Abstract
Conflict on civil matters is an absolute competency of District Court. Judiciary system
includes all items in relating with a judge assignment giving justice to the justiciable through the
conviction. A court judges according to law and should not make discrimination. The provision
becomes a principle for civil judge to process the conflict matter which is submitted on him/her.
The justice concept on the civil judiciary system is a justice which is given by a judge during
the judiciary on civil conflict, to produce a conviction. In the conflict of civil matter, it known
as audi et alteram partem and to each his own principle. Audi et alteram partem principle. It
means that giving to that every person on conflict should be equally treated. To each his own
principle, it means that every person take everything as his own. In implementation, it look
both of principles is contradiction each other. Because in the law system should not have any
conflict, so both of the principle should be exist in the the conflict of civil matters.
Kata Kunci: keadilan, sistem peradilan perdata, asas audi et alteram partem, asas to each
his own
*
Dosen Tetap Fakultas Hukum Unika St Thomas. (email: elisa_nurhaini@yahoo.com)
356 MIMBAR HUKUM Volume 21, Nomor 2, Juni 2009, Halaman 203 - 408
1
Ketentuan ini diatur dalam Pasal 5 ayat (1) UUKK.
2
George W. Paton ,1975, A Text Book of Jurisprudence, Clarendon Press, Oxford, hlm.155
3
R. Soepomo, 2006, Hukum Acara Perdata, Cetakan Keenambelas, Pradnya Paramita, Jakarta, hlm. 13.
4
Sudikno Mertokusumo, 2006, Hukum Acara Perdata Indonesia, Edisi Ketujuh, Liberty, Yogyakarta, hlm. 6.
5
Fauzan, 2007, Pokok-Pokok Hukum Acara Peradilan Agama dan Mahkamah Syaryah di Indonesia, Edisi
Pertama, Cetakan Ketiga, Kencana Prenada Media, Jakarta, hlm. viii.
6
George W. Paton, Op. cit., hlm. 474.
Butarbutar, Konsep Keadilan dalam Sistem Peradilan Perdata 357
7
Retnowulan, Sutantio, dan Iskandar Oeripkartawinata, 2005, Hukum Acara Perdata dalam Teori dan Praktek,
Cetakan Kedelapan, Mandar Maju, Bandung, hlm. 15.
Butarbutar, Konsep Keadilan dalam Sistem Peradilan Perdata 359
pengadilan yang sejenis itu yang berwenang maka persoalan/problematik dari kompetensi
mengadili perkara tersebut. Pada dasarnya, absolut dari suatu peradilan ditentukan oleh
kompetensi/kewenangan absolut pengadilan siapa pencari keadilannya dan atau apa jenis
ditentukan dalam suatu undang-undang, perkaranya.
sementara kompetensi/kewenangan relatif Sesuai dengan bunyi Pasal 1 UU
ditentukan dalam hukum acara masing- Peradilan Umum, maka yang dimaksud
masing peradilan bersangkutan. dengan peradilan umum adalah pengadilan
Sebagaimana ditentukan dalam Pasal negeri yang merupakan pengadilan tingkat
2 UU Peradilan Umum bahwa peradilan pertama dan pengadilan tinggi sebagai
umum adalah salah satu pelaku kekuasaan pengadilan tingkat banding Pengadilan
kehakiman bagi para pencari keadilan pada Negeri dalam wilayah hukum Pengadilan
umumnya, maka kewenangan absolut dari Tinggi merupakan peradilan umum yang
Peradilan Umum adalah untuk mengadili melakukan kekuasaan kehakiman bagi
perkara-perkara dari para pencari keadilan rakyat pencari keadilan pada umumnya.
