Anda di halaman 1dari 39

1

TENTARA NASIONAL INDONESIA ANGKATAN LAUT


KOMANDO PEMBINAAN DOKTRIN, PENDIDIKAN DAN LATIHAN 01.05.01.01.01.06

PAKET INSTRUKSI

METEOROLOGI

PENDIDIKAN SPESIALISASI PERWIRA HIDRO-OSEANOGRAFI


TNI ANGKATAN LAUT

JAKARTA, APRIL 2021


2

TENTARA NASIONAL INDONESIA ANGKATAN LAUT


KOMANDO PEMBINAAN DOKTRIN, PENDIDIKAN DAN LATIHAN PI.B6.0.01006

PAKET INSTRUKSI

METEOROLOGI

PENDIDIKAN SPESIALISASI PERWIRA HIDRO-OSEANOGRAFI


TNI ANGKATAN LAUT

JAKARTA, APRIL 2021


3

DAFTAR ISI

Bab Halaman

1. Judul............................................................................................................ 1
2. Daftar Isi...................................................................................................... 2
3. Rencana Pembelajaran............................................................................... 3
4. Program Pembelajaran.…………………………………………..……..…….. 4
5. Bab I Pengukuran Cuaca............................................................................ 5
6. Atmosfer...................................................................................................... 5
7. Suhu, Kelembapan, Titik Embun, Titik Beku............................................... 6
8. Tekanan Atmosfer, Angin.………………………………………........…..…... 10
9. Awan, Penguapan.……............................................................................... 11
10. Hujan, Salju.……......................................................................................... 14
11. Visibility, Kabut Adveksi, Kabut Radiasi ……………………...........………. 16
12. Sistem Tekanan.………………………………………………..........………... 17
13. Lembar Pertanyaan..................................................................................... 19
14. Program Pembelajaran.……………………………………............................ 20
15. Bab II Angin................................................................................................. 21
16. Angin Geostropik, Angin Anabatik dan Katabatik………………..........…… 21
17. Alat ukur Suhu, Tekanan, dan Angin……………………………..........…… 23
18. Lembar Pertanyaan.................................................................................... 28
19. Program Pembelajaran.……………………………………............................ 29
20. Bab III Prakiraan Cuaca ………………………............................................. 30
21. Peta Sinoptik ………………………………………………………...........…… 30
22. Prakiraan Cuaca ......................................................................................... 32
23. Lembar Pertanyaan..................................................................................... 36
24. Lembar Latihan Peserta didik………………………………....……………... 37
25. Lembar Penyusun….................................................................................... 38
4

RENCANA PEMBELAJARAN

1. Mata Pelajaran : Meteorologi

2. Tujuan Pengajaran : Membekali para siswa dengan mata pelajaran


pengenalan meteorologi agar memiliki pengetahuan dasar-dasar meteorologi, sehingga
mempunyai bekal sebelum masuk ke materi berikutnya.

3. Sasaran Pengajaran : Selesai pelajaran ini para siswa diharapkan dapat:


a. Memahami dasar-dasar meteorologi secara umum dengan baik dan benar.
b. Memahami unsur-unsur cuaca dengan baik dan benar.

4. Waktu Pembahasan :
a. Lecture : 5 JP
b. Tutorial : 2 JP
c. Practical : 5 JP
d. Self Guide : 3 JP

5. Kepustakaan :

a. Diktat Meteorologi

b. Meteorologi Maritim.
5

PROGRAM PEMBELAJARAN

1. Bab I : Pengukuran Cuaca

2. Sasaran Program Pengajaran : Selesai mempelajari topik ini diharapkan


para siswa agar dapat memahami dasar-dasar meteorologi
a. Atmosfer
b. Suhu, Kelembapan, Titik embun, Titik beku
c. Tekanan Atmosfer, Angin
d. Awan, Penuguapan
e. Hujan Salju
f. Visibilitas, Kabut Adveksi, Kabut Radiasi
g. Sistem Tekanan

3. Waktu Pembahasan :
a. Lecture : 3 JP
b. Tutorial : - JP
c. Practical : 1 JP
d. Self Guide : 1 JP

4. Tempat Pelajaran : Kelas

5. Penugasan Siswa :
a. Mempelajari Bab II ini dengan sebaik-baiknya.
b. Sebagai latihan agar lembar pertanyaan-pertanyaan dapat dijawab.
c. Selanjutnya jawaban tersebut dikumpulkan/diserahkan kepada instruktur.
6

BAB I
PENGUKURAN CUACA

1. Atmosfer.

Atmosfer adalah selubung gas atau lapisan udara yang menyelimuti permukaan
bumi. Gaya gravitasi memiliki peran penting dalam pembentukan gas di atmosfer. Sekitar
4,5 miliar tahun yang lalu, atmosfer terbentuk dengan didominasikan oleh hidrogen,
helium, metana, dan amonia. Lapisan atmosfer diperkirakan memiliki ketebalan sekitar
500 km dimana 99% gas yang menyusun atmosfer berada di bawah ketinggian 32 km.
Atmosfer memanjang lebih dari 560 km di atas permukaan bumi yang terbagi menjadi
beberapa lapisan. Lapisan Atmosfer sebagai berikut:
a. Troposfer :
1) Lapisan terbawah dari Atmosfer
2) Ketinggian sekitar 0 – 12 KM di atas permukaan bumi.
3) Tempat terjadinya peristiwa Cuaca dan Iklim.
4) 80% dari seluruh gas penyusun atmosfer ada di troposfer.
b. Stratosfer :
1) Lapisan terbawah kedua setelah Troposfer.
2) Ketinggian sekitar 12 – 50 KM di atas permukaan bumi.
3) Hampir terbebas dari cuaca iklim.
4) Konsentrasi gas ozon tertinggi, yaitu di ketinggian 20KM
c. Mesosfer :
1) Lapisan terbawah ketiga setelah stratosfer.
2) Ketinggian sekitar 50 – 80 KM di atas permukaan bumi.
3) Suhu udara kurang stabil
4) Suhunya rendah sekitar -500C sampai -700C
d. Termosfer.
1) Lapisan ke empat setelah Mesosfer.
2) Ketinggian sekitar 80 - 500 KM di atas permukaan bumi.
3) Adanya ionisasi Partikel.
4) rata-rata suhu sekitar 5000C sampai 2.0000C.
e. Eksosfer
1) Lapisan teratas dari Atmosfer.
2) Ketinggian sekitar lebih 500 KM di atas permukaan bumi.
3) Suhu mencapai 2.0000C.
7

Gambar 1.1 Stratifikasi Atmosfer

2. Suhu, Kelembapan, Titik Embun, Titik Beku


a. Suhu.
Suhu atau temperatur udara adalah derajat panas dari aktivitas molekul dalam
atmosfer. Secara fisis suhu didefinisikan sebagai tingkat gerakan yang berasal dari
molekul benda, makin cepat gerakan molekulnya, makin tinggi suhunya. Suhu dapat
pula didefinisikan sebagai tingkat panas suatu benda. Panas bergerak dari sebuah
benda yang mempunyai suhu tinggi ke benda dengan suhu rendah (Tjasjono:1999).
Suhu atau temperatur adalah salah satu besaran pokok pada fisika yang
menyatakan panas dinginnya suatu objek. Satuan Internasional (SI) yang digunakan
untuk suhu adalah Kelvin (k). Simbol yang digunakan untuk melambangkan suhu
atau temperatur adalah T (Huruf Kapital). Alat Ukur yang digunakan untuk mengukur
suhu disebut dengan Termometer. Secara fisika suhu dianggap sama dengan
temperatur. Sedangkan secara bahasa keduanya dianggap sedikit berbeda. Menurut
KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), Suhu adalah ukuran kuantitatif terhadap
panas dinginnya sesuatu yang diukur dengan termometer, sedangkan temperatur
adalah panas dinginnya badan atau hawa.
Pemanasan udara dapat terjadi melalui dua proses pemanasan, yaitu
pemanasan langsung dan pemanasan tidak langsung.
8
1) Pemanasan secara langsung, Pemanasan secara langsung dapat terjadi
melalui beberapa proses sebagai berikut:
a) Proses absorbsi adalah penyerapan unsur-unsur radiasi matahari,
misalnya sinar gama, sinar-X, dan ultra-violet. Unsur unsur yang
menyerap radiasi matahari tersebut adalah oksigen, nitrogen, ozon,
hidrogen, dan debu.
b) Proses refleksi adalah pemanasan matahari terhadap udara tetapi
dipantulkan kembali ke angkasa oleh butir-butir air (H2O), awan, dan
partikel-partikel lain di atmosfer.
c) Proses difusi Sinar matahari mengalami difusi berupa sinar
gelombang pendek biru dan lembayung berhamburan ke segala arah.
Proses ini menyebabkan langit berwarna biru.

