Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

TEORI DAN PENERAPAN PRAKTIS TEORI KOGNITIF


MONTESSORI

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas perkembangan kognitif anak usia dini

DosenPengampu:
Revina rizqiyani,M.Pd

Disusun Oleh Kelompok 5:


Dina Wati : 2101041003
Intan Octaviani : 2101040007

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI METRO


JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI (PIAUD)
FAKULTAS TARBIYAH
TAHUN AJARAN 2021/2022

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayahnya serta karunianya kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini tentu masih banyak
kekurangannya. Maka dari itu,kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
demi menyempurnakan makalah ini. Demikian yang dapat penulis sampaikan,
semoga para pembaca dapat mengambil manfaat dan pelajaran darimakalah ini.
Wassalamualaikum WarahmatullahiWabarakatuh

Kota Bumi, 22 Maret 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
A. Latar Belakang............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................3
C. Tujuan Penelitian........................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................4
A. Teori Perkembangan Kognitif Montessori...................................................4
B. Tahapan Perkembangan Kognitif Menurut Montessori...............................5
C. Prinsip-prinsip Dasar Teori Montessori.......................................................10

BAB III PENUTUP..................................................................................................17


A. Kesimpulan................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Proses belajar mengajar sebagai upaya untuk membelajarkan anak
didik. Dalam definisi ini terkandung makna adanya upaya pemikiran dan
penggunaan pendekatan dan metode yang tepat agar tujuan pembelajaran yang
telah diterapkan sebelumnya dapat tercapai dengan benar. Sedangkan metode
sendiri artinya cara yang dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai
tujuan, makin tepat memilih suatu metode akan dapat diharapkan makin
efektif pula pencapaian tujuannya tersebut, khususnya dalam bidang
pengajaran di sekolah. Kenyataannya telah menunjukkan bahwa manusia
dalam segala hal selalu berusaha mencari efisiensi-efisiensi kerja dengan jalan
memilih dan menggunakan suatu metode yang dianggap terbaik untuk
mencapai tujuannya.
Demikian pula halnya dalam lapangan pengajaran di sekolah, para
pendidik berusaha memilih metode pengajaran yang setepat-tepatnya yang
dipandang lebih efektif daripada metode-metode lainnya, sehingga kecakapan
dan pengetahuan yang diberikan oleh guru itu benar-benar menjadi milik
murid.  Pada prinsipnya pengungkapan hasil belajar yang ideal meliputi ranah
psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa.
Namun demikian, pengungkapan pembahasan tingkah laku seluruh ranah ini
khususnya ranah psikomotorik, alangkah baiknya menggunakan metode yang
lebih mengutamakan ranah psikomotorik untuk anak prasekolah, mengingat
kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan yang kompleks, maka hampir
tidak mungkin untuk menunjukkan dan mensimpulkan bahwa suatu metode
belajar mengajar tertentu lebih unggul daripada metode belajar mengajar yang
lainnya, dalam usaha mencapai semua tujuan, oleh semua guru, untuk semua
murid dalam situasi dan kondisi dan untuk selamanya.
Banyak metode pembelajaran yang telah diterapkan di sekolah, tetapi
untuk anak prasekolah metode yang dapat diterapkan atau untuk masa-masa
4-6 tahun adalah metode pembelajaran Montessori, yang dianggap dapat

1
membantu untuk mengembangkan pola-pola pikir dan kreativitas anak.
Metode pembelajaran Montessori adalah metode pembelajaran yang dalam
prakteknya lebih menekankan pada tiga bagian, yaitu pendidikan berdasarkan
dengan motorik, sensorik dan bahasa, sedangkan pendidikan yang diberikan
pada tahun-tahun pertama kehidupan anak sangat penting karena masa-masa
tersebut masa formatif, terutama fisik dan mental.
Metode Montessori ini diperuntukkan bagi anak usia prasekolah di
mana anak lebih banyak bermain dalam kehidupannya, sehingga Montessori
memberikan metode pembelajaran yang efektif bagi anak usia prasekolah
yang bertujuan untuk memberikan stimulus-stimulus bagi kemampuan
motorik anak dan mengasah kemampuan intelektual dan kontrol serta
mempersiapkan anak untuk memasuki latihan yang lebih kompleks. Terkait
dengan pembelajaran Montessori tersebut, maka diberikan latihan motorik
melalui berbagai permainan yang dapat merangsang motorik anak. Ketika
anak memasuki prasekolah pada sekolah Montessori pada usia 2,5 tahun,
latihan dasar dimulai dengan mengenal kehidupan praktis sehari-hari.
Tujuannya memperkenalkan pendatang dan dalam ruang lingkup yang
menyeluruh, menghargai sesama dan pekerjaan, serta menggunakan alat
peraga dengan benar. Anak-anak selanjutnya diperkenalkan latihan
penginderaan. Anak-anak diharapkan memiliki pengalaman nyata yang
membantu pengembangan pikiran abstrak. Tidak ada batasan usia dalam
memperkenalkan setiap latihan atau alat peraga, meskipun materi prasekolah
Montessori ilmunya dipersingkat sesuai dengan perkiraan kemampuan anak di
masing-masing usia.
Montessori sebagai pakar pendidikan yang sekaligus peduli akan
kehidupan anak mengembangkan metode pendidikan yang tidak hanya
memperhatikan aspek kognitif, tetapi juga melalui latihan-latihan praktis yang
menyentuh jiwa anak. Ia mengemukakan bahwa kemandirian seseorang harus
dilatih sejak dini khususnya pada masa kanak-kanak. Ia melatih kemandirian
anak lewat latihan-latihan yang sederhana misalnya di sekolahnya ia
merancang berbagai alat sederhana yang menunjang anak dalam belajar atau
melakukan aktivitas yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Cara