pada umumnya. Selanjutnya Penjelasan Sebagai pengadilan tingkat pertama,
Pasal 2 UU PeradilanUmum, menentukan hakim pengadilan negeri inilah yang
bahwa di samping peradilan umum yang lebih banyak atau sering dihadapkan pada
berlaku bagi rakyat pencari keadilan pada peristiwa konkrit yang diajukan oleh para
umumnya mengenai perkara perdata dan pencari keadilan. Menurut Pasal 4 ayat (1)
pidana, pelaksana dikenal kekuasaan UU Peradilan Umum, maka Pengadilan
kehakiman lain yang merupakan peradilan Negeri berkedudukan di ibukota Kabupaten/
khusus bagi golongan rakyat tertentu yaitu Kota dan daerah hukumnya meliputi
Peradilan Agama, Peradilan Militer dan wilayah Kabupaten/Kota, dan berdasarkan
Peradilan Tata Usaha Negara. Pasal 7 undang-undang tersebut, pengadilan
Ini berarti bahwa kedua jenis perkara dibentuk dengan Keputusan Presiden.
baik perkara pidana maupun perkara perdata
dari rakyat pencari keadilan pada umumnya 2. Proses Berperkara Perdata di Peng
merupakan kewenangan mutlak dari adilan Negeri
Peradilan Umum. Pembedaan kewenangan Pemeriksaan perkara perdata di
mengadili dari setiap pengadilan yang pengadilan negeri dilakukan melalui
ada tersebut didasarkan kepada adanya tiga tahap, yaitu tahap persiapan, tahap
pembagian rakyat pencari keadilan, dan pemeriksaan dan tahap penentuan. Dalam
pembagian jenis perkara yang dikhususkan tahap persiapan, dimulai dari pengajuan
oleh undang-undang. Dengan demikian, gugatan oleh pihak penggugat atau pihak
8
R. Subekti, 1977, Hukum Acara Perdata, Cetakan Pertama, BPHN, Bina Cipta, Bandung hlm. 13.
9
Lihat Penjelasan Pasal 2 UU Peradilan Umum, terjadi pembagian dari para pencari keadilan dan jenis perkara
pada pengadilan di Indonesia, yaitu golongan rakyat umum dengan golongan rakyat tertentu dan pembagian
antara perkara umum dengan perkara tertentu.
360 MIMBAR HUKUM Volume 21, Nomor 2, Juni 2009, Halaman 203 - 408
pengakuan tetapi dapat juga berupa dapat dinyatakan benar-benar telah terjadi melalui
berupa bantahan (verweer). Dalam HIR/ proses pembuktian oleh para pihak.
Rbg, tidak disebutkan syarat mengenai cara Membuktikan dalam hukum acara
mengajukan jawaban. Namun dalam Pasal mempunyai arti yuridis, yaitu pembuktian
113 Rv, disyaratkan agar bantahan tergugat yang hanya berlaku bagi pihak-pihak yang
disertai dengan alasan-alasan. berperkara yang memungkinkan adanya
Selanjutnya terhadap gugatan peng bukti lawan yang bersifat historis artinya
gugat, tergugat diberi kesempatan untuk pembuktian yang mencoba menetapkan apa
memberi jawaban di muka pengadilan, yang telah terjadi secara konkrit.
baik secara lisan maupun dan tertulis. Dalam menyelesaikan suatu perkara,
Apabila proses terjadi secara tertulis, maka pada dasarnya ada dua hal yang penting bagi
terhadap jawaban tergugat, penggugat hakim, yaitu peristiwa yang disengketakan
diberi kesempatan untuk memberikan dan hukumnya, sebagaimana dikemukakan
tanggapananya yang disebut replik, dan oleh Paul Scholten,10 Hij weet, dat hij twee
terhadap replik dari penggugat, tergugat dingen noodig heeft: de kennis der feiten en
dapat memberikan tanggapannya yang van den regel; Een toepassing van den regel
disebut duplik. op de feiten geeft het antwoord. Dalam
Acara jawab menjawab bertujuan perkara perdata, yang mengemukakan
agar hakim mengetahui peristiwa manakah peristiwa yang disengketakan adalah
yang sekiranya menjadi sengketa atau pihak-pihak yang bersengketa, sedangkan
hakim mengetahui dan menentukan pokok hukumnya dikemukakan oleh hakim. Oleh
sengketa. Setelah diperoleh peristiwa yang karena itu, dalam proses pembuktian, yang
menjadi pokok sengketa, maka hakim harus harus dibuktikan oleh para pihak adalah
memperoleh kepastian tentang sengketa atau peristiwanya bukan hukumnya, karena
peristiwa konkret yang telah terjadi. secara ex officio, hukum dianggap harus
Peristiwa yang menjadi pokok diketahui dan diterapkan oleh hakim (ius
sengketa yang diketemukan dari proses curia novit).