2) Pemanasan tidak langsung, Pemanasan tidak langsung dapat terjadi


dengan cara-cara berikut:
a) Konduksi adalah pemberian panas oleh matahari pada lapisan udara
bagian bawah kemudian lapisan udara tersebut memberikan panas pada
lapisan udara di atasnya.
b) Konveksi adalah pemberian panas oleh gerak udara vertikal ke atas.
c) Adveksi adalah pemberian panas oleh gerak udara yang horizontal
(mendatar).
d) Turbulensi adalah pemberian panas oleh gerak udara yang tidak
teratur dan berputar-putar ke atas tetapi ada sebagian panas yang
dipantulkan kembali ke atmosfer.

b. Kelembapan
Kelembapan udara adalah banyaknya kandungan uap air di atmosfer. Udara
atmosfer adalah campuran dari udara kering dan uap air. Kelembaban udara
merupakan komponen cuaca yang mempunyai peranan sangat penting bagi
stabilitas kehidupan organisme di bumi maupun unsur-unsur cuaca yang
lain.Kelembaban udara adalah tingkat kebasahan udara karena dalam udara air
selalu terkandung dalam bentuk uap air. Kandungan uap air dalam udara hangat
lebih banyak daripada kandungan uap air dalam udara dingin. Kalau udara banyak
mengandung uap air didinginkan maka suhunya turun dan udara tidak dapat
menahan lagi uap air sebanyak itu. Uap air berubah menjadi titik-titik air. Udara yang
9
mengandung uap air sebanyak yang dapat dikandungnya disebut udara jenuh.
Jenis-jenis Kelembaban udara sebagai berikut:

a) Kelembaban Absolut/Mutlak, Kelembapan absolut adalah perbandingan


kandungan uap air dalam setiap volume udara.Pada umumnya, dinyatakan
dalam satuan berat gram/liter atau gram/meter3.Misalnya, dalam satu liter
udara terdapat uap air sebanyak 30 gram.Jadi, kelembapan absolutnya adalah
30 gram/liter.
b) Kelembaban Spesifik, Kelembapan spesifik adalah perbandingan
kandungan uap air dalam tiap unit berat udara.Pada umumnya, dinyatakan
dalam satuan berat (gram/kg).Misalnya, dalam 1 kg udara terdapat 60 gram
uap air.Hal tersebut berarti kelembapan spesifiknya 60 gram/kg.

c) Kelembaban Relatif, Kelembaban relatif (nisbi), yaitu perbandingan antara


uap air di udara pada suhu yang sama, dengan jumlah uap air maksimum yang
dikandung udara dan dinyatakan dengan persen. Pada suhu udara yang
semakin naik maka kelembaban relatif akan semakin kecil. Kelembaban relatif
paling besar adalah 100%. Pada saat itu terjadi titik pengembunan, artinya
pendinginan terus berlangsung dan terjadilah kondensasi yaitu uap air menjadi
titik air dan jika melampaui titik beku terjadilah kristal es atau salju.

c. Titik Embun
Udara pada temperatur tertentu mampu memegang sejumlah uap air. Ketika itu
jumlah maksimum uap air tercapai, yang disebut sebagai saturasi. Hal ini juga
dikenal sebagai kelembaban relatif 100 persen, bila ini tercapai, suhu udara telah
mencapai suhu titik embun. Hal ini juga disebut kondensasi suhu, suhu titik embun
tidak pernah bisa lebih tinggi dari suhu udara. Suhu titik embun adalah merupakan
sesuatu yang menunjukkan suhu di mana udara harus menjadi didinginkan dalam
rangka untuk menjadi benar-benar jenuh dengan uap air. Jika udara didinginkan ke
suhu titik embun, itu akan menjadi jenuh, dan kondensasi akan mulai terbentuk. Hal
ini bisa dalam bentuk awan, embun, kabut , kabut, embun beku, hujan, atau salju.
Embun suhu titik yang menyebabkan embun terbentuk pada rumput di pagi
hari. pagi hari, sebelum matahari terbit, adalah suhu udara terendah hari, sehingga
waktu ketika suhu titik embun yang paling mungkin untuk dicapai. Kelembaban
menguap ke udara dari tanah jenuh udara di sekitar rumput. Ketika suhu permukaan
rumput hits titik embun, kelembaban keluar dari udara dan mengembun di rumput.
Tinggi di langit di mana udara dingin pada titik embun, menguap kelembaban
10
menjadi awan. Pada tingkat dasar, itu kabut ketika lapisan bentuk kabut pada titik
lepas permukaan tanah, dan itu proses yang sama. air menguap di udara mencapai
titik embun pada saat itu ketinggian rendah, dan kondensasi terjadi.

Titik embun adalah suhu dimana udara harus didinginkan menjadi jenuh
dengan uap air. Ketika didinginkan lebih lanjut, uap air di udara akan mengembun
membentuk air cair (embun). Ketika udara mendingin ke titik embunnya melalui
kontak dengan permukaan yang lebih dingin dari udara, air akan mengembun di
permukaan. Ketika suhu di bawah titik beku air, titik embun disebut titik embun beku
karena embun beku terbentuk daripada embun. Pengukuran titik embun terkait
dengan kelembaban. Titik embun yang lebih tinggi berarti akan ada lebih banyak uap
air di udara. Kedua suhu titik embun. Ketika objek mendingin di udara, ketika suhu
turun di bawah suhu tertentu, embun terbentuk di permukaan, suhu pada saat itu.
Suhu di mana tekanan uap air ( kelembaban ) udara diambil sebagai tekanan uap air
jenuh. Instrumen yang mengukur titik embun disebut titik embun meter. Ada
berbagai hal, tetapi titik embun Lambrecht adalah representatif. Ada wadah kecil
berisi cairan yang mudah menguap seperti eter di balik permukaan cermin berlapis
perak. Udara dikirim, dan suhu diturunkan karena panas penguapan eter, dan
embun terbentuk di permukaan cermin, dan suhu pada saat itu diukur dengan
pengukuran termometer. Baru-baru ini, pengukur titik embun menggunakan
pendingin elektronik telah menjadi populer.

