanya itu , ia juga harus mempertanggungjawabkan ucapan atau

kata-katanya. Dan yang tidak kalah pentingnya adalah perilaku dalam kehidupan yang

pernah, sedang bahkan yang akan dijalaninya. Pertanggunganjawaban tersebut tidak hanya

menyangkut dirinya, tetapi juga menyangkut keluarganya dalam arti luas. Yaitu perilaku

anak dan isterinya, juga sanak keluarganya, terutama yang berkaitan dengan jabatannya.

Dalam kontek ini, sipemegang jabatan harus bersedia menghadapi apa yang disebut sebagai

“public srutiny “, terutama yang dilakukan oleh media massa yang ada.( Good Governance,

Joko W,2001,104 ).

5. Disiplin Perilaku

Sebagai pemimpin, sudah menjadi kewajiban mempunyai sikap yang berlandaskan

pada standar moral yang tinggi yakni berbudi luhur ( character building ), selain itu seorang

pemimpin harus mampu menguasai kemampuan yang tinggi untuk mewujudkan visinya yang

dilandasi oleh nilai-nilai luhur perilakunya dan keberanian untuk mengambil keputusan.

Kemampuan tersebut harus didukung oleh kompetensi yang tinggimenyangkut pengetahuan (

knowledge ), ketrampilan ( skill ) maupun kematangan psikologis. Agar pemimpin memiliki

unsur-unsur tersebut harus memiliki sifat disiplin yang tercermin dalam sikapnya yang selalu

menjaga ketepatan perilaku, misalnya seperti tepat waktu dalam melaksanakan sesuatu yang

telah diperjanjikan, satunya kata dengan perbuatan “ walk the talk” , perilaku konsisten

dalam menimba ilmu, melakukan kewajiban sepiritualnya secara konsisten dan lain-lain.

Disiplin disini adalah suatu sikap perilaku yang erat hubungannya dengan sikap yang

langsung dapat dirasakan dan dimengerti oleh orang lain.Seperti halnya senantiasa

menghormati dirinya sendiri bahwa perilakunya harus selalu berpedoman pada hal-hal yang

memang sesuai dengan petunjuk Sang pencipta, sesuai dengan profesi seseorang misal

berprofesi sebagai seorang bankir harus memiliki perilaku yang ramah terhadap setiap
23

nasabah dan supel dalam pergaulannya,sehingga dapat mendukung kariernya dalam

mengembangkan usahanya dan jauh dari perilaku yang tercela seperti menghidupkan perilaku

yang mewajibkan pada setiap stafnya atau bawahanya harus setor/menyerahkan upeti pada

atasanya contoh mengharuskan pada nasabah setiap kredit/ pinjaman akan dikeluarkan harus

melakukan gratifikasi sebagai syarat keluarnya kredit ( pinjaman ). Perilaku berikutnya

adalah suka menghormati orang lain, baik nasabah maupun koleganya, yang dapat

mendukung kesuksesan kerjanya tidak sombong. Yang penting dalam masalah ini adalah

mengembangkan sikap kebawah berupa suka membimbing, seperti kita kenal di Indonesia

pernah mengenal adanya jabatan pamong praja, dimaksudkan bahwa diharap didalam diri

sang pemimpin terdapat perilaku pemimpin yang selalu suka ada niat “ ngemong “ yang

artinya memomong, mengelola dengan penuh kasih sayang. Tetapi biasanya yang tumbuh

pada setiap pemimpin yang senantiasa sukses kemudian menduduki jabatan yang lebih tinggi,

sikap atau perilaku yang muncul justru adalah perilaku atau sikap “ pangreh projo “ artinya

suka menguasai, suka memerintah, menekan sombong menganggap dirinya selalu benar.