jawab menjawab itu merupakan kompleks Dalam perkara perdata, yang wajib
peristiwa yang harus diseleksi, yaitu membuktikan atau mengajukan alat bukti
peristiwa yang pokok dan relevan bagi adalah yang berkepentingan di dalam
hukum dipisahkan dari yang tidak relevan perkara, yaitu penggugat atau tergugat,
untuk kemudian disusun secara sistematis bukan hakim. (Pasal 163 HIR/Pasal 283 Rbg
dan kronologis teratur agar hakim dapat dan Pasal 1865 KUH Perdata). Jadi dalam
memperoleh ikhtisar yang jelas tentang perkara perdata jelas pembagian tugas antara
peristiwa konkritnya atau duduk perkaranya. hakim dengan para pihak, yaitu tugas para
Setelah itu dibuktikan serta dikonstatasi atau pihak untuk membuktikan atau yang haarus
10
Paul Scholten, 1934, Handleiding Tot De Beofening van Het Nederlandsch Burgerlijke Recht Algemeen Deel,
N.V. Uitgevers Maatschappij, W.E. Jheenk Willink, Zwolle, hlm. 1.
362 MIMBAR HUKUM Volume 21, Nomor 2, Juni 2009, Halaman 203 - 408
mengajukan alat bukti, dan yang harus Tahap terakhir dalam pemeriksaan
menyatakan terbukti atau tidaknya suatu perkara perdata di pengadilan negeri adalah
peristiwa adalah tugas hakim. tahap penentuan, di mana dalam tahap, ini
Pasal 164 HIR/284 Rbg mengatur nasib para pihak ditentukan/diputuskan,
secara limitatif tentang lima alat bukti yang apakah dimenangkan atau dikalahkan.
dikenal dalam hukum acara perdata, yaitu Dimenangkan bagi pihak penggugat diartikan
surat, saksi, persangkaan, pengakuan dan gugatannya dikabulkan baik seluruhnya
sumpah. Meskipun Pasal 164 HIR/284 maupun sebagian, sebaliknya bagi tergugat
Rbg telah menentukan secara limitatif apabila gugatan penggugat dikabulkan
tentang lima alat bukti yang dikenal dalam baik seluruhnya atau sebagian dapat
hukum acara perdata, namun dalam Pasal diartikan sebagai pihak yang dikalahkan.
153 HIR/180 Rbg, terdapat alat bukti lain Apabila gugatan ditolak seluruhnya atau
yang dapat digunakan untuk memperoleh sebagiannya, maka dapat dikatakan pihak
kepastian mengenai kebenaran suatu penggugat sebagai pihak yang dikalahkan
peristiwa yang menjadi sengketa, yaitu dan sebaliknya pihak tergugat dapat disebut
pemeriksaan setempat atau descente sebagai pihak yang dimenangkan.
