Anda di halaman 1dari 48

PPH

PASAL 23
T E P A T W A K T U
ANGGOTA

DINDA MAHARANI ADI PRATIWI (05)

FIKRI HILMAN MARZUKI (06)

FRANSISCA ANGELA NIRVANORA (07)

INAYAH QEIZ (08)

YACKOBUS SAHAT MARTUA SIANIPAR (21)


PPH PASAL 23
Pengertian

Merupakan Pemotongan Pajak yang dikenakan pada


penghasilan atas modal, penyerahan jasa, atau hadiah dan
penghargaan selain yang telah dipotong PPh Pasal 21

Tarif
Tarif 15%, atas objek berupa:
Tarif pajak
Dividen, atas objek
Bunga, Royalti,pemotongan PPh Pasal 23
dan Hadiah, penghargaan,
bonus, 15%
adalah dan sejenisnya (exc Pasal 21)

Tarif
Tarif 2%, atas objek berupa:
Tarif
1. Sewa danpajak atas objek
penghasilan pemotongan
lain sehubungan PPh
dengan Pasal 23 harta ( exc
penggunaan
sewa Pasal 415%
adalah ayat 2 ).
2. Jasa teknik, jasa manajemen, jasa konsultan, jasa lain ( exc Pasal 21)
01 PASAL 23 UU PAJAK
PENGHASILAN 04 PERATURAN DIRJEN PAJAK
NOMOR PER-11/PJ/2015

DASAR
HUKUM 02 PMK NO.
251/PMK.03/2008 05 SURAT EDARAN DIRJEN
PAJAK NOMOR SE-35/PJ/2010

03 PMK NO.
141/PMK.03/2015 06 UU NO.11 TAHUN 2020
TENTANG CIPTA KERJA
01 BADAN PEMERINTAH 04 BENTUK USAHA TETAP
(BUT)

PEMOTONG 02 SUBJEK PAJAK BADAN


DALAM NEGERI 05 PERWAKILAN PERUSAHAAN
LUAR NEGERI LAINNYA

03 PENYELENGGARA
KEGIATAN 06 OP YANG DITUNJUK
SEBAGAI PEMOTONG
Orang Pribadi DN yang ditunjuk sebagai
Pemotong PPh Pasal 23

Akuntan, arsitek, dokter, Notaris, Orang pribadi yang menjalankan


Pejabat Pembuat Akte Tanah usaha yang menyelenggarakan
(PPAT) kecuali PPAT tersebut pembukuan;
adalah Camat, pengacara, dan
konsultan, yang melakukan
pekerjaan bebas;

WAJIB MEMOTONG PPH PASAL 23 ATAS PEMBAYARAN BERUPA SEWA*


*Selain tanah dan bangunan
Subjek yang dipotong PPh Pasal 23

BADAN DN/BUT ORANG PRIBADI

Atas Active Income berupa


atas Passive Income berupa
hadiah/penghargaan dan Jasa
Dividen, Bunga, Royalti, Sewa.
yang dipotong PPh 23 dan
Passive Income berupa Dividen,
Bunga, Royalti, dan Sewa.
DIVIDEN
SEBELUM CIPTA KERJA
SETELAH CIPTA KERJA??

BUKAN OBJEK PAJAK!!!

S&K berlaku
Setelah UU Cipta Kerja

Dividen dari Dalam Negeri bukan Objek Pajak apabila:


a. Bagi yang menerima WP OP DN : Diinvestasikan kembali di dalam negeri dalam
jangka waktu paling singkat tiga tahun pajak sejak tahun pajak dividen.
b. Bagi yang menerima WP Badan DN : full bukan objek pajak (tanpa syarat).
Tidak ada pemotongan PPh 23

S&K berlaku
Setelah UU Cipta Kerja
Dividen dari Luar Negeri bukan Objek Pajak apabila:
a. diinvestasikan atau digunakan untuk mendukung kegiatan usaha lainnya di
wilayah NKRI dalam jangka waktu tertentu paling sedikit (minimal) 30% dari laba
setelah pajak. (baik dari perusahaan Go Public maupun privat)
b. syarat tambahan apabila yang memberikan dividen adalah perusahaan privat
di LN:
Bila yang diinvestasikan <30% laba setelah pajak Badan Usaha Luar Negeri,
selisih dari 30% yang seharusnya dibagi dengan realisasi investasi di
Indonesia merupakan objek PPh

