PENDAHULUAN
1.2. Permasalahan
Angka keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang terjadi di lingkungan pekerjaan
sering terjadi. Untuk mengatasi masalah –masalah K3, baik pada tingkat internasional
maupun nasional, seringkali tersebar dan terpisah –pisah dan akibatnya tidak memiliki
keterpaduan yang diperlukan untuk menghasilkan dampak efektif. Karena itu, ada kebutuhan
untuk memberikan prioritas lebih tinggi kepada K3 pada tingkat internsional, nasioanal dan
perusahaan dan untuk melibatkan seluruh komponen masyarakat sebagai mitra untuk
memprakarsai dan mengawal mekanisme bagi perbaikan sistem K3 nasional secara
berkelanjutan.
1.3. Tujuan
1. Mendefinisikan Karakteristik Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).
2. Menguraikan arti penting program K3 dalam kegiatan perusahaan.
3. Menjelaskan beberapa program K3.
4. Mengenali peraturan tentang K3.
5. Memahami aspek-aspek dasar stres kerja.
6. Mengenali cara-cara mengelola stres kerja.
7. Memahami tentang komitmen dalam manajemen kerja.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Karakteristik serta Peran Kesehatan Keselamatan dan Keamanan Kerja
Istilah keselamatan, kesehatan, dan keamanan kerja saling terikat erat. Istilah yang
lebih luas dan tersamar adalah istilah “Kesehatan” yang merujuk kepada kondisi fisik, mental
dan stabilitas, emosi secara umum. Menurut undang-undang dasar kesehatan yang dimaksud
dengan ‘Kesehatan” adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup Produktif secara sosial dan ekonomis.
Menurut UU Republik Indonesia No. 23 Tahun 1992 tentang kesehatan kerja bagian ke-6
Pasal 23 dikemukakan bahwa :
1. Kesehatan diselenggarakan untuk mewujudkan produktifitas kerja yang optimal.
2. Kesehatan kerja meliputi pelayanan kesehatan kerja, pencegahan penyakit akibat kerja,
dan syarat kesehatan kerja.
3. Setipa tempat kerja wajib menyelenggarakan kesehatan kerja.
4. Ketentuan mengenai kesehatan kerja sebagaimana di maksud dalam ayat (2) dan ayat (3)
ditetapkan dengan peraturan pemerintah.
Ayat 2 “ Upaya kesehatan kerja pada hakikatnya merupakan penyerasian kepasitas kerja,
beban kerja dan lingkungan kerja. Pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pekerjaa
sesuai dengan jaminan sosial tenaga dan mencakup upaya peningkatan kesehatan, pencegah
penyakit, penyembuhan penyakit, dan pemulihan kesehatan”.
Ayat 3 “ Tempat kerja adalah tempat terbuka tertutup, bergerak atau tidak bergerak, yang
dipergunakan akan untuk memproduksi barang atau jasa oleh satu atau beberapa orang
pekerja.
Pernyataan misi OSHA saat ini adalah meningkatkan dan menjamin keselamatan dan
kesehatan tempat kerja serta mengurangi kecelakaan,cedera, dan penyakit yang terkait
dengan pekerjaan. OSHA memusatkan sumber-sumber dayanya pada pencapaian tiga
tujuan :
1. Mengurangi bahaya kerja melalui intervensi lansung.
2. Meningkatkan budaya keselamatan dan kesehatan melalui bantuan kepatuhan, program-
program kerja sama, dan kepemimpinan yang kuat.
3. Memaksimalkan efektifitas dan efesiensi OSHA dengan memperkuat kapabilitas dan
infrastruktur.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor Per.05/ MEN/ 1996 menyebutkan bahwa dalam
penerapan sistem manajemen K3, perusahaan wajib melaksanakan ketentuan-ketentuan
sebagai berikut :
Langkah-langkah Penerapan Sistem Manajemen K3
1. Membangun Komitmen dan Membuat Kebijakan
Komitmen dan kebijakan tersebut harus ditinjau ulang secara berkala. Pemimpin
perusahaan pada saat jenjang harus menunjukkan komitmen terhadap K3 sehingga
implementasi dan pengembangan SMK3 dapat terjamin. Demikian pula, setiap tenaga
kerja dan orang lain yang berada di tempat kerja harus berperan serta dalam menjaga dan
mengendalikan pelaksanaan K3.
2. Membuat Perencanaan
Perusahaan harus membuat perencanaan efektif guna mewujudkan keberhasilan
penerapan dan kegiatan sistem manajemen K3 dengan sasaran yang jelas dan terukur.