yaitu pemeriksaan mengenai perkara oleh Sebelum mengambil keputusan
hakim karena jabatannya dilakukan di luar sesudah pemeriksaan, majelis hakim
pengadilan dengan tujuan agar hakim dapat harus terlebih dahulu mengadakan sidang
melihat sendiri sehingga diperoleh kepastian musyawarah. Dalam sidang ini, para hakim
tentang peristiwa-peristiwa yang menjadi membicarakan dan menyusun putusannya
sengketa. Demikian juga yang diatur dalam yang akan dibacakan dalam sidang terbuka
Pasal 154 HIR/181 Rbg, menentukan apabila untuk umum. Pasal 161 HIR/188 Rbg dan
pengadilan berpendapat bahwa perkaranya Pasal 179 HIR/190 Rbg, menentukan bahwa
dapat dijelaskan oleh seorang ahli, maka rapat permusyawaratan hakim dilakukan
atas permintaan salah satu pihak atau karena pada hari yang sama dalam sidang terakhir
jabatannya pengadilan dapat mengangkat dengan menyuruh kedua belah pihak, saksi
seorang ahli. dan orang yang mendengar untuk keluar.
Setelah proses pembuktian selesai, para Sesudah putusan dibuat, maka kedua belah
pihak kemudian mengajukan konklusi atau pihak dipanggil masuk kembali dan putusan
kesimpulan, namun mengajukan konklusi dibacakan oleh Ketua Majelis di hadapan
itu tidak merupakan suatu keharusan, karena umum.
mengajukan konklusi atau kesimpulan ini
tidak diatur dalam undang-undang tapi hanya 3. Tugas dan Fungsi Hakim dalam
merupakan suatu kebiasaan dalam praktek Sistem Peradilan Perdata
di persidangan. Konklusi atau kesimpulan UUKK tidak dengan secara rinci
yang diajukan oleh masing-masing pihak menentukan apa yang menjadi tugas hakim.
dapat membantu hakim dalam membuat Namun jika Pasal 1 UUKK dihubungkan
kesimpulan. dengan Pasal 16 UUKK yang menentukan
Butarbutar, Konsep Keadilan dalam Sistem Peradilan Perdata 363
bahwa pengadilan tidak boleh menolak sungguh dikuasai di samping hukum materiil
untuk memeriksa, mengadili dan memutus dalam perkara perdata. Antara hukum
suatu perkara dengan alasan undang- materiil dengan hukum formil (hukum acara)
undangnya tidak lengkap atau kurang jelas, saling memerlukan satu sama lain, apabila
maka dapat diketahui bahwa tugas pokok hukum materiil dilanggar, maka dibutuhkan
hakim di pengadilan menurut UUKK adalah proses persidangan di pengadilan untuk
memerika, mengadili dan memutuskan suatu menegakkan atau mempertahankannya
perkara yang diajukan kepadanya. sebaliknya hukum acara tidak mungkin
Berdasarkan bunyi Pasal 1 dan Pasal berdiri sendiri tanpa hukum materiil.11
31 UUKK, maka hakim sebagai pejabat Secara teoretis, tugas hakim di
yang melakukan kekuasaan kehakiman persidangan adalah mengkonstatir peristiwa
mempunyai fungsi menegakkan hukum konkrit, yang berarti merumuskan dan
dan keadilan berdasarkan Pancasila demi menetapkan peristiwa konkrit, mengkualifisir
terselenggaranya Negara Hukum Republik peristiwa konkrit yang menguasai peristiwa
Indonesia.Di samping fungsinya sebagai konkrit tersebut kemudian mengkonstituir
pejabat yang melakukan kekuasaan atau memberi hukum atau hukumannya.