2
menyikapi perkembangan anak usia dini, kita perlu kembalikan ruang kelas
menjadi arena bermain, bernyanyi, bergerak bebas, kita jadikan ruang kelas
sebagai ajang kreaktif bagi anak dan menjadikan mereka kerasan dan secara
psikologis nyaman. Selanjutnya makalah ini menjelaskan bagaimana metode
Mantessori dalam pembelajaran.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa Itu Teori Perkembangan Kognitif Montessori?
b. Apa Saja Tahapan Perkembangan Kognitif Menurut Montessori?
c. Apa Saja Prinsip-prinsip Dasar Teori Montessori?

1.3 Tujuan Penelitian


a. Mengetahui Tentang Teori Perkembangan Kognitif
Montessori.
b. Mengetahui Apa Saja Tahapan Perkembangan Kognitif
Menurut Montessori.
c. Mengetahui Prinsip-prinsip Dasar Teori Montessori

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Teori Perkembangan Kognitif Montessori


Metode montessori Dalam bukunya yang berjudul “Metode
Montessori Panduan Wajib Untuk Guru Dan Orang Tua Didik PAUD
(Pendidikan Anak Usia Dini)”, bahwa metode montessori adalah metode
yang berfokus pada periode sensitif dibidang antropologi, psikologi dan
pedagogi, mengasumsi tentang pertumbuhan, perkembangan dan
pendidikkan anak, juga konsep tentang watak alami anak sebagai seorang
pembelajar. Metode ini merupakan metode perkembangan anak usia dini
yang di cetuskan oleh Dr. Maria Montessori, berdasarkan pada teori
perkembangan anak dari Dr. Maria Montessori, seorang pendidik, dokter,
dan psikolog dari Italia di akhir abad 19 dan awal abad 20. Metode
montessoripun mampu di terapkan oleh seluruh orang tua di rumah, dan
terutama di pra sekolah dan sekolah dasar, walupun ada juga penerapannya
sampai jenjang pendidikan menengah. 1
Meski metode montessori adalah metode pendidikan, namun meode
ini merupakan metode yang meliliki tujuan yang sama seperti bimbingan dan
konseling pada anak usia dini. Menurut montessori pada bukunya yang
berjudul metode pengajaran montessori tingkat dasar: aktivitas belajar untuk
tingkat dasar (2016) bahwa orang dewasa berperan sebagai pembimbing.
Orang dewasa disini dimaksudkan pada orang tua dan pembimbing di
sekolah atau biasa disebut guru. Karena pada sekolah usia dini, guru tidak
bisa disebut sebagai guru, karena memiliki 3 peran, sebagai fasilitator,
pengamat dan pengurus. Montessori menyebut 3 peran orang dewasa
tersebut sebagai “pembimbing” yang akan menuntun anak ke arah yang
lebih jelas dalam pembentukan perkembangannya. Terutama perkembangan
kogntif yang akan di jelaskan di sub-sub selanjutnya.

