Anda di halaman 1dari 17

SINKHOLE

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Kesehatan dan Penanggulangan Bencana
yang dibina oleh Metri Dian Insani, S.Si., M.Pd.
dan Ibu Novida Pratiwi, S.Si., M.Sc.

Oleh
Nining Tin Wayuni
140251604247
Rossa Yunike Rizki Putri 140351601916
Wuni Nila Cahyani
140351604689

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PRODI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
Oktober 2016

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Geografi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari
persamaan

dan

pendekatan

perbedaan

kelingkungan

geosfer

dan

dengan

kewilayahan

menggunakan
dalam

kontek

keruangan. Ilmu geografi memiliki ciri khas tersendiri yaitu


menggambarkan tentang segala sesuatu aktivitas alam maupun
manusia yang saling berhubungan satu sama lainnya. Dalam
ilmu grografi ada yang disebut dengan paham determinisme dan
posibilisme. Paham determinis adalah paham yang menganggap
bahwa manusia dipengaruhi penuh oleh kondisi alam sehingga
segala

aktivitas

manusia

ditentukan

oleh

kondisi

alam.

Sedangkan paham posibilis adalah paham dimana manusia


adalah makhluk yang berakal. Dengan kemampuan akalnya itu
manusia mampu merespon apa yang diberikan oleh alam. Pada
faham ini juga disebutkan bahwa alam tidak selamanya mampu
mendikte setiap kehidupan dan aktivitas manusia, namun alam
memberikan

berbagai

alternatif

(pilihan)

dan

manusia

menanggapi setiap pilihan yang diberikan oleh alam tersebut.


Dalam berkehidupan, manusia memang tidak akan pernah
lepas oleh pengaruh alam. Alam akan mempengaruhi aktivitas
manusia sehari-hari baik yang bersifat negatif maupun posotif.
Berifat positif ketika alam membeikan andil atau keuntungan
bagi manusia seperti hasil alam yang melimpah sehingga dapat
membantu
berubah

kesejahteraannya,
menjadi

kemudian

merugikan

saat

alam

alam

juga

dapat

mengeluarkan

kekuatannya dengan bencana-bencana yang ditimbulkan dan


manusia tidak bisa berbuat apa-apa, manusia hanya mampu
menghindar dan meniminimalisir kerugian yang ditimbulkan.
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan
masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau

faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan


timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian
harta benda, dan dampak psikologis. Efek yang ditimbulkan dari
bencana

alam

maupun

non

alam

bersifat

merusak

dan

merugikan apapun yang ada di sekitarnya. Banyak sekali jenisjenis bencana alam yang ada di dunia ini, salah satunya adalah
lubang besar (sinkhole). Sinkhole adalah lubang yang terjadi
secara tiba-tiba akibat amblasnya permukaan tanah.
Amblasnya

permukaan

tanah

yang

tiba-tiba

mengakibatkan kerusakan dan kerugian dalam berbagai hal,


terutama korban jiwa. Hal ini yang melatarbelakangi penulis
untuk mengangkat judul makalah Tahapan Dan Pengeloaan
Bencana pada Pasca Terjadinya Lubang Besar (Sinkhole).
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini adalah:
a. Apa pengertian dari lubang besar atau sinkhole?
b. Bagaimana proses terjadinya lubang besar atau sinkhole?
c. Bagaimana pelayanan medik dan kesehatan pada saat
terjadi bencana lubang besar (sinkhole) ?
d. Tahapan dan pengelolaan bencana pada pasca terjadinya
lubang besar (sinkhole)?
e. Apa saja dampak adanya lubang besar atau sinkhole?
1.3. Tujuan Penulisan
Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui:
a. Mendeskripsikan

pengertian

dari

lubang

besar

atau

sinkhole
b. Mendeskripsikan proses terjadinya lubang besar atau
sinkhole
c. Mendeskripsikan tahapan dan pengelolaan bencana pada
pasca terjadinya lubang besar (sinkhole)

