Anda di halaman 1dari 62

BAB VII

KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

Bagian ini menguraikan arah kebijakan umum pembangunan Kota Pasuruan


2010–2015. Arah kebijakan umum ini berfungsi sebagai pedoman bagi SKPD dan instansi
yang terkait di dalam merumuskan program sesuai dengan fungsi masing-masing. Arah
kebijakan umum ini merupakan penjabaran lebih detil dari visi misi pasangan Walikota dan
Wakil Walikota terpilih. Arah kebijakan umum ini merupakan instrumen untuk mencapai visi
misi tersebut melalui strategi yang telah dirumuskan di dalam bab VI. Arah kebijakan umum
Kota Pasuruan dirumuskan menurut prioritas pembangunan.

7.1. Peningkatan Pelayanan Pendidikan


Pendidikan merupakan salah satu pilar penting guna meningkatkan kualitas
sumberdaya manusia (SDM). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (UU SISDIKNAS), pasal 11 ayat (1) dan (2) menegaskan, pemerintah dan
pemerintah daerah wajib memberikan layanan dan kemudahan, serta menjamin
terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara tanpa diskriminasi; dan
wajib menjamin tersedianya dana bagi penyediaan pendidikan untuk setiap warganegara yang
berusia 7-15 tahun.
Karena itu, pembangunan pendidikan harus mampu menjamin pemerataan
kesempatan pendidikan, peningkatan mutu, serta relevansi dan efisiensi manajemen
pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai tuntutan perubahan kehidupan di tingkat
lokal, nasional, dan global. Pembangunan pendidikan merupakan salah satu cara untuk
menanggulangi kemiskinan, meningkatkan kesetaraan gender, meningkatkan pemahaman
nilai-nilai budaya dan multikulturalisme, serta meningkatkan keadilan sosial.

7.1.1 Permasalahan
a. Tingkat Pendidikan Penduduk Relatif Masih Rendah
Hingga tahun 2009, rata-rata lama sekolah penduduk Kota Pasuruan berusia 15 tahun
ke atas mencapai 8,71 tahun. Dari jumlah penduduk Kota Pasuruan tahun 2008, sejumlah
2,39% tidak/belum pernah sekolah; 8,44% tidak/belum tamat SD; 24,74% berpendidikan
SD/sederajat; 18,93% SMP/sederajat; 33,84% SMA/sederajat; 3,75% Diploma; dan 7,92%
sarjana/tamat perguruan tinggi. Dengan kata lain, tingkat pendidikan penduduk Kota
Pasuruan pada tahun 2008 sebagian besar didominasi oleh lulusan SMA/sederajat (33,84%)
dan SD/sederajat (24,74%).
Angka Partisipasi Sekolah (APS) penduduk usia 7-12 tahun (SD/MI) pada 2009 sudah
mencapai 98,77%; namun di kalangan usia 13-15 tahun (SMP/MTs) masih sebesar 59,65%;

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2010–2015 VII–1


dan pada penduduk usia 16-18 tahun (SMA/MA) baru sekitar 48,94%. Data tersebut
mengindikasikan, masih terdapat sebesar 1,23% anak usia 7-12 tahun; 40,35% anak usia 13-
15 tahun; dan sekitar 51,06% anak usia 16-18 tahun yang tidak bersekolah, baik karena
belum/tidak pernah sekolah maupun karena putus sekolah atau tidak melanjutkan ke jenjang
lebih tinggi.

b. Kesenjangan Partisipasi Pendidikan Relatif Masih Lebar


Kesenjangan antar-kelompok masyarakat, seperti antara penduduk kaya dan miskin;
serta penduduk laki-laki dan perempuan, dalam mengakses pelayanan pendidikan relatif
masih cukup lebar. Kesenjangan aksesibilitas itu kemudian berakibat pada kesenjangan
partisipasi pendidikan antar-kelompok masyarakat.
Berbagai studi menunjukkan, faktor ekonomi masih menjadi alasan utama anak putus
sekolah atau tidak melanjutkan pendidikan, baik karena tidak memiliki biaya sekolah, maupun
harus bekerja. Akibatnya, terjadi kesenjangan partisipasi pendidikan antara penduduk kaya
dan miskin. Semakin tinggi jenjang pendidikan, cenderung semakin tinggi pula angka putus
sekolah. Sejak tahun 2005-2009 rata-rata angka putus sekolah adalah 0,08% untuk tingkat
SD/MI; 0,40% tingkat SMP/MTs; dan 0,73% tingkat SLTA/MA. Angka putus sekolah tahun
2009 pada kelompok usia 13-15 tahun (SMP/MTs) adalah 0,08%, kelompok usia 7-12 tahun
(SD/MI) adalah 0,12%, dan usia 16-18 tahun (SMA/MA) sebesar 1,04%. Angka putus sekolah
jenjang pendidikan SD/MI meningkat rata-rata 0,52% per tahun; SMP/MTs meningkat rata-
rata 0,74% per tahun sedangkan jenjang SMA/MA meningkat 4,34% per tahun.

c. Manajemen Pendidikan Belum Efektif dan Efisien


Pelaksanaan desentralisasi pendidikan memberikan kewenangan lebih luas kepada
pemerintah kota untuk menyusun rencana, menentukan prioritas program, serta memobilisasi
sumberdaya. Otonomi pendidikan telah pula dilaksanakan melalui penerapan manajemen
berbasis sekolah yang memberikan wewenang lebih luas pada satuan pendidikan untuk
mengelola sumberdaya yang dimiliki, termasuk mengalokasikannya sesuai prioritas
kebutuhan.
Namun desentralisasi dan otonomi pendidikan belum sepenuhnya dapat dilaksanakan,
karena belum mantapnya koordinasi lintas bidang masing-masing Subdinas maupun lintas
SKPD kota dalam menyamakan persepsi kebijaksanaan pendidikan sekolah pasca-pelaksanaan
otonomi daerah. Di samping itu belum optimalnya efektivitas peran dan fungsi komite
sekolah/madrasah, dan dewan pendidikan kota dan provinsi dalam memberikan kontribusi
perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan pada masing-masing jenjang
pendidikan.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2010–2015 VII–2


7.1.2 Sasaran
Sasaran peningkatan pelayanan pendidikan adalah makin terbuka dan makin
mudahnya bagi masyarakat, terutama masyarakat miskin, untuk memperoleh pelayanan
pendidikan yang murah, tanpa diskriminasi, serta meningkatnya kualitas pendidikan -baik
formal dan non-formal, negeri maupun swasta- agar dapat memenuhi kebutuhan kompetensi
peserta didik. Secara lebih rinci, sasaran peningkatan pelayanan pendidikan adalah:
1. Meningkatnya secara nyata proporsi penduduk, terutama penduduk miskin, yang dapat
menyelesaikan Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun, dan
Pendidikan Menengah 12 tahun, yang antara lain diukur dengan:
a. Meningkatnya Angka Partisipasi Murni (APM) jenjang SD/MI, SMP/MTs, dan
SMA/MA
b. Meningkatnya angka penyelesaian pendidikan disertai menurunnya angka putus
sekolah pada jenjang SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/MA.
c. Meningkatnya angka melanjutkan lulusan SD/MI ke jenjang SMP/MTs, dan lulusan
SMP/MTs ke jenjang SMA/MA.
d. Menurunnya rata-rata lama penyelesaian pendidikan pada semua jenjang disertai
menurunnya angka mengulang kelas pada jenjang SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/MA.
2. Menurunnya secara berarti jumlah penduduk berusia 10 tahun ke atas yang buta huruf,
terutama di kalangan penduduk miskin.
3. Meningkatnya keadilan dan kesetaraan pendidikan antar-kelompok masyarakat,
terutama antara penduduk kaya dan miskin, serta antara penduduk laki-laki dan
perempuan.
4. Meningkatnya kualitas hasil belajar yang diukur dengan meningkatnya persentase siswa
yang lulus evaluasi hasil belajar.
5. Meningkatnya proporsi dan kualitas lembaga pendidikan diniyah dan pesantren salafiyah
yang setara dengan pendidikan umum.
6. Meningkatnya proporsi anak yang terlayani pada pendidikan anak usia dini.
7. Meningkatnya proporsi tenaga pendidik formal dan non-formal, negeri maupun swasta,
yang memiliki kualifikasi minimum, dan sertifikasi sesuai jenjang kewenangan mengajar
yang disesuaikan perkembangan jumlah peserta didik.
8. Meningkatnya kesejahteraan tenaga pendidik formal dan non-formal, negeri maupun
swasta, agar dapat mengembangkan kompetensinya.
9. Meningkatnya efektivitas peran dewan pendidikan kota dan komite sekolah/madrasah.

7.1.3 Arah Kebijakan


Untuk mewujudkan sasaran tersebut, peningkatan pelayanan pendidikan dilaksanakan
dalam kerangka arah kebijakan:

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2010–2015 VII–3


1. Menata sistem pembiayaan pendidikan yang berprinsip keadilan, efisien, transparan dan
akuntabel, serta peningkatan anggaran pendidikan minimal 20% APBD, untuk
melanjutkan upaya pemerataan dan penyediaan layanan pendidikan yang murah dan
berkualitas.
2. Memberikan akses lebih besar kepada kelompok masyarakat yang selama ini kurang
dapat terjangkau oleh layanan pendidikan yang murah dan bermutu, yakni masyarakat
miskin, ataupun masyarakat penyandang cacat.
3. Menuntaskan pelaksanaan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun, dan
merintis Pendidikan Menengah 12 Tahun.
Khusus pelaksanaan Wajib Belajar Pendidikan Menengah 12 tahun, merupakan upaya
perluasan dan pemerataan pendidikan menengah, baik umum maupun kejuruan, untuk
mengantisipasi meningkatnya lulusan SMP/MTs sebagai implikasi keberhasilan Program
Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun, serta penyediaan tenaga kerja lulusan
pendidikan menengah yang berkualitas.
4. Menurunkan secara signifikan jumlah penduduk yang buta aksara, terutama penduduk
miskin, melalui peningkatan intensifikasi perluasan akses dan kualitas penyelenggaraan
pendidikan keaksaraan fungsional yang didukung upaya penurunan angka putus
sekolah, khususnya pada kelas-kelas awal jenjang SD/MI.
5. Meningkatkan dan memeratakan penyediaan prasarana gedung sekolah yang
berkualitas untuk kelancaran dan kenyamanan penyelenggaraan proses belajar-
mengajar.
6. Meningkatkan jumlah dan kualitas tenaga pendidik serta pemerataan sebarannya,
dengan mempertimbangkan peningkatan jumlah peserta didik dan ketepatan lokasi,
7. Meningkatkkan komitmen tenaga pendidik untuk senantiasa meningkatkan
kompotensinya, sebanding dengan peningkatan kesejahteraan yang telah diteriman.
8. Mengembangkan kurikulum sekolah kejuruan yang berbasis pada pemberdayaan potensi
ekonomi lokal, khususnya di sektor pengolahan kayu dan logam.
9. Meningkatkan pemberdayaan dan penyetaraan lembaga pendidikan diniyah dan pondok
pesantren salafiyah setara pendidikan umum sesuai standar pendidikan nasional, dalam
rangka menghasilkan kualitas lulusan yang menguasai dan memahami ilmu agama,
serta juga ilmu dan teknologi umum.
10. Mengoptimalkan peran dan fungsi dewan pendidikan kota dalam penyelenggaraan
pendidikan, terutama peningkatan mutu layanan pendidikan yang meliputi perencanaan,
pengawasan, dan evaluasi program pendidikan. Juga meningkatkan peran serta
masyarakat dalam pembangunan pendidikan, termasuk pembiayaan pendidikan,
penyelenggaraan pendidikan berbasis masyarakat, serta peningkatan mutu layanan
pendidikan.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2010–2015 VII–4


11. Memantapkan pendidikan budi pekerti dalam rangka pembinaan akhlak mulia di
kalangan peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah melalui
pengembangan kurikulum berbasis budaya lokal peserta didik.
12. Meningkatkan pendidikan non-formal yang murah dan bermutu untuk memberikan
pelayanan pendidikan kepada warga masyarakat, terutama penduduk miskin, yang tidak
mungkin terpenuhi kebutuhan pendidikannya melalui jalur formal, guna meningkatkan
kualitas hidupnya.
13. Mengembangkan budaya baca guna menciptakan masyarakat belajar, berbudaya, maju
dan mandiri.

7.1.4 Program
Berdasarkan sasaran dan arah kebijakan tersebut di atas, maka langkah-langkah yang
akan dilaksanakan dijabarkan ke dalam program-program pembangunan indikatif berikut.
Dinas Pendidikan
1. Program Pendidikan Anak Usia Dini
2. Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun
3. Program Pendidikan Menengah
4. Program Pendidikan Non Formal
5. Program Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan
6. Program Manajemen Pelayanan Pendidikan
7. Program Pengembangan Budaya Baca dan Pembinaan Perpustakaan
8. Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS)
9. Program Pembangunan Sarana dan Prasarana Sekolah
10. Program Rehabilitasi Sarana dan Prasarana Sekolah
11. Program Pengadaan Sarana dan Prasarana Sekolah

Kebutuhan dana indikatif untuk melaksanakan program-program tahun 2011–2015 ,


sebagaimana tersebut di atas, tersaji pada tabel 7.1.

Tabel 7.1
Pagu Indikatif Kebutuhan Pendanaan Program
Prioitas Peningkatan Aksesibilitas dan Kualitas Pelayanan Pendidikan Tahun 2011–2015
Kebutuhan Pendanaan Program Indikatif (Rp.000)
No. Uraian
2011 2012 2013 2014 2015
1 Prioritas I 20.847.967 21.140.917 17.173.081 27.518.086 26.723.255

7.2. Peningkatan Kualitas Pelayanan Kesehatan


Upaya kesehatan harus dilakukan sejak dini dan berkesinambungan. Pemberian gizi
yang cukup serta perilaku sehat sangat penting bagi kesehatan dan pertumbuhan balita. Anak
yang sehat akan lebih berkonsentrasi dalam belajar, pekerja yang sehat akan lebih produktif

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2010–2015 VII–5


dalam pekerjaannya, serta ibu-ibu yang sehat akan melahirkan anak-anak yang sehat pula,
dan angka kematian bayi pun dapat ditekan.
Tingkat kesehatan juga dipengaruhi tingkat pendapatan, karena pendapatan akan
mempengaruhi tingkat konsumsi, dan tingkat konsumsi akhirnya menentukan kondisi
kesehatan. Selain itu juga dipengaruhi kondisi lingkungan perumahan dan sanitasi yang layak
dan sehat, serta ketersediaan air bersih. Rumah yang sehat dan terjaga sanitasinya, serta
tersedianya air bersih merupakan salah satu prasyarat bagi kesehatan para penghuninya.
Air bersih mutlak diperlukan rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan
minum/masak. Keterbatasan akses terhadap air bersih akan berakibat pada penurunan mutu
kesehatan dan penyebaran berbagai penyakit lain, seperti diare. Kondisi lingkungan
perumahan dan sanitasi yang tidak layak dan kurang sehat, serta ketidaktersediaan air bersih
umumnya melingkupi kehidupan penduduk miskin.

7.2.1. Permasalahan
a. Belum Optimalnya Kualitas Pelayanan Kesehatan
Sampai dengan tahun 2009 di Kota Pasuruan tercatat terdapat 1 rumah sakit umum
daerah, yakni RSUD dr. Soedharsono. Sedangkan jumlah pusat kesehatan masyarakat
(puskesmas) 7 buah, dan puskesmas pembantu mencapai 29 buah. Banyaknya kunjungan ke
puskesmas selama lima tahun terakhir (2005-2009) rata-rata 254.208 pasien per tahun,
dengan peningkatan rata-rata 10,80% per tahun. Rasio jumlah puskesmas per 30.000
penduduk sebesar adalah 8,01 kali atau 1:3.743 jiwa. Selama lima tahun terakhir (2005-
2009) rata-rata rasionya adalah 7,04 atau 1:4.302 jiwa. Perbandingan ini jauh melampaui
standar minimal, yakni 1:30.000.
Namun demikian, kualitas pelayanan kesehatan masih belum memenuhi harapan
masyarakat. Keluhan masyarakat terhadap mutu pelayanan rumah sakit, dan juga puskesmas,
umumnya mengenai lambatnya pelayanan, administrasi yang berbelit, dan lamanya waktu
tunggu. Akses masyarakat, terutama penduduk miskin, terhadap pelayanan kesehatan yang
berkualitas masih terkendala antara lain oleh variabel biaya.
Pemberdayaan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dibangun melalui
pembentukan pos pelayanan terpadu (posyandu). Pada 2009, di Kota Pasuruan tercatat
terdapat sebanyak 264 posyandu. Rata-rata setiap kelurahan terdapat tujuh hingga delapan
posyandu yang berperan memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan dasar ibu dan anak,
peningkatan status gizi, keluarga berencana, dan penanggulangan diare.

b. Terbatasnya Tenaga Kesehatan


Jumlah tenaga kesehatan di Kota Pasuruan pada 2009 sebanyak 465 orang, yang
terdiri dari dokter 74 orang dan tenaga medis nondokter 391 orang. Tenaga kesehatan, sesuai
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996, terbagi dalam tujuh kelompok, yakni: tenaga

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2010–2015 VII–6


medis, tenaga keperawatan, kefarmasian, kesehatan masyarakat, gizi, terapi fisik, dan teknisi
medis.