6. Disiplin Administrasi

Disiplin administrasi disini adalah kedisiplinan seorang pemimpin untuk melakukan

pencatatan segala hal yang terjadi ditempat kerjanya yang menjadi tanggungjawabnya yang

dilakukan secara rajin rapi dan tepat yang berupa mencatat, mengkodifikasikan, menyimpan

dengan rapi dan tertib, semua hal-hal yang berhubungan dengan dirinya maupun dengan

lembaganya. Disiplin administrasi ini sangat membantu apabila dikemudian hari diperlukan

untuk menggunakan catatan tertentu sebagai referensi suatu tindakan yang membantu dalam

proses pengambilan keputusan. Seperti contoh; kerajinan mencatat kejadian-kejadian yang

menyangkut diri dalam menjalankan tugastugas kedinasannya dalam buku harian, kerajinan

mencatat semua hasil kerjanya dalam kesehariannya misal sertifikat dicatat dengan rapi,tertib

dan menyimpannya yang rapi pula. Sehingga pada suatu waktu ditemukan kasus adanya
24

sertifikat ganda mudah dilacaknya dan cepat ditemukan mana sertifikat yang asli atau

sertifikat yang ditetapkan tidak sesuai dengan prosedur yang sebenarnya.Demikian juga

masalah yang menyangkut pada pejabat yang menjabat ditempat kerjanya untuk menunjang

kariernyamisal daftar urut kepangkatan, dengan mencatat siapa yang harus menduduki yang

paling tinggi sesuai dengan senioritas baik dari pangkatnya, pendidikan yang menjadi

persyaratan dalam jabatan tersebut.Mencatat setiap surat yang masuk dengan tertib artinya

sesuai dengan urutan tanggal masuknya surat, jangan sampai karena sesuatu hal misal

memberi hadiah kemudian surat tersebut dimasukkan yang urutan terlebih dahulu agar

mendapatkan pelayanan, tanggapan lebih dahulu.Sebagaimana pendapat yang dikemukakan

oleh Syeh Hussein Alatas, mengatakan bahwa; “asal-usul terjadinya korupsi adalah apabila

seorang pegawai negeri menerima pemberian yang disodorkanoleh seorang dengan maksud

mempengaruhinya agar memberikan perhatian yangkhusus atau istimewa pada kepentingan-

kepentingan sang pemberi.Kadang-kadangjuga berupa perbuatan-perbuatan menawarkan

pemberian uang hadiah lain yangdapat menggoda hati pejabat.Termasuk dalam pengertian

ini juga perbuatanpemerasan, yakni permintaan pemberian atau hadiah seperti ini dalam

pelaksanaantugas-tugas publik yang mereka urus bagi keuntungan mereka

sendiri”(Prodjohamidjojo,2001;11).

7. Disiplin Monitoring

Seorang pemimpin yang mau sukses adalah disamping memiliki perilaku tertib, rajin

mencatat , belum dikatakan sempurna bila tidak ada kesediaan untuk melakukanpemeriksaan

ulang atas apa yang telah di hasilkan dari semua karya. Dalam praktekdilapangan hal tersebut

sering disebutnya kontrol, salah satu strategi untuk memperbaikiprospek kontrol adalah

dengan menggunakan kewenangan formal untuk menekanbirokrasi untuk membagi ( to share

) sumberdaya terutama informasi. Mekanisme inidirancang dan digunakan untuk

mempersempit gap sumber daya antara kontrollerdengan birokrasi dengan cara membuka
25

lembaganya dari pengamatan publik ( publicexamination ). Hal ini birokrat harus terbuka (

openness ) dan transparansi terhadappublik, dimaksudkan agar publik dan kontroller

mengetahui informasi-informasitentang urusan-urusan lembaga birokrasi. Strategi kedua,

pihak kontroller harusmemperbaiki prospek kontrol dengan cara memperluas pemahaman ,

penglihatanmengenai sumber daya lain yang dimiliki oleh birokrat. Birokrat harus menjalin

kerjasama dengan rakyat, yaitu dengan membuat program-program yang sesuai dengan apa

yang diinginkan oleh rakyat agar tidak dihadapkan pada berbagai macam tekanan. Rakyat

dapat melaporkan aktifitas birokrat. Informasi ini penting bagi birokrat , dan informasi ini

dapat diolah sebagai ukuran kontrol. Bagaimanapun juga, strategi memecahkan monopoli

birokrasi mengenai informasi bisa jadi memperbesar efektifitas sumber daya. Informasi

tentang aktivitas birokrasi dapat memobilisasi rakyat yang sebelumnya apatis, dengan