1
Maria Montessori. Metode Montessori, Hlm 69-70

4
Terkait erat dengan penggunaan metode ilmiah, montessori
menggunakan pengamatan (observasi) klinis dan psikologis. Dalam
perjalanan belajarnya di kedokteran, Maria Montessori telah mempelajari
secara klinis bagaimana mengobservasi pasien-pasien untuk mendiagnosis
penyakit, meresepkan penanganan dan mendokumentasi pemuliahan.
Pengamatan pertama dari montessori adalah pada anak-anak yang
mengalami gangguan mental, setelah berhasil lalu montessori mencoba
metodenya kepada anak-anak normal, ternyata berhasil untuk membentuk
perkembangan anak, dari seluruh aspek perkembangan mampu
teroptimalkan. Dapat disimpulkan bahwa metode montessori merupakan
suatu cara dan montessori adalah nama dari seorang dokter perempuan yang
mendirikan teori perkembangan anak yang bernama Maria Montessori, oleh
karena itu teorinya dinamai metode montessori. Metode montessori
digunakan untuk membantu dan memfasilitasi anak dalam proses
perkembangannya.2

B. Tahapan Perkembangan Kognitif Menurut Montessori


1. The Absorbent Mind / Pikiran Yang Menyerap Semua anak memiliki
pikiran untuk menyerap hal-hal yang terjadi di seke-
lilingnya.Salah satu naluri kreatif yang dimiliki seorang anak adalah
“kemampuan me-nyerap" baik secara tanpa sadar (saat anak berusia
0-3 tahun) ataupun secara sadar ( saat anak berusia 3-6 tahun). Saat anak
berusia 0-3 tahun ia secara tidak sadar menyerap segala hal yang ia
lihat dan ia ketahui. Misalnya "berbahasa", ke-mampuan berbahasa
adalah kemampuan yang didapat anak tanpa usaha. Mereka bela-jar
dari bahasa ibu yang sering digunakan.
Bahasa orang dewasa merupakan salah satu yang mudah
dipelajari oleh anak-anak.Maka orang dewasa hendaknya berhati-hati
dengan apa yang akan dikatakan bila berada di seki-tar anak-anak.
Meskipun anda pikir mereka tidak mendengarkan , mereka mungkin
tidak atau belum mampu mengekspresikan diri.Saat anak berusia 3-6
2
Maria Montessori. Rahasia masa kanak-kanak. Terj Ahmad Lintang L.Yogyakarta: Pustaka
Pelajar. Hlm 1

5
tahun, mereka akanmenyerap apa yang disekeliling mereka secara
sadar. Pada masa ini sering disebut masa anak-anak "haus akan
pengetahuan", anak akan sering bertanya tentang banyak hal. Pada
masa ini kemauannya sudah mulai muncul, sehingga ia bisa berkata
"tidak" jika tidaksuka dan saat ia menginginkan sesuatu ia akan
berusaha meraihnya dengan caranya sendiri.

2. The Sensitive Period / Masa PekaDisebut juga masa peka pada masa ini
anak memperlihatkan kecenderungan dalam memperoleh pengetahuan
dan kemampuan baru dengancara merasakan Oleh sebab itu, anak
membutuhkan untuk menjelajahi atau mengeksplorasi segala sesuatu
yang ada di sekelilingnya. Montessori mengidentifikasikan masa ini
menjadi 6 masa yaitu:
a. Sensitivity to orderatau masa peka terhadap perintah masa ini
biasanya terjadi saat anak berusia 1 bulan sampai 2 tahun. Pada
masa ini anak akan belajar dari kebiasaan-kebiasan yang terjadi di
lingkungan mereka. Anak-anak akan melakukan hal yang sama
dengan orang-orang di lingkungannya. Hal ini akan dipermudah
jika ada arahan sebelumnya dari orang dewasa
b. Sensitivity to language, atau masa peka terhadap bahasa.
Pada masa ini, dimulai se-jak anak di awal kelahirannya. anak
akan mendengar suara dan gerak dari mulut ibun-ya. Sampai
anak berusia 6 tahun tanpa bela-jar seorang anak akan mampu
menguasai ba-hasa dan kosa kata yang cukup banyak dan aksen
dari bahasa yang biasa dipakai orang-orang di sekelilingnya.
c. Sensitivity to walking, atau masa sensitif untuk berjalan.
Masa ini dilalui anak saat ia berusia 12 sampai 15 bulan.
Seorang anak akan berusaha berjalan dan terus mengasah
kemampuan berjalannya dengan naik dan turun tangga atau
berkeliling di lingkungan sekitarnya. Mengajak anak berjalan-