S&K berlaku
Setelah UU Cipta Kerja
Setelah UU Cipta Kerja
Bentuk Investasi yang dimaksud

1. Surat berharga Negara Republik Indonesia dan surat berharga syariah


Negara Republik Indonesia
2. obligasi atau sukuk Badan Usaha Milik Negara yang perdagangannya
diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan
3. obligasi atau sukuk lembaga pembiayaan yang dimiliki oleh pemerintah
yang perdagangannya diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan
4. investasi keuangan pada bank persepsi termasuk bank syariah;
5. obligasi atau sukuk perusahaan swasta yang perdagangannya diawasi oleh
Otoritas Jasa Keuangan
6. investasi infrastruktur melalui kerja sama pemerintah dengan badan usaha;
7. investasi sektor riil berdasarkan prioritas yang ditentukan oleh pemerintah;
Bentuk Investasi yang dimaksud

8. penyertaan modal pada perusahaan yang baru didirikan dan berkedudukan di


Indonesia sebagai pemegang saham
9. penyertaan modal pada perusahaan yang sudah didirikan dan berkedudukan di
Indonesia sebagai pemegang saham
10. kerja sama dengan lembaga pengelola investasi
11. penggunaan untuk mendukung kegiatan usaha lainnya dalam bentuk penyaluran
pinjaman bagi usaha mikro dan kecil di dalam wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
usaha mikro, kecil, dan menengah; dan/atau
12. bentuk investasi lainnya yang sah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan
BUNGA

Objek Pajak PPh Pasal 23


bunga dan imbalan lainnya termasuk premium maupun
diskonto yang merupakan bunga antar pinjaman yang
diterima/diperoleh oleh WP OP/Badan Dalam Negeri dari pihak
pembayar bunga yang merupakan pemotong PPh Pasal 23

Tarif
Tarif pajak atas objek pemotongan PPh Pasal 23
adalah 15%
Dalam pengertian bunga termasuk pula premium,
diskonto dan imbalan sehubungan dengan jaminan
pengembalian utang.

DISKONTO PREMIUM

terjadi apabila surat obligasi terjadi apabila misalnya surat


dibeli di bawah nilai obligasi dijual di atas nilai
nominalnya. Diskonto nominalnya. Premium
merupakan penghasilan bagi merupakan penghasilan bagi
yang membeli obligasi. yang menerbitkan obligasi.
BUNGA
TIDAK DIPOTONG PPH PASAL 23

Bunga yang dibayar atau terutang kepada bank

Bunga yang dibayar atau terutang kepada badan


usaha atas jasa keuangan yang berfungsi sebagai
penyalur pinjaman
ROYALTI
PASAL 4 AYAT 1 HURUF H (UU NO 36 TAHUN 2008)
Royalti adalah suatu jumlah yang dibayarkan atau terutang dengan cara
atau perhitungan apa pun, baik dilakukan secara berkala maupun tidak,
sebagai imbalan atas:

penggunaan atau hak menggunakan hak cipta di bidang


01 kesusastraan, kesenian atau karya ilmiah, paten, desain atau
model, rencana, formula atau proses rahasia, merek dagang,
atau bentuk hak kekayaan intelektual/industrial atau hak serupa
lainnya;

penggunaan atau hak menggunakan peralatan/perlengkapan


02 industrial, komersial, atau ilmiah;

pemberian pengetahuan atau informasi di bidang ilmiah,


03
teknikal, industrial, atau komersial;
ROYALTI
PASAL 4 AYAT 1 HURUF H (UU NO 36 TAHUN 2008)

pemberian bantuan tambahan atau pelengkap sehubungan dengan penggunaan atau


04 hak menggunakan hak-hak tersebut pada angka 1, penggunaan atau hak menggunakan
peralatan/perlengkapan tersebut pada angka 2, atau pemberian pengetahuan atau
informasi tersebut pada angka 3, berupa:
penerimaan atau hak menerima rekaman gambar atau rekaman suara atau
keduanya, yang disalurkan kepada masyarakat melalui satelit, kabel, serat optik, atau
teknologi yang serupa;
penggunaan atau hak menggunakan rekaman gambar atau rekaman suara atau
keduanya, untuk siaran televisi atau radio yang disiarkan/dipancarkan melalui satelit,
kabel, serat optik, atau teknologi yang serupa;
penggunaan atau hak menggunakan sebagian atau seluruh spektrum radio
komunikasi;
ROYALTI
PASAL 4 AYAT 1 HURUF H (UU NO 36 TAHUN 2008)