Tabel 7.2
Rasio Kecukupan Tenaga Kesehatan Per Satuan Penduduk
Kota Pasuruan Tahun 2009
No. Rasio Satuan Kota Pasuran Standar Nas
1 Rasio dokter per satuan penduduk Per 100.000 pdk 34,67 40
2 Rasio dokter gigi per satuan penduduk Per 100.000 pdk 7,39 11
3 Rasio perawat per satuan penduduk Per 100.000 pdk 131,30 117,5
4 Rasio bidan per satuan penduduk Per 100.000 pdk 47,18 100
5 Rasio tenaga kefarmasian per satuan penduduk Per 100.000 pdk 10,80 10
6 Rasio tenaga kesehatan masy. per satuan penduduk Per 100.000 pdk 6,25 40
7 Rasio tenaga sanitarian per satuan penduduk Per 100.000 pdk 6,25 40
8 Rasio tenaga gizi per satuan penduduk Per 100.000 pdk 8,53 22
Sumber: Dinas Kesahatan Kota Pasuruan

Tabel 7.2 emperinci rasio kecukupan tenaga kesehatan per satuan penduduk Kota
Pasuruan tahun 2009. Terlihat, beberapa rasio tingkat pencapaiannya masih di bawah standar
nasiona. Kondisi ini menyiratkan masih adanya keterbatasan kecukupan tenaga kesehatan.

c. Rendahnya Kualitas Kesehatan Penduduk Miskin


Meski dari tahun ke tahun perkembangan kualitas kesehatan masyarakat Kota
Pasuruan cenderung terus meningkat, tetapi tidak dapat dipungkiri masih terdapat disparitas
status kesehatan yang cukup tinggi antar-kelas sosial ekonomi.
Rendahnya status kesehatan penduduk miskin terutama disebabkan oleh terbatasnya
akses terhadap pelayanan kesehatan karena kendala biaya dan transportasi. Utilisasi rumah
sakit masih didominasi oleh golongan mampu, sedang masyarakat miskin cenderung
memanfaatkan pelayanan di puskesmas.
Peningkatan kunjungan berobat pasien miskin tidak terlepas dari peningkatan sarana
dan prasarana pelayanan pemerintah terhadap masyarakat, terutama masyarakat miskin,
yakni kebijakan pembebasan biaya kelas III di Rumah Sakit Pemerintah Kota Pasuruan.
Pemerintah Kota Pasuruan merintis program asuransi kesehatan bagi masyarakat miskin
melalui Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM) berdasarkan Keputusan Menteri
Kesehatan Nomor 551/MENKES/SK/V/2004. Pada 2005, JPKM disempurnakan untuk
menjangkau masyarakat lebih luas menjadi Jaminan Pemeliharaan Kesehatan bagi Masyarakat
Miskin (JPK-MM). Program dilaksanakan dengan membebaskan biaya pelayanan bagi
penduduk miskin di puskesmas, dan kelas III Rumah Sakit Pemerintah Kota Pasuruan.
Jaminan Pemeliharaan Kesehatan bagi Masyarakat Miskin di rumah sakit meliputi pelayanan
Rawat Darurat, Rawat Jalan Tindak Lanjut (RJTL), dan Rawat Inap Tindak Lanjut (RITL).
Program ini berlanjut sampai akhir 2007, kemudian pada 2008, Askeskin berubah menjadi
Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas).

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2010–2015 VII–7


Pasien keluarga miskin ternyata tak mudah mengakses pelayanan jaminan kesehatan
yang disediakan bagi mereka. Paradigma pemberian jaminan kesehatan tidak berorientasi
kepada subjek, yakni orang miskin, namun pada jenis penyakit yang diderita, sehingga
pembebasan biaya berobat berlaku selektif untuk jenis penyakit tertentu. Di luar daftar
penyakit yang ditanggung pemerintah, pasien miskin harus membayar sendiri; sesuatu yang
mustahil bisa dilakukan oleh pasien keluarga miskin. Akibatnya, masih cukup banyak pasien
miskin yang telantar tanpa pengobatan, yang berarti memperburuk kualitas kesehatan
penduduk miskin. Pemberian jaminan kesehatan bagi keluarga miskin seyogyanya dilakukan
tanpa “syarat dan ketentuan berlaku”; sebab kemiskinan mereka sudah cukup menjadi dasar
untuk memperoleh pembebasan biaya pelayanan kesehatan.

d. Kurangnya Pola Perilaku Hidup Bersih dan Sehat


Pola perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) masyarakat merupakan salah satu faktor
penting untuk mendukung peningkatan status kesehatan. Dari hasil perkembangan pengkajian
PHBS pada tatanan rumah tangga selama 2003-2007 terdapat kecenderungan rumah tangga
yang ber PHBS semakin meningkat, menjadi 43,29% pada 2008. Kendati demikian
perkembangan rincinya perlu ditinjau lebih lanjut.

7.2.2. Sasaran
Sasaran peningkatan kualitas pelayanan kesehatan adalah makin terbuka dan makin
mudahnya bagi masyarakat, terutama masyarakat miskin, untuk memperoleh pelayanan
kesehatan yang murah dan berkualitas, tanpa diskriminasi, serta makin meningkatnya taraf
kesehatan masyarakat, yang antara lain, tercermin dari:
1. Meningkatnya secara nyata proporsi penduduk miskin yang terpenuhi haknya
memperoleh pelayanan jaminan kesehatan yang berkualitas.
2. Meningkatnya Angka Harapan Hidup.
3. Menurunnya Angka Kematian Bayi.
4. Menurunnya Angka Kematian Ibu Melahirkan.
5. Menurunnya prevalensi anak balita gizi buruk dan gizi kurang.
6. Menurunnya angka morbiditas (morbidity rate) atau proporsi penduduk yang mengalami
keluhan kesehatan.

7.2.3. Arah Kebijakan


Untuk mewujudkan sasaran tersebut, peningkatan kualitas pelayanan kesehatan
dilaksanakan dalam kerangka arah kebijakan:
1. Meningkatkan sosialisasi kesehatan lingkungan, serta pola perilaku hidup bersih dan
sehat.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2010–2015 VII–8


2. Meningkatkan ketersediaan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau, serta
menjamin perlindungan risiko bagi masyarakat, terutama keluarga miskin, akibat
pengeluaran biaya kesehatan.
3. Mengembangkan dan meningkatkan efektivitas jaminan kesehatan bagi penduduk
miskin, yang harus berorientasi kepada subjek (manusianya), bukan objek (jenis
penyakitnya).
4. Meningkatkan jumlah, fungsi dan kualitas pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) dan
jaringannya secara merata untuk memudahkan akses masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan yang murah dan berkualitas.
5. Meningkatkan kuantitas dan kualitas, serta memeratakan penyebaran tenaga
kesehatan.
6. Meningkatkan dan memeratakan kuantitas dan kualitas fasilitas kesehatan dasar.
7. Meningkatkan pengadaan sarana air bersih bagi masyarakat, terutama masyarakat
miskin, yang tinggal di wilayah sulit air.

7.2.4. Program
Berdasarkan sasaran dan arah kebijakan tersebut di atas, maka langkah-langkah yang
akan dilaksanakan dijabarkan ke dalam program-program pembangunan indikatif berikut.
Dinas Kesehatan
1. Program Obat Dan Perbekalan Kesehatan
2. Program Upaya Kesehatan Masyarakat
3. Program Pengawasan Obat Dan Makanan
4. Program Pengembangan Obat Asli Indonesia
5. Program Promosi Kesehatan Dan Pemberdayaan
6. Program Perbaikan Gizi Masyarakat
7. Program Pencegahan Dan Penanggulangan Penyakit Menular
8. Program Pelayanan Kesehatan Penduduk Miskin
9. Program Pengadaan, Peningkatan Dan Perbaikan Sarana Dan Prasarana Puskesmas/
Puskesmas Pembantu Dan Jaringannya
10. Program Kemitraan Peningkatan Pelayanan Kesehatan
11. Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan Anak Balita
12. Program Pelayanan Kesehatan Ibu Melahirkan Dan Anak
13. Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan Lansia
14. Program Pengawasan Dan Pengendalian Kesehatan Makanan
15. Program Pembinaan Lingkungan Sosial
16. Bantuan Operasional Kesehatan (BOK)
17. Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) Dana Pusat 2010
18. Jaminan Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin (Dana Pusat 2010)

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2010–2015 VII–9


19. Belanja Bantuan Sosial Utk Kegiatan Partisipasi Pelayanan Sosial (Alokasi 2010)
20. Program Standarisasi Pelayanan Kesehatan
RSUD dr. Sudharsono
1. Program Pelayanan Kesehatan Masyarakat Miskin
2. Program Upaya Kesehatan Masyarakat
3. Program Promosi Kesehatan
4. Program Peningkatan Pengadaan Sarana Dan Prasarana RS
5. Program Kemitraan Peningkatan Pelayanan Kesehatan
6. Program Obat Dan Perbekalan Kesehatan
7. Program Promosi dan Pemberdayaan Masyarakat
8. Program Standarisasi dan Pelayanan Kesehatan
9. Program Peningkatan Disiplin Aparatur
10. Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur
11. Program Pengembangan Data Dan Informasi
12. Program Peningkatan Profesional Tenaga Fungsional
13. Program Peningkatan Kemampuan Tenaga Administrasi RS
14. Program Peningkatan Kualitas Pelayanan Informasi Dan Pengaduan
15. Program Pemeliharaan Sarana dan Prasarana RS/RS Jiwa/RS Paru-Paru/RS Mata
16. Program Pengadaan Sarana dan Prasarana RS/RS Jiwa/RS Paru-Paru/RS Mata
Kebutuhan dana indikatif untuk melaksanakan program-program tahun 2011–2015,
sebagaimana tersebut di atas, tersaji pada tabel 7.3.

Tabel 7.3
Pagu Indikatif Kebutuhan Pendanaan Program
Prioitas Peningkatan Aksesibilitas dan Kualitas Pelayanan Kesehatan Tahun 2011–2015
Kebutuhan Pendanaan Program Indikatif (Rp.000)
No. Uraian
2011 2012 2013 2014 2015
1 Prioritas II 29.064.297 24.894.015 23.753.265 24.944.015 23.424.265

7.3. Perluasan Lapangan Kerja dan Penanggulangan Kemiskinan


Pertumbuhan ekonomi Kota Pasuruan yang relatif menggembirakan, ternyata tidak
otomatis mengurangi tingkat kemiskinan dan pengangguran. Pertumbuhan ekonomi Kota
Pasuruan selama lima tahun terakhir (2005-2009) masing-masing adalah 5.83%, 5.65%,
5.46%, 5.47%, dan 5.03%, dengan rata-rata 5,49%. Sedangkan pada periode yang sama
jumlah rumah tangga miskin (RTM) masing-masing adalah 7,216 RTM (2005-2008) menjadi
9,009 RTM (tingkat pertumbuhan rata-rata 5,70% per tahun). Di sisi lain besarnya tingkat
pengangguran terbuka (TPT) dalam kurun waktu yang sama rata-rata adalah 11,83%.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2010–2015 VII–10


7.3.1. Permasalahan
a. Masih Tingginya Jumlah Penganggur
Pengangguran merupakan permasalahan serius yang harus dipecahkan pada setiap
pelaksanaan pembangunan. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Kota Pasuruan cukup
tinggi yaitu 11.30% pada tahun 2004, kemudian meningkat menjadi 16,00% pada tahun
2006, kemudian menurun menjadi 11,33% pada tahun 2007. Angka ini lebih tinggi
dibandingkan angka TPT rata-rata Jawa Timur yang masing-masing adalah: 7,69%, 8,51%
dan 8,19%, serta 8,19% pada periode yang sama.
Beban angka pengangguran yang ditanggung Kota Pasuruan disebabkan antara lain
oleh tidak sebandingnya jumlah pertumbuhan angkatan kerja, dengan laju pertumbuhan
kesempatan kerja; yang menjadi pemicu timbulnya permasalahan sentral dalam
ketenagakerjaan. Struktur usia penduduk Kota Pasuruan yang bertipe penduduk muda,
menimbulkan konsekuensi bagi peningkatan angkatan kerja seiring dengan bertambahnya
jumlah penduduk.

b. Rendahnya Kualitas Tenaga Kerja


Sebagian besar tenaga kerja maupun angkatan kerja di wilayah Kota Pasuruan adalah
pekerja dengan tingkat pendidikan SLTA ke bawah yakni lebih dari 90% masing-masing
sejumlah 90.334 dari 99.401 orang tenaga kerja serta 63.233 dari 79.326 orang angkatan
kerja. Tingkat pendidikan angkatan kerja yang rendah berpengaruh pada peluangnya terserap
ke dalam lapangan kerja, sehingga menambah tingkat pengangguran setiap tahunnya.

c. Terbatasnya Kesempatan Kerja dan Berusaha


Masyarakat miskin umumnya menghadapi permasalahan terbatasnya kesempatan
kerja dan terbatasnya peluang mengembangkan usaha. Masyarakat miskin dengan
keterbatasan modal, dan kurangnya keterampilan maupun pengetahuan, hanya memiliki
sedikit pilihan pekerjaan yang layak, dan terbatas peluangnya untuk mengembangkan usaha.
Pilihan lapangan pekerjaan yang terbatas sering menyebabkan mereka terpaksa melakukan
pekerjaan yang berisiko tinggi dengan imbalan kurang memadai, dan tidak ada kepastian
keberlanjutannya.
Penduduk miskin yang umumnya berpendidikan rendah harus bekerja apa saja untuk
mempertahankan hidupnya. Kondisi tersebut menyebabkan lemahnya posisi tawar masyarakat
miskin, dan tingginya kerentanan terhadap perlakuan yang merugikan. Masyarakat miskin
juga harus menerima pekerjaan dengan imbalan yang terlalu rendah, tanpa sistem kontrak
atau dengan sistem kontrak yang sangat rentan terhadap kepastian hubungan kerja yang
berkelanjutan. Di sisi lain, kesulitan ekonomi yang dihadapi keluarga miskin sering memaksa
anak dan perempuan untuk bekerja.
Posisi tawar masyarakat miskin yang rendah berakibat mereka sering dirugikan dan
dikalahkan dalam perselisihan perburuhan. Dampak dari perselisihan sering membuahkan

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2010–2015 VII–11


pemutusan hubungan kerja (PHK) secara tidak adil, sehingga mengakibatkan munculnya
sekelompok orang miskin baru.
Akses masyarakat miskin juga terbatas untuk memulai dan mengembangkan usaha.
Masalah yang dihadapi, antara lain, sulitnya mengakses modal dengan suku bunga rendah,
hambatan memperoleh ijin usaha, kurangnya perlindungan terhadap kegiatan usaha,
rendahnya kapasitas kewirausahaan, dan terbatasnya akses terhadap informasi, pasar, bahan
baku, serta sulitnya memanfaatkan bantuan teknis dan teknologi.
Akibatnya, mereka lebih memilih memperoleh modal lewat rentenir (bank thithil)
dengan tingkat bunga sangat tinggi. Masyarakat miskin juga menghadapi masalah lemahnya
perlindungan terhadap aset usaha, terutama perlindungan terhadap hak cipta industri
tradisional, dan hilangnya aset usaha akibat penggusuran.

d. Lemahnya Partisipasi
Salah satu penyebab kegagalan kebijakan dan program pembangunan dalam
mengatasi masalah kemiskinan adalah lemahnya partisipasi penduduk miskin dalam
perumusan dan pelaksanaan kebijakan. Berbagai kasus yang terjadi menunjukkan kurangnya
dialog dan lemahnya pertisipasi penduduk miskin dalam pengambilan keputusan.
Rendahnya partisipasi masyarakat miskin dalam perumusan kebijakan juga disebabkan
kurangnya informasi, baik mengenai kebijakan yang akan dirumuskan maupun mekanisme
perumusan yang memungkinkan keterlibatan mereka. Secara formal sosialisasi telah
dilaksanakan, namun karena umumnya menggunakan sistem perwakilan, sehingga banyak
informasi yang diperlukan tidak sampai ke masyarakat miskin yang diwakili.

7.3.2. Sasaran
Sasaran perluasan lapangan kerja dan penanggulangan kemiskinan adalah
meningkatnya jumlah lapangan kerja, baik formal maupun informal, serta menurunnya secara
nyata jumlah penduduk miskin, yang antara lain tercermin dari:
1. Menurunnya tingkat pengangguran terbuka.
2. Menurunnya angka setengah penganggur.
3. Meningkatnya perlindungan bagi tenaga kerja.
4. Menurunnya persentase penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan.
5. Meningkatnya partisipasi penduduk miskin dalam pengambilan keputusan.

7.3.3. Arah Kebijakan


Untuk mewujudkan sasaran tersebut, perluasan lapangan kerja dan penanggulangan
kemiskinan, dilaksanakan dalam kerangka arah kebijakan:
1. Mengembangkan dan melindungi keberlangsungan usaha-usaha mikro dan kecil sektor
informal di perkotaan maupun kelurahan.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2010–2015 VII–12


2. Memperbarui pelaksanaan berbagai program perluasan kesempatan kerja, terutama
program pekerjaan umum, kredit mikro, pengembangan UMKM, serta program-program
pengentasan masyarakat miskin.
3. Menciptakan iklim dan lingkungan dunia usaha yang kondusif bagi peningkatan investasi
yang mendorong penciptaan kesempatan kerja.
4. Memperbaiki aturan main ketenagakerjaan yang berkaitan rekrutmen, outsourcing,
pengupahan, dan PHK.
5. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia tenaga kerja melalui perbaikan pelayanan
pendidikan, pelatihan, serta pelayanan kesehatan.
6. Menyempurnakan program pendukung pasar kerja dengan mendorong terbentuknya
informasi pasar kerja, membentuk berbagai bursa kerja, serta memperbaiki sistem
pelatihan bagi pencari kerja.
7. Mengintegrasikan semua program sektoral yang diikat oleh orientasi utama pengentasan
masyarakat miskin dan penciptaan lapangan kerja yang terukur kualitas dan kuantitas
kontribusinya dari waktu ke waktu.
8. Memberdayakan masyarakat miskin dalam menanggulangi kemiskinan secara mandiri.
9. Meningkatkan keterjangkauan (affordability) masyarakat miskin terhadap permukiman
yang layak dan sehat, serta meningkatkan ketersediaan rumah yang layak dan sehat bagi
masyarakat miskin dan golongan rentan.
10. Meningkatkan peran serta masyarakat miskin, laki-laki maupun perempuan, dalam
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi atas proyek-proyek pembangunan yang
berdampak langsung pada penanggulangan kemiskinan mereka.

