Anda di halaman 1dari 71

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

Oleh : Ichtiar Rachmatullah

UMM, 10 Desember 2019

KANWIL DJP JAWA TIMUR III


OUTLINE MATERI

Konsep Pemeriksaan Pajak Wewenang Pemeriksaan

Tujuan Pemeriksaan Pelaksanaan Pemeriksaan

Jenis Pemeriksaan Pemeriksaan Rutin

Ruang Lingkup Pemeriksaan Penyidikan Pajak

Jangka Waktu Pemeriksaan Pemeriksaan Khusus Penyidikan Pajak

Norma Pemeriksaan Digital Forensik

Pedoman Pemeriksaan IBK untuk kepentingan Perpajakan

Teknik dan Metode Pemeriksaan Data Intelijen

3
KONSEP PEMERIKSAAN PAJAK

PEMERIKSAAN

3
KONSEP PEMERIKSAAN PAJAK

Serangkaian Kegiatan
Mengumpulkan data/informasi
dan keterangan

Secara Objektif dan


PEMERIKSAAN Profesional
Berdasarkan Standar
Pemeriksaan

Angka 25 Pasal 1 UU KUP


Tujuan Pemeriksaan

Menguji Kepatuhan Pemenuhan Tujuan Lain


Kewajiban Perpajakan 3
TUJUAN PEMERIKSAAN

1 2
dan/
atau
Menguji kepatuhan Tujuan lain dalam
pemenuhan rangka melaksanakan
kewajiban perpajakan ketentuan peraturan
Wajib Pajak perundang-undangan
perpajakan

3
PEMERIKSA PAJAK

Pemeriksa Pajak adalah Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Direktorat


Jenderal Pajak atau tenaga ahli yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal
Pajak yang diberi tugas, wewenang, dan tanggung jawab untuk
melaksanakan pemeriksaan pajak

Pihak-pihak yang diberi wewenang untuk melakukan pemeriksaan


pajak yang pernah terjadi sampai saat ini adalah:
• Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan Pajak (Dit. P2), Kantor Pusat Direktorat Jenderal
Pajak.
• Bidang Pemeriksaan, Penagihan, Intelijen dan Penyidikan (Bid. P2IP), Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Pajak.
• Kantor Pelayanan Pajak (KPP).
3
PEMERIKSAAN EFEKTIF

pemeriksaan harus diselesaikan


sesuai dengan jangka waktu ketetapan pajak yang terbit dari
pemeriksaan. Pemeriksaan hasil pemeriksaan dapat
dianggap selesai apabila Surat
Perintah Pemeriksaan (SP2) telah
1 2 diandalkan serta Wajib Pajak
menerima dan membayar
selesai dilaksanakan dan telah Pemeriksaan ketetapan pajak hasil pemeriksaan
dibuat Laporan Hasil Pemeriksaan selesai dan Upaya tersebut
(LHP) atau LHP Sumir pencairan dari hasil Hukum
pemeriksaan
optimal Minimal

Kepatuhan Restitusi
yang Terkendali
optimalisasi pengembalian
pendahuluan kelebihan
pemeriksaan yang efektif harus Berkelanjutan pembayaran pajak bagi Wajib
mampu menciptakan kepatuhan
Pajak yang memenuhi kriteria
Wajib Pajak yang berkelanjutan,
sebagaimana ditetapkan dalam
tidak hanya kepatuhan sesaat
setelah dilakukan pemeriksaan 4 3 Pasal 17C dan 17D Undang-Undang
KUP serta Pasal 9 ayat (4c)
Undang-Undang PPN
JENIS PEMERIKSAAN

Pemeriksaan Pemeriksaan
Restitusi Pasal 17B UU KUP Selain Pasal 17B UU KUP

Pemeriksaan Rutin Pemeriksaan Rutin Pemeriksaan Khusus


a b c d e f g

Pemeriksaan Kantor Pemeriksaan Pemeriksaan Pemeriksaan


Pemeriksaan Lapangan
Kantor Lapangan Lapangan

PENENTUAN JENIS
PEMERIKSAANNYA DIATUR OLEH
DIREKTUR JENDERAL PAJAK
8
JENIS PEMERIKSAAN

Pemeriksaan • Pemeriksaan yang dilakukan di kantor


Kantor Direktorat Jenderal Pajak

• Pemeriksaan yang dilakukan di tempat


Pemeriksaan kedudukan, tempat kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas, tempat tinggal Wajib
Lapangan Pajak, atau tempat lain yang ditentukan
oleh Direktur Jenderal Pajak.

3
Pemeriksaan Restitusi Pasal 17B UU KUP

Dilakukan dengan pemeriksaan kantor dalam hal:


Laporan Keuangan Wajib Pajak untuk Tahun Pajak
1 yang diperiksa diaudit oleh akuntan publik atau laporan
keuangan salah satu Tahun Pajak dari 2 (dua) Tahun
Pajak sebelum Tahun Pajak yang diperiksa telah diaudit
oleh akuntan publik, dengan pendapat wajar tanpa
pengecualian

2 Wajib Pajak tidak sedang dilakukan Pemeriksaan Bukti


Permulaan, penyidikan atau penuntutan tindak pidana
perpajakan, dan/atau Wajib Pajak dalam 5 (lima) tahun
terakhir tidak pernah dipidana karena melakukan tindak
pidana di bidang perpajakan

10
RUANG LINGKUP PEMERIKSAAN PAJAK

Berdasarkan Jenis Berdasarkan Periode


Pajaknya Pencatatan
• Satu jenis pajak • Satu masa pajak
• Beberapa jenis pajak • Beberapa masa pajak
• Seluruh jenis pajak • Bagian tahun pajak
• Tahun pajak
JANGKA WAKTU PEMERIKSAAN