d. Titik Beku
Titik beku adalah suhu pada saat suatu cairan membeku. Pada suhu ini, fasa
cair suatu zat berada dalam kesetimbangan dengan fasa padatannya. Proses
pembekuan sendiri adalah suatu proses dimana gerakan partikel-partikel zat cair
melambat sehingga mereka memiliki kesempatan untuk berikatan dengan partikel-
partikel sesamanya untuk membentuk suatu kristal padatan. Sama halnya dengan
titik didih, titik beku normal didefinisikan sebagai titik beku pada tekanan udara 1
o
atm. Untuk air (murni), titik beku normal adalah sebesar 0 C. (meskipun
sebenarnya, tekanan udara luar tidak banyak berpengaruh pada titik beku, namun
untuk keseragaman dengan titik didih, maka digunakan patokan tekanan udara 1
atm). Sekarang kita lihat, titik beku air murni adalah 0 oC. Bagaimana jika ada zat
terlarut dalam air tersebut, apa yang akan terjadi dengan titik bekunya? Jawabannya
titik beku akan turun menjadi di bawah 0 oC (titik beku normal).
Ketika suatu zat cair melarutkan suatu padatan (misalnya air melarutkan gula),
maka ketika larutan ini akan membeku, partikel air akan membeku terlebih dahulu
11
sebelum partikel gula. Partikel-partikel air akan berkumpul sesamanya, dan partikel
gula pun akan berkumpul dengan sesamanya pula, masing-masing membentuk
kristal yang kompak. Hal ini harus dilakukan, karena ukuran kristal air dan kristal
gula tidaklah sama, dan padatan kristal tidak akan terbentuk jika partikel-partikel
penyusun kristalnya tidak sama. Karena larutan gula merupakan larutan yang
homogen, maka ketika dilakukan proses pembekuan (suhunya diturunkan), masing-
masing partikel (air dan gula) akan berusaha berkumpul dengan “kawan-kawannya”.
Pada titik beku air (0°C), hal ini mustahil terjadi, karena proses pembekuan air
terhalangi oleh adanya partikel gula. Akibatnya, supaya pembekuan dapat
berlangsung, maka suhu harus diturunkan beberapa derajat lagi agar gerakan
partikel semakin melambat sehingga proses pembekuan (paksa) dapat terjadi.

3. Tekanan Atmosfer, Angin


a. Tekanan Atmosfer
Tekanan Atmosfer atau tekanan udara adalah sebuah tenaga yang bekerja
untuk menggerakkan massa udara dalam setiap satuan luas tempat tertentu. Pada
prinsipnya, tekanan udara sama saja seperti tekanan yang ada pada zat cair. Alat
pengukur tekanan udara bernama barometer. Garis yang menghubungkan tempat-
tempat yang tekanan udaranya memiliki kesamaan disebut dengan isobar. Tekanan
udara diukur berdasarkan tekanan gaya pada permukaan tertentu, misalnya 1 m2.
Satuan yang digunakan dalam pengukuran tekanan udara adalah atmosfer (atm),
milibar (mb), atau milimeter kolom air raksa (mmHg). Standar dalam tekanan udara
didasarkan pada tekanan permukaan laut atau biasa disebut Mean Sea Level
Pressure sebesar 1013,25 mb (milibar) yang setara dengan 101.325 Pa dan jika
dikonversi ke satuan mmHg sebesar 759,9 mmHg. Selain dengan atm dan mmHg
tekanan udara juga dapat dinyatakan dalam satuan kg/m2. Selain dengan alat ukur,
tekanan udara juga dapat dihitung menggunakan penghitungan fisika. Dapat
ditemukan dengan persamaan berikut :

Keterangan :
Ph : Tekanan pada ketinggian h
Pu : Tekanan udara permukaan air laut (Mean Sea Level Pressure) = 1013 mb
h : Tinggi suatu tempat
12
b. Angin
Angin merupakan unsur cuaca yang berupa udara, yaitu udara yang bergerak
karena rotasi bumi dan akibat dari adanya perbedaan tekanan udara di sekitarnya.
Angin adalah gerakan perpindahan massa udara dari daerah yang bertekanan tinggi
ke daerah yang bertekanan rendah. Semakin besar perbedaan tekanan, semakin
kuat arus angin yang terjadi. Perbedaan tekanan terjadi akibat dari adanya
perbedaan pemanasan oleh sinar matahari pada suatu tempat/daerah. Apabila
dipanaskan, udara memuai. Udara yang telah memuai menjadi lebih ringan sehingga
naik. Apabila hal ini terjadi, tekanan udara turun karena udaranya berkurang. Udara
dingin di sekitarnya mengalir ke tempat yang bertekanan rendah tadi. Udara
menyusut menjadi lebih berat dan turun ke tanah. Diatas tanah udara menjdi panas
lagi dan naik kembali. Aliran naiknya udara panas dan turunnya udara dingin ini
dikarenakan konveksi. Gerakan arus angin ini tidak hanya terjadi pada permukaan
bumi, tetapi terjadi pula pada lapisan atas permukaan bumi (atmosfer). Gerakan
angin jarang terjadi dalam keadaan rata atau tenang, tetapi sering adanya gangguan
turbulensi (gerakan arus angin yang terjadi tidak teratur). Turbulensi di daerah
penggunungan dan hutan lebih besar dari permukaan laut yang rata.

4. Awan, Penguapan
a) Awan
Awan adalah gumpalan uap air dan kristal es yang terapung di atmosfer yang
sangat kecil atau campuran keduanya dengan konsentrasi berorde 100 per
centimeter kubik dan mempunyai radius sekitar 10 mikrometer yang terjadi karena
adanya pengembunan/pemadatan uap air yang terdapat dalam udara setelah
melampaui keadaan jenuh. Awan terlihat seperti asap berwarna putih atau kelabu di
langit. Awan berwarna putih disebabkan karena sinar matahari serta kombinasi dari
berbagai sinar dengan panjang gelombang (warna) yang berbeda-beda.
Butiran air dan es dalam awan membaur secara merata ke berbagai arah
seluruh komponensinar matahari. Pembauran sinar dengan panjang gelombang
yang berbeda secara merata itu menghasilkan warna putih. Secara global sistem
perawanan sangat berperan untuk menyaring, mengurangi, bahkan mengeleminasi
radiasi matahari sama sekali. Awan adalah cikal-bakal terjadinya hujan. Akan tetapi,
kemampuan awan menimbulkan hujan tergantung kepada musim.
Awan merupakan massa yang dapat dilihat dari tetesan air atau kristal beku
tergantung di atmosfer di atas permukaan bumi atau permukaan planet lain. Awan
juga massa terlihat yang tertarik oleh gravitasi, seperti massa materi dalam ruang
13
yang disebut awan antar bintang dan nebula. Kondisi awan dapat pula berupa
cairan, gas, ataupun padat karena sangat dipengaruhi oleh keadaan suhu.

