Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN POKJA KESEHATAN BALITA

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS KEPERAWATAN


KESEHATAN KOMUNITAS
DI RT 01 RW 01 KELURAHAN KLAMPIS NGASEM KECAMATAN
SUKOLILO KOTA SURABAYA

Pembimbing Akademik
Dr. Makhfudli, S.Kep., Ns., M.Ked. Trop.

Pembimbing Klinik
Mus Adah, S.Kep.Ns., M.Kep.

Disusun oleh :

Kelompok 1 

1. Nur Anita Rachmawati, S.Kep (132229086)


2. Annisa Nur Ilmastuti, S.Kep (132229067)
3. Sultan Nur Fahmi, S.Kep (132229052)
4. Salsabilla Raisya Nugrahanti, S.Kep (132229068)
5. Ardhiyeni Hesti Oktavia, S.Kep (132229070)
6. Siti Ainun Halim, S.Kep (132229074)
7. Dyah Ayu Mustika, S.Kep (132229084)

STASE KEPERAWATAN KOMUNITAS


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS 
FAKULTAS KEPERAWATAN 
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2023
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada hakekatnya pendidikan adalah usaha orang tua atau generasi tua untuk
mempersiapkan anak atau generasi muda agar mampu hidup secara mandiri dan
mampu melaksanakan tugas-tugas hidupnya dengan sebaik-baiknya. Namun, pada
kenyataanya anak usia dini terbiasa melakukan kegiatan sehari-hari dengan bantuan
orang lain, seperti orang tua, guru, dan orang yang lebih dewasa dari anak. Pada
umumnya anak yang bisa dikategorikan sebagai anak usia dini berada pada kisaran
umur 0 sampai 8 tahun. Tentu berbagai karakter dan ciri yang dimiliki oleh seorang
anak usia dini sangat unik dari individu yang sudah tidak lagi berusia dini tersebut.
Mencermati perkembangan anak dan perlunya perkembangan pada anak usia
dini, tampaklah bahwa ada dua hal yang perlu diperhatikan pada pendidikan anak usia
dini, yaitu materi pendidikan dan metode pendidikan yang digunakan. Dari berbagai
metode yang ada, metode Montessori adalah salah satu metode yang digunakan pada
Taman kanak-kanak. Metode Montessori diperkenalkan oleh seorang dokter wanita
bernama Maria Montessori yang merupakan salah satu pendidik besar. Metode
Montessori merupakan suatu hasil dari sistem pendidikan yang digunakan di “Rumah
Anak-anak“ yang bersumber dari pengalaman-pengalaman pedagogis dari Maria
Montesseri dengan anak-anak Abnormal. Kemudian beliau mempresentasikannya
menjadi sebuah usaha panjang dan penuh pemikiran pada anak-anak norma.
Montessori melihat anak-anak belajar mengendalikan gerakan dan menangkap
ketidak sukaan anak saat ketenangan itu terganggu bila ada yang tersandung atau
menjatuhkan sesuatu. Montessori memberikan anak kesempatan untuk
mengembangkan kedisiplinan, dan menyadari adanya peningkatan harga diri serta
percaya diri pada anak-anak saat di ajari dan diberi semangat untuk melakukan
sesuatu bagi diri anak. Selain itu, metode ini mengarahkan anak agar menjadi
manusia yang mampu hidup secara mandiri dan kuat.
1.2 Tujuan Umum
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan dan demontrasi mengenai “Pembuatan
Mainan Montessori”, diharapkan ibu-ibu yang hadir dapat memahami materi yang
diberikan.

1.3 Tujuan Khusus


Setelah ibu-ibu yang memiliki balita di RT 01/RW 01 Klampis Ngasem
Surabaya mengikuti kegiatan ini, diharapkan:
a. Agar ibu-ibu mengetahui definisi Montessori
b. Agar ibu-ibu mengetahui tujuan dan manfaat Montessori
c. Agar ibu-ibu mengetahui aktivitas Montessori
d. Agar ibu-ibu mengetahui kelebihan dan kekurangan Montessori
e. Agar ibu-ibu mengetahui pembuatan mainan Montessori playdough
f. Agar ibu-ibu mengetahui pembuatan mainan Montessori flubby jelly

1.4 Ruang Lingkup


Dalam penulisan ini kami memberikan asuhan keperawatan kesehatan
komunitas di RT 01 RW 01 Kelurahan Klampis Ngasem Sukolilo Surabaya dalam
masalah kesehatan dan aktivitas motorik halus balita.

1.5 Metode Pendekatan


Metode pendekatan yang dilakukan adalah metode pendekatan pada ibu dan
balita yang masih aktif melalui asuhan keperawatan profesional yang meliputi
biologis, psikologis, sosial, spiritual, dan kultural secara mandiri maupun kolaborasi
lintas sektor.

