Anda di halaman 1dari 89

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional mengamanatkan dengan tegas perlunya penanganan

pendidikan anak usia dini, hal tersebut bisa dilihat pada pasal 1 butir 14

yang menyatakan bahwa: “Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya

pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6

tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk

membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani da rohani agar anak

memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut”. Seperti yang

dikemukakan dalam Sujiono (2012:7); bahwa usia dini lahir sampai enam

tahun merupakan usia yang sangat menentukan dalam pembentukan

karakter dan kepribadian seorang anak.

Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk

penyelenggaran pendidikan yang bertujuan untuk membatu pertumbuhan

dan perkembangan anak. Maka pendidikan yang diberikan hendaknya layak

dan sesuai dengan keunikan setiap anak. Seperti halnya yang dicantumkan

pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2002 pasal 9

ayat 1 tentang perlindungan anak dinyatakan bahwa, setiap anak berhak

memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan

pribadinya dan tingkat kecerdasaannya sesuai dengan minat dan bakatnya

1
2

Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelengaran

pendidikan yang meniti beratkan pada peletakan dasar kearah pertumbuhan

dan perkembangan fisik (koordinasi motori halus dan kasar),kecerdasan

(daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi,kecerdasan spritual) ,sosio

emosional (sikap dan perilaku serta beragama), bahasa dan

komunikasi,sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang

dilalui 0leh anak usia dini (sujono, 2012: 6-7). Salah satu dari beberapa

tahap tersebut yang memiliki peranan penting adalah bahasa dan

komunikasi karena dengan bahasa anak bisa menyampaikan pesan kepada

teman, guru, orang tua dan sebagainya, oleh sebab itu bahasa perlu

diajarkan atau ditanamakan sejak dini kepada anak salah satu kemampuan

berbahasa Peneliti ingin meneliti tentang kemampuan berbicara karena

berbicara merupakan ketrampilan yang perlu dipelajari untuk anak usia dini

sebagai alat sosialisasi. Kemampuan berbicara merupakan hal yang paling

kodrati dilakukan oleh semua orang termasuk anak-anak. Kemampuan

berbicara selalu dibutuhkan setiap hari mulai dari kita bangun tidur hingga

akan tidur kembali sebagi sarana untuk berkomunikasi.

Meningkatkan kemampuan berbicara pada anak usia dini, dapat

menggunakan media agar dapat lebih menarik dan menyenangkan untuk

anak karena anak usia dini belajar sambil bermain. Media gambar berseri

merupakan media visual karena media ini mengandalkan indera penglihatan

saja. Oleh karena itu peneliti menggunakan media gambar berseri untuk

meningkatkan kemampuan berbicara anak usia dini di Tk Tunas Harapan


3

kelompok A dengan cara melihat dan menceritakan gambar berseri secara

berurutan.

Menurut Daryanto (2012: 41) gambar berseri adalah suatu kesatuan

informasi yang dituangkan kedalam beberapa tahap atau dibuat berseri

dalam satu kesatuan informasi memerlukan beberapa gambar. Media

gambar berseri merupakan suatu media visual yang berisi yakni urutan

gambar, antara gambar satu dengan yang lain saling berhubungan dan

menyatakan suatu peristiwa. Media ini digunakan untuk merangsang daya

pikir anak agar mampu menimbulkan pertanyaan, gagasan, dalam

kemampuan berbicara dalam isi bicara seperti topik percakapan, cara bicara

dan pentingnya isi bicara yang akan disampaikan dapat diatasi dengan

bantuan media. Media dapat membantu guru dan anak ketika menemui

kesulitan dalam proses belajar mengajar saat menyampaikan materi

pembelajaran. Dengan memanfaatkan media gambar berseri sebagai upaya

meningkatakan kemampuan berbicara anak yang masih tergolong rendah.

Pengalaman dan pengamatan selama mengajar di kelompok TK A

peneliti bisa menyatakan bahwa kemampuan berbicara anak masih rendah,

maka untuk mengatasi hal tersebut dalam proses mengajar peneliti

menggunakan media gambar berseri yang ternyata mampu menarik

perhatian anak dalam proses tanya jawab kegiatan yang akan dilakukan pada

pembelajaran di kelas atau saat anak diminta untuk menceritakan kembali isi

gambar berseri sesuai kemampuan daya ingat anak. Sebelum menggunakan


4

media gambar berseri peneliti mengalami kesulitan dalam menyampaikan

materi kegiatan pembelajaran, anak asyik bicara dengan teman sebelahnya.

TK Tunas Harapan merupakan sekolah yang berada di pedesaan

tepatnya di Desa Ledok Kecamatan Sambong Kabupaten Blora.Tk tunas

Harapan mempunyai 4 guru dan satu kepala sekolah yang juga menjadi guru

kelas. Tk Tunas Harapan memiliki anak didik kelompok A1 jumlah murid

25 anak, kelompok A2 jumlah murid 25 anak, kelompok B1 jumlah murid

19 anak dan kelompok B2 jumlah murid 15 anak.

Anak didik di TK Tunas Harapan umumnya berasal dari keluarga

yang perekonomiannya menengah ke bawah, Banyak orang tua

mengharapakan anaknya hanya pandai berhitung dan membaca. Orang tua

banyak tidak memberi kebebasan anak untuk mengespresikan perasaan

anak, jarang diajak bicara tentang kejadian yang di alami anak hari ini

walaupun anak bercerita orang tua jarang memberi respon atau jawaban

yang bisa memberi pengertiaan benar atau salah, orang tua cenderung akan

langsung menyalahkan anak jika anak bercerita kalau menangis akibat

bertengkar atau jatuh. orang tua selalu ingin memaksakan kehendak mereka

kepada anaknya, hal ini juga berpengaruh dengan kemampuan bicara anak

di kelas anak cenderung pasif lebih aktif bermain atau bicara dengan teman

sebangkunya. Dengan jumlah murid yang banyak dan aktif secara motorik

kasar peneliti mengalamai kesulitan terlebih peneliti hanya seorang diri

mengajar tanpa dibantu tenaga pengajar yang lain.


5

Menurut Bruner (Azhar Arsyad 2009:7) tentang media gambar

menyatakan bahwa media gambar berseri dapat meningkatkan kemampuan

berbicara anak ada tiga tingkatan utama yaitu media belajar berupa

pengalaman langsung (enactive), pengalaman pictorial atau gambar (iconic)

dan pengalaman abstrak (symbolic).

Sedang Levie dan Levie (Azhar Arsyad, 2009 :9) mengatakan belajar

melalui stimulus visual membuahkan hasil belajar yang lebih baik untuk

tugas-tugas seperti mengingat, menghubungkan antara fakta-fakta dan

konsep serta mengenali dibandingkan dengan belajar melalui stimulus

verbal saja.

Bermula dari permasalahan tersebut maka peneliti menjadikan

penelitian dan mengangkat masalah ini adalah Peningkatan Kemampuan

berbahasa anak dalam berbicara yang kurang terasah karena anak hanya

mengembangkan kemampuan menulis dan membaca saja, sehingga

kemampuan berbicara anak tidak dapat berkembang secara optimal. Bicara

merupakan suatu kemampuan dan kemampuan tidak akan berkembang

kalau tidak dilatih secara terus menerus. Oleh karena itu, kemampuan

berbicara pada anak tidak akan berkembang dengan baik tanpa dilatih.

Apabila selalu dilatih, kemampuan berbicara tentu akan semakin baik.

Sebaliknya kalau malu, ragu, atau takut salah dalam berlatih berbicara,

niscaya kemampuan berbicara pada anak tidak akan berkembang.

Kemampuan berbicara lebih mudah dikembangkan apabila anak

memperoleh kesempatan untuk mengkomunikasikan sesuatu secara alami


6

kepada orang lain. Selama kegiatan pembelajaran di Tk guru diharapkan

mampu menciptakan berbagai pengalaman yang memungkinkan anak

mengembangkan kemampuan berbicaranya.

Berbicara sangat perlu dikembangkan karena dengan kemampuan

berbicara baik anak dapat bersosialisasi dengan lingkungan. Berdasarkan

pengamatan yang dilakukan pada kelompok A1 Taman Kanak-kanak Tunas

Harapan Kecamatan Sambong Kabupaten Blora masih rendahnya

kemampuan berbicara anak. Dari 25 anak 9 anak perempuan dan 16 anak

laki-laki, masih banyak anak yang memiliki kemampuan berbicara belum

berkembang, mungkin karena malu atau takut salah.

Permasalahan tersebut oleh peneliti segera ditindaklanjuti dengan

mengadakan penelitian tindakan kelas (PTK), dan berdasarkan hasil diskusi

dengan para teman sejawat serta pengarahan dari kepala sekolah, dilakukan

perbaikan proses belajar mengajar. Dengan menggunakan media gambar

berseri karena media gambar berseri adalah satu kesatuan informasi yang

dituangkan kedalam beberapa tahap atau dibuat berseri dalam satu lembar

sehingga dalam satu kesatuan informasi beberapa gambar,kemudian anak

menceritakan setiap gambar sesuai dengan urutan dan alur cerita masing-

masing. Ini bisa kita manfaatkan untuk membantu anak menjadi lebih

banyak tahu dan mengerti dengan melihat gambar, sehingga kemampuan

berbicara anak dapat berkembang. Atas saran dari kepala sekolah untuk

mencari media pembelajaran dengan gambar berseri yang menarik dengan


7

cara mencari beberapa buku atau dapat mendonlaut internet, namun tepat

guna dan sesuai dengan tema yang ada ditempat peneliti.

Berdasarkan masalah yang ada di lapangan peneliti melakukan

penelitian tindakan kelas (PTK) berjudul “Peningkatan kemampuan

Berbicara Melalui Media Gambar Berseri Di Kelompok A Taman Kanak-

Kanak Tk Tunas Harapan Desa Ledok Kecamatan Sambong Kabupaten

Blora”. Perkembangan bahasa khususnya kemampuan berbicara belum

berkembang baik dan masih memerlukan peningkatan.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat

diidentifikasikan masalah sebagai berikut:

1. Kemampuan mengungkapkan kalimat belum berkembang baik

khususnya pada Perkembangan bicara anak kelompok A TK Tunas

Harapan

2. Proses pembelajaran kurang menarik perhatian bagi anak dikarenakan

penggunaan media pembelajaran masih kurang maksimal.

3. Anak kurang lancar dalam menyampaikan pertanyaan dan suara anak

ketika berbicara masih pelan.

4. Anak ketika diminta menceritakan gambarnya hanya mengucapkan 1-

2 kata dan eskpresi yang ditujukan terlihat kurang berani


8

C. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah

dipaparkan di atas, penelitian ini dibatasi pada permasalahan pada

perkembangan bahasa anak kelompok A TK Tunas Harapan di Desa Ledok

Kecamatan sambong Kabupaten Blora khususnya kemampuan berbicara

belum berkembang secara baik.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah, dapat dirumuskan masalah sebagai

berikut “ Bagaimanakah peningkatan kemampuan berbicara melalui media

berseri pada anak kelompok A di TK Tunas Harapan Desa Ledok

Kecamatan Sambong Kabupaten Blora?”.

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, penelitian ini bertujuan untuk

mendeskripsikan peningkatan kemampuan berbicara melalui media gambar

berseri pada anak kelompok A TK Tunas Harapan Desa Ledok Kecamatan

sambong Kabupaten Blora Tahun Ajaran 2016/2017

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapakan dapat memberikan manfaat sebagai

berikut :
9

1. Bagi Guru

Dapat memberikan motifasi bagi guru tentang media

pembelajaran yang tepat dalam menunjang keberhasilan dalam

peningkatan kemampuan berbicara pada anak kelompok A

2. Bagi Anak

Dapat meningkatkan kemampuan berbicara terutama dalam

menyampaikan pertanyaan secara lisan dengan bahasa yang baik dan

benar pada anak kelompok A TK Tunas Harapan.

3. Bagi Sekolah

Media gambar berseri sebagai sarana yang dapat digunakan

dalam upaya meningkatkan kemampuan berbicara anak kelompok A

TK Tunas Harapan

G. Spesifikasi Variabel dan Definisi Operasional

1. Spesifikasi Variabel

a. Variabel Bebas (Media Gambar Seri)

Variabel bebas adalah variabel-variabel yang

mempengaruhi variabel lainnya dalam kaitannya dengan

masalah yang diteliti. Menurut Sugiono (2006:33).Pengertian

variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi

atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbul variabel

terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah media

gambar berseri.
10

b. Variabel terikat (Kemampuan bahasa anak dalam berbicara)

Adalah variabel yang memperngaruhi oleh variabel

lainnya dalam kaitannya dengan masalah yang diteliti. Menurut

Sugiono (2006:33) Variabel terikat adlah merupakan variabel

yang mempengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya

variabel bebas. Dalam penelitian ini termasuk variabel terikat

adalah kemampuan berbicara pada anak kelompok A

2. Definisi Operasioanal

Untuk mendapatkan kesamaam arti pada penelitian ini, Penulis

perlu mendifinisikan secara operasional istilah-istilah sebagai berikut:

1. Media gambar berseri adalah media yang berisi gambar-gambar

berseri dimana setiap gambar memiliki kaitan antara satu

dengan lainnya

2. Kemampuan berbicara merupakan suatu alat untuk

mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan atau

mengkomunikasikam pikiran ide maupun perasaan kepada

orang lain secara lisan.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Media Gambar Berseri

1. Pengertian Media Gambar Berseri

Media gambar berseri adalah media yang berisi gambar-gambar

berseri, di mana setiap gambar memiliki kaitan antara satu dengan

yang lainnya. Menurut Nurbiana Dhieni,dkk (2008: 7.17) menyatakan

bahwa persyaratan pembuatan media gambar berseri, yaitu

a. Ukuran gambar cukup besar untuk dapat dilihat oleh semua anak

sampai ke rinciannya.

b. Hubungan satu gambar dan gambar yang berikutnya kelihatan

jelas

c. Tiap gambar dapat menimbulkan rasa ingin tahu anak

mengetahui kelanjutannya, hal ini dapat dilihat pada gambar

selanjutnya.

d. Isi tiap gambar menunjukkan suatu adegan yang jelas.

e. Gambar sebaiknya tidak terlalu banyak hiasan (gambar

tambahan) yang dapat mengaburkan arti da isi gambar itu.

f. Gambar-gambar sebaiknya diberi warna yang hidup dan

menarik sesuai dengan aslinya

Berdasarkan uraian di atas dapat ditegaskan bahwa media

gambar yang digunakan dalam penelitian ini berisi gambar-gambar

11
12

yang disesuaikandengan tema pada hari saat berlangsungnya

penelitian. Media gambar tersebut adalah gambar berseri ke-1 sampai

dengan ke-4 yang menunjukkan saling berkaitan dan merupakan

rangkaian sebuah cerita atau sebuah informasi. Gambar berseri dengan

tema alam semesta dengan sub tema Pemeliharan lingkungan agar

tidak terjadi gejala alam yang merugikan. Gambar dibuat dengan

ukuran A3 dengan ukuran cukup besar dan diberi warna yang hidup

dan menarik serta sesuai dengan aslinya untuk memberi stimulasi

kepada anak guna meningkatkan kemampuan berbicara pada anak

Taman kanak-kanak usia 4-5 tahun.