kehakiman untuk menegakkan hukum dan Akhir dari tugas pokok pengadilan
keadilan, hakim juga mempunyai fungsi adalah menjatuhkan putusan atas perkara
untuk membentuk hukum dalam situasi yang diajukan kepadanya. Dengan
undang-undang yang mengatur suatu menggunakan hukum acara perdata sebagai
peristiwa konkrit tidak ada atau tidak jelas peraturan hukum konkrit, hakim pada
peraturannya sesuai dengan bunyi Pasal dasarnya memberikan hak kepada orang
16 ayat (1) UUKK yang mengandung asas yang dimenangkan dan kewajiban bagi yang
rechteweigering dan Pasal 28 ayat (1) dikalahkan. Oleh karena itu, putusan hakim
UUKK yang menentukan bahwa hakim disebut dengan hukum karena di samping
sebagai penegak hukum dan keadilan wajib mengatur tentang hak dan kewajiban juga
menggali, mengikuti dan memahami nilai- bersifat mengikat bagi orang-orang yang
nilai hukum yang hidup dalam masyarakat. berkepentingan sesuai dengan res judicata
Dalam menjalankan tugasnya, hakim pro veritate habetur.12
perdata, harus mengetahi semua hukum Secara teoretis, pihak-pihak dalam
sesuai asas ius curia novit. Hukum acara perkara perdata terdiri dari pihak materiil dan
perdata yang merupakan pegangan pokok pihak formil. Pihak materiil adalah pihak yang
atau aturan permainan sehari-hari bagi hakim mempunyai kepentingan langsung terhadap
dalam memeriksa dan mengadili perkara perkara13, sedangkan pihak formil adalah
perdata di pengadilan, harus sungguh- pihak yang menghadap di pengadilan. Pihak
11
Sudikno Mertokusumo, 1984, Bunga Rampai Ilmu Hukum, Liberty, Yogyakarta, hlm. 175.
12
Asas res judicata pro veritate habetur, diartikan bahwa putusan hakim harus dianggap benar sampai ada
putusan dari pengadilan yang lebih tinggi membatalkan putusan tersebut.
13
Lihat Pasal 118 HIR/142 Rbg, disimpulkan bahwa supaya peradilan perdata dapat berjalan, maka minimal
harus ada pihak penggugat ataupun tergugat.
364 MIMBAR HUKUM Volume 21, Nomor 2, Juni 2009, Halaman 203 - 408
14
Sudikno Mertokusumo, 2006, Penemuan Hukum Sebuah Pengantar, Edisi Kedua, Cetakan Keempat, Liberty,
Yogyakarta, hlm. 9-10.
15
Gie The Liang, 1982, Teori-teori tentang Keadilan, Super Sukses, Yogyakarta, hlm. 15.
366 MIMBAR HUKUM Volume 21, Nomor 2, Juni 2009, Halaman 203 - 408
menjadi dasar asas audi et alteram partem sama dan kedua belah pihak harus sama-
yang diterapkan dalam peradilan perdata. Ini sama didengar jangan hanya satu pihak saja
berarti bahwa untuk mewujudkan keadilan, (audi et alteram partem).
dalam persidangan, maka putusan hakim Pengertian adil sering dikaitkan dengan
harus dilandasi sikap tidak memihak serta hukum. Hal ini dapat dipahami karena
memberi perlakukan yang sama kepada hukum merupakan salah satu sarana kontrol
para pihak.16 Tidak heran, jika simbol sosial yang efektif untuk mencegah atapun
dewi keadilan itu, dibuat berupa seorang menindak segala bentuk ketidak adilan yang
perempuan membawa pedang menimbang terjadi dalam masyarakat. Hukum merupakan
dengan kondisi mata tertutup yang diartikan salah satu sarana yang dapat dipergunakan
bahwa dalam menetapkan pertimbangan- untuk mewujudkan keadilan sebagaimana
pertimbangan hendaknya dilakukan dengan yang dicita-citakan rakyat banyak.
tidak memihak dan tidak melihat siapa Hukum merupakan salah satu sarana
orangnya. yang dapat dipergunakan untuk mewujudkan
Pada Pasal 5 ayat (1) UUKK, keadilan sebagaimana yang dicita-citakan
ditentukan bahwa pengadilan mengadili rakyat banyak. Pada dasarnya, pengertian
menurut hukum dengan tidak membedakan keadilan meliputi dua hal yaitu pengertian
orang. Asas keadilan atau kesamaan ini yang menyangkut hakekat keadilan dan yang
merupakan asas yang sangat penting dalam menyangkut isi atau norma untuk berbuat
setiap penyelenggaraan peradilan. Asas secara konkrit dalam keadaan tertentu.17
kesamaan ini juga ada kaitannya dengan Hakekat keadilan adalah penilaian terhadap
fungsi peradilan secara umum, yakni suatu perlakuan atau tindakan yang dikaji
menegakkan hukum dan keadilan. Sebagai berdasarkan suatu norma menurut pandangan
suatu peradilan yang menjalankan kekuasaan subyektif (untuk kepentingan kelompok,
kehakiman, hakim harus dapat memberi golongan dan sebagainya) melebihi norma-
keadilan kepada para pencari keadilan yang norma lain.