1.6 Sistematika Penulisan


Sistematiska penulisan dimulai dengan pengkajian data keperawatan, analisis
data, penapi penapisan masalah, Penentuan prioritas diagnosa keperawatan, rencana
keperawatan, implementasi, evaluasi keperawatan dan simpulan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Montessori
2.1.1 Definisi Montessori
Montessori adalah suatu metode pembelajaran yang diciptakan oleh
Dr.Maria Montessori. Beliau adalah salah satu dokter asal Italia. Berawal ketika
di rumah sakit ia melihat anak-anak dengan gangguan mental dan emosi
memunguti remahan roti tetapi anak tersebut tidak memakannya melainkan
anak tersebut memunguti untuk menstimulasi indra peraba. Dalam metode
Montessori bahwasannya Pendidikan untuk anak-anak di mulai dengan melihat
kegiatan atau aktifitas apa yang dapat menarik minat anak-anak sehingga kita
bisa memahami cara mereka belajar serta memfasilitasi kegiatan pembelajaran.
Sehingga orang tua dan guru mampu memberikan aktivitas yang sesuai dengan
usia dan minat anak. Montessory dapat diartikan hubungan yang
berkesinambungan antara anak, lingkungan dan orang dewasa. Metode
Montessori dirancang untuk mengajari anak kepada pekerjaan dalam
lingkungannya sendiri dengan jalan mengajari mereka bagaimana menguasai
halhal yang berada di sekitarnya.
2.1.2 Manfaat Montessori
a) Perkembangan Motorik Kasar
Berupa koordinasi gerakan tubuh seperti berlari, berjinjit,
melompat, bergantung, melempar dan menangkap serta menjaga
keseimbangan. Kegiatan ini diperlukan dalam meningkatkan
keterampilan koordinasi gerakan motorik kasar. Pada anak usia 4
tahun anak sangat menyenangi kegiatan fisik yang mengandung
bahaya, seperti melompat dari tempat tinggi atau bergantung
dengan kepala menggelantung ke bawah. Pada usia 5 atau tahun
keinginan untuk melakukan kegiatan berbahaya bertambah. Anak
pada masa ini menyenangi kegiatan lomba, seperti balapan sepeda.