6
jalan akan menjadi pembelajaran yang me-nyenangkan bagi
mereka pada tahap ini.3
d. Sensitivity to the social aspects of life, atau masa peka terhadap
aspek sosial kehidupan. Pada masa anak berumur 2 sampai 3,5
tahun, anak-anak akan merasa membutuhkan pengakuan dari
lingkungannya bahwa ia ada-lah bagiandari mereka. Pada masa
ini anak-anak juga akan mulai bermain dengan teman-teman
sebayanya dan belajar bekerja sama. Menurut Montessori, pada
tahap ini aspek sosial orang-orang dewasa atau norma-norma yang
tumbuh disekelilingnya akan mempengaruhi perkembangan aspek
sosial pada anak-anak.
e. Sensitivity to small object, atau masa peka pada benda-benda
kecil. Pada saat anak-anak dengan mobilitas yang lebih baik atau
ke-mampuan berjalannya sudah baik, maka jika ia dilepas di
sebuah lingkungan yang luas, ia akan tertarik dengan benda-benda
kecil di sekelilingnya. Seperti batu, kerikil, tanaman, serangga
dan sebagainya. Jika mereka menemukan suatu obyek kecil,
mereka akan cenderung ingin melihat detilnya, bahkan ada
kemungkinan mereka akan memasukkan ke mulutnya. Pada masa
ini anak-anak berusaha memahami dunia di sekelilingnya.
f. Sensitivity to learning through the sensesatau masa peka anak
belajar melalui merasa-kan. Pada masa ini anak-anak belajar dengan
mengembangkan seluruh kemampuan in-drawinya bahkan sejak
mereka masih bayi. Oleh sebab itu,pada anak-anak usia dini
melakukan pembelajaran dengan merangsang seluruh kemampuan
indrawi sangatlah pent-ing. Banyaknya larangan dan seringnya
anak-anak mendengar kata "tidak" atau penolakan akan
menghalangi pembelajaran bagi anak-anak.

3
Dwi Hastuti, Melatih Keterampilan Berpikir Anak Usia Dini Melalui Penerapan Metode
Montessori,Vol.1, No.1 Hlm 11

7
3. Children Want to Learn/ Anak-Anak Ingin BelajarSetiap anak
dilahirkan untuk mem-iliki motivasi dalam belajar. hal ini dapat
dilihat saat mereka tidak berhenti melakukan sesuatu.
Pemahaman yang benar terhadap pengasuhan anak sangatlah penting.
Saat seorang anak memulai sekolah pertamanya pada sebagian
anak akan merasa bosan atau tidak menyukai dengan sekolahnya,
padahal orang tua menginginkan anaknya untuk mau belajar di
sekolah. Sikap seperti ini tidak akan ter-jadi jika kita memahami dan
mempraktik-kan prinsip-prinsip Montessori. 4
Sangatlah penting diketahui bahwa anak-anak belajar mulai
dari awal ke-hidupannya atau masa bayi. Menurut Montessori,
anak-anak belajar melalui bermain. Mereka akan mencoba segala hal
yang ada di lingkungannya. Sebagai con-toh mereka akan tahu bahwa
air itu basah, batu itu keras dan sebagainya dari ling-kungan di
sekitarnya. Akan lebih baik jika kita menata lingkungan rumah kita
atau lingkungan sekolah dengan memberikan banyak hal rangsangan
agar anak-anak dapat lebih banyak belajar dengan
mengeksplorasi benda-benda yang ada se-hingga mereka dapat belajar.
Akan lebih baik jika orang tua atau pendidik turut ser-ta mendampingi
dan ikut berinteraksi se-hingga saat ada masalah yang muncul saat
bermain, orang tua atau pendidik dapat membantu.Dituliskan oleh
Lesley Britton dalam bukunyaMontessori Play and Learn.All children
learn through active partici-pation, by being involved in practical way,
and by attempting to do something them-selves, particularly by
using their hands. Montessori put great emphasis on this connection
between the brain and move-ment, she felt. She believed the process of
learning had three parts: the brain, the senses, and the muscles, and
that all three must cooperate for learning to take place.(Lesley Britton,
1992: 17Semua anak belajar melalui keiku-tsertaan yangaktif
dengan terlibat dalam praktik, dan berusaha melakukan segala

