Anda di halaman 1dari 18

Bab I

Konsep Penghasilan dan Biaya

A. Konsep Dasar Akuntansi.

Konsep dasar akuntansi dirumuskan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAl)


dalam Kerangka Dasar Penyajian dan Pelaporan Keuangan (KDPPLK). Pada
rumusan tersebut dinyatakan bahwa asumsi dasar akuntansi berdasarkan atas akrual
dan kelangsungan usaha (going concern).
Sedangkan menurut Paton dan Littleton yang dikutip oleh Suwardjono
(2005), diterangkan bahwa konsep dasar akuntansi terdiri dari konsep kesatuan usaha
(Entity Theory), kelangsungan usaha (going concern), penghargaan sepakatan, upaya
dan hasil (effort and accomplishment), harga melekat (cost attach), bukti
terverifikasi, dan asumsi.
Anthony, Hawkins, dan Merchant menjelaskan secara lebih lengkap
sebagaimana yang dikutip oleh Suwardjono (2005), bahwa konsep dasar akuntansi
terdapat beberapa poin, di antaranya konsep pengukuran dengan unit uang, konsep
entitas, konsep kelangsungan usaha, konsep cost, aspek ganda, periode akuntansi,
konservatisme, realisasi, penandingan, konsistensi, dan materialitas.
Dari beberapa paparan mengenai rumusan konsep dasar akuntansi di atas,
maka berikut ini beberapa rumusan dasar akuntansi secara lebih terperinci.

1. Kesatuan Akuntansi

Kesatuan akuntansi berarti data dan informasi yang disajikan dalam


laporan keuangan harus jelas menyebutkan unit atau perusahaan yang
dilaporkan. Data dan informasi juga harus bukan merupakan laporan keuangan
jika tanpa adanya unit yang melaporkan. Jadi, laporan keuangan harus jelas
menyebutkan untuk perusahaan atau badan yang melaporkan keuangan tersebut.

2. Periode Akuntansi

Periode akuntansi berkaitan dengan pelaporan informasi keuangan untuk


perusahaan yang berkesinambungan dan dibagi ke dalam periode dengan bentuk
laporan keuangan. Periode akuntansi berguna agar dapat memantau posisi
keuangan dari hasil usaha selama satu periode tertentu dalam masa yang
berkesinambungan. Dengan demikian, manajemen dapat menggunakan laporan
tersebut sebagai dasar pengambilan keputusan

3. Pengukuran Dalam Nilai Uang.

Informasi akuntansi yang disajikan harus memiliki keseragaman bahasa yaitu


nilai uang. Tanpa adanya keseragaman dengan uang, maka informasi akuntansi
yang disajikan tidak dapat dibandingkan satu sama lain karena satuan unit
pengukurannya berbeda-beda. Jelas nilai moneter dan posisi keuangan maupun
hasil usaha suatu perusahaan menjadi dasar kesatuan bahasa akuntansi

4. Harga Perolehan Dasar Akuntansi

Harta kekayaan yang diperoleh haruslah dicatat pada saat perolehannya. Nilai
yang dibayarkan untuk memperoleh harta kekayaan tersebut merupakan nilai
yang akan dicatat dalam laporan keuangan. Nilai tersebut selanjutnya akan
disajikan dalam laporan keuangan

5. Penetapan Pendapatan dan Biaya

Pelaporan pendapatan dan biaya harus jelas menunjukkan periode ketika harus
dilaporkan dan dikaitkannya dengan asset dan hutang yang bersangkutan.
6. Konsistensi Konsep Dasar Akuntansi

Konsistensi merupakan penerapan prinsip ini, yang harus dilakukan adalah


secara konsisten menerapkannya dari satu periode ke periode lainnya agar data
dan informasi keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan dapat
diandalkan untuk dijadikan dasar pengambilan keputusan

7. Objektivitas dan Materialitas

Objektivitas berarti data dan informasi keuangan harus disajikan dengan tidak
memandang dan mempertimbangkan satu atau pihak tertentu lainnya.
Sedangkan materialitas berarti data dan informasi keuangan yang timbul dari
transaksi yang jumlahnya relatif kecil dan tidak berarti terhadap laporan
keuangan dapat diabaikan.