b) Perkembangan Motorik Halus


Dalam perkembangan motorik halus, anak taman kanak-kanak
ditekankan pada kooridnasi gerakan motorik halus berkaitan dengan
kegiatan meletakkan atau memegang suatu objek dengan
menggunakan jari tangan. Pada usia 4 tahun, koordinasi gerakan
motorik halus anak sangat berkembang bahkan hampir sempurna.
Ketika anak di usia 5-6 tahun koordinasi gerakan motorik halus
anak berkembang pesat. Di usia ini anak telah mengoordinasikan
gerakan visual motorik, seperti mengoordinasikan gerakan mata
dengan tangan, lengan dan tubuh secara bersamaan antara lain pada
waktu anak menulis dan menggambar.
2.1.3 Ranah Aktivitas Montessori
Dalam pendekatan montessori terdapat Ranah penerapan aktivitas
montessori yang terdiri dari empat Aktivitas montessori meliputi :
a) Kognitif
Pada saat anak usia 1-3 tahun tentunya anak mulai penasaran dan
ingin mengeksplorasi segala sesuatu yang ada di lingkungannya.
Sebagai orang tua perlu menyiapkan aktivitas kognitif untuk
mendukung perkembangan anak seperti menyediakan benda atau
mainan yang dapat menstimulasi otot tangan dan mata anak,
memilih permainan yang dapat meningkatkan konsetrasi anak
seperti mencocokan dan memasang benda, melatih anak bermain
permainan logika seperti menyortir benda-benda
b) Motorik
Perkembangan motorik anak usia 1-3 tahun dilakukan secara
berurutan dalam arti awal tahap pergerakan anak hanya bisa
menggerakan Sebagian tubuhnya hingga ke tahap berikutnya anak
baru mampu menggerakan seluruh tubuhnya. Pada usia 1-3 tahun
anak mulai mengeksplorasi dan berani melakukan hal-hal yang
belum dilakukan sebelumnya. Sebagai orang tua untuk membantu
perkembangan motorik anak perlu menyiapkan aktivitas yang
sesuai dengan usia anak dan tidak membahayakan anak seperti
menyediakan permainan dari peralatan rumah yang dapat
menstimulasi mtorik halus (kekuatan jari) sebagai persiapan
menulis. Menyediakan mainan yang dapat merangsang motorik
anak melalui koordinasi antara otak, otot dan penglihatan.
c) Sensorik
Kegiatan yang memiliki kaitan untuk meningkatkan sensoris anak
bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan. Anak usia batita
menggunakan indranya sebagai stimulasi melatih perkembangan
supaya kemampuan intelektualnya meningkat. Pada aktivitas
sensoris ini anak diberikan kesempatan untuk mengeksplor sesuatu
menggunakan indranya. Seperti indra peraba untuk membedakan
teksture dan indra penglihatan.
d) Bahasa
Anak usia batita 1-3 tahun memiliki perkembangan Bahasa mulai
dari 1-2 kata hingga mengusasai 2-3 kalimat. Namun dengan
melatih dan mengenalkan nama benda dan membacakan buku cerita
membantu anak untuk menambah kosa katanya. Meskipun pada
usia 1-3 tahun anak belum mampu berbicara secara fasih, mereka
tetap mengerti maksud dan juga perintah instruksi dari orang
tuanya.
2.1.4 Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Montessori
a) Kelebihan
1) Konsep-konsep pendekatan Montessori dapat diberikan pada
anak dari berbagai latar belakang dan kondisi yang beragam.
2) Berhasil menghasilkan konsep dan material/alat pendidikan
yang sistematis dan operasional sesuai dengan tahapan
perkembangan dan kemampuan anak.
3) Memiliki laboratorium sekolah dan sistem penyelenggaraan
yang terkontrol terhadap seluruh sistem pendidikan
Montessori.
4) Mengeluarkan panduan-panduan tentang sistem pembelajaran
di sekolah Montessori.
5) Menggabungkan anak dari berbagai usia yang berbeda akan
membentuk sikap menghargai, menghormati, imitasi sikap
dan saling membantu pada anak.
b) Kelemahan
1) Terlalu bersifat perseorangan, sehingga memerlukan rasio
perbandingan antara guru dan murid yang kecil.
2) Memerlukan media pembelajaran yang sangat beragam serta
harga material yang sangat mahal sulit terjangkau oleh
sekolah-sekolah umum.
3) Pelatihan penyelenggaraan konsep pendidikan Montessori
sangat mahal bagi guru-guru di sekolah umum.
4) Pendekatan ini menggabungkan anak yang beragam usia
dalam pembelajarannya, ini akan menyulitkan guru dalam
menilai perkembangan anak yang tiap usia berbeda tahap
perkembangannya.
2.2 Playdough
2.2.1 Definisi Playdough
Playdough merupakan salah satu media pembelajaran yang aman bagi
anak dan dapat mengembangkan seluruh aspek perkembangan anak usia dini.
Dwi Rosanty berpendapat bahwa media playdough merupakan salah satu alat
permainan edukatif karena dapat mendorong imajinasi dan kreativitas anak.
Sedangkan Einon mengatakan bahwa playdough merupakan suatu media
berbahan lembut, dan dapat membuat anak-anak terdiam cukup lama ketika
mengerjakannya, walaupun bermacam-macam seperti warna pelangi dan
kotorannya dapat menempel dikarpet.

2.2.2 Tujuan dan Manfaat Playdough


Tujuan Playdough yakni memungkinkan anak menggunakan kemampuan
alat dan gerak untuk melatih koordinasi mata dengan tangan, pergelangan
tangan, serta dapat meningkatkan kelenturan jari jemari anak yang bermanfaat
untuk melatih kesiapan menulis, menggambar, atau kegiatan lain yang
berhubungan dengan meningkatkan motorik halus anak seperti membuat
bulatan kecil, meremas mengolah, mengaduk, membuat bentuk, memotong, dan
menggulung, Manfaat bermain playdough diantaranya:
a) Mengembangkan Kemampuan Fisik Motorik Halus Anak.
b) Melatih koordinasi mata dan tangan.
c) Memudahkan anak dalam membentuk benda yang di inginkan.
d) Meluweskan jari-jemari anak.
e) Membuat otot-otot ringan bekerja dengan baik
f) Melatih kreativitas dan imajinasi

2.2.3 Kelebihan Playdough


a) Anak memiliki keterampilan ruang yang baik misalnya anak dapat
membuat miniatur rumah, pohon, bunga, pohon, orang yang
dibentuk dari playdough yang kemudian dikemas dalam sebuah
cerita didalam ruangan.
b) Menantang keterampilan tangan anak, media playdough
merupakaan media yang awalnya tanpa bentuk apapun, disini anak
dituntut memiliki kreativitas dan keterampilan untuk membentuk
sesuatu yang sesuai dengan keinginan anak, hal ini berguna untuk
melatih keterampilannya.
c) Anak dapat membuat sendiri hasil karya melalui media playdough
yang memuaskan dan hal ini akan membangun kepercayaan dirinya
bahwa ia bisa membuat.
d) Adonan playdough dapat memberikan banyak jangkauan kreatif
untuk aktivitas yang akan dilakukan anak.

