Anda di halaman 1dari 2

PPh Pasal 22

I. Impor Barang Luar Negeri


1. 10% x nilai impor untuk barang tertentu (parfum, pakaian, karpet, logam mulia)
2. 7,5% x nilai impor barang tertentu lainnya (peralatan rumah tangga, alat elektronik, produk garmen)
3. 2,5% x nilai impor bagi importir yang menggunakan API (Angka Pengenal Importir)
4. 7,5% x nilai impor bagi importir tanpa menggunakan API
5. 7,5% x nilai lelang bagi pemenang hasil lelang impor yang tidak dikuasai
6. 0,5% x nilai impor, khusus impor kedelai, gandum, dan tepung terigu bagi importer yang memiliki
API
Nilai Impor dihitung sebesar Cost, Insurance, and Freight (CIF)+ bea masuk+ pungutan
pabean lainnya.

Contoh:
Pada bulan Januari 2020 PT Antika (memiliki API) mengimpor gandum dengan biaya pembelian
US$ 10.000, asuransi US$ 1.000 dan pengangkutan US$ 100. Bea masuk atas impor tersebut 5%
pada bulan yang sama. PT Antika juga mengimpor sparepart mesin pengolah gandum dengan biaya
US$ 5.000, asuransi dan pengangkutan US$ 500. Bea masuk atas impor 5%, dan bea masuk
tambahan 2%. Berapa PPh Psl 22 impor yang harus dibayar PT Antika bulan Januari 2020
seandainya kurs ditetapkan US$ 1 = Rp 13.000?
Impor Gandum

Cost : 10.000 x Rp 13.000 = : Rp 130.000.000


Insurance : 1.000 x 13.000 = : 13.000.000
Freight : 100 x 13.000 = : 1.300.000+
CIF : Rp 144.300.000
Bea masuk 5% (5% x 144.300.000) 7.215.000
Nilai impor : Rp 151.515.000
PPh pasal 22 = 2,5% x Rp 151.515.000
= 3.787.875 (API)

PPh Pasal 22 = 7,5% x Rp 151.515.000


= 11.363.625 (Non API)

Impor Sparepart
Cost : 5.000 x Rp 13.000 = : Rp 65.000.000
Insurance, : 500 x 13.000 = : 6.500.000
Freight +
CIF : Rp 71.500.000
Bea masuk 5% (5% x 71.500.000) : 3.575.000
Bea masuk tambahan 2% (71.500.000) : 1.430.000
Nilai impor : Rp 76.505.000
PPh pasal 22 = 2,5% x Rp 76.505.000
= 1.912.625 (API)

PPh Pasal 22 = 7,5% x Rp 76.505.000


= 5.737.875 (Non API)
II. Pembelian Barang Dalam Negeri
Tarif PPh Pasal 22 atas pembelian barang dalam negeri oleh Bendaharawan Pemerintah dan Badan
Usaha Tertentu adalah 1,5% dari harga pembelian (tidak termasuk PPN)
Contoh:
1. PT PLN merupakan BUMN dibidang kelistrikan melakukan pembelian kertas-kertas dari PT Kintan
untuk keperluan kantor sebesar Rp 99.000.000 (termasuk PPN). Hitunglah PPh pasal 22!
Harga netto = 100/110 x 99.000.000
= 90.000.000
PPh Pasal 22 = 1,5% x 90.000.000
= 1.350.000

2. PT ABC menjual truk khusus pengangkut sampah kepada Bendaharawan Dinas Kebersihan Pemda
senilai Rp 100.000.000 (Tidak Termasuk PPN). Hitunglah PPh Pasal 22!
PPh Pasal 22 = 1,5% x 100.000.000
= 1.500.000

III. Penjualan Hasil Produksi Tertentu Di Dalam Negeri


1. Industri semen = 0,25% dari DPP PPN
2. Industri kertas = 0,10% dari DPP PPN
3. Industri baja = 0,30% dari DPP PPN
4. Industri otomotif = 0,45% dari DPP PPN
5. Industri farmasi = 0,3% dari DPP PPN
6. Penjualan hasil produksi oleh produsen (Pertamina) atau importer bahan bakar minyak (BBM),
bahan bakar gas dan pelumas sbb:
a. BBM (Premium, solar, premix dan minyak tanah)
SPBU Pertamina (0,25% x penjualan)
SPBU Non Pertamina (0,3% x penjualan)
Selain SPBU (0,3% x penjualan)
b. Bahan bakar gas (0,3% x penjualan)
c. Pelumas (0,3% x penjualan)

Contoh:
PT Sumber Minyak membeli premium dari Pertamina, yang mana dalam hal ini sebagai penyalur BBM
(SPBU Swastanisasi) memiliki delivery order dari Pertamina dengan kuantitas sebanyak 10.000 liter
@Rp 2.500. Berapa PPh Pasal 22 yang harus dilunasi oleh PT Sumber Minyak?
Penjualan : 10.000 x 2.500 = 25.000.000
PPh Pasal 22 = 0,3% x 25.000.000
= 75.000

IV. Penjualan Tergolong Barang Mewah


Tarif PPh Pasal 22 atas penjualan barang sangat mewah diatas adalah sebesar 5% dari harga jual tidak
termasuk PPN dan PPnBM dan bersifat tidak final

Anda mungkin juga menyukai