8. Konservatisme dan Realisasi


Dalam konsep konservatisme menekankan pada penyaji informasi
keuangan yang harus hati-hati terhadap pencatatan pendapatan dan biaya.
Dampak lain dari menganut paham konservatif adalah terciptanya pencatatan
pendapatan secara akrual atau cash basis yang terutama dirasakan penting dalam
penerapan akuntansi bank. Adapun realisasi berarti bawah data dan informasi
keuangan yang disajikan harus jelas menyajikan dasar pengakuan pendapatan
yang telah dicerminkan dalam ikhtisar laba rugi.

9. Pernyataan Terbuka

Informasi yang diketahui sudah terjadi maupun yang potensial akan terjadi,
sebaiknya disajikan dalam laporan keuangan. Baik dalam bentuk catatan kaki
ataupun dalam catatan terhadap laporan keuangan

B. Penghasilan Versi Akuntansi, Pajak Dan Ekonomi

Bagi semua entitas baik, yang berorientasi laba maupun tidak, penghasilan
merupakan faktor utama yang mendukung berhasil tidaknya suatu perusahaan. Tanpa
penghasilan yang cukup, going concern (kelangsungan hidup) suatu perusahaan perlu
diragukan. Sehubungan dengan itu, semua perusahaan berlomba-lomba memasang
iklan untuk dapat meningkatkan penjualan dan berusaha mempertahankan konsumen
agar tetap loyal terhadap perusahaan. Sebagai faktor utama yang mendukung
keberhasailan perusahaan, diperlukan pemahaman yang mendasar tentang
penghasilan. Pemahaman ini diperlukan mengingat adanya pandangan yang berbeda
mengenai penghasilan jika ditinjau dari segi akuntansi, pajak, dan ekonomi.

Dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan yang


dimaksudkan dengan penghasilan adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu
periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aset atau penurunan
kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi
penanam modal. Definisi penghasilan (income) meliputi baik pendapatan (revenue)
maupun keuntungan (gains). Pendapatan timbul dalam melaksanakan aktivitas
perusahaan yang biasa dan dikenal dengan sebutan yang berbeda seperti penjualan,
penghasilan jasa (fees), bunga, dividen, royalty, dan sewa.
Penghasilan mencerminkan pos lainnya yang memenuhi definisi
penghasilan dan mungkin timbul atau mungkin tidak timbul dalam melaksanakan
aktivitas perusahaan yang biasa. Melihat definisi tersebut, maka penghasilan akan
diakui dalam laporan laba rugi kalau kenaikan manfaat ekonomi pada masa depan
yang berkaitan dengan peningkatan aset atau penurunan kewajiban telah terjadi dan
dapat diukur dengan andal. Ini berarti bahwa pengakuan penghasilan terjadi
bersamaan dengan pengakuan kenaikan aset atau penurunan kewajiban (misalnya
kenaikan bersih aset yang timbul dari penjualan barang atau jasa atau penurunan
kewajiban yang timbul dari pembebasan pinjaman.)

Untuk lebih memahami definisi penghasilan tersebut diilustrasikan sebuah


transaksi sebagai berikut.