datang kepadanya. Dalam hukum acara perdata, terda
Secara umum, semua peradilan ne pat pembagian tugas yang jelas antara
gara harus menerapkan konsep keadilan hakim dengan para pihak. Oleh karena
sebagaimana ditetapkan oleh ketentuan Pasal dalam mengadili suatu perkara hakim
5 ayat (1) UUKK. Konsep keadilan yang membutuhkan peristiwa konkrit dan hukum,
dianut dalam tiap-tiap peradilan berbeda maka pihak-pihak mengajukan peristiwa
satu sama lain. Dalam hukum acara perdata, konkrit sedangkan hakim secara ex officio,
konsep keadilan menginginkan agar setiap dianggap sudah tahu semua hukum (asas ius
pencari keadilan mendapat perlakuan yang curia novit).
16
Bernardus Wibowo Suliantoro, Refleksi tentang Hukum dan Kekuasaan, Justitia et Pax, Volume 23, Nomor
1 Juni 2003.
17
Sudikno Mertokusumo, 2006, Mengenal Hukum, Edisi Kedua, Cetakan Keempat, Liberty Yogyakarta, hlm.
77.
Butarbutar, Konsep Keadilan dalam Sistem Peradilan Perdata 367
Pada dasarnya, asas kesamaan ini belah pihak, bahkan kedua belah pihak juga
diterapkan ketika hakim melakukan kegiat dapat meminta secara timbal balik untuk
an mengkonstatir untuk memperoleh melihat alat-alat bukti yang diajukan oleh
peristiwa konkrit yang disengketakan pihak lawan yang diserahkan kepada hakim
para pihak. Peristiwa yang disengketakan, (Pasal 137 HIR/163 Rbg).
diperoleh dari proses jawab menjawab dan Dalam penerapannya, konsep keadilan
proses pembuktian di persidangan. Dalam dalam perkara perdata, kedua asas audi et
proses ini hakim harus memperhatikan asas alteram partem dan asas to each his own
kesamaan, dengan memberi kesempatan sering terjadi pertentangan, karena yang satu
kepada tergugat untuk menjawab gugatan menuntut perlakuan yang sama dan di sisi
dari penggugat baik dalam bentuk eksepsi, lain menuntut perlakuan yang proporsional
bahkan dalam bentuk rekonvensi atau sesuai kualitas selama persidangan.
gugat balik. Penggugat juga masih diberi Namun sebagai asas, keduanya harus dapat
kesempatan untuk mengajukan replik dan berjalan bersama, karena keadilan yang
tergugat untuk mengajukan duplik. mempersamakan dengan memberi kepada
Penerapan asas kesamaan dalam ber setiap orang sama banyaknya diterapkan
perkara perdata dilakukan dengan cara dalam kegiatan mengkonstatir, sedangkan
semua jawaban para pihak ini selalu diper keadilan yang sifatnya proporsional
timbangkan oleh hakim dalam putusannya. diterapkan pada kegiatan mengkonstituir,
Pertimbangan atas peristiwa yang sekiranya yaitu setiap orang mendapat apa yang
disengketakan oleh kedua belah pihak menjadi hak atau bagiannya.