2. Media Gambar Berseri untuk Meningkatkan Kemampuan

berbicara Anak Kelompok A

Salah satu jenis media yang termasuk ke dalam media gambar

adalah gambar berseri.Media gambar berseri seperti yang diuraikan

sebelumnya adalah suatu kesatuan informasi yang dituangkan ke

dalam beberapa tahapan atau di buat berseri dalam satu lembar,

sehingga dalam satu kesatuan informasi. Dalam pembelajaran pada

anak usia dini, media berperan penting dalam menciptakan suasana

belajar yang menyenangkan bagi anak. Pada dasarnya pembelajaran

bagi anak Tk adalah menyenangkan, bergembira, rileks, ceria,

sukacita dan mendidik serta menumbuhkan aktifitas dan

kreatifitas.Oleh karena itu, peran media dalam pembelajaran harus


13

mampu memberikan suasana menyenangkan, ceria dan dapat

menumbuhkan aktivitas dan kreativitas dalam pembelajaran anak usia

dini.

Media gambar berseri merupakan jenis media visual atau hanya

mempunyai unsur gambar. Adapun fungsi media visual dalam

pembelajaran menurut Levie & Lentz (Azhar Arsyad, 2002: 16-

18),yaitu fungsi afensi, fungsi afektif, fungsi kognitif, dan fungsi

kompensatoris. Fungsi afensi yaitu media gambar seri yang dapat

menarik dan mengarahkan perhatian anak untuk berkonsentrasi

terhadap isi pelajaran yang ditampilkan atau menyertai teks materi

pelajaran. Fungsi afektif yaitu media gambar seri yang diperagakan

oleh guruakan menggugah emosi dan sikap anak, misalnya informasi

yang menyangkut masalah sosial dalam kehidupan sehari-hari. Fungsi

kognitif yaitu gambar seri akan dapat memperlancar pencapaian

tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang

terkandung dalam gambar. Fungsi kompensatoris yaitu media gambar

seri akan memberikan konteks untuk memahami teks dan membantu

anak yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi

dalam teks dan dapat mengingat kembali.

Berdasarkan pendapat di atas, jelas bahwa media gambar berseri

memiliki fungsi yang luas dan penting, terlebih dalam dunia

pendidikan, sebagaimana digunakan guru dalam proses pembelajaran.

Walaupun dalam pengadaan dan pemanfaatannya senantiasa masih


14

menghadapi berbagai kendala, baik karena tidak disiapkan oleh pihak

sekolah maupun keterbatasan kemampuan guru dalam membuat dan

menggunakan media pembelajaran ,seperti gambar seri.

Penggunaan gambar berseri merupakan alat bantu (media) agar

pembelajaran tidak berkesan monoton dan suasana kelas menjadi

menyenangkan. Dengan media ini diharapkan anak terangsang untuk

menggunakan daya indera pendengarannya secara maksimal untuk

menyimak cerita guru. Setelah anak menyimak cerita guru,daya

imajinasi anak akan muncul selarah dengan alur dan tokoh cerita guru,

dan akhirnya anak diharapkan mempunyai kemampuan menceritakan

kembali apa yang telah diceritakan oleh gurunya dan juga dapat

mengadopsi perilaku positif dari tokoh cerita. Kemampuan

menceritakan isi cerita merupakan modal dasar melatih aspek

kemampuan berbicara.

Kegiatan bercerita atau berbicara pada anak TK berdasarkan

gambar seri adalah suatu kegiatan percakapan yang dilakukan guru

kepada anak Tk dengan bantuan buku gambar yang ceritanya berseri.

Biasanya terdiri dari empat seri, yaitu gambar seri satu sampai empat

tersebut saling berkaitan dan merupakan rangkaian sebuah cerita atau

informasi. Isi buku seri tersebut adalah pokok bahasan dalam

bercakap-cakap dengan menggunakan gambar seri.

Dalam penelitian ini diusahakan meningkatkan kemampuan

berbicara pada anak kelompok A, maka kegiatan bercerita yang


15

dilakukan menggunakan media gambar berseri. Gambar seri

merupakan kegiatan yang dilakukan dengan bantuan alat peraga yaitu

buku atau kertas yang memuat cerita seri sesuai dengan tema yang

akan disampaikan oleh peneliti. Penggunaan media gambar dalam

penelitian diharapkan dapatmenarik minat dalam pembelajaran,yaitu

anak dapat mendengarkan dan memahami penjelasan dalam

pembelajaran.

3. Langkah-langkah Meningkatkan Kemampuan Berbicara Anak

Kelompok A Menggunakan Media Gambar Berseri

Upaya meningkatkan kemampuan berbicara pada anak

menggunakan media gambar berseri, dibutuhkan langkah-langkah

yang tepat sesuai dengan kondisi dan karakteristik anak usia dini.

Langkah-langkah bercerita berdasarkan gambar seri (Depdikbud,

1998: 49),sebagai berikut:

a. Menyiapkan alat peraga yang akan digunakan.

b. Mengatur dan mengkoordinasikan tempat duduk anak yang

nyaman

c. Anak memperhatikan empat gambar yang diperlihatkan oleh

guru di papan tulis

d. Anak mendengarkan penjelasan tentang judul gambar seri

e. Guru melepas gambar yang ada di papan tulis.


16

f. Anak dan guru membicarakan gambar satu demi satu dan

mencari hubungan antar gambar-gambar.

g. Anak mengumpulkan isi cerita.

h. Guru memberikan tugas pada anak untuk mengurutkan empat

gambar tersebut secara bergantian.

Menurut Moeslichatoen (2004:104-105) langkah-langkah dalam

pelaksanaan bercerita bagi anak TK di bagi dalam tiga tahap, yaitu:

a. Kegiatan Pra-Pengembangan

Ada dua macam persiapan dalam kegiatan pra-pengembangan:

1) Kegiatan penyiapan bahan dan peralatan yang siap

dipergunakan, untuk membantu anak meningkatkan

keberanian mengungkapkan pikiran, perasaan, keinginan,

dan sikap dalam kaitan tema yang diperbincangkan dan

mendekatkan hubungan antar pribadi kelompok anak

dalam kegiatan bercakap-cakap.

2) Kegiatan penyiapan siswa dalam melaksanakan kegiatan

bercakap-cakap sebagai berikut:

a) Guru mengkomunikasikan kepada siswa tujuan

kegiatan bercakap- cakap.

b) Untuk pemanasan guru mengajak siswa untuk

menyanyikan lagu sesuai dengan tema yang akan

dibicarakan.

c) Guru memperjelas apa yang harus dilakukan anak-


17

anak dalam kegiatan bercakap-cakap, yakni

keberanian berbicara dan kesungguhan mendengar

bicara anak lain.

b. Kegiatan Pengembangan

1) Guru menyajikan fakta-fakta di sekitar kehidupan anak

yang berkaitan dengan tema cerita.

2) Menceritakan isi cerita dengan lafal, intonasi dan ekspresi

wajah yang menggambarkan suasana cerita.

c. Kegiatan Penutup

1) Setelah percakapan berlangsung misalnya selama 20

menit, maka tiba saatnya guru membimbing anak-anak

untuk merangkum hasil percakapan yang dilaksanakan.

2) Guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan

dengan isi cerita. Berdasarkan uraian di atas, dapat

ditegaskan bahwa langkah-langkah kegiatan bercerita

menggunakan gambar berseri pada anak kelompok A,

meliputi (a) menyiapkan alat peraga yang akan digunakan,

(b) mengatur dan mengkondisikan tempat duduk anak

yang nyaman, (c) anak memperhatikan empat gambar

yang diperlihatkan oleh guru di papan tulis, (d) anak

mendengarkan penjelasan tentang judul gambar seri, (e)

media gambar berseri digunakan oleh guru dengan cara

ditunjukkan kepada anak satu demi satu yang ditempel di


18

papan tulis, (f) setiap anak diberikan kesempatan

mengucapkan pendapatnya mengenai gambar berseri

tersebut, (g) anak diminta menceritakan kembali dengan

urut sesuai isi gambar secara bergantian, yaitu tentang

tentang alam semesta pemeliharaan lingkungan supaya

tidak terjadi gejala alam.

B. Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini

1. Pengertian Berbicara

Berbicara secara umum dapat diartikan sebagai suatu

penyampaian maksud (ide, pikiran, gagasan,atau isi hati) kepada

orang lain dengan dipahami oleh orang lain (Depdiknas, 2004:

7).Berbicara merupakan alat komunikasi terpenting dalam

berkelompok. Anak belajar bagaimana berbicara dengan baik dalam

berkomunikasi dengan orang lain. Bertambahnya kosa kata yang

berasal dari berbagai sumber menyebabkan semakin banyak

pembendaharan kata yang dimiliki. Anak mulai menyadari bahwa

komunikasi yang bermakna tidak dapat dicapai bila anak tidak

mengerti apa yang dikatakan oleh orang lain. Hal ini mendorong anak

untuk meningkatkan pengertiannya.

Menurut Hurlock (1978: 176) berbicara adalah bentuk bahasa

yang menggunakan artikulasi atau kata-kata yang digunakan untuk

menyampaikan maksud. Lebih lanjut bahwa dikatakan berbicara


19

merupakan ketrampilan mental motorik yang melibatkan koordinasi

otot, mekanisme suara yang berbeda dengan kemampuan mengaitkan

arti dan bunyi-bunyi yang dihasilkan. Meski demikian tidak semua

bunyi yang dihasilkan anak dapat dipandang sebagai berbicara.

Sebelum anak dapat mengendalikan mekanisme otot syaraf untuk

menimbulkan bunyi yang jelas, berbeda dan terkendali, ungkapan

suara adalah bunyi artikulasi artinya sebelum anak mampu

mengaitkan arti dengan bunyi yang terkendalikan itu. Walaupun

ucapan yang dikeluarkan anak betul, pembicaraan itu hanyalahsebuah

bentuk peniruan karena kekurangan unsur mental dari makna yang

dimaksud (Hurlock, 1978: 177).

Berdasarkan uraian diatas, dapat ditegaskan bahwa berbicara

pada hakikatnya merupakan suatu proses berkomunikasi, sebab di

dalamnya terjadi pesan dari suatu sumber ke tempat lain. Selain itu

berbicara merupakan suatu alat untuk mengekspresikan,

menyampaikan, menyatakan, atau mengkomunikasikan pikiran, ide,

maupun gagasan.

2. Tahap Berbicara pada Anak Usia Diri

Perkembangan bicara pada anak yang berhubungan erat dengan

perkembangan berpikir anak. Menurut Suhartono ( 2005: 41) ada lima

tahap perkembangan bicara anak yaitu: (a) mengucapakan satu kata,

(b) mengucapkan dua kata, (c) anak dapat mengucapkan satu kalimat,
20

(d) dapat membuat kalimat-kalimat pendek dan jenis berbeda-beda,

dan (e) dapat membuat kalimat panjang dengan berbagai formasi.

Secara umum tahap-tahap perkembangan anak dapat dibagi ke dalam

beberapa rentang usia, yaitu masing-masing menunjukkan ciri-ciri

tersendiri. Menurut Guntur (1988.75), tahapan perkembangan ini

sebagai berikut:

1. Tahap I (pralinguistik), yaitu antara 0-1 tahun. Tahap ini terdiri

dari:

a. Tahap meraban-1 (pralinguistik pertama). Tahap ini

dimulai dari bulan pertama hingga bulan keenam di mana

anak mulai menangis, tertawa, dan menjerit.

b. Tahap merabaan-2 (pralingustik kedua). Tahap ini pada

dasarnya merupakan tahap kata tanpa makna mulai dari

bulan ke-6 hingga 1 tahun.

2. Tahap II (linguistik). Tahap ini terdiri dari tahap I dan II, yaitu:

a. Tahap -I holafrastik (1 tahun), ketika anak-anak mulai

menyatakan makna keseluruhan frasa atau kalimat dalam

satu kata. Tahap ini juga ditandai dengan pembendaharaan

kata anak hingga kurang lebih 50 kosa kata.

b. Tahap -2; frasa (1-2), pada tahap ini anak sudah mampu

mengucapkan dua kata (ucapan dua kata). Tahap ini juga

ditandai dengan pembendaharaan kata anak sampai

dengan rentang 50-100 kata.


21

3. Tahap III (pengembangan tata bahasa, yaitu prasekolah 3, 4, 5

tahun). Pada tahap ini anak sudah dapat membuat

kalimat,seperti telegram. Dilihat dari aspek pengembangan tata

bahasa seperti: S – P – O, anak dapat memperpanjang kata

menjadi satu kalimat.

4. Tahap IV (tata bahasa menjelang dewasa, yaitu 6-8 tahun).

Tahap ini ditandai dengan kemampuan yang mampu

menggabungkan kalimat sederhana dan kalimat kompleks.

Bruner dalam Suyanto (2005.76), menyatakan bahwa anak

belajar dari konkret ke abstrak melalui tiga tahapan, yaitu enactive,

iconic, dan symbolic. Pada tahap enactive, anak berinteraksi dengan

objek berupa benda-benda,orang, dan kejadian. Dari interaksi tersebut,

anak belajar nama dan merekam ciri benda dan kejadian. Itulah

sebabnya anak usia 2-3 tahun akan banyak bertanya, “ Apa itu?” ,

“Apa ini ? “, sangat penting untuk mengenalkan nama benda-benda

sehingga anak mulai menghubungkan antara benda dan simbol, nama

benda.

Pada proses iconic anak mulai belajar mengembangkan simbol

dan benda. Proses symbolic terjadi saat anak mengembangkan konsep.

Dengan proses yang sama anak belajar tentang berbagai benda seperti

gelas, minum, dan air. Kelak, semakin dewasa anak akan mampu

menggabungkan konsep tersebut menjadi kompleks,seperti “minum

air dengan gelas”.


22

Pada tahap simbolis anak mulai belajar berpikir abstrak. Ketika

anak usia 4-5 tahun pertanyaan “Apa itu?”, dan “Apa Ini ?” akan

berubah menjadi “Kenapa?” atau “Mengapa?”. Pada tahap ini anak

mulai mampu menghubungkan keterkaitan antara berbagai benda,

orang, atau objek dalam suatu urutan kejadian. Ia mulai

mengembangkan arti atau makna dari suatu kejadian.