Tuan Budi menagih hutang kepada Tuan Feri sebesar Rp. 13.000.000.000.
selanjutnya Tuan Feri seorang Pendagang Motor membayarnya dengan sepeda
motor dengan harga pasar Rp. 15.000.000. Dari kejadian ini tuan budi memperoleh
penhasilan sebesar Rp. 15.000.000. tanpa memperhatikan jumlah hutang yang
mengkompensasinya. Sementara tuan Budi memperolehan penhgasilan
(keuntungan) sebasar Rp. 2.000.000.000. Dari transaksi tersebut bagi uan Feri
merupakan penghasilan. karena kejadian transaksi penyerahan barang (penjualan).
sementara penghasilan Tuan Budi Karena Faktor Ekonomi. .
Berikut ini akan dijelaskan penghasilan menurut peraturan perpajakan
dan penghasilan menurut konsep ekonomi.
1. Penghasilan Menurut Peraturan Perpajakan
Definisi penghasilan menurut fiskal diatur dalam UndangUndang No. 17, Tahun
2000 tentang Pajak Penghasilan khususnya pada Pasal 4. Walaupun telah terjadi
beberapa kali perubahaan undang-undang yang mengatur tentang pajak
penghasilan, tampaknya tidak menimbulkan perubahan yang mendasar tentang
definisi dan pos-pos yang termasuk dalam kategori penghasilan. Definisi dan
pospos yang termasuk dalam kategori penghasilan masih tetap diatur dalam Pasal
4 ayat 1 yang terbagi dalam 16 jenis penghasilan, baik yang terdapat dalam
Undang-Undang No 10 Tahun 1995 maupun dalam Undang-Undang No. 17,
Tahun 2000. Menurut fiskal yang dimaksudkan dengan penghasilan adalah
setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib
pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun luar Indonesia yang dapat
dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak yang
bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apa pun, termasuk hal-hal berikut.
1) Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang
diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi,
bonus, gartifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya,
2) Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan.
3) Laba usaha.
4) Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk hal-hal
dibawah ini.
 Keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan dan
badan lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal.
 Keuntungan yang diperoleh perseroan, persekutuan dan badan lainnya
karena pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu, atau anggota.
 Keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran,
pemecahan, atau pengambilalihan usaha.
 Keuntungan karena pengalihan harta karena hibah, bantuan atau
sumbangan, kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis
keturunan lurus satu derajad, dan badan keagamaan atau badan
pendidikan atau badan sosial atau pengusaha kecil termasuk koperasi
yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada
hubungannya dengan usaha, pekerjaan kepemilikan atau penguasaan
antara pihak-pihak yang bersangkutan.
5) Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya.
6) Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan, karena jaminan
pengembalian utang.
7) Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari
perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha
koperasi.
8) Royalty, Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta.
9) Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala.
10) Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah
tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
11) Keuntungan dari selisih kurs mata uang asing.
12) Selisih lebih karena penilaian kembali aset tetap.
13) Premi asuransi selaian asuransi jiwa
14) Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggota yang terdiri
dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas.
15) Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum
dikenakan pajak.
Jika diperhatikan secara detail tiap-tiap item yang dikategorikan
penghasilan menurut fiskal, cakupannya sangat luas dan secara garis besarnya
tidak terdapat perbedaan yang mendasar antara pengertian penghasilan menurut
akuntansi dan fiskal. Walaupun demikian, ada satu pos yang perbedaannya sangat
mencolok jika dihubungkan dengan laporan laba-rugi yang disusun menurut
Standar Akuntansi Keuangan. Menurut fiskal termasuk dalam pengertian
penghasilan dalam laporan laba rugi adalah laba usaha. Laba usaha yang
dimaksudkan adalah laba operasi yang disajikan dalam laporan keuangan
ditambahkan dengan pendapatan di luar usaha dan dikurangi dengan beban di
luar usaha.
Dengan demikian, akuntansi memandang penghasilan adalah hasil
penjualan dari perusahaan dagang atau manufaktur atau pendapatan dari
perusahaan jasa dikurangi dengan harga pokok penjualan dan biaya operasional
lainnya. Sebaliknya, fiskal memandang laba bersih sebagai penghasilan. Selain
perbedaan cara memandang penghasilan yang bersumber dari laporan laba rugi,
terdapat juga perbedaan yang bersumber dari penilaian kembali aset tetap.
Menurut fiskal selisih lebih hasil penilaian kembali aset tetap merupakan
penghasilan. Akuntansi menganggap selisih tersebut sebagai setoran modal yang
bersumber dari penilaian kembali. Penerimaan setoran yang berasal dari
sumbangan pihak tertentu terhadap perusahaan menurut akuntansi dapat
dikategorikan sebagai penghasilan karena dapat menambah dan meningkatkan
modal perusahaan yang tidak berasal dari setoran pemilik. Menurut fiskal
penerimaan berupa sumbangan tidak dikategorikan sebagai penghasilan dan tidak
sebagai penambah modal karena sumbangan yang diberikan tersebut tidak
dianggap sebagai biaya/beban oleh penyumbang.
2. Penghasilan menurut Ekonomi
