Anda di halaman 1dari 33

LAMPIRAN Va

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR:


PER-24/PB/2006
TENTANG
PELAKSANAAN
PENYUSUNAN
LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA

BAGIAN ANGGARAN XXX


<cantumkan kode Bagian Anggaran>

Logo Kementerian Negara/


Lembaga

LAPORAN KEUANGAN
<NAMA KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA>
UNTUK PERIODE YANG BERAKKHIR <TANGGAL NERACA>
TAHUN ANGGARAN 200x

<alamat kementerian negara/lembaga>

KATA PENGANTAR

Sebagaimana diamanatkan Undang-undang RI Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan


Negara, Menteri/Pimpinan Lembaga sebagai Pengguna Anggaran/Barang mempunyai tugas
antara lain menyusun dan menyampaikan laporan keuangan Kementerian Negara/Lembaga yang
dipimpinnya.

<Nama

Kementerian

Negara/Lembaga>

adalah

salah

satu

Kementerian

Negara/Lembaga yang berkewajiban menyelenggarakan akuntansi dan pertanggungjawaban


pelaksanaan anggaran dengan menyusun laporan keuangan berupa Realisasi Anggaran, Neraca,
dan disertai Catatan atas Laporan Keuangan.
Penyusunan laporan keuangan <Nama Kementerian Negara/Lembaga> mengacu pada
Peraturan Menteri Keuangan nomor 59/PMK.06/2005 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan
Keuangan Pemerintah Pusat serta Peraturan Direktorat Jenderal Perbendaharaan nomor
<sesuaikan

dengan

nomornya>

tentang

Pelaksanaan

Penyusunan

Laporan

Keuangan

Kementerian Negara/Lembaga. Informasi yang disajikan di dalamnya telah disusun sesuai


ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Penyusunan Laporan Keuangan ini diharapkan dapat meningkatkan akuntabilitas publik.

<Nama Kota>, <tanggal, bulan dan tahun>


<Jabatan penanda tangan>

<Nama penanda tangan>


NIP

halaman 2 dari 33

DAFTAR ISI

Kata Pengantar
Daftar Isi
Pernyataan Tanggung Jawab
Pernyataan Reviu
Ringkasan Eksekutif
Laporan Keuangan
A. Laporan Realisasi Anggaran
B. Neraca
C. Catatan atas Laporan Keuangan
I.
Pendahuluan
II.
Kebijakan Akuntansi

III.
IV.
V.
VI.

Ringkasan laporan
Penjelasan atas Pos-pos Laporan Realisasi Anggaran
Penjelasan atas Pos-pos Neraca
Informasi Tambahan dan Pengungkapan Lainnya

Halaman
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...
...

Lampiran :
A. Laporan-laporan Pendukung
LRA Pendapatan dan Pengembalian Pendapatan
LRA Belanja dan Pengembalian Belanja
Neraca Percobaan
B. Laporan Barang Pengguna
Laporan Barang Pengguna Semesteran/Tahunan
Laporan Kondisi Barang
Rincian Saldo Awal
C. Lampiran Laporan Keuangan dan Neraca BLU
D. Lampiran-lampiran lainnya sebagai pendukung CaLK
Dst.

halaman 3 dari 33

PERNYATAAN TANGGUNG JAWAB


MENTERI/KEPALA <NAMA KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA>

Laporan keuangan <Nama Kementerian Negara/Lembaga> yang terdiri dari: Laporan Realisasi
Anggaran, Neraca, dan Catatan atas Laporan Keuangan Tahun Anggaran <angka tahun
anggaran> sebagaimana terlampir, adalah merupakan tanggung jawab kami.
Laporan Keuangan tersebut telah disusun berdasarkan sistem pengendalian intern yang
memadai, dan isinya telah menyajikan informasi pelaksanaan anggaran dan posisi keuangan
secara layak sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan.

<Nama Kota>, <tanggal penandatangan pernyataan>


<Nama jabatan penanda tangan pernyataan>

<Nama pejabat>
NIP ...

halaman 4 dari 33

PERNYATAAN TELAH DIREVIU


<NAMA KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA>
TAHUN ANGGARAN <ANGKA TAHUN ANGGARAN>

Kami telah mereviu Laporan Keuangan <Nama Kementerian Negara/Lembaga> tahun


<angka tahun anggaran> berupa Neraca untuk tanggal 31 Desember 200X, Laporan Realisasi
Anggaran dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk periode yang berakhir pada tanggal
tersebut sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan dan peraturan lain terkait. Semua
informasi yang dimuat dalam laporan keuangan adalah penyajian manajemen <Nama
Kementerian Negara/Lembaga>.
Reviu terutama terdiri dari permintaan keterangan kepada pejabat entitas pelaporan
dan prosedur analitik yang diterapkan atas data keuangan. Reviu mempunyai lingkup yang
jauh lebih sempit dibandingkan dengan lingkup audit yang dilakukan sesuai dengan peraturan
terkait dengan tujuan untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan secara keseluruhan.
Oleh karena itu, kami tidak memberi pendapat semacam itu.
Berdasarkan reviu kami, tidak terdapat perbedaan yang menjadikan kami yakin bahwa
laporan keuangan yang kami sebutkan di atas tidak disajikan sesuai dengan Undang-Undang
nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Peraturan Pemerintah nomor 24 tahun 2005
tentang Standar Akuntansi Pemerintahan dan peraturan perundang-undangan lain yang
berlaku.

<Nama Kota>, <tanggal-bulan-tahun>


<Jabatan penanda tangan pernyataan reviu>

<Nama penanda tangan>


NIP...

halaman 5 dari 33

PERNYATAAN TELAH DIREVIU (dengan paragraf penjelas)


<NAMA KEMENTERIAN NEGARA/LEMBAGA>
TAHUN ANGGARAN <ANGKA TAHUN ANGGARAN>

Kami telah mereviu Laporan Keuangan <Nama Kementerian Negara/Lembaga> tahun


<angka tahun anggaran> berupa Neraca untuk tanggal 31 Desember 200X, Laporan Realisasi
Anggaran dan Catatan atas Laporan Keuangan untuk periode yang berakhir pada tanggal tersebut
sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan dan peraturan lain terkait. Semua informasi yang
dimuat

dalam

laporan

keuangan

adalah

penyajian

manajemen

<Nama

Kementerian

Negara/Lembaga>
Reviu terutama terdiri dari permintaan keterangan kepada pejabat entitas pelaporan dan
prosedur analitik yang diterapkan atas data keuangan. Reviu mempunyai lingkup yang jauh lebih
sempit dibandingkan dengan lingkup audit yang dilakukan sesuai dengan peraturan terkait dengan
tujuan untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan secara keseluruhan. Oleh karena itu,
kami tidak memberi pendapat semacam itu.
Berdasarkan reviu kami, dengan pengecualian pada masalah yang kami jelaskan dalam
paragraf berikut, tidak terdapat perbedaan yang menjadikan kami yakin bahwa laporan keuangan
yang kami sebutkan di atas tidak disajikan sesuai dengan Undang-Undang nomor 17 tahun 2003
tentang Keuangan Negara, Peraturan Pemerintah nomor 24 tahun 2005 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan dan peraturan perundang-undangan lain yang berlaku.
Seperti yang diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan <sebutkan nomor
halaman dan alinea> dalam, entitas pelaporan menerapkan <jelaskan metode baru yang
diterapkan> sedangkan sebelumnya diterapkan <jelaskan metode sebelumnya>. Meskipun
<jelaskan metode baru yang diterapkan> sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan, namun
entitas pelaporan tidak dapat memberikan dasar pertimbangan yang memadai bagi perubahan
tersebut.
<Nama Kota>, <tanggal-bulan-tahun>
<Jabatan penanda tangan pernyataan reviu>
Ketua Tim Reviu