SPHP
7 Hari
Tanggapan Tertulis

Perpanjangan 3 Hari
Penyampaian
Jangka waktu sejak Surat
Jangka waktu sejak Tanggapan Tertulis
Pemberitahuan Pemeriksaan 3 Hari
disampaikan/Sejak WP datang tanggal SPHP disampaikan Undangan Pembahasan
memenuhi panggilan s.d. sampai dengan tanggal Akhir
tanggal SPHP disampaikan LHP
Pembahasan Akhir
Risalah 2 Bulan
JANGKA WAKTU JANGKA WAKTU PEMBAHASAN
Pembahasan
PENGUJIAN AKHIR DAN PELAPORAN 3 hari
Permohonan
KANTOR LAPANGAN
2 BULAN Pembahasan dgn
4 Bulan + 2 Bulan 6 Bulan + 2 Bulan Tim QA

JANGKA WAKTU PEMERIKSAAN Pembahasan


Tim QA
WP K3S MIGAS WP GRUP Panggilan
INDIKASI TRANSFER PRICING/ Penandatanganan BA 3 Hari
TRANSAKSI KHUSUS LAIN (2 BULAN) Penandatanganan BA
KANTOR LAPANGAN
4 Bulan + 6 Bulan + LHP
3x6 Bulan 3x6 Bulan
12
JANGKA WAKTU PEMERIKSAAN

PERPANJANGAN JANGKA WAKTU


PEMERIKSAAN LAPANGAN
Alasan:
a. Pemeriksaan Lapangan diperluas ke
Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak, atau
Tahun Pajak lainnya Apabila terkait dengan:
b. terdapat konfirmasi atau permintaan
data dan/atau keterangan kepada Alasan:
WP K3S MIGAS WP GRUP
pihak ketiga
c. ruang lingkup Pemeriksaan meliputi INDIKASI TRANSFER PRICING/
seluruh jenis pajak TRANSAKSI KHUSUS LAIN
d. berdasarkan pertimbangan Kepala
UP2

3x 6 BULAN
2 BULAN
13
JANGKA WAKTU PEMERIKSAAN

PERPANJANGAN JANGKA WAKTU


PEMERIKSAAN KANTOR
Alasan:
Apabila dalam Pemeriksaan Kantor
a. Pemeriksaan kantor diperluas ke Masa ditemukan indikasi transaksi yang terkait
Pajak, Bagian Tahun Pajak, atau Tahun dengan transfer pricing dan/atau transaksi
Pajak lainnya khusus lain yang berindikasi adanya rekayasa
b. terdapat konfirmasi atau permintaan
transaksi keuangan, pelaksanaan
data dan/atau keterangan kepada
pihak ketiga Pemeriksaan Kantor diubah menjadi
c. ruang lingkup Pemeriksaan meliputi Pemeriksaan Lapangan
seluruh jenis pajak
Dalam hal dilakukan perpanjangan jangka waktu
d. berdasarkan pertimbangan Kepala
pengujian Pemeriksaan Lapangan atau
UP2
Pemeriksaan Kantor, Kepala UP2 harus
menyampaikan pemberitahuan secara
tertulis kepada Wajib Pajak
2 BULAN
14
NORMA PEMERIKSAAN

Norma Pemeriksaan yang berkaitan dengan Pemeriksa Pajak dalam rangka Pemeriksaan
Lapangan adalah sbb:
• Pemeriksa Pajak harus memiliki Tanda Pengenal Pemeriksa dan dilengkapi dengan Surat
Perintah Pemeriksaan pada waktu melakukan pemeriksaan.
• Pemeriksa Pajak wajib
• memberitahukan secara tertulis tentang akan dilakukan pemeriksaan kepada Wajib
Pajak.
• memperlihatkan Tanda Pengenal Pemeriksa dan Surat Perintah Pemeriksaan kepada
Wajib Pajak.
• menjelaskan maksud dan tujuan pemeriksaan kepada Wajib Pajak yang akan diperiksa.
• membuat Laporan Pemeriksaan Pajak.
• memberitahukan secara tertulis kepada Wajib Pajak tentang hasil pemeriksaan berupa
hal-hal yang berbeda antara Surat Pemberitahuan dengan hasil pemeriksaan untuk
ditanggapi Wajib Pajak
3
NORMA PEMERIKSAAN (contd.)

Pemeriksa Pajak wajib


• memberi petunjuk kepada Wajib Pajak mengenai penyelenggaraan pembukuan atau
pencatatan dan petunjuk lainnya mengenai pemenuhan kewajiban perpajakan
sehubungan dengan pemeriksaan yang dilakukan dengan tujuan agar penyelenggaraan
pembukuan atau pencatatan dan pemenuhan kewajiban perpajakan dalam tahun-
tahun selanjutnya dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
• mengembalikan buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen pendukung lainnya yang
dipinjam dari Wajib Pajak paling lama 14 (empat belas) hari sejak selesainya
pemeriksaan.