penggunaan atau hak menggunakan film gambar hidup


05 (motion picture films), film atau pita video untuk siaran televisi,
atau pita suara untuk siaran radio; dan

pelepasan seluruhnya atau sebagian hak yang berkenaan


06 dengan penggunaan atau pemberian hak kekayaan
intelektual/industrial atau hak-hak lainnya sebagaimana
tersebut di atas.
ROYALTI
TIDAK TERMASUK DALAM PENGERTIAN ROYALTI

pemindahan seluruh hak cipta tanpa persyaratan tertentu,


01 termasuk tanpa ada kewajiban pembayaran kompensasi di
kemudian hari.

memberikan hak menggunakan hak cipta hasil Karya


Sinematografi kepada pihak lain tanpa hak untuk
02 mengumumkan dan/atau memperbanyak ciptaannya atau
produk hak terkaitnya.

Sumber : PER-33/PJ/2009
(Royalti dari Hasil Karya Sinematografi)
ROYALTI
TARIF
Tarif PPh Pasal 23 PER-1/PJ/2023
Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran, Dan Pelaporan

15%
Pajak Penghasilan Pasal 23 Atas Penghasilan Royalti Yang Diterima
Atau Diperoleh Wajib Pajak Orang Pribadi Yang Menerapkan
Penghitungan Pajak Penghasilan Menggunakan Norma
Penghitungan Penghasilan Neto

DPP Pasal 2 ayat (3)


Jumlah bruto bagi Wajib Pajak orang pribadi
Jumlah bruto tidak dalam negeri yang menerapkan penghitungan
termasuk PPN Pajak Penghasilan menggunakan Norma
Penghitungan Penghasilan Neto, yaitu sebesar
40% (empat puluh persen) dari jumlah
penghasilan royalti.
Jika pihak yang dipungut
tidak berNPWP maka
dikenakan tarif 100% lebih
tinggi dari yang seharusnya.
PER-1/PJ/2023
Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran, Dan
Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 23 Atas Penghasilan Royalti
Yang Diterima Atau Diperoleh Wajib Pajak Orang Pribadi Yang
Menerapkan Penghitungan Pajak Penghasilan Menggunakan
Norma Penghitungan Penghasilan Neto Atas penghasilan royalti yang diterima atau
diperoleh Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3),
wajib dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan
Tahunan pada bagian penghasilan neto dalam
Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 23 atas negeri dari pekerjaan bebas.
penghasilan royalti dilakukan oleh pihak yang
membayarkan penghasilan royalti yang merupakan
pemotong Pajak Penghasilan Pasal 23.

Jumlah Pajak Penghasilan Pasal 23 yang dipotong


merupakan kredit pajak dalam Surat
Wajib Pajak orang harus menyampaikan bukti
Pemberitahuan Tahunan Wajib Pajak orang pribadi
penerimaan surat pemberitahuan penggunaan
dalam negeri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
Norma Penghitungan Penghasilan Neto kepada
ayat (3).
pemotong Pajak Penghasilan Pasal 23 untuk dapat
dikenai pemotongan dengan dasar pemotongan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3).
Contoh Penghitungan Pemotongan Pajak Penghasilan atas
Penghasilan yang Diterima atau Diperoleh Penulis Sehubungan
dengan Penghasilan Royalti dan Penghasilan dari Pekerjaan Bebas

Tuan H adalah seorang aktor dan juga penulis yang telah menghasilkan beberapa buku
best seller. Pada bulan Januari 2023 Tuan H menyampaikan pemberitahuan
penggunaan Norma Penghitungan Penghasilan Neto untuk tahun pajak 2023 ke Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Senen.