Gambar 1.2. Proses Pembentukan Awan

Proses pembentukan awan dibagi menjadi dua jenis, yaitu proses


pembentukan awan hangat dan proses pembentukan awan dingin. Awan hangat
adalah awan-awan yang seluruhnya tediri atas titik-titik air dan bersuhu lebih dari
0°C. Pembentukan awan-awan hangat dimulai ketika udara di troposfer paling
bawah dekat muka bumi memanas ada pagi hari. Pemanasan udara di troposfer
mendorong terbentuknya arus konveksi, yang mencampurbaurkan uap air dari
permukaan bumi dengan polusi, debu-debu dan mikroba di atmosfer. Ketika
matahari sudah cukup tinggi (sekitar pukul 9.00 hingga 10.00 pagi), mulailah
terbentuk tiang-tiang udara naik (termal) diatas wilayah-wilayah yang relative panas.
Wilayah-wilayah yang potensial untuk pembentukan termal adalah diatas hutan,
pemukiman atau perkantoran padat. Termal ini menembus lapisan troposfer paling
bawah dan mendorong udara yang telah tercampur baur tadi ke atas.
Proses kenaikan termal terbagi atas dua cara. Cara pertama, termal ini naik
sebagai tiang udara terlebih dahulu dan pecah menjadi gelombang udara panas
ketika mencapai ketinggian tertentu. Gelembung udara panas itu kemudian naik
sendiri-sendiri sambil membawa udara yang telah tercampur baur. Cara kedua,
termal tetap berbentuk tiang ketika naik bersama dengan udara yang telah
tercampur baur. Yang pasti, termal yang membawa udara tercampur baur itu akan
mengembang dan mendingin di lapisan troposfer yang lebih tinggi, di atas batas
pengembunan unggahan. Sedikit melewati batas tersebut, udara tercampur baur
14
yang dibawah tadi memiliki kelembapan relative melebihi 100% dan sejenak
kemudian uap air akan mengembun pada inti pengembunan. Hasil pengembunan
uap air pada inti akan terlihat sebagai awan dan mekanisme pembentukannya diatas
disebut mekanisme paksa.
Jika kondisi memungkinkan, awan yang dibentuk oleh mekanisme paksa tadi
dapat tumbuh lebih tinggi higga melewati batas konveksi bebas. Jika awan tumbuh
melewati batas konveksi bebas maka ia akan naik dengan sendirinya. Udara termal
akan mengikuti dan mengembun jadi awan baru tepat dibawah awan yang lama.
Karena mekanisme pembentukan awan pada saat ini diakibatkan oleh kondisi
fisisnya sendiri, maka ia disebut mekanisme aktif.
Pada saat awan telah cukup besar, awan akan menaungi termal dibawahnya
dari sinar matahari. Termal yang ternaungi akan mendingin dan kehilangan energy
geraknya sehingga kesulitan untuk memasuk uap air ke awan. Jika termal telah
cukup dingin, pasokan uap air dan aeorosol dari termal akan terhenti sama sekali.
Awan yang kehilangan pasokan uap air akan memanas karena butiran aeorosol
pada awan menyerap bahang. Awan yang memanas akan menguap kembali dan
lenyap.
Awan ada berbagai jenis, tetapi secara umum mekanisme pembentuknya
hanya ada empat. Secara umum, awan terbentuk melalui empat cara, yaitu:
1) Pemanasan muka bumi dan konveksi mandiri
2) Topografi
3) Pemusatan aliran udara/konvergensi
4) Pengangkatan karena masuknya massa udara dingin
(pengangkatan frontal)

b) Penguapan
Penguapan adalah proses perubahan molekul air yang menguap diri dari
permukaan bumi dan memasuki atmosfer sebagai uap air. Penguapan terjadi ketika
molekul air menguap dari badan kolektif air. Ini bisa terjadi pada genangan, danau,
sungai, atau hanya tetesan air. Ketika molekul air menguap, mereka mengambil
beberapa panas dari objek yang menguap. Panas ini disimpan dalam molekul air,
dan disebut sebagai panas laten. Hasilnya adalah bahwa suhu objek sedikit
diturunkan. bayangkan apa yang terjadi pada tubuh kita di hari yang panas. ketika
suhu naik, tubuh kita mulai untuk memproduksi keringat. ketika keringat menguap,
itu disertai dengan beberapa panas dari tubuh, menyebabkan tubuh kita menjadi
15
mendinginkan. Beberapa faktor penting yang mempengaruhi kecepatan penguapan
adalah suhu, jumlah uap air yang sudah di udara, dan kecepatan angin lokal.

Gambar 1.3 Proses Penguapan

5. Hujan, Salju
a) Hujan
Proses terjadinya hujan adalah gejala alam yang membentuk siklus perputaran
air di bumi. Secara sederhana, tahapan terjadinya hujan ini menggambarkan proses
perpindahan air dari samudera, laut, sungai, danau dan sumber air lainnya ke
atmosfer lalu kembali lagi menuju daratan. Indonesia sendiri memiliki 2 musim yakni
musim kemarau dan musim hujan. Hal ini dikarenakan Indonesia terletak didekat
garis khatulistiwa sehingga memiliki iklim tropis dan suhu yang tinggi sehingga
menyebabkan terjadinya banyak proses penguapan sehingga memiliki curah hujan
yang cukup tinggi.
Adapun proses terjadinya hujan sebagai berikut:
a. Panas matahari menyebabkan air di sungai, danau, dan laut menguap ke udara.
Selain bentuk air secara fisik, air yang menguap ke udara juga 6yst berasal dari
tubuh manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan dan benda-benda lain yang mengandung
air. Kemudian uap air naik terus ke atas hingga menyatu ke udara 6ystem6 uap-uap
air lainnya.
b. Suhu udara yang tinggi akibat panas matahari akan membuat uap air tersebut
mengalami proses kondensasi (pemadatan) dan menjadi embun. Embun berbentuk
titik-titik air kecil sedangkan suhu yang semakin tinggi membuat jumlah titik-titik
embun semakin banyak hingga kemudian berkumpul memadat dan membentuk
awan. Menurut kajian Neilburger tahun 1995, pada tahapan ini, tetes-tetes air
memiliki ukuran jari-jari sekitar 5-20 mm. Dalam ukuran ini tetesan air akan jatuh
dengan kecepatan 0,01-5 cm/detik sedangkan kecepatan aliran udara ke atas jauh
lebih tinggi sehingga tetes air tersebut tidak akan jatuh ke bumi. Supaya sebuah
16
tetes air dapat jatuh ke bumi dibutuhkan ukuran sebesar 1 mm karena hanya dengan
ukuran sebesar itulah tetes air dapat mengalahkan 6ystem6 udara ke atas.
c. Dengan bantuan angin, awan-awan tersebut 6yst bergerak ke tempat lain.
Pergerakan angin ini dapat membuat beberapa awan kecil menyatu dan membentuk
awan yang lebih besar lalu bergerak ke langit atau ke tempat yang memiliki suhu
lebih rendah. Semakin banyak butiran air terkumpul maka akan membuat warna
awan semakin kelabu.
d. Akibat dari jumlah titik air yang semakin berat akan membuat butiran-butiran
tersebut jatuh ke bumi dalam bentuk hujan.

Gambar 2.2 Proses Terjadinya Hujan

b) Salju
Salju terbentuk ketika partikel es kecil di awan menyatu dan membentuk kristal
es. Saat kristal es itu terbentuk, dia akan semakin membesar dengan cara menyerap
air yang ada di sekitarnya. Ketika sudah menjadi cukup berat, mereka kemudian
jatuh ke atas tanah. Kumpulan kristal es ini yang kita lihat sebagai titik-titik salju.
Salju itu sendiri terbentuk ketika suhu udara sangat rendah dan ada kelembaban di
atmosfir cukup untuk membentuk kristal es. Proses terjadinya salju yaitu terbentuk
ketika suhu atmosfir udara berada di bawah titik beku seperti 0 derajat celsius atau
32 derajat fahrenheit. Ada pula muatan minimal untuk kelembaban di udara.
Bila suhu tanah pada titik beku atau di bawahnya, salju akan mencapai tanah.
Namun, salju masih bisa mencapai tanah saat suhu tanah berada di atas titik beku
bila kondisinya tepat. Dalam kasus ini, kristal salju akan mulai meleleh ketika mereka
mencapai lapisan udara yang lebih panas. Lelehannya ini menciptakan pendinginan
yang menurunkan suhu udara segera di sekitar kristal salju yang meleleh ini. Pada
umumnya, salju tidak akan terbentuk bila temperatur tanah tidak kurang dari 5
derajat celsius (atau 41 derajat Fahrenheit). Salju bisa terjadi sekalipun suhu begitu
17
rendah, selama masih ada sumber kelembaban dan udara masih terasa dingin.
Namun hujan salju yang deras akan terjadi ketika ada udara hangat di sekitar tanah,
biasanya sekitar 9 derajat celsius (15 derajat Fahrenheit) atau lebih hangat lagi.
Karena udara yang hangat bisa mengandung lebih banyak uap air.
Karena proses terjadinya salju memerlukan kelembaban, maka area yang
sangat dingin namun sangat panas bisa menjadi sangat jarang mengalami hujan
salju. Lembah Kering Antartika, misalnya, membentuk wilayah bebas salju terluas di
benua tersebut. Lembah Kering ini cukup dingin namun memiliki angin yang sangat
kuat untuk membantu mengurangi kelembaban di udara. Akibatnya daerah ekstrim
bersuhu dingin ini tidak mengalami banyak salju.