4
Ibid.,hlm 12

8
sesuatunya dengan caranya sendiri, teru-tama saat menggunakan
tangannya.
Mon-tessori memberi tekanan untuk menghub-ungkan antara
otak dan gerakan: Perkem-bangan anak akan terlihat jelas dari
perkembangan otak melalui gerakan-gerakannya. Montessori
percaya proses dari pembelajaran terdiri dari 3 bagian: otak,
merasakan (pemanfaatan indrawi) dan otot, dan ketiganya harus
bekerjasa-ma.4.Learning Through play/ Belajar Me-lalui BermainPada
anak-anak bermain merupakan hal yang sangat menyenangkan,
dengan sukarela, bertujuan dan pilihan aktivitas secara spontan.
Seringkali hal ini menum-buhkan kekreatifan, melibatkan pemeca-han
masalah , belajar kemampuan sosial baru, bahasa baru dan melatih
kemampuan fisik.
Bermain sangat penting untuk anak-anak usia dini karena dapat
membantunya untuk belajar ide-ide baru dan mereka bisa langsung
mempraktikkan adaptasi sosial dan mengatasi masalah-masalah
emosion-al, khususnya pada permainan imajinatif seperti bermain ibu
dan ayah dengan bon-eka.5.Stages of Development (Tahap-Tahap
Perkembangan)Berikut ini adalah tahap-tahap perkembangan menurut
Montessori:a.Tahap I: 0-6 thTahap ini dibagi 2 yaitu tahap lahir
sampai usia 3 tahun disebut masa me-nyerap tanpa kesadaran
(unconscious) dan umur 3-6 th disebut masa me-nyerap dengan
kesadaran (conscious). Pada masa ini perkembangan bahasa meningkat
pesat dan anak-anak mendapatkan pengetahuan-pengetahuan
baru.b.Tahap II: 6-12 thMontessori menamai masa kanak-
kanakc.Tahap III: 12-18 thPeriode ini disebut juga masa remaja. Pada
masa ini Montessori percaya se-bagai masa-masa yang benyak peru-
bahan dan mereka akan lebih banyak membutuhkan perhatian seperti
ketika mereka berumur di bawah 6 tahun.6.All Children Want to be
Independent (Setiap Anak Menginginkan Kebeba-san)Tujuan
pendidikan yang dipraktikkan Montessori di kelas yaitu membuat
anak mandiri dan mampu melakukan sesuatu untuk dirinya sendiri.

9
Hal ini dapat di-capai dengan memberikan kesempatandan
ruang bagi anak untuk bergerak, berpaka-ian sendiri, memilih apa
yang dilakukan, dan memberi kesempatan pada anak untuk membantu
tugas orang dewasa. Ketika anak mampu melakukan segala
sesuatunya seorang diri, maka hal itu akan meningkatkan kepercayaan
dan harga diri anak.

C. Prinsip-prinsip Dasar Teori Montessori


Maria Montessori memiliki prinsip dasar mengenai metode montessori
ini, yang sangat memfokuskan anak sebagai childern center dan orang dewasa
sebagai pembimbing. Terdapat 4 prinsip dasar metode montessori,
diantaranya:
1. Kebebasan
Metotode montessori dilandaskan pada kebebasan, yaitu kebebasan
yang disiplin, bebas tetapi disiplin. Kebebasan yang sepertinya belum
dipahami dengan baik di seluruh dunia, pada dasarnya manusia memiliki
kekuatan untuk merasakan naluri esensi dari kebebasan ini. Seperti
halnya seekor burung yang terbang bebas di udara untuk mencari makan,
seekor burung akan lebih senang di luar bebas, dibandingkan ketika
seekor burung berada disangkar dan di beri makan oleh manusia, karena
keberadaannya di sangkar tidaklah suatu hal membahagiakan, justru akan
membuatnya merasa terpenjara dan besar kemungkinan akan terjadi
kematian. Dalam konteks anak, kebebasan disini adalah kebutuhan untuk
menyempurnakan gerakan-gerakan yang lebih kompleks yang
membutuhkan organisasi otot lebih baik.5 Maka, kebebasan apa saja yang
harus diberikan pembimbing kepada anak dalam lingkungan, yaitu:
a. Kebebasan Bergerak Anak diberi kebebasan untuk bergerak kemana
saja baik di dalam ruangan maupun dilingkungan luar
b. Kebebasan Memilih Anak bebas untuk memilih aktifitasnya sendiri
dalam kelas

5
Maria Montessori. Metode Montessori. Hlm407-410

10
c. Kebebasan Berbicara Anak bebas berbicara dengan siapapun yang ia
mau.
d. Kebebasan untuk Tumbuh Anak memiliki kebebasan untuk tumbuh
dan mengembangakan kemampuan mental dalam lingkungannya.
e. Bebas untuk Menyayangi dan di Sayangi
f. Bebas dari Bahaya Anak diberi pengetahuan melalui pelatihan,
bagaimana membawa barang mainan dengan cara yang benar, yang
jika tidak demikian, maka akan membahayakan dirinya.
g. Bebas dari Persaingan Motivasi instrinsik merekalah yang
mendorong dirinya untuk melakukan aktifitas terbaik. Kepuasan
mereka adalah berhasilnya kegiatan yang sudah terselesaikan secara
tuntas.
h. Bebas dari Tekanan Anak tidak dipaksa untuk melakukan hal yang
tidak disukainya, atau suatu hal yang belum sesuai dengan usianya,
anak diberi tugas sesuai perkembangan diri dan kecepatan dirinya.
Anak tidak diharuskan dapat mencapai sesuatu dengan sempurana
dan tidak diharuskan untuk mncapai sesuatu yang disamakan dengan
teman lainnya.6 Meskipun anak diberi kebebasan, namun ada
batasan, ataupun arahan dalam pemberian aktivitas pada anak,
diantaranya sebagai berikut:
1. Anak bebas untuk melakukan aktivitas apapun selagi tidak
melanggar dan merampas hak orang lain, anak harus bisa
menghormati orang lain.
2. Mengormati barang mainan atau alat peraga. Anak dapat
melakukan alat peraga sejauh untuk melakukan aktivitas yang
terpenting tidak merusak barang/alat perga yang sudah
disediakan, anak seyogyanya bisa menjaga alat perga tersebut,
namun tetap atas dasar pengawasan dan bimbingan dari orang
dewasa.