7.3.4. Program
Berdasarkan sasaran dan arah kebijakan tersebut di atas, maka langkah-langkah yang
akan dilaksanakan dijabarkan ke dalam program-program pembangunan indikatif berikut.
Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi
1. Program Peningkatan Pendidikan dan Ketrampilan Tenaga Kerja
2. Program Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja
3. Program Peningkatan Kesempatan Kerja
4. Program Perlindungan dan Pengembangan Lembaga Ketenagakerjaan
5. Program Pemberdayaan Fakir Miskin
Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
1. Pemberdayaan Fakir Miskin dan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial

Kebutuhan dana indikatif untuk melaksanakan program-program tahun 2011–2015,


sebagaimana tersebut di atas, tersaji pada tabel 7.4

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2010–2015 VII–13


Tabel 7.4
Pagu Indikatif Kebutuhan Pendanaan Program
Prioitas Perluasan Lapangan Kerja dan Penanggulangan Kemiskinan Tahun 2011–2015
Kebutuhan Pendanaan Program Indikatif (Rp.000)
No. Uraian
2011 2012 2013 2014 2015
1 Prioritas III 9.068.300 9.639.420 9.911.420 9.851.420 10.225.420

7.4. Peningkatan Kesejahteraan Sosial Masyarakat


Pembangunan kesejahteraan sosial merupakan bagian integral dari pencapaian visi
“Terwujudnya Kota Pasuruan sebagai Kota Industri, Perdagangan dan Jasa yang dilandasi
Iman dan Taqwa menuju Masyarakat Sejahtera”. Peningkatan kesejahteraan sosial berkenaan
dengan penyelenggaraan urusan: sosial, pemberdayaan masyarakat, transmigrasi, ketahanan
pangan serta keluarga berencana dan keluarga sejahtera.

7.4.1. Permasalahan
1. Masih terbatasnya akses penyandang PMKS terhadap pelayanan sosial dasar.
2. Masih adanya sikap acuh tak acuh pada sebagian kelompok masyarakat terhadap
permasalahan sosial di sekitarnya.
3. Masih lemahnya penanganan korban bencana alam dan sosial.
4. Masih rendahnya kualitas pelayanan kesejahteraan sosial.
5. Sebagian masyarakat masih menganggap bahwa program pemberdayaan masyarakat
bukan merupakan program stimulan, sehingga tingkat partisipasi/swadaya masyarakat
rendah.
6. Sistem distribusi komoditas kebutuhan bahan pokok perlu dioptimalkan dan
dikendalikan, untuk menjaga kesesuaian supply dengan kebutuhan pangan.
7. Peranan tim ketahanan pangan dan tim evaluasi harga masih perlu ditingkatkan, untuk
menjaga stabilitas pasokan pangan.
8. Masih kurangnya terobosan diversifikasi pangan, sebagai upaya untuk menjaga
kecukupan pangan.
9. Masih belum optimalnya pelayanan keluarga berencana (KB) terutama bagi keluarga
miskin.
10. Masih belum optimalnya penyelenggaraan kegiatan advokasi serta Komunikasi,
Informasi dan Edukasi (KIE) melalui berbagai media dan metoda. Serta masih
kurangnya pengetahuan dan pemahaman masyarakat (termasuk remaja) tentang
kesehatan reproduksi remaja dan perlindungan hak-hak reproduksi.
11. Masih belum optimalnya pembinaan ketahanan dan peningkatan kesejahteraan
keluarga.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2010–2015 VII–14


7.4.2. Sasaran
1. Menurunnya proporsi PMKS terhadap total jumlah penduduk.
2. Meningkatnya kecepatan respon penanganan korban bencana banjir.
3. Meningkatnya keberdayaan masyarakat, yang ditandai dengan jumlah kelompok binaan
LPM setiap kelurahan
4. Meningkatnya ketahanan pangan, yang diindikasikan dengan: luas wilayah rawan
pangan, skor pola pangan harapan dan stabiltas harga pangan.
5. Meningkatnya cakupan peserta KB aktif.
6. Menurunnya rata-rata jumlah anak dalam keluarga, hingga mendekati jumlah ideal.
7. Meningkatnya proporsi keluarga pra sejahtera dan keluarga sejahtera I berusaha.

7.4.3. Arah Kebijakan


Untuk mewujudkan sasaran tersebut, perlindungan dan peningkatan kesejahteraan
sosial rakyat, khususnya PMKS dilaksanakan dalam kerangka arah kebijakan:
1. Meningkatkan kualitas dan aksesibilitas pelayanan sosial dan bantuan dasar
kesejahteraan sosial bagi kelompok masyarakat yang kurang beruntung.
2. Meningkatkan pencegahan secara promotif dan preventif, yang dilanjutkan dengan
upaya pemberantasan dan pengendalian masalah kesejahteraan sosial.
3. Memberdayakan kelembagaan sosial masyarakat, keluarga, kegiatan kesukarelawanan
(voluntary) dan kesetiakawanan sosial, yang mengarah pada peningkatan pelayanan
sosial.
4. Meningkatkan prakarsa dan peran aktif masyarakat, dalam penyelengaraan
pembangunan kesejahteraan sosial secara terpadu dan berkelanjutan.
5. Memberikan jaminan sosial dan penguatan lembaga jaminan sosial yang didukung
peraturan perundang-undangan, pendanaan, dengan mempertimbangkan budaya dan
kelembagaan yang sudah berakar di masyarakat lokal.
6. Mengembangkan dan menyerasikan kebijakan penanganan masalah-masalah strategis
PMKS.
7. Meningkatkan respons dan kecepatan pelayanan sosial bagi korban bencana alam dan
sosial.
8. Membangun jejaring kerja dengan elemen ketahanan pangan (misal, Badan Urusan
Logistik atau Bulog Pasuruan) untuk menjamin kecukupan pangan.

7.4.4. Program
Berdasarkan sasaran dan arah kebijakan tersebut di atas, maka langkah-langkah yang
akan dilaksanakan dijabarkan ke dalam program-program pembangunan indikatif berikut.
Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi
1. Program Pembinaan Lembaga Sosial/Kemasyarakatan
2. Program Pembinaan Kepada Organisasi Kewanitaan

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2010–2015 VII–15


3. Program Pembinaan Partisipasi Pelayanan Sosial
4. Program Pembinaan Kegiatan Lembaga/Kemasyarakatan Keagamaan
5. Program Pembinaan Eks Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial
6. Program Pemberdayaan Kelembagaan Kesejahteraan Sosial
7. Program Transmigrasi Regional
8. Program Bantuan Sosial
9. Program Pembinaan Lembaga Sosial/Kemasyarakatan
10. Program Pembinaan Kepada Organisasi Kewanitaan
11. Program Pembinaan Partisipasi Pelayananan Sosial
12. Program Pembinaan Kegiatan Lembaga/Kemasyarakatan Keagamaan
Badan Pemberdayaan Masyarakat
1. Program Peningkatan Keberdayaan Masyarakat Perdesaan
2. Program Peningkatan Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Kelurahan
3. Program Peningkatan Kapasitas Aparatur Pemerintah Kelurahan
4. Program Pengembangan Lembaga Ekonomi Masyarakat
5. Program Peningkatan Peran Perempuan di Kelurahan
6. Belanja Hibah Kepada Badan/Lembaga Organisasi Swasta Sosial
Kantor Ketahanan Pangan
1. Program Bimbingan dan Intensifikasi Peningkatan Ketahanan Pangan
2. Program Ketersediaan dan Kewaspadaan Pangan
3. Program Penganekaragaman Pangan
Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
1. Program Pelayanan Kontrasepsi
2. Program Keluarga Berencana
3. Program Kesehatan Reproduksi Remaja
4. Program Pembinaan Peran Serta Masyarakat dalam KB/KR yang Mandiri
5. Program Promosi Kesehatan Ibu, Bayi, dan Anak melalui Kelompok Kegiatan di
Masyarakat
6. Program Pengembangan Pusat Pelayanan Informasi dan Konseling KRR
7. Program Peningkatan Penanggulangan Narkoba, PMS, termasuk HIV-AIDS
8. Program Pengembangan Bahan Informasi tentang Pengasuhan dan Pembinaan Tumbuh
Kembang Anak
9. Program Penyiapan Tenaga Pendamping Kelompok Bina Keluarga
10. Program Pengembangan Model Operasional BKB-Posyandu-PADU Peningkatan Informasi
Masyarakat
11. Peningkatan Mutu Pelayanan Keluarga Berencana
Kebutuhan dana indikatif untuk melaksanakan program-program tahun 2011–2015,
sebagaimana tersebut di atas, tersaji pada tabel 7.5

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2010–2015 VII–16


Tabel 7.5
Pagu Indikatif Kebutuhan Pendanaan Program
Prioitas Peningkatan Kesejahteraan Sosial Masyarakat Tahun 2011–2015
Kebutuhan Pendanaan Program Indikatif (Rp.000)
No. Uraian
2011 2012 2013 2014 2015
1 Prioritas IV 21.419.936 23.247.900 24.754.220 24.247.042 29.220.846

7.5 Peningkatan Peran Perempuan dan Perlindungan Anak


Perempuan mempunyai posisi strategis dalam membangun karakter bangsa,
mengingat bagaimana pentingnya peran perempuan dalam keluarga. Perempuan, yang
menyandang status ibu, memiliki andil besar dalam mendidik anak yang notabene merupakan
generasi bangsa di masa depan. Fakta inilah yang melatarbelakangi pentingnya
pengarustamaan gender (gender mainstreaming).
Kebijakan yang berpihak pada peningkatan peran kaum perempuan di seluruh sektor
dan aspek pembangunan, telah dilakukan. Namun upaya pengarusutamaan gender ini, masih
perlu lebih diaktualisasikan di segala bidang. Pemberdayaan perempuan antara lain tercermin
dari angka partisipasi perempuan dalam politik dan pembangunan, perempuan dalam posisi
manajer, staf teknis, dan tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan.
Masa anak-anak merupakan fase pertumbuhan yang rentan terhadap tindak
kekerasan, baik secara verbal maupun fisik. Karena pada fase tersebut, seseorang berada
pada posisi yang lemah dan memiliki ketergantungan yang cukup tinggi. Dengan posisi lemah
tersebut, seseorang relatif tidak berdaya ketika mengalami perlakuan yang berbau kekerasan.

7.5.1 Permasalahan
a. Rendahnya Kualitas Hidup dan Peran Perempuan
Masalah utama dalam pembangunan pemberdayaan perempuan adalah rendahnya
kualitas hidup dan peran perempuan, terutama di bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi,
dan politik. Sebagian perempuan yang bekerja pada pekerjaan marginal sebagai buruh lepas,
atau pekerja keluarga tanpa memperoleh upah, atau dengan upah rendah. Mereka tidak
memperoleh perlindungan hukum dan kesejahteraan. Dan dalam krisis ekonomi yang
berkepanjangan, perempuan dan anak-anak merupakan kelompok yang paling rentan terkena
dampak.
Di bidang politik, meski Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pemilu
mengamanatkan keterwakilan 30% perempuan di lembaga legislatif, namun hasil Pemilu
legislatif Kota Pasuruan 2009 masih menunjukkan rendahnya keterwakilan perempuan di
lembaga legislatif. Persentase perempuan yang berada di parlemen di Kota Pasuruan saat ini
hanya mencapai 1 orang dari 25 orang atau sekitar 4%.

b. Masih Maraknya Tindak Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak


Tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak merupakan salah satu bentuk

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2010–2015 VII–17


pelanggaran hak-hak asasi manusia (HAM). Meski telah disusun Rencana Aksi Nasional
Penghapusan Kekerasan Terhadap Perempuan (RAN-PKTP), pembangunan pusat-pusat krisis
terpadu di rumah sakit, pembangunan ruang pelayanan khusus (RPK) di Polres, serta pusat
pelayanan terpadu pemberdayaan perempuan (P2TP2) di daerah, dan penyebaran informasi
dan kampanye anti-kekerasan terhadap perempuan dan anak. Namun upaya tersebut belum
cukup untuk menekan tingginya tindak kekerasan dan eksploitasi terhadap perempuan dan
anak.

c. Lemahnya Kelembagaan dan Jaringan Pengarusutamaan Gender


Sejalan era desentralisasi, timbul masalah kelembagaan dan jaringan di daerah,
terutama yang menangani masalah-masalah pemberdayaan perempuan dan anak. Karena
program-program pembangunan pemberdayaan perempuan dan anak merupakan program
lintas-bidang, maka diperlukan koordinasi di tingkat nasional dan daerah, mulai dari
perencanaan hingga pelaksanaan dan evaluasi.
Masalah lainnya adalah belum tersedianya data pembangunan yang terpilah menurut
jenis kelamin, sehingga cukup sulit dalam menemu-kenali masalah-masalah gender yang ada.
Partisipasi masyarakat juga belum maksimal dalam meningkatkan kualitas hidup perempuan
dan meningkatkan kesejahteraan dan perlindungan anak.

7.5.2 Sasaran
Sasaran yang hendak dicapai peningkatan kualitas kehidupan dan peran perempuan,
serta kesetaraan gender adalah:
1. Terjaminnya keadilan dan kesetaraan gender dalam berbagai peraturan, program
pembangunan, dan kebijakan publik.
2. Menurunnya kesenjangan pencapaian pembangunan antara perempuan dan laki-laki,
yang diukur dengan angka Gender-related Development Index (GDI), dan Gender
Empowerment Measurement (GEM).
3. Menurunnya tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak.

7.5.3 Arah Kebijakan


Untuk itu, paya peningkatan peran perempuan dan perlindungan anak, dilaksanakan
dalam kerangka arah kebijakan:
1. Meningkatkan keterlibatan perempuan dalam proses politik dan jabatan publik.
2. Meningkatkan taraf pendidikan, dan layanan kesehatan, serta bidang pembangunan
lainnya, untuk mempertinggi kualitas hidup dan sumberdaya kaum perempuan.
3. Meningkatkan kampanye anti-kekerasan terhadap perempuan dan anak.
4. Penguatan kelembagaan, koordinasi, dan jaringan pengarusutamaan gender dan
perlindungan anak dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi dari
berbagai kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan di segala bidang, termasuk

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2010–2015 VII–18


penyediaan data dan statistik.

7.5.4 Program
Berdasarkan sasaran dan arah kebijakan tersebut di atas, maka langkah-langkah yang
akan dilaksanakan dijabarkan ke dalam program-program pembangunan indikatif berikut.
Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
1. Program Penguatan Pelembagaan Penyetaraan Gender dan Anak
2. Program Peningkatan Peran Serta dan Keikutsertaan Gender dalam Pembangunan
3. Program Peningkatan Kualitas Hidup dan Perlindungan Perempuan
4. Program Pemberdayaan Perempuan dan Kesejahteraan Perlindungan Anak (KPA)
Kebutuhan dana indikatif untuk melaksanakan program-program tahun 2011–2015,
sebagaimana tersebut di atas, tersaji pada tabel 7.6

Tabel 7.6
Pagu Indikatif Kebutuhan Pendanaan Program
Peningkatan Peran Perempuan dan Perlindungan Anak Tahun 2011–2015
Kebutuhan Pendanaan Program Indikatif (Rp.000)
No. Uraian
2011 2012 2013 2014 2015
1 Prioritas V 710.000 852.000 994.000 1.136.000 1.278.000

7.6 Peningkatan Peran Pemuda dan Keolahragaan


Pemuda sebagai bagian dari penduduk merupakan aset pembangunan bangsa,
terutama dalam bidang ekonomi. Guna menyikapi era pasar bebas global, perlu upaya
pembentukan dan peningkatan kualitas sumberdaya manusia, khususnya pemuda, sebagai
generasi penerus bangsa yang harus produktif, dan memiliki keunggulan daya saing.
Pembangunan kepemudaan dan keolahragaan merupakan mata rantai yang tak
terpisahkan dari sasaran pembangunan manusia seutuhnya. Perkembangan organisasi
kepemudaan di Kota Pasuruan dapat dikatakan mengalami peningkatan. Namun demikian,
pembinaan olahraga belum tertata secara sistematis antara olahraga pendidikan di lingkungan
persekolahan, olahraga rekreasi di lingkungan masyarakat, dan olahraga prestasi untuk
kelompok atlet yang menjadi tulang punggung Kota Pasuruan dalam pentas kompetisi
olahraga regional dan nasional;
Dalam kondisi seperti ini, ketersediaan ruang publik dan fasilitas olahraga tidak
bertambah bahkan cenderung menurun, sehingga para pelajar dan masyarakat luas sebagian
besar tidak terlayani secara baik untuk berolahraga. Berangkat dari fakta ini, maka pada tahun
2010 Pemerintah Kota telah menyelesaikan pembangunan Gelanggang Olahraga (GOR)
Suropati dan renovasi Stadion Untung Suropati.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2010–2015 VII–19


7.6.1 Permasalahan
a. Rendahnya Kualitas Pemuda
Peran organisasi kepemudaan di Kota Pasuruan dalam membentuk karakter pemuda,
belum sepenuhnya sejalan dengan harapan. Maraknya masalah-masalah sosial, seperti
kriminalitas, premanisme, narkotika, psikotropika, zat adiktif (Napza), dan penularan
HIV/AIDS, ternyata justru banyak melibatkan para pemuda, yang memiliki usia produktif.
Keterlibatan para pemuda dalam berbagai masalah sosial dapat menurunkan peran dan
partisipasi mereka dalam pembangunan.

b. Masih Rendahnya Budaya Olahraga


Rendahnya budaya olahraga tercermin dari rendahnya kesempatan bagi pemuda dan
warga masyarakat untuk dapat beraktivitas olahraga, karena semakin berkurangnya lapangan
dan fasilitas olahraga, serta masih ditambah lemahnya koordinasi lintas lembaga dalam hal
penyediaan fasilitas umum untuk lapangan dan fasilitas olahraga bagi masyarakat umum dan
tempat permukiman. Renovasi Stadion dan GOR (baru) Untung Suropati harus sedemikian
rupa mampu mendongkrak budaya berolahraga masyarakat di segala segmen.

7.6.2 Sasaran
Sasaran yang hendak dicapai dalam peningkatan peran pemuda dan pengembangan
olahraga adalah:
1. Meningkatnya kualitas dan partisipasi pemuda di berbagai bidang pembangunan.
2. Meningkatnya kesehatan dan kebugaran jasmani masyarakat, serta prestasi olahraga.
3. Mengembangkan dukungan sarana dan prasarana olahraga bagi masyarakat sesuai
jenis olahraga unggulan daerah.