menginformasikannya akibat, hasil, dan konsekwensi dari tindakan birokrasi, dan

karenanya dapat digunakan pula sebagai sumber daya dalam melakukan tugas kontrol

mereka. Untuk mendorong kesempatan itu, struktur kontrol dapat dirancang dengan

memperkuat interaksi yang lebih kuat antara birokrat dengan rakyat atau pejabat yang

dipilih (elected official) dengan cara ini mempermudah melakukan konversi sumber daya

dalam melakukan kontrol. Hasil kontrol atas penyimpangan dari rencana, dilakukan korektif,

dan hasilnya dapat dijadikan umpan balik untuk memperbaiki perencanaan strategis pada

masa yang akan datang. Namun sayangnya banyak para pemimpin kita sangat jarang yang

mau menerima sosial kontrol tersebut, jadi masih menjadi sesuatu hal yang tabu.
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

1. Kepemimpinan adalah sebuah kemampuan atau kekuatan dalam diri seseorang

untuk mempengaruhi orang lain dalam hal bekerja, dimana tujuannya adalah

untuk mencapai target (goal) organisasi yang telah ditentukan.

2. Banyak pengertian gaya kepemimpinan menurut para ahli salah satunya menurut

Handoko (2000:306) gaya kepemim-pinan yang ideal adalah gaya yang secara

aktif melibatkan bawahan dalam penetapan tujuan denganmenggunakan teknik-

teknik manajemenpartisipatif dan memusatkan perhatian baik terhadap karyawan

dan tugas.

3. Menurut Sukri Palutturi(2014)terdapat 12 jenis-jenis gaya kepemimpinan yaitu

kepemimpinan situasional , kepemimpinan otokratis, kepemimpinan demokratis,

kepemimpinan laizzes-faire, studi kepemimpinan state ohio, kepemimpinan

transformasional dantransaksional,the managerial grid, kepemimpinan dengan

bekerja (leading by doing), kepemimpinan dengan kelompok kerja (leading

byteam working), kepemimpinan dengan menginspirasi (leading by inspiring) dan

kepemimpinan dengan memberdayakan.

4. Setiap gaya kepemimpinan mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing

atau keuntungan (advantages) maupun kerugian (diadvantages). Salah satunya

eperti Gaya kepemimpinan autokratik. Kelebihan dari gaya kepemimpinan ini

adalah pengambilan keputusan lebih cepat, memelihara kedisiplinan, terdapat

seseorang yang menjadi pusat kontrol dan bagus untuk kelompok-kelompok yang

kecil dengan tugas yang relatif sederhana dan jelas (clarity), sedangkan

26
kelemahannya staf cenderung kurang dipercaya, tergantung pada ancaman artinya

bahwa jika bawahan tidak diancam atau dimarahi atau ditegur, maka bawahan

cenderung tidak bekerja.

5. Pilihan penerapan gaya kepemimpinan dapat dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu:

faktor pemimpin, pengikut, situasi dan kemungkinan faktor lain

6. Menurut Muhammad Makhfudz (Universitas Tama Jagakarsa) sifat pemimpin

yaitu visioner, jujur, cerdas,responsibel, disiplin perilak, disiplin administrasi,dan

disiplin monitoring.

27
DAFTAR PUSTAKA

Karyawan, K., Pt, P., Mas, S., & Plywood, I. (n.d.). GAYA KEPEMIMPINAN YANG EFEKTIF DALAM
UPAYA MENINGKATKAN KINERJA KARYAWAN PADA PT. SUMBER MAS INDAH PLYWOOD.

Kasus, S., Assalam, P., & Rahman, A. (2013). ANALISIS PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN, MOTIVASI
KERJA,DAN KOMPENSASI TERHADAP KINERJA GURU. 67–77.

Kurniawan, M. (2018). PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP KINERJA KARYAWAN


PERCETAKAN DIMAS KOTA PALEMBANG Mohd.Kurniawan DP 1. (1), 33–48.

Makhfudz, M. (2011). Karakteristik Pemimpin dan Gaya Kepemimpinan untuk. 505–510.

Manajemen, P., Islam, P., Batusangkar, S., No, S., & Batusangkar, K. L. (2008). Keragaman konsep
kepemimpinan dalam organisasi. (137).

Palutturi, S. (2014). PUBLIC HEALTH Leadership (Dimaswids, ed.). Yogyakarta: Pustaka pelajar.

28

Anda mungkin juga menyukai