Selama tahun 2023, Tuan H menerima penghasilan sebagai aktor sebesar


Rp400.000.000,00. Selain itu, pada bulan Agustus 2023, Tuan H memperoleh
penghasilan royalti atas penerbitan buku Koala Coklat dari PT I sebesar
Rp100.000.000,00. Tuan H telah menyerahkan fotokopi bukti penerimaan surat
pemberitahuan penggunaan Norma Penghitungan Penghasilan Neto dari Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Senen kepada PT I. Besaran Norma Penghitungan
Penghasilan Neto bagi pekerja seni adalah 50%.
Atas penghasilan royalti yang dibayar oleh PT I kepada Tuan H, PT I:

wajib memotong Pajak Penghasilan Pasal 23 sebesar 15% x 40% x Rp100.000.000,00 =


Rp6.000.000,00;
wajib membuat bukti pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 23 atas penghasilan royalti
dan menyerahkannya kepada Tuan H; dan
wajib melaporkan bukti pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 23 dimaksud dalam Surat
Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Unifikasi.

Jumlah penghasilan royalti yang dimasukkan dalam kolom penghasilan neto dalam negeri dari
pekerjaan bebas dalam Surat Pemberitahuan Tahunan Tuan H sebesar 50% x Rp100.000.000,00 =
Rp50.000.000,00

Atas penghasilan Tuan H sebagai aktor termasuk penghasilan atas pekerjaan bebas dan dimasukkan dalam
kolom penghasilan neto dalam negeri dari pekerjaan bebas dalam Surat Pemberitahuan Tahunan Tuan H sebesar
50% x Rp400.000.000,00 = Rp200.000.000,00, dan telah memperoleh bukti potong Pajak Penghasilan Pasal 21 dari
pemotong sebesar Rp15.000.000,00.

Jumlah Pajak Penghasilan Pasal 23 atas penghasilan royalti yang telah dipotong oleh PT I, merupakan kredit pajak
dalam surat pemberitahuan tahunan Tuan H dan menjadi pengurang dalam menghitung Pajak Penghasilan yang
terutang dalam tahun pajak bersangkutan.
HADIAH & PENGHARGAAN
Hadiah undian adalah hadiah dengan nama dan dalam bentuk
01
apapun yang diberikan melalui undian.

Hadiah atau penghargaan perlombaan adalah hadiah atau


02
penghargaan yang diberikan melalui suatu perlombaan atau
adu ketangkasan.

Hadiah sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan


03
lainnya adalah hadiah dengan nama dan dalam bentuk
apapun yang diberikan sehubungan dengan pekerjaan, jasa
dan kegiatan yang dilakukan oleh penerima hadiah.

Penghargaan adalah imbalan yang diberikan sehubungan dengan


04
prestasi dalam kegiatan tertentu, misalnya imbalan yang diterima
sehubungan dengan penemuan benda-benda purbakala.
HADIAH & PENGHARGAAN
HADIAH & PENGHARGAAN

TARIF Contoh Perhitungan


Tarif PPh Pasal 23

15% PT Angkasa adalah perusahaan yang bergerak


di bidang manufaktur mesin industri, pada
bulan Juni 2023, PT Angkasa membayar hadiah
perlombaan ke CV Awan sebesar 10.000.000 dan
DPP Nona Nana (ber-NPWP) sebesar 5.000.000.

Jumlah bruto tidak


Kewajiban PT Angkasa sebagai pemotong pajak
termasuk PPN adalah sebagai berikut ;
1. Memotong PPh Pasal 23 atas hadiah yang
diberikan kepada CV Awan sebesar 15% x
Jika pihak yang dipungut 10.000.000 = 1.500.000
tidak berNPWP maka 2. Memotong PPh Pasal 21 atas hadiah yang
dikenakan tarif 100% lebih diberikan kepada Nona Nana sebesar 5% x
tinggi dari yang seharusnya. 5.000.000 = 250.000
SEWA
Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta, kecuali sewa tanah
dan/atau bangunan.

Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta adalah penghasilan
yang diterima atau diperoleh sehubungan dengan kesepakatan untuk memberikan hak
menggunakan harta selama jangka waktu tertentu baik dengan perjanjian tertulis
maupun tidak tertulis sehingga harta terebut hanya dapat digunakan oleh penerima hak
selama jangka waktu yang telah disepakati.
SEWA TANAH OBJEK PPH FINAL
DAN/ATAU BANGUNAN PASAL PASAL 4 AYAT 2

SEWA HARTA/ASET DIPOTONG PPH PASAL 23

SEWA
1

OPERATING LEASE DIPOTONG PPH


(SGU TANPA HAK OPSI) PASAL 23

SEWA GUNA USAHA/


LEASING

FINANCE LEASE TIDAK DIPOTONG


(SGU DENGAN HAK OPSI) PPH PASAL 23
JASA

Objek Pajak PPh Pasal 23


Penghasilan yang dipotong PPh Pasal 23 yaitu imbalan
sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa konsultan,
dan jasa lain selain jasa yang telah dipotong PPh Ps 21

Tarif
Tarif pajak atas objek pemotongan PPh Pasal 23
berupa jasa adalah 2%

Jika pihak yang dipungut tidak berNPWP maka


dikenakan tarif 100% lebih tinggi dari yang seharusnya.

Pengecualian: Apabila imbalan atas jasa-jasa tersebut terutang kepada bank, badan usaha, atau jasa
keuangan sebagai penyebab pinjaman dan/atau pembiayaan yang diatur dengan PMK
PPh Pasal 21
Ketika dilakukan oleh Orang Pribadi Dalam Negeri

PPh Pasal 23
Dilakukan oleh Badan Dalam Negeri atau BUT atas

PENGENAAN PPH
jasa teknik, jasa manajemen, jasa konsultan, dan
jasa lain selain jasa yang telah dipotong PPh Ps 21

ATAS JASA
PPh Pasal 26
yang dilakukann oleh Subjek Pajak Dalam Negeri

PPh Final
Jasa Konstruksi
JASA TEKNIK, MANAJEMEN, DAN KONSULTAN

Jasa Teknik Jasa Manajemen


Jasa manajemen merupakan pemberian jasa
dengan ikut serta secara langsung dalam
pelaksanaan atau pengelolaan manajemen

Jasa Konsultan

Jasa konsultan merupakan pemberian advice


(petunjuk, pertimbangan, atau nasihat)
profesional dalam suatu bidang usaha,
kegiatan, atau pekerjaan yang dilakukan oleh
tenaga ahli atau perkumpulan tenaga ahli,
yang tidak disertai dengan keterlibatan
langsung para tenaga ahli tersebut dalam
pelaksanaannya.
JASA LAIN (PMK-141/PMK.03/2015)
Jasa Lain
a. Jasa penilai (appraisal);
b. Jasa aktuaris;
c. Jasa akuntansi, pembukuan, dan atestasi laporan keuangan;
d. Jasa hukum;
e. Jasa arsitektur;
f. Jasa perancang kota dan arsitektur landscape;
g. Jasa perancang (design);
h. Jasa pengeboran (drilling)di bidang penambangan migas, kecuali yang dilakukan oleh BUT;
i. Jasa penunjang di bidang usaha panas bumi dan penambangan migas;
j. Jasa penambangan dan jasa penunjang selain di bidang usaha panas bumi dan penambangan
migas;
k. Jasa penunjang di bidang penerbangan dan bandar udara;
l. Jasa penebangan hutan;
m. Jasa pengolahan limbah;
n. Jasa penyedia tenaga kerja dan/atau tenaga ahli (outsourcing services)
o. Jasa perantara dan/atau keagenan
JASA LAIN (PMK-141/PMK.03/2015)

Jasa Lain

p. Jasa di bidang perdagangan surat-surat berharga, kecuali yang dilakukan oleh Bursa Efek, KSEI
dan KPEI;
q. Jasa kustodian/penyimpanan/penitipan, kecuali yang dilakukan oleh KSEI;
r. Jasa pengisian suara (dubbing) dan/atau sulih suara;
s. Jasa mixing film;
t. Jasa pembuatan sarana promosi film, iklan, poster, photo, slede, klise, banner, pamphlet, baliho,
dan folder;
u. Jasa sehubungan dengan software atau hardware atau sistem komputer, termasuk perawatan,
pemeliharaan dan perbaikan;
v. Jasa pembuatan dan/atau pengelolaan website;
w. Jasa internet termasuk sambungannya;
x. Jasa penyimpanan, pengolahan, dan/atau penyaluran data informasi, dan/atau program;
y. Jasa instalasi/pemasangan mesin, peralatan, listrik, telepon, air, gas, AC, dan/ atau TV kabel, selain
yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang ruang lingkupnya di bidang konstruksi dan mempunyai izin
dan/atau sertifikasi sebagai pengusaha konstruksi;
JASA LAIN (PMK-141/PMK.03/2015)