Perencanaan memuat tujuan, sasaran dan indikator kinerja. Tujuan, sasaran, dan
indikator kinerja ini dirumuskan dengan mempertimbangkan identifikasi sumber bahaya,
penilaian serta hasil pelaksanaan tinjaun aawal terhadap K3. Perencanaan hendaknya
dibuat dengan tujuan untuk membuat sistem manajemen yang mendukung :
1. Kepatuhan atas, sekurang-kurangnya, peraturan perundangan nasional.
2. Unsur-unsur sistem manajemen K3 organisasi
3. Perbaikan berkelanjutan atas kinerja K3
3. Menerapkan Kebijakan K3
Agar dapat mengimplementasikan kebijakan K3 secara efektif, perusahaan harus
menetapkan persyaratan kompetensi K3, dan membuat dan memelihara tatanan untuk
menjamin bahwa semua orang yang terlibat memiliki kompetensi untuk menjalankan
aspek-aspek keselamatan dan kesehatan dalam pelaksanaan tugas dan kewajiban mereka.
Kompetensi K3 mencakup:
1. Pendidikan
2. Pengalaman kerja
3. Pelatihan kerja
4. Atau kombinasi dari itu semua.
Perusahaan dapat mengintegrasikan sistem manajemen K3 yang dimilikinya ke dalam
sistem manajemen perusahaan lainnya.tetapi jika dalam pengintegrasian terjadi
pertentangan dengan tujuan dan prioritas perusahaan, maka tujuan dan prioritas
manajemen K3 harus diutamakan, kemudian penyatuan sistem manajemen K3 dilakukan
secara selaras dan seimbang.
Penerapan dan pengembangan sistem manajemen K3 yang efektif di tentukan oleh
kompetensi kerja dan pelatihan dari setipa pekerja di perusahaan. Pelatihan K3
merupakan faktor kunci dalam program pencegahan.
Dalam mendukung penerapan sistem manajemen, komunikasi memiliki peran sangat
penting, terutama komunikasi dua arah yang efektif dan laporan yang rutin. Dalam
konteks komunikasi, perusahaan harus menetapkan dan memelihara pengaturan dan
prosedur untuk:
1. Menerima, mendokumentasikan, dan menanggapi secara tepat segala bentuk
komunikasi yang terkait dengan K3.
2. Menjamin berlansungnya komunikasi internal mengenai informasi K3 diantara
berbagai fungsi dan jenjan organisasi yang relevan.
3. Menjamin bahwa kepedulian, gagasan dan masukan dari para pekerja dan wakil
mereka tentang persoalan K3.
4. Melakukan Pengukuran dan Evaluasi
Perusahaan harus memiliki sistem untuk mengukur, memantau dan mengevaluasi kinerja
SMK3dan hasilnya harus dianalisis guna menentukan keberhasilan atau untuk melakukan
identifikasi tindakan perbaikan. Perusahaan juga harus menetapkan dan memlihara
prossedur inspeksi.
Inspeksi keselamatan (safety inspection) dirancang untuk memeriksa bidang spesifik dari
organisasi untuk menemukan dan menetapkan tiap kerusakan dalam sistem, peralatan,
pabrik atau mesin, atau kesalahan operasional yang bisa menjadi sumber kecelakaan.
AUDIT SISTEM MANAJEMEN KINERJA
Audit sistem manajemen kinerja harus dilakukan secara berkala untuk mengetahui
efektifitas penerapan sistem manajemen K3.
Pihak-pihak yang bertanggung jawab dalam melaksanakan audit sistem manajemen K3:
- Konsultan dan keselamatan atau spesialis SDM
- Para manajer
- Pekerja/Karyawan
C. Penyelidikan Kecelakaan
Kecelakaan bisa terjadi dalam perusahaan, termasuk perusahaan yang paling
menyadari keselamatan sekalipun. Terlepas dari kecelakaan tersebut menyebabkan cedera
atau tidak, organisasi harus mengevalusi secara saksama setiap kejadian agar dapat
ditentukan penyebabnya dan dipastikan hal tersebut tidak terulang. Ahli keselamatan dan
supervisor lini bersama-sama menyelidiki kecelakaan. Salah satu tanggung jawab setiap
supervisor adalah mencegah kecelakaan.
Ada beberapa Teori mengenai Penyebab terjadinya Kecelakaan Kerja :
Kecelakaan kerja merupakan suatu hal yang sering terjadi dalam dunia kerja, terjadinya
kecelakaan kerja ini dapat kita pelajari dan diupayakan pencegahannya. Adapun beberapa
teori mengenai penyebab kecelakaan kerja, yaitu:
1. Teori Heinrich ( Teori Domino)
Teori ini mengatakan bahwa suatu kecelakaan terjadi dari suatu rangkaian
kejadian . Ada lima faktor yang terkait dalam rangkaian kejadian tersebut
yaitu : Lingkungan, kesalahan manusia, perbuatan atau kondisi yang tidak aman,
kecelakaan, dan cedera atau kerugian (Ridley, 1986).
2. Teori Multiple Causation
Teori ini berdasarkan pada kenyataan bahwa kemungkinan ada lebih dari satu
penyebab terjadinya kecelakaan. Penyebab ini mewakili perbuatan, kondisi atau
situasi yang tidak aman. Kemungkinan-kemungkinan penyebab terjadinya kecelakaan
kerja tersebut perlu diteliti.