<Nama penanda tangan>


NIP...

halaman 6 dari 33

RINGKASAN EKSEKUTIF

Berdasarkan Undang-undang RI Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan


Negara dan Peraturan Menteri Keuangan nomor 59/PMK.06/2005 tentang
Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat, Menteri/pimpinan
lembaga sebagai penanggung jawab Pengguna Anggaran/Barang mempunyai
tugas antara lain menyusun dan menyampaikan laporan keuangan berupa
Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan disertai Catatan atas Laporan
Keuangan. Dengan demikian penyusunan dan penyajian laporan Kementerian
Negara/Lembaga

ini

merupakan

perwujudan

pertanggungjawaban

atas

penggunaan anggaran dan/atau barang pada Kementerian Negara/Lembaga.


Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga tahun 200x ini telah
disusun berdasarkan laporan keuangan seluruh eselon I serta disajikan sesuai
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan (SAP).
1. LAPORAN REALISASI ANGGARAN
Laporan
Realisasi
Anggaran

Laporan

Realisasi

anggaran

tahun

Anggaran
200x

menggambarkan

dengan

realisasinya,

perbandingan
mencakup

antara

unsur-unsur

pendapatan dan belanja.


Realisasi pendapatan dan hibah pada TA 200x adalah sebesar Rp <nilai
Realisasi
pendapatan
dan hibah

realisasi pendapatan dan hibah selama periode pelaporan> atau mencapai


<persentase capaian> % dari anggarannya.
Realisasi belanja pada TA 200x adalah sebesar Rp <nilai realisasi belanja

Realisasi
bekanja

selama periode pelaporan> atau mencapai <persentase capaian> % dari


anggarannya.
2. NERACA

Neraca

Neraca adalah laporan yang menggambarkan posisi keuangan tahun 200x


mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas dana pada tanggal pelaporan.

Jumlah aset
Rp......

Jumlah aset per < tanggal laporan> adalah sebesar Rp <nilai aset pada
tanggal laporan> yang terdiri dari aset lancar sebesar Rp <nilai aset lancar
pada tanggal laporan>; aset tetap sebesar Rp <nilai aset tetap pada tanggal

halaman 7 dari 33

laporan>; dan aset lainnya sebesar Rp <nilai aset lainnya pada tanggal
laporan>.
Jumlah kewajiban per <tanggal laporan> adalah sebesar Rp <nilai kewajiban
Jumlah
kewajiban
Rp......

pada tanggal laporan> yang terdiri dari kewajiban jangka pendek sebesar Rp
<nilai kewajiban jangka pendek pada tanggal laporan>; dan kewajiban
jangka panjang sebesar Rp <nilai kewajiban jangka panjang pada tanggal
laporan>.
Jumlah ekuitas dana per < tanggal laporan> adalah sebesar Rp <nilai

Jumlah
ekuitas dana
Rp.....

ekuitas dana pada tanggal laporan> yang terdiri dari ekuitas dana lancar
sebesar Rp <nilai ekuitas dana lancar pada tanggal laporan>; ekuitas dana
investasi sebesar Rp <nilai ekuitas dana investasi pada tanggal laporan.
3. CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

Catatan atas
Laporan
Keuangan

Catatan atas Laporan Keuangan menyajikan informasi tentang penjelasan


pos-pos laporan keuangan dalam rangka pengungkapan yang memadai
antara lain mengenai dasar penyusunan laporan keuangan, kebijakan
akuntansi, kejadian penting lainnya,

dan informasi tambahan yang

diperlukan.
Dalam penyajian Laporan Realisasi Anggaran, pendapatan dan belanja
Penyajian
LRA

diakui berdasarkan basis kas, yaitu pada saat kas diterima atau dikeluarkan
oleh dan dari Kas Umum Negara (KUN).
Dalam penyajian neraca, aset, kewajiban, dan ekuitas dana diakui

Penyajian
neraca

berdasarkan basis akrual, yaitu pada saat diperolehnya hak atas aset dan
timbulnya kewajiban tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas diterima
atau dikeluarkan oleh dan dari KUN.

halaman 8 dari 33

LAPORAN REALISASI ANGGARAN

halaman 9 dari 33

LAPORAN NERACA

halaman 10 dari 33

LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN HIBAH


LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENGEMBALIAN PENDAPATAN
DAN HIBAH
LAPORAN REALISASI ANGGARAN BELANJA
LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENGEMBALIAN BELANJA

halaman 11 dari 33

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN


<Nama Kementerian Negara/Lembaga>

Laporan keuangan semester/tahun 200X (pilih salah satu sesuai cakupan laporan
keuangan yang disajikan) ini kami sajikan secara lengkap sebagai salah satu wujud
transparansi dan akuntabilitas, sebagaimana diamanatkan dalam tata kelola yang baik
(good governance). Sedangkan tujuan Catatan atas Laporan Keuangan adalah
menyajikan informasi penjelasan pos-pos Laporan Keuangan dalam rangka
pengungkapan yang memadai.
I.
Dasar Hukum

PENDAHULUAN
A. DASAR HUKUM
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan
dan Tanggung Jawab Keuangan Negara;
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan;
Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang
Milik Negara/Daerah;
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan
dan Kinerja Instansi Pemerintah;
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2002 tentang
Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 59/PMK.06/2005
tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat;
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 13/PMK.06/2005
tentang Bagan Perkiraan Standar;

Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan <sebutkan nomor dan


tentang peraturannya>

Prosedur
Penyusunan
Laporan

PROSEDUR PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN


Laporan Keuangan ini mencakup seluruh transaksi keuangan yang

halaman 12 dari 33

Keuangan

dikelola oleh <Nama Kementerian/Lembaga> yang berasal dari dana


APBN sebesar Rp<jumlah rupiah pagu anggaran belanja> termasuk
transaksi keuangan dana dekonsentrasi yang disalurkan ke pemerintah
provinsi, dan dana tugas pembantuan yang disalurkan ke pemerintah
daerah/desa.
Pada Tahun Anggaran 200x, UAPA bertugas melakukan penggabungan
dan pengkoordinasian laporan keuangan dari ..........eselon I, yaitu
1. <nama eselon I> sebanyak ..........satuan kerja <jumlah satker>,
2. <nama eselon I> sebanyak ..........satuan kerja <jumlah satker>,
3. <nama eselon I> sebanyak ..........satuan kerja <jumlah satker>,
4. <nama eselon I> sebanyak ..........satuan kerja <jumlah satker>,
5. dst
Satuan Kerja tersebut terdiri dari :

satuan kerja pusat dan daerah ......... satuan kerja <jumlah satker>,

satuan kerja dekonsentrasi......... satuan kerja <jumlah satker>,

satuan kerja tugas pembantuan.......... satuan kerja <jumlah satker>,


yang tersebar di ........provinsi <jumlah wilayah>

Selain mengelola Bagian Anggaran <sebutkan nama kementerian


negara/lembaga (kode)>, juga mengelola Bagian Anggaran Pembiayaan
dan Perhitungan yaitu (BA) <sebutkan semua nama BAPP
yang terdapat pada kementerian negara/lembaga beserta kode BA> yang
dilaporkan terpisah dari Laporan Keuangan ini.
Laporan Keuangan <Nama Kementerian Negara/Lembaga> terdiri dari
Laporan Realisasi Anggaran, Neraca dan disertai Catatan atas Laporan
Keuangan, yang disusun secara <desentralisasi/sentralisasi> dengan
menggunakan Sistem Akuntansi Instansi (SAI) yang terdiri dari Sistem
Akuntansi Keuangan (SAK) dan Sistem Akuntansi Barang Milik Negara
(SABMN).
Dalam penyusunan Laporan Realisasi Anggaran <telah/belum> dilakukan
rekonsiliasi dengan Ditjen Perbendaharaan Negara c.q. Direktorat
Informasi Akuntansi setiap semester.
Laporan keuangan ini <telah/belum> direviu sebelumnya oleh Aparat
Pengawas Intern.
Dalam

penyusunan

data

neraca

untuk

aset

tetap,

<telah

halaman 13 dari 33

seluruhnya/belum seluruhnya> eselon I menggunakan data yang


berasal dari Sistem Akuntansi Barang Milik Negara (SABMN). eselon I
yang telah melaksanakan SABMN secara penuh dalam lingkup <Nama
Kementerian Negara/lembaga> sebanyak <jumlah eselon I> ......eselon I,
yaitu :
No.

Kode
Eselon I

Uraian Eselon I

Jumlah satuan kerja yang telah melaksanakan SABMN sebanyak..... satker


dari ...........total seluruh satuan kerja pada lingkup <Nama Kementerian
Negara/lembaga>

II.

KEBIJAKAN AKUNTANSI
Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan pemerintah yaitu
basis kas untuk pengakuan pendapatan, belanja dan basis akrual untuk
pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas dana.

Pendapatan

A. PENDAPATAN
Pendapatan adalah semua penerimaan Kas Umum Negara (KUN) yang
menambah ekuitas dana lancar dalam periode tahun yang bersangkutan
yang menjadi hak pemerintah dan tidak perlu dibayar kembali oleh
pemerintah. Pendapatan diakui pada saat kas diterima pada KUN.
Akuntansi pendapatan dilaksanakan berdasarkan azas bruto, yaitu
dengan membukukan penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah
netonya (setelah dikompensasikan dengan pengeluaran).

Belanja

B. BELANJA
Belanja adalah semua pengeluaran KUN yang mengurangi ekuitas dana
lancar dalam periode tahun yang bersangkutan yang tidak akan diperoleh
pembayarannya kembali oleh pemerintah. Belanja diakui pada saat terjadi
pengeluaran kas dari KUN. Khusus pengeluaran melalui bendahara
pengeluaran, pengakuan belanja terjadi pada saat pertanggungjawaban
atas

pengeluaran

tersebut

disahkan

oleh

Kantor

Pelayanan

Perbendaharaan Negara (KPPN).

halaman 14 dari 33

Aset

C. ASET
Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh
pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat
ekonomi/sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh
pemerintah maupun oleh masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan
uang, termasuk sumber daya nonkeuangan yang diperlukan untuk
penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang
dipelihara karena alasan sejarah dan budaya. Dalam pengertian aset ini
tidak termasuk sumber daya alam seperti hutan, kekayaan di dasar laut
dan kandungan pertambangan. Aset diakui pada saat diterima atau pada
saat hak kepemilikan berpindah.
Aset diklasifikasikan menjadi Aset Lancar, Investasi, Aset Tetap, dan Aset
Lainnya.
Pengukuran/penilaian Aset:
1.

Persediaan;
Persediaan disajikan sebesar:

Biaya perolehan apabila diperoleh dengan pembelian. Biaya


perolehan

persediaan

meliputi

harga

pembelian,

biaya

pengangkutan, biaya penanganan dan biaya lainnya yang


secara

langsung

dapat

dibebankan

pada

perolehan

persediaan. Potongan harga, rabat, dan lainnya yang serupa


mengurangi biaya perolehan. Nilai pembelian yang digunakan
adalah biaya perolehan persediaan yang terakhir diperoleh.

Biaya standar apabila diperoleh dengan memproduksi sendiri.


Biaya standar persediaan meliputi biaya langsung yang terkait
dengan persediaan yang diproduksi dan biaya overhead tetap
dan variabel yang dialokasikan secara sistematis, yang terjadi
dalam proses konversi bahan menjadi persediaan.

Nilai wajar, apabila diperoleh dengan cara lainnya seperti


donasi/rampasan.

2.

Tanah;
Tanah dinilai dengan biaya perolehan. Biaya perolehan mencakup
harga pembelian atau biaya pembebasan tanah, biaya yang
dikeluarkan dalam rangka memperoleh hak, biaya pematangan,
pengukuran, penimbunan, dan biaya lainnya yang dikeluarkan

halaman 15 dari 33

sampai tanah tersebut siap pakai. Nilai tanah juga meliputi nilai
bangunan tua yang terletak pada tanah yang dibeli tersebut jika
bangunan tua tersebut dimaksudkan untuk dimusnahkan.
Apabila penilaian tanah dengan menggunakan biaya perolehan tidak
memungkinkan maka nilai tanah didasarkan pada nilai wajar/harga
taksiran pada saat perolehan.
3.

Gedung dan Bangunan


Gedung dan Bangunan dinilai dengan biaya perolehan. Apabila
penilaian Gedung dan Bangunan dengan menggunakan biaya
perolehan tidak memungkinkan maka nilai aset tetap didasarkan
pada nilai wajar/taksiran pada saat perolehan.
Biaya

perolehan Gedung dan Bangunan yang dibangun dengan

cara swakelola meliputi biaya langsung untuk tenaga kerja, bahan


baku, dan biaya tidak langsung termasuk biaya perencanaan dan
pengawasan, perlengkapan, tenaga listrik, sewa peralatan, dan
semua biaya lainnya yang terjadi berkenaan dengan pembangunan
aset tetap tersebut.
Jika Gedung dan Bangunan diperoleh melalui kontrak, biaya
perolehan

meliputi

nilai

kontrak,

biaya

perencanaan

dan

pengawasan, biaya perizinan, serta jasa konsultan.