2.2.4 Alat dan Bahan Pembuatan Playdough


a) Bahan-bahannya terdiri dari:
1) 1 kg tepung terigu
2) 1 gelas garam halus
3) Air secukupnya
4) 2 sdt minyak goring
5) Pewarna makanan
b) Alat yang digunakan :
1) Berbagai cetakan
2) Pisau plastik
3) Baskom

2.2.5 Cara membuat Playdough


a) Campurkan tepung terigu dan garam dalam sebuah baskom yang
cukup besar, lalu aduk dengan tangan sampai tercampur rata.
b) Beri air pada campuran bahan sedikit demi sedikit sambal terus
diaduk sampai menjadi adonan yang lembut dengan tekstur halus
dan tidak lengket.
c) Masukkan minyak goreng, lalu di aduk lagi hingga adonan lebih
lembut lagi.
d) Bagi adonan menjadi beberapa bagian sesuai jumlah warna yang
diinginkan.
e) Ambil satu adonan diberi beberapa tetes pewarna lalu aduk lagi
sampai warna merata. Lakukan hal yang sama pada bagian lainnya
dengan warna yang berbeda.
f) Bila semua adonan dengan warna yang berbeda telah selesai dibuat,
maka playdough siap digunakan untuk membuat berbagai kreasi.

2.3 Flubby Jelly


2.3.1 Definisi Flubby Jelly
Flubby Jelly adalah sebuah kegiatan yang dilakukan untuk merangsang
motorik halus anak dalam mengenalkan berbagai macam tekstur dengan nama
gayanya yang disebut sebagai Sensory Play. Selain itu Flubby Jelly juga bisa
mengasah kemampuan kognitif anak dengan menyebutkan warna apa sajakah
yang ada pada jelly serta menghitung jumlahnya. Jadi, dalam satu kegiatan
tersebut mencakup pengembangan kemampuan anak dalam bidang motorik
halus, juga kognitif anak.

2.3.2 Tujuan Flubby Jelly


Sensory play, menstimulasi indra peraba, menstimulasi motorik halus.
Sensory play atau permainan inderawi dapat mengaktifkan sensori yang
memiliki fungsi dalam meningkatkan pembelajaran, membangun ketrampilan
kognitif dan menyelesaikan konflik sosial emosional anak (Welters-Davis &
Lawson, 2011; Rosiyanah, 2021). Pengalaman inderawi merupakan kegiatan
yang mendorong anak menggunakan indera mereka untuk menjelajah dan
menggali objek yang membangun pemahaman dan mendapatkan pengetahuan
anak. Aktivitas inderawi merupakan suatu bentuk kegiatan dan bermain yang
mendorong anak menggunakan satu atau lebih inderanya untuk menstimulasi
sensori anak usia dini (Coulthard, Williamson, Palfreyman, & Lyttle, 2018;
Edwards, 2017; Watts, Stagnitti, et al., 2014; Rosiyanah, 2021).
2.3.3 Alat dan Bahan Flubby Jelly
a) Kemasan jelly instan dengan warna dan merk apa saja (opsional,
bisa lebih dan bisa memakai jelly merk yang biasa saja)
b) Pewarna makanan dengan warna terserah yang nantinya bisa
dicampur dengan jelly instan, supaya terurai menjadi warna lain
selain warna asli jelly instan
c) 1 liter air 
d) Mainan mainan si kecil (bebas mau bertema, ataupun tidak
bertema)

2.3.4 Cara Pembuatan Flubby Jelly


a) Aduk serbuk jeli dengan air dan rebus sampai rata dan hampir
mendidih. 
b) Masukan mainan dan jelly yang sudah hangat ke dalam wadah yang
agak lebar, agar arena bermain jelly lebih luas. Untuk mempercepat
proses dapat juga dimasukan ke dalam kulkas sekitar 15-20 menit.
Cek sering-sering ke kulkas supaya tidak terlalu keras tapi juga
tidak terlalu ncer. Cek dan pastikan sampai teksturnya cukup kenyal
dan dapat molor.
c) Agar lebih menarik, berikan alat alat seperti: sendok, skop dan
wadah wadah kecil agar anak bisa menuang dan memindahkan jelly
dari tempat satu ke tempat lainnya.
BAB 3
PENGKAJIAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
POKJA BALITA DI RW 1 RT 1 KELURAHAN KLAMPIS NGASEM
KECAMATAN SUKOLILO KOTA SURABAYA