3. Bentuk Dan Ciri Kegiatan Berbicara

a. Bentuk-bentuk Kegiatan Berbicara

Ada beberapa kegiatan berbicara yang dapat digunakan

guru untuk melatih kemampuan berbicara. Bentuk-bentuk

kegiatan berbicara tersebut dikemukakan oleh Nurgiyantoro

(2001: 278-291), antara lain: 1) Pembicaraan berdasarkan

gambar, 2) Wawancara, 3) Berbicara, 4) Pidato, 5) Diskusi.

Pembicaraan berdasarkan gambar merupakan pembicaraan yang

penyebutkan tulisan-tulisan yang terdapat dibawah gambar.

Penyajian gambar-gambar tersebut dipisah-pisah. Rangsangan

dari gambar-gambar tersebut sangat baik untuk melatih anak-

anak yang baru belajar bahasa asing

b. Ciri-ciri Kegiatan Berbicara

Tuturan atau percakapan yang baik akan terjadi manakala

pembicara dan pendengar memiliki kemampuan dalam

menggunakan aspek kebahasaan dan non kebahasaan.


23

Kemampuan itu mutlak dimiliki oleh pelaku tutur atau pelaku

komunikasi agar informasi yang disampaikannya dapat diterima

dengan baik. Salah satu aspek kebahasaaan yang sangat penting

dalam ujaran atau tuturan ini adalah makna. Makna sangat

dipengaruhi oleh konteks ujaran tersebut. Adapun ciri-ciri

kegiatan berbicara menurut sutiyati (2004: 31) adalah sebagai

berikut:

1. Ujaran biasanya dipelajari melalui menyimak dan meniru

(proses imitasi). Oleh karena itu maka contoh atau model

yang disimak atau direkam oleh anak sangat penting

dalam penguasaan kecakapan berbicara.

2. Ujaran seseorang mencerminkan pemakaian bahasa di

rumah dan dalam masyarakat tempat tingalnya, misalnya:

ucapan intonasi, kosa kata, penggunakan kata-kata dan

pola-pola kalimat.

3. Meningkatkan ketrampilan menyimak berarti membantu

meningkatkankualitas berbicara seseorang.

4. Bunyi atau suara merupakan faktor yang penting dalam

meningkatkan cara pemakaian kata-kata. Oleh karena itu

anak akan tertolong kalau mereka sedang menyimak

ujaran yang baik dari gurunya.

5. Berbicara dengan bantuan alat peraga akan menghasilkan

pengungkapan informasi yang lebih banyak dari pada


24

menyimak. Umumnya anak akan meniru bahasa yang

didengarnya.

Selanjutnya setiap ciri ketrampilan berbicara tersebut

sangat erat hubungannya dengan proses berpikir seseorang.

Semakin terampil seseorang dalam berbicara, semakin cerah dan

jelas pula jalan pikirannya. Dapat disimpulkan bahwa

ketrampilan atau kemampuan berbicara hanya dapat diperoleh

dan dikuasai dengan jalan banyak latihan dan banyak praktik.

6. Tujuan Berbicara

Setiap kegiatan yang dilakukan oleh manusia pasti memiliki

tujuan, begitu juga dengan kegiatan berbicara memiliki tujuan yang

akan disampaikan kepada pendengar atau pengamat. Tujuan utama

berbicara adalah untuk komunikasi.

Menurut Tarigan,dkk (1993: 38) mengatakan bahwa pembicara

biasanya dapat dibedakan atas beberapa golongan, yaitu :

1. Menghibur

2. Menginformasikan

3. Menstimulasi

4. Menyakinkan

5. Menggerakan

Agar dapat menyampikan pikiran secara efektif dan ekspresif

maka seharusnya pembicara memahami makna segala sesuatu yang


25

ingin disampaikan terhadap pendengar. Selain itu, berbicara juga

dituntut untuk mengetahui prinsip-prinsip yang mendasari segala

situasi pembicaraan, baik secara umum maupun perorangan.

Dijelaskan oleh Sutiyati (2004: 30) bahwa ada beberapa prinsip umum

yang mendasari kegiatan berbicara yaitu:

1. Membutuhkan paling sedikit dua orang

2. Mempergunakan suatu sandi linguistik yang dipahami bersama

3. Menerima atau mengakui suatu daerah referensi umum

4. Merupakan suatu pertukaran antara partisipasi. Kedua pihak

partisipasi yang memberi dan menerima dalam berbicara saling

bertukar sebagai pembicara dan menyimak.

5. Menghubungkan setiap pembicara dengan lainnya dan kepada

lingkunganya dengan segera. Perilaku lisan pembicara selalu

berhubungan dengan responsi yang nyata atau yang diharapkan

dari penyimak, dan sebaliknya. Jadi hubungan itu bersifat timbal

balik atau dua arah

6. Berhubungan dan berkaitan dengan masa kini. Hanya dengan

bantuaan berkas graft-material,bahasa dapat luput dari kekinian

dan kesegaran bahwa pita atau berkas itu telah mungkin berbuat

demikian, tentu saja merupakan salah satu keunggulan budaya

manusia

7. Hanya melibatkan perangkat yang berhubungan dengan bunyi

bahasa dan pendengaran


26

8. Secara tidak pandang bulu menghadapi serta memperlakukan

apa yang nyata dan apa yang diterima sebagai dalil

9. Berdasarakan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa

sesorang melakukan kegiatan berbicara selain untuk

berkomunikasi juga bertujuan mempengaruhi orang lain dengan

maksud apa yang dibicarakan dapat diterima oleh lawan

bicaranya dengan baik. Adanya hubungan timbal balik secara

efektif dalam kegiatan berbicara, antara pembicara dan

pendengar akan membentuk kegiatan berkomunikasi menjadi

lebih efektif dan efesien.

5. Faktor Penunjang Kegiatan Berbicara

Berbicara atau kegiatan komunikasi lisan merupakan kegiatan

individu untuk menyampaikan pesan secara lisan kepada orang lain

atau kepada sekelompok orang, yang disebut juga audiens atau

majelis. Supaya tujuan pembicaraan atau pesan dapat sampai kepada

lawan berbicara atau audiens dengan baik,perlu diperhatikan beberapa

faktor yang dapat menunjang keefektifan berbicara. Muhadjir (1995:

22) mengungkapkan bahwa berbicara diperlukan hal-hal diluar

kemampuan berbahasa dan ilmu pengetahuan. Pada saat berbicara

diperlukan : 1) penguasaan bahasa, 2) Bahasa, 3) Keberanian dan

ketenangan, 4) kesanggupan, menyampikan ide dengan lancar dan

teratur.
27

Menurut Vygostky menjelaskan ada 3 tahap perkembangan

bicara pada anak yang berhubungan erat dengan perkembangan pola

pikir anak yaitu:

1. Tahap eksternal yaitu terjadi ketika anak berbicara secara

eksternal dimana sumber berpikir berasal dari luar diri anak

yang memberikan pengarahan,informasi dan melakukan suatu

tanggung jawab dengan benar

2. Tahap egosentris yaitu dimana anak berbicara sesuai

dengan jalan pikirannya dan dari pola bicara orang dewasa

3. Tahap internal yaitu dimana dalam proses berpikir anak

telah memiliki suatu penghayatan kemampuan berbicara

sepenuhnya.

Berbicara merupakan salah satu alat komunikasi yang paling

efektif. Semenjak anak masih bayi sering kali menyadari bahwa

dengan mempergunakan bahasa tubuh dapat terpenuhi kebutuhannya.

Namun hal tersebut kurang dimengerti apa yang dimaksud oleh anak.

Oleh karena itu baik bayi maupun anak kecil selalu berusaha agar

orang lain mengerti maksudnya. Hal ini yang mendorong orang untuk

belajar berbicara dan membuktikan bahwa berbicara merupakan alat

komunikasi yang paling efektif dibandingkan dengan bentuk-bentuk

komunikasi yang lain yang dipakai anak sebelum pandai berbicara.

Oleh karena itu bicara tidak sekedar merupakan prestasi tetapi juga

berfungsi untuk mencapai tujuanny,misalnya:


28

1. Sebagai pemenuhan kebutuhan dan keinginan. Dengan

berbicara anak mudah untuk menjelaskan kebutuhan dan

keinginannya tanpa menunggu orang lain mengerti

tangisannya,gerak tubuh atau ekspresi wajahnya.

2. Sebagai alat untuk menarik perhatian orang lain. Pada

umumnya setiap anak merasa senang menjadi pusat perhatian

orang lain. Melalui keterampilan berbicara, anak berusahauntuk

mendapat perhatian orang lain terhadapnya misalnya dengan

berbagai pertanyaan yang diajukan kepada orang lain.

Disamping itu berbicara juga dapat untuk menyatakan berbagai

ide , sekalipun seringkali tidak masuk akal bagi orang tua dan

bahkan dengan mempergunakan keterampilan berbicara anak

dapat mendominasi situasi, sehingga terdapat komunikasi yang

baik antara anak dengan teman bicaranya.

3. Sebagai alat untuk membina hubungan sosial. Kemampuan

anak berkomunikasi dengan orang lain merupakan syarat

penting untuk dapat menjadi bagian dari kelompok di

lingkungannya. Dengan keterampilan berkomunikasi, anak –

anak lebih mudah diterima oleh kelompok sebayanya dan dapat

memperoleh kesempatan lebih banyak untuk mendapat peran

sebagai pemimpin dari suatu kelompok jika dibandingkan

dengan anak yang kurang terampil atau tidak memiliki

kemampuan berkomunikasi dengan baik.


29

4. Sebagai alat untuk mengevaluasi diri sendiri. Dari

pernyataan orang lain anak dapat mengetahui bagaimana

perasaan dan pendapat orang tersebut terhadap sesuatu yang

telah dikatakannya. Disamping itu anak juga mendapat kesan

bagaimana lingkungan menilai dirinya.

5. Untuk dapat mempengaruhi pikiran dan perasaan orang

lain. Anak yang suka berkomentar, menyakiti atau mengucapkan

sesuatu yang tidak menyenangkan tentang orang lain dapat

menyebabkan anak tidak populer atau tidak disenangi

lingkungannya. Sebaliknya bagi anak yang suka mengucapkan

kata – kata yang menyenangkan dapat merupakan modal utama

bagi anak agar diterima dan mendapat simpati dari

lingkungannya.

6. Untuk mempengaruhi perilaku rang lain. Dengan

kemampuan berbicara dengan baik dan penuh rasa percaya diri

anak dapat mempengaruhi orang lain atau teman sebayanya

yang berprilaku kurang baik menjadi teman yang bersopan

santun. Kemampuan dan keterampilan berbicara dengan baik

juga dapat merupakan moal utama bagi anak untuk menjadi

pemimpin di lingkungan karena teman sebayanya menaruh

kepercayaan dan simpatik kepadanya.


30

C. Keterkaitan antara Kemampuan Berbicara dengan Media Gambar

Berseri

Anak usia dini merupakan individu yang unik dimana ia memiliki pola

pertumbuhan dan perkembangan dalam aspek fisik, kognitif,

sosioemosional, kreativitas, bahasa dan komunikasi yang khusus yang

sesuai dengan tahapan yang sedang dilalui oleh anak tersebut. Pada masa

usia dini anak mengalami masa keemasan (the golden years) yang

merupakan masa dimana anak mulai peka/sensitif untuk menerima berbagai

rangsangan. Masa peka pada masing- masing anak berbeda, seiring dengan

laju pertumbuhan dan perkembangan anak secara individual. Salah satu

perkembangan pada anak usia dini adalah perkembangan bahasa yang

ditunjukkan oleh kemampuan berkomunikasi atau kemampuan berbicara.

Pengembangan berbicara anak sangat penting untuk dikembangkan,

karena perkembangan bahasa dan perilaku yang dilakukannya dapat

diketahui dengan mengamati perkembangan berbicara anak.Pengembangan

bicara merupakan suatu hal yang esensial dan sangat dibutuhkan oleh anak,

sebab pengembangan bicara itu sangat berguna bagi anak untuk

memperlancar kemampuan dan keterampilan berbicara anak itu sendiri.

Kemampuan berbicara perlu dimiliki seorang anak agar dapat

berkomunikasi dengan lingkungannya. Karena bila tidak, anak akan merasa

dijauhkan dari lingkungannya.

Begitu pentingnya peranan berbicara secara efektif, maka perlu

mendapat latihan. Dalam hal ini tugas guru Taman Kanak-kanak di sini
31

adalah bagaimana cara mengembangkan kemampuan berbicara anak

kelompok A Taman Kanak-kanak Tunas Harapan dan metode maupun

media apa yang digunakan. Peningkatan kemampuan bicara pada anak

sangat berpengaruh terhadap proses tumbuh kembang anak. Setiap anak

mempunyai tingkat perkembangan bahasa yang berbeda-beda. Oleh karena

itu perkembangan kemampuan berbicara anak pada kelompok A perlu

dirangsang. Kalau tidak ada stimulasi, perkembangan bahasa anak

kelompok A Taman kanak-kanak Tunas Harapan Desa ledok kurang

berkembang dengan baik.

Dalam upaya meningkatkan kemampuan berbicara pada anak, salah

satu media yang digunakan adalah dengan media gambar berseri Media

gambar berseri sendiri dimaksudkan untuk menarik perhatian anak, karena

dengan menggunakan media gambar berseri, anak dapat melihat hubungan

antara konsep, peristiwa, dan tokoh yang ada dalam pelajaran serta dapat

melihat hubungan antara komponen-komponen materi atau isi pelajaran

yang diajarkan. Kegiatan bercerita yang dilakukan secara langsung dan

tanpa menggunakan media tidak akan menarik minat anak untuk

mengikutinya, tetapi apabila dilakukan dengan menggunakan media gambar

anak akan tertarik untuk memperhatikan dan mengikuti jalan cerita yang

pada akhirnya anak akan mampu menceritakan kembali menggunakan

kalimat sederhana dengan baik dan benar.

Gambar berseri yang digunakan dapat berisi gambar-gambar yang

disesuaikan dengan tema alam semesta dengan sub tema pemeliharan


32

lingkungan supaya tidak terjadi gejala alam yang merugikan. Penggunaan

media gambar berseri, guru akan lebih mudah mengatasi gangguan yang

akan menghambat proses pembelajaran dan mengambil alih perhatian anak

di kelas. Selain itu, pembelajaran akan lebih menarik perhatian anak

sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar. Anak akan dapat lebih

banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian

guru, tetapi juga aktivitas lain, seperti mengamati, melakukan, dan

mendemonstrasikan.