3. Teori Gordon
Menurut Gordon (1949), kecelakaan merupakan akibat dari interaksi antara
korban kecelakaan, perantara terjadinya kecelakaan, dan lingkungan yang kompleks,
yang tidak dapat dijelaskan hanya dengan mempertimbangkan salah satu dari 3 faktor
yang terlibat. Oleh karena itu, untuk lebih memahami mengenai penyebab-penyebab
terjadinya kecelakaan maka karakteristik dari korban kecelakaan, perantara terjadinya
kecelakaan, dan lingkungan yang mendukung harus dapat diketahui secara detail.
4. Teori Domino terbaru
Setelah tahun 1969 sampai sekarang, telah berkembang suatu teori yang
mengatakan bahwa penyebab dasar terjadinya kecelakaan kerja adalah ketimpangan
manajemen. Widnerdan Bird dan Loftus mengembangkan teori Domino Heinrich
untuk memperlihatkan pengaruh manajemen dalam mengakibatkan terjadinya
kecelakaan.
5. Teori Reason
Reason (1995,1997) menggambarkan kecelakaan kerja terjadi akibat terdapat
“lubang” dalam sistem pertahanan. Sistem pertahanan ini dapat berupa pelatihan-
pelatihan, prosedur atau peraturan mengenai keselamatan kerja,
6. Teori Frank E. Bird Petersen
Penelusuran sumber yang mengakibatkan kecelakaan . Bird mengadakan
modifikasi dengan teori domino Heinrich dengan menggunakan teori manajemen,
yang intinya sebagai berikut (M.Sulaksmono,1997) :
1. Manajemen kurang kontrol
2. Sumber penyebab utama
3. Gejala penyebab langsung (praktek di bawah standar)
4. Kontak peristiwa ( kondisi di bawah standar )
5. Kerugian gangguan ( tubuh maupun harta benda )
Usaha pencegahan kecelakaan kerja hanya berhasil apabila dimulai dari memperbaiki
manajemen tentang keselamayan dan kesehatan kerja. Kemudian, praktek dan kondisi di
bawah standar merupakan penyebab terjadinya suatu kecelakaan dan merupakan gejala
penyebab utama akibat kesalahan manajemen.
Keuntungan Ergonomika :
Strategi pengurangan cedera membantu mencegah tekanan dan ketidaknyamanan saat
mengemudi, mengurangi cedera di dalam kendaraan, mengurangi kecederaan
punggung di luar kendaraan, dan mengurangi kelelahan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian mengenai berbagai aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada
penyelenggaraan konstruksi di Indonesia, dapat diambil kesimpulan bahwa bebagai masalah
dan tantangan yang timbul tersebut berakar dari rendahnya taraf kualitas hidup sebagian besar
masyarakat. Dari sekitar 4.5 juta pekerja konstruksi Indonesia, lebih dari 50% di antaranya
hanya mengenyam pendidikan maksimal sampai dengan tingkat Sekolah Dasar. Mereka
adalah tenaga kerja lepas harian yang tidak meniti karir ketrampilan di bidang konstruksi,
namun sebagian besar adalah para tenaga kerja dengan ketrampilan seadanya dan masuk ke
dunia jasa konstruksi akibat dari keterbatasan pilihan hidup.
Permaslahan K3 pada jasa konstruksi yang bertumpu pada tenaga kerja
berkarakteristik demikian, tentunya tidak dapat ditangani dengan cara-cara yang umum
dilakukan di negara maju. Langkah pertama perlu segera diambil adalah keteladanan pihak
Pemerintah yang mempunyai fungsi sebagai pembina dan juga “the biggest owner.” Pihak
pemilik proyek lah yang memiliki peran terbesar dalam usaha perubahan paradigma K3
konstruksi. Dalam penyelenggaraan proyek-proyek konstruksi yang didanai oleh
APBN/APBD/Pinjaman Luar Negeri, Pemerintah antara lain dapat mensyaratkan penilaian
sistem K3 sebagai salah satu aspek yang memiliki bobot yang besar dalam proses evaluasi
pemilihan penyedia jasa. Di samping itu, hal yang terpenting adalah aspek sosialisasi dan
pembinaan yang terus menerus kepada seluruh komponen Masyarakat Jasa Konstruksi,
karena tanpa program-program yang bersifat partisipatif, keberhasilan penanganan masalah
K3 konstruksi tidak mungkin tercapai.
B. Saran
Kesehatan dan keselamatan kerja sangat penting dalam pembangunan karena sakit
dan kecelakaan kerja akan menimbulkan kerugian ekonomi (lost benefit) suatu perusahaan
atau negara olehnya itu kesehatan dan keselamatan kerja harus dikelola secara maksimal
bukan saja oleh tenaga kesehatan tetapi seluruh elemen yang ikut terlibat dalam masyarakat.