6. Visibility, Kabut Adveksi, Kabut Radiasi


a. Visibility
Visibility dalam meteorologi adalah tingkat kejernihan (transparansi) daripada
atmosfer, sehubungan dengan penglihatan manusia yang dinyatakan dalam satuan
jarak. Dalam keadaan atmosfer yang sama, nilai visibility pada malam hari harus
sama seperti yang diperoleh pada siang hari. Pada umumnya visibility adalah
berbeda untuk setiap arah yang berlainan, visibility yang diperoleh dari pesawat
terbang berbeda dengan horizontal visibility (penglihatan mendatar) yang diamati
oleh pengamat meteorologi di dekat permukaan bumi.
visibility pada siang hari dalam meteorologi adalah jarak terjauh, dimana
sebuah benda hitam dengan ukuran yang sesuai, dapat dilihat dan dikenal terhadap
kaki langit sebagai latar belakangnya. Yang dimaksud ukuran benda yang sesuai
yaitu harus membentuk sudut pada mata pengamat baik vertikal maupun horizontal
paling kecil 0,5° dan tidak lebih besar dari 5°. visibility pada malam hari dalam
meteorologi yaitu jarak terjauh dimana benda hitam dengan ukuran yang sesuai
dapat dilihat dan dikenal, jika penerangan ditingkatkan hingga mencapai tingkat
terang seperti siang hari. Benda yang sesuai untuk menentukan visibility pada
malam hari ialah sinar biasa (tidak difokuskan), dengan intensitas sedang dan
terletak pada jarak yang telah ditentukan. aktor –faktor yang mempengaruhi visibility
antara lain Hujan, Kabut dan Mist, Spray yang tertiup angin, Minyak, Asap, Debu dan
Pasir, dan Garam.
b. Kabut Adveksi
Kabut Adveksi yaitu kabut yang terbentuk saat udara mengalir di atas ebuah
permukaan yag memiliki suhu berbeda. Udara adveksi yang hangat dapat
menghasilkan kabut jika massa udara ini bergerak di atas permukaan yang dingin.
18
Umumnya bentuk kabut ini menyerupai lapisan tipis yang memanjang karena titik
jenuh terjadi di daerah pertemuan antara udara hangat dan dingin dan letaknya
sedikit di atas permukaan tanah.
c. Kabut Radiasi
Kabut radiasi atau kabut permukaan, yaitu kabut yang dihasilkan di dekat
permukaan tanah yang bersuhu dingin. Tipe kabut ini biasanya cukup tipis dan
terbentuk di sore menjelang malam hari. Saat matahari terbit, kabut ini berangsur-
angsur hilang karena permukaan bumi mulai menyerap panas dari sinar matahari.

7. Sistem Tekanan
Udara adalah campuran berbagai gas yang mempunyai sifat meluas dan juga dapat
ditekan. Oleh karena itu tekanan udara yang terbesar adalah pada permukaan tanah.
Tekanan udara akan berkurang dengan bertambahnya ketinggian tempat (elevasi atau
ketinggian). Hal ini dapat terjadi karena kerapatan udara makin kecil dan kolom udaranya
makin pendek. Tekanan udara adalah tenaga yang bekerja untuk menggerakkan massa
udara dalam setiap satuan luas tertentu. Diukur dengan menggunakan barometer.
Satuan tekanan udara adalah milibar (mb). Garis yang menghubungkan tempat-
tempat yang sama tekanan udaranya disebut sebagai isobar. Tekanan udara dapat diukur
dengan menggunakan barometer. Toricelli pada tahun 1643 menciptakan barometer air
raksa. Karena barometer air raksa tidak mudah dibawa ke mana-mana, dapat
menggunakan barometer aneroid sebagai penggantinya. Tekanan udara diukur
berdasarkan tekanan gaya pada permukaan yang mempunyai luas tertentu, misal 1cm3.
Satuan luas yang digunakan dalam pengukuran tekanan udara adalah atmosfer (atm),
milimeter kolom air raksa (mm Hg) atau milibar (mbar). Tekanan udara dasar (tekanan
udara normal) adalah setara dengan tekanan kolom udara setinggi lapisan atmosfer bumi
pada garis lintang 45 derajat dan suhu 0 derajat.
Besarnya tekanan udara pada kondisi ini dinyatakan sebesar 1 atmosfer (1 atm).
Tekanan udara sebesar 1 atm, ini setara dengan tekanan yang ditimbulkan oleh kolom
raksa setinggi 760 mm. Satuan tekanan udara lain adalah km/m2, lb/inchi2 sering
disingkat psi (pound per square inchi). Konversi tekanan udara antar satuan 1 atm = 760
mmHg = 14,7 psi = 1.013 mbar. Tekanan udara pada umumnya turus sebesar 11 mbar
untuk tiap pertambahan tinggi 100 meter. Tekanan udara dipengaruhi oleh suhu.
Dikarenakan fluktuasi suhu di daerah tropis kecil, maka fluktuasi tekanan udara di daerah
tropis juga relatif kecil (konstan). Tekanan udara yang tidak berfluktuasi besar ini
menyebabkan kecepatan angin di kawasan dekat garis ekuator seperti halnya Indonesia
pada umumnya relatif lemah. Tekanan udara akan berbanding terbalik dengan ketinggian
19
suatu tempat sehingga semakin tinggi tempat dari permukaan laut semakin rendah
tekanan udarannya. Kondisi ini karena makin tinggi tempat akan makin berkurang udara
yang menekannya. Satuan hitung tekanan udara adalah milibar, sedangkan garis pada
peta yang menghubungkan tempat-tempat dengan tekanan udara yang sama disebut
isobar.
Ketinggian suatu tempat dari permukaan laut juga dapat diukur dengan
menggunakan barometer. Kenaikan 10 m suatu tempat akan menurunkan permukaan air
raksa dalam tabung sebesar 1 mm. Dalam satuan milibar (mb), setiap kenaikan 8 m pada
lapisan atmosfer bawah, tekanan udara turun 1 mb, sedangkan pada atmosfer atas
dengan kenaikan > 8 m tekanan udara akan turun 1 mb. Barometer aneroid sebagai alat
pengukur ketinggian tempat dinamakan juga altimeter yang biasa digunakan untuk
mengukur ketinggian kapal udara yang sedang terbang. Tekanan udara antara satu
tempat dengan tempat lain berbeda-beda. Perbedaan ini disebabkan oleh beberapa faktor
sebagai berikut:
20

LEMBAR PERTANYAAN

Jawablah pertanyaan di bawah ini !

1. Apa yang kamu ketahui tentang Atmosfer?

2. Apa yang kamu ketahui tentang Hujan?

3. Apa yang kamu ketahui tentang Visibility?


21

PROGRAM PEMBELAJARAN

1. Bab II : Angin

2. Sasaran Pelajaran : Selesai menerima pelajaran ini para siswa diharapkan


dapat memahami dan menjelaskan tentang:
a. Angin Geostropik, Angin Anabatik dan Katabatik.
b. Peralatan dan Sensor Suhu, Tekanan, Arah serta Kecepatan Angin.