Pemeriksa Pajak dilarang memberitahukan kepada pihak lain yang


tidak berhak segala sesuatu yang diketahui atau diberitahukan
kepadanya oleh Wajib Pajak dalam rangka pemeriksaan.
16
NORMA PEMERIKSAAN

Norma Pemeriksaan yang berkaitan dengan Pemeriksa Pajak dalam rangka


Pemeriksaan Kantor adalah sbb:
• Pemeriksa Pajak, dengan menggunakan surat panggilan yang ditandatangani
oleh Kepala Kantor yang bersangkutan, memanggil Wajib Pajak untuk datang ke
kantor Direktorat Jenderal Pajak yang ditunjuk dalam rangka pemeriksaan.
• Pemeriksa Pajak wajib
• menjelaskan maksud dan tujuan pemeriksaan kepada Wajib Pajak yang akan
diperiksa.
• membuat Laporan Pemeriksaan Pajak.
• memberitahukan secara tertulis kepada Wajib Pajak tentang hasil
pemeriksaan berupa hal-hal yang berbeda antara Surat Pemberitahuan
dengan hasil pemeriksaan.
17
NORMA PEMERIKSAAN

Pemeriksa Pajak wajib


• memberi petunjuk kepada Wajib Pajak mengenai penyelenggaraan pembukuan atau
pencatatan dan petunjuk lainnya mengenai pemenuhan kewajiban perpajakan
sehubungan dengan pemeriksaan yang dilakukan dengan tujuan agar penyelenggaraan
pembukuan atau pencatatan dan pemenuhan kewajiban perpajakan dalam tahun-
tahun selanjutnya dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
• mengembalikan buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen pendukung lainnya yang
dipinjam dari Wajib Pajak paling lama 7 (tujuh) hari sejak selesainya pemeriksaan.

Pemeriksa Pajak dilarang memberitahukan kepada pihak lain yang


tidak berhak segala sesuatu yang diketahui atau diberitahukan
kepadanya oleh Wajib Pajak dalam rangka pemeriksaan.
18
NORMA PELAKSANAAN PEMERIKSAAN

Norma Pemeriksaan yg berkaitan dengan Pelaksanaan Pemeriksaan adalah


sebagai berikut:
• Pemeriksaan dapat dilakukan oleh seorang/lebih Pemeriksa Pajak.
• Pemeriksaan dilaksanakan di Kantor Direktorat Jenderal Pajak, di Kantor
WP atau di Kantor lainnya atau di pabrik atau di tempat usaha atau di
tempat pekerjaan bebas atau di tempat tinggal Wajib Pajak atau di tempat
lain yang ditentukan oleh Dirjen Pajak.
• Pemeriksaan dilaksanakan pada jam kerja dan apabila dipandang perlu
dapat dilanjutkan di luar jam kerja.
• Hasil pemeriksaan dituangkan dalam Kertas Kerja Pemeriksaan.
• Laporan Pemeriksaan Pajak disusun berdasarkan Kertas Kerja Pemeriksaan.
19
NORMA PEMERIKSAAN

NORMA PELAKSANAAN PEMERIKSAAN

Hasil Pemeriksaan Lapangan yang seluruhnya disetujui Wajib Pajak atau


kuasanya, dibuatkan surat pernyataan tentang persetujuan tersebut dan
ditandatangani oleh Wajib Pajak yang bersangkutan atau kuasanya.

Terhadap temuan sebagai hasil Pemeriksaan Lengkap yang tidak atau


tidak seluruhnya disetujui oleh Wajib Pajak, dilakukan Pembahasan Akhir
Hasil Pemeriksaan dan dibuatkan Berita Acara Hasil Pemeriksaan.

Berdasarkan Laporan Pemeriksaan Pajak, diterbitkan surat ketetapan


pajak dan Surat Tagihan Pajak, kecuali pemeriksaan dilanjutkan dengan
tindakan penyidikan.
20
NORMA PEMERIKSAAN

NORMA WAJIB PAJAK

Norma Pemeriksaan yang berkaitan dengan Wajib Pajak (WP) adalah sebagai berikut:

• Dalam hal Pemeriksaan Lapangan, WP berhak meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk
memperlihatkan Surat Perintah Pemeriksaan dan Tanda Pengenal Pemeriksa.
• WP berhak meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memberikan penjelasan tentang maksud
dan tujuan pemeriksaan.
• Dalam hal Pemeriksaan Kantor, WP wajib memenuhi panggilan untuk datang menghadiri
pemeriksaan sesuai waktu ditentukan.
• WP wajib memenuhi permintaan peminjaman buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen-
dokumen yang diperlukan untuk kelancaran pemeriksaan dan memberikan keterangan dalam
jangka waktu paling lama 7 (tujuh) hari sejak tanggal surat permintaan, dan apabila permintaan
tersebut tidak dipenuhi oleh WP, maka pajak yang terutang dapat dihitung secara jabatan.

21
NORMA PEMERIKSAAN

NORMA WAJIB PAJAK

WP berhak meminta kepada Pemeriksa Pajak rincian yang berkenaan dengan hal-hal yang berbeda
antara hasil pemeriksaan dengan Surat Pemberitahuan.

WP atau kuasanya wajib menandatangani surat pernyataan persetujuan apabila seluruh hasil
pemeriksaan disetujuinya.

Dalam hal Pemeriksaan Lengkap, Wajib Pajak atau kuasanya wajib menandatangani Berita Acara Hasil
Pemeriksaan apabila hasil pemeriksaan tersebut tidak atau tidak seluruhnya disetujui.