Dengan media ini, diharapkan dapat meningkatkan kemampuan

berbicara anak di TK Tunas Harapan Desa Ledok.Masing-masing gambar

dalam media gambar seri mengandung makna adanya alur dalam suatu

cerita secara bergambar yang harus disusun dengan baik.Jadi, penyusunan

gambar harus sesuai dengan alur cerita yang seharusnya mengandung

makna tertentu, dan gambar-gambar tersebut dapat dibuat dalam bentuk

cerita atau karangan yang menarik.Peningkatan kemampuan berbicara anak-

anak kelompok A, meliputi keberanian berbicara, menggunakan kalimat

pendek berbicara, dan kemampuan menceritakan kembali dengan urut

sesuai isi gambar.

D. Kerangka Berfikir

Proses belajar mengajar merupakan proses yang dilakukan oleh anak

untuk mencapai perubahan menjadi lebih baik, dari tidak tahu menjadi tahu,

dari tidak bisa menjadi bisa. Proses tersebut dipengaruhi oleh faktor yang
33

meliputi, guru, media, penyampaian materi, sarana penunjang, serta

lingkungan sekitarnya. Guru sebagai pemegang peranan utama dalam

pembelajaran diharapkan dapat memilih baik metode maupum media

pembelajaran yang tepat sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan baik.

Selain guru sebagai sumber belajar, media pembelajaran memberikan

pengaruh yang baik terhadap keberhasilan dalam pembelajaran.Antara guru

dengan media sama-sama menunjang pembelajaran secara efektif dan

efisien. Media sebagai alat bantu mengajar, berkembang sedemikian

pesatnya sesuai dengan kemajuan teknologi ragam dan jenis media pun

cukup banyak sehingga dapat dimanfaatkan sesuai dengan kondisi, waktu,

keuangan, maupun materi yang akan disampaikan. Seorang guru dituntut

untuk mampu memilih dan terampil mengunakan media. Pemanfaatan

media pembelajaran disekolah dirasakan masih kurang bahkan sering

terlupakan. Hal ini disebabkan salah satunya karena kurang kreatifnya guru

dalam pengunaan media pembelajaran.

Untuk dapat merinci kerangka berpikir dalam penelitian ini, maka

dapat digambarkan melalui bagan berikut ini:


34

1. Perkembangan kemampuan 4. Kemampuan berbicara


berbicara anak Kelompok A TK perlu dimiliki seorang
Tunas Harapan Desa Ledok belum anak agar dapat
berkembang secara baik. berkomunikasi dengan
2. Penggunaan media pembelajaran lingkungannya.
juga belum maksimal,sehingga hal 5. Dengan menggunakan
tersebut mempengaruhi ketertarikan media gambar anak
anak dalam mengikuti proses akantertarik untuk
pembelajaran. memperhatikan dan
3. Anak ketika diminta menceritakan mengikuti jalan cerita.
gambarnya hanya mengucapkan 1-2 6. Penggunaan media
kata dan ekspresi yang di tunjukkan gambar berseri guru
terlihat kurang berani. akan lebih mudah
mengatasi gangguan
yang akan menghambat
proses pembelajaran dan
mengambil alih
Meningkatnya kemampuan perhatian anak dikelas.
berbicara melalui media gambar
berseri pada kelompok A Tk Tunas
Harapan

Meningkatnya kemapuan berbicara


anak dengan menggunakan media
gambar berseri.

Gambar 2.1. Bagan Kerangka Berfikir


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Dan Rancangan Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian tindakan kelas merupakan jenis penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini. Penelitian tindakan kelas ini disusun

untuk memecahkan suatu masalah, diujikan pada situasi yang

sebenarnya, sehingga langkah-langkah ditempuh dapat dipantau

secara teratur, dapat dinilai dan disempurnakan pada tindakan

selanjutnya. Penelitian tindakan kelas adalah penelitian praktis yang

dimaksud untuk memperbaiki pembelajaran dikelas dengan

pelaksanaan tindakan untuk mencari jawaban atas permasalahan yang

diangkat dari kegiatan tugas sehari-hari dikelas ( Kasbolah, 1998: 12).

Selanjutnya menurut Madya (1994: 12) bahwa tujuan penelitian

tindakan kelas adalah untuk (1) praktik, (2) peningkatan

(pengembangan profesional), pemahaman praktik oleh penelitinya,

dan (3) peningkatan situasi tempat pelaksanaan praktik. Penelitian ini

dilakukan secara kolaboratif yang artinya peneliti tidak melakukan

penelitian sendiri, namun berkolaborasi atau bekerjasama dengan

teman guru. Penelitian ini dimaksudkan untuk meningkatkan

kemampuan berbicara dalam mengucapkan kalimat sederhana dengan

bahasa yang baik dan benar.

35
36

2. Rancangan Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini menggunakan model Kemmis dan

Taggart, di mana setiap siklus terdiri dari tiga tahap yaitu

perencanaan, pelaksanaan, dan refleksi (Arikunto, 2010: 137).

Penelitian tindakan yang dilakukan oleh guru sebagai peneliti dan

pengambil kebijakan untuk meningkatkan atau memperbaiki kualitas

pembelajaran ke arah pencapaian tujuan pembelajaran yang telah

ditetapkan. Berikut ini perencanaan alur pelaksanaan tindakan dalam

penelitian tindakan kelas dapat dijelaskan pada Gambar 3.1:

Gambar 3.1 PTK Model Kemmis dan Taggart

Peneliti sebagai guru kelompok A1 dan dibantu oleh kolaborator

yang merupakan guru kelompok B membahas rancangan tindakan

yang akan dilakukan dalamn penelitian tindakan di kelompok B dan

tahap-tahapannya sebagai berikut:


37

1. Perencanaan Tindakan

Tahap perencanaan tindakan yang dilakukan peneliti adalah:

a. Menyiapkan Rencana Kegiatan Harian (RKH) berupa

rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat kegiatan-

kegiatan untuk meningkatkan kemampuan berbicara

menggunakan media cerita gambar berseri. Tema dalam

penelitian yaitu alam semesta dan sub temanya yaitu

pemeliharan lingkungan supaya tidak terjadi gejala alam

yang merugikan.

b. Menyiapkan media pembelajaran, yaitu media gambar seri

yang disusun sesuai dengan tema alam semesta. Gambar

tema diperoleh melalui sumber majalah anak, buku

bergambar tentangpemeliharan lingkungan supaya tidak

terjadi gejala alam yang merugikan, kemudian disusun

sebagai gambar berseri dan diperbesar dengan ukuran

kertas HVS A3 (media cerita gambar berseri terlampir

pada lampiran 3).

c. Mempersiapkan lembar observasi atau pengamatan yang

memuat indikator/aspek kemampuan berbicara. Pengisian

lembar observasi dilakukan oleh peneliti dan kegiatan

mengajar dibimbing atau dilaksanakan oleh guru

kelompok B yang bertindak sebagai kolaborator (lembar

observasi terlampir pada lampiran 2).


38

2. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan dilaksanakan di ruang kelas dan

peneliti sebagai sebagai pelaksana kegiatan belajar mengajar.

Peneliti dan kolaborator berdiskusi mengenai kegiatan proses

pembelajaran sesuai dengan yang tercantum dalam RKH.

Langkah-langkah tindakan yang akan dilaksanakan ketika

kegiatan pembelajaran pada penelitian siklus I yang terdiri dari

dua pertemuan. Masing- masing pertemuan yang dilaksanakan

melalui kegiawan awal (30 menit), kegiatan inti (60 menit), dan

kegiatan akhir (30 menit).

a. Kegiatan awal, yaitu anak-anak diminta masuk kelas

berbaris dengan rapi. Anak-anak diminta duduk melingkar

di karpet menghadap guru. Untuk mengawali kegiatan,

anak-anak diminta berdo’a bersama dan selanjutnya untuk

memberi semangat kepada anak, guru mengajak menyanyi

bersama-sama sambil bertepuk tangan.

b. Kegiatan kegiatan inti pembelajaran, meliputi:

1) Menyiapkan media yang akan digunakan, yaitu

gambarpemeliharan lingkungan supaya tidak terjadi

gejala alam yang merugikan. serta mengkondisikan

duduk melingkar supaya anak merasa nyaman.

2) Anak diminta memperhatikan empat tema gambar

berseri di papan tulis, yaitu pemeliharan lingkungan


39

supaya tidak terjadi gejala alam yang merugikan.

3) Anak mendengarkan penjelasan tentang tema

gambar berseri alam semesta dan memperhatikan

rangkaian cerita pemeliharan lingkungan supaya

tidak terjadi gejala alam yang merugikan.

4) Untuk mengetahui keberanian anak berbicara, guru

meminta anak untuk tampil di depan kelas dan

menjawab pertanyaan guru tentang isi cerita dan

tokoh dalam cerita. Untuk mengetahui kelancaran

berbicara, guru memberikan tugas pada anak

menyebutkan kalimat sederhana 4-6 kata dengan

lancar. Untuk mengetahui kemampuan anak dalam

menceritakan kembali, guru memberi kesempatan

pada anak untuk menceritakan kembali cerita

tersebut.

c. Kegiatan akhir pembelajaran, guru menutup pembelajaran

dengan mengajak anak menceritakan kembali kegiatan

yang sudah dilakukan dan mengajak anak bernyanyi

bersama. Guru juga memberikan pujian kepada anak yang

sudah berhasil mencapai indikator kemampuan berbicara

dengan baik dan memberikan motivasi kepada anak yang

belum berhasil mencapai indikator kemampuan berbicara

dengan baik.
40

3. Pengamatan

Pengamatan dilaksanakan selama pelaksanaan tindakan

atau kegiatan pembelajaran berlangsung dengan menggunakan

lembar observasi. Data diambil melalui cara pengamatan

langsung atau melihat kegiatan pembelajaran dengan media

gambar seri secara langsung. Pengamatan berpedoman pada

panduan observasi. Kegiatan pengamatan tersebut dilakukan

oleh kolaborator dalam hal ini guru kelompok B bertujuan untuk

mengumpulkan data tentang kemampuan berbicara anak

kelompok A, yang ditunjukkan anak melalui pencapaian

indikator, meliputi: kemampuan berbicara, menggunakan

kalimat pendek untuk berbicara, dan menceritakan kembali

dengan urut sesuai isi gambar. Data yang diperoleh selanjutnya

dievaluasi untuk menentukan tindakan yang akan dilakukan

pada siklus berikutnya.

4. Refleksi

Reflkesi merupakan kegiatan menganalisis terhadap data

atau informasi yang telah didapat dan dikumpulkan dari

penelitian tindakan yang dilaksanakan. Peneliti melakukan

refleksi setelah pelaksanaan tindakan selesai dilaksanakan.

Kegiatan pada tahap refleksi ini berupa peneliti dan guru

berdiskusi untuk mengevaluasi hasil tindakan yang telah

dilakukan, mencari solusi terhadap masalah yang timbul saat


41

pelaksanaan tindakan, apabila hasil tindakan belum mancapai

target maka dilanjutkan pada siklus ke II. Jika tidak adanya

peningkatan, maka siklus akan berlanjut hingga terjadi

peningkatan sesuai yang diharapkan.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan di TK Tunas Harapan

yang beralamat di Desa Ledok Kecamatan Sambong Kabupaten Blora

di daerah pedesaan. TK Tunas Harapan berada dalam situasi yang

kondusif, karena lokasi sekolah ini tidak berada di depan jalan raya,

sehingga aman bagi anak-anak. Akses menuju jalan rayapun tidak

terlalu jauh dekat kantor pemerintahan balai desa dan layanan umum

seperti puskesmas pembantu dan bersebelahan dengan sekolah dasar

negeri ledok 1.

Pemilihan penelitian di TK Tunas Harapan karena masih

memiliki masalah dalam pengembangan berbahasa yaitu kemampuan

memahami kata dan kalimat sederhana, kemampuan mengurutkan

kata sesuai isi gambar, dan kemampuan menceritakan kembali dengan

urut sesuai isi gambar. Selain itu peneliti juga sebagai guru di

kelompok A TK Tunas Harapan


42

2. Waktu Penelitian

Rencana Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan pada bulan

Mei semester genap Tahun Ajaran 2016/2017. Lama penelitian kurang

lebih satu bulan, penelitian siklus pertama rencanakan tiga hari dalam

satu minggu. Rencana kegiatan dalam kurun waktu tersebut, yaitu:

a. Dua hari dalam minggu pertama, mempersiapkan pembuatan

Rencana Kegiatan Harian (RKH) dan media gambar seri yang

akan digunakan dalam kegiatan peningkatan kemampuan

berbicara menggunakan media gambar seri.

b. Pelaksanaan tindakan dilaksanakan hari berikutnya setelah

pembuatan RKH dalam minggu pertama setelah mempersiapkan

RKH dan peralatan.

c. Refleksi dilakukan dalam akhir pertemuan kedua siklus I pada

minggu pertama untuk menentukan langkah selanjutnya.

d. Perbaikan dilakukan terhadap kendala pembelajaran yang

muncul pada siklus I dan dilakukan perbaikan terhadap kendala

yang muncul dan dituangkan dalam perencanaan pada tindakan

berkutnya.

C. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah semua anak kelompok A1 di

TK Tunas Harapan dengan jumlah sebanyak 25 anak terdiri dari 16 siswa

laki-laki dan 9 siswa perempuan. Peneliti memilih kelompok A dikarenakan


43

kelompok A merupakan kelompok dengan rentang usia 4-5 tahun dan

kemampuan berbicara dalam mengucapkan kalimat sederhana belum

berkembang dan peneliti juga guru wali kelas kelompok A.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik adalah cara, artinya teknik pengumpulan data adalah cara yang

digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data yang dibutuhkan (Arikunto,

2010: 192). Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode

observasi dan dokumentasi

1. Teknik observasi merupakan teknik monitoring dengan melakukan

observasi atau pengamatan terhadap sasaran dengan menggunakan

lembar pengamatan yang telah dipersiapkan (Pardjono, dkk., 2007:

43). Data yang diambil dalam penelitian ini mengenai kemampuan

berbicara menggunakan media gambar seri kelompok A. Proses

pengamatan atau observasi dilakukan oleh kolanorator (guru

kelompok B) dengan mengamati satu demi satu anak ketika guru

(guru kelompok A) melaksanakan tindakan. Pengamatan dilakukan

menggunakan lembar observasi yang diisi dengan memberi tanda

check list.

2. Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu,bisa

berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya dari seseorang

(Sugiyono,2010;329). Hasil penelitian akan lebih terpercaya dengan

didukung oleh beberapa dokumentasi. Pada penelitian ini,


44

dokumentasi dilakukan dengan cara mengambil foto anak pada saat

kegiatan pembelajaran menggunakan media gambar berseri

berlangsung. Foto-foto digunakan untuk merekam kegiatan-kegiatan

atau keaktifan setiap anak selama kegiatan.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data atau

informasi-informasi selama pelaksanaan tindakan dan tercantum di lembar

observasi (Arikunto, 2010: 203). Kisi-kisi instrumen kemampuan berbicara,

yang disusun berdasarkan teori tahapan berbicara pada anak, dan dituangkan

dalam lembar observasi Table 3.1

Tabel 3.1. Kisi-kisi Instrumen Peningkatan Kemampuan Berbicara pada


Anak Kelompok A

Aspek Perkembangan KD Indikator

Kemampuan Kemampuan berbicara Mampu bertanya cerita


berbicara yang di sampaikan oleh
guru
Menggunakan kalimat Mampu
pendek untuk berbicara mengungkapkan
pendapat sesuai
dengan isi gambar
Menceritakan kembali Mampu menceritakan
dengan urut sesuai isi kembali dengan urut
gambar menggunakan kalimat
sederhana
45

Kisi-kisi lembar observasi dituangkan dalam rubrik untuk

mempermudah penilaian. Rubrik penilaian instrumen observasi peningkatan

kemampuan bebicara anak kelompok A sesuai dengan pedoman penilaian

pedoman pembelajaran di TK (Depdiknas, 2010: 11), yang diuraikan

melalui Tabel 3.2

Tabel 3.2. Rubrik Penilaian Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak


Kelompok A

Penilaian
No. Indikator
   

1 Mampu bertanya 1 Anak mampu Anak mampu Anak mampu Anak mampu
pertanyaan cerita bertanya 1 bertanya bertanya 2 - 3 bertanya
yang di sampaikan pertanyaan dengan 1 - 2 pertanyaan dengan 3 - 4
oleh Guru kalimat dengan dengan kalimat dengan
bantuan guru mandiri mandiri

2 Mampu Anak belum Anak mampu Anak mampu Anak mampu


mengungkapkan 1 mampu mengungkapka mengungkapka mengungkapka
kalimat sesuai mengungkapkan n 1 - 2 kalimat n pertanyaan 2 n 3 - 4
dengan isi gambar 1 kalimat dengan – 3 dengan pendapat
bantuan guru mandiri sesuai isi
gambar dengan
mandiri
3 Mampu Anak belum Anak mampu Anak mampu Anak mampu
menceritakan mampu bercerita menceritakan menceritakan menceritakan
kembalidengan dengan urut dengan urut dengan urut 3 dengan urut
urutmenggunakan menggunakan 3 menggunakan – 4 kalimat menggunakan
4 kalimat -4 kalimat 3 - 4 kalimat sederhana 3 – 4 kalimat
sederhana sederhana sederhana dengan sederhana
dengan mandiri dengan
bantuan guru mandiri

Penulis menentukan prosedur penelitian berdasar peringkat pedoman yang

berlaku:
46

 : Anak belum mampu mencapai indikator yang

diharapkan/kurang

 : Anak mampu mencapai indikator dengan bantuan guru

 : Anak mampu mencapai indikator dengan mandiri

 : Anak dapat melebihi kemampuan indikator yang diharapkan /

sangat baik

Hasil dari pengamatan / observasi adalah data yang nantinya akan di

gunakan untuk acuan perbaikan pada tiap siklus. Dari data hasil obervasi ini

pun akan nampak perubahan yang signifikan pada tiap siklus, karena dalam

tiap siklus ini akan dibandingkan Mean ( rata-rata ).

F. Instrumen Penilaian

Format lembar observasi kemampuan berbicara anak dapat diketahui

pada Tabel 3.3 :

Tabel 3.3 InstrumenPenilaian

Kemampuan Berbicara Melalui Media Gambar Berseri


Menceritakan
Menggunakan
Nama Kemampuan Kembali Dengan
NO Kalimat Pendek
Anak Berbicara Urut Sesuai Isi
Untuk Berbicara
Gambar
4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1
1 AD                        
2 AFA                        
3 ASB                        
4 AK                        
5 ANP                        
6 AAAP                        
47

Kemampuan Berbicara Melalui Media Gambar Berseri


Menceritakan
Menggunakan
Nama Kemampuan Kembali Dengan
NO Kalimat Pendek
Anak Berbicara Urut Sesuai Isi
Untuk Berbicara
Gambar
4 3 2 1 4 3 2 1 4 3 2 1
7 ASS                        
8 AAR                        
9 CS                        
10 EWP                        
11 FRP                        
12 HES                        
13 JNA                        
14 KH                        
15 NMI                        
16 NDM                        
17 RTA                        
18 RDA                        
19 RD                        
20 RFA                        
21 RAM                        
22 RA                        
23 SDP                        
24 YS                        
25 NZ                        

G. Pengembangan Instrumen

1. Penyusunan RPPH

RPPH dalam penelitian ini disusun dengan langkah-langkah sebagai

berikut:

a. Menentukan SK, KD, Indikator dan tujuan

b. Membuat RPPH berdasarkan SK, KD, Indikator yang

dirumuskan
48

c. Mengkonsultasikan RPPH kepada dosen pembimbing

d. Melakukan validasi RPPH kepada validator ahli

Yang menjadi validator ahli dalam penelitia ini adalah Ibu Suripah

dari Tk Tunas Harapan Desa Ledok Kecamatan Sambong Kabupaten

Blora dan Ibu Pipin dari Tunas Bangsa Desa Sambong Kabupaten

Blora Kabupaten Blora.Hasil validasi RPPH dari kedua validator

adalah sebagai berikut:

1. Ibu Suripah S.Pd Aud

Penilaian secara umum : Baik

Komentar/saran :

2. Ibu Pipin S.Pd

Penilaian secara umum : Baik

Komentar/saran :

Berdasarkan validasi RPPH dari kedua validator dapat diketahui

bahwa RPPH yang telah dibuat peneliti dinyatakan Baik

Rincian hasil validasi RPPH dapat dilihat di lampiran

2. Penyusunan lembar observasi

Lembar observasi dalam penelitian ini disusun dengan langkah-

langkah sebagai berikut :

a. Penyusunan RPPH

 Menentukan indikator

 Penyusunan pengembangan lembar observasi

b. Menentukan pemskoran masing-masing


49

c. Membuat kolom isian pada lembar observasi

d. Mengkonsulasikan dengan dosen pembimbing

e. Validasi lembar observasi kepada validator ahli

Yang menjadi validator ahli dalam penelitian ini adalah Ibu Suripah

S.Pd Aud dari Tk Tunas Harapan Desa Ledok Kecamatan Sambong

Kabupaten Blora dan Ibu Pipin dari Tk Tunas Bangsa Desa Sambong

Kabupaten Blora

Hasil validasi lembar observasi dari kedua validator adalah sebagai

berikut:

1. Ibu Suripah S.Pd Aud

Penilaian secara umum : Baik

Komentar/saran :

2. Bu Pipin S.Pd

Penilaian secara umum : Baik

Komentar/saran :

Berdasarkan validasi RPPH dari kedua validator dapat diketahui

bahwa RPPH yang telah dibuat peneliti dinyatakan Baik

Rincian hasil validasi RPPH dapat dilihat di lampiran

H. Teknis Analisis Data

Analisis data diarahkan untuk menemukan upaya yang dilakukan guru

dalam meningkatkan proses dan hasil belajar anak. Peningkatan kemampuan

dapat di lihat adanya selisih antara prasilus ke siklus 1 serta siklus 2. Dari
50

data-data yang di peroleh tersebut dianalisis dengan teknik deskripsi

kualitatif dan prosentase perubahan hasil belajar sebelum dan sesudah di

lakukan tindakan, yaitu ada kategori ketuntasan belajar yaitu secara

perorangan dan secara klasikal. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar

mengajar kurikulum 2004 (Depdiknas 2004), yaitu seorang siswa telah

tuntas belajar bila telah mencapai minimal skor 65% atau nilai 65, dan kelas

tersebut tuntas belajar bila di kelas tersebut terdapat minimal 85% yang

telah mencapai daya serap lebih dari atau sama dengan 65%. Untuk

menghitung prosentase ketuntasan belajar di gunakan Rumus sebagai

berikut :

a) Ketuntasan Belajar Individu

Prosentase Ketuntasan Belajar Individual =

..%

b) Ketuntasan Belajar Klasikal

Prosentase TB = …..%

Keterangan :

Prosentase TB = Prosentase ketuntasan belajar Anak

Anak Yang TB = Jumlah anak yang telah tuntas belajar

N = Jumlah total anak

Indikator Keberhasilan Penelitian

Pada Prasiklus anak belum mencapai ketuntasan keberhasilan belum

mencapai 65%, sedangkan pada siklus 1 anak sudah mengalami peningkatan


51

keberhasilan 65% namun belum optimal kemudian pada siklus 2 anak

sudah mencapai tingkat perkembangan ketuntasan belajar 85%

I. Prosedur Penelitian

Prosedur tindakan kelas terbagi dalam empat tahapan tindakan yaitu

tahap perencanaan (planning), tindakan, pengamatan (observasi) dan

refleksi. Dalam di uraikan sebagai berikut :

1. Tahap Perencanan

Langkah-langkah persiapan yang dilakukan untuk mengadakan

perencanaan sebagai berikut :

a. Membuat rencana pembelajaran berupa RKH (Rencana

Kegiatan Harian)

b. Mempersiapakan media dan sumber pembelajaran

c. Guru menerangkan rencana kegiatan yang akan dilaksanakan

bersama anak didik

d. Setting kelas

e. Mempersiapakan waktu pembelajaran

f. Membuat rencana pembelajar

2. Tahap pelaksanaan

Pada tahap ini peneliti meninjau dari pada pelaksanaan dari

perencanaan yang telah dibuat, sedangkan yang melakukan


52

pelaksanaan ini adalah guru kelas dengan mengacu kepada alat

penelitian yang telah dipersiapkan. Peneliti melihat sejauh mana

penguasaan yang dimiliki anak dalam meningkatkan kemampuaan

berbicara di Tk Tunas Harapan Desa Ledok Kecamatan Sambong

Kabupaten Blora. Adapun proses pelaksanaan meliputi langkah-

langkah sebagai berikut:

a. Mengatur kelas agar terbentuk lingkaran besar

b. Membuka kegiatan dengan berdoa dan salam

c. Menginformasikan kepada anak-anak rencana kegiatan

d. Memulai kegiatan pembelajaran

e. Mengulas materi

f. Mengulas ulang untuk mengetahui sejauh mana anak merespon

materi yang diberikan

g. Melakukan review kegiatan anak selama proses kegiatan

pembelajaran berlangsung. Melakukan tanya jawab dan

mengobervasi kreativitas anak yang dibantu guru kelas.

3. Tahap Pengamatan

Penelitian melakukan pengamatan terhadap berlangsungnya

kegiatan. Pengamatan dilakukan secara terus menerus dari siklus 1

sampai siklus berikutnya diharapkan dapat tercapai tujuan. Tujuan

pengamatan ini dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi untuk

melakukan refleksi pada tahapan selanjutnya. Pengamatan dilakukan

secara menyeluruh dan menggunakan instrument pengumpulan data


53

yang sudah ditetapkan,sehingga dapat diperoleh seperangkat data

tentang pelaksanaan tindakan.

4. Tahap Refleksi

Tahapan ini dimaksudkan untuk tahapan mengkaji secara

menyeluruh tindakan yang telah dilakukan berdasarkan data yang

telah terkumpul kemudian dilakukan evaluasi. Dalam penelitian

tindakan kelas ini, peneliti melakukan refleksi dari mulai siklus 1 dan

II sampai tercapainya suatu perbaikan pembelajaran dengan baik.

Reflksi ini dilaksanaan oleh peneliti beserta guru sebagai pelaksana

tindakan dengan cara mendiskusikan hasil pengamatan atau

pelaksanaan tindakan yang telah dilakukan.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data Pra Siklus

Penelitian ini dilaksanakan di TK Tunas Harapan Desa Ledok

Kecamatan Sambong Kabupaten Blora. TK Tunas Harapan berada di daerah

pedesaan. Anak didik di TK Tunas Harapan setiap tahunnya mengalami

kenaikan, tahun ini berjumlah 84 anak. Anak dikelompokkan sesuai

umurnya. Kelompok A terdiri dari anak-anak yang berusia 4-5 tahun dan

kelompok B anak-anak yang berusia 5-6 tahun. TK Tunas Harapan memiliki

tenaga pendidik sebanyak 5 orang. Sarana prasarana terdiri dari 4 ruang

kelas, 1 ruang kantor, 1 kamar mandi, 1 gudang, dan 1 halaman utama yang

digunakan untuk tempat bermain anak. TK Tunas Harapan merupakan TK

yang cukup besar, dengan ruang kelas yang cukup besar. Pembelajaran yang

diterapkan di TK Tunas Harapan adalah pembelajaran klasikal.

Penelitian ini dilakukan di kelompok A TK Tunas Harapan, dimana

kemampuan anak kelompok A dalam kemampuan berbicara belum sesuai

dengan tingkat pencapaian perkembangan yang terdapat dalam

Permendikbud Nomor 137 Tahun 2014. Kemampuan anak kelompok A

dalam kemampauan berbicara masih kurang. Padahal sebentar lagi anak

kelompok A akan masuk ke kelompok B, yang mana tingkat pencapaian

perkembangan anak juga berubah. Dengan adanya penelitian ini diharapkan

dapat menjadi salah satu cara untuk menyelesaikan masalah kurangnya

54
55

kemampuan anak dalam kemampuan berbicara di kelompok A TK Tunas

Harapan.

Berdasarkan hasil pengamatan yang peneliti lakukan terkait dengan

perkembangan anak, aspek yang muncul pada anak kelompok A TK Tunas

Harapan yaitu aspek bahasa. Kemampuan berbicara sebagian besar anak

kelompok A masih sekedar percakapan, anak masih belum mengerti konsep

bercerita.

Kemampuan berbicara yang kurang baik pada anak kelompok A TK

Tunas Harapan ini dikarenakan kurang sesuainya tahapan pembelajaran

yang dilakukan dalam bercerita. Guru belum menggunakan media

pembelajaran yang sesuai sebagai alat bantu pemahaman anak yang masih

berpikir konkret. Selain media yang sesuai, proses pembelajaran yang

dilakukan hendaknya bervariasi dan menyenangkan bagi anak. Namun dari

hasil pengamatan di TK Tunas Harapan, masih terlihat kurangnya

penggunaan media sebagai alat bantu pemahaman anak akan kemampuan

berbicara dan kurang menariknya pembelajaran yang dilaksanakan terutama

dalam bercerita.