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa jika suatu entitas memperoleh
penghasilan, maka dengan sendirinya akan menyebabkan terjadinya perubahan
kemakmuran pemilik untuk periode tertentu dan mengestimasi kemampuan
untuk menghasilkan keuntungan pada masa yang akan datang. Dari hakekat
penghasilan secara sederhana tersebut jika dihubungkan dengan kontribusi
waktu, maka penghasilan akan mempengaruhi waktu sekarang dan waktu, yang
akan datang. Akuntansi lebih mementingkan pengukuran penghasilan pada
periode sekarang sedangkan bagi ekonomi selain sekarang juga yang akan
datang. Kedua manfaat ini sangat penting sekali dalam menganalisis penghasilan
menurut akuntansi dan ekonomi. Sebagai ilustrasi berikut diuraikan perbedaan
konsep penghasilan menurut akuntansi dan ekonomi
 Seseorang membeli apartemen dengan harga $ 100,000.00 secara tunai.
Apartemen tersebut diperkirakan berumur 50 tahun dan mempunyai nilai sisa
$ 75,000.00 Apartemen tersebut selanjutnya disewakan dengan harga $
12,000.00 per tahun. Pada akhir tahun pertama nilai apartemen tersebut
dinilai seharga $ 125,000.00.
 Berdasarkan informasi tersebut dapat diketahui terjadi kenaikan harga
apartemen sebesar $ 25,000.00 dan pendapatan sewa sebesar $ 12,000.00.
Secara ekonomi dapat dikatakan bahwa pada akhir tahun pertama, perusahaan
mengalami keuntungan sebesar $ 37,000.00.
 Secara akuntansi perusahaan mengalami keuntungan sebesar $ 11,500.00
yang diperoleh dari pendapatan sewa $ 12,000.00 dikurangi penyusutan per
tahun $ 500.00.
Berdasarkan ilustrasi tersebut dapat dikatakan bahwa penghasilan secara
ekonomi merupakan aliran kas bersih ditambah present value dari aliran kas
bersih pada masa yang akan datang. Dengan kata lain penghasilan menurut
ekonomi adalah dengan mengakui penghasilan yang belum terjadi karena belum
direalisasi. Ada beberapa prinsip yang menyebabkan perbedaan antara
penghasilan secara akuntansi dan ekonomi yaitu:
1) Penggunaan historical cost dalam akuntansi menyebabkan current cost dari
penjualan ditandingkan dengan harga pokok penjualan yang menggunakan
historical cost terutama jika perusahaan menggunakan FIFO serta
keuntungan dan kerugian yang belum direalisasi atas aktiva tetap tidak
diakui
2) Adanya transaction basis menyebabkan akuntansi hanya mengakui
penghasilan jika sudah ada transaksi dengan pihak luar (an arm's-length
transaction). Contohnya good will yang dibeli dari pihak luar diakui,
sedangkan good will yang timbul dari dalam perusahaan tidak diakui.
3) Konsep conservatism menunjukkan jika terjadi penurunan nilai aktiva segera
diakui sekalipun belum ada transaksi seperti penurunan nilai persediaan,
sedangkan jika terjadi kenaikan tidak diakui atau ditunda sampai terjadinya
proses realisasi
4) Adanya earnings management menyebabkan terjadinya kekacauan dalam
akuntansi dan jarang terjadi dalam realitas ekonomi. Mengingat laporan
laba-rugi merupakan kunci utama untuk menilai kinerja perusahaan, dan
akuntansi mengukur penghasilan suatu entitas hanya sampai pada
pendapatan bersih setelah pajak,
Disiplin ilmu akuntansi, pajak, dan ekonomi merupakan rangkaian yang tidak
bisa dipisahkan satu sama lain. Pajak sangat tegantung pada akuntansi dan akuntansi
sangat tergantung pada kemajuan ekonomi suatu negara. Keterkaitan ini juga tampak
dalam bagaimana cara memandang penghasilan. Tidak terdapat perbedaan yang
tajam antara akuntansi dan pajak dalam memandang penghasilan. Muara terakhir dari
penghasilan adalah bertambahnya modal yang bukan berasal dari setoran pemilik.
Demikian juga halnya dengan pajak yang menyebutkan bertambahnya kekayaan
wajib pajak. Walaupun demikian, jika ditelusuri satu per satu item-item yang
dikategorikan sebagai penghasilan antara akuntansi dan pajak, terdapat hal yang
berbeda seperti akuntansi mengakui penghasilan kotor, sedangkan pajak laba operasi.
Demikian juga halnya dengan sumbangan yang tidak diakui sebagai penghasilan oleh
pajak. Terdapat perbedaan yang prinsip antara akuntansi dan ekonomi dalam
memandang penghasilan terutama dalam memandang masa depan entitas. Masa
depan tersebut lebih banyak berkaitan dengan halhal yang belum direalisasi. Hal ini
menjadi ganjalan bagi akuntansi karena akuntansi menekankan pada historical cost
dan adanya unsur transaksi (realisasi). Mengingat laporan laba-rugi konvensional
merupakan kunci utama dalam menilai keberhasilan operasional perusahaan yang
lebih menekankan pada historical cost dan realisasi, maka akuntan memandang perlu
untuk mengubah laporan laba-rugi konvensional agar menunjukkan economic
income. Perubahan tersebut ditandai dengan memasukkan unsur-unsur yang belum
direalisasi, seperti (1) keuntungan/kerugian yang belum direalisasi atas marketable
securities, (2) keuntungan atau kerugian atas penjabaran mata uang asing, (3)
penambahan atau pengurangan atas kewajiban pensiun karyawan, dan (4)
keuntungan atau kerugian atas transaksi derivative seperti hedging.
C. Konsep Biaya
Secara umum, biaya mengacu pada jumlah yang harus dibayar atau
diserahkan untuk memperoleh sumber daya atau layanan apa pun. Dalam ilmu
ekonomi, biaya dapat didefinisikan sebagai penilaian moneter dari upaya, material,
sumber daya, waktu dan utilitas yang dikonsumsi, risiko yang timbul, dan peluang
yang hilang dalam produksi barang atau jasa. Dalam skenario kompetitif saat ini,
tujuan utama setiap organisasi adalah untuk mendapatkan keuntungan maksimum.
Keputusan organisasi untuk memaksimalkan laba bergantung pada perilaku biaya
dan pendapatannya