Dalam rangka pelaksanaan pemeriksaan, Wajib Pajak wajib melaksanakan ketentuan sebagaimana
diatur dalam Pasal 29 Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 16 Tahun 2000.
22
PEDOMAN PEMERIKSAAN

Norma Pemeriksaan yang berkaitan dengan Pemeriksa Pajak dalam rangka Pemeriksaan
Lapangan adalah sbb:
• Pemeriksa Pajak harus memiliki Tanda Pengenal Pemeriksa dan dilengkapi dengan Surat
Perintah Pemeriksaan pada waktu melakukan pemeriksaan.
• Pemeriksa Pajak wajib
• memberitahukan secara tertulis tentang akan dilakukan pemeriksaan kepada Wajib
Pajak.
• memperlihatkan Tanda Pengenal Pemeriksa dan Surat Perintah Pemeriksaan kepada
Wajib Pajak.
• menjelaskan maksud dan tujuan pemeriksaan kepada Wajib Pajak yang akan diperiksa.
• membuat Laporan Pemeriksaan Pajak.
• memberitahukan secara tertulis kepada Wajib Pajak tentang hasil pemeriksaan berupa
hal-hal yang berbeda antara Surat Pemberitahuan dengan hasil pemeriksaan untuk
ditanggapi Wajib Pajak
3
STANDAR / PEDOMAN PEMERIKSAAN

Standar Umum

a. Telah mendapat pendidikan dan pelatihan


teknis yang cukup serta memiliki
Standar keterampilan sebagai Pemeriksa Pajak,
Pelaksanaan b. Menggunakan keterampilannya secara
cermat dan saksama;
c. Jujur dan bersih dari tindakan-tindakan
tercela, mengutamakan kepentingan negara;
Standar Pelaporan d. Taat terhadap berbagai ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang perpajakan

24
STANDAR / PEDOMAN PEMERIKSAAN
a) persiapan yang baik, sesuai dg tujuan Pemeriksaan
b) Pemeriksaan dilaksanakan dengan melakukan pengujian berdasarkan
metode dan teknik Pemeriksaan sesuai dengan program Pemeriksaan
Standar Umum (audit program) yang telah disusun
c) temuan Pemeriksaan harus didasarkan pada bukti kompeten yang cukup
dan berdasarkan ketentuan perUU perpajakan;
d) dilakukan oleh suatu tim Pemeriksa Pajak yang terdiri dari seorang
supervisor, seorang ketua tim, dan seorang atau lebih anggota tim, dan
Standar dalam keadaan tertentu ketua tim dapat merangkap sebagai anggota tim.
e) dapat dibantu oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian tertentu,
Pelaksanaan baik yang berasal dari Direktorat Jenderal Pajak, maupun yang berasal
dari instansi di luar Direktorat Jenderal Pajak yang telah ditunjuk oleh
Direktur Jenderal Pajak, sebagai tenaga ahli
f) dapat dilakukan secara bersama-sama dengan tim pemeriksa dari
instansi lain
g) dapat dilaksanakan di kantor Direktorat Jenderal Pajak, tempat tinggal
Standar Pelaporan atau tempat kedudukan Wajib Pajak, tempat kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas Wajib Pajak, dan/atau atau tempat lain yang dianggap
perlu oleh Pemeriksa Pajak
h) dilaksanakan pada jam kerja dan apabila diperlukan dapat dilanjutkan di
luar jam kerja
i) pelaksanaan Pemeriksaan didokumentasikan dalam bentuk Kertas
Kerja Pemeriksaan;
25
STANDAR / PEDOMAN PEMERIKSAAN

a) LHP disusun secara ringkas dan jelas, memuat ruang lingkup


atau pos-pos yang diperiksa sesuai dengan
Standar Umum tujuan Pemeriksaan, memuat simpulan Pemeriksa Pajak
yang didukung temuan yang kuat tentang ada atau tidak
adanya penyimpangan terhadap peraturan perundang-
undangan perpajakan, dan memuat pula pengungkapan
informasi lain yang terkait dengan Pemeriksaan.
Standar b) Laporan Hasil Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan
Pelaksanaan pemenuhan kewajiban perpajakan antara lain mengenai :
1. Penugasan Pemeriksaan;
2. Identitas Wajib Pajak;
3. Pembukuan atau pencatatan Wajib Pajak;
4. Pemenuhan kewajiban perpajakan;
5. Data/informasi yang tersedia;
Standar Pelaporan 6. Buku dan dokumen yang dipinjam;
7. Materi yang diperiksa;
8. Uraian hasil Pemeriksaan;
9. Ikhtisar hasil Pemeriksaan;
10. Penghitungan pajak terutang;
11. Simpulan dan usul Pemeriksa Pajak.

26
TEKNIK DAN METODE PEMERIKSAAN

TEKNIK PEMERIKSAAN PAJAK


Melakukan
rekonsiliasi (Kaitkan
Melakukan evaluasi Melakukan inspeksi
dengan PPN, PPh 22,
4(2), 26 dan PPh 23

Melakukan pengujian
Melakukan analisis Melakukan sampling
fisik terhadap akun Melakukan footing
angka-angka data
neraca

Melacak angka-angka
Pemanfaatan Melakukan cross Melakukan konfirmasi
dan memeriksa
informasi pihak ketiga footing kepada pihak ketiga
dokumen

Pengujian atas mutasi


Pengujian arus uang,
setelah tanggal Melakukan vouching Melakukan trasir
piutang dan utang
neraca

3
TEKNIK DAN METODE PEMERIKSAAN

TEKNIK PEMERIKSAAN PAJAK

Metode
Langsung Metode Tidak
Langsung

3
TEKNIK DAN METODE PEMERIKSAAN

Definisi Metode Langsung

Metode
Adalah teknik dan prosedur
Langsung pemeriksaan dengan
melakukan pengujian atas
kebenaran angka-angka dalam
SPT yang langsung dilakukan
terhadap laporan keuangan
dan buku, catatan, serta
dokumen pendukung

Pelaksanaan dalam metode ini


dilakukan sesuai dengan
program pemeriksaan yang
terinci atas setiap pos neraca
dan laba rugi yg menjadi
sumber utama atau berkaitan
dengan angka-angka dalam
SPT
3
TEKNIK DAN METODE PEMERIKSAAN

Pemeriksaan Pajak Metode Langsung

Pemeriksaan
Pemeriksaan
aspek
aspek umum
Perpajakan

Pemeriksaan Pemeriksaan
atas akun dan atas akun dan
saldo neraca saldo laba rugi
yang terkait yang terkait
dengan SPT dengan SPT

3
TEKNIK DAN METODE PEMERIKSAAN

Definisi Metode Tidak Langsung

Metode Tidak Langsung


Adalah teknik dan prosedur pemeriksaan dengan melakukan pengujian atas
kebenaran angka-angka dalam SPT yg dilakukan secara tidak langsung melalui
suatu pendekatan penghitungan tertentu mengenai penghasilan dan biaya

Hasil perhitungan metode ini merupakan petunjuk untuk mengambil kesimpulan


tentang ketidakbenaran angka-angka dalam SPT sehingga masih diperlukan
pembuktian yg valid untuk membuktikan ketidakbenaran tsb.