Observasi yang dilakukan peneliti pertama kali pada bulan April 2017

sebagai penunjang dari penelitian yang sebenarnya. Dari data yang

diperoleh peneliti dapat melihat bahwa kemampuan anak dalam berbicara

kurang baik. Sebagian anak kelompok A masih belum memahamiberbicara

dengan baik. Anak dalam berbicara masih kurang berani dalam

mengucapkan 4 – 6 kalimat. Anak juga masih belum lancar, terutama untuk


56

berani bicara didepan kelas . Anak juga masih rendah dalam menyusun

kata-kata, dalam berbicara anak sering salah. Anak juga masih sering salah

dalam menceritakan gambar yang sesuai. Ada beberapa anak yang baru bisa

bicara dengan penguasaan konsep yang kurang baik. Hal ini terlihat dari

anak yang masih ragu-ragu dalam berbicara dengan media gambar berseri

Metode yang digunakan untuk mengetahui kondisi awal anak dalam

kemampuan berbicara adalah metode observasi. Kegiatan awal yang

dilakukan peneliti yaitu melakukan observasi terkait dengan kemampuan

anak kelompok A dalam berbicara dengan media gambar berseri.

Kegiatan pembelajaran diawali dengan anak berbaris bersama di

halaman sekolah. Anak melakukan doa dan hafalan surat pendek serta

hafalan doa sehari-hari. Kegiatan dilanjutkan dengan kegiatan fisik motorik

dan bermain bersama di taman. Selanjutnya, anak diberi waktu 10 menit

untuk cuci tangan dan minum. Anak dikondisikan duduk melingkar, anak

diajak tepuk dan bernyanyi, kemudian bercakap-cakap atau bercerita yang

mengandung nilai moral dan agama secara klasikal.

Kegiatan inti yang dilakukan diawali dengan salam, menyapa anak,

menanyakan kabar, dan absensi. Anak diajak bernyanyi yang disesuaikan

dengan tema dan bercakap-cakap tentang tema yang sedang dikembangkan.

Anak diberi penjelasan beberapa ragam media gambar berseri yang telah

disiapkan oleh guru secara klasikal. Di mana anak bebas memilih media

gambar sesuai dengan minatnya. Selama anak melakukan kegiatan, guru


57

mencatat perkembangan anak dan membimbing anak yang masih kesulitan

dalam menyelesaikan gambar berseri yang telah disiapkan.

Setelah kegiatan inti selesai, anak diberi kesempatan untuk cuci

tangan dan makan bersama menu makan yang sudah dibawa dari rumah.

Pada kegiatan akhir, anak dikondisikan duduk melingkar untuk doa sesudah

makan. Anak dan guru melakukan tanya jawab tentang kegiatan yang telah

dilakukan, kemudian bernyanyi bersama dan doa pulang.

Dari proses pelaksanaan pembelajaran tersebut didapatkan data

observasi kemampuan anak dalam berbicara yang ditampilkan pada Tabel

4.1 berikut ini:

Tabel 4.1 Data Ketuntasan Individu Dalam Kemampuan berbicra dengan


media gambar berseri pada Pra Siklus

KEMAMPUAN BICARA DENGAN MEDIA GAMBAR


Indikator Ketuntasan
Jumlah
Presentase Tidak
No Nama 1 2 3 Skor Tuntas
Tuntas
1 AD 1 1 2 4 35% Tidak Tuntas
2 AFA 2 1 1 4 35% Tidak Tuntas
3 ASB 1 2 1 4 35% Tidak Tuntas
4 AK 2 2 1 5 40% Tidak Tuntas
5 ANP 2 1 1 4 35% Tidak Tuntas
6 AAAP 3 3 3 9 75% Tuntas
7 ASS 2 2 3 7 60% Tidak Tuntas
8 AAR 3 3 3 9 75% Tuntas
9 CS 1 1 2 4 35% Tidak Tuntas
10 EWP 2 2 2 6 50% Tidak Tuntas
11 FRP 3 2 2 7 60% Tidak Tuntas
12 HES 2 3 2 7 60% Tidak Tuntas
13 JNA 2 3 2 7 60% Tidak Tuntas
14 KH 2 2 2 6 50% Tidak Tuntas
15 NMI 2 2 3 7 60% Tidak Tuntas
16 NDM 3 3 3 9 75% Tuntas
58

KEMAMPUAN BICARA DENGAN MEDIA GAMBAR


Indikator Ketuntasan
Jumlah
Presentase Tidak
No Nama 1 2 3 Skor Tuntas
Tuntas
17 RTA 2 3 2 7 60% Tidak Tuntas
18 RDA 1 2 1 4 35% Tidak Tuntas
19 RD 1 1 2 4 35% Tidak Tuntas
20 RFA 2 2 1 5 40% Tidak Tuntas
21 RAM 2 1 2 5 40% Tidak Tuntas
22 RA 2 2 1 5 40% Tidak Tuntas
23 SDP 1 1 1 3 25% Tidak Tuntas
24 YS 2 1 2 5 40% Tidak Tuntas
25 NZ 2 1 2 5 40% Tidak Tuntas
Total 48 47 47
Jumlah Anak Yang Tuntas 3
Presentase Anak Yang Tuntas 12%
Jumlah Anak Yang Tidak Tuntas 22
Presentase Anak Yang Tidak Tuntas 88%

Keterangan:

Indikator 1: Kemampuan berbicara.

Indikator 2: Menenggunakan kalimat pendek untuk berbicara.

Indikator 3: Menceritakan kembali dengan urut sesuai isi gambar.

Tabel 4.2 Rekapitulasi Data Kemampuan Mengenal Lambang


Bilangan Pada Pra Siklus

Hasil Pengamatan
No Indikator  
  Jumlah
 
1 Kemampuan berbicara 4 15 6 48
Menggunakan kalimat
2 6 10 9 47
pendek untuk berbicara
Menceritakan kembali
3 5 12 8 47
dengan urut sesuai gambar
59

Dari data pada Tabel 4.2 tentang rekapitulasi kemampuan anak

mengenal lambang bilangan sebelum tindakan di atas, dapat diperjelas

melalui Grafik 4.1 di bawah ini:

Grafik 4.1 Kemampuan Anak Berbicara dengan Media Gambar Berseri pada
Pra Siklus

Dari Grafik 4.1 tentang kemampuan anak berbicara dengan media

gambar berseri sebelum dilakukan tindakan diatas maka dapat diketahui

bahwa sebagian besar anak masih menunjukkan kemampuan berbicara

dengan media gambar pada kriteria rendah. Hal ini dapat dilihat dari grafik,

anak yang memiliki kemampuan berbicara dengan media gambar berseri.

Pembelajaran yang dilakukan di TK Tunas Harapan untuk

kemampuan berbicara masih kurang baik, dimana anak diajak berpikir

abstrak tanpa melalui tahapan belajar yang sesuai dengan tahap berpikir

anak. Anak diajak berimajinasi tanpa media gambar.


60

Penggunaan media pembelajaran yang kurang menarik menjadikan

kurangnya minat dan perhatian anak untuk belajar. Kegiatan pembelajaran

yang dilakukan kurang memasukkan unsur konkrit karena biasanya

pembelajaran lebih banyak menggunakan lembar kerja. Berdasarkan data di

atas peneliti menemukan beberapa permasalahan yang kemudian peneliti

jadikan sebagai bahan refleksi untuk menentukan perencanaan dalam

kegiatan pembelajaran berikutnya. Adapun masalah yang peneliti temukan,

sebagai berikut:

1. Anak yang belum beraniberbicara didepan kelas

2. Anak yang belum mampu mengggunakan kaliamt pendek untuk

berbicara.

3. Anak belum mampu menceritakan kembali dengan urut sesuai isi

gambar.

4. Media yang digunakan dalam pembelajaran kurang menarik dan

kurang menimbulkan perhatian

5. Pembelajaran yang dilakukan kurang memasukkan unsur bercerita.

Berdasarkan hasil refleksi dari pembelajaran pra siklus maka peneliti

yang sekaligus pendidik kelompok A TK Tunas Harapan merancang

tindakan untuk kegiatan pembelajaran pada siklus I. Berdasarkan

serangkaian hasil tindakan pada kegiatan awal, dapat dirancang tindakan

yang akan dilakukan untuk meningkatkan kemampuan berbicara dengan

menggunakan media gambar.


61

Pembelajaran yang dilakukan melalui bercerita, dengan menggunakan

media gambar berseri akan menjadikan anak lebih tertarik sehingga dapat

meningkatkan perhatian dan keaktifan anak dalam berbicara. Penyajian

media gambar berseri yang menarik dan berwarna dan disesuaikan dengan

tema yang sedang dikembangkan akan menambah ketertarikan anak dalam

berbicara.

Sebelum tindakan dilaksanakan, terlebih dahulu peneliti melakukan

beberapa persiapan sebagai berikut:

1. Mengkomunikasikan rencana tindakan yang akan dilakukan untuk

meningkatkan kemampuan berbicara dengan media gambar berseri

dengan guru yang lain atau kolabolator.

2. Menyiapkan pedoman observasi proses dan hasil pembelajaran

dengan menggunakan kegiatanberbicara untuk meningkatkan

kemampuan anak berbicara.

3. Mempersiapkan lembar observasi kemampuan berbicara

menggunakan media gambar berseri.

4. Mempersiapkan sarana dan media pembelajaran yang akan digunakan

dalam pembelajaran.
62

B. Deskripsi Hasil Penelitian

1. Siklus I

a. Perencanaan

Penelitian dilakukan dalam tahapan yang berupa siklus

pembelajaran. Banyaknya siklus yang akan dilaksanakan

tergantung dari tingkat keberhasilan pembelajaran kemampuan

berbicara dengan media gambar berseri. Setiap siklus,

dilaksanakan dalam tiga pertemuan, hal ini untuk memantapkan

kemampuan berbicara dengan media gambar berseri pada anak

secara individu. Adapun tahap perencanaan pada siklus I

meliputi kegiatan sebagai berikut:

1) Menyusun rencana program pembelajaran harian (RPPH)

dengan tema alam semesta sub tema pemeliharan

lingkungan supaya tidak terjadi gejala alam yang

merugikan.

2) Menyiapkan media dan sumber belajar yang dibutuhkan

dalam pembelajaran.

b. Menyiapkan lembar pengamatan untuk melihat tingkat

perkembangan kemampuan anak berbicara dengan

menggunakan media gambar berseri.


63

c. Pelaksanaan dan Observasi

1) Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan Siklus I sebanyak tiga kali

pertemuan. Pertemuan pertama dilakukan pada hari Rabu

tanggal 17 Mei 2017, pertemuan kedua pada hari Kamis

tanggal 18 Mei 2017, dan pertemuan ketiga pada hari

Sabtu tanggal 20 Mei 2017. tema yang sedang

dikembangkan pada Minggu ke 15 itu adalah tema Alam

semseta dan sub tema pemeliharan lingkungan supaya

tidak terjadi gejala alam yang merugikan. Pelaksanaan

penelitian tindakan kelas ini tidak mengganggu jadwal

pembelajaran di TK Tunas Harapan, karena penelitian

tindakan ini tidak merubah jadwal pembelajaran yang ada.

Adapun proses pembelajaran yang dilaksanakan adalah

sebagai berikut:

a) Kegiatan Awal

Kegiatan awal anak dikondisikan untuk

berbaris dengan rapi di halaman sekolah sesuai

kelasnya masing-masing. Pada Hari Rabu anak

melakukan doa bersama kemudian bermain bersama

di taman sekolah. Hari Kamis anak diajak kegiatan

bercerita lalu dilanjutkan kegiatan fisik motorik di

halaman sekolah. Hari Sabtu anak diajak Sabtu


64

Bersih di halaman sekolah lalu dilanjutkan kegiatan

menyiram bunga di taman sekolah. Jika masih ada

waktu, anak diberi kesempatan untuk bermain bebas.

Anak tetap selalu diawasi saat bermain. Kegiatan

awal ini dilakukan sebagai pemanasan sebelumanak

melakukan kegiatan inti.

b) Kegiatan Transisi

Setelah kegiatan awal selesai, anak dibimbing

untuk masuk ke kelas. Kegiatan pembelajaran

menggunakan model klasikal. Sebelum

pembelajaran dimulai anak diberi kesempatan untuk

minum dan pergi ke toilet. Anak dikondisikan untuk

duduk melingkar dan diajak bernyanyi bersama. Hal

ini dilakukan sebagai kegiatan untuk menyiapkan

anak mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik.

c) Kegiatan Inti

Anak dikondisikan duduk melingkar dikarpet.

Anak diajak tepuk dan bernyanyi sesuai tema yang

dikembangkan hari itu. Pendidik menanyakan kabar

anak dan mengabsen anak. Anak dibimbing untuk

bercakap-cakap tentang tema yang sedang

dikembangkan hari itu.


65

Pertemuan pertama kegiatan untuk

meningkatkan kemampuan berbicara dengan media

gambar beseri. Sebelum diajak bercerita dengan

menggunakan media gambar berseri, pendidik

memperlihatkan media gambar berseri yang akan

digunakan untuk bercerita yang sudah disiapkan

pendidik. Selain gambar berseri pendidik juga

memperlihatkan satu per satu kepada anak media

gambar berseri, dengan tujuan untuk membantu anak

mengetahui bahayanya jika kita tidak mau

memeliharan lingkungan supaya tidak terjadi gejala

alam yang merugikan. Guru mengangkat gambar

berseri dan berbicara tentang apa saja gejala alam

yang merugikan jika kita tidak memelihara

lingkungan.

Anak satu per satu diminta untuk maju

kemudian mengungkapkan isi gambar berseri secara

urut. Anak satu per satu dibimbing untuk berbicara

menggunakan 1 kalimat tentang kejadiaan gejala

alam yang merugikan lingkungan. Kegiatan ini

dilakukan untuk mengenalkan gejala alam yang

berbahaya akibat tidak memelihara lingkungan. Saat

satu atau dua anak melakukan kegiatan bercerita


66

dengan menggunakan media gambar berseri, anak

yang lain mengerjakan ragam kegiatan yang sudah

disiapkan oleh guru. Dengan cara bergantian

mengurutkan isi gambar berseri, diharapkan anak

akan mudah mengingat urutan isi gambar berseri.