d. Mendeskripsikan dampak adanya lubang besar atau


sinkhole

BAB II
ISI
2.1 Pengertian Lubang Besar (Sinkhole)
Sinkhole adalah lubang yang terjadi secara tiba-tiba akibat
amblasnya
permukaan tanah. Lubang runtuhan atau sinkhole adalah depresi
alami
lubang

atau
dalam

topografi

hilangnya

permukaan

yang

lapisan

muncul

akibat
tanah

atau bantalan batuan, atau keduanya yang umumnya terjadi


akibat

aliran

air

di

bawah tanah. Lubang runtuhan memiliki ukuran yang bervariasi


dari

kurang

dari satu meter sampai ratusan meter dalam diameter dan


kedalamannya,

dan

juga tidak bergantung dari jenis lapisan tanah dan bantalan

batuan

di

atasnya.

Pembentukan lubang runtuhan ini dapat terjadi berangsurangsur


atau

secara

mendadak, berbedabeda, ditemukan di berbagai tempat di


dunia.
Sinkhole kebanyakan terjadi pada daerah yang berada di
atas permukaan batu kapur yang bisa menampung banyak air di
aquifer,

yaitu

lapisan

tempat

air

dapat mengalir di bawah tanah. Seiring dengan air tanah yang


secara

perlahan

mengalir melalui batu kapur, air itu akan membentuk lanskap


yang

disebut

karst. Pada akhirnya akan terbentuk sebuah gua, mata air, dan
sejumlah
lubang amblasan lainnya. Air di aquifer juga bisa memberi
tekanan

pada

batu

kapur dan membantu menstabilkan lapisan permukaan tanah.


Bisanya

berupa

tanah liat, endapan lumpur, dan pasir

Sinkhole bisa juga dipicu oleh beban berlebih yang sering


disebabkan hujan deras atau banjir. Saat air keluar dari rongga
batu

kapur,

tekanan

yang

menopang material di permukaan tanah juga hilang. Karenanya,


lapisan

atas

bisa tiba-tiba amblas. Sinkhole juga terbentuk dari aktivitas


manusia, seperti runtuhnya tambang yang ditinggalkan hal ini
jarang / langka tapi masih sesekali terjadi. Umumnya, sinkhole
terjadi di daerah perkotaan akibat kerusakan pada saluran air

utama atau runtuhnya saluran pembuangan ketika pipa-pipa tua


telah rusak. Dapat juga terjadi karena over pumping dan
ekstraksi air tanah dan fluida bawah tanah.
Sinkhole juga dapat terbentuk ketika pola drainase alam
berubah dan system pengalihan air yang baru dikembangkan.
Beberapa sinkhole terbentuk ketika permukaan tanah berubah,
seperti

ketika

kolam

industri

dan

penyimpanan

limpasan air diciptakan, berat substansial dari materi baru dapat


memicu

runtuhnya materi pendukung tanah, sehingga menyebabkan


sebuah sinkhole.
2.2 Proses Terjadinya Lubang Besar (Sinkhole)
Fenomena sinkhole, terjadi pada batu gamping, limestone,
atau

masyarakat

mengenal batu gamping ini sebagai batu kapur. Keterbentukan


batuan

ini

melalui proses kimia dan biogenik. Mineral yang dominan


pembentuk

batuan

ini

adalah CaCO3, Calcium Carbonat. Batu gamping terbentuk pada


umumnya pada daerah pantai, laut dangkal, dalam hal ini CaCO3
terakumulasi dalam bentuk padat, itulah yang disebut batu
gamping atau batu kapur.

Reaksi

terbentuk

Calcium

Carbonate,

CaCO3,

(dalam

Samboggs,2006)

H2O + CO2 + CaCO3 <> Ca+ + 2 HCO3 reaksi tersebut


merupakan

reaksi

kesetimbangan

bolakbalik,

tersebut

akan

reaksi

terganggu

kesetimbangan,
oleh

hilangnya

karbondioksida (CO2), konsentrasi ion hydrogen berkurang dan


pH

akan

bertambah.