7.6.3 Arah Kebijakan


1. Memperluas kesempatan para pemuda untuk memperoleh pendidikan dan keterampilan.
2. Meningkatkan peranserta pemuda dalam pembangunan sosial, politik, ekonomi, budaya
dan agama.
3. Meningkatkan potensi pemuda dalam kewirausahaan, kepeloporan, dan kepemimpinan
dalam pembangunan.
4. Melindungi segenap generasi muda dari bahaya penyalahgunaan Napza, minuman
keras, penyebaran HIV/AIDS, dan penyakit menular seksual (PMS).
5. Mengembangkan kebijakan dan manajemen olahraga sebagai upaya mewujudkan
penataan sistem pembinaan dan pengembangan olahraga secara terpadu dan
berkelanjutan.
6. Meningkatkan sarana dan prasarana olahraga yang sudah tersedia untuk mendukung
pembinaan olahraga.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2010–2015 VII–20


7. Meningkatkan upaya pembibitan dan pengembangan prestasi olahraga secara
sistematik, berjenjang dan berkelanjutan.
8. Mengembangkan sistem penghargaan dan meningkatkan kesejahteraan atlet, pelatih,
dan tenaga keolahragaan.

7.6.4 Program
Berdasarkan sasaran dan arah kebijakan tersebut di atas, maka langkah-langkah yang
akan dilaksanakan dijabarkan ke dalam program-program pembangunan indikatif berikut.
Dinas Pemuda, Olah Raga, Kebudayaan dan Pariwisata
1. Program Peningkatan Peran Serta Kepemudaan
2. Program Pembinaan dan Pemasyarakatan Olahraga
3. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Olahraga
4. Program Bantuan Sosial Kepada Organisasi Kepemudaan
5. Program Hibah Kepada Organisasi Keolahragaan
Kebutuhan dana indikatif untuk melaksanakan program-program tahun 2011–2015,
sebagaimana tersebut di atas, tersaji pada tabel 7.7.

Tabel 7.7
Pagu Indikatif Kebutuhan Pendanaan Program
Peningkatan Peran Pemuda dan Keolahragaan Tahun 2011–2015
Kebutuhan Pendanaan Program Indikatif (Rp.000)
No. Uraian
2011 2012 2013 2014 2015
1 Prioritas VI 650.784 1.462.520 1.798.224 2.160.887 2.476.264

7.7 Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, serta Peningkatan Iklim
Usaha dan Investasi
A. Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
Struktur ekonomi Kota Pasuruan bertipe sekunder-tersier, yang mana sektor industri,
perdagangan dan jasa adalah kontributor utamanya. Apabila ditelusuri lebih jauh, pelaku
usaha di sektor-sektor utama tersebut adalah kelompok Usaha mikro, kecil dan menengah
(UMKM). Di samping itu, UMKM juga merupakan penyedia lapangan kerja yang cukup besar di
Kota Pasuruan.
Pada sektor industri, kiprah industri kecil rumah tangga (IKRT) mebel telah mampu
menyematkan predikat Kota Pasuruan sebagai penghasil mebel utama di Jawa Timur.
Walaupun tidak sebesar industri mebel, IKRT logam juga memberikan kontribusi yang cukup
signifikan bagi perekonomian Kota Pasuruan. Selain dua sub sektor tersebut, IKM juga
tersebar di sektor makanan dan minuman.
Pada sektor perdagangan, keberadaan pasar tradisional cukup memberikan warna
Kota Pasuruan sebagai jalur distribusi barang dan jasa bagi wilayah tetangga. Pada sektor
jasa, Pemerintah Kota memiliki obsesi untuk menggali potensi wisata, khususnya wisata religi

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2010–2015 VII–21


dan marina. Sementara koperasi sebagai suatu gerakan kebersamaan, memberikan peluang
bagi UKM untuk berkembang.

B Pertanian, Kehutanan, Peternakan dan Perikanan


Sebagai salah satu bidang pembangunan usaha pertanian memiliki peran yang
strategis dalam perekonomian Kota Pasuruan. Peran strategis pertanian tersebut digambarkan
melalui kontribusi yang nyata melalui penyediaan bahan pangan, bahan baku industri,
penyerap tenaga kerja dan sumber pendapatan; serta pelestarian lingkungan melalui praktek
usaha tani yang ramah lingkungan.
Belakangan ini, sektor pertanian dihadapkan pada berbagai perubahan dan
perkembangan lingkungan yang sangat dinamis, antara lain: meningkatnya jumlah penduduk,
tekanan liberalisasi pasar; pesatnya kemajuan teknologi dan informasi; makin terbatasnya
sumberdaya lahan, air dan energi; perubahan iklim global.

C. Peningkatan Iklim Usaha dan Investasi


Pertumbuhan ekonomi tentu membutuhkan investasi. Kondisi yang ada ditandai belum
efisiennya pelayanan perijinan investasi dan masih tingginya biaya perijinan investasi, relatif
rendahnya kepastian hukum, belum cukup adanya insentif investasi, dan terbatasnya
infrastruktur pendukung. Kondisi tersebut pada akhirnya mempengaruhi kinerja pembangunan
ekonomi daerah termasuk Kota Pasuruan. Kota Pasuruan sampai saat ini terkendala dengan
masih begitu kecilnya nilai dan tingkat investasi dan permodalan khususnya yang berasal dari
pendanaan bank di tingkat lokal Kota Pasuruan.

7.7.1 Permasalahan
A. Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
a. Rendahnya Produktivitas
Permasalahan utama yang dihadapi oleh UMKM, terutama usaha skala mikro, adalah
rendahnya produktivitas, sehingga menimbulkan kesenjangan yang sangat lebar antara pelaku
UMKM dan usaha besar. Mayoritas UMKM memiliki omzet kurang dari Rp.25 juta/tahun, yang
sebagian besar bergerak di sektor industri, dan serta sektor perdagangan. Hampir seluruhnya
berusaha dengan modal sendiri. Mayoritas pemilik UMKM berpendidikan relatif rendah.
Dengan kondisi seperti itu, kualitas sumberdaya manusia UMKM, khususnya dalam
bidang manajemen, organisasi, penguasaan teknologi, dan pemasaran, serta juga kompetensi
kewirausahaannya, umumnya relatif rendah. Peningkatan produktivitas UMKM sangat
diperlukan untuk mengatasi ketimpangan antar-pelaku, antar-golongan pendapatan, dan
antar-daerah, termasuk penanggulangan kemiskinan, selain sekaligus mendorong peningkatan
daya saing.

b. Terbatasnya Akses ke Sumber Daya Produktif


Usaha mikro, kecil dan menengah menghadapi masalah akses terhadap sumberdaya

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2010–2015 VII–22


produktif, terutama permodalan, teknologi, informasi dan pasar. Dalam hal pendanaan, pelaku
UMKM hampir semuanya menggunakan modal sendiri. Kalaupun ada kucuran kredit, sebagian
besar masih berupa kredit modal kerja, sedangkan untuk kredit investasi sangat terbatas.
Pelaku UMKM menghadapi kesulitan memenuhi persyaratan pinjaman, seperti agunan,
meski usaha mereka layak. Kalangan perbankan, yang merupakan sumber pendanaan
terbesar, masih cenderung memandang UMKM sebagai kegiatan berisiko tinggi. Kebutuhan
modal pelaku UMKM sering dipenuhi lewat pinjaman, baik dari tetangga maupun rentenir
(bank thithil), yang proses peminjamannya relatif tidak berbelit.
Pada saat yang sama, penguasaan teknologi, manajemen, informasi dan pasar masih
jauh dari memadai, dan relatif memerlukan biaya besar untuk dikelola secara mandiri oleh
UMKM. Peran masyarakat dan dunia usaha dalam memberikan pelayanan kepada UMKM juga
belum berkembang, karena masih dipandang kurang menguntungkan.
Para pelaku UMKM sering kesulitan menguasai pasar, karena kualitas produk yang
dihasilkan relatif rendah. Ini berkait penguasaan teknologi produksi, termasuk kemasan yang
digunakan. Usaha mikro, kecil dan menengah umumnya merupakan usaha rumah tangga
dan/atau usaha keluarga, yang dijalankan secara sederhana.

c. Kurang Optimalnya Pengelolaan Pasar


Beberapa aspek pengelolaan pasar di Kota Pasuruan masih membutuhkan upaya
peningkatan, antara lain: ketersediaan sarpras perniagaan yang memadai, penataan eks PKL
alun-alun di Pasar Keboanagung serta belum maksimalnya tingkat hunian pasar (misal,
berdak/toko di lantai 2 Pasar Bersar). Disamping itu, pengelolaan retribusi pasar juga masih
membutuhkan perhatian, agar upaya peningkatan PAD tidak menimbulkan hambatan bagi
usaha para pedagang pasar.

d. Masalah Penataan Pedagang Kaki Lima


Pemerintah Kota telah menerbitkan Peraturan Walikota Nomor 7 Tahun 2009 tentang
Perubahan Atas Peraturan Walikota Pasuruan Nomor 13 Tahun 2007 tentang Penataan
Kawasan Kaki Lima; namun pelaksanaannya, masih menemui berbagai kendala. Masih ditemui
sebagian PKL yang melanggar larangan berjualan pada waktu dan kawasan tertentu,
disamping itu kedisiplinan PKL untuk menjaga kebersihan dan ketertiban kota, masih cukup
rendah.

e. Rendahnya Kualitas Kelembagaan Koperasi


Pengelolaan organisasi dan manajemen usaha kecil dan menengah termasuk yang
berbentuk koperasi masih belum mengacu pada pencapaian kualitas yang optimal dalam
menghadapi ketatnya persaingan usaha. Umumnya sistem pengerjaan dan peralatan kerjanya
masih bersifat tradisional dan sederhana. Pengelolaan manajemen usaha yang masih belum
profesional tersebut juga dipengaruhi oleh terbatasnya tenaga ahli/terampil, selain masih
lemahnya keterlibatan stakeholders lainnya seperti asosiasi/gerakan maupun fasilitasi

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2010–2015 VII–23


pemerintah/daerah.

f. Rendahnya Kinerja Koperasi


Kurangnya pemahaman tentang koperasi sebagai badan usaha yang memiliki struktur
kelembagaan (struktur organisasi, kekuasaan, dan insentif) yang unik, menimbulkan berbagai
permasalahan mendasar yang menjadi kendala bagi kemajuan perkoperasian.
Pertama, banyak koperasi yang terbentuk tanpa didasari adanya kebutuhan atau
kepentingan ekonomi bersama dan prinsip kesukarelaan dari para anggotanya, sehingga
kehilangan jati dirinya sebagai koperasi sejati yang otonom dan swadaya/mandiri. Kedua,
banyak koperasi yang tidak dikelola secara profesional. Ketiga, masih terdapat kebijakan dan
regulasi yang kurang mendukung kemajuan koperasi.
Dan, keempat, koperasi masih sering dijadikan alat oleh segelintir orang/kelompok,
baik di luar maupun di dalam gerakan koperasi itu sendiri, untuk mewujudkan kepentingan
pribadi atau golongannya yang tidak sejalan, atau bahkan bertentangan dengan kepentingan
anggota koperasi yang bersangkutan.

g. Kurang Kondusifnya Iklim Usaha


IKRT mebel dan logam Kota Pasuruan menghadapi kendala persaingan pasar dengan
produk impor, yang berharga murah. Pedagang pasar tradisional menghadapi persaingan
dengan pasar modern. Koperasi dan UMKM pada umumnya juga masih menghadapi berbagai
masalah yang terkait iklim usaha yang kurang kondusif, antara lain, ketidakpastian dan
ketidakjelasan prosedur perijinan yang mengakibatkan besarnya biaya transaksi, panjangnya
proses perijinan dan timbulnya berbagai pungutan tidak resmi.

h. Kurang Optimalnya Pengelolaan Pariwisata


Sebagai kota santri, Kota Pasuruan memiliki sejumlah potensi wisata religi, yang
secara reguler dikunjungi oleh jemaat. Makam KH Abdul Hamid merupakan salah satu yang
menonjol diantaranya. Namun pengelolaan dan ketersediaan sarana penunjang, merupakan
masalah utama pengembangan wisata Kota Pasuruan. Membludaknya kendaraan peziarah
maupun kurang tertibnya PKL, menimbulkan ketidaknyamanan peziarah maupun pengguna
jalan.

B. Pertanian, Kehutanan, Peternakan dan Perikanan


a. Sempitnya Lahan Produktif
Ciri Pertanian di perkotaan adalah semakin sempitnya lahan pertanian serta semakin
sulitnya mencari tenaga kerja di bidang pertanian dan sulitnya mencari tenaga kerja.
Keberadaan (lahan) pertanian yang makin menyempit setali tiga uang dengan penyempitan
lahan hutan mangrove, yang beralih fungsi menjadi tambak. Padahal, fungsi hutan mangrove
sangat penting; bukan hanya untuk mencegah pengikisan pantai maupun media pembibitan
ikan. Lebih dari itu, hutan mangrove juga berfungsi sebagai penyerap karbondioksida.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2010–2015 VII–24


b. Rendahnya Bahan Organik Tanah
Kandungan bahan organik tanah pada lahan pertanian di wilayah kota Pasuruan
sangat rendah, yaitu <2 %. Bahan organik berperan penting dalam menentukan kemampuan
tanah untuk mendukung pertumbuhan tanaman. Peran bahan organik adalah meningkatkan
kesuburan tanah, memperbaiki struktur tanah, meningkatkan kemampuan tanah memegang
air, meningkatkan pori-pori tanah, dan memperbaiki media perkembangan mikroba tanah.
Tanah berkadar bahan organik rendah berarti kemampuan tanah mendukung produktivitas
tanaman rendah.

c. Perubahan iklim Global dan Pencemaran Lingkungan


Dampak perubahan iklim global adalah naiknya suhu permukaan bumi yang dapat
menyebabkan terjadinya gangguan terhadap siklus hidrologi, berupa perubahan pola dan
intensitas curah hujan, kenaikan permukaan laut, peningkatan frekuensi dan intensitas
bencana alam yang dapat menyebabkan terjadinya banjir dan kekeringan.
Bagi sektor pertanian, dampak lanjutan dari perubahan iklim adalah bergesernya pola
dan kalender tanam, perubahan keanekaragaman hayati, eksplosi hama dan penyakit
tanaman dan hewan, serta pada akhirnya adalah penurunan produksi pertanian. Bagi sektor
perikanan, global warming mengakibatkan perubahan suhu laut, yang mendorong terjadinya
migrasi ikan dan gelombang tinggi, sehingga menyebabkan nelayan kecil kesulitan melakukan
operasi penangkapan. Global warming juga mengakibatkan terjadinya perubahan cuaca yang
sangat ekstrem, dan berdampak munculnya serangan penyakit pada ikan budidaya.
Masalah pencemaran —khususnya— di laut bukanlah hal yang baru, karena hampir
semua sampah dan limbah terbuang di laut. Demikian pula dengan wilayah perairan laut
Pasuruan, yang juga mengalami pencemaran; baik dari limbah rumah tangga maupun dari
pabrik-pabrik. Kondisi ini mengakibatkan penurunan kualitas air, serta pendangkalan wilayah
pantai akibat endapan lumpur.

d. Keterbatasan Produksi dan Distribusi Hasil Peternakan


Isu penyakit Avian Influenca (Flu Burung) secara nasional masih memerlukan
kewaspadaan, mengingat masih banyak laporan terjadinya kasus. Walaupun di Kota Pasuruan
tidak terjadi kasus, tetapi bukan berarti sepenuhnya aman dan oleh karenanya harus tetap
meningkatkan kepedulian masyarakat untuk melaksanakan biosecurity, khususnya
pencegahan antara lain dengan penyemprotan desinfektan.
Belakangan ini terjadi fenomena ganjil, seputar produksi dan distribusi hasil
peternakan. Maraknya peredaran daging gelonggong, yaitu daging hasil pemotongan hewan
yang sebelum disembelih diminumi air dengan paksa, untuk merusak fungsi ginjal sehingga
air dapat masuk kedalam jaringan daging yang pada akhirnya menambah berat. Daging tiren
atau daging dari hasil penyembelihan hewan yang telah mati (mati kemaren). Daging
campuran, yaitu daging sapi yang dicampur dengan daging hewan lainnya seperti daging

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2010–2015 VII–25


babi, daging monyet dan daging lain yang harganya lebih murah. Beredarnya daging sapi
impor, yang harganya lebih murah daripada daging sapi lokal.
Fenomena tersebut di atas dapat terjadi karena sistim tata niaga daging yang masih
belum diawasi secara ketat oleh aparat yang berwenang; perilaku konsumen yang
menghendaki harga yang murah; kurangnya pengetahuan masyarakat tentang makan sehat.
dan perilaku pedagang yang selalu ingin untung besar.

e. Belum Optimalnya Budidaya Perikanan


Pada umumnya usaha perikanan budidaya di Kota Pasuruan masih belum
menggunakan teknik budidaya yang tepat dan ramah lingkungan, sehingga pola
pengembangan budidaya khususnya dalam proses produksi masih belum efisien. Budidaya
perikanan belum disertai dengan upaya pengolahan produk turunan, hingga tidak adanya
upaya untuk menjaga kualitas air.
Di samping itu, yang sering menjadi masalah dalam budidaya perikanan adalah
penyediaan benih, bahan baku pakan, sarana irigasi, belum jelasnya pengaturan tata ruang
budidaya, kurangnya pembinaan dan penyuluh/pendampingan dan masalah-masalah lain yang
berkaitan akses modal dan pemasaran.
Masalah penggunaan bahan berbahaya dalam pengolahan ikan bukan hal asing lagi.
Pada fase on farm, permasalahannya adalah penggunaan obat-obatan kimia yang tidak tepat
dosis, sehingga menimbulkan peningkatan katahan penyakit pada obat tertentu, di samping
itu penggunaan obat-obat kimia juga meninggalkan residu yang berbahaya bagi kesehatan.
Pada fase off farm, permasalahannya adalah pengolahan ikan dengan menggunakan formalin,
boraks, bahkan bahan pewarna, pembersih dan pemutih pakaian.

f. Lemahnya Kelembagaan Petani


Kelembagaan Petani yang lemah karena rendahnya kualitas sumberdaya manusia (SDM)
petani ditambah tidak ada atau tidak berfungsinya lembaga petani dan lembaga pendukung
pertanian di perkotaan. Parameter/ukuran penilaian kelas kelompok tani masih belum berjalan
optimal mengingat kurang aktifnya peranan anggota kelompok tani dalam mengembangkan
usaha taninya hal ini juga terkait dengan tingkat SDM petani masih perlu ditingkatkan dengan
pola praktik lapang secara langsung.