6
David Gettman,. Metode Pengajaran Montessori Tingkat Dasar (Aktivitas belajar untuk anak
balita),Anissa Nuriowandai. Dari Basic Montessori, Learning Activities For Under five.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hlm 52-56

11
3. Menghormati lingkungan, baik lingkungan sosial maupun
lingkungan alam. Anak di bimbing untuk saling menyayangi
sesama temannya, menghormati pembimbing, orang tua dan
orang-orang disekitarnya dengan berlaku sopan dan penuh
penghargaan. Intinya anak diarhkan untuk dapat memperlakukan
sebua objek dengan penuh kasih sayang, perhatian dan
penghargaan.
4. Menghormati diri sendiri, anak diarahkan dapat menghormati
dirinya, tidak hanya menghormati lingkungan eksternalnya,
yaitu dengan dirahkan bahwa setiap diri individu harus menjaga
diri dengan baik,Tidak ada kompetisi, hadiah atau hukuman
dalam metode montessori. Keberhasilan anak tidak dinilai
menurut sudut pandang orang dewasa. baik secara fisik maupun
psikis. Dan hal ini tidak lepas dari pengarahan pembimbing dan
orang tuanya.
i. Pilihan-pilihan bebas yang dipilih oleh anak-anak memungkinkan
pembimbing untuk mengamati kebutuhan kebutuhan dan
kecenderungankecenderungan psikis anak.
j. Prinsip kebebasan ini tidak hanya memungkinkan anak untuk
tumbuh dan berkembang secara bebas, tetapi memungkinkannya
berkembang secara khas menurut ciri kepribadiannya. Anak tidak
menyerahkan dirinya pada kekuatan luar yang hendak memaksa
dan membentuknya dari luar sebagai sebuah kekuatan luar yang
memandunya. Kebebasan akan menunjang anak memiliki kekuatan
secara mental dan spiritual, tidak hanya kekuatan secara fisik.
Faktor jasmani sesungguhnya merupakan faktor sekunder, karena
jasmani yang lebih kuat dan lebih sempurna akan menuntut sebuah
pertumbuhan yang seimbang dari jiwa dan kecerdasan. Maka
faktor yang utama adalah bahwa manusia memiliki didalam
jasmaninya sebuah pikiran dan jiwa yang dapat mencapai
kemajuan peradaban.

12
k. Inilah jiwa-jiwa yang akan dibutuhkan di masa depan, karena
secara umum anak selalu difasilitasi bagaimana menemukan ciri
khas dan potensi yang dimiliki seorang anak.
2. Kemandirian
Kemandirian adalah segala sesuatu yang di kerjakan oleh diri
sendiri. Seorang bisa benjadi bebas, karena ia mandiri, karenanya,
manifestasi-manifestasi aktif pertama dari kemerdekaan individu anak
harus dipandu dengan baik, sehingga melalui kegiatan ini anak dapat
mencapai kemandirian. Misal, seorang anak yang disapih, tidak lain
adalah usaha untuk menjadikan anak tumbuh mandiri, tidak bergantung
pada ASI yang di berikan oleh ibunya, melainkan anak bisa memilih
beragam makanan lainnya, memilih makanan yang disukainya. Meskipun
demikian, anak belum cukup mandiri secara keseluruhan, karena ada hal
lain, seperti ia belum mampu berjalan dengan baik dan karenanya belum
dapat mandi dan mengenakan pakaian sendiri, belum bisa meminta
sesuatu dengan bahasa yang jelas.
Dalam periode ini ia masih bergantung dengan orang-rang
disekitarnya. Akan tetapi pada usia tiga tahun, anak harus mampu lebih
mandiri dan bebas. Pada masa peradaban dimana ada pelayan-pelayan,
konsep tentang kemandirian tidak dapat berkembang dengan bebas dan
memahami landasan dari kemandirian. Sudah dijelaskan diatas bahawa
kemandirian adalah melakukan sesuatu dengan sendiri, selama masih
bisa dilakukan oleh sendiri. Misal, pada seorang majikan yang
bergantung pada pelayan, sebenarnya pelayan bukanlah orang-orang
yang bergantung kepada majikannya, yang bergantung justru seorang
majikan kepada pelayan.
Maka dari itu pelayan sebenarnya lebih mandiri dan merdeka
dibandingkan majikannya. Setiap tindakan agar mampu mengarahkan
anak, harus cenderung membantu anak-anak untuk meniti jalan menuju
kemandirian. Pembimbing hendaknya membantu anak untuk belajar
berjalan tanpa dibantu, berlari, menaiki dan menuruni tangga, mengambil
benda-benda yang jatuh, mengenakan dan melepas pakaian sendiri,