Reaksi

kearah

kiri

menyebabkan

terendapkannya
CaCO3, atau batu gamping (Samboggs, 2006). Selain itu,
aktivitas organik pun mempengaruhi dalam pengendapan batu
kapur ini, Cangkangcangkang Foraminifera atau dikenal sebagai
kerang terbentuk dari CaCo3. Singkatnya, ketika organik yang
memiliki CaCO3 ini mati akan berpengaruh dalam pembentukan
batu kapur. Penyebab utama terjadinya sinkhole adalah larutnya
batuan sekitar karena pengaruh air dan terbentuk gua di bawah
permukaan tanah seperti gambar di bawah ini
Stadia 1: Pada awalnya ada sebuah retakan kecil karena
sesar dan kekar kemudian membentuk lubang akibat masuknya
7

air. Daerah ini biasanya terjadi pada daerah yg tersusun oleh


batu gamping. Batu gamping ini relatif mudah terlarutkan
ketimbang batupasir (batuan yang terssun oleh pasir, biasanya
mineral kuarsa). Stadia 2: Karena adanya aliran bawah tanah,
maka akan muncul rongga karena bagian bawah terjadi erosi
oleh aliran sungai bawah tanah. Stadia 3-4-5-6: Proses ini
berlangsung terus menerus dengan kikisan serta jatuhan dari
batuan diatasnya. Hingga akhirnya bolongan ini membentuk
ruang cukup lebar dan jembatan dibagian atas tidak kuat
menahan dan
Stadia 7: Lubang ini tidak seluruhnya memenuhi hingga
dasar terbawah, karena volume yang mengisi batuan atas tidak
seluruhnya hilang. Kedalaman lubang bisa mulai hanya beberapa
meter hingga berukuran besar sedalam 100 meter seperti yang

di Guatemala itu. Stadia 8: Proses pengendapan diatas cekungan


ini akhirnya menutup Lubang yang seringkali tidak disadari oleh
penghuni diatasnya. Proses siklus ini berjalan ribuan tahun yang
dalam skala geologi yang sering dalam juta tahun bisa saja
hanya disebut proses yang sekejap. Tetapi walaupun telah terjadi
hanya seribu tahun yang lalu, barangkali kita tidak memiliki
rekaman itu, dan kita hanya menggunakan tanah diatasnya itu
seolah-olah dahulu tidak terjadi apa-apa.

2.3 Pelayanan medik dan kesehatan pada saat terjadi


bencana Lubang Besar (Sinkhole)
Tujuan pelayanan medik dan kesehatan pada kejadian
bencana adalah memberikan hasil terbaik untuk sebanyakbanyaknya korban. Ini mungkin melibatkan pembalikan prosedur
normal atau prioritas. Penilaian dan mobilisasi sumber daya
mungkin mendahului pengobatan kasus individual. Perencanaan
untuk bencana didasarkan atas konsep 4 fase yaitu: pencegahan,
kesiapsiagaan, tanggap reaksi (response) dan pemulihan
(recovery).
A. Pencegahan
Upaya meringankan (mitigasi) dari efek bencana mungkin
melibatkan kisaran strategi kedokteran dan kesehatan
pencegahan, termasuk imunisasi untuk penyakit menular,
perbaikan sanitasi, higiene personal, bahaya pembuangan
limbah, kontrol vector dan cacing, kontrol imigrasi dan bea cukai,
pendidikan dan peringatan dini masyarakat
B. Kesiapsiagaan
Sumber daya manusia dan perbekalan yang diperlukan
segera dimobilisasi dan disebar. Sumber daya medik terutama
melibatkan persiapan dan penyebarannya. Pendekatan all
hazards diterima dan digunakan sebagai konsep dasar untuk
melakukan tanggap reaksi dan pemulihan dari bencana.
Kerangka yang berdasar identifikasi masalah melahirkan
struktur organisasi yang luwes dalam penyesuaian kebutuhan
pada setiap macam bahaya. Rencana menunjang fungsi
kesehatan wilayah meliputi hal berikut: a. pengendalian,
penggerakan dan koordinasi sumber daya medik b. menyediakan
manajemen kesehatan dan medik pra-hospital untuk kasus c.
transpor kasus menuju fasilitas yang layak untuk pengelolaan
definitif d. manajemen kesehatan masyarakat untuk kondisi
bencana e. pelayanan konseling untuk korban bencana f.
pelayanan kesehatan dan kedokteran berkelanjutan pada masa
pemulihan g. memikirkan masa depan penderita cacat di
masyarakat
C. Tanggap reaksi
Disini merupakan tindakan yang diambil segera sesudah,
dan selama kejadian atau dampak bahaya untuk meminimalkan
efek dari peristiwa. Ini adalah fase paling aktif dari sumber daya
medik dan bila pengendalian, perintah dan koordinasi semua
9