3. Waktu Pembelajaran : Selesai pelajaran ini para siswa diharapkan dapat:


a. Lecture : 1 JP
b. Tutorial : 1 JP
c. Practical : 2 JP
d. Self Guide : 1 JP

4. Tempat Pelajaran : Kelas

5. Penugasan Siswa :
a. Mempelajari Bab II ini dengan sebaik-baiknya.
b. Sebagai latihan agar lembar pertanyaan-pertanyaan dapat dijawab.
c. Selanjutnya jawaban tersebut dikumpulkan/diserahkan kepada instruktur.
22

BAB II
ANGIN

1. Angin Geostropik, Angin Anabatik dan Katabatik


a. Angin Geostropik
Angin geostropik merupakan salah satu bagian dalam sistem sirkulasi atmosfer
di bumi. Terbentuk sebagai hasil dari keseimbangan gaya yang bekerja padanya.
Dalam sistem sirkulasi global terdapat tiga sel utama yang terbentuk karena
perbedaan tekanan. Perbedaan tekanan tersebut menyebabkan terjadinya aliran
angin dari tekanan tinggi ke tekanan rendah. Ketika aliran angin tersebut mendapat
gaya lain sehingga arahnya berbelok menjadi sejajar garis isobar terbentuklah angin
geostropik. Isobar sendiri adalah garis-garis yang menghubungkan tempat yang
memiliki tekanan yang sama.

Gambar 2.1 Angin Geostropik dan Gaya-Gaya yang bekerja

Geostropik berasal dari kata geostrophic. Geo berarti bumi dan strophic yang
berarti berputar yang mengacu pada gaya coriolis dalam konteks rotasi bumi. Seperti
terlihat pada Gambar 2.1 di atas, garis biru ke kanan adalah aliran angin geostropik.
Pada awalnya angin berhembus tegak lurus dari daerah tekanan tinggi ke daerah
tekanan rendah. Pada titik ini gaya gradien tekanan lebih dominan sehingga angin
terlihat memotong garis isobar. Selanjutnya adanya gaya coriolis yang berlawanan
dengan gaya gradien tekanan menyebabkan arah angin mulai condong ke kanan.
Ilustrasi angin geostropik pada Gambar 2.1 di atas merupakan kondisi untuk sirkulasi
atmosfer pada bumi belahan utara (BBU). Pada bumi belahan selatan (BBS) adalah
kebalikannya di mana angin geostropik akan bergerak ke kiri dari garis isobar.
23
Pada saat gaya gradien tekanan setimbang dengan gaya coriolis maka
resultan yang terbentuk adalah vektor angin yang tegak lurus terhadap kedua gaya
tersebut. Hasilnya adalah angin geostropik yang mengalir sejajar garis isobar
tersebut. Jika aliran angin geostopis berada dekat permukaan bumi maka ada gaya
friksi yang masih mempengaruhi arah alirannya. Pada ketinggian di atas 2 kilometer
friksi dapat diabaikan sehingga yang berperan hanya gradien tekanan dan gaya
coriolis saja.

b. Angin Anabatik
Pada siang hari, lereng gunung mendapatkan panas secara cepat akibat
radiasi yang direima lebih besar. Di dataran rendah udara menjadi lebih dingin
dibandingkan udara di atas lereng gunung. Karena itu udara lereng gunung menjadi
labil dan cenderung menaiki lereng. Disebuut juga angin anabatik (anabatic flows).

Gambar 2.2 Angin Katabatik

c. Angin Katabatik
Pada malam hari, daratan tinggi (puncak gunung / di atas lereng gunung)
menjadi dingin secara cepat akibat kehilangan radiasi. Oleh sebab itu, di puncak
gunung bertekanan lebih tinggi dibandingkan dengan di lembah. Udara yang lebih
dingin memiliki densitas (kerapatan udara) yang lebih besar kemudian akan
mengalirkan udara ke lembah. Disebut juga angin Katabatik (catabatic flows).
24

Gambar 2.3 Angin Katabatik

2. Alat ukur Suhu, Tekanan, dan Angin


a. Alat Ukur Suhu
Alat ukur suhu adalah termometer. Termometer menggunakan sifat
termometrik suatu zat, yaitu perubahan sifat-sifat zat karena perubahan suhu zat
tersebut. Termometer pada awalnya ditemukan oleh Galileo Galilei (1564-1642).
Termometer ini dinamakan dengan termometer udara. Termometer udara tersusun
atas sebuah boa kaca yang sudah lengkap dengna sebatang pipa kaca panjang.
Selanjutnya pipa tersebut dicelupkan ke dalam cairan berwarna. Ketika bola kaca
dipanaskan, maka udar didalam pipa akan mengembang menjadikan sebagian
udara keluar dari pipa. Tetapi, ketika bola didinginkan udara yang ada dalam pipa
akan menyusut menjadikan sebagian air naik ke dalam pipa. Termometer udara
sangat peka terhadap perubahan suatu suhu sehingga suhu udara ketika itu dapat
segera diketahui. Meskipun peka terhadap perubahan suhu, tetapi termometer ini
harus dikoreksi setiap terjadi perubahan tekanan udara.
Termometer yang sering digunakan saat ini adalah termometer raksa. Dapat
disebut dengan termometer raksa karena terdapat air raksa didalam termometer
tersebut. Fungsi air raksa adalah sebagai penunjuk suhu. Raksa akan mengembang
apabila termometer menyentuh benda yang lebih dari raksa. Raksa memiliki
beberapa keunggulan, diantaranya:
a. Peka terhadap perubahan suhu. Suhu air raksa akan sama dengan suhu
benda yang hendak diukur.
b. Tidak membuat basah dinding kaca menjadikan pengukuran bisa menjadi
lebih teliti
25
c. Dapat dipakai untuk mengukur suhu rendah (-40 °C) sampai suhu tinggi
(360 °C). Hal ini dikarenakan titik beku raksa mencapai -40 °C dan titik didihnya
mencapai 360 °C.
d. Mengembang dan memuai dengan teratur
e. Mengkilap layaknya perak menjadikan lebih mudah terlihat

Selain air raksa, alkohol juga dapat digunakan untuk mengisi termometer,
dengan kelebihan yakni dapat mengukur suhu yang sangat rendah (mencapai -130
°C) karena titik beku alkohol yang lebih rendah jika dibanding raksa, tetapi
termometer alkohol tidak dapat digunakan untuk mengukur air mendidih karena titik
didih alkohol hanya 78 °C.

Termometer Bola Kering

Termometer Bola Basah

Termometer Maksimum

Termometer Minimum

Gambar 2.1Sangkar meteorologi dan Termometer

b. Alat Ukur Tekanan


Barometer berasal dari kata baros dan metron yang diambil dari bahasa
Yunani. Arti dari kata baros yaitu berat atau bobot, sedangkan arti kata metron
adalah ukuran. Sehingga dapat disimpulkan bahwa barometer adalah alat pengukur
berat udara. Pada alat ini dalah pengukurannya digunakan satuan milibar (mb) atau
sama dengan hekto Pascal (hPa). Terdapat dua jenis barometer, yaitu barometer
raksa dan barometer aneroid. Keduanya mempunyai fungsi yang sama. Pada
penggunaannya, barometer bukan sebagai alat ukur meteorologi yang dapat
merekam/recording data tekanan di suatu tempat. Dalam penggunaannya,
pengamat harus melihat alat tersebut pada waktu tertentu untuk mendapatkan data
tekanan udara suatu tempat. Kedua barometer ini sangat dipengaruhi oleh
26
ketinggian alat ini diletakkan. Karena semakin tinggi suatu tempat maka tekanan
udara akan semakin berkurang.
Pada barometer air raksa terdapat tabung kaca lurus yang disegel pada salah
satu ujungnya. Ujung tabung yang terbuka diletakkan tegak dalam semacam piring
yang dikenal dengan reservoir yang diisi dengan air raksa. Barometer air raksa
mengukur tekanan udara dengan menyeimbangkan berat merkuri dengan berat
udara disekitarnya. Pada saat level air raksa dalam tabung naik pada saat berat
merkuri lebih kecil dibandingkan dengan tekanan atmosfer disekitarnya. Sebaliknya
jika air raksa memiliki berat lebih besar dari tekanan atmosfer, maka level air raksa
dalam tabung akan turun.
Barometer aneroid merupakan alat digital yang mengukur tekanan atmosfer
dengan muatan listrik. Komponen dalam barometer aneroid terdiri atas cakram atau
kapsul yang terbuat dari lembaran tipis logam. Pada logam tersebut memiliki dua
strip logam pada kedua sisi interiornya. Strip logam inilah yang dihubungkan dengan
arus listrik. Ketika logam memuai atau menciut, jarak antara dua strip logam dan
waktu kontak dengan arus listrik juga akan bervariasi. Saat itu barometer mengukur
panjang muatan listrik dan mengkonversinya menjadi pembacaan tekanan udara.