4.

Peralatan dan Mesin


Biaya perolehan peralatan dan mesin menggambarkan jumlah
pengeluaran yang telah dilakukan untuk memperoleh peralatan dan
mesin tersebut sampai siap pakai. Biaya perolehan atas Peralatan
dan Mesin yang berasal dari pembelian meliputi harga pembelian,
biaya pengangkutan, biaya instalasi, serta biaya langsung lainnya
untuk memperoleh dan mempersiapkan sampai peralatan dan mesin
tersebut siap digunakan.
Biaya perolehan Peralatan dan Mesin yang diperoleh melalui kontrak
meliputi nilai kontrak, biaya perencanaan dan pengawasan, biaya
perizinan dan jasa konsultan.
Biaya perolehan Peralatan dan Mesin yang dibangun dengan cara
swakelola meliputi biaya langsung untuk tenaga kerja, bahan baku,
dan biaya tidak langsung termasuk biaya perencanaan dan
pengawasan, perlengkapan, tenaga listrik, sewa peralatan, dan

halaman 16 dari 33

semua biaya lainnya yang terjadi berkenaan dengan pembangunan


Peralatan dan Mesin tersebut.
5.

Jalan, Irigasi, dan Jaringan


Biaya perolehan Jalan, Irigasi, dan Jaringan

menggambarkan

seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh Jalan, Irigasi, dan


Jaringan sampai siap pakai. Biaya ini meliputi biaya perolehan atau
biaya konstruksi dan biaya-biaya lain yang dikeluarkan sampai jalan,
irigasi dan jaringan tersebut siap pakai.
Biaya perolehan untuk Jalan, Irigasi dan Jaringan yang diperoleh
melalui kontrak meliputi biaya perencanaan dan pengawasan, biaya
perizinan, jasa konsultan, biaya pengosongan, dan pembongkaran
bangunan lama.
Biaya perolehan untuk Jalan, Irigasi dan Jaringan yang dibangun
secara swakelola meliputi biaya langsung dan tidak langsung, yang
terdiri dari meliputi biaya bahan baku, tenaga kerja, sewa peralatan,
biaya perencanaan dan pengawasan, biaya perizinan, biaya
pengosongan dan pembongkaran bangunan lama.
6.

Aset Tetap Lainnya


Biaya perolehan aset tetap lainnya menggambarkan seluruh biaya
yang dikeluarkan untuk memperoleh aset tersebut sampai siap
pakai.
Biaya perolehan Aset Tetap Lainnya yang diperoleh melalui kontrak
meliputi

pengeluaran

nilai

kontrak,

biaya

perencanaan

dan

pengawasan, serta biaya perizinan.


Biaya perolehan Aset Tetap Lainnya yang diadakan melalui
swakelola meliputi biaya langsung dan tidak langsung, yang terdiri
dari biaya bahan baku, tenaga kerja, sewa peralatan, biaya
perencanaan dan pengawasan, biaya perizinan, dan jasa konsultan.
7.

Kontruksi Dalam Pengerjaan


Konstruksi Dalam Pengerjaan dicatat sebesar biaya perolehan.
Biaya perolehan konstruksi yang dikerjakan secara swakelola
meliputi:

Biaya yang berhubungan langsung dengan kegiatan konstruksi


yang mencakup biaya pekerja lapangan termasuk penyelia;
biaya bahan; pemindahan sarana, peralatan dan bahan-bahan

halaman 17 dari 33

dari dan ke lokasi konstruksi; penyewaan sarana dan


peralatan; serta biaya rancangan dan bantuan teknis yang
berhubungan langsung dengan kegiatan konstruksi.

Biaya yang dapat diatribusikan pada kegiatan pada umumnya


dan dapat dialokasikan ke konstruksi tersebut mencakup biaya
asuransi; biaya rancangan dan bantuan teknis yang tidak
secara langsung berhubungan dengan konstruksi tertentu; dan
biaya-biaya lain yang dapat diidentifikasikan untuk kegiatan
konstruksi yang bersangkutan seperti biaya inspeksi.

Biaya perolehan konstruksi yang dikerjakan kontrak konstruksi


meliputi:

Termin yang telah dibayarkan kepada kontraktor sehubungan


dengan tingkat penyelesaian pekerjaan;

Pembayaran klaim kepada kontraktor atau pihak ketiga


sehubungan dengan pelaksanaan kontrak konstruksi.

Kewajiban

D. KEWAJIBAN
Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu. Kewajiban pada
satuan kerja dalam lingkup Kementerian Negara/Lembaga hanya berupa
kewajiban kepada KPPN berupa keterlambatan penyampaian sisa uang
persediaan dan kepada BUN/KPPN berupa pendapatan yang ditangguhkan.

Ekuitas dana

E. EKUITAS DANA
Ekuitas dana merupakan kekayaan bersih pemerintah, yaitu selisih antara
aset dan utang pemerintah. Ekuitas dana diklasifikasikan menjadi Ekuitas
Dana Lancar dan Ekuitas Dana Investasi.

III. RINGKASAN LAPORAN


Anggaran
Belanja

A. ANGGARAN BELANJA DAN ESTIMASI PENDAPATAN


Selama periode............/Tahun Anggaran......(sesuaikan dengan periode
yang

dicakup

oleh

laporan

keuangan),

<Nama

Kementerian

Negara/Lembaga> menerima anggaran pengeluaran sebesar Rp <nilai


rupiah total pagu belanja> yang digunakan untuk membiayai seluruh
kegiatan satuan kerja di lingkup <Nama Kementerian Negara/Lembaga>.
Pada Tahun Anggaran 200x <Nama Kementerian Negara/Lembaga> juga
mengelola DIPA Luncuran sebesar Rp<nilai rupiah total pagu DIPA

halaman 18 dari 33

Luncuran>.
<Uraikan informasi mengenai anggaran serta perubahannya baik
disebabkan oleh adanya DIPA Luncuran, APBNP (ABT), SKPA atau halhal lain yang berhubungan dengan anggaran>
Estimasi pendapatan yang dialokasikan pada <Nama Kementerian
Estimasi
Pendapatan

Negara/Lembaga> untuk Tahun Anggaran <tahun anggaran> sebesar


Rp<nilai rupiah> yang terdiri dari estimasi penerimaan perpajakan sebesar
Rp<nilai rupiah>, estimasi PNBP sebesar Rp<nilai rupiah>, dan estimasi
penerimaan hibah sebesar Rp<nilai rupiah>.
B. REALISASI PENDAPATAN DAN BELANJA

Realisasi
Belanja
Rp...................