kemampuan akan diperkirakan menurut Pedoman dan


Perencanaan yang menopangnya. Prinsip untuk mencapai hasil
terbaik untuk sebanyak-banyaknya pasien sebagai hasil dari
proses triage, yang mana dilakukan pemilahan, prioritisasi dan
distribusi kasus berdasar kebutuhan untuk resusitasi, transpor
dan pengobatan definitif. Triage adalah proses berlanjut pada
tempat kejadian dan berlanjut sampai rumah sakit. Disesuaikan
kebutuhan pada sumber daya tersedia untuk mencapai hasil
terbaik untuk jumlah terbanyak korban. Penilaian dan triage akan
mendahului manajemen kasus per kasus, yang mungkin agak
berlainan dengan prosedur medik konvensional. Pengobatan
medik dilapangan mungkin dibutuhkan bila meliputi jumlah besar
kasus untuk menghindari transpor awal ke rumah sakit untuk
terapi definitif (stabilisasi kasus di lapangan), atau bila ada
kelambatan memperoleh transportasi mengharuskan manajemen
medik di luar rumah sakit. Triage dan pengobatan kasus minor di
lapangan mungkin menghindarkan transfer banyak kasus ke
rumah sakit, walaupun ini harus dikerjakan dengan hati-hati,
harus selalu dipikirkan risiko cedera tak diketahui karena fasilitas
tak memadai di lapangan. Transpor kasus dibawah arahan
Komandan Ambulans, yang melakukan koordinasi semua
perpindahan kasus dalam semua cara dan bentuknya. Ini
dilakukan setelah konsultasi dengan komandan medik untuk
memastikan bahwa tiap kasus diantar pada tempat yang tepat,
pada saat yang tepat dan dengan cara yang tepat. Distribusi
penerima
kasus
harus
direncanakan
untuk
mencegah
penumpukan kasus pada satu tempat sedangkan yang yang lain
kosong atau hanya sedikit. Sistim transportasi kasus normal
digunakan bila mungkin, dan harus dikoordinasikan dengan
Pelayanan Ambulans (AGD 118), yang mana juga bertanggungjawab untuk manajemen dan koordinasi dan pengaturan bentuk
lain transpor pasien (kendaraan pribadi, truk dll). Peralatan
medik yang diperlukan untuk manajemen kasus di lapangan
ditentukan oleh Perencanaan Pelayanan Kesehatan Bencana.
Bencana adalah eskalasi dari kasus gawat darurat yang dihadapi
setiap hari di rumah sakit. Di rumah sakit maka unit gawat
darurat harus menyiapkan diri agar sewaktu-waktu ada kasus
emergensi dapat ditangani dengan baik. Untuk keperluan ini
diperlukan kesiapan SDM yang kompeten baik dokter, perawat
maupun staf pendukungnya, fasilitas alat dan obat, fasilitas
ruang dan prosedur tetap untuk kasus emergensi. Di tingkat
masyarakat masih diupayakan suatu bentuk safe community
dimana emergensi di luar rumah sakit dapat ditangani secara
awal dan cepat secara baik , sehingga mengurangi angka
10

morbiditas dan mortalitas. Daerah yang menjadi langganan


bencana harus disiapkan prosedur dan latihan tetap minimal satu
kali dalam setahun. Kesiapan rumah sakit dan kesiapan
masyarakat umum dalam menghadapi kasus emergensi
merupakan modal utama dalam menghadapi kasus korban
bencana yang masal.
2.4