C. Peningkatan Iklim Usaha dan Investasi


a. Perijinan yang Belum Efisien
Ekonomi biaya tinggi masih menjadi salah satu faktor penghambat investasi di Kota
Pasuruan, dan di Indonesia pada umumnya. Praktik korupsi melahirkan ekonomi biaya tinggi,
yang mempengaruhi kepercayaan calon investor. Karena itu, untuk mengubah citra negatif
birokrasi perijinan usaha dan investasi, Kota Pasuruan menggagas dan melakukan
penyederhanaan pelayanan perijinan penanaman modal melalui sistem pelayanan satu pintu.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2010–2015 VII–26


b. Rendahnya Kepastian Hukum
Rendahnya kepastian hukum tercermin dari banyaknya tumpang-tindih kebijakan
antara pusat dan daerah, dan antar-sektor. Belum mantapnya pelaksanaan program
desentralisasi mengakibatkan kesimpangsiuran kewenangan antara pemerintah pusat dan
daerah dalam kebijakan investasi. Di samping itu juga terdapat keragaman yang besar dari
kebijakan investasi antar-daerah.

c. Lemahnya Insentif dan Fasilitasi Investasi


Pemberian insentif investasi di Kota Pasuruan relatif tertinggal dibanding daerah-
daerah lain, termasuk insentif retribusi dan perpajakan, dalam menarik penanaman modal.
Seharusnya, sistem pungutan (retribusi dan pajak) yang dilakukan Pemerintah Kota
memberikan kelonggaran pungutan (misal, tax holiday), sehingga dapat menarik investasi.
Pemberian insentif dan fasilitasi eksportir kecil dan menengah masih belum optimal.
Keterbatasan kemampuan sumber daya manusia, dan kecilnya akses mereka terhadap
informasi pasar dan sumber pembiayaan usaha kecil dan menengah (UKM) ekspor masih
menjadi hambatan pokok UKM, yang sangat memberatkan dalam upaya menghasilkan produk
yang memenuhi kuantitas pemesanan, dan kualitas yang konsisten dengan standar teknisnya.

d. Kurangnya Ketersediaan Sarana dan Prasarana Investasi


Fakta menunjukkan, salah satu hambatan utama bagi kelancaran aktivitas bisnis
adalah masalah infrastruktur yang tidak memadai. Rentetan bencana banjir yang terjadi pada
3 tahun terakhir, memiliki kontribusi besar terhadap rusaknya infrastruktur Kota Pasuruan,
terutama jalan.

7.7.2 Sasaran
A. Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
Sasaran pemberdayaan koperasi adalah meningkatnya posisi tawar, dan efisiensi,
serta menguatnya kelembagaan koperasi, sehingga dapat turut memperbaiki kondisi
persaingan usaha di pasar melalui dampak eksternalitas positif yang ditimbulkannya.
Sedangkan sasaran pemberdayaan UMKM adalah makin meluasnya lapangan kerja yang bisa
disediakan, meningkatnya secara signifikan kontribusi UMKM terhadap pertumbuhan ekonomi,
dan makin meningkatnya pemerataan peningkatan pendapatan, yang semuanya tercermin
dari:
1. Meningkatnya nilai tambah sektor inudustri dan perdagangan terhadap PDRB, dengan
IKRT (mebel dan logam) dan pedagang pasar tradisional sebagai pemeran utamanya.
2. Meningkatnya proporsi usaha kecil formal, khususnya IKRT mebel dan logam.
3. Meningkatnya kinerja pasar tradisional, yang diindikasikan dengan ketersediaan sarpras
yang layak dan jumlah pedagang pasar;
4. Terkendalinya pertumbuhan pasar modern, khususnya di wilayah perumahan dan

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2010–2015 VII–27


perkampungan;
5. Tersedianya space khusus untuk men-display produk UKM Kota Pasuruan pada toko ritel
modern
6. Meningkatnya efisiensi dan efektivitas sistem distribusi daerah dan tertib niaga, untuk
mewujudkan perdagangan yang kondusif dan dinamis.
4. Meningkatnya pengelolaan potensi pariwisata, sehingga mampu mendongkrak kinerja
sektor jasa.
5. Meningkatnya kinerja dan jumlah kelembagaan koperasi.

B. Pertanian, Kehutanan, Peternakan dan Perikanan


Bidang Pertanian :
1. Meningkatnya produksi produktivitas sektor pertanian;
2. Terwujudnya peningkatan diversifikasi pangan olahan berbasis lokal
3. Terwujudnya peningkatan promosi produk unggulan daerah melalui pameran antar
daerah
Bidang Peternakan :
1. Meningkatnya populasi dan produksi ternak
Bidang Perkebunan dan Kehutanan :
1. Meningkatnya pemanfaatan lahan dengan tanaman hutan rakyat/perkebunan sebagai
upaya pelestarian sumberdaya alam/lingkungan hidup
2. Peningkatan ketertiban dokumen penatausahaan di bidang kehutanan
Bidang Perikanan dan Kelautan :
1. Meningkatnya produksi dan produktivitas hasil perikanan
2. Meningkatnya kemampuan masyarakat pesisir dalam pemberdayaan potensi pesisir,
laut, air payau, dan air tawar
3. Meningkatnya fungsi tempat pelelangan ikan yang lebih baik

C. Peningkatan Iklim Usaha dan Investasi


Sasaran yang hendak dicapai dalam upaya meningkatkan investasi adalah sebagai
berikut:
1. Terwujudnya iklim investasi yang sehat dengan mengurangi praktik ekonomi biaya
tinggi, yang ditandai dengan kepastian prosedur (tahapan), lama waktu dan biaya
perijinan.
2. Meningkatnya peran investasi terhadap Produk Domestik Regional Bruto secara
bertahap, terutama investasi di bidang industri dan perdagangan.
3. Meningkatnya pembangunan dan rehabilitasi infrastruktur untuk mendukung
peningkatan investasi dan usaha.
4. Meningkatnya efektifitas promosi investasi dan kerjasama investasi.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2010–2015 VII–28


7.7.3 Arah Kebijakan
A. Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
Untuk mewujudkan sasaran tersebut, pemberdayaan koperasi dan UMKM dilaksanakan
dalam kerangka arah kebijakan:
1. Mengembangkan usaha kecil dan menengah (UKM) yang diarahkan untuk memberikan
kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja;
sedangkan pengembangan usaha skala mikro lebih diarahkan untuk memberikan
kontribusi dalam peningkatan pendapatan pada kelompok masyarakat berpendapatan
rendah, atau masyarakat miskin.
2. Membangun jejaring kerja dengan pemasok-regulator-stakeholders untuk menjamin
ketersediaan dan keterjangkauan bahan baku, khususnya bagi pengrajin kayu dan
logam.
3. Memperkuat peran kelembagaan, terutama untuk:
a. Memperluas akses kepada sumber permodalan, khususnya perbankan.
b. Memperbaiki lingkungan usaha, dan menyederhanakan prosedur perijinan.
c. Memperluas dan meningkatkan kualitas institusi pendukung yang menjalankan
fungsi intermediasi sebagai penyedia jasa pengembangan usaha, teknologi,
manajemen, pemasaran dan informasi.
4. Memperluas basis dan kesempatan berusaha, serta menumbuhkan wirausaha baru
berkeunggulan untuk mendorong pertumbuhan dan penciptaan lapangan kerja.
5. Memediasi peningkatan jangkauan pemasaran produk UKM dengan memanfaatkan
teknologi informasi, melalui sistem pemasaran secara on line; maupun
mengikutsertakan UKM dalam pameran.
6. Meningkatkan jalinan kemitraan UKM dengan usaha skala besar, yang memberikan
peluang bagi UKM untuk memperoleh transfer teknik produksi dan pengelolaan usaha
serta perluasan pasar.
7. Mengembangkan UMKM untuk makin berperan sebagai penyedia barang dan jasa pada
pasar domestik, khususnya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sekitar.
8. Meningkatkan ketersediaan sarana-prasarana pasar secara memadai, yang menunjang
tingkat hunian pasar.
9. Meningkatkan kinerja perdagangan informal, melalui penataan pedagang kaki lima
(PKL) di tempat-tempat yang telah disediakan, untuk mendukung ketertiban dan
keindahan kota.
9. Merintis pembangunan sarana dan prasarana, demi terkelolanya potensi pariwisata Kota
Pasuruan secara optimal.
10. Membangun koperasi yang diarahkan dan difokuskan pada upaya untuk:
a. Membenahi dan memperkuat tatanan kelembagaan dan organisasi koperasi, serta
kepastian hukum yang menjamin terlindunginya koperasi dan/atau anggotanya dari

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2010–2015 VII–29


praktik-praktik persaingan usaha yang tidak sehat.
b. Meningkatkan pemahaman, kepedulian dan dukungan pemangku kepentingan
(stakeholders) kepada koperasi.
c. Meningkatkan kemandirian gerakan koperasi.

B. Pertanian, Kehutanan, Peternakan dan Perikanan


Untuk mewujudkan sasaran tersebut, pembangunan pertanian, kehutanan,
peternakan dan perikanan ditempuh melalui tiga langkah pokok:
1. Meningkatkan kemampuan petani dan penguatan lembaga pendukungnya dengan
kebijakan yang diarahkan kepada:
a. Pengadaan penyuluhan dan pendampingan petani, termasuk peternak, nelayan,
dan pembudidaya ikan.
b. Menghidupkan dan memperkuat lembaga pertanian untuk meningkatkan akses
petani dan nelayan terhadap sarana produktif.
c. Meningkatkan kemampuan/kualitas sumber daya manusia pertanian, peternakan
dan perikanan.
2. Meningkatkan produktivitas, produksi, daya saing, dan nilai tambah produk pertanian
dan perikanan dengan kebijakan yang diarahkan kepada:
a. Mengembangkan usaha pertanian yang mengarah pada peningkatan efisisensi dan
nilai tambah, serta mendukung perekonomian daerah.
b. Munyusun langkah-langkah peningkatan daya saing produk pertanian dan
perikanan misalnya dorongan dan insentif untuk peningkatan pasca-panen, serta
pengolahan hasil pertanian dan perikanan, peningkatan standar mutu komoditas
pertanian dan keamanan pangan.
c. Meningkatkan pemanfaatan sumberdaya perikanan dalam mendukung ekonomi
dan tetap menjaga kelestariannya.
3. Memanfaatkan hutan untuk optimalisasi pemanfaatan hutan alam dan pengembangan
hutan tanaman secara berkelanjutan.

C. Peningkatan Iklim Usaha dan Investasi


Untuk mewujudkan sasaran tersebut, penciptaan iklim investasi yang sehat dan
peningkatan daya saing dilaksanakan dalam kerangka arah kebijakan:
1. Mengurangi biaya transaksi dan praktik ekonomi biaya tinggi, baik untuk tahapan
memulai maupun operasi suatu usaha, melalui penyederhanaan prosedur perijinan,
serta pengembangan kapasitas lembaga publik pelaksananya, terutama untuk
mengurangi hambatan UKM.
2. Meningkatkan jaminan kepastian usaha dan penegakan hukum, terutama berkenaan
kepentingan menghormati kontrak usaha dan pengaturan yang adil pada mekanisme

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2010–2015 VII–30


penyelesaian konflik atau perbedaan pendapat (dispute settlements).
3. Merumuskan sistem insentif dalam kebijakan investasi untuk menarik investor; serta
memperbaiki kinerja kelembagaan penanaman modal sebagai lembaga fasilitasi dan
promosi investasi yang berdaya saing.

7.7.4 Program
Berdasarkan sasaran dan arah kebijakan tersebut di atas, maka langkah-langkah yang
akan dilaksanakan dijabarkan ke dalam program-program pembangunan indikatif berikut.
Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan
1. Program Pemberdayaan UMKM
2. Program Pengembangan Sistem Pendukung Usaha bagi KUMKM
3. Program Peningkatan Kualitas Kelembagaan Koperasi
4. Program Pemberdayaan Koperasi
5. Program Peningkatan Pengawasan dan Pengendalian KSP/USP
6. Program Peningkatan Kualitas Kelembagaan Koperasi
7. Program Perlindungan Konsumen dan Pengamanan Perdagangan
8. Program Pengembangan Perdagangan Dalam Negeri
9. Program Peningkatan Efisiensi Perdagangan Dalam Negeri
10. Program Pengembangan Perdagangan Internasional
11. Program Peningkatan Kemampuan Sistem Produksi
12. Program Peningkatan Kemampuan Teknologi Industri
13. Program Pengembangan Industri Kecil dan Menengah
14. Program Penataan Struktur Industri
Dinas Pertanian, Kehutanan, Kelautan dan Perikanan
1. Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Pertanian/Perkebunan
2. Program Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian/Perkebunan
3. Program Peningkatan Produksi Pertanian/Perkebunan
4. Program Pemberdayaan Penyuluh Pertanian/Perkebunan Lapangan
5. Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Tenak
6. Program Peningkatan Produksi Hasil Peternakan
7. Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Peternakan
8. Program Peningkatan Penerapan Teknologi Peternakan
9. Program Penyediaan Pangan Yang ASUH ( Aman Sehat Utuh dan Halal)
10. Program Peningkatan Pelayanan RPH
11. Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan
12. Program Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Hutan
13. Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Hutan
14. Program Pembinaan dan Penertiban Industri Hasil Hutan

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2010–2015 VII–31


15. Program Perencanaan dan Pengembangan Hutan
16. Program Pengembangan Usaha Perkebunan Rakyat
17. Program Peningkatan Pendayagunaan Sumber Daya Hutan Mangrove
18. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Kehutanan
19. Program Pengembangan SDM Kehutanan
20. Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir
21. Program Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pengawasan dan Pengendalian Sumber
Daya Kelautan
22. Program Peningkatan Kesadaran dan Penegakan Hukum Dalam Pendayagunaan
Sumberdaya Laut
23. Program Pengembangan Budidaya Perikanan
24. Program Pengembangan Perikanan Tangkap
25. Program Pengembangan Kawasan Budidaya Laut Air Payau dan Air Laut
26. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Perikanan
27. Program Pengembangan Sistem Penyuluhan Perikanan
28. Program Optimalisasi Pengelolahan dan Pemasaran Produksi Perikanan
29. Program Peningkatan Kegiatan Budaya Kelautan dan Wawasan Maritim Kepada
Masyarakat
30. Program Peningkatan Mitigasi Bencana Alam Laut dan Prakiraan Iklim Laut
Dinas Pemuda, Olah Raga, Kebudayaan dan Pariwisata
1. Program Pembangunan Pemasaran Pariwisata
2. Program Pembangunan Kemitraan
3. Program Pengembangan Destinasi Pariwisata
4. Program Bantuan Keuangan
5. Program Pengelolaan Keragaman Budaya
6. Program Hibah Kepada Kelompok Masyarakat (pariwisata)
Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perijinan Terpadu
1. Program Peningkatan Promosi dan Kerja Sama Investasi
2. Program Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi Investasi
3. Program Penyiapan Potensi Sumberdaya, Sarana dan Prasarana Daerah
4. Program Pengembangan Informasi Perijinan
5. Program Peningkatan Kualitas Pelayanan Perijinan
6. Program Peningkatan Sarana Prasarana Aparatur
Kebutuhan dana indikatif untuk melaksanakan program-program tahun 2010–2015,
sebagaimana tersebut di atas, tersaji pada tabel 7.8

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2010–2015 VII–32


Tabel 7.8
Pagu Indikatif Kebutuhan Pendanaan Program
Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil Menengah, serta Peningkatan Iklim Usaha dan Investasi
Tahun 2010–2015
Kebutuhan Pendanaan Program Indikatif (Rp.000)
No. Uraian
2011 2012 2013 2014 2015
1 Prioritas VII 12.030.976 20.883.900 21.948.932 21.444.360 24.484.828

7.8 Pembangunan, Pemeliharaan dan Perbaikan Infrastruktur


Infrastruktur merupakan roda penggerak pertumbuhan ekonomi dan aktivitas sosial.
Kegiatan sektor transportasi merupakan tulang punggung pola distribusi, baik barang maupun
penumpang. Infrastruktur lainnya, seperti kelistrikan dan telekomunikasi, terkait dengan
upaya modernisasi, dan penyediaannya merupakan salah satu aspek terpenting untuk
meningkatkan produktivitas sektor produksi. Ketersediaan sarana perumahan dan
permukiman, antara lain air minum dan sanitasi, secara luas dan merata, serta pengelolaan
sumberdaya air yang berkelanjutan secara khusus menentukan tingkat kesejahteraan
masyarakat.

7.8.1 Permasalahan
A. Pekerjaan Umum
a. Terbatasnya pemenuhan air bersih di lingkungan permukiman dan perumahan
Masih belum tercovernya seluruh kebutuhan air bersih di lingkungan permukiman
khususnya di wilayah Kota Pasuruan bagian utara, serta pada permukinan dan perumahan
baru. Diperkirakan pada beberapa tahun ke depan, tingkat kebutuhan akan air bersih semakin
meningkat, hal ini terjadi akibat berkembangnya wilayah permukiman, industri dan
perdagangan. Selain itu peningkatan kebutuhan akan air bersih dikarenakan pemanfaatan air
bersih yang selama berasal dari air tanah (sumur dangkal dan sumur dalam), beralih dengan
memanfaatkan jaringan air bersih dari PDAM.

b. Kurang Optimalnya Tingkat Layanan Jaringan Irigasi


Luas areal sawah beririgasi di Kota Pasuruan mencapai 903.735 hektar, sekitar 30%
jaringan irigasi yang melayani areal tersebut kurang optimal, di samping karena mengalami
kerusakan dalam berbagai tingkatan, juga belum lengkapnya sistem jaringan,
ketidaktersediaan air, belum tercukupinya dana operasi dan pemeliharaan yang memadai,
ketidaksiapan petani penggarap, atau terjadinya mutasi lahan. Permasalahan yang dihadapi
adalah kecepatan kerusakan jaringan irigasi yang disebabkan umur teknis/konstruksi, dan
akibat bencana alam.
Selain penurunan keandalan layanan jaringan irigasi, luas sawah produktif beririgasi
juga makin menurun karena alih fungsi lahan menjadi non-pertanian, terutama untuk
perumahan. Lahan pertanian Kota Pasuruan tahun 2008 seluas 1.210 Ha. Apabila

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2010–2015 VII–33


dibandingkan dengan tahun 2005 yang luasnya 1373 Ha terjadi penurunan sebesar 11,87%.
Hal ini disebabkan karena berkembangnya pembangunan pemukiman, industri dan
perkantoran.

c. Kondisi Jaringan Jalan Menurun


Penurunan kondisi jaringan jalan, antara lain, disebabkan kualitas konstruksi jalan
yang belum optimal, pembebanan berlebih (excessive over loading), bencana alam seperti
longsor, dan banjir, serta menurunnya kemampuan pembiayaan pemeliharaan jalan.
Jaringan jalan di Kota Pasuruan terletak pada pusat jaringan jalan wilayah Kabupaten
Pasuruan, sehingga Kota Pasuruan dalam hal ini berfungsi sebagai terminal jasa distribusi bagi
pengembangan wilayah dan juga sebagai penyedia berbagai macam kebutuhan bagi daerah
Kabupaten Pasuruan yang merupakan hinterland

d. Kerusakan Akibat Beban Muatan Lebih


Pelanggaran terhadap ketentuan batas muatan kendaraan ikut mempercepat
kerusakan prasarana transportasi jalan raya sebelum umur teknis jalan tercapai. Untuk
memperbaiki jalan tersebut dibutuhkan biaya tambahan, yang mengurangi alokasi dana untuk
jalan yang lain, sehingga pada akhirnya pengelolaan seluruh jaringan jalan akan terganggu.
Selain itu, kerugian paling besar secara langsung akan dialami oleh pengguna jalan, yaitu
bertambahnya waktu tempuh perjalanan sehingga biaya operasional kendaraan semakin
tinggi, serta akibat tak langsung komponen biaya transportasi pada proses distribusi barang
semakin bertambah.