13
mandi sendiri, berbicara dengan jelas, dan menyampaikan kebutuhan-
kebutuhan mereka dengan jelas. Ketika terbiasa melyanai anak-anak, ini
bukan hanya sebuah tindakan budak terhadap mereka, tetapi ini juga
berbahaya, karena hal ini cenderung menghalangi aktivitas yang spontan
dan berguna bagi mereka.
Dengan demikian secara tidak langsung, berarti orang dewasa atau
orang tua menganggap anakanaknya seperti boneka. Tugas orang dewasa
atau pembimbing disini adalah membantunya dalam melakukan kegiatan-
kegiatan tersebut sehingga anak mampu menguasai keterampilan-
keterampilan secara alami. memang, mengajari kemandirian pada anak
lebih sulit dibandingkan dengan hanya melayani anak. Tetapi meskipun
hal itu lebih mudah, namun efeknya sangat berbahaya bagi anak, karena
ia menutup jalan dan memberikan penghalang tembok yang tinggi di
jalur kehidupan yang ditempuh oleh anak.12 Metode montessori
memelihara kemandirian ini melalui dua cara. Pertama, dalam jangka
pendek, maksudnya memberikan kebebasan dan kemandirian dalam
belajar. Kedua, dalam jangka panjang, metode ini membantu anak untuk
memperoleh perangkat yang dibituhkan dalam hidup, yaitu keterampilan
dan kemampuan yang mampu memperluas pilihan hidup seseorang, serta
membuatnya bebas dari ketergantungan terhadap orang lain.
Saat anak masih terbilang baru dilingkungan montessori,
pembimbing atau orang tua akan menawarkan pilihan mudah secara
verbal antara dua pengalaman yang jelas berlawanan, misalnya pilihan
antara aktivitas tenang seperti bermain “bingkai baju” dan satu aktivitas
energik seperti membersihakan permulaan seluruh meja didalam
ruangan. Untuk membantu anak menangkap gagasan bahwa pengambilan
keputusan yang matang perlu melibatkan evaluasi diri, penting bagi
pembimbing untuk memberikan aktivitas-aktivitas awal yang jelas
berbeda, menyajikan suatu kontras yang bisa dengan mudah dipahami
oleh anak. Jenis kemandirian selanjutnya, yaitu yang dipelihara oleh
lingkungan montessori adalah ditanamkannya berbagai keterampilan dan
ilmu pengetahuan yang dapat membantu seseorang untuk hidup mandiri,

14
seperti kemampuan menulis, membaca, berhitung, geografi, sopan
santun, keluwesan jasmani dan keterampilan rumah tangga.
Montessori menandai pertumbuhan anak secara bertahap menjuju
kemandirian sebagai suatu pembebasan yang berkelanjutan menjuju
ruang baru yang lebih besar untuk beradaptasi. Dalam lingkungan
montessori, ada baiknya pembimbing untuk memahami kemajuan anak
melalui kerangka ini. Hal ini menandakan bahwa orang dewasa (guru,
orang tua), selaku pembimbing, dapat membekali anak untuk mengatasi
setiap adaptasi dengan ruang kecerdasan bawaan, kemudian secara
bertahap menuntutnya untuk muncul dan keluar mengahadapi ruang lebih
luas dengan berbagai peluang dan tantangan yang baru.
3. Penghapusan Hadiah Dan Bentuk-Bentuk Hukuman Luar
Metode montessori tidak menggunakan bentuk hadiah ketika anak
mendapatkan keberhasilan dalam aktivitasnya, karena menurut Maria
Montessori hadiah-hadiah dan bentuk-bentuk hukuman akan menyusul
secara alami. Manusia yang didisiplinkan melalui kemerdekaan, mulai
menginginkan kesejatian dan satu-satunya hadiah adalah kemunculan
kekuatan dan kemerdekaan manusia di dalam jiwanya yang menjadi
sumber daya bagai aktivitas-aktivitasnya.
Ketika diaplikasikan kepada anak-anak maka pengarhaaannya
berupa memberikan kebebasan agar anak berkativitas, saat anak
melakukan kesalahan maka anak menyadarinya dan memperbaiki
kesalahan, kesalahan tersebut dijadikan sebgai proses pembelajaran dalam
hidupnya hal ini merupakan motivasi instrinsik yang akan tertanam dalam
memori anak lebih lama jiga dibandigkan dengan hadiah ekstrinsik yang
hanya terasa sesaat. Maka menurut Montessori menumbuhakan motivasi
anak secara tepat yaitu menggunakan kendali, kesalahan, pengulangan dan
pengevaluasian, bukan dengan hadiah ekstrinsik.
4. Disiplin
Disiplin harus muncul melalui kemerdekaan. Kemerdekaan adalah
kegiatan. Ini adalah sebuah prinsip besar. Jika disiplin dilandaskan pada
kemerdekaan atau kebebasan, maka disiplin itu sendiri harus bersifat aktif.