Tahapan

dan

Pengelolaan

Bencana

pada

Pasca

Terjadinya Lubang Besar (sinkhole)


Sesudah bencana antara lain pemulihan (recovery) yang
dapat dilakukan pemerintah dan masyarakat diantaranya,
a. Penyelamatan korban secepatnya ke daerah yang lebih
aman.
b. Penyelamatan harta benda yang mungkin masih dapat
diselamatkan.
c. Menyiapkan tempat-tempat penampungan sementara
bagi para pengungsi seperti tenda-tenda darurat.
d. Menyediakan dapur umum.
e. Menyediakan air bersih dan sarana kesehatan
f. Memberikan pada dorongan semangat bagi para korban
bencana agar para korban tersebut tidak frustasi.
g. Koordinasi dengan aparat secepatnya.
Adapun tahapan mitigasi bencana lubang besar (sinkhole) adalah
pemetaan, penyelidikan, pemeriksaan, pemantauan, sosialisasi,
rehabilitasi dan rekonstruksi.
a. Pemetaan
Menyajikan informasi visual tentang tingkat kerawanan
bencana alam geologi di suatu wilayah, sebagai masukan
kepada masyarakat dan atau pemerintah kabupaten/kota
dan

provinsi

sebagai

data

dasar

untuk

melakukan

pembangunan wilayah agar terhindar dari bencan.


b. Penyelidikan

11

Melakukan penyelidikan pada saat dan setelah terjadi


bencana, sehingga dapat diketahui penyebab dan cara
penaggulangannya.
c. Pemerikasaan
Melakukan

pemeriksaan

setelah

terjadinya

bencana

sinkhole sehingga dapat diketahui penyebab dan cara


penanggulanginya.
d. Pemantauan
Pemantauan dilakukan di daerah rawan bencana, pada
daerah strategis secara ekonomi dan jasa, agar diketahui
secara dini tingkat bahaya, oleh pengguna dan masyarakat
yang bertempat tinggal di daerah tersebut.
e. Sosialisasi
Memberikan

pemahaman

kepada

Pemerintah

Provinsi

/Kabupaten /Kota atau Masyarakat umum, tentang bencana


alam

tanah

longsor

dan akibat yang ditimbulkannnya. Sosialisasi dilakukan


dengan berbagai cara antara lain, mengirimkan poster,
booklet,

dan

leaflet

atau dapat juga secara langsung kepada masyarakat dan


aparat pemerintah.
Selain itu dapat ditambahkan,
f. Rehabilitasi
Upaya pemulihan korban dan prasarananya, meliputi
kondisi sosial, ekonomi, dan sarana transportasi. Selain itu
dikaji

juga

perkembangan

sinkhole

dan

teknik

pengendaliannya supaya sinkhole tidak berkembang dan


penentuan relokasi korban sinkhole bila bencana ini sulit
dikendalikan.
g. Rekonstruksi

12

Penguatan bangunan-bangunan infrastruktur di daerah


yang ditopang oleh batu kapur menjadi pertimbangan
utama untuk mitigasi kerusakan yang disebabkan oleh
sinkhole.

Ada

beberapa

tindakan

perlindungan

dan

perbaikan yang bisa ditambah untuk tempat-tempat


hunian, antara lain:

Perbaikan drainase tanah (menambah materimateri


yang bisa menyerap).

Mencegah dibangunnya perumahan dan jalan raya


diatas batu kapur yang rawan sinkhole.