3
TEKNIK DAN METODE PEMERIKSAAN

Macam-Macam Metode Tidak Langsung

Metode
Metode
Transaksi
Biaya Hidup
Tunai

Metode Metode
Perhitungan Transaksi
Prosentase Bank

Metode Metode
Perbandinga Sumber dan
n Kekayaan Penggunaan
Bersih Dana

3
WEWENANG PEMERIKSA PAJAK

Dalam melakukan Pemeriksaan Lapangan, Pemeriksa Pajak berwenang:

• Memeriksa dan atau meminjam buku-buku, catatan-catatan, dan dokumen-dokumen


pendukung lainnya termasuk keluaran atau media komputer dan perangkat elektronik
pengolah data lainnya.
• Meminta keterangan lisan dan atau tertulis dari WP yang diperiksa.
• Memasuki tempat atau ruangan yang diduga merupakan tempat menyimpan dokumen, uang,
barang, yang dapat memberi petunjuk tentang keadaan usaha WP atau tempat-tempat lain
yang dianggap penting serta melakukan pemeriksaan di tempat-tempat tersebut.
• Melakukan penyegelan tempat atau ruangan tersebut pada huruf c, apabila WP atau wakil atau
kuasanya tidak memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruangan dimaksud, atau
tidak ada di tempat pada saat pemeriksaan dilakukan.
• Meminta keterangan/data yang diperlukan dari pihak ketiga yang mempunyai hubungan
dengan Wajib Pajak yang diperiksa.
WEWENANG PEMERIKSA PAJAK

Dalam melakukan Pemeriksaan Kantor, Pemeriksa Pajak berwenang:


• Memeriksa/meminjam buku-buku dan catatan-catatan WP.
• meminta keterangan lisan dan atau tertulis dari WP yang diperiksa.
• meminta keterangan/data yang diperlukan dari pihak ketiga yang mempunyai hubungan dengan
Wajib Pajak yang diperiksa.

Atas peminjaman buku-buku dan lain-lain pada nomor (1) huruf a dan e,
serta nomor (2) huruf a dan c diberikan tanda bukti peminjaman yang
menyebutkan secara rinci dan jelas mengenai jenis serta jumlahnya.

Tata cara penyegelan sebagaimana dimaksud pada nomor (1) huruf d,


ditetapkan dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak.
34
KRITERIA PEMERIKSAAN

Pemeriksaan Rutin

Pemeriksaan pajak rutin ini dilakukan karena berhubungan dengan pemenuhan hak atau
pelaksanaan kewajiban perpajakan WP, antara lain:
• Menyampaikan SPT Tahunan PPh atau SPT Masa PPN yang menyatakan LB restitusi.
• Menyampaikan SPT Tahunan PPh atau SPT Masa PPN yang menyatakan LB tidak disertai
permohonan pengembalian kelebihan.
• Menyampaikan SPT Masa PPN LB kompensasi.
• Sudah mendapat pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak.
• Menyampaikan SPT rugi.
• Melakukan penggabungan, peleburan, pemekaran, likuidasi, atau akan meninggalkan
Indonesia selamanya.
• Melakukan perubahan tahun buku, metode pembukuan, dan penilaian aktiva tetap.
KRITERIA PEMERIKSAAN

Pemeriksaan Khusus

Pemeriksaan pajak
khusus ini dilakukan • Berdasarkan analisis risiko yang dibuat
berdasarkan hasil analisis berdasarkan profil WP atau data internal
risiko yang menunjukkan lainnya serta data eksternal secara manual
adanya indikasi ataupun komputerisasi.
ketidakpatuhan
pemenuhan kewajiban
• Ruang lingkupnya dapat meliputi satu,
perpajakan. Pemeriksaan beberapa, atau seluruh jenis pajak.
khusus dijalankan dengan • Pemeriksaannya menggunakan pemeriksaan
mengacu pada beberapa lapangan.
ketentuan, seperti:
VARIABEL PENENTU DSPP SESUAI SE-15

lndikasi Modus
Indikasi Ketidakpatuhan
Ketidakpatuhan Wajib
Tinggi (adanya Tax Gap)
Pajak

DSPP

ldentifikasi Kemampuan
ldentifikasi Nilai Potensi Wajib Pajak untuk
Pajak Membayar Ketetapan
Pajak (collectability)

1
INDIKATOR KETIDAKPATUHAN WAJIB PAJAK

TLTB

3 Tahun Terakhir Belum Diperiksa


Analisis CTTOR, GPM, NPM dibandingkan dengan hasil benchmarking
industri sejenis > 20%
Ketidaksesuaian antara profil SPT dengan profil ekonomi

Hubungan Istimewa
Memiliki transaksi afiliasi dalam negeri (intra-group transaction) dengan nilai transaksi lebih dari 50% dari total
nilai transaksi