B. Perhubungan
a. Manajemen Lalu Lintas dan Transportasi yang Masih Lemah
Kondisi kualitas dan kuantitas sarana lalu lintas masih cukup terbatas, yang
diantaranya diindikasikan dengan: lampu lalu lintas kerap mati, posisi rambu lalu lintas yang
terhalangi hingga kurangnya ketersediaan halte bis yang layak. Pemanfaatan terminal dan sub
termunal yang kurang optimal, diindikasikan dengan sedikitnya jumlah angkutan umum yang
melakukan aktivitas menaikkan dan menurunkan penumpang di terminal. Masalah
pengelolaan parkir berlangganan juga menjadi tantangan tersendiri bagi pengelolaan
transportasi di Kota Pasuruan.

C. Perumahan dan Permukiman


a. Menjamurnya Pertumbuhan Perumahan
Perkembangan kawasan perumahan di Kota Pasuruan, meningkat pesat dalam 5 tahun
terakhir. Hal ini menimbulkan permasalahan pengelolaan tata ruang dan alih fungsi lahan,
demi menjaga keseimbangan proporsi lahan produktif dengan kawasan resapan air.
Kawasan permukiman dengan kondisi yang kurang layak dari aspek kesehatan, atau
dikenal dengan kawasan kumuh, banyak tersebar di wilayah utara yang notabene merupakan

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2010–2015 VII–34


perkampungan nelayan. Kondisi sanitasi yang kurang layak hingga perkampungan yang dekat
dengan tempat penampungan sampah sementara, berpotensi menimbulkan masalah
kesehatan dan mengganggu kenyamanan penghuninya.

b. Belum Optimalnya Pelayanan Air Minum, Pengelolaan Air Limbah, Drainase


serta Persampahan
Pembangunan dalam rangka penyediaan air minum menghadapi masalah yaitu masih
rendahnya cakupan pelayanan air minum PDAM, sulitnya menurunkan tingkat kebocoran, dan
penerapan tarif yang masih di bawah biaya produksi.
Pembangunan air limbah menghadapi masalah rendahnya cakupan pelayanan air
limbah, dan rendahnya perilaku masyarakat dalam penanganan air limbah. Semua ini karena
rendahnya tingkat kesadaran masyarakat akan pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS), serta belum berkembangnya pelayanan sistem pembuangan air limbah terpusat
(sewerage system) dan sistem komunal.
Permasalahan utama pembangunan persampahan adalah tidak seimbangnya
pertambahan produksi sampah dengan peningkatan kapasitas pengelolaan sampah.
Akibatnya, terjadi pencemaran tanah, udara dan air yang, antara lain, karena menurunnya
kualitas pengelolaan Tempat Pembuangan Akhir (TPA), meningkatnya volume sampah yang
dibuang ke sungai, dan makin terbatasnya lahan untuk TPA.
Pembangunan drainase menghadapi masalah makin meluasnya daerah genangan
yang disebabkan makin berkurangnya lahan terbuka hijau, tidak berfungsinya saluran
drainase secara optimal, terpakainya saluran drainase untuk pembuangan sampah, serta
rendahnya operasi dan pemeliharaan saluran drainase.

7.8.2 Sasaran
A. Pekerjaan Umum
1. Meningkatnya pemenuhan kebutuhan air bagi rumah tangga, permukiman, industri dan
pertanian, dengan prioritas utama untuk kebutuhan pokok masyarakat miskin dan
pertanian rakyat di daerah sulit air.
2. Berkurangnya dampak bencana banjir, dan kekeringan, yang ditandai dengan
berkurangnya luas daerah genangan banjir, dan luas areal yang mengalami kekeringan.
3. Berlanjutnya pembentukan Himpunan Petani Pemakai Air (HIPPA).
4. Terkendalinya pemanfaatan air tanah, yang disertai dengan terkendalinya pencemaran
air.
5. Terpeliharanya dan meningkatnya daya dukung, kapasitas, maupun dan kualitas
pelayanan prasarana jalan dan jembatan untuk daerah-daerah yang perekonomiannya
berkembang pesat.
6. Berkurangnya prasarana jalan dan jembatan yang berada dalam kondisi rusak.
7. Terwujudnya partisipasi aktif swasta dalam pembangunan dan penyelenggaraan

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2010–2015 VII–35


pelayanan prasarana jalan.

B. Perhubungan
1. Meningkatnya kedisiplinan masyarakat dalam berlalu lintas, yang ditandai dengan
menurunnya jumlah pelanggaran lalu-lintas, dan muatan lebih di jalan, sehingga dapat
menurunkan kerugian ekonomi yang diakibatkannya.
2. Meningkatnya kelaikan dan jumlah sarana dan prasarana LLAJ.
3. Menurunnya tingkat kecelakaan dan fatalitas kecelakaan lalu lintas di jalan, serta
meningkatnya kualitas pelayanan angkutan dalam hal ketertiban, keamanan dan
kenyaman transportasi jalan, terutama angkutan umum.
4. Meningkatnya peranserta swasta dan masyarakat dalam penyelenggaraan transportasi
jalan.
5. Terwujudnya perencanaan transportasi perkotaan yang terpadu dengan pengembangan
wilayah.

C. Perumahan dan Permukiman


1. Terwujudnya pemenuhan sarana dan prasarana perumahan yang layak bagi
masyarakat, terutama masyarakat miskin, dan yang berpendapatan rendah.
5. Meningkatnya cakupan pelayanan air minum perpipaan, sekaligus disertai menurunnya
kebocoran penyaluran air minum.
6. Meningkatnya kuantitas dan kualitas air baku untuk pengolahan air minum, disertai
meningkatnya kinerja pengelolaan air minum dan air limbah.
7. Terwujudnya pengembangan sistem air limbah terpusat dengan pemanfaatan instalasi
pengolah limbah di perkotaan.
8. Meningkatnya cakupan pelayanan prasarana sanitasi di kelurahan, dan meningkatnya
aksesibilitas masyarakat terhadap sarana sanitasi dasar.
9. Meningkatnya volume sampah yang dapat terangkut di kawasan perkotaan, serta
meningkatnya kinerja pengelolaan sampah yang ramah lingkungan.
10. Meningkatnya peranserta swasta dalam pembangunan dan pengelolaan sampah.
12. Berkembangnya peranserta masyarakat dalam pengelolaan dan pemeliharaan sarana
persampahan dan drainase.
13. Meningkatnya kesadaran masyarakat untuk mengembangkan perilaku hidup bersih dan
sehat (PHBS).
14. Meningkatnya kinerja dan sumberdaya manusia aparat pengelola sampah dan drainase.
15. Meningkatnya pengembangan fungsi saluran drainase sebagai pematus air hujan,
sehingga dapat mengurangi luasan daerah genangan.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2010–2015 VII–36


7.8.3 Arah Kebijakan
A. Pekerjaan Umum
1. Pemulihan pelayanan sumberdaya air yang rusak akibat bencana alam dilakukan secara
darurat, terutama penyediaan air baku bagi masyarakat dengan mempertimbangkan
pengendalian banjir.
2. Penanggulangan banjir diutamakan pada wilayah berpenduduk padat yang dihuni
masyarakat miskin, dan wilayah strategis.
3. Meningkatkan konservasi air ditujukan untuk melestarikan kuantitas air, dan juga
memelihara kualitas air.
4. Penyelenggaraan operasi dan pemeliharaan jaringan dalam seluruh proses kegiatannya
dilakukan berbasis partisipasi masyarakat.
5. Mengendalikan kecenderungan meningkatnya alih fungsi lahan melalui pengembangan
berbagai skema insentif kepada petani agar bersedia mempertahankan lahan sawahnya.
6. Mengendalikan pemanfaatan air tanah untuk menjaga kelestarian lingkungan.
7. Menata kelembagaan pengelolaan sumberdaya air melalui pengaturan kembali
kewenangan dan tanggungjawab masing-masing pemangku kepentingan.
8. Meningkatkan pemeliharaan rutin dan berkala prasarana jalan dan jembatan.
9. Penanganan cepat terhadap perbaikan prasarana jalan dan jembatan yang rusak akibat
bencana alam.
10. Meningkatkan daya dukung dan kapasitas jalan dan jembatan untuk mengantisipasi
pertumbuhan lalu lintas.
11. Mendorong peran serta aktif masyarakat dan swasta dalam penyelenggaraan dan
penyediaan prasarana jalan.

B. Perhubungan
1. Meningkatkan keselamatan lalu lintas jalan secara komprehensif dan terpadu dari
berbagai aspek.
2. Meningkatkan kelancaran pelayanan angkutan jalan secara terpadu, melalui: penataan
sistem jaringan terminal; manajemen lalu lintas; pemasangan fasilitas dan rambu jalan;
penegakan hukum dan disiplin di jalan; penataan ijin trayek.
3. Meningkatkan kondisi pelayanan prasarana jalan melalui penanganan dan penindakan
muatan lebih.
4. Meningkatkan profesionalisme SDM (petugas, disiplin operator dan pengguna jalan),
meningkatkan kemampuan manajemen dan rekayasa lalu-lintas, serta pembinaan teknis
tentang pelayanan operasional transportasi.

C. Perumahan dan Permukiman


1. Mendorong pembangunan perumahan yang bertumpu pada kemandirian (swadaya)
kelompok masyarakat.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2010–2015 VII–37


2. Meningkatkan peran serta seluruh pemangku kepentingan (stakeholders) untuk
mencapai sasaran cakupan pelayanan air minum perkotaan, serta pengendalian
kebocoran penyaluran air minum.
3. Meningkatkan kinerja pengelolaan air minum dan air limbah.
4. Meningkatkan peranserta dan seluruh potensi masyarakat, serta usaha swasta, dalam
pelestarian sumber air, serta pemeliharaan dan pengelolaan sarana air minum dan air
limbah.
5. Mendorong terwujudnya sistem pembuangan air limbah terpusat.
6. Meningkatkan cakupan pelayanan sarana sanitasi dasar di kelurahan, terutama untuk
penduduk miskin.
7. Meningkatkan pembangunan dan pengelolaan sampah melalui kerjasama dengan mitra
swasta.
8. Meningkatkan peranserta dan seluruh potensi masyarakat dalam pengelolaan dan
pemeliharaan sarana persampahan dan drainase, termasuk mendorong terbentuknya
regionalisasi pengelolaan persampahan.

7.8.4 Program
Dinas Pekerjaan Umum
1. Program Pengembangan dan Pengelolaan Irigasi, Rawa dan Jaringan lainnya
2. Program Pengendalian Banjir
3. Program Pembangunan Jalan dan Jembatan
4. Program Rehabilitasi/Pemeliharaan Jalan dan jembatan
5. Program Pembangunan Saluran Drainase/Gorong-Gorong
6. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Kebinamargaan
7. Program Peningkatan sarana prasarana penerangan jalan
8. Program Pengembangan kinerja pengelolaan air minum & air limbah
9. Program Pengembangan lingkungan sehat perumahan
10. Program Pengembangan Perumahan
11. Program Pengelolaan ruang terbuka hijau (RTH)
12. Program Peningkatan Prasarana Fasilitas Umum
13. Program Pengembangan kinerja pengelolaan persampahan
14. Program Peningkatan Prasarana dan Sarana Persampahan
15. Program Pengelolaan Areal Pemakaman
Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika
1. Program Pembangunan Prasarana dan Fasilitas Perhubungan
2. Program Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana dan Fasilitas LLAJ
3. Program Peningkatan Pelayanan Angkutan

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2010–2015 VII–38


4. Program Pembangunan Sarana dan Prasarana Perhubungan
5. Program Pengendalian dan Pengamanan Lalu Lintas
6. Program Peningkatan Pelayanan Perparkiran
Kebutuhan dana indikatif untuk melaksanakan program-program tahun 2011–2015,
sebagaimana tersebut di atas, tersaji pada tabel 7.9

Tabel 7.9
Pagu Indikatif Kebutuhan Pendanaan Program
Pembangunan, Pemeliharaan dan Perbaikan Infrastruktur Tahun 2010–2015
Kebutuhan Pendanaan Program Indikatif (Rp.000)
No. Uraian
2011 2012 2013 2014 2015
1 Prioritas VIII 17.013.096 34.724.111 32.190.000 32.320.000 34.507.500

7.9 Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Penataan Ruang


Aktivitas manusia, baik sosial maupun ekonomi, yang tidak ramah lingkungan
kerapkali menimbulkan pencemaran. Pencemaran lingkungan, baik pada medium air, udara
maupun tanah, menyebabkan kualitas lingkungan hidup semakin menurun. Kasus-kasus
pencemaran lingkungan cenderung meningkat. Hal ini disebabkan laju pertumbuhan
penduduk yang cenderung terkonsentrasi di wilayah perkotaan, perubahan gaya hidup yang
konsumtif, serta rendahnya kesadaran masyarakat.
Kerusakan lingkungan hidup pada akhirnya akan membawa kerugian sosial ekonomi
yang sangat besar bagi spenduduk yang bermukim di wilayah itu khususnya, dan masyarakat
secara keseluruhan. Karena itu, pembangunan ekonomi harus diarahkan pada kegiatan yang
ramah lingkungan sehingga pencemaran dan penurunan kualitas lingkungan dapat
dikendalikan, serta diarahkan pula pada pengembangan ekonomi yang lebih memanfaatkan
jasa lingkungan. Pemulihan dan rehabilitasi kondisi lingkungan hidup diprioritaskan pada
upaya meningkatkan daya dukung lingkungan dalam menunjang pembangunan berkelanjutan.
Penataan ruang, pada hakikatnya mengatur pemanfaatan ruang bagi aktivitas
manusia sedemikian rupa, untuk menjamin terwujudnya pembangunan berkelanjutan.
Kelestarian daya dukung lingkungan merupakan prasyarat yang diperlukan, agar
pembangunan dapat terlaksana secara berkelanjutan. Salah satu sspek tata ruang yang kental
dengan upaya pelestarian lingkungan hidup, adalah pengaturan ruang terbuka hijau (RTH),
untuk menjaga fungsi serapan air hujan.