Dari anggaran pengeluaran tersebut terealisasi sebesar Rp<nilai rupiah


total realisasi belanja selama periode yang dilaporkan> atau <jumlah
realisasi belanja dibagi jumlah pagu belanja dikalikan 100> % dari total
anggaran.
Dari realisasi anggaran tersebut, untuk DIPA Luncuran telah terealisasi
sebesar Rp<total realisasi DIPA Luncuran> atau % dari total anggaran.
DIPA Luncuran.

Realisasi
pendapatan
dan hibah
Rp..............

Realisasi pendapatan pada Tahun Anggaran <tahun anggaran> sebesar


Rp <nilai rupiah>, yang berasal dari penerimaan penerimaan perpajakan
sebesar Rp<nilai rupiah>, PNBP sebesar Rp<nilai rupiah>, dan
penerimaan hibah sebesar Rp<nilai rupiah>.

Neraca

C. NERACA
Posisi keuangan <Nama Kementerian Negara/Lembaga> pada <tanggal
neraca> adalah sebagai berikut: Aset sebesar Rp <total nilai aset>;
Kewajiban sebesar Rp <total nilai kewajiban>; dan Ekuitas Dana sebesar
Rp <nilai ekuitas dana>.
Jumlah Aset sebesar Rp <total nilai aset> terdiri dari Aset Lancar sebesar Rp

Aset
Rp.............

<total nilai aset lancar>; Aset Tetap sebesar Rp <total nilai aset tetap> serta
Aset Lainnya sebesar Rp<total nilai aset lainnya>.

Kewajiban
Rp..................

Ekuitas Dana
Rp..................

Jumlah Kewajiban sebesar Rp <total nilai kewajiban> terdiri dari < jenis-jenis
kewajiban dan nilai rupiahnya>.
Jumlah ekuitas dana sebesar Rp <total nilai ekuitas dana> terdiri dari
ekuitas dana lancar sebesar Rp<jumlah nilai ekuitas dana lancar> dan
ekuitas dana investasi sebesar Rp <jumlah nilai ekuitas dana investasi>.

halaman 19 dari 33

Realisasi
Pendapatan

IV.

PENJELASAN ATAS POS-POS LAPORAN REALISASI ANGGARAN


A. PENDAPATAN
A.1. Realisasi Pendapatan
(Pada bagian ini diuraikan jenis pendapatan yang masuk ke kas negara
melalui satker-satker Kementerian Negara/Lembaga, berikut penyebab
terlampauinya anggaran atau tidak tercapainya target, jika ada. Berikut
adalah contoh pengungkapan pendapatan pada Kementerian yang
menerima pendapatan perpajakan dan pendapatan nonpajak).
Pendapatan terdiri dari penerimaan perpajakan dan penerimaan negara
bukan pajak.

Penerimaan
perpajakan

Penerimaan pajak selama periode ini adalah sebesar Rp <total


capaian penerimaan perpajakan selama periode pelaporan> atau
<persentase capaian>% dari anggarannya. Realisasi penerimaan
pajak yang berada <di atas/di bawah>(pilih salah satu sesuai
dengan kondisi yang ada).

PNBP

Penerimaan
kontribusi

negara
bagi

bukan

pajak

pendapatan

(PNBP)

negara.

juga

Realisasi

memberikan
PNBP

pada

<semester/tahun> (periode laporan) sebesar Rp<total capaian


PNBP> atau <persentase capaian>% dari anggarannya.
Pengembalian
Belanja tahun
anggaran yang
lalu

Penerimaan negara bukan pajak (PNBP) juga


pengembalian

belanja

atas

berasal dari

belanja-yang-terjadi-pada-tahun-

anggaran-yang-lalu sebesar Rp<nilai pengembalian atas belanjayang-terjadi-pada-tahun-anggaran-yang-lalu>

dibukukan

sebagai

pendapatan lain-lain.
Pendapatan
Hibah

Selain pendapatan pajak dan PNBP, juga terdapat pendapatan yang


berasal dari hibah, dengan realisasi sebesar Rp<total nilai capaian
penerimaan hibah selama periode pelaporan> atau <persentase
capaian>%

dari

anggarannya

yang

berjumlah

Rp

<total

pagu

penerimaan hibah untuk periode pelaporan>.


Pengembalian
Pendapatan

Dari total pendapatan yang telah dijelaskan di atas, terdapat


pengembalian

pendapatan

sebesar

Rp<total

nilai

pengembalian

pendapatan> dimana sebesar Rp<total nilai pengembalian atas


pendapatan-tahun-anggaran-sebelumnya> merupakan pengembalian
atas pendapatan tahun anggaran yang lalu, dan sisanya sebesar
Rp<total nilai pengembalian atas pendapatan-tahun-anggaran-berjalan>

halaman 20 dari 33

merupakan pengembalian atas pendapatan-yang-diterima-pada-tahunanggaran berjalan. Karena kedua jenis pengembalian pendapatan ini
bersifat normal dan berulang (recurring), maka dibukukan sebagai
pengurang pendapatan pada periode terjadinya pengembalian.
Hambatan dan
Kendala
perpajakan

A.2. Hambatan dan Kendala


Dari target yang telah ditentukan disebabkan, antara lain: (berikut
adalah

contoh

penyebab

tidak

tercapainya

target

penerimaan

perpajakan)

PNBP

tertundanya implementasi dari beberapa kebijakan perpajakan

musibah banjir dan bencana alam lainnya di beberapa wilayah

rendahnya tingkat transaksi perekonomian pada periode ini

Tidak tercapainya sasaran Pendapatan Negara Bukan Pajak

pada

periode ini antara lain disebabkan:

terdapat beberapa pihak yang belum/tidak menyetor angsuran


tuntutan ganti rugi sebagaimana seharusnya,

realisasi pada jenis pendapatan penjualan, sewa, jasa dan bunga


pada periode ini tidak sesuai dengan target pada anggarannya.

B. BELANJA
Realisasi
Belanja

B.1. Pelaksanan Realisasi Belanja


Belanja

dilakukan

dengan

mempertimbangkan

prinsip-prinsip

penghematan dan efisiensi, namun tetap menjamin terlaksananya


kegiatan-kegiatan sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Rencana
Kerja Kementerian Negara/Lembaga. Belanja <Nama Kementerian
Negara/Lembaga> meliputi belanja pegawai, belanja barang, belanja
modal dan belanja bantuan sosial (disebutkan sesuai dengan jenis
belanja yang ada di satuan kerja yang ada dalam lingkup Kementerian
Negara/Lembaga).

Perincian Anggaran dan realisasi belanja dapat

dilihat dari tabel-tabel berikut ini :


Rincian
anggaran dan
Realisasi
belanja per
jenis satuan
kerja...........

Tabel.1
Rincian Anggaran dan Realisasi Belanja per Jenis Satuan Kerja
<Nama Kementerian Negara/Lembaga>
<Tahun Anggaran>
Uraian
1
Satuan Kerja Pusat
dan Daerah
Dekonsentrasi

Anggaran
Semula
2
Rp.

Anggaran
Setelah Revisi
3
Rp.

Realisasi
Belanja
4
Rp.