Data pengkajian dilakukan terhadap ketua RW 1, ketua RT 1 dan kader kesehatan


serta masyarakat. Kelurahan Klampis Ngasem Kecamatan Sukolilo Kota Surabaya
pada 17-20 Januari 2023 didapatkan data pengamatan melalui komponen Windshield
Survey.
3.1 Hasil Pengkajian Winshield Survey RT 1 RW 1 Kelurahan Klampis
Ngasem 17-20 Januari 2023
Data Inti Deskripsi
Sejarah Kelurahan K terletak kurang lebih
6,5 KM dari pusat kota Surabaya,
dengan luas wilayah 157.9 H. 
RW 1  merupakan salah satu RW
yang terletak di Kelurahan Klampis
Ngasem, Kecamatan Sukolilo, Kota
Surabaya. Secara umum
karakteristik Kelurahan Klampis
Ngasem dibagi menjadi 6 RW dan 6
RT dengan jumlah penduduk sekitar
18.144 jiwa. Sedangkan untuk di 
RW 1 (RT 1, RT 5, dan RT 6)
terdiri dari 190 KK dengan jumlah
penduduk kurang lebih 566 jiwa.
RT 1 terdiri 74 KK dengan jumlah
penduduk 206 jiwa.
Demografi Mayoritas penduduk berjenis kelamin
perempuan, sebanyak 116 jiwa, dan
berjenis kelamin laki-laki sebanyak
90 jiwa dengan kategori usia
produktif (18-45 tahun) sebanyak 77
jiwa, usia (45-60) sebanyak 48 jiwa,
kategori lansia (>60 tahun) sebanyak
27 jiwa, kategori remaja (13-18
tahun) sebanyak 54 jiwa, kategori
anak usia sekolah (5-12 tahun)
sebanyak 19 anak, dan kategori balita
(0-4 tahun) sebanyak 8 balita
Kelompok Etnis Mayoritas suku Jawa
Nilai dan Keyakinan 100 % Islam
0 % Hindu
0 % Kristen
0 % Konghucu
Terdapat sarana ibadah di RT 1
yakni masjid 1 buah,
Data Subsistem Deskripsi
Lingkungan Fisik Bangunan : Status kepemilikan rata-
rata milik sendiri, berupa bangunan
permanen dengan lantai keramik dan
dinding tembok. Dan ada beberapa
rumah yang semi permanen dari
kayu dan tanpa keramik. Mayoritas
rumah warga bersih, namun terdapat
beberapa rumah yang kebersihannya
belum dijaga, ventilasi yang kurang,
dan ditemukan jentik di beberapa
rumah.
Arsitektur: rumah desain sederhana,
tinggi plafon minimal 4 M, dengan
ventilasi yang cukup baik. Saluran
air bersih tersedia (PDAM), jaringan
saluran air kotor (got), tersedia dan
mengalir ke sungai. Terdapat
beberapa warga yang memiliki
hewan ternak, dengan posisi
kandang tidak jauh dari rumah atau
bersebelahan.
Untuk sampah pembuangan
dilakukan langsung di TPA. Selain
itu, warga memiliki program Bank
Sampah setiap 1 bulan sekali.
Halaman : sebagian besar rumah
memiliki halaman.
Pelayanan Kesehatan & Sosial Pelayanan kesehatan meliputi Klinik
Kesehatan dengan satu orang dokter,
dan satu posyandu balita.
Untuk fasilitas umum, RT 1
menggunakan balai desa untuk
berbagai kegiatan, dan perpustakaan.
 Anak-anak : Kegiatan anak- anak
bangun  pagi siap diri untuk ke
sekolah, sepulang sekolah mereka
istirahat siang, setelah istirahat
siang mereka ada kegiatan mengaji
dan les juga berkumpul untuk
bermain.
 Remaja : banyak remaja yang
nongkrong dengan teman
sebayanya yang laki- laki biasanya
bermain game online, yang
perempuan biasanya berkumpul di
warung untuk bercerita dengan
teman sebayanya.
 Dewasa : Laki- laki dewasa
biasanya tidak ada di rumah dan
berprofesi sebagai wiraswasta dan
pegawai swasta, mayoritas
perempuan sebagai ibu rumah
tangga dan beberapa diantaranya
membuka usaha.
 Lansia : sebagian lansia
menyibukan diri dengan mengurus
cucunya, menonton tv. Di RT 1
setiap 2 kali seminggu
dilaksanakan senam lansia pada
hari Selasa dan Rabu.
Ekonomi Untuk pusat kegiatan ekonomi,
terdapat toko kelontong 2 buah,
warung sayur dan buah 1 buah, dan
warung makanan 3. Untuk
penghasilan rata rata mayoritas
penduduk  di RW 1, > 3 jt/bulan.
Keamanan & Transportasi Sebagian warga RT 1 memiliki
kendaraan yang paling banyak
kendaraan roda 2, kemudian roda 4,
ada yang memiliki sepeda ontel, ada
yang berjalan kaki. RW 1 memiliki 1
buah Poskamling yang dijaga secara
bergiliran antar warga.
Pemerintah & Politik Di RT 1 bila ada kegiatan
pemerintahan dilaksanakan di balai
RW, dan bila ada kegiatan RW
biasanya dilaksanakan disalah satu
rumah warga, atau rumah ketua RW
Komunikasi Bahasa yang digunakan warga RT 1
RW 1 pada umumnya berbahasa
Jawa. Sebagian besar warga memiliki
televisi dan telepon genggam. Apabila
ada informasi yang perlu disampaikan
biasanya disampaikan melalui ketua
RT masing masing
Pendidikan Warga RT 1 RW 1 sebagian besar
berpendidikan terakhir SMA, urutan
kedua berpendidikan SMP, kemudian
warga berpendidikan SD dan
beberapa tidak sekolah, hanya
sebagian kecil yang berpendidikan
perguruan tinggi.
Sedangkan untuk fasilitas pendidikan,
tersedia 1  SD, dan 1 SMP berada di
luar wilayah RT 1 RW 1.
Rekreasi Ziarah makam di Makam Islam
Klampis Ngasem. Kemudian terdapat
perpustakaan yang dapat dikunjungi
setiap Senin - Rabu.
Persepsi Deskripsi
Penduduk Warga masih menjunjung tinggi nilai
kebersamaan, toleransi yang cukup
baik, antar umat beragama, saling
gotong royong sehingga tercipta
masyarakat yang damai dan harmonis
meskipun mempunyai perbedaan
keyakinan sampai saat ini belum
pernah terjadi adanya sebuah konflik.
Persepsi Anda Secara umum, masyarakat sudah
cukup memahami pola hidup sehat,
membuang sampah pada tempatnya,
posisi kandang ternak yang menyatu
dengan rumah. Dengan kondisi
pemukiman warga yang padat,
beberapa rumah yang kurang terjaga
kebersihannya, sehingga dapat
menyebabkan penyebaran bakteri
kepada lingkungan di sekitarnya dan
menimbulkan penyakit
Balita Terdapat 8 balita di RT 1 RW 1
Klampis Ngasem, dengan total 1
balita yang memiliki nilai BB
dibawah rata-rata atau berwarna
kuning dan 7 balita lainnya berwarna
hijau di KMS. Berdasarkan data juga
ditemukan bahwa 8 ibu rutin
membawa balita ke posyandu.
Tabel 3.1 Data Hasil Pengkajian Winshield Survey RT 1 RW 1 Kelurahan
Klampis Ngasem