Jasa Lain

z. Jasa perawatan/perbaikan/pemeliharaan mesin, peralatan, listrik, telepon, air, gas, AC, TV kabel, dan/
atau bangunan, selain yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang ruang lingkupnya di bidang konstruksi dan
mempunyai izin dan/ atau sertifikasi sebagai pengusaha konstruksi;
aa. Jasa perawatan kendaraan dan/ atau alat transportasi darat, laut dan udara;
ab. Jasa maklon;
ac. Jasa penyelidikan dan keamanan;
ad. Jasa penyelenggara kegiatan atau event organizer;
ae. Jasa penyediaan tempat dan/atau waktu dalam media masa, media luar ruang atau media lain untuk
penyampaian informasi, dan/ atau jasa periklanan;
af. Jasa pembasmian hama;
ag. Jasa kebersihan atau cleaning service;
ah. Jasa sedot septic tank;
ai. Jasa pemeliharaan kolam;
aj. Jasa katering atau tata boga;
ak. Jasa freight forwarding;
JASA LAIN (PMK-141/PMK.03/2015)

Jasa Lain

al. Jasa logistik; am.Jasa pengurusan dokumen;


an. Jasa pengepakan;
ao. Jasa loading dan unloading;
ap. Jasa laboratorium dan/ atau dilakukan oleh lembaga atau rangka penelitian akademis;
aq. Jasa pengelolaan parkir;
ar. Jasa penyondiran tanah;
as. Jasa penyiapan dan/ atau pengolahan lahan;
at. Jasa pembibitan dan/ atau penanaman bibit;
au. Jasa pemeliharaan tanaman;
av. Jasa pemanenan;
aw. Jasa pengolahan hasil pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan, dan/ atau perhutanan; ax.
Jasa dekorasi;
ay. Jasa pencetakan/penerbitan;
az. Jasa penerjemahan; ba. Jasa pengangkutan/ekspedisi kecuali yang telah diatur dalam Pasal 15
Undang-Undang Pajak Penghasilan;
JASA LAIN (PMK-141/PMK.03/2015)

Jasa Lain

bb. Jasa pelayanan kepelabuhanan;


bc. Jasa pengangkutan melalui jalur pipa;
bd. Jasa pengelolaan penitipan anak;
be. Jasa pelatihan dan/ atau kursus;
bf. Jasa pengiriman dan pengisian uang ke ATM;
bg. Jasa sertifikasi;
bh. Jasa survey;
bi. Jasa tester, dan
bj. Jasa selain jasa-jasa tersebut di atas yang
pembayarannya dibebankan pada Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara atau Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah.
JASA PENUNJANG DI BIDANG
PENERBANGAN BANDAR UDARA

BIDANG AERONAUTIKA
•jasa pendaratan, penempatan, penyimpaanan pesawat udara dan
jasa lainnya sehubungan dengan pendaratan pesawat udara
•jasa penggunaan jembatan pintu
•jasa ground handling
•jasa penunjang lainnya di bidang aeronautika

BIDANG NON-AERONAUTIKA

• jasa catering di pesawat dan jasa pembersihan pantry pesawat


• jasa penunjang lain di bidang non- aeronautika
JASA PENUNJANG DI BIDANG
PENAMBANGAN MIGAS
berupa :
1. jasa penyemenan dasar (primary cementing)
2. jasa penyemenan perbaikan (remedial cementing)
3. jasa pengontrolan pasir (sand control);
4. jasa pengasaman (matrix acidizing);
5. jasa peretakan hidrolika (hydraulic);
6. jasa nitrogen dan gulungan pipa (nitrogen dan coil tubing)
7. jasa uji kandung lapisan (drill steam testing);
8. jasa reparasi pompa reda;
9. jasa pemasangan instalasi dan perawatan;
10. jasa penggantian peralatan/material;
11. jasa mud logging;
12. jasa mud engineering;
13. jasa well logging & perforating;
14. jasa stimulus dan secondary decovery;
15. jasa well testing & wire line service;
16. jasa alat kontrol navigasi lepas pantai yg berkaitan dgn drilling
17. jasa pemeliharaan untuk pekerjaan drilling;
18. jasa mobilisasi dan demobilisasi anjungan drilling;
19. jasa lainnya yg sejenis di bidang pengeboran migas
JASA MAKLON
(JASA LAIN (PMK-141/PMK.03/2015)