5=(4/3)x100%
.%

Rp.

Rp.

Rp.

.%

Persentase

halaman 21 dari 33

Tugas Pembantuan
Jumlah
Rincian
anggaran dan
realisasi
belanja per
jenis
belanja.......

Rp.

Rp.

Rp.

.%

Rp

Rp

Rp

.%

Tabel.2
Rincian Anggaran dan Realisasi Belanja per Jenis Belanja
Kode
Jenis Bel.

Anggaran
Setelah Revisi

Uraian Jenis Belanja

51
52
53
57
Dst

Belanja Pegawai
Belanja Barang
Belanja Modal
Belanja Bantuan Sosial
Dst
Jumlah

Realisasi
Belanja

Persentase

5=(4/3)x100%

Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp

Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp

.%
.%
.%
.%
.%
.%

<Format seperti di atas disesuaikan dengan jenis belanja yang terdapat pada
kementerian negara/lembaga>
Rincian
anggaran dan
realisasi
belanja per
jenis belanja
DIPA Luncuran

Dari realisasi anggaran tersebut di atas, untuk realisasi DIPA Luncuran adalah
sebagai berikut :
Tabel.3
Rincian Anggaran dan Realisasi Belanja per Jenis Belanja DIPA Luncuran
Kode
Jenis Bel.

Uraian Jenis Belanja

Anggaran
Setelah Revisi

Realisasi
Belanja

Persentase

5=(4/3)x100%

XX

<Isi dengan uraian jenis bel.>

Rp.

Rp.

.%

Jumlah

Rp

Rp

.%

Realisasi tersebut berasal dari......<angka jumlah> satuan kerja dalam


lingkup UAPA yang tersebar di .......Eselon 1.

Tabel.4
Rincian Realisasi Belanja Modal

Rincian
realisasi
belanja modal

Kode
MAK.
1

531111
532111
533111
534111
534112
534113

Uraian Belanja Modal(BM)

Anggaran
Setelah Revisi

BM Tanah
BM Peralatan dan Mesin
BM Gedung dan Bangunan
BM Jalan dan Jembatan
BM Irigasi
BM Jaringan

Realisasi
Belanja

Persentase

5=(4/3)x100%

Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.

Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.

.%
.%
.%
.%
.%
.%

halaman 22 dari 33

535111

Pengembalian
belanja
Rp...............

BM Fisik Lainnya
Jumlah

Rp.
Rp

Rp.
Rp

.%
.%

Pengembalian belanja (penerimaan kembali belanja) atas belanja-yangterjadi-pada-tahun-anggaran-berjalan sebesar Rp<nilai pengembalian atas
belanja-yang-terjadi-pada-tahun-anggaran-berjalan>dibukukan sebagai kontra
pos belanja pada periode pelaporan. Sedangkan pengembalian belanja atas
belanja-yang-terjadi-pada-tahun-anggaran-yang-lalu
pengembalian

atas

sebesar

Rp<nilai

belanja-yang-terjadi-pada-tahun-anggaran-yang-lalu>

dibukukan sebagai pendapatan lain-lain.


Rincian
realisasi
pengembalian
belanja per
jenis belanja

Hambatan dan
kendala

Tabel.5
Rincian Realisasi Pengembalian Belanja per Jenis Belanja
Kode Jenis
Bel.
1
51
52
53
57
Dst

Uraian Jenis Belanja


2
Belanja Pegawai
Belanja Barang
Belanja Modal
Belanja Bantuan Sosial
Dst
Jumlah

Realisasi Pengembalian
Belanja
4
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp.
Rp

B.2. Hambatan dan Kendala


(Jelaskan dan uraikan penyebab realisasi belanja melebihi/jauh dibawah
anggaran dan hambatan-hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan
realisasi belanja baik berupa hambatan dari internal maupun dari
eksternal.
Satuan Kerja <kode Satker dan uraian>:
<misalnya terlambatnya pelaksanaan kegiatan pembangunan gedung disebabkan
proses lelang yang lama dan baru mulai dilaksanakan pada akhir tahun anggaran
sehingga dana yang terserap baru Rp. xxx.xxx.xxx atau xx% dari anggaran>

i. PENJELASAN
ATAS
POS-POS
NERACA
Kas di
bendahara
pengeluaran
Rp..................

B. KAS DI BENDAHARA PENGELUARAN


Saldo

Kas di

Bendahara

Negara/Lembaga>

per

Pengeluaran

<tanggal neraca>

pada

<Nama

sebesar

Kementerian

Rp<nilai

kas di

bendahara pembayar> merupakan saldo kas pada bendahara pengeluaran.


Jumlah di atas merupakan saldo kas/bank dari penerimaan uang
..

persediaan yang belum dipertanggungjawabkan secara definitif kepada Kas

halaman 23 dari 33

Negara pada tanggal neraca. Terdiri dari :


Tabel. 6
Daftar Kas Bendahara Pengeluaran

Daftar kas
bendahara
pengeluaran

No.

Uraian Eselon I

Jumlah

Rp.

2
Rp.

Jumlah

(rincian seperti di atas diuraikan secara lengkap terutama untuk periode


akhir tahun anggaran, jika setelah tanggal 31 Desember 200x saldo kas di
bendahara telah disetorkan, diungkapkan Eselon I yang telah melakukan
penyetoran).
Kas di
bendahara
penerimaan
Rp................

C. KAS DI BENDAHARA PENERIMAAN


Saldo

Kas

di

Bendahara

Penerimaan

pada

Negara/Lembaga> per <tanggal neraca>


bendahara

penerimaan>

merupakan

<Nama

Kementerian

sebesar Rp<nilai kas di

saldo

kas

pada

bendahara

penerimaan.
Kas di Bendahara Penerimaan adalah penerimaan Pendapatan Negara
Bukan Pajak (PNBP) yang belum disetor ke Kas Negara pada tanggal
neraca. Terdiri dari :
Tabel. 7
Daftar Kas Bendahara Penerimaan

Daftar kas
bendahara
penerimaan

No.

Uraian Eselon I

Jumlah

1
1

3
Rp

2
3
Rp.

Jumlah

Tabel.8
Rincian Saldo Kas di Bendahara Penerimaan
No.
1

Kode MAP

Uraian

Jumlah Rupiah

4
Rp.

Jumlah

Rp.

*) kode MAP diisi berdasarkan perkiraan pendapatan yang belum disetorkan ke


kas negara.

halaman 24 dari 33

(Diungkapkan juga alasan mengapa pendapatan tersebut belum disetor.)


Piutang

D. PIUTANG
Piutang adalah semua hak atau klaim terhadap pihak lain atas uang, barang
atau jasa yang dapat dijadikan kas dan belum diselesaikan pada tanggal
neraca, yang diharapkan dapat diterima dalam jangka waktu tidak lebih dari
12 bulan setelah tanggal neraca.
(data piutang di bawah ini merupakan hasil rekapitulasi dari eselon I).