Gambar 2.2 Barometer

c. Alat Ukur Angin


Besarnya kecepatan angin bisa diukur dengan sebuah alat yang disebut
dengan anemometer. Anemometer sendiri ditemukan oleh Leon Battista Alberti.
Hasil pengumpulan data pengukuran di sebut dengan anemogram. Serta alat untuk
mengetahui arah angin disebut dengan Wind Vane, dan alat untuk mengetahui arah
angin dan memperkirakan besar nya kecepatan angin, yang biasanya banyak
ditemukan di bandara-bandara disebut dengan Windsock.
27

Cup Anemometer

Wind Vane

Gambar 2.3 Anemometer

Angin divisualisasi dalam bentuk simbol batang angin. Arah batang


menunjukkan arah datangnya angin. Batang pendek/panjang menandakan
kecepatan angin. Kecepatan angina dinyatakan dlam satuan km/Jam atau knot.
Dimana 1 knot = 1 mile laut = 0.51 m/second.

Gambar 2.4 Simbol Kecepatan Angin


28

Tabel 2.1 Keterangan Simbol Kecepatan Angin

No. Kecepatan Deskripsi Indicator di darat


angin (knot)
0 0 Calm (tenang) Asap naik vertical
1 1-2 Light air (udara Arah angin ditunjukan oleh arah hanyut
ringan) asap tetapi wind vane belum bergerak
2 3-7 Light breeze (sepoi Angin terasa di wajah, daun-daun
lemah) gemerisik, wind vane mulai bergerak.
3 8-12 Gentle breeze Daun dan ranting kecil tetap bergerak,
(sepoi lembut) angin membentangkan bendera
kecil/ringan
4 13-17 Moderate breeze Debu dan kertas naik ke atas, cabang
(sepoi sedang) kecil bergerak
5 18-22 Fresh breeze ( sepoi Pohon kecil mulai bergoyang, timbal
segar) bentuk gelombang pada perairan dalam
6 23-27 Strong Breeze Cabang besar bergerak, kawat telepon
(sepoi kuat) berdesingan, sulit memakai payung.
7 28-32 Near gale (Angin Seluruh pohon bergerak, tidak mudah
rebut lemah) berjalan melewati angin.
8 33-37 Gale (angin rebut) Ranting pohon patah, menghalangi gerak
maju.
9 38-42 Strong gale ( angin Kerusakan ringan pada bangunan.
rebut kuat )
10 43- 47 Storm (badai) Jarang terjadi di pedalaman, kerusakan
agak besar pada bangunan
11 48-63 Violent storm ( badai Sangat jarang terjadi, kerusakan pada
amuk ) wilayah luas.
12 >63 Hurricane (Topan) Semua yang dilewati hancur, udara
penuh gelombang, laut putih dengan
jarak pandang amat terbatas.

LEMBAR PERTANYAAN
29

Jawablah pertanyaan di bawah ini !

1. Jelaskan secara singkat tentang Angin Geostropik?


2. Apa yang kamu ketahui tentang Barometer?
3. Apa yang kamu ketahui tentang alat pengukur angin?

PROGRAM PEMBELAJARAN
30

1. Bab III : Prakiraan Cuaca

2. Sasaran Pengajaran : Selesai mempelajari topik ini diharapkan para


siswa agar dapat memahami dasar-dasar membuat Prakiraan Cuaca.
a. Peta Sinoptik.
b. Prakiraan Cuaca

3. Waktu Pembahasan :
a. Lecture : 1 JP
b. Tutorial : 1 JP
c. Practical : 2 JP
d. Selg Guide : 1 JP

4. Tempat Pengajaran : Kelas

5. Penugasan Siswa :
a. Mempelajari Bab III ini dengan sebaik-baiknya.
b. Sebagai latihan agar lembar pertanyaan-pertanyaan dapat dijawab.
c. Selanjutnya jawaban tersebut dikumpulkan/diserahkan kepada instruktur.

BAB III
31
PRAKIRAAN CUACA

1. Peta Sinoptik
Secara sederhana artinya adalah peta cuaca. Peta sinoptik berisikan simbol-simbol
cuaca yang menggambarkan keadaan atmosfer pada daerah yang bersangkutan. Simbol
tersebut mewakili keadaan angin, tekanan, suhu dan lain sebagainya yang berkaitan
dengan unsur cuaca. Berdasarkan World Meteorological Organization (WMO) peta
sinoptik dapat memuat lebih dari 20 simbol di dalamnya, seperti pada gambar dibawah ini.

Gambar 3.1 Simbol Meteorologi Peta Sinoptik

Simbol meteorologi terbagi menjadi 2 jenis yaitu surface station model (stasiun
permukaan) dan upper air model (udara atas). Berikut ini model dan penjelasan stasiun
permukaan yang sudah disederhanakan:

Gambar 3.2 Surface station model


32
a. Tutupan awan, Menunjukkan berapa bagian langit yang tertutup awan. Pada
gambar di atas tutupan awan adalah 6/8. Berikut keterangan selengkapanya
mengenai simbol tutupan awan. Biasanya pecahan yang digunakan adalah per 8.
b. Tekanan udara, Angka ini menunjukkan simbol tekanan udara di atas daerah
tersebut. Pada gambar diatas tekanan udara adalah 979, 8 mb. Cara membaca kode
tekanan udara adalah sebagai berikut:
 jika angka dimulai dengan angka kecil (0,1,2,3,4,5,6) maka tambahkan
angka 10 di depan angka simbol, lalu tambahkan koma di depan digit terakhir,
Misal pada simbol tertulis 124, berarti tekanan udara adalah 1012,4 mb.
 jika angka dimulai dengan huruf besar (7,8,9) maka tambahkan angka 9 di
depan angka simbol tadi, lalu tambahkan koma di depan digit terakhir. Misalkan
seperti simbol diatas 798, berarti tekanan udara adalah 979,8 mb.
c. Temperatur udara, Pada simbol ini menujukkan temperatur udara adalah 20
derajat C. Kalau angkanya tinggi sekali misal 50 bisa jadi satuan yang digunakan
adalah Farenheit. Jadi harus hati-hati membacanya.
d. Visibilitas, Simbol ini menunjukkan jarak pandang normal mata manusia. Pada
gambar diatas menunjukkan 20 m.
e. Keadaan cuaca saat ini, Simbol ini menunjukkan keadaan cuaca terkini. Pada
gambar di atas menunjukkan keadaan cuaca moderat
f. Titik Embun, Simbol ini menunjukkan temperatur titik embun. Pada simbol
diatas menunjukkan 14 derajat C. Cermati simbol angkanya bisa jadi dalam
Farenheit.
g. Angin, Arah batang menunjukkan arah datangnya angin. Batang
pendek/panjang menandakan kecepatan angin. Pada gambar diatas arah angin dari
tenggara dan kecepatannya adalah 15 knot. Cara membaca kecepatan angin dapat
dilihat pada simbol dibawah ini. (Batang kecil = 5 knots, Batang panjang = 10 knot,
dan Bendera = 50 knot).