Menerbitkan Faktur NPWP 000 lebih dari 25% dari total Faktur Pajak yang diterbitkan dalam satu Masa Pajak

Terdapat hasil analisis IDLP dan/atau CTA


1
INDIKASI MODUS KETIDAKPATUHAN WAJIB PAJAK

Tidak melaporkan omset dengan benar

Pembebanan biaya yang tidak seharusnya

Modus ketidakpatuhan Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

Aggressive tax planning

Penyalahgunaan Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda (treaty abuse)

Wajib Pajak tidak melaporkan nilai pengalihan harta yang sebenarnya dalam rangka
likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, dan pengambilalihan usaha
Wajib Pajak tidak melaporkan nilai perolehan atau nilai penjualan
yangsebenarnya
1
IDENTIFIKASI NILAI POTENSI PAJAK

Nilai Potensi Besar


Selisih
Nilai Nilai
Penilaian Nilai Potensi
Pengembalian Kompensasi
Kembali Aktiva Lainnya
Pendahuluan Kerugian
Tetap

1
IDENTIFIKASI NILAI KEMAMPUAN WP MEMBAYAR (Collectability)

Identifikasi keberlangsungan usaha dan harta


yang dimiliki Wajib Pajak berdasarkan SPT

Eksistensi usaha Wajib Pajak (berdasarkan


fakta lapangan)

Penanggung Pajak diketahui keberadaannya

1
CRM (COMPLIANCE RISK MANAGEMENT)

Compliance Risk
Management
Pemeriksaan
Dasar Hukum :
UU PPSP
UU KUP ALUR DAN JADWAL PELAKSANAAN  UTANG PAJAK &
PP No 74 Tahun 2011
PMK No 85/PMK.03/2010 PENAGIHAN PAJAK BIAYA PENAGIHAN
LUNAS
 PUTUSAN
Permohonan PENGADILAN ATAU
Angsuran/Penundaan PUTUSAN BADAN
Langsung,Pos, PENCABUTAN PERADILAN PAJAK
SPSS Ekspedisi/kurir
dgn bukti kirim SITA
ATAU DITETAPKAN
LAIN DENGAN
KEPUTUSAN MENTERI
 STP ATAU KEPUTUSAN
 SKPKB 7 hari* LUNAS KEPALA DAERAH
 SKPKBT SPMP/ Barang
SURAT 21 hari 2X24 jam
 SK Pembetulan SP PENYITAAN 14 HARI TDK LUNAS Bergerak
 SK Keberatan TEGURAN 1X
 SPMP
 Putusan Banding PENGUMUMAN
 JURUSITA + 2 SAKSI
 Putusan Jatuh tempo  PARATE EXECUTIE 
Peninjauan pembayaran 1
BAP SITA LELANG
 DIBERITAHUKAN  BRG BERGERAK & BRG TDK
Kembali bulan OLEH JURUSITA BERGERAK
Barang Tdk
PAJAK  BRG YG DISITA DILARANG:
Bergerak
 DIPINDAHTANGANKAN 14 hari
 DIBUAT BAP SP 2X
 DISEWAKAN
 DIPINJAMKAN
 DISEMBUNYIKAN
 DIHILANGKAN PELAKSANAAN
 DIRUSAK
 PENYITAAN ATAS REK. BANK
LELANG
& EFEK YANG DIDAHULUI
PENCEGAHAN PENYANDERAAN DENGAN PEMBLOKIRAN
SYARAT:
 UTANG PAJAK ≥ Rp100 jt
 DIRAGUKAN ITIKAD BAIK
* = tergantung ada tidaknya JANGKA WAKTU:
upaya hukum dari WP 6 BLN DPT DIPERPANJANG MAX 6 BLN
AKIBAT:
UTANG PAJAK TDK HAPUS & PENAGIHAN
TETAP DILAKSANAKAN
43
* KEP / IJIN MENKEU
PENYIDIKAN PAJAK

Penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan adalah


serangkaian tindakan yang dilakukan oleh penyidik untuk
mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu
membuat terang tindak pidana di bidang perpajakan yang
terjadi serta menemukan tersangkanya.
• ( Pasal 1 angka 31 UU KUP diatur lebih lanjut di pasal 44
UU KUP)

44
PENYIDIKAN PAJAK
PENYIDIKAN PAJAK

Setiap orang yang karena kealpaannya:


• a. tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan; atau
• b. menyampaikan Surat Pemberitahuan, tetapi isinya tidak benar atau tidak
lengkap, atau melampirkan keterangan yang isinya tidak benar sehingga dapat
menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dan perbuatan tersebut
merupakan perbuatan setelah perbuatan yang pertama kali sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 13A, didenda paling sedikit 1 (satu) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 2 (dua) kali jumlah
pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar, atau dipidana kurungan paling
singkat 3 (tiga) bulan atau paling lama 1 (satu) tahun.
• (Pasal 38 UU KUP)
PENYIDIKAN PAJAK

Setiap orang yang dengan sengaja:


• a. tidak mendaftarkan diri untuk diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak atau tidak melaporkan usahanya untuk
dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak;
• b. menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak Nomor Pokok Wajib Pajak atau Pengukuhan Pengusaha Kena
Pajak;
• c. tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan;
• d. menyampaikan Surat Pemberitahuan dan/atau keterangan yang isinya tidak benar atau tidak lengkap;
• e. menolak untuk dilakukan pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29;
• f. memperlihatkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen lain yang palsu atau dipalsukan seolah-olah benar, atau
tidak menggambarkan keadaan yang sebenarnya;
• g. tidak menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan di Indonesia, tidak memperlihatkan atau tidak
meminjamkan buku, catatan, atau dokumen lain;
• h. tidak menyimpan buku, catatan, atau dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan dan dokumen
lain termasuk hasil pengolahan data dari pembukuan yang dikelola secara elektronik atau diselenggarakan secara
program aplikasi on-line di Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (11); atau
• i. tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut sehingga dapat menimbulkan kerugian pada
pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun
dan denda paling sedikit 2 (dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4
(empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar. (Pasal 39 UU KUP)
PENYIDIKAN PAJAK