dimuat dalam pertimbangan peristiwa dalam Kegiatan mengkonstituir atau mene
putusan. Pertimbangan semua peristiwa rapkan hukumnya, dilakukan oleh hakim
yang diajukan oleh para pihak, dilakukan sesudah hakim menemukan peristiwa
hakim sebelum memeriksa alat-alat bukti. hukum dalam perkara. Terhadap peristiwa
Asas audi et alteram partem juga hukum tersebut, akan diterapkan hukumnya
diwujudkan dalam pemeriksaan alat bukti, atau dijatuhi hukuman bagi orang yang
di mana hakim harus sama-sama memeriksa dikalahkan dan memberikan hak kepada
alat-alat bukti yang diajukan oleh kedua belah orang yang dimenangkan dalam perkara.
pihak, dan tidak boleh hanya memeriksa alat Dalam penerapan hukum ini, hakim harus
bukti dari satu pihak saja. Hal ini juga berarti menerapkan asas kesamaan ini, tetapi dengan
hakim tidak boleh menerima keterangan varian yang berbeda dengan kesamaan yang
satu pihak sebagai yang benar, tanpa diterapkan dalam kegiatan mengkonstatir.
mendengarkan pihak lain terlebih dahulu Dalam menjatuhkan putusan, hakim
atau tanpa memberi kesempatan untuk tidak diharuskan memberikan perlakuan
mengeluarkan pendapatnya. Asas audi et yang sama terhadap kedua belah pihak, tetapi
alteram partem juga diwujudkan dalam hal hakim harus memberikan keadilan sesuai
memeriksa alat bukti, harus selalu dilakukan dengan apa yang diberikan pihak selama
di muka sidang yang dihadiri oleh kedua dalam persidangan. Apabila pihak penggugat
368 MIMBAR HUKUM Volume 21, Nomor 2, Juni 2009, Halaman 203 - 408
dapat membuktikan gugatannya, maka asas keadilan yang harus diperhatikan oleh
gugatannya akan dikabulkan, sebaliknya hakim agar putusannya dapat diterima oleh
apabila tidak dapat membuktikannya atau masyarakat sesuai asas res judicata pro
tergugat dapat membuktikan bantahanya veritate habetur.
terhadap gugatan, maka gugatan penggugat Dalam pelaksaanaannya kedua asas
akan ditolak. Bentuk keadilan yang harus tersebut terjadi antinomi atau pertentangan,
diberikan oleh hakim pada dasarnya ketika namun sebagai asas, keduanya harus tetap
menjatuhkan putusan adalah keadilan eksis. Kedua varian asas kesamaan yang
yang proporsional atau sesuai dengan apa dikenal dalam hukum acara perdata ini,
yang diberikan pihak selama persidangan. harus dijalankan secara bersama-sama,
Keadilan ini dapat dilihat dengan bunyi salah di mana asas audi et alteram partem, atau
satu amar putusan yang selalu menghukum equality before the law, diterapkan pada saat
pihak yang kalah untuk membayar semua proses beracara di persidangan, yaitu pada
ongkos perkara. proses jawab menjawab dan pada proses
pembuktian, hakim harus memperhatikan
C. Penutup dan mendengarkan kedua belah pihak secara
Dari uraian-uraian tersebut di atas, bersama-sama, sedangkan asas to each his
maka konsep keadilan yang dimaksud own diterapkan ketika hakim menjatuhkan
dalam sistem peradilan perdata adalah putusan. Dalam hal menjatuhkan putusan,
keadilan yang diberikan oleh hakim selama hakim akan memberikan apa yang menjadi
dalam persidangan sampai menjatuhkan hak yang dimenangkan dan memberi
putusan sesuai tugas pokok hakim untuk hukuman bagi pihak yang dikalahkan.
memeriksa, mengadili dan memutuskan Pemberian putusan ini didasarkan kepada
perkara yang diajukan kepadanya. Dalam dalil-dalil dan alat-alat bukti yang diajukan
proses persidangan perdata dikenal dua oleh para pihak di persidangan.
DAFTAR PUSTAKA