Gambar 3.3 Simbol Angin


33
2. Prakiraan Cuaca
Prakiraan cuaca adalah informasi untuk mengetahui apa yang akan dihadapi selama
pelayaran, mulai dari kondisi angin, tinggi gelombang, posisi eddy, posisi tekanan rendah,
posisi Intertropical Convergence Zone dan potensi kemunculan badai tropis, yang dapat
muncul kapan saja di seluruh perairan Indonesia. Pembuatan berita cuaca yang akurat
sangat dibutuhkan di wilayah laut Indonesia yang sangat luas, yang dapat digunakan
sebagai sarana transportasi terutama untuk mendukung KRI yang sedang melaksanakan
operasi.
Ketentuan teknis serta prosedur yang dilaksanakan dalam pembuatan berita cuaca
meteorologi harus senantiasa diperbarui sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi, sehingga data yang disajikan memiliki akurasi dan diakui baik secara
nasional maupun internasional. Berita cuaca Indonesia, dibuat untuk menganalisa kondisi
cuaca di perairan Indonesia. Data berita cuaca Indonesia didapatkan dari BMKG (Badan
Meteorologi Klomatologi dan Geofisika) yang diperbarui setiap hari, data berita cuaca
Indonesia tersebut masih dalam format gambar streamline (garis arah angin) dan diolah
kedalam telegram cuaca Angkatan Laut, serta cuaca harian Jakarta. Pushidrosal
mengirimkan berita cuaca harian dalam tiga bentuk laporan yaitu :
a. Format laporan gambar streamline dishiros (1 (satu) lembar A3),
b. Laporan telegram analisa streamline (4(empat) lembar A4), dan
c. Cuaca harian Jakarta (1 (satu) lembar A4).

Tiap-tiap laporan disimpan dalam tiga folder yang berbeda. Dalam satu folder
induk Cuaca Meteo, dan 3 (tiga) sub folder berikut :
a. Folder Arsip Streamline Dishidros
b. Folder Cuaca Telegram Rutin
c. Folder Cuaca Teluk Jakarta Rutin
d. Sedangkan untuk file gambar streamline BMKG dari unduhan situsnya, di
simpan dalam folder Arsip Streamline BMKG

Untuk mendapatkan data gambar streamline adalah sebagai berikut :


a. Buka situs BMKG (http://meteo.bmkg.go.id/prakiraan/streamline)
Gambar yang didapatkan adalah gambar seperti ini,
34

Gambar 3.4. Data Streamline BMKG

b. Download gambar streamline terbaru dari situs meteo bmkg,


ke dalam folder D:/DATA@2012/ Cuaca Meteo/ Arsip Streamline BMKG/ tahun/
bulan/ simpan dengan nama file streamline_<BB><TG><TH>
c. Buat File pelaporan streamline hidros yang baru,
ke dalam folder D:/ DATA@2012/ Cuaca Meteo/ Arsip Streamline Dishidros/
tahun/ bulan/ simpan dengan nama file streamline_<BB><TG><TH>

Gambar 3.5. Prakiraan Cuaca Perairan Indonesia

Format pelaporan terdiri dari


Judul <Tanggal pembuatan>, TW. <Tanggal Pembuatan>
35
File gambar streamline BMKG tanggal 08 Juni 2012, disimpan dengan judul
Prakiraan Cuaca Perairan Indonesia 09 Juni 2012 – 10 Juni 2012
Dengan TW. 0609.0700 – 0610.0700
File tersebut disimpan dalam streamline hidros yang baru bernama
streamline_060912
d. File Streamline hidros kemudian di analisa sesuai garis angin yang ada saat itu.

Gambar 3.6. Analisa Cuaca Perairan Indonesia

Ada beberapa analisa yang dilaporkan dalam sebuah berita cuaca, Garis shear
(shearline), ITCZ, Garis Konvergensi, Sumbu Doldrum, Daerah hujan, Daerah badai
Guntur, posisi badai tropis (TD/Tropical Cyclone), Posisi tekanan rendah (L/Low),
posisi tekanan tinggi (H/High), dan liputan awan Indonesia. Adapun penjelasan dari
ketujuh tipe analisa diatas adalah sebagai berikut :
1) Analisa Berita Cuaca, diklasifikasikan kedalam simbol-simbol dibawah ini,
yang merepresentasikan ketujuh analisa berita cuaca Indonesia. Untuk
menganalisa berita cuaca, sering terjadi perbedaan persepsi oleh setiap
personel penganalisa berita. Diakhir buku panduan ini terdapat sketsa
mengenai bagaimana peletakan atau penarikan garis analisa dibawah ini
kedalam sebuah berita cuaca, untuk meminimalisir perbedaan persepsi yang
mungkin terjadi.
36

Gambar 3.7 Keterangan Gambar Berita Cuaca

2) Dengan melakukan penarikan garis sesuai pada keterangan gambar 4


tersebut, daerah yang dilewati oleh garis diperkirakan mengalami fenomena-
fenomena cuaca yang telah di sebutkan diatas. Selanjutnya KRI yang sedang
berlayar mendekati garis tersebut, diharapkan akan mengambil langkah-
langkah pencegahan seandainya daerah yang akan dilewati akan mendekati
daerah badai tropis, ataupun daerah badai guntur.
3) Jika KRI melintasi garis shear, biasanya akan mengalami perubahan
kecepatan angin (dua zona kecepatan angin), sesuai dengan batas garis yang
sudah dinyatakan dalam berita cuaca. Perubahan kecepatan angin itu dapat
lebih tinggi, ataupun lebih rendah dari wilayah sebelumnya, namun jika berlayar
menyusuri dan tidak melintasi garis shear, maka hanya akan mengalami satu
zona kecepatan angin saja.
4) Jika terdapat fenomena ITCZ di daerah pelayaran, fenomena cuaca yang
akan dihadapi tidak setenang daerah yang mengalaminya. Di daerah ITCZ
merupakan pertemuan dua arah angin, yang disertai dengan cuaca buruk. Jika
terdapat garis konvergensi ataupun sumbu doldrum, fenomena cuaca yang
menyertai juga cuaca buruk dan cenderung berawan. Pengamatan disetiap
daerah yang sudah disebutkan diatas, harus dikonfirmasi dengan prakiraan
tinggi gelombang.
37
LEMBAR PERTANYAAN

Jawablah pertanyaan di bawah ini !

1. Jelaskan secara singkat tentang Peta Sinoptik?


2. Apa yang kamu ketahui tentang Prakiraan Cuaca?
3. Apa yang kamu ketahui tentang analisa berita cuaca?
38
LEMBAR LATIHAN PESERTA DIDIK

NO TUGAS PERAN PESERTA DIDIK TEMPAT


1 2 3 4
Mampu menjelasakan a. Peserta didik dapat Kelas
menguraikan dan memahami pengertian
menerangkan serta pengukuran cuaca
mengerjakan segala
1
permasalahan yang b. Peserta didik dapat
berhubungan tentang menjelaskan mengenai
Pengukuran Cuaca pengukuran cuaca

Mampu menjelaskan a. Peserta didik dapat Kelas


menguraikan dan memahami pengertian angin.
2 menerangkan tentang
Angin b. Peserta didik dapat
menjelaskan mengenai angin
Mampu menjelaskan a. Peserta didik dapat Kelas
menguraikan dan memahami pengertian
menerangkan tentang prakiraan cuaca
3 Prakiraan Cuaca
b. Peserta didik dapat
menjelaskan mengenai
prakiraan cuaca
39

LEMBAR PENYUSUN

PAKET INSTRUKSI : METEOROLOGI


UNTUK : DIKSPESPA HIDROS
DISUSUN OLEH : LETKOL LAUT (KH) K. I FATONI, S.T., M.Si.,
M.Tr Opsla NRP 15694/P
NPWP : 09.567.434.7-042.000
ALAMAT : Metland Cileungsi Blok DC. 1/9 Rt. 003 Rw. 008
Kel. Cipenjo Kec. Cileungsi Kab. Bogor
PENGETIK : PHL ERLINDA

Anda mungkin juga menyukai