2.4 Dampak adanya Sinkhole


2.4.1 Dampak positif
-

Mengetahui ada aliran air di bawah tanah

Dilihat dari penyebabnya terjadinya sinkhole Pada awalnya ada


sebuah retakan kecil karena sesar dan kekar kemudian
membentuk lubang akibat masuknya air. Daerah ini biasanya
terjadi pada daerah yg tersusun oleh batu gamping. Batu
gamping ini relatif mudah terlarutkan ketimbang batupasir
(batuan yang terssun oleh pasir, biasanya mineral kuarsa).
Karena adanya aliran bawah tanah, maka akan muncul rongga
karena bagian bawah terjadi erosi oleh aliran sungai bawah
tanah.
-

Sebagai objek wisata

Seperti Terletak di Texas, Amerika Serikat. Sinkhole berada


didaerah perairan. Maka air tersebut berbentuk seperti lubang di
air. Wisatawan dapat menyelam ke dalam sinkhole tersebut.

13

Selain itu menambah pendapatan bagi warga sekitar dan juga


pemerintah daerah

2.4.2 Dampak negative


-

Menelan Korban Jiwa

Sinkhole sering muncul secara tiba-tiba dan terjadi didaerah


mana saja, warga biasanya tidak sadar akan bahaya tersebut.
Sehingga warga bisa saja masuk dalam sinkhole tersebut. Warga
bisa saja terluka dan bahkan meninggal karena tertimpa material
seperti tanah dan juga bahan bangunan
-

Rusaknya Sarana Dan Prasarana

Sinkhole terjadi dimana saja, bukan selalu muncul ditempat yang


lapang dan tidak berpenghuni. Sinkhole bisa muncul dipusat kota
dan bahkan pemukiman warga. Bisa saja sinkhole berada di
pusat perbelanjaan dan bahkan rumah sakit. Hal itu dapat
menyebabkan bangunan dan infrastruktur rusak dan layanan
masyarakat terganggu.

BAB III
PENUTUP
3.1. Simpulan
Sinkhole adalah lubang yang terjadi secara tibatiba akibat
amblasnya
permukaan tanah. Sesudah bencana antara lain pemulihan
(recovery) dan masyarakat harus dilibatkan. Yaitu, penyelamatan
korban secepatnya ke daerah yang lebih aman, penyelamatan
harta

benda

yang

mungkin

14

masih

dapat

diselamatkan,

menyiapkan tempat-tempat penampungan sementara bagi para


pengungsi seperti tenda-tenda darurat, menyediakan dapur
umum.

menyediakan

air

bersih

dan

sarana

kesehatan,

memberikan pada dorongan semangat bagi para korban bencana


agar para korban tersebut tidak frustasi, koordinasi dengan
aparat secepatnya. Pelayanan medik dan kesehatan saat terjadi
bencana meliputi pencegahan, kesiapsiagaan, dan tanggap
reaksi. Adapun tahapan mitigasi bencana lubang besar (sinkhole)
adalah

pemetaan,

penyelidikan,

pemeriksaan,

pemantauan,

sosialisasi, rehabilitasi dan rekonstruksi.

DAFTAR PUSTAKA
Charley, R.J.1984. Geomorphology, Menthusen & ci Ltd: London.

15

Herlambang, Sudarno. 2004. Dasar-Dasar Geomorphologi.


Universitas Negeri Malang : Malang.
Marsudi. 2001. Prediksi Laju Amblesan Tanah di Dataran Aluvial
Semarang. Bandung. ITB.
Sarah, Lubis R.F.dkk.2010.Kajian Dampak Lingkungan Bawah
Permukaan Wilayah Perkotaan Indonesia. Laporan Tenis
Pusat Geoteknologi LIPI Bandung (tidak diterbitkan).
Syarif, Roestam, 2010.Tata Ruang Air. Jakarta: Gramedia.

16

Anda mungkin juga menyukai