Setiap orang yang dengan sengaja:


• a. menerbitkan dan/atau menggunakan faktur pajak, bukti
pemungutan pajak, bukti pemotongan pajak, dan/atau bukti setoran
pajak yang tidak berdasarkan transaksi yang sebenarnya; atau
• b. menerbitkan faktur pajak tetapi belum dikukuhkan sebagai
Pengusaha Kena Pajak dipidana dengan pidana penjara paling singkat
2 (dua) tahun dan paling lama 6 (enam) tahun serta denda paling
sedikit 2 (dua) kali jumlah pajak dalam faktur pajak, bukti
pemungutan pajak, bukti pemotongan pajak, dan/atau bukti setoran
pajak dan paling banyak 6 (enam) kali jumlah pajak dalam faktur
pajak, bukti pemungutan pajak, bukti pemotongan pajak, dan/atau
bukti setoran pajak. (Pasal 39A)
PENYIDIKAN PAJAK
BUKTI PERMULAAN

Bukti Permulaan adalah keadaan,


perbuatan, dan/atau bukti
berupa keterangan, tulisan, atau Pemeriksaan Bukti Permulaan
benda yang dapat memberikan adalah pemeriksaan yang
petunjuk adanya dugaan kuat dilakukan untuk mendapatkan
bahwa sedang atau telah terjadi bukti permulaan tentang adanya
suatu tindak pidana di bidang dugaan telah terjadi tindak
perpajakan yang dilakukan oleh pidana di bidang perpajakan.
siapa saja yang dapat (UU KUP Pasal 1 angka 27 diatur
menimbulkan kerugian pada lebih lanjut di pasal 43A UU KUP)
pendapatan negara. (UU KUP
Pasal 1 angka 26)
BUKTI PERMULAAN

(1) Direktur Jenderal Pajak berdasarkan informasi, data, laporan, dan


pengaduan berwenang melakukan pemeriksaan bukti permulaan sebelum
dilakukan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan.

(2) Dalam hal terdapat indikasi tindak pidana di bidang perpajakan yang
menyangkut petugas Direktorat Jenderal Pajak, Menteri Keuangan dapat
menugasi unit pemeriksa internal di lingkungan Departemen Keuangan untuk
melakukan pemeriksaan bukti permulaan.

(3) Apabila dari bukti permulaan ditemukan unsur tindak pidana korupsi,
pegawai Direktorat Jenderal Pajak yang tersangkut wajib diproses menurut
ketentuan hukum Tindak Pidana Korupsi.

(4) Tata cara pemeriksaan bukti permulaan tindak pidana di bidang perpajakan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan. Pasal 43 A
PENYIDIKAN PAJAK
PENYIDIKAN PAJAK
PENYIDIK PAJAK

(1) Penyidikan tindak pidana di bidang


perpajakan hanya dapat dilakukan oleh
Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di
lingkungan Direktorat Jenderal Pajak
yang diberi wewenang khusus sebagai
penyidik tindak pidana di bidang
perpajakan.
PENYIDIKAN PAJAK
WEWENANG PENYIDIK PAJAK

a. menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak
pidana di bidang perpajakan agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas;

b. meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang
kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana di bidang perpajakan;

c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak
pidana di bidang perpajakan;

d. memeriksa buku, catatan, dan dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang perpajakan;

e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan, dan dokumen
lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;
PENYIDIKAN PAJAK
WEWENANG PENYIDIK PAJAK

f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang
perpajakan;

g. menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan
sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang, benda, dan/atau dokumen yang dibawa;

h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana di bidang perpajakan; i

I. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;

j. menghentikan penyidikan; dan/atau k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan
tindak pidana di bidang perpajakan menurut ketentuan peraturan perundang-undangan
PENYIDIKAN PAJAK
WEWENANG PENYIDIK PAJAK

(3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


memberitahukan dimulainya penyidikan dan
menyampaikan hasil penyidikannya kepada penuntut
umum melalui penyidik pejabat Polisi Negara Republik
Indonesia sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam
Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

(4) Dalam rangka pelaksanaan kewenangan penyidikan


sebagaimana daksud pada ayat (1), penyidik dapat
meminta bantuan aparat penegak hukum lain.
PENYIDIKAN PAJAK
PENGHENTIAN PENYIDIKAN
DIGITAL FORENSIK

• Secara sederhana diterjemahkan


sebagai cabang dari ilmu
Apa itu forensik yang meliputi
DIGITAL pemulihan dan investigasi dari
bahan yang ditemukan dalam
FORENSICS? perangkat digital.
DIGITAL FORENSIK
Digital Forensics Pada Proses Pemeriksaan
1. Dilakukan oleh Pemeriksa :

Acquisition
Form Kuesioner
Gambaran Umum SI
Wawancara

Pemeriksa

Pengolahan Data Elektronik

a. Rincian Perolehan Data elektronik


b. BA Perolehan Data
c. Tanda Terima
d. Dokumentasi Perolehan Data
Elektronik

Wajib Pajak
DIGITAL FORENSIK
Digital Forensics Pada Proses Pemeriksaan
2. Dilakukan oleh Petugas Forensik:
Kepala Kanwil
STFD