Pemberian jasa dalam rangka proses penyelesaian suatu barang tertentu yang
proses pengerjaannya dilakukan oleh pihak pemberi jasa (disubkontrakkan), yang
spesifikasi, bahan baku, barang setengah jadi, dan/atau bahan
penolong/pembantu yang akan diproses sebagian atau seluruhnya disediakan oleh
pengguna jasa, dan kepemilikan atas barang jadi berada pada pengguna jasa.

Transaksi maklon dilakukan oleh dua pihak, yaitu Pengguna Jasa (pemilik barang) dan
Pihak Pemberi Jasa (subkontraktor).
Dengan kata lain, suatu pemberian jasa dapat dikatakan jasa maklon apabila
memenuhi persyaratan: Spesifikasi barang ditentukan oleh pemilik barang/pengguna
jasa dan sebagian atau seluruh barang disediakan dan dimiliki pengguna jasa
KETENTUAN KHUSUS JUMLAH
BRUTO JASA SEBAGAI DPP

Selain Jasa Catering


Seluruh jumlah penghasilan dengan nama dan dalam bentuk apapun yang dibayarkan, disediakan untuk
dibayarkan, atau telah jatuh tempo pembayarannya oleh pemotong PPh ps 23 kepada WPDN atau BUT,
tidak termasuk:
1. pembayaran gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan
pekerjaan yang dibayarkan oleh WP penyedia tenaga kerja kepada tenaga kerja yang melakukan pekerjaan,
berdasarkan kontrak dengan pengguna jasa; (kontrak kerja dan daftar pembayaran imbalan)
2. pembayaran kepada penyedia jasa atas pengadaan/pembelian barang atau material yang terkait dengan jasa yang
diberikan; (faktur pembelian)
3. pembayaran kepada pihak ketiga yang dibayarkan melalui penyedia jasa, terkait Jasa yang diberikan oleh penyedia
jasa; (faktur tagihan & perjanjian) SELAIN JASA CATERING
4. pembayaran kepada penyedia jasa yang merupakan penggantian (reimbursement) atas biaya yang telah
dibayarkan penyedia jasa kepada pihak ketiga dalam rangka pemberian jasa bersangkutan. (faktur tagihan & bukti
pembayaran)
* Dalam hal tidak terdapat bukti, jumlah bruto adalah sebesar keseluruhan pembayaran (exc PPN)

Jasa Catering
seluruh jumlah penghasilan dengan nama dan dalam bentuk apapun yang dibayarkan, disediakan untuk
dibayarkan, atau telah jatuh tempo pembayarannya oleh pemotong PPh ps 23 kepada WPDN atau BUT
KETENTUAN UMUM PPH PASAL 23
SAAT TERUTANG
SAAT PENYETORAN DAN
Pada saat disediakan untuk
PELAPORAN
dibayar, saat pembayaran atau
jatuh tempo pembayaran Jangka waktu penyetoran:
paling lama tanggal 10 (sepuluh) bulan
Yang dimaksud dengan "saat jatuh tempo berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.
pembayaran" adalah saat kewajiban untuk
melakukan pembayaran yang didasarkan Jangka waktu pelaporan:
atas kesepakatan, baik yang tertulis paling lama 20 (dua puluh) hari setelah Masa
Pajak berakhir
maupun tidak tertulis dalam kontrak atau
perjanjian atau faktur

SAAT PEMOTONGAN
Akhir bulan dibayarkannya penghasilan, disediakan untuk dibayarkannya penghasilan;
atau jatuh temponya pembayaran penghasilan yang bersangkutan, tergantung
peristiwa yang terjadi terlebih dahulu.
KODE AKUN PAJAK DAN
KODE JENIS SETORAN

Objek KAP KJS

Dividen 411124 101

Bunga 411124 102

Royalti 411124 103

Hadiah 411124 100

Sewa 411124 100

Jasa 411124 104


Terima Kasih
Semoga kamu bisa mendapatkan ilmu
yang bermanfaat dari presentasi ini.
Semoga beruntung dalam kuis!

Anda mungkin juga menyukai