7.9.1 Permasalahan
a. Meningkatnya Kerusakan Daerah Aliran dan Bantaran Sungai
Praktik penebangan liar dan konversi lahan menimbulkan dampak luas, yaitu
kerusakan ekosistem dalam tatanan daerah aliran sungai (DAS). Akibatnya, DAS berkondisi
kritis meningkat. Kerusakan DAS juga dipacu oleh pengelolaan DAS yang kurang terkoordinasi

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2010–2015 VII–39


antara hulu dan hilir serta kelembagaan yang masih lemah. Hal ini akan mengancam
keseimbangan ekosistem secara luas, khususnya cadangan dan pasokan air yang sangat
dibutuhkan untuk irigasi, pertanian, industri, dan konsumsi rumah tangga. Sehingga kota
pesisir seperti Pasuruan pun menerima dampaknya yang setelah berkelindan dengan berbagai
pencemaran dan perilaku tak ramah lingkungan di sepanjang bantaran sungainya, maka
tingkat kerusakan lingkungan yang dialami juga cukup memprihatinkan.

b. Rusaknya Habitat Ekosistem Pesisir dan Laut


Kerusakan habitat ekosistem di wilayah pesisir dan laut makin meningkat, khususnya
di wilayah padat kegiatan seperti pantai utara Kota Pasuruan. Rusaknya habitat ekosistem
pesisir, seperti deforestasi mangrove, serta terjadinya degradasi sebagian besar terumbu
karang mengakibatkan erosi pantai dan berkurangnya keanekaragaman hayati (biodiversity).
Sementara itu, laju sedimentasi yang merusak perairan pesisir juga terus meningkat.
Beberapa muara sungai mengalami pendangkalan yang cepat, akibat tingginya laju
sedimentasi disebabkan kegiatan di lahan atas yang tidak dilakukan dengan benar, bahkan
mengabaikan asas konservasi tanah.
Di samping itu, tingkat pencemaran di beberapa kawasan pesisir dan laut juga berada
pada kondisi sangat memprihatinkan. Sumber utama pencemaran pesisir dan laut terutama
berasal dari darat, yaitu kegiatan industri, rumah tangga, dan pertanian. Sumber pencemaran
juga berasal dari berbagai kegiatan di laut, yakni dari kegiatan perhubungan laut.

c. Makin Meningkatnya Pencemaran Air


Limbah industri, pertanian, dan rumah tangga merupakan penyumbang terbesar
terhadap pencemaran air. Kualitas air permukaan juga menunjukkan kondisi yang
memprihatinkan. Kondisi air tanah, juga mengkhawatirkan karena terjadinya intrusi air laut.
Pengamanan lingkungan hidup yang rusak dan tercemar di Kota Pasuruan dilakukan
melalui upaya konservasi dan rehabilitasi yang dimaksudkan untuk memulihkan kondisi
lingkungan hidup, sehingga dapat kembali berfungsi secara optimal sebagai penyangga sistem
kehidupan. Untuk mengurangi tingkat kerusakan di daerah sekitar sungai, dilakukan
pengendalian pencemaran lingkungan antara lain melalui normalisasi sungai, serta rehabilitasi
lahan kritis di sepanjang daerah aliran sungai.

d. Menurunnya Kualitas Udara


Walaupun tingkat pencemaran udara di Kota pasuruan masih berada di bawah
ambang batas, namun diyakini kualitasnya mengalami penurunan. Keyakinan ini didasari oleh
semakin banyaknya populasi polutan (misal, kendaraan bermotor), sementara penyerap
karbondioksia relatif tetap bahkan cenderung menurun dari waktu ke waktu (misal, pohon).
Selain itu, limbah B3 (bahan berbahaya dan beracun) yang berasal dari rumah sakit,
industri, dan permukiman juga belum dikelola secara serius. Tingginya biaya, rumitnya
pengelolaan B3, serta rendahnya pemahaman masyarakat menjadi kendala tersendiri dalam

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2010–2015 VII–40


upaya mengurangi dampak negatif limbah terutama limbah B3 terhadap lingkungan.

e. Belum Berkembangnya Sistem Mitigasi Bencana Alam


Kota Pasuruan cukup rentan terhadap bencana alam, khususnya banjir. Apabila tidak
disikapi dengan pengembangan sistem kewaspadaan dini (early warning system), maka
bencana alam tersebut akan mengancam kehidupan manusia, flora, fauna, dan infrastruktur
prasarana publik yang telah dibangun. Pengembangan kebijakan sistem mitigasi bencana
alam menjadi sangat penting, yang antara lain melalui pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang mampu membantu mengurangi dampak negatif bencana tersebut.
Di samping itu, dukungan pemahaman akan “kawasan rawan bencana” perlu
dipetakan secara baik, dan rencana tata ruang yang disusun dengan memperhitungkan
kawasan rawan bencana geologi dan lokasi kegiatan ekonomi, serta pola pembangunan kota
disesuaikan daya dukung lingkungan lokal. Upaya-upaya lain yang perlu dilakukan adalah
pembangunan sabuk alami (mangrove dan terumbu karang) di wilayah pesisir.

f. Tingginya Pencemaran Limbah Padat


Meningkatnya pendapatan dan perubahan gaya hidup masyarakat perkotaan
berdampak pada peningkatan pencemaran akibat limbah padat, cair, maupun gas secara
signifikan. Untuk limbah padat, hal ini membebani sistem pengelolaan sampah, khususnya
tempat pembuangan akhir sampah (TPA). Selain itu, sampah juga belum diolah dan dikelola
secara sepenuhnya sistematis, hanya ditimbun begitu saja, sehingga mencemari tanah
maupun air, menimbulkan genangan leacheate, dan mengancam kesehatan masyarakat.

g. Masih Rendahnya Kesadaran Masyarakat


Masyarakat umumnya menganggap, sumberdaya alam akan tersedia selamanya dalam
jumlah yang tidak terbatas, secara cuma-cuma. Air, udara, iklim, serta kekayaan alam lainnya
dianggap sebagai anugerah Tuhan yang tidak akan pernah habis. Demikian pula pandangan,
lingkungan hidup akan selalu mampu memulihkan daya dukung dan kelestarian fungsinya
sendiri.
Pandangan demikian sangat menyesatkan, akibatnya masyarakat tidak termotivasi ikut
serta memelihara sumberdaya alam dan lingkungan hidup di sekitarnya. Hal ini dipersulit
dengan adanya berbagai masalah mendasar seperti kemiskinan, rendahnya tingkat
pendidikan, dan keserakahan. Selain permasalahan tersebut di atas, juga terdapat berbagai
permasalahan lain yang akhir-akhir ini justru sangat menonjol, termasuk masalah-masalah
dampak dari bencana, dan permasalahan lingkungan lainnya yang terjadi karena fenomena
alam yang bersifat musiman.

i. Belum Optimalnya Penggunaan Rencana Tata Ruang dan Sistem Pengelolaan


Pertanahan
Pembangunan yang dilakukan di suatu wilayah masih sering dilakukan tanpa
mempertimbangkan keberlanjutannya. Keinginan memperoleh keuntungan ekonomi jangka

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2010–2015 VII–41


pendek sering menimbulkan keinginan untuk mengeksploitasi sumber daya alam secara
berkelebihan sehingga menurunkan kualitas (degradasi) dan kuantitas (deplesi) sumber daya
alam dan lingkungan hidup.
Dari sisi pemanfaatan ruang menunjukkan masih terkonsentrasinya beberapa aktivitas
ekonomi pada wilayah tertentu yang mengakibatkan kurang seimbangnya perkembangan dan
pertumbuhan antar-wilayah, dan tidak terjadi pemerataan pembangunan. Karena itu perlu
diciptakan sentra-sentra baru untuk pemerataan pertumbuhan dan perkembangan melalui
pendekatan pusat pertumbuhan (growth pole), serta membantu perkembangan pusat yang
paling memberi harapan bagi pembangunan ekonomi lokal, dengan mendorong partisipasi
lokal.
Untuk memobilisasi seluruh potensi yang ada dalam satu satuan wilayah, mewujudkan
keserasian antar-sektor dalam wujud spasial, pengaturan struktur dan pola pemanfaatan
ruang (regional planning) harus dilakukan secara efisein, tertib dan bijaksana. Demikian pula
dengan pemanfaatan lahan (land management) terus didorong untuk mengakomodasi
perubahan peruntukkan ruang demi kepentingan umum.
Pengelolaan pertanahan secara transparan merupakan bagian yang tidak bisa
dipisahkan dari penataan ruang. Saat ini masih terdapat berbagai masalah dalam pengelolaan
pertanahan, antara lain sistem pengelolaan tanah yang belum efektif dan efisien; belum
terwujudnya kelembagaan pertanahan yang efisien dalam memberikan pelayanan pertanahan
kepada masyarakat; masih rendahnya kompetensi pengelola pertanahan; masih lemahnya
penegakan hukum terhadap hak atas tanah yang menerapkan prinsip-prinsip yang adil,
transparan, dan demokratis. Sebagian besar tanah dan tambak di Kota Pasuruan pun belum
bersertifikat.

7.9.2 Sasaran
Sasaran yang hendak dicapai adalah membaiknya sistem pengelolaan sumberdaya
alam dan lingkungan hidup bagi terciptanya keseimbangan antara aspek pemanfaatan
sumberdaya alam sebagai modal pertumbuhan ekonomi (kontribusi sektoral terhadap PDRB)
dan aspek perlindungan terhadap kelestarian fungsi lingkungan hidup sebagai penopang
sistem kehidupan secara luas.
Penciptaan keseimbangan tersebut akan menjamin keberlanjutan pembangunan.
Seluruh kegiatannya harus dilandasi tiga pilar pembangunan secara seimbang, yaitu
menguntungkan secara ekonomi (economically viable), diterima secara sosial (socially
acceptable), dan ramah lingkungan (environmentally sound).
1. Meningkatnya kualitas air permukaan, serta kualitas air tanah disertai pengendalian dan
pemantauan terpadu antar-sektor.
2. Terkendalinya pencemaran pesisir dan laut melalui pendekatan terpadu antara kebijakan
konservasi tanah di wilayah daratan dan ekosistem pesisir serta laut.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2010–2015 VII–42


3. Meningkatnya kualitas udara perkotaan, yang didukung oleh perbaikan manajemen dan
sistem transportasi kota yang ramah lingkungan.
4. Meningkatnya upaya pengelolaan sampah perkotaan dengan menempatkan perlindungan
lingkungan sebagai salah satu faktor penentu kebijakan.
5. Meningkatnya sistem pengelolaan dan pelayanan limbah B3 (bahan berbahaya beracun)
bagi kegiatan-kegiatan yang berpotensi mencemari lingkungan.
6. Tersusunnya informasi dan peta wilayah-wilayah yang rentan terhadap kerusakan
lingkungan, bencana banjir, serta bencana-bencana alam lainnya.
7. Meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya memelihara sumberdaya alam dan
lingkungan hidup.
8. Terwujudnya keserasian perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan
ruang dalam suatu sistem wilayah pembangunan yang berkelanjutan.
9. Optimalisasi peran Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) sebagai rujukan koordinasi
pembangunan antar-sektor dan-antar wilayah.
10. Terwujudnya efisiensi kelembagaan pertanahan dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat.

7.9.3 Arah Kebijakan


Melalui arah kebijakan ini diharapkan sumberdaya alam dapat tetap mendukung
perekonomian Kota Pasuruan, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat tanpa
mengorbankan daya dukung dan fungsi lingkungan hidupnya. Secara lebih rinci arah
kebijakan yang ditempuh dalam pengelolaan sumberdaya alam dan pelestarian fungsi
lingkungan hidup dan penataan ruang adalah sebagai berikut:
1. Pengarusutamaan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan ke seluruh bidang
pembangunan.
2. Meningkatkan koordinasi pengelolaan lingkungan hidup.
3. Meningkatkan upaya penegakan peraturan perundangan lingkungan, secara konsisten
terhadap pencemar lingkungan.
4. Meningkatkan upaya pengendalian dampak lingkungan akibat kegiatan pembangunan.
5. Meningkatkan kapasitas lembaga pengelola lingkungan hidup, terutama dalam
menangani permasalahan yang bersifat akumulatif, fenomena alam yang bersifat
musiman dan bencana.
6. Membangun kesadaran masyarakat agar peduli pada isu lingkungan hidup, dan
berperan aktif sebagai kontrol-sosial dalam memantau kualitas lingkungan hidup.
7. Meningkatkan penyebaran data dan informasi lingkungan, termasuk informasi wilayah-
wilayah rentan dan rawan bencana lingkungan dan informasi kewaspadaan dini
terhadap bencana.
8. Operasionalisasi Rencana Tata Ruang sesuai dengan hierarki perencanaan (RTRW

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2010–2015 VII–43


Nasional, RTRW-Provinsi, RTRW-Kota) sebagai acuan koordinasi dan sinkronisasi
pembangunan antar-sektor dan antar-wilayah.
9. Mendorong pemerataan pembangunan dengan percepatan pembangunan dan
pertumbuhan wilayah melalui pembentukan sentra-sentra baru.
10. Fasilitasi perumusan sistem pengelolaan tanah yang efisien, efektif, serta mendorong
pelaksanaan penegakan hukum terhadap hak atas tanah dengan menerapkan prinsip-
prinsip keadilan, transparansi, dan demokrasi.

7.9.4 Program
Berdasarkan sasaran dan arah kebijakan tersebut di atas, maka langkah-langkah yang
akan dilaksanakan dijabarkan ke dalam program-program pembangunan indikatif berikut.
Dinas Pekerjaan Umum
1. Program Penataan Tata Ruang
Kantor Lingkungan Hidup
1. Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan
2. Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup
3. Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam
4. Program Peningkatan dan Akses Informasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup
5. Program Peningkatan Pengendalian Polusi
6. Program Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau
Kebutuhan dana indikatif untuk melaksanakan program-program tahun 2011–2015,
sebagaimana tersebut di atas, tersaji pada tabel 7.10.

Tabel 7.10
Pagu Indikatif Kebutuhan Pendanaan Program
Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Penataan Ruang Tahun 2010–2015
Kebutuhan Pendanaan Program Indikatif (Rp.000)
No. Uraian
2011 2012 2013 2014 2015
1 Prioritas IX 2.722.451 3.462.761 3.872.795 3.884.403 4.732.910

7.10 Reformasi Birokrasi dan Peningkatan Pelayanan Publik


Reformasi birokrasi merupakan salah satu agenda pokok yang tak terpisahkan dari
otonomi daerah. Sebab otonomi daerah yang memberikan kewenangan kepada daerah untuk
mandiri dalam memajukan masyarakatnya secara demokratis. Titik berat dari pemerintahan
yang baik adalah pada upaya peningkatan kualitas pelayanan publik, serta pemberantasan
korupsi secara terarah, sistematis, dan terpadu. Good governance sering diartikan sebagai
indikator terealisasikannya prinsip-prinsip, partisispasi masyarakat, transparansi dan
akuntabilitas.
Penerapan konsep good governance menuntut adanya perubahan mendasar praktik
penyelenggaraan pemerintahan. Perubahan paradigma dari government (pemerintah) ke
governance (tata kelola pemerintahan) menuntut perubahan mind-set (pola berpikir) dan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2010–2015 VII–44
orientasi birokrasi yang semula melayani kepentingan kekuasaan menjadi peningkatan kualitas
pelayanan publik atau melayani masyarakat.
Pelayanan publik dewasa ini menjadi isu yang kian strategis karena kualitas kinerja
birokrasi pelayanan publik memiliki implikasi luas pada berbagai aspek kehidupan masyarakat.
Perbaikan kinerja pelayanan birokrasi di bidang ekonomi misalnya, akan mendorong
terciptanya iklim kondusif bagi kegiatan usaha dan investasi, yang pada gilirannya akan
membuka kesempatan kerja lebih luas. Pelayanan publik yang berkualitas merupakan salah
satu indikator terjadinya perubahan penyelenggaraan pemerintahan yang berpihak pada
peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Namun sekeras apa pun upaya meningkatkan pelayanan publik, sudah barang tentu
tidak membuat seluruh pelayanan publik di Kota Pasuruan serta merta menjadi baik sesuai
harapan masyarakat. Sebab reformasi pelayanan publik menuju pelayanan prima memerlukan
proses, tahapan waktu, kesinambungan, dan keterlibatan semua komponen yang saling
terkait dan berinteraksi.

7.10.1 Permasalahan
a. Masih Kurangnya Ketersediaan Data yang Valid Dalam Menunjang
Perencanaan
Ketersediaan data yang minim merupakan hambatan utama dalam menyusun
perencanaan berbasis kinerja. Sampai sejauh ini, SKPD belum memiliki sistem pengelolaan
data yang kontinyu. Atau dengan kata lain, data hanya dikumpulkan secara temporer
berdasarkan kebutuhan, dengan standar validitas data yang masih cukup lemah. Data yang
lemah akan menghasilkan bias informasi, sehingga berpotensi menimbulkan kesalahan dalam
perencanaan pembangunan.

b. Belum Terpadunya Pendataan Administrasi Kependudukan dan Catatan SIpil


Pada akhir periode 2006-2010 Pemerintah Kota melakukan terobosan di bidang
pelayanan administrasi kependudukan, dengan memusatkannya di Kantor Kecamatan secara
terpadu. Artinya, apabila sistem itu berjalan, masyarakat hanya perlu mendatangi kantor
kecamatan untuk mengurus surat kependudukan. Kantor kecamatan akan terhubung secara
on line dengan Dispendukcapil, untuk menyelenggarakan pelayanan administrasi
kependudukan. Namun beragam kendala, menyebabkan sistem ini belum berjalan secara
optimal.

c. Belum Tuntasnya Penataan Kelembagaan Daerah


Penataan kelembagaan yang dilakukan Pemerintah Kota pada tahun 2008, masih
menyisakan beberapa permasalahan. Oleh karena itu Pemerintah Kota berupaya
menyempurnakannya melalui penataan kelembagaan ulang pada periode 2010-2015 ini.
Keberhasilan penataan kelembagaan ini juga terkendala pada tumpang tindihnya wewenang
(tercermin pada tupoksi organisasi), lemahnya budaya kerja organisasi hingga beban kerja

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2010–2015 VII–45


yang masih timpang.

d. Belum Optimalnya Pelayanan Hukum Bagi Pemerintah Daerah dan Aparatur


Euforia Pemerintah Pusat dalam menghasilkan produk hukum, memiliki andil besar
terhadap munculnya berbagai kendala dalam pelaksanaannya di tingkat daerah. Sebagian
produk hukum baru tersebut belum memiliki petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknisnya,
bahkan sebagian ada yang saling bertentangan antara satu sama lain. Sementara acapkali
Pemerintah Kota tidak memiliki waktu yang cukup, untuk melakukan kajian agar pelaksanaan
pemerintahan dan pembangunan tidak bertentangan dengan aturan yang baru. Kondisi inilah
yang menghambat pelayanan hukum secara optimal.

e. Masih Kurangnya Pengelolaan Keuangan Daerah yang Mengarah Pada


Kemandirian Keuangan
Relatif rendahnya potensi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Pasuruan menjadi
kendala utama, dalam mewujudkan kemandirian keuangan daerah. Namun terlepas dari
kendala ini, pengelolaan keuangan daerah secara tepat diharapkan menjadi jalan perintis
menuju kemandirian keuangan daerah. Pengelolaan keuangan daerah dihadapkan pada
kendala pengaturan komposisi belanja yang tepat, antara alokasi untuk aparatur dan
masyarakat.

f. Masih Lemahnya Kepatuhan Aparatur Dalam Menyelenggarakan Tata Kelola


Pemerintahan Yang Baik
Komitmen Pemerintah untuk mewujudkan good governance, yang ditandai dengan
pemerintahan yang bersih, melalui berbagai peraturan penyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan, belum sepenuhnya mendapatkan dukungan sepenuhnya dari sisi kepatuhan
aparatur. Kendala ini menjadi permasalahan tersendiri, yang menuntut agar Pemerintah Kota
meningkatkan upaya pengawasan untuk meminimalisir peluang terjadinya penyimpangan
dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan.

g. Masih Lemahnya Pengelolaan Kepegawaian


Secara kuantitas, kebutuhan aparatur daerah di Kota Pasuruan relatif tercukupi.
Namun demikian, hal ini belum serta merta diikuti dengan manajemen kepegawaian yang
tepat. Jargon penempatan pegawai (staffing) “the right man, in the right place”, belum
sepenuhnya terpenuhi. Hal ini diindikasikan dengan masih adanya penempatan kerja yang
tidak didasarkan pada komptensi pegawai. Akibatnya, muncul beragam kendala dalam
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan.

b. Belum Tuntas Tercapainya Pelayanan Prima


Pelayanan prima merupakan rangkaian kegiatan terpadu yang bersifat sederhana,
terbuka, lancar, tepat, lengkap, wajar dan terjangkau serta mengandung unsur kejelasan hak

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2010–2015 VII–46


dan kewajiban dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Sampai dengan sejauh ini,
pelayanan publik yang diberikan oleh Pemerintah Kota masih memiliki berbagai kelemahan,
sehingga belum sesuai tuntutan dan harapan masyarakat.
Kelemahan itu dapat diketahui melalui pengaduan dan keluhan masyarakat, secara
langsung maupun melalui media massa, antara lain menyangkut sistem dan prosedur
pelayanan yang berbelit-belit, tidak transparan, kurang informatif, kurang akomodatif, dan
tidak konsisten, sehingga tidak menjamin kepastian hukum, waktu, dan biaya, serta masih
adanya praktik percaloan dan pungutan tidak resmi.