Piutang Pajak

C.1. Piutang Pajak


Piutang Pajak sebesar Rp.<jumlah rupiah> merupakan tagihan pajak yang
telah mempunyai surat ketetapan yang dapat dijadikan kas dan belum
diselesaikan pada tanggal neraca yang diharapkan dapat diterima dalam
jangka waktu tidak lebih dari satu tahun. Dengan rincian sebagai berikut :

Rincian piutang
pajak

Tabel.9
Rincian Piutang Pajak menurut Wilayah

No.

Kode
Wilayah

Uraian Wilayah

Jumlah Rupiah
4
Rp.

Jumlah
Rp.
(Diisi untuk kanwil yang mempunyai Piutang Pajak beserta jumlahnya).
Piutang PNBP

C.2. Piutang PNBP


Piutang

PNBP

sebesar

Rp.<jumlah

rupiah>

merupakan

piutang

penerimaan negara bukan pajak, yaitu semua hak atau klaim terhadap
pihak lain atas uang, barang atau jasa yang dapat dijadikan kas dan
belum diselesaikan pada tanggal neraca yang diharapkan dapat diterima
dalam jangka waktu tidak lebih dari satu tahun.

halaman 25 dari 33

Rincian piutang
PNBP

Piutang tersebut terdiri dari :


Tabel.10
Rincian Piutang PNBP menurut Eselon I
No.

Kode
Eselon I

Uraian Eselon I

Jumlah Rupiah
4
Rp.

Jumlah

Rp.
Tabel.11
Rincian Piutang PNBP

No.
1

Kode
Perkiraan
Piutang
2

Uraian Piutang

Jumlah Rupiah

4
Rp.

Jumlah
Rp.
(Kode perkiraan piutang dapat dilihat dari PMK No.13/PMK.06/2005 yang diisi berdasarkan
perkiraan pendapatan)

Bagian lancar
tagihan
penjualan
angsuran

C.3. Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran


Jumlah Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran (TPA) sebesar
Rp.<jumlah rupiah> merupakan saldo TPA yang akan jatuh tempo dalam
Tahun Anggaran 200x (1 tahun setelah tahun neraca) yang berasal dari
penjualan <uraikan jenis penjualan angsuran>.

Bagian lancar
tagihan TGR

C.4. Bagian Lancar Tagihan Tuntutan Ganti Rugi


Jumlah Bagian Lancar Tagihan Tuntutan Ganti Rugi (TGR) sebesar
Rp<jumlah rupiah>

merupakan saldo Tagihan TGR yang akan jatuh

tempo dalam Tahun Anggaran 200x (1 tahun setelah tahun neraca).


Piutang bukan
pajak lainnya

C.5. Piutang Bukan Pajak Lainnya


Piutang Lain-lain sebesar Rp<jumlah rupiah> merupakan piutang yang
tidak dapat diklasifikasikan ke dalam salah satu kategori piutang
sebagaimana telah dijelaskan di atas yang diharapkan diterima pada
Tahun Anggaran 200x (1 tahun setelah tahun neraca).

Persediaan

E. PERSEDIAAN
Persediaan merupakan jenis aset dalam bentuk barang atau perlengkapan
(supplies) pada tanggal neraca, yang diperoleh dengan maksud untuk
mendukung kegiatan operasional pemerintah dan barang-barang yang

halaman 26 dari 33

dimaksudkan untuk dijual dan/atau diserahkan dalam rangka pelayanan


kepada masyarakat.
Terdapat Persediaan pada tanggal <tanggal neraca> sebesar Rp <nilai
persediaan pada tanggal neraca> yang diperoleh dari hasil inventarisasi,
yang terdiri dari <uraian jenis persediaan sesuai dengan klasifikasi pada
bagan perkiraan standar dan nilai rupiah masing-masing>.
Aset tetap

F. ASET TETAP
Aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari
12 bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintahan atau dimanfaatkan
oleh masyarakat umum.
Nilai aset tetap per <tanggal neraca> sebesar Rp <nilai total aset tetap>
dengan perincian sebagai berikut:
Tabel.12
Daftar Aset Tetap

Nama Aset Tetap


1
-

Penambahan
aset tetap TA
200x Rp...........

Mutasi

Saldo
Awal

Tambah

Kurang

Saldo
Akhir
5

Tanah
Peralatan dan Mesin
Gedung dan Bangunan
Jalan, Irigasi dan Jaringan
Aset Tetap Lainnya
Jumlah
Mutasi tambah aset tetap terdiri dari:

Pembelian

Rp.

Penyelesaian Pembangunan

Rp.

Transfer dari unit lain

Rp.

Hibah (masuk)

Rp.

dst

< ungkapkan penyebab mutasi tambah lainnya beserta jumlahnya>


Pengurangan
aset tetap TA
200x Rp...........

Mutasi kurang aset tetap terdiri dari :

Penghapusan

Rp.

Transfer ke unit lain

Rp

Koreksi Pencatatan

Rp

halaman 27 dari 33

Hibah (keluar)

dst

Rp.

< ungkapkan penyebab mutasi kurang lainnya beserta jumlahnya>


Konstruksi
dalam
Pengerjaan
Rp..................

Pada periode semester/tahunan 200x (pilih salah satu sesuai cakupan laporan
keuangan yang disajikan), realisasi belanja untuk pengadaan aset tetap melalui
pembangunan yang belum selesai pengerjaannya pada <tanggal neraca> adalah
sebesar Rp........................ Konstruksi Dalam Pengerjaan tersebut terdiri dari :

Tanah

Rp.

Peralatan dan Mesin

Rp.

Gedung dan Bangunan

Rp.

Jalan

Rp.

Irigasi dan Jaringan

Rp.

Aset Tetap Lainnya

Rp.

< ungkapkan hal-hal lainnya yang berhubungan dengan KDP>


Catatan atas
aset tetap

(Pada sesi ini diungkapkan pula aset-aset pada satuan kerja yang masih
mengalami permasalahan sehingga belum bisa dimasukkan dalam Neraca. Contoh
aset seperti ini adalah tanah-tanah yang dikuasai Kementerian Negara/Lembaga
tetapi dalam status sengketa, aset-aset yang secara faktual diperoleh dari hibah
namun belum dapat dibukukan karena belum ada berita acara serah terimanya,
penambahan nilai gedung tempat kerja bukan milik sendiri yang nilainya memenuhi
syarat kapitalisasi dsb.)

Aset
Bersejarah

G. ASET BERSEJARAH (HERITAGE ASSETS)


(Hanya diungkapkan jika Kementerian Negara/Lembaga menguasai aset
bersejarah)
Aset bersejarah (heritage assets) tidak disajikan di neraca namun aset
tersebut harus diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Aset
bersejarah diharapkan untuk dipertahankan dalam waktu yang tak terbatas.
Aset bersejarah dibuktikan dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Pada semester/tahun 200x realisasi belanja untuk Aset Bersejarah berupa
belanja untuk

< jelaskan penggunaan belanja tersebut misalnya untuk

perolehan/ konstruksi/ peningkatan/ rekonstruksi> yang berasal dari belanja


<barang/modal> adalah sebesar Rp.<jumlah total belanja>.

halaman 28 dari 33

Daftar Aset
Bersejarah

Tabel.13
DAFTAR ASET BERSEJARAH

Saldo Awal
Periode (dalam
satuan
kuantitas)

Nama Aset

Aset Lainnya
Rp.