3.2 Hasil Fokus Pengkajian Balita


3.2.1 Jumlah Balita RT 01 RW 01 Kelurahan Klampis Ngasem
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan pada 74 KK didapatkan
hasil terdapat 8 KK yang memiliki balita, sehingga jumlah balita di
dalam RT 01 RW 01 yaitu ada 8 balita.
3.2.2 Jumlah Kehadiran Ibu RT 01 RW 01 ke Posyandu
9
8
8
7
6
5
4
3
2
1
0 0
0
Rutin Tidak Rutin Tidak Pernah
Gambar 3.1 Data Kehadiran Ibu RT 01 RW 01 ke Posyandu.

Berdasarkan gambar tersebut didapatkan data di RT 01 RW 01


Kelurahan Klampis Ngasem yaitu 100% ibu rutin membawa balita ke
posyandu.

3.2.3 Hasil FGD (Focused Group Discussion) Balita


Tanggal 25 Januari 2023 telah dilaksanakan pengkajian melalui Focus
Group Discussion antara ketua RW 1 RT 1, perwakilan kader, dan
mahasiswa praktik profesi. Berikut resume hasil kegiatan:

Pertanyaan Jawaban Narasumber


Apa saja kegiatan Rata-rata balita di RT 1 Ibu Kader RT
balita di rumah? hanya bermain dengan 1
permainan yang tersedia di
rumahnya masing-masing.
Terdapat 2 balita yang
telah bersekolah PAUD.
Apa saja jenis Biasanya para balita Ibu Kader RT
permainan yang bermain boneka/mobil- 1
biasanya dimainkan mobilan, bermain
balita di rumah? malam/plastisin, dsb.
Tabel 3.2 Hasil FGD (Focused Group Discussion) RT 1 RW 1 Kelurahan
Klampis Ngasem