Setelah semua anak selesai dengan menggunakan

media gambar berseri dan selesai mengerjakan

ragam kegiatan lain, kemudian guru

memperbolehkan anak melihat media gambar berseri

lainnya

Pada pertemuan kedua anak dibimbing untuk

menunjukan kemampuan berbicara menggunakan 2 -

4 kalimat dengan media gambar berseri. Sebelum

dimulai kegiatan berbicara menggunakan 2 - 4

kalimat dengan media gambar berseri guru

menjelaskan urutan isi media gambar berseri . Pada

pertemuan ini guru mengajak anak untuk melihat

gejala alam yang merugikan akibat tidak mau

memelihara lingkungan dengan urut kemudian anak

diajak untuk berbicara dengan menggunakan 2 - 4

kalimat sesuai isi gambar berseri dan juga guru

mengajak anak satu per satu menunjukkan urutan

gambar berseri. Kegiatan ini dilakukan secara


67

bergantian dimana, saat salah satu anak melakukan

kegiatan ini, anak yang lain melakukan ragam

kegiatan yang sudah disiapkan guru. Setelah selesai

melakukan kegiatan tersebut, kemudian guru

memperbolehkan anak untuk melihat media gambar

berseri.

Pertemuan ketiga, setelah anak mampu

berbicara 4 - 6 kalimat dengan menggunakan

gambar berseri tahap selanjutnya anak mengurutkan

dan menceritakan kembali menggunakan kalimat

sederhana dengan gambar berseri.

Menunjukan kemampuan berbicara 4 – 6

kalimat dengan media gambar berseri kemudian

tahap selanjutnya yaitu anak mengurutkan isi

gambar media berseri. Guru mengajak anak untuk

melihat gambar berseri dan berbicara bagaiman jika

kita mengalami gejala alam akibat kita tidak mau

memelihara lingkungan dan bagaimana kita harus

menjaga alam. Anak diajak belajar mencintai

lingkungan sekitar. Kegiatan ini dilakukan secara

bergantian. Dengan mengajak anak berbicara dengan

media gambar berseri seperti ini anak diharapkan

mampu mengenal dan mencintai alam lingkungan,


68

secara tidak langsung kegiatan ini membantu anak

agar mampu berbicara. Setelah selesai kegiatan

menggunakan media gambar berseri, guru

memperbolehkan anak bermain balok dan lain-lain.

d) Makan Bersama

Setelah kegiatan inti selesai, anak makan

bersama menu yang telah dibawa dari rumah.

Sebelum makan, anak dibimbing untuk mencuci

tangan dan berdoa sebelum makan.

e) Kegiatan Akhir

Setelah selesai makan, anak bersama-sama

dibimbing berdoa sesudah makan. Anak dan guru

bercakap-cakap mengenai kegiatan yang telah

dilakukan pada hari itu. Anak diminta

mengungkapkan pendapatnya tentang ragam gejala

alam. Anak diajak bernyanyi untuk menyegarkan

pikiran kemudian anak berdoa sebelum pulang dan

dilanjutkan dengan pemberian pesan-pesan dari

pendidik.

2) Observasi

Bersamaan dengan tahap tindakan, peneliti

melakukan observasi atau pengamatan. Kegiatan observasi,

dilakukan untuk mengamati kemampuan anak berbicara


69

dengan media gambar berseri selama proses pembelajaran.

Indikator yang diamati yaitu kemampuan berbicara,

berbicara menggunakan 2 – 4 kaliamt pendek dan

menceritakan kembali dengan urut sesuai isi media gambar.

Dari data lembar pengamatan kegiatan anak, diperoleh data

pada Tabel 4.3:

Tabel 4.3 Data Ketuntasan Individu Dalam Kemampuan Berbicara Dengan


Media Gambar Berseri Pada Siklus I

KEMAMPUAN BERBICARA DENGAN MEDIA GAMBAR BERSERI


Indikator Jumlah Ketuntasan
Presentase
No Nama 1` 2 3 Skor Tuntas Tidak Tuntas
1 AD 3 2 3 8 65% Tuntas
2 AFA 3 3 2 8 65% Tuntas
3 ASB 2 3 3 8 65% Tuntas
4 AK 3 2 3 8 65% Tuntas
5 ANP 2 2 2 6 50% Tidak Tuntas
6 AAAP 3 3 3 9 75% Tuntas
7 ASS 3 3 3 9 75% Tuntas
8 AAR 3 3 2 8 65% Tuntas
9 CS 2 2 2 6 50% Tidak Tuntas
10 EWP 3 2 3 8 65% Tuntas
11 FRP 3 3 2 8 65% Tuntas
12 HES 3 2 3 8 65% Tuntas
13 JNA 2 3 3 8 65% Tuntas
14 KH 2 2 2 6 50% Tidak Tuntas
15 NMI 3 2 3 8 65% Tuntas
16 NDM 3 3 3 9 75% Tuntas
17 RTA 3 2 3 8 65% Tuntas
18 RDA 2 2 2 6 50% Tidak Tuntas
19 RD 3 3 2 8 65% Tuntas
20 RFA 2 2 2 6 50% Tidak Tuntas
21 RAM 3 2 3 8 65% Tuntas
22 RA 2 2 2 6 50% Tidak Tuntas
23 SDP 2 2 2 6 50% Tidak Tuntas
70

KEMAMPUAN BERBICARA DENGAN MEDIA GAMBAR BERSERI


Indikator Jumlah Ketuntasan
Presentase
No Nama 1` 2 3 Skor Tuntas Tidak Tuntas
24 YS 3 2 3 8 65% Tuntas
25 NZ 2 2 2 6 50% Tidak Tuntas
Total 65 59 63
Jumlah Anak Yang Tuntas 17
Presentase Anak Yang Tuntas 68%
Jumlah Anak Yang Tidak Tuntas 8
Presentase Anak Yang Tidak Tuntas 32%

Keterangan:

Indikator 1: Kemampuan berbicara.

Indikator 2: Menenggunakan kalimat pendek untuk berbicara.

Indikator 3: Menceritakan kembali dengan urut sesuai isi gambar.

Tabel 4.4 Rekapitulasi Data Kemampuan Berbicara dengan Gambar Berseri


Bilangan pada Siklus I.

Hasil Pengamatan
No Indikator
    Jumlah
1 Kemampuan berbicara 15 10 65

2 Menggunakan kalimat 9 16 59
pendek untuk berbicara
3 Menceritakan kembali 13 12 63
dengan urut sesuai gambar

Dari data pada Tabel 4.4 rekapitulasi kemampuan anak

berbicara dengan media gambar berseri siklus I, dapat diperjelas

melalui Grafik 4.2 di bawah ini:


71

Grafik 4.2 Kemampuan Berbicara dengan media gambar berseri


pada Siklus I

d. Refleksi

Kegiatan refleksi ini dimaksudkan sebagai bahan masukan

pada perencanaan siklus selanjutnya. Dari refleksi siklus I ini,


72

diharapkan dapat memberikan perubahan yang lebih baik

terhadap proses pembelajaran dan hasil yang lebih optimal pada

siklus II. Refleksi pada siklus I memberikan hasil sebagai

berikut:

1) Proses pembelajaran sudah memberikan kesempatan

kepada anak untuk lebih aktif dalam kegiatan

pembelajaran.

2) Proses pembelajaran yang dilakukan sudah menghadirkan

unsur bermain sehingga pembelajaran lebih

menyenangkan bagi anak.

3) Tahap pembelajaran yang dilakukan telah sesuai dengan

tahap berpikir anak yaitu mulai dari berpikir konkret, semi

konkret, semi abstrak, dan abstrak.

4) Media pembelajaran yang digunakan sudah lebih menarik.

5) Dalam siklus I tersebut juga terdapat permasalahan

sebagai berikut:

(a.) Beberapa anak masih belum berani maju ke depan

dan berebut gambar berseri yang digunakan dalam

kemampuan berbicara.

(b.) Efisiensi waktu pembelajaran masih rendah akibat

lambannya mobilitas anak pada saat pergantian

untuk berbicara. Beberapa anak belum selesai

berbicara dengan gambar berseri akan tetapi waktu


73

telah habis dan anak-anak lain sudah makan bersama

sehingga konsentrasi anak terpecah.

(c.) Adapun kendala yang dihadapi selama proses

pembelajaran siklus I berlangsung diantaranya yaitu

ada beberapa anak yang mengganggu temannya

berbicara dengan gambar berseri padahal anak

tersebut belum saatnya berbicara.

(d.) Media berupa gambar berseri yang digunakan

kurang banyak sehingga untuk unjuk kemampuan

berbicara masih kurang puas.

2. Siklus II

a. Merevisi Perencanaan

Berpijak pada refleksi di siklus I, peneliti memperbaiki

rencana pembelajaran yang akan dilaksanakan. Guna untuk

memperbaiki pembelajaran tersebut, diperlukan

penyempurnaan-penyempurnaan baik mengenai proses

pembelajaran, media, dan kegiatan yang lebih menyenangkan

anak. Dari hasil refleksi tersebut, maka dapat disusun suatu

landasan sebagai penyempurnaan pada tindakan kelas siklus

berikutnya antara lain:

1) Kegiatan pembelajaran dikemas sedemikian rupa sehingga

tidak ada anak yang berebut gambar berseri dan tidak ada
74

anak yang mengganggu saat temannya sedang berbicara

dengan gambar berseri.

2) Kegiatan pembelajaran dibuat seefektif mungkin sehingga

memungkinkan semua anak berbicara dengan media

gambar berseri sampai selesai dengan fokus.

3) Media yang digunakan lebih banyak lagi dengan gambar

yang lebih besar.

4) Memberikan reward bagi anak yang mampu

menyelesaikan tugas dengan baik.

5) Pembelajaran disajikan melalui kegiatan yang lebih

variatif dan menyenangkan.

6) Media yang digunakan ditambah agar lebih menarik lagi.

Dalam kegiatan perencanaan ini, guru menyusun Rencana

Program Pembelajaran Harian (RPPH) berupa rencana

perbaikan proses pembelajaran serta persiapan semua media dan

sumber belajar yang dibutuhkan dalam pertemuan siklus II.

Selain itu, guru menyusun lembar pengamatan untuk

mengobservasi kemampuan berbicara anak dengan gambar

berseri selama proses pembelajaran. Tema pembelajaran pada

siklus II ini yaitu alam semesta dengan sub tema pemeliharan

lingkungan supaya tidak terjadi gejala alam yang merugikan.

Rencana perbaikan proses pembelajaran dalam Siklus II ini

terlampir.
75

b. Pelaksanaan dan Observasi

1) Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan siklus II sebanyak tiga kali

pertemuan. Pertemuan pertama dilakukan pada hari Senin

tanggal 29 Mei 2017, pertemuan kedua pada hari Selasa

tanggal 30 Mei 2017, dan pertemuan ketiga pada hari

Rabu tanggal 31 Mei 2017. Tema yang sedang

dikembangkan pada hari minggu itu adalah tema alam

semesta dan sub temapemeliharan lingkungan supaya

tidak terjadi gejala alam yang merugikan.. Pelaksanaan

penelitian tindakan kelas ini tidak mengganggu jadwal

pembelajaran di TK Tunas Harapan, karena penelitian

tindakan ini tidak merubah jadwal pembelajaran yang ada.

Adapun proses pembelajaran yang dilaksanakan adalah

sebagai berikut:

a) Kegiatan Awal

Kegiatan awal anak dikondisikan untuk

berbaris dengan rapi di halaman sekolah sesuai

kelasnya masing-masing. Pada Hari Senin anak

melakukan kegiatan upacara bendera setelah selesai

upacara masuk kelas, doa bersama. Hari Selasa anak

diajak kegiatan bercakap-cakap lalu dilanjutkan

kegiatan fisik motorik di dalam kelas. Hari Rabu


76

anak diajak pergi ke halaman sekolah lalu

dilanjutkan kegiatan bermain lompat tali di halaman

sekolah. Jika masih ada waktu, anak diberi

kesempatan untuk bermain bebas. Anak tetap selalu

diawasi saat bermain. Kegiatan awal ini dilakukan

sebagai pemanasan sebelum anak melakukan

kegiatan inti.

b) Kegiatan Transisi

Setelah kegiatan awal selesai, anak dibimbing

untuk masuk ke kelas. Kegiatan pembelajaran

menggunakan model klasikal. Sebelum

pembelajaran dimulai anak diberi kesempatan untuk

minum dan pergi ke toilet. Anak dikondisikan untuk

duduk melingkar dan diajak bernyanyi bersama. Hal

ini dilakukan sebagai kegiatan untuk menyiapkan

anak mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik.

c) Kegiatan Inti

Anak dikondisikan duduk melingkar dikarpet.

Anak diajak tepuk dan bernyanyi sesuai tema yang

dikembangkan hari itu. Pendidik menanyakan kabar

anak dan mengabsen anak. Anak dibimbing untuk

bercakap-cakap tentang tema yang sedang

dikembangkan hari itu.


77

Pertemuan pertama kegiatan untuk

mengenalkan gambar berseri bahaya tanah longsor

akibat banyak pohon yang ditebangi di hutan adalah

kegiatan dengan mengurutkan isi gambar. Selain

dengan media gambar berseri pendidik juga

memperlihatkan satu per satu kepada anak gambar

berseri bahaya tanah longsor akibat banyak pohon

yang ditebangi di hutan, dengan tujuan untuk

membantu kemampuan anak mengurutkan isi

gambar berseri. Guru mengangkat gambar berseri

bahaya tanah longsor akibat banyak pohon yang

ditebangi di hutan lalu mengajak anak melihat ada

kejadian apa saja yang ada di gambar berseri.

Anak satu per satu diminta untuk mengurutkan

gambar sambil menceritakan kembali dengan urut isi

gambar dengan menggunakan 1 - 2 kalimat pendek.

Anak satu per satu dibimbing untuk maju kedepan

untuk menceritakan kembali dengan menggunakan

kalimat 1 – 2 kalimat pendek. Setelah semua anak

selesai menceritakan isi gambar berseri

menggunakan kalimat 1 – 2 kalimat pendek dan

selesai mengerjakan ragam kegiatan lain, kemudian


78

guru memperbolehkan anak bermain balok dan

lego.

Pada pertemuan kedua anak dibimbing untuk

menceritakan kembali dengan urut menggunakan 2 –

3 kalimat sederhana dengan media gambar berseri.

Sebelum dimulai mengurutkan kembali isi gambar

berseri, guru menjelaskan bahayanya tanah longsor

akibat banyak pohon yang ditebangi di hutan. Pada

pertemuan ini guru mengajak anak untuk melihat

gambar berseri yang sudah disiapkan guru. Anak

diajak mengurutkan gambar berseri, lalu anak juga

diajak untuk menceritakan kembai dengan 2 – 3

kalimat pendek. Guru mengajak anak untuk

mengulang 2 – 3 kalimat gambar berseri. Kegiatan

ini dilakukan secara bergantian dimana, salah satu

anak melakukan kegiatan ini, anak yang lain

melakukan ragam kegiatan yang sudah disiapkan

guru. Setelah selesai melakukan kegiatan tersebut,

kemudian guru memperbolehkan anak untuk

bermain alat permainan yang ada dikelas.