Mutasi
Bertambah
(dalam satuan
kuantitas)

Mutasi
Berkurang
(dalam satuan
kuantitas)

Saldo Akhir
Periode (dalam
satuan
kuantitas)

H. ASET LAINNYA
(Diungkapkan jika Kementerian Negara/Lembaga memiliki aset dengan
jenis ini)
Aset Lainnya adalah aset yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam aset
lancar, investasi permanen dan aset tetap pada tanggal neraca. Aset
Lainnya terdiri atas:
- Tagihan Penjualan Angsuran

TPA Rp............

Rp<nilai TPA yang jatuh temponya


lebih dari 12

bulan setelah tanggal

neraca>
- Tagihan Tuntutan Ganti Rugi

TGR Rp...........

Rp<nilai TGR yang jatuh temponya


lebih dari 12 bulan setelah tanggal
neraca>

Kemitraan
dengan pihak
ketiga
Rp..............

- Kemitraan dengan Pihak Ketiga Rp. <nilai kemitraan dgn pihak ketiga>
Kemitraan dengan Pihak Ketiga berupa <uraian bentuk kemitraan
tersebut>

Uang muka dari


KPPN Rp.........

I.

UANG MUKA DARI KPPN


Uang muka dari KPPN merupakan akun penyeimbang dari akun Kas di
Bendahara Pengeluaran. Nilai rupiah pada akun ini merepresentasikan
uang persediaan yang

belum

dipergunakan dan/atau yang belum

dipertanggungjawabkan sebagai pengeluaran definitif.


(Dapat diungkapkan nilai Uang Muka dari KPPN untuk setiap wilayah dan
diakhir tahun diungkapkan alasan mengapa uang persediaan ini masih ada
nilainya).
Pendapatan
yang
ditangguh- kan
Rp.............

J. PENDAPATAN YANG DITANGGUHKAN


Pendapatan yang Ditangguhkan merupakan akun penyeimbang dari akun
Kas

di

Bendahara

Penerimaan.

Nilai

rupiah

pada

akun

ini

halaman 29 dari 33

merepresentasikan pendapatan negara bukan pajak yang sudah dipungut


tetapi belum disetor ke kas negara pada tanggal pelaporan.
Ekuitas dana
lancar
Rp..................

J. EKUITAS DANA LANCAR


Ekuitas Dana Lancar adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan
selisih antara nilai aset lancar dengan kewajiban lancar / jangka pendek,
yang terdiri atas:
- Cadangan Piutang

Rp<nilai rupiah akun Piutang>

- Cadangan Persediaan

Rp<nilai rupiah akun Persediaan>

(Cadangan Piutang merupakan akun penyeimbang dari akun Piutang,


sedangkan Cadangan Persediaan adalah akun penyeimbang dari akun
Persediaan).
Ekuitas dana
investasi
Rp.................

K. EKUITAS DANA INVESTASI


Ekuitas dana investasi adalah dana yang diinvestasikan dalam aset tetap
dan aset lainnya. Ekuitas dana investasi pada tanggal <tanggal neraca>,
terdiri atas:
- Diinvestasikan dalam Aset Tetap

Rp<jumlah nilai rupiah total akun Aset


Tetap>

- Diinvestasikan dalam Aset Lainnya Rp<jumlah nilai rupiah total akun Aset
Lainnya>
(Diinvestasikan dalam Aset Tetap merupakan akun penyeimbang dari akun
Aset Tetap, sedangkan Diinvestasikan dalam Aset Lainnya adalah akun
penyeimbang dari akun Aset Tetap Lainnya)
Informasi
Tambahan

V.

INFORMASI TAMBAHAN DAN PENGUNGKAPAN LAINNYA


A. INFORMASI TAMBAHAN
(Sesi ini digunakan untuk mengungkapkan hal-hal lain yang terkait dengan
laporan keuangan tetapi belum diungkapkan pada sesi-sesi sebelumnya,
misalnya bila kementerian negara/lembaga memiliki Badan Layanan
Umum agar dijelaskan pada sesi ini. Berikut adalah contohnya:)
Bersama ini kami lampirkan laporan keuangan Badan Layanan Umum
yang berada di lingkup <Nama Kementerian Negara/Lembaga> :
Badan X
Unit Y
Rumah Sakit Z
Dst.

halaman 30 dari 33

Pengungkapan
Lainnya

B. PENGUNGKAPAN LAINNYA
(Sesi ini digunakan untuk mengungkapkan hal-hal lain yang terkait
dengan laporan keuangan tetapi belum terungkapkan pada sesi-sesi
sebelumnya, contoh yaitu :)

1. Domisili tempat satuan kerja tersebut berada;


2. Penjelasan mengenai sifat operasi entitas dan kegiatan pokoknya;
3.

Ketentuan perundang-undangan yang menjadi landasan kegiatan


operasionalnya.

4. Catatan atas Laporan Keuangan harus mengungkapkan kejadiankejadian penting selama periode pelaporan, seperti:
a. Penggantian manajemen pemerintahan selama tahun berjalan;
b. Kesalahan manajemen terdahulu yang telah dikoreksi oleh
manajemen baru;
c. Piutang yang tidak dapat tertagih,
d. Peristiwa yang sedang terjadi yang akan dapat berpengaruhi
terhadap Neraca pada masa yang akan datang yang tidak dapat
disajikan pada Neraca, contohnya adanya proses pengadilan yang
akan dapat mempengaruhi nilai neraca;
e. Penggabungan/pemecahan entitas tahun berjalan.
f.

Satuan Kerja/wilayah yang realisasi anggarannya belum diterima.

5. Hambatan dan kendala lainnya dalam penyusunan laporan Keuangan


Tahun Anggaran 200x termasuk dalam penyusunan Laporan Barang
baik yang disebabkan oleh masalah intern maupun ekstern. Transaksitransaksi yang belum/tidak dapat terinput dalam Sistem Akuntansi
Instansi (keuangan dan barang).

halaman 31 dari 33

LAMPIRAN I
LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN HIBAH
LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENGEMBALIAN PENDAPATAN
DAN HIBAH
LAPORAN REALISASI ANGGARAN BELANJA
LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENGEMBALIAN BELANJA
NERACA PERCOBAAN
LAPORAN BMN DAN LAPORAN KONDISI BARANG
LAPORAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM

halaman 32 dari 33

LAMPIRAN II

LAMPIRAN-LAMPIRAN LAINNYA SEBAGAI PENDUKUNG CaLK

halaman 33 dari 33

Anda mungkin juga menyukai