Konsep Biaya Akuntansi.

a. Konsep biaya akuntansi menyatakan bahwa semua perolehan item (seperti atau
hal-hal yang diperlukan untuk pengeluaran) harus dicatat dan disimpan dalam
pembukuan sebesar biaya perolehan.
b. Di pelaporan keuangan (neraca) menunjukkan pada nilai tertentu, harus
diasumsikan bahwa ini adalah biayanya (harga Perolehan), kecuali jika
dinyatakan lain secara kategoris. Berdasarkan konsep ini stabilitas harga saat
pencatatan tercapai. Ada juga beberapa batasan dari konsep ini, misalnya dalam
kasus inflasi akan ada pernyataan berlebihan atas laba bersih dll. Di atas semua
batasannya, konsep ini dianggap yang terbaik jika dibandingkan dengan
alternatif.

Karakteristik Konsep Biaya Akuntansi


1. Konsep biaya dapat paling baik dicirikan dengan mengatakan bahwa untuk
tujuan akuntansi, semua transaksi dicatat pada biaya perolehan moneternya,
yaitu harga yang dibayarkan untuk memperoleh atau untuk menerima layanan
yang diberikan. Untuk menguraikan konsep ini, jika suatu tidak memerlukan
biaya apapun, yaitu tidak ada uang yang secara khusus dibayarkan untuk akuisisi
tersebut, maka tidak akan dicatat dalam pembukuan akun perusahaan.
2. Jika teknologi yang dibangun di dalam suatu perusahaan, kemampuan
manajerial atau teknis suatu organisasi, goodwill atau nama merek suatu produk,
dicatat sebagai aset. Namun, jika goodwill dibeli organisasi dengan harga
tertentu, maka mengikuti prinsip biaya, itu harus muncul sebagai di neraca
perusahaan.
3. Penurunan nilai yang timbul dari harga peolehan asset tetap dilakukan sebagai
beban depresiasi aset. Kecuali harga perolehan tanah

Konsep Biaya Dalam Sifat Beban

1. Biaya Pengeluaran
Biaya aktual yang dikeluarkan oleh pengusaha dalam menggunakan input
disebut biaya pengeluaran. Ini termasuk biaya pembayaran upah, sewa, listrik
atau biaya bahan bakar, bahan baku, dll. Yang harus kita perlakukan adalah
biaya umum untuk bisnis.
2. Biaya Peluang
Biaya peluang adalah pendapatan dari alternatif terbaik berikutnya yang hilang
ketika pengusaha membuat pilihan tertentu.
Misalnya, wirausahawan bisa mendapatkan gaji seandainya dia bekerja untuk
orang lain daripada menghabiskan waktu untuk bisnisnya sendiri. Biaya-biaya
ini menghitung peluang yang terlewat dan menghitung pendapatan yang dapat
kita peroleh dengan mengikuti beberapa kebijakan atau opsi lain yang tersedia