Pertemuanketiga, setelah anak berbicara

menggunakan 2 – 3 kalimat pendek pada gambar

berseri tahap selanjutnya anak mengurutkan dan


79

menceritakan kembali menggunakan kalimat 3 – 4

kalimat sederhana dengan gambar berseri. Dengan

mengurutkan gambar berseri seperti ini anak diajak

juga untuk mengenal lambang bilangan dan juga

diajak membilang dengan benda, gambar berseri

sudah diberi angka pada pojok kiri atas, selain anak

di ajak mengurutkan gambar berseri anak juga

mampu untuk mengenal lambang bilangan dan juga

mampu membilang dengan benda, secara tidak

langsung kegiatan ini membantu anak agar mampu

menghitung benda dan juga mampu dalam mengenal

lambang bilangan

5. Makan Bersama

Setelah kegiatan inti selesai, anak makan

bersama menu yang telah dibawa dari rumah.

Sebelum makan, anak dibimbing untuk mencuci

tangan dan berdoa sebelum makan.

6. Kegiatan Akhir

Setelah selesai makan, anak bersama-sama

dibimbing berdoa sesudah makan. Anak dan guru

bercakap-cakap mengenai kegiatan yang telah

dilakukan pada hari itu. Anak diminta

mengungkapkan pendapatnya tentang ragam gambar


80

berseri yang paling anak sukai. Anak diajak

bernyanyi untuk menyegarkan pikiran kemudian

anak berdo’a sebelum pulang dan dilanjutkan

dengan pemberian pesan-pesan dari pendidik.

7. Observasi

Bersamaan dengan tahap tindakan, peneliti

melakukan observasi atau pengamatan. Kegiatan

observasi, dilakukan untuk mengamati kemampuan

anak berbicara menggunakan media gambar berseri

serta ketertarikan anak dengan gambar berseri

selama proses pembelajaran. Indikator yang diamati

yaitu kemampuan kemampuan berbicara

menggunakan 1 kalimat pendek dan kemampuan

berbicara menggunakan 2 – 3 kalimat pendek serta

menceritakan kembali dengan urut sesuai dengan isi

gambar menggunakan 3 – 4 kalimat pendek. Dari

data lembar pengamatan kegiatan anak, diperoleh

data pada Tabel 4.5

Tabel 4.5 Data Ketuntasan Individu dalam Kemampuan Berbicara dengan


Media Gambar Berseri pada Siklus II

Kemampuan Berbicara Dengan Gambar Berseri


Indikator Jumlah Ketuntasan
No Nama Presentase
1 2 3 Skor Tuntas Tidak Tuntas
1 AD 3 2 3 8 66% Tuntas
81

Kemampuan Berbicara Dengan Gambar Berseri


Indikator Jumlah Ketuntasan
No Nama 1 Presentase
2 3 Skor Tuntas Tidak Tuntas
2 AFA 4 3 3 10 83% Tuntas
3 ASB 3 3 3 9 75% Tuntas
4 AK 3 3 3 9 75% Tuntas
5 ANP 3 3 3 9 75% Tuntas
6 AAAP 3 4 3 10 83% Tuntas
7 ASS 3 3 3 9 75% Tuntas
8 AAR 3 3 3 9 75% Tuntas
9 CS 2 2 3 7 58% Tidak Tuntas
10 EWP 4 3 3 10 83% Tuntas
11 FRP 4 3 3 10 83% Tuntas
12 HES 3 3 3 9 75% Tuntas
13 JNA 3 3 3 9 75% Tuntas
14 KH 3 3 3 9 75% Tuntas
15 NMI 3 4 4 10 83% Tuntas
16 NDM 3 4 4 10 83% Tuntas
17 RTA 3 3 3 9 75% Tuntas
18 RDA 3 2 2 7 58% Tidak Tuntas
19 RD 4 3 3 10 83% Tuntas
20 RFA 3 2 2 7 58% Tidak Tuntas
21 RAM 3 3 3 9 75% Tuntas
22 RA 4 3 3 10 83% Tuntas
23 SDP 2 3 3 8 66% Tuntas
24 YS 3 3 3 9 75% Tuntas
25 NZ 3 4 3 10 83% Tuntas
Total 77 75 75
Jumlah Anak Yang Tuntas 22
Presentase Anak Yang Tuntas 88%
Jumlah Anak Yang Tidak Tuntas 3
Presentase Anak Yang Tidak Tuntas 12%

Keterangan:

Indikator 1: Kemampuan berbicara.

Indikator 2: Menenggunakan kalimat pendek untuk berbicara.

Indikator 3: Menceritakan kembali dengan urut sesuai isi gambar.


82

Tabel 4.6 Rekapitulasi Data kemampuan Berbicara dengan Gambar Berseri


pada Siklus II

Hasil Pengamatan
No Indikator  
  Jumlah
 
1 Kemampuan berbicara 5 17 3 77

2 Menggunakan kalimat 4 17 4 75
pendek untuk berbicara
3 Menceritakan kembali 2 21 2 75
dengan urut sesuai gambar

Dari data pada Tabel 4.6 rekapitulasi kemampuan berbicara dengan

gambar berseri siklus II, dapat diperjelas melalui Grafik 4.4 di bawah ini:

Grafik 4.3 Kemampuan Berbicara dengan Gambar Berseri


pada Siklus II
83

C. Pembahasan Hasil Penelitian

Penelitian yang dilakukan ini adalah penelitian tindakan kelas yang

dilakukan dalam tiga siklus yaitu siklus I, siklus II. Setiap siklus terdiri dari

perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Setiap siklus terdiri dari

tiga kali pertemuan. Pada siklus II merupakan perbaikan-perbaikan dari

siklus I. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini berupa hasil dari

pengamatan tentang kemampuan berbicara dengan gambar berseri anak

Kelompok A di TK Tunas Harapan pada kemampuan awal atau sebelum

dilakukan tindakan masih kurang baik yaitu kemampuan anak belum sesuai

dengan tingkat pencapaian perkembangan yang terdapat dalam

Permendikbud No. 137 tahun 2014.

Berdasarkan hasil observasi pada siklusI, secara keseluruhan

pembelajaran berjalan cukup lancar, anak kelompok A sangat antusias dan

tertarik dalam menggunakan gambar berseri. Namun pada saat pergantian

anak untuk menceritakan kembali isi gambar dengan urut berlangsung agak

lambat. Hal Ini mengakibatkan efisiensi waktu pembelajaran agak rendah.

Beberapa anak kurang focus dalam menceritakan kembali isi cerita karena

waktu menceritakan isi gambar berseri telah habis dikarenakan anak sering

berebut dan tidak mau bergantian. Hasil pelaksanaan pembelajaran siklus I

diperoleh bahwa 15 anak telah mampu berbicara dengan gambar berseri

dengan sangat baik, 9 anak telah mampu menggunakan kalimat pendek

untuk berbicara dan 13 anak telah mampu menceritkan kembali isi gambar
84

dengan menggunakan kalimat sederhana. Dari hasil pelaksanaan

pembelajaran siklus I terlihat bahwa terjadi peningkatan persentase anak

yang telah mampu berbicara dengan gambar berseri dengan baik. Selain itu

nampak bahwa pada siklus I ini terjadi penurunan persentase Siswa yang

belum bisa menceritakan kembali dengan urut isi gambar berseri.

Berdasarkan indikator keberhasilan dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

siklus I belum berhasil seperti yang diharapkan, dan akan dilanjutkan ke

siklus berikutnya.

Pada siklus II anak sudah mengalami peningkatan dalam kemampuan

berbicara dengan gambar berseri. Anak lebih semangat lagi saat

diajakmenggunakan gambar berseri, karena guru menyediakan media

gambar berseri. Anak yang sudah mampu berbicara dengan gambar berseri

dengan baik akan membantu anak yang masih memerlukan bimbingan

dalam menceritakan kembali dengan urut sesuai isi gambar berseri. Hasil

pelaksanaan pembelajaran siklus II diperoleh bahwa 22anak telah mampu

berbicara dengan gambar berseri dengan sangat baik, 21 anak telah mampu

menggunakan kalimat pendek untuk berbicara dan 23 anak telah mampu

menceritkan kembali isi gambar dengan menggunakan kalimat sederhana.

Dari hasil pelaksanaan pembelajaran siklus II terlihat bahwa terjadi

peningkatan persentase anak yang telah mampu berbicara dengan gambar

berseri dengan baik.

Setelah diterapkannya pembelajaranmenggunakan gambar berseri,

kemampuan anak dalam menceritakan kembali dengan urut sesuai isi


85

gambar dapat berkembang dengan baik. Adapun rekapitulasi data hasil

observasi pra siklus, siklus I dan siklus II dapat dilihat pada Tabel 4.5

berikut ini:

Tabel 4.7. Rekapitulasi Data Hasil Observasi Kemampuan Berbicara


Menggunakan Media Gambar Berseri Pra Siklus, Siklus I, Siklus II

Pra Siklus Siklus I Siklus II


No Indikator
Jumlah Jumlah Jumlah
Anak Anak Anak
1 Kemampuan berbicara 4 15 22
2 Menggunakan kalimat 6 9 21
pendek untuk berbicara
3 Menceritakan kembali 5 13 23
dengan urut sesuai gambar
TOTAL 15 37 66

Dari data rekapitulasi hasil observasi kemampuan berbicara dengan

gambar berseri pada Tabel 4.7, maka menunjukan adanya peningkatan

kemampuan anak berbicara dengan gambar berseri dari pra tindakan sampai

Siklus II. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Grafik 4.4 berikut ini:
86

Grafik 4.4. Kemampuan Berbicara Anak dengan Media Gambar Berseri


Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II

Setelah melihat hasil data kemampuan anak kelompok A di TK Tunas

Harapan dalam kemampuan berbicara dengan gambar berseri pada grafik

diatas dapat diketahui bahwa media gambar berseri dapat meningkatkan

kemampuan berbicara anak. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan

kemampuan bicara anak dengan gambar berseri setelah dilakukan

pembelajaran dengan kegiatan media gambar berseri. Kemampuan berbicara

pada anak kelompok A mengalami peningkatan yaitu pada pra siklus 4 anak

telah mampu berbicara dengan gambar berseri dengan sangat baik, 6 anak

telah mampu menggunakan kalimat pendek untuk berbicara dan 5 anak

telah mampu menceritkan kembali isi gambar dengan menggunakan kalimat

sederhana. Pada siklus I 15 anak telah mampu berbicara dengan gambar

berseri dengan sangat baik, 9 anak telah mampu menggunakan kalimat

pendek untuk berbicara dan 13 anak telah mampu menceritkan kembali isi

gambar dengan menggunakan kalimat sederhana. Pada siklus II 22anak

telah mampu berbicara dengan gambar berseri dengan sangat baik, 21 anak

telah mampu menggunakan kalimat pendek untuk berbicara dan 23 anak

telah mampu menceritkan kembali isi gambar dengan menggunakan kalimat

sederhana.
87

Berdasarkan hasil observasi pada siklus II, dapat dinyatakan bahwa

gambar berseri dapat meningkatkan kemampuan berbicara anak. Dalam

penelitian ini kegiatan menggunakan gambar berseri dilakukan untuk

menstimulasi kemampuan berbicara anak.

Keterbatasan penelitian yang dilakukan pada anak kelompok A di TK

Tunas Harapan ini telah diupayakan untuk memperoleh hasil yang optimal,

namun pada kenyataannya masih terdapat kekurangan-kekurangan yang

disebabkan oleh beberapa keterbatasan, diantaranya sebagai berikut:

1. Pelaksanaan penelitian siklus II dilaksanakan pada saat materi

pengayaan sehingga pelaksanaan pembelajaran kurang optimal.

2. Subjek pada penelitian ini terbatas hanya 1 kelas yang terdiri dari 25

anak, sehingga hasil yang berbeda mungkin terjadi apabila penelitian

dilakukan pada subjek yang berbeda.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan, dapat

disimpulkan bahwa kegiatan berbicara melalui media gambar berseri dapat

meningkatkan kemampuan berbicara anak kelompok A Tk Tunas Harapan

Desa Ledok Kecamatan Sambong Kabupaten Blora. Hal ini dibuktikan

adanya peningkatan rata-rata kemampuan berbicara pada anak saat

Prasiklus, siklus I dan meningkat pada siklus II.

Pada pra siklus anak yang tuntas 12% dan yang tidak tuntas 88%

diantaranya 4 anak telah mampu berbicara dengan gambar berseri dengan

sangat baik, 6 anak telah mampu menggunakan kalimat pendek untuk

berbicara dan 5 anak telah mampu menceritakan kembali isi gambar dengan

menggunakan kalimat sederhana. Pada siklus I anak yang tuntas 68% dan

anak yang tidak tuntas 32% diantaranya 15 anak telah mampu berbicara

dengan gambar berseri dengan sangat baik, 9 anak telah mampu

menggunakan kalimat pendek untuk berbicara dan 13 anak telah mampu

menceritkan kembali isi gambar dengan menggunakan kalimat sederhana.

Pada siklus II anak yang tuntas 88% dan anak yang tidak tuntas 12%

diantaranya 22 anak telah mampu berbicara dengan gambar berseri dengan

sangat baik, 21 anak telah mampu menggunakan kalimat pendek untuk

88
89

berbicara dan 23 anak telah mampu menceritakan kembali isi gambar

dengan menggunakan kalimat sederhana.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, beberapa saran yang dapat diberikan

adalah sebagai berikut :

1. Bagi guru TK

Bagi guru TK kegiatan peningkatan kemampuan berbicara menggunakan

media gambar berseri dapat digunakan sebagai salah satu alternatif yang

digunakan untuk menstimulasi kemampuan berbicara anak dan diharapkan

guru lebih kreatif mengembangkan baik bentuk maupun jenis gambar

berseri supaya media yang digunakan dapat lebih variatif. Selain itu,

dalam pelaksanannya sebaiknya guru memberikan contoh bagaimana

berbicara menggunakan media gambar berseri agar hasil yang dicapai

lebih optimal.

2. Untuk Sekolah

Diharapkan dapat menyediakan sarana dan prasarana yang diperlukan

dalam upaya peningkatan kemampuan berbicara anak lebih

variatif .Dengan adanya media gambar berseri dalam proses pembelajaran

dapat dijadikan sabagai media untuk meningkatkan kemampuan berbicara

anak sekaligus mutu pendidikan di TK.

Anda mungkin juga menyukai