Wawancara
Petugas Forensik
Pemeriksa
Serah
Terima BB

Form Kuesioner
Gambaran Umum SI
Pengolahan Data
Elektronik

a. Rincian Perolehan Data elektronik Acquisition


Wajib Pajak b. BA Perolehan Data
c. Tanda Terima
d. Dokumentasi Perolehan Data Elektronik
DIGITAL FORENSIK
Persiapan Sebelum Pengajuan Forensik Digital

Pemeriksa harus sudah ke lapangan (lokasi Wajib Pajak) sebelum mengajukan permohonan pengajuan Tenaga Forensik Digital

Pelajari seluruh proses bisnis dan alur produksi melalui wawancara beberapa pegawai, terutama bagian accounting dan IT

Pastikan siapa PIC yang berwenang soal IT dan Sistem Informasi yang digunakan

Pemeriksa minta ijin memasuki seluruh ruangan dan lantai gedung

Kalau memungkinkan menghitung berapa jumlah PC, membuat peta gedung, dan bertanya kepada security, cleaning servis,
sopir, dll tentang sikon Wajib Pajak

Memastikan lokasi ruangan server dengan berbagai petunjuk, misalnya arah pemasangan kabel LAN, pipa saluran AC, dll

Membuat daftar ruangan/PC yang dicurigai sebagai tempat penyimpanan data

Membuat kronologis yang urut dan penjelasan komprehensif tentang situasi dan kondisi pada saat datang ke lokasi Wajib
Pajak pada Nota Dinas Pengajuan Tenaga Forensik Digital
IBK

KETENTUAN IBK
IBK
DASAR HUKUM

PERPU Nomor 1 Tahun 2017 tentang Akses Informasi Keuangan untuk


Kepentingan Perpajakan

Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2017 tentang Penetapan PERPU Nomor 1 Tahun


2017 menjadi Undang-Undang.

PMK Nomor 70/PMK.03/2017 tentang Petunjuk Teknis mengenai Akses Informasi


Keuangan untuk Kepentingan Perpajakan stdd. PMK Nomor 19/PMK.03/2018

SE-16/PJ/2017 tentang Permintaan Informasi dan/atau Bukti atau Keterangan


terkait Akses Informasi Keuangan untuk Kepentingan Perpajakan
IBK
DASAR HUKUM

S-908/PJ.04/2017 tanggal 19 September 2017 tentang Penegasan atas Kewajiban


Melakukan Permintaan Informasi, Bukti dan Keterangan (IBK) Pada Saat Melakukan
Pemeriksaan Pajak bagi Seluruh Pemeriksaan Pajak

S-633/PJ.02/2017 tanggal 29 Desember 2017 tentang Penegasan tentang Permintaan


Informasi dan/atau Bukti atau Keterangan terkait Akses Informasi Keuangan untuk
Kepentingan Perpajakan dengan menggunakan Aplikasi Akses Informasi Keuangan (AsIK)

S-193/PJ/2018 tanggal 26 Juli 2018 tentang Penegasan mengenai Permintaan


Informasi dan/atau Bukti atau Keterangan untuk Kepentingan Perpajakan dalam
Pelaksanaan Pemeriksaan pajak.
IBK
DASAR HUKUM

Poin-poin PENTING :
SE-16/PJ/2017
- Butir G ANGKA 2 -
Permintaan IBK dilakukan untuk keperluan :
a. Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan kewajiban perpajakan.
b. Pemeriksaan untuk tujuan lain, KECUALI :
1) Penerbitan NPWP dan/atau Pengukuhan PKP secara Jabatan
2) Penghapusan NPWP dan/atau Pencabutan Pengukuhan PKP berdasarkan
Permohonan WP
3) Pengumpulan bahan guna penyusunan NPPN

7
DATA INTELIJEN

FUNGSI FUNGSI INTELIJEN = LID PAM GAL


INTELIJEN
INTELIJEN
FUNGSI INTELIJEN

PENYELIDIKAN
PENGAMANAN

PENGGALANGAN
INTELIJEN
FUNGSI PENYELIDIKAN

• Secara sederhana, penyelidikan diartikan sebagai suatu kegiatan untuk


memperoleh keterangan-keterangan mengenai keadaaan dan tindakan
tentang apa yang dilakukan oleh target atau sasaran ( Hendropriyono,
AM, Filsafat Intelijen, Kompas, 2013)

Collection

Penyelidikan
Pengumpulan
(Intelijen)
(Gathering) 1. Pengamatan
(observasi)
2. Deteksi
Procurement 3. Penyusupan
4. Penyurupan
INTELIJEN
FUNGSI PENGAMANAN

• Kegiatan untuk mencegah lawan mengetahui keadaan dan rencana


rencana kita (Hendropriyono, AM, Filsafat Intelijen, Kompas, 2013)

1. Preventif security
Istilah Generik 2. Detective security
3. Kontra intelijen

Pengamanan Strategi 1. Protective security


(Security) 2. Detective security

1.Preventif
Sifat 2. Represif
INTELIJEN
FUNGSI PENGGALANGAN

• Fungsi Intelijen dengan sasaran psikologis (Hendropriyono, AM, Filsafat


Intelijen, Kompas, 2013), untuk membuat, menciptakan dan atau
mengubah suatu kondisi kepada tingkat keadaan yang menguntungkan
guna mendukung kebijaksanaan instansi.

Strategi Pokok 1. To win the heart and the mind of target


2. To bring the target to our direction
3. Menciptakan kondisi yang kondusif

Penggalangan

Konstruktif (let them thing or let them decide)


Pola Operasi Destruktif (let them fight)
MATUR
SUWUN
ANY
QUESTION ?
Kementerian Keuangan Republik Indonesia
Direktorat Jenderal Pajak

Anda mungkin juga menyukai