Konsep Biaya Dalam klasifiaksinya

1. Biaya Langsung.

Biaya langsung terkait dengan proses atau produk tertentu. Mereka juga disebut
biaya yang dapat dilacak karena mereka dapat langsung melacaknya ke aktivitas,
produk, atau proses tertentu.
Konsep biaya ini dapat bervariasi dengan perubahan dalam aktivitas atau
produk. Contoh biaya langsung termasuk biaya produksi yang berkaitan dengan
produksi, biaya perolehan pelanggan yang berkaitan dengan penjualan, dll.

2. Biaya tidak langsung

Biaya tidak langsung, atau biaya yang tidak dapat dilacak, adalah biaya yang
tidak terkait langsung dengan aktivitas atau komponen bisnis tertentu. Misalnya,
kenaikan biaya listrik atau pajak yang harus dibayar atas pendapatan.
Meskipun Anda tidak dapat melacak biaya tidak langsung, biaya tersebut
penting karena mempengaruhi profitabilitas secara keseluruhan.

Konsep Biaya Ditinjau Dari Tujuannya

a. Biaya Tambahan
Biaya-biaya ini timbul ketika bisnis membuat keputusan kebijakan. Misalnya,
perubahan lini produk, akuisisi pelanggan baru, peningkatan mesin untuk
meningkatkan output adalah biaya tambahan.

b. Biaya Hangus
Biaya hangus adalah biaya yang telah dikeluarkan pengusaha dan dia tidak dapat
memulihkannya dalam waktu singkat. Ini termasuk uang yang dihabiskan untuk
periklanan, melakukan penelitian, dan memperoleh mesin

c. Konsep Biaya Dalam Hal Pembayar

1. Biaya Pribadi

Biaya-biaya ini dikeluarkan oleh bisnis sebagai kelanjutan dari tujuannya


sendiri. Pengusaha membelanjakannya untuk kepentingan pribadi dan bisnis
mereka sendiri. Misalnya, biaya produksi, penjualan, periklanan, dll.

2. Biaya Sosial
Seperti namanya, masyarakatlah yang menanggung biaya sosial untuk
kepentingan pribadi dan pengeluaran bisnis. Ini termasuk sumber daya sosial
di mana perusahaan harus mengeluarkan biaya, seperti polusi, sumber daya
air, dan pencemaran lingkungan.

d. Konsep Biaya Produksi


1. Biaya Tetap
Biaya tetap adalah biaya yang tidak berubah dengan volume output. Bisnis
menarik mereka terlepas dari tingkat produksinya. Contohnya termasuk
pembayaran sewa, pajak, bunga pinjaman, penyusutan asset,
2. Biaya variabel
Biaya ini akan bervariasi tergantung pada output yang dihasilkan bisnis.
Produksi yang lebih sedikit akan mengurangi biaya, dan sebaliknya, bisnis akan
membayar lebih ketika produksinya lebih besar. Pengeluaran untuk pembelian
bahan baku dan pembayaran gaji adalah contoh biaya variabel