15
Disiplin itu bukan ketika seseorang dibuat diam seperti orang bisu dan
dibuat tak bergerak seperti orang lumpuh. Cara seperti itu bukan arti
disiplin dan mendisiplinkan, tetapi menihilkan. Prinsip-prinsip semacam
ini harus ditempatkan di sekolah dan di rumah, karena hal ini bermanfaat
untuk anak-anak yang sedang memperlihatkan manifestasi psikis pertama
dalam kehidupan mereka. Maka agar setiap tindakan pembimbing dapat
mujarab, maka tindakan itu haruslah yang cenderung membantu menuju
penjabaran yang utuh dari kehidupan. Agar menjadi berguna, harus
dihindari kegiatan yang menghalangi gerakan-gerakan yang spontan dan
pembebanan tugas-tugas secara sewenang-wenang.
Pembimbingpun tentunya paham bagaimana mendisiplinkan anak-
anak. Gerakan anak-anak dari keadaan ketertiban menjadi lebih
terkoordinasi dan sempurna seiring perjalanan waktu, bahkan mereka
belajar untuk bercermin pada tindakan-tindakan mereka sendiri.7

7
Miming Ratna Wulandari. Sekolah Montessori di Solo Baru dengan Penerapan Pendidikan
Montessori Kedalam Desain Bangunan. Skripsi. Universitas Sebelas Maret Fakultas Teknik
Jurusan Teknik Arsitektur. Hlm xix

16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari apa yang telah dipaparkan sebelumnya maka dapat
disimpulkan bahwa Keterampilan berpikir anak usia dini dapat dilakukan
melalui penerapan metode Montessori dengan cara sebagai berikut:
1. Pembelajaran keterampilan berpikir anak usia dini melibatkan
perkembangan aspek kognitif, bahasa, dan sosial emosional, hal ini juga
selaras dengan metode Montessori yang bermanfaat untuk
mengembangkan berbagai aspek perkembangan anak meliputi
aspek kognitif, bahasa, sosial emosi dan motorik baik halus
maupun kasar.
2. Untuk melatih keterampilan berpikir menurut metode Montessori
pembelajaran pada anak harus memperhatikan tahap perkembangan
anak. 3.Dalam metode Montessori penggunaan alat permainan
edukatif dan penyediaan lingkungan yang sesuai dengan tahap
perkembangan anak sangat penting, sehingga untuk melatih
keterampilan berpikir anak usia dini diperlukan alat permainan
edukatif dan lingkungan yang sesuai dengan tahap perkembangan
mereka.
3. Metode Montessori selalu mengajarkan bahwa anak-anak harus
belajar tentang kemandirian. Apa yang diajarkan di sekolah
juga harus sejalan dengan apa yang dilakukan di rumah.

17
DAFTAR PUSTAKA

Maria Montessori. Metode Montessori


Dwi Hastuti, Melatih Keterampilan Berpikir Anak Usia Dini Melalui Penerapan
Metode Montessori,Vol.1, No.1
David Gettman,. Metode Pengajaran Montessori Tingkat Dasar (Aktivitas belajar
untuk anak balita),Anissa Nuriowandai. Dari Basic Montessori, Learning
Activities For Under five. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Miming Ratna Wulandari. Sekolah Montessori di Solo Baru dengan Penerapan
Pendidikan Montessori Kedalam Desain Bangunan. Skripsi. Universitas
Sebelas Maret Fakultas Teknik Jurusan Teknik Arsitektur

18

Anda mungkin juga menyukai