Berdasarkan tabel 3.2 dapat disimpulkan bahwa balita di RT 1 RW 1


rata-rata hanya mempunyai kegiatan bermain, tetapi terdapat sebagian
balita yang telah bersekolah PAUD. Sebagian besar balita bermain
dengan menggunakan permainan yang dibelikan orangtua balita dengan
dan/atau tanpa-tanpa menggunakan permainan yang tidak membantu
perkembangan motorik anak. Untuk itu harapan dari kader orangtua
balita dapat terus rutin untuk hadir ke posyandu dan mempunyai
ketrampilan untuk menciptakan permainan-permainan kecil untuk
membantu balita mengembangkan kemampuan motoriknya.
BAB 4
DIAGNOSA KEPERAWATAN KOMUNITAS
POKJA BALITA DI RW 1 RT 1 KELURAHAN KLAMPIS NGASEM
KECAMATAN SUKOLILO KOTA SURABAYA

Data yang diperoleh dari hasil pengkajian yang dilakukan mulai tanggal 17-20

Januari 2023 kepada warga RT 1 RW 1 Kelurahan Klampis Ngasem diperoleh

diagnosis keperawatan kesehatan komunitas, kemudian dilakukan penapisan masalah

untuk menentukan prioritas diagnosis keperawatan.

4.1 Analisa Data

Hasil pengkajian, maka data-data yang ada dianalisa sebagai berikut:

Data subyektif Data obyektif Masalah keperawatan


Balita 1. 75% balita Kesiapan Peningkatan
1. Semua ibu balita menghabiskan Koping Keluarga (D.0113)
mengatakan waktunya hanya
anaknya hanya untuk bermain di Kategori: Perilaku
bermain rumah Subkategori: Penyuluhan
menggunakan 2. 25% balita sudah dan Pembelajaran
permainan yang bersekolah PAUD (Demonstrasi)
dibeli
2. Banyak ibu
mengatakan
membeli mainan
tidak mementingkan
perkembangan
kemampuan motorik
anaknya
Tabel 4.1 Hasil Analisa Data RT 1 RW 1 Kelurahan Klampis Ngasem
4.2 Penapisan Masalah
Dari hasil analisa data, kemudian dilakukan penapisan masalah untuk
menentukan prioritas masalah, adapun penapisan masalah tersebut dapat dilihat
sebagai berikut:
No Diagnosis Pentingnya Perubahan Penyelesaian Total
Keperawatan Penyelesaian Positif untuk untuk score
Masalah penyelesaian peningkatan
1 : rendah Masalah Kualitas
2 : sedang 0 : tidak ada Hidup
3 : tinggi 1 : rendah 0 : tidak ada
2 : sedang 1 : rendah
3 : tinggi 2 : sedang
3 : tinggi
1. Kesiapan 2 3 2 7
Peningkatan
Koping Keluarga
(Ibu) di wilayah
RT 1 RW 1
Kelurahan
Klampis Ngasem
Tabel 4.2 Hasil Penapisan Masalah RT 1 RW 1 Kelurahan Klampis Ngasem

4.3 Prioritas Masalah


Kesiapan Peningkatan Koping Keluarga (Ibu) di wilayah RT 1 RW 1 Kelurahan
Klampis Ngasem
BAB 5
RENCANA DAN STRATEGI KEPERAWATAN KOMUNITAS
POKJA BALITA DI RW 1 RT 1 KELURAHAN KLAMPIS NGASEM
KECAMATAN SUKOLILO KOTA SURABAYA

5.1 Prioritas Diagnosa

Dari hasil analisis data yang dilakukan, maka didapatkan diagnosa keperawatan komunitas sesuai prioritas. Dari diagnosa tersebut, kami

melakukan perencanaan keperawatan dan mementukan sarana dan prasarana yang digunakan untuk melaksanakan promosi kesehatan.

Waktu
Diagnosa Tujuan dan kriteria
Intervensi Sasaran Hari Metode Media PJ
Keperawatan hasil Tempat
/tanggal
Kesiapan Status Koping Pelibatan Ibu dan Kamis, 2 Balai RW Pelatihan PPT dan Anita
Peningkatan Keluarga (L. 09088) Keluarga (Ibu) anak usia Februari 1 pembuatan Leaflet
Koping Setelah dilakukan (I.14525) balita di RT 2023 mainan
Keluarga (Ibu) tindakan keperawatan, Observasi 1 RW 1 montessori
di wilayah RT 1 status koping 1. Identifikasi Kelurahan
RW 1 keluarga meningkat keluarga Klampis
Kelurahan dengan kriteria hasil : untuk terlibat Ngasem
Klampis L.12111 dalam
Ngasem 1. Keterpaparan perawatan
informasi balita
meningkat (5) Terapeutik
2. Kemampuan 2. Diskusikan
memenuhi cara merawat
kebutuhan anggota balita di
keluarga rumah, seperti
meningkat (5) membuat
Waktu
Diagnosa Tujuan dan kriteria
Intervensi Sasaran Hari Metode Media PJ
Keperawatan hasil Tempat
/tanggal
3. Perilaku bertujuan permainan
dan perilaku sehat montessori
membaik (5) 3. Fasilitasi
keluarga
untuk
membuat
permainan
yang dapat
mengembang
kan
kemampuan
motorik balita
Edukasi
4. Jelaskan cara
membuat
permainan
montessori
5. Anjurkan
keluarga
untuk terlibat
dalam tahap
perkembanga
n balita
BAB 6
IMPLEMENTASI KEGIATAN PRAKTIK KEPERAWATAN KOMUNITAS
POKJA BALITA DI RW 1 RT 1 KELURAHAN KLAMPIS NGASEM
KECAMATAN SUKOLILO KOTA SURABAYA