D. Pengeluaran Atau Biaya Menurut Paraturan Perpajakan.

Berdasarkan psl 6 Undang-Undang Perpajakan Nomor 38 Tahun 2008 untuk


menentukan Penghasilan Kena Pajak bagi wajib pajak dalam negeri dan bentuk usaha
tetap, penghasilan kena pajak (PKP) adalah penghasilan bruto dikurangi biaya untuk
mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan, yang meliputi sebagai Berikut
1. Biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan
usaha, antara lain:
a. biaya pembelian bahan;
b. biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah, gaji, honorarium,
bonus, gratifikasi, dan tunjangan yang diberikan dalam bentuk uang;
c. bunga, sewa, dan royalti;
d. biaya perjalanan;
e. biaya pengolahan limbah;
f. premi asuransi;
g. biaya promosi dan penjualan yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan;
h. biaya administrasi; dan
i. pajak kecuali Pajak Penghasilan;
2. Beban Penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan
beban amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak dan atas biaya lain
yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun
3. Iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri
Keuangan;
4. Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki dan digunakan
dalam perusahaan atau yang dimiliki untuk mendapatkan, menagih, dan
memelihara penghasilan;
5. Kerugian selisih kurs mata uang asing;
6. Biaya/pemgeluaran penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan
di Indonesia;
7. Biaya beasiswa, magang, dan pelatihan;
8. Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih dengan syarat:
a. Telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial;
b. Wajib Pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat ditagih kepada
Direktorat Jenderal Pajak; dan
c. Telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri atau instansi
pemerintah yang menangani piutang negara; atau adanya perjanjian tertulis
mengenai penghapusan piutang/pembebasan utang antara kreditur dan debitur
yang bersangkutan; atau telah dipublikasikan dalam penerbitan umum atau
khusus; atau adanya pengakuan dari debitur bahwa utangnya telah dihapuskan
untuk jumlah utang tertentu;
d. Syarat sebagaimana dimaksud pada angka 3 tidak berlaku untuk penghapusan
piutang tak tertagih debitur kecil yang pelaksanaannya diatur lebih lanjut
dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan;
9. Sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional yang
ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah;
10. Sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan yang dilakukan di
Indonesia yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah;
11. Biaya pembangunan infrastruktur sosial yang ketentuannya diatur dengan
Peraturan Pemerintah;
12. Sumbangan fasilitas pendidikan yang ketentuannya diatur dengan Peraturan
Pemerintah; dan sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga yang
ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah.
13. Bagi Wajib Pajak orang Pribadi boleh dikurangkan pengasilan tidak kena
pajak (PTKP) denga ketentuan sebagai Berikut :
a. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) per tahun diberikan kepada
1) Rp 54.000.000,00 (lima puluh empat juta rupiah ) untuk diri Wajib Pajak
orang Pribadi;
2) Rp 4.500.000,00 (empat juta lima ratus ribu rupiah) tambahan untuk
Wajib Pajak yang kawin;
3) Rp 4.500.000,00 (empat juta lima ratus ribu rupiah) tambahan untuk setiap
anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam garis keturunan
lurus serta anak angkat, yang menjadi tanggungan sepenuhnya, paling
banyak 3 (tiga) orang untuk setiap keluarga.
4) Rp. 54.000.000,00 (lima puluh empat juta rupiah ) tambahan untuk seorang
isteri yang penghasilannya digabung dengan penghasilan suami
b. Penerapan ketentuan PTKP oleh keadaan pada awal tahun pajak atau awal
bagian tahun pajak, dan perubahan besarnya PTKP berdasarkan Keputusan
menteri keuangan.

A. Pengeluaran Yang Tidak Diperbolehkan Mengurangi Penghasilan Bruto.

Dalam penentukan penghasilan kena pajak (PKP) tidak diperbolehkan


dikurangkan pengeluaran sebagai berikut :

1. Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun seperti dividen,
termasuk dividen yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi kepada pemegang
polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi;
2. Pengeluaran yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan Pribadi
pemegang saham, sekutu, atau anggota;
3. Pembentukan atau pemupukan dana cadangan, kecuali:
a. cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan badan usaha lain yang
menyalurkan kredit, sewa guna usaha dengan hak opsi, perusahaan
pembiayaan konsumen, dan perusahaan anjak piutang;
b. cadangan untuk usaha asuransi termasuk cadangan bantuan sosial yang
dibentuk oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial;
c. cadangan penjaminan untuk Lembaga Penjamin Simpanan;
d. cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan;
e. cadangan biaya penanaman kembali untuk usaha kehutanan; dan
f. cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat pembuangan limbah
industri untuk usaha pengolahan limbah industri, yang ketentuan dan syarat-
syaratnya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan;
4. Pengeluaran Premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa,
asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa, yang dibayar oleh Wajib Pajak
orang Pribadi, kecuali jika dibayar oleh pemberi kerja dan premi tersebut dihitung
sebagai penghasilan bagi Wajib Pajak yang bersangkutan;
5. Pengeluaran Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau
jasa yang diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan, kecuali
penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh pegawai serta penggantian atau
imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan di daerah tertentu dan yang
berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan yang diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan;
6. Pengeluaran Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada
pemegang saham atau kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa
sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan;
7. Pengeluaran Harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan
warisan atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama
yang diakui di Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk
atau disahkan oleh pemerintah, yang ketentuannya diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Pemerintah;
8. Pengeluaran Pajak Penghasilan;
9. Pengeluaran yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan Pribadi
Wajib Pajak atau orang yang menjadi tanggungannya;
10. Gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma, atau perseroan
komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham; Sanksi administrasi berupa
bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi pidana berupa denda yang berkenaan
dengan pelaksanaan perundang-undangan di bidang perpajakan
11. Pengeluaran pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun seperti
dividen, termasuk dividen yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi kepada
pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi;
12. Pengeluaran yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan Pribadi
pemegang saham, sekutu, atau anggota;
13. Pembentukan atau pemupukan dana cadangan, kecuali:
a. Cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan badan usaha lain yang
menyalurkan kredit, sewa guna usaha dengan hak opsi, perusahaan
pembiayaan konsumen, dan perusahaan anjak piutang;
b. Cadangan untuk usaha asuransi termasuk cadangan bantuan sosial yang
dibentuk oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial;
c. Cadangan penjaminan untuk Lembaga Penjamin Simpanan;
d. Cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan;
e. Cadangan biaya penanaman kembali untuk usaha kehutanan; dan
f. Cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat pembuangan limbah
industri untuk usaha pengolahan limbah industri, yang ketentuan dan syarat-
syaratnya diatur dengan atau berdasarkan peraturan Menteri Keuangan;
14. Pengeluaran premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa,
asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa, yang dibayar oleh Wajib Pajak orang
Pribadi, kecuali jika dibayar oleh pemberi kerja dan premi tersebut dihitung
sebagai penghasilan bagi Wajib Pajak yang bersangkutan;
15. Pengeluaran penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa
yang diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan, kecuali penyediaan
makanan dan minuman bagi seluruh pegawai serta penggantian atau imbalan
dalam bentuk natura dan kenikmatan di daerah tertentu dan yang berkaitan
dengan pelaksanaan pekerjaan yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan;
16. Pengeluaran yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang
saham atau kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebagai imbalan
sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan Hubungan istimewa dianggap ada
apabila:
a) Wajib Pajak mempunyai penyertaan modal langsung atau tidak langsung
paling rendah 25% (dua puluh lima persen) pada Wajib Pajak lain; hubungan
antara Wajib Pajak dengan penyertaan paling rendah 25% (dua puluh lima
persen) pada dua Wajib Pajak atau lebih; atau hubungan di antara dua Wajib
Pajak atau lebih yang disebut terakhir;
b) Wajib Pajak menguasai Wajib Pajak lainnya atau dua atau lebih Wajib
Pajak berada di bawah penguasaan yang sama baik langsung maupun tidak
langsung; atau terdapat hubungan keluarga baik sedarah maupun semenda
dalam garis keturunan lurus dan/atau ke samping satu derajat.
17. Pengeluaran dari harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan
warisan, serta zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau lembaga amil zakat
yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah atau sumbangan keagamaan yang
sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia, yang diterima oleh
lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah, yang
ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah;
18. Pengeluaran Pembayaran denda & Pajak Penghasilan yang telah dibayarkan
atau diperhitungkan.
19. Pengeluaran yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan Pribadi
Wajib Pajak atau orang yang menjadi tanggungannya;
20. Pengeluaran gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma, atau
perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham;

Pengeluaran untuk pembayaran sanksi administrasi perpajakan berupa bunga,


denda, dan kenaikan serta sanksi pidana berupa denda yang berkenaan dengan
pelaksanaan perundang-undangan di bidang perpajakan.
E. Pertanyaan Dan latihan
1. Saudara jelaskan perbedaam penghasilan menurut konsep akunatnsi, ekonomi
dan Perpajakan
2. Suudara jelaskan secara singkat konsep biaya berdasarkan Ditinjau dari sifat
beban, klasifikasinsya, pemyerapan produk dan tujunnya ?
3. Kelompokan jenis penghasilan menurut peraturan perpajakan Dari Usaha,
Investasi dan pengashulan lainnya.
4. Kelompokan pengeluaran/biaya dari Aktivitas Usaha, dan diluar aktivitas usaha
(yang tidak berhubungan lansgung dengan aktivutas Usaha).

Anda mungkin juga menyukai