Diagnosa Waktu dan


Kegiatan Pelaksana Sasaran Hambatan
Keperawatan Tempat
Kesiapan 1. Memberikan Mahasiswa Ibu dan anak Kamis, 2 Februari 2023 Tidak ada
Peningkatan penjelasan tentang kelompok 1 usia balita di hambatan
Koping permainan RT 1 RW 1
Keluarga Montessori Kelurahan
(Ibu) di 2. Memperagakan Klampis
wilayah RT pembuatan Ngasem
1 RW 1 permainan
Kelurahan Montessori
Klampis 3. Peserta (Ibu)
Ngasem mengamati dan aktif
bertanya tentang
Langkah-langkah
pembuatan
permainan
Montessori
4. Peserta (Ibu &
Anak)
mempraktekan hasil
permainan
Montessori
BAB 7
EVALUASI KEGIATAN PRAKTIK KEPERAWATAN KOMUNITAS
POKJA BALITA DI RW 1 RT 1 KELURAHAN KLAMPIS NGASEM
KECAMATAN SUKOLILO KOTA SURABAYA

Diagnosis Keperawatan Pencapaian SOAP


Kategori: 1. Meningkatkan pengetahuan ibu tentang Subjektif
Perilaku permainan Montessori a. Ibu mengatakan pengetahuannya bertambah
2. Ibu mampu menyebutkan alat dan bahan setelah diadakannya demonstrasi pembuatan
Subkategor pembuatan permainan Montessori permainan Montessori
i: 3. Ibu mampu menyebutkan langkah-langkah b. Ibu mengatakan senang dan termotivasi untuk
Penyuluhan membuat permainan Montessori membuat permainan Montessori setelah
dan 4. Ibu dan anak mampu mempraktekan permainan dilakukannya demonstrasi
pembelajara Montessori c. Ibu mengatakan membuat permainan
n Montessori ternyata cukup mudah dilakukan
Objektif
Kesiapan a. Ibu tampak antusias saat dilakukan demonstrasi
peningkatan pembuatan permainan Montessori
Koping b. Ibu memberikan respon positif tentang
Keluarga demonstrasi pembuatan permainan Montessori
(Ibu) c. Ibu dapat menyebutkan alat-alat serta bahan
(D.0113) untuk pembuatan permainan Montessori
d. Ibu dapat menyebutkan definisi, manfaat,
kelebihan, kekurangan, langkah-langkah
membuat permainan Montessori
Analisis
Kesiapan peningkatan pengetahuan tercapai

Planinng
Diharapkan ibu balita di RT 1 RW 1 dapat
membuat sendiri permainan yang aman untuk
anaknya.
BAB 8

PENUTUP

8.1 Kesimpulan
Montessori merupakan permainan yang sedang hits saat ini, dimana permainan ini dapat bermanfaat dalam hal merangsang
motorik anak. Selain itu, juga dapat membantu keaktifan ibu dalam ikut serta pembuatan permainan untuk balitanya demi
menjaga keamanan saat anak bermain. Maka dari itu, kegiatan demonstrasi pembuatan permainan Montessori ini dilaksanakan
untuk memberikan pandangan kepada ibu-ibu yang memiliki balita untuk menjaga kemanan dalam hal permainan anaknya
sehingga dapat mengurangi terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan seperti keracunan pada anak akibat menggigit dan menelan
bahan berbahaya dalam permainan anak. Acara dilaksanakan Kamis, 2 Februari 2023 pukul 09.30-10.30 WIB di balai RW 1 dan
dihadiri 11 pasang ibu dan anak. Sebelum anak mempraktekan permainan Montessori, peraga memberikan demonstrasi
pembuatan permainan tersebut.

8.2 Saran
a) Diharapkan ibu dapat menerapkan pembuatan permainan Montessori di rumah dengan lebih kreatif dan inovatif
untuk meningkatkan kemanan bagi anak
b) Diharapkan anak dapat menjadi lebih aktif dan dapat terlatih motoriknya.

Anda mungkin juga menyukai