7.10.2 Sasaran
1. Meningkatnya intensitas pengawasan tata laksana pemerintahan.
2. Terciptanya sistem kelembagaan dan ketatalaksanaan pemerintahan yang partisipatif,
transparan dan akuntabel.
3. Meningkatnya kemandirian keuangan daerah, yang disertai dengan tata kelola keuangan
daerah yang transparan dan akuntabel.
4. Meningkatnya pelayanan administrasi kependudukan dan catatan sipil.
5. Meningkatnya keterbukaan penyelanggaraan pemerintahan melalui kegiatan kehumasan,
perpustakaan dan kearsipan.
6. Meningkatnya SKPD yang memiliki dan melaksanakan standar pelayanan minimal (SPM),
standar pelayanan publik dan standar operating procedure (SOP).
7. Meningkatnya proporsi kelulusan aparatur dalam diklat strktural maupun fungsional.
8. Meningkatnya ketersediaan sarana dan prasarana pemerintahan secara layak.

7.10.3 Arah Kebijakan


1. Menuntaskan penanggulangan penyalahgunaan kewenangan dan praktik-praktik KKN
dengan cara:
a. Menerapkan prinsip-prinsip tata pemerintahan yang baik (partisipasi, transaparansi
dam akuntabilitas) pada semua tingkat dan lini pemerintahan, dan pada semua
kegiatan.
b. Meningkatkan efektivitas pengawasan aparatur pemerintah melalui koordinasi dan
sinergi pengawasan internal, eksternal, dan pengawasan masyarakat.
c. Meningkatkan budaya kerja aparatur yang bermoral, profesional, produktif, dan
bertanggungjawab.
d. Mempercepat pelaksanaan tindak lanjut hasil-hasil pengawasan dan pemeriksaan.
2. Meningkatkan kualitas penyelengaraan administrasi pemerintahan, melalui:
a. Menata kembali fungsi-fungsi kelembagaan pemerintahan agar dapat berfungsi lebih
memadai, efektif, dengan struktur lebih proporsional, ramping, luwes dan responsif.
b. Menata dan meningkatkan kapasitas sumberdaya manusia aparatur agar lebih
profesional sesuai tugas dan fungsinya untuk memberikan pelayanan yang terbaik

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2010–2015 VII–47


(prima) kepada masyarakat.
d. Meningkatkan kesejahteraan pegawai, dan pemberlakuan sistem karier berdasarkan
prestasi (merit system).
e. Optimalisasi pengembangan dan pemanfaatan e-Government, dan dokumen/arsip
negara dalam pengelolaan tugas dan fungsi pemerintahan.
3. Meningkatkan keberdayaan masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan dengan:
a. Meningkatkan kualitas pelayanan publik, terutama pelayanan dasar, pelayanan
umum, dan pelayanan unggulan.
b. Meningkatkan kapasitas masyarakat untuk dapat mencukupi kebutuhan dirinya,
berpartisipasi dalam proses pembangunan, dan mengawasi jalannya pemerintahan.
c. Meningkatkan tranparansi, partisipasi dan mutu pelayanan melalui peningkatan akses
dan sebaran informasi.

7.10.4 Program
Berdasarkan sasaran dan arah kebijakan tersebut di atas, maka langkah-langkah yang
akan dilaksanakan dijabarkan ke dalam program-program pembangunan indikatif berikut.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
1. Program Kerjasama Pembangunan
2. Program Penataan Tata Ruang
3. Program Perencanaan Pengembangan Kota-Kota Menengah dan Besar
4. Program Perencanaan Pembangunan Daerah
5. Program Peningkatan Koordinasi Perencanaan Pembangunan Daerah
6. Program Perencanaan Pembangunan Ekonomi
7. Program Perencanaan Pembangunan Sosial Budaya
8. Program Perencanaan Prasarana Wilayah dan Sumber Daya Alam
9. Program Penyediaan Data Pembangunan
10. Program Monitoring dan Evaluasi Kinerja Perencanaan Pembangunan Daerah
11. Program Penyediaan Data Statistik Pembangunan
12. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Pemerintahan
Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
1. Program Penataan Administrasi Kependudukan
2. Program Peningkatan Kualitas Kependudukan
Bagian Adminstrasi Pemerintahan Umum
1. Program Peningkatan Pelayanan Kedinasan Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah
2. Program Pemeliharaan Kantramtibmas dan Pencegahan Tindakan Kriminal
3. Program Peningkatan Kinerja Bagian Administrasi Pemerintahan Umum
4. Program Koordinasi dan Sinkronisasi Dalam Bidang Pengawasan dan Otonomi Daerah
5. Program Peningkatan Kapasitas Aparatur Pemerintahan

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2010–2015 VII–48


6. Program Peningkatan Kerjasama Antar Pemerintah Daerah
7. Program Penataan Peraturan Perundang-Undangan
8. Program Penataan Administrasi Kependudukan
9. Program Penataan, Penguasaan, Pemilikan dan Penataan Tanah
Bagian Administrasi Kesejahteraan Rakyat
1. Program Pembinaan lembaga sosial/kemasyarakatan
2. Program Pembinaan organisasi kewanitaan
3. Program Pembinaan partisipasi pelayanan sosial
4. Program Pembinaan lembaga masyarakat kependidikan
5. Program Pembinaan lembaga/kemasyarakatan kesenian dan budaya
6. Program Pembinaan kegiatan lembaga/kemasyarakatan keagamaan
7. Program Peningkatan pelayanan sosial
8. Program peningkatan kinerja pembangunan bidang kesejahteraan rakyat
Bagian Administrasi Kemasyarakatan
1. Program Peningkatan Kapasitas Aparatur Pemerintah Desa/Kelurahan
2. Peningkatan Kinerja Pembangunan Bidang Pemberdayaan Masyarakat
3. Program Peningkatan Kebijakan Koordinasi Kinerja Pembangunan Bidang Kesatuan
Bangsa dan Politik
4. Program Peningkatan Kinerja Pembangunan Bidang Pemuda dan Olahraga
5. Program Peningkatan Kinerja Pembangunan Bidang Kemasyarakatan
Bagian Administrasi Pembangunan
1. Program Pembinaan dan Fasilitasi Pengelolaan Keuangan
2. Program Peningkatan Administrasi Pembangunan
3. Program Pembinaan dan Fasilitasi Pengelolaan Keuangan Kota
4. Program Peningkatan Administrasi Pembangunan
5. Program Pengendalian, Evaluasi dan Pelaporan
Bagian Adminidtrasi Sumber Daya Alam
1. Progam Peningkatan Kinerja Pembangunan Bidang Sumber Daya Alam
Bagian Administrasi Perekonomian
1. Program Peningkatan Kinerja Pembangunan Bidang Ekonomi
2. Program Pengembangan Sistem Pendukung Usaha bagi UMKM
3. Program Monitoring dan Evaluasi
4. Program Pemberantasan Barang Kena Cukai Ilegal
5. Program Sosialisasi Ketentuan di Bidang Cukai
Bagian Hukum
1. Program Penataan Peraturan Perundang-undangan
2. Program Pembinaan dan Penyuluhan Hukum
3. Program Pendampingan dan Penyelesaian Sengketa Hukum

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2010–2015 VII–49


4. Program Perlindungan Hak Asasi Manusia
5. Program Pengelolaan Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum
Bagian Organisasi
1. Program Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Daerah
2. Program Peningkatan Akuntabilitas Organisasi Perangkat Daerah
Bagian Hubungan Masyarakat
1. Program Pengembangan Komunikasi, Informasi dan Media Massa
2. Program Fasilitasi Peningkatan Sumber Daya Manusia Bidang Komunikasi, Informasi dan
Pemanfaatan TI
3. Program Kerjasama Informasi dengan dengan media massa
4. Peningkatan Informasi dan Komunikasi
5. Program Pemanfaatan Teknologi Informasi
6. Peningkatan Pelayanan Kedinasan Kepala Daerah / Wakil Kepala Daerah
Bagian Umum
1. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran
2. Program Peningkatan Sarana Prasarana Aparatur
3. Program Peningkatan Disiplin Aparatur
4. Program Peningkatan Kapasitas SDM Bidang Pelayanan dan Tata Usaha
5. Program Peningkatan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan
6. Program Fasilitasi Penunjang Kedinasan Kepala/Wakil Kepala Daerah
7. Program Peningkatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah
Sekretariat DPRD
1. Peningkatan Kapasitas Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah
Inspektorat
1. Program Peningkatan Sistem Pengawasan Internal dan Pengendalian Pelaksanaan
Kebijakan Kepala Daerah
2. Program Peningkatan Profesionalisme Tenaga Pemeriksa dan Aparatur Pengawasan
3. Program Optimalisasi Pemanfaatan Teknologi Informasi
4. Program Intensifikasi Pembinaan dan Pengawasan Atas Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah
5. Program Intensifikasi Penyelesaian Tuntutan Perbendaharaan dan Tuntutan Ganti Rugi
Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset
1. Program Peningkatan dan Pengembangan Pengelolaan Keuangan Daerah
2. Program Pengembangan Aset
3. Program Penataan, Penguasaan, Pemilikan Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah
4. Program Pembangunan Sistem Informasi Pertanahan
Badan Kepegawaian Daerah
1. Program Peningkatan kapasitas Sumber Daya Aparatur

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2010–2015 VII–50


2. Program Pembinaan dan pengembangan aparatur
Kecamatan Bugul Kidul
1. Progran Mengintensifkan Fasilitasi Penanganan Pengaduan Masyarakat
2. Program Peningkatan Otonomi Daerah
3. Peningkatan Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan
4. Prpgaram Pencegahan Dini dan Penanggulangan Bencana Alam
5. Program Peningkatan Keamanan dan Kenyamanan Lingkungan
6. Program Pengembangan Model Kelembagaan Sosial
Kecamatan Gadingrejo
1. Progran Mengintensifkan Fasilitasi Penanganan Pengaduan Masyarakat
2. Program Peningkatan Otonomi Daerah
3. Peningkatan Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan
4. Prpgaram Pencegahan Dini dan Penanggulangan Bencana Alam
5. Program Peningkatan Keamanan dan Kenyamanan Lingkungan
6. Program Pengembangan Model Kelembagaan Sosial
Kecamatan Purworejo
1. Progran Mengintensifkan Fasilitasi Penanganan Pengaduan Masyarakat
2. Program Peningkatan Otonomi Daerah
3. Peningkatan Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan
4. Prpgaram Pencegahan Dini dan Penanggulangan Bencana Alam
5. Program Peningkatan Keamanan dan Kenyamanan Lingkungan
6. Program Pengembangan Model Kelembagaan Sosial
Kecamatan
7. Progran Mengintensifkan Fasilitasi Penanganan Pengaduan Masyarakat
8. Program Peningkatan Otonomi Daerah
9. Peningkatan Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan
10. Prpgaram Pencegahan Dini dan Penanggulangan Bencana Alam
11. Program Peningkatan Keamanan dan Kenyamanan Lingkungan
12. Program Pengembangan Model Kelembagaan Sosial
Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah
1. Program Pengembangan Budaya Baca dan Pembinaan Perpustakaan
2. Program Perbaikan Sistem Administrasi Kearsipan
3. Program Penyelamatan dan pelestarian dokumen/arsip daerah
4. Program Pemeliharaan Rutin/ Berkala Sarana Prasarana Kearsipan
5. Program Peningkatan Kualitas Pelayanan Informasi

Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika


1. Program Pengembangan Komunikasi, Informasi dan Media Masa

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2010–2015 VII–51


2. Program Fasilitasi Peningkatan SDM Bidang Komunikasi dan Informasi
3. Program Kerja Sama Informasi dengan Media Masa
4. Program peningkatan dan pembinaan frekwensi radio dan telematika
Kebutuhan dana indikatif untuk melaksanakan program-program tahun 2011–2015,
sebagaimana tersebut di atas, tersaji pada tabel 7.11.

Tabel 7.11
Pagu Indikatif Kebutuhan Pendanaan Program
Reformasi Birokrasi dan Peningkatan Pelayanan Publik Tahun 2011–2015
Kebutuhan Pendanaan Program Indikatif (Rp.000)
No. Uraian
2011 2012 2013 2014 2015
1 Prioritas X 47.128.483 53.743.447 53.876.569 55.753.029 59.717.397

7.11 Peningkatan Ketentraman dan Ketertiban, serta Harmoni Sosial


Tingginya penetrasi budaya, melalui media massa mengakibatkan pergeseran sosial
yang secara ekstrem ditandai oleh perubahan orientasi dan gaya hidup. Fenomena yang
tampak adalah ketimpangan perilaku yang semakin permisif. Pada saat yang hampir
bersamaan terjadi peningkatan berbagai perilaku dekadensi moral.
Permisifisme dan dekadensi moral dapat mendongkrak kriminalitas, yang mengganggu
keamanan dan ketertiban masyarakat. Gangguan keamanan dan ketertiban membutuhkan
penanganan optimal agar kenyamanan dan ketenteraman penduduk bisa terjaga. Sebab Kota
Pasuruan yang aman, damai, dan sejahtera sangat dibutuhkan untuk menjalankan
pembangunan.

7.11.1 Permasalahan
a. Belum Optimalnya Penanganan Kriminalitas
Kriminalitas merupakan ancaman nyata bagi terciptanya masyarakat yang aman,
tenteram dan damai. Peningkatan angka indeks kejahatan perlu diwaspadai dan diantisipasi
oleh aparat keamanan dalam meningkatkan kinerjanya untuk memberikan jaminan keamanan
bagi masyarakat. Kriminalitas selalu menelan korban. Korban ini meliputi pembunuhan,
pencurian dengan kekerasan, pemerkosaan, penganiayaan berat dan kekerasan dalam rumah
tangga.
Fenomena maraknya kasus “main hakim sendiri”, dan pengeroyokan para pelaku
kriminal, oleh sebagian anggota masyarakat merupakan cerminan ketidakpercayaan
masyarakat terhadap penanganan kriminalitas selama ini, sekaligus merupakan
kekurangpercayaan terhadap institusi penegakan hukum.

b. Masih Adanya Gangguan Terhadap Ketertiban dan Keamanan


Gangguan terhadap ketertiban umum, masih ditemukan di fasilitas-fasilitas umum

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2010–2015 VII–52


yang menjadi tempat berkumpulnya masyarakat. Misal, alun-alun, pertokoan maupun jalan
raya utama. Terdapat aktivitas sekelompok orang atau individu yang tidak tertib dan
berpotensi mengganggu kenyamanan pengguna lainnya. Misal, Pedagang Kaki Lima (PKL)
yang mengurangi space pejalan kaki di trotoar dan pengguna lalu lintas di jalan. Pelanggaran
terhadap peraturan daerah juga menjadi perhatian dalam upaya penegakan ketertiban umum.
Upaya penertiban dalam penegakan peraturan daerah perlu dilakukan mengingat kesadaran
masyarakat masih kurang.
Potensi bencana merupakan salah satu ancaman terhadap keamanan masyarakat.
Potensi bencana di Kota Pasuruan, secara garis besar, bersumber dari faktor manusia (human
disaster) dan alam (natural disaster). Semakin bertambahnya jumlah permukiman yang padat
di Kota Pasuruan, berpotensi meningkatkan terjadinya kebakaran. Posisi Kota Pasuruan yang
berada di wilayah pantai, sekaligus menjadi hulu sungai-sungai besar, berpotensi
meningkatkan peluang terjadinya bencana banjir.
Peluang terjadinya bencana yang disebabkan oleh manusia (misal, kebakaran), dapat
diminimalisir melalui upaya pencegahan; yakni dengan meningkatkan kewasapadaan dan
sistem keamanan lingkungan. Adapun bencana yang disebabkan alam (misal, banjir) hanya
dapat ditanggulangi melalui sistem mitigasi bencana. Yakni, serangkaian upaya untuk
mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan
peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana. Upaya penanggulangan bencana di
Kota Pasuruan dilakukan secara lebih terpadu melalui pembentukan Badan Penanggulangan
Bencana Daerah pada tahun 2011.

c. Lemahnya Penegakan Peraturan Daerah


Peraturan daerah (perda) dirancang untuk menunjang pencapaian tujuan
pembangunan daerah. Namun demikian, dalam penegakannya masih ditemui berbagai
kendala, yang disebabkan oleh kurangnya kesadaran masyarakat dalam mematuhi isi perda.
Asas partisipatif telah dipenuhi dalan penyusunan perda; setelah perda ditetapkan, materi
perda disosialisasikan kepada masyarakat. Oleh karena itu, apabila dalam pelaksanaannya
masih ditemui kendala, maka tidak ada pilihan lain kecuali Pemerintah Kota harus
mempertegas penegakannya, dengan menggunakan pendekatan persuasif dan edukatif.

d. Pentingnya Penanaman Kesadaran Kebangsaan dan Kedewasaan Politik


Kesadaran kebangsaan diperlukan untuk merekatkan kehidupan masyarakat, dalam
kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Kedewasaan politik merupakan faktor
kunci untuk menyatukan kembali kehidupan, yang tersekat-sekat pasca digelarnya hajat
politik.

7.11.2 Sasaran
Sasaran yang hendak dicapai dengan peningkatan keamanan dan ketertiban, serta

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2010–2015 VII–53


penanggulangan kriminalitas adalah meningkatnya peran serta masyarakat, profesionalisme
institusi yang terkait dengan masalah keamanan dalam menjamin keamanan dan ketertiban
masyarakat, tertib dan tegaknya hukum, serta terselenggaranya perlindungan, pengayoman,
dan pelayanan kepada masyarakat, di mana gangguan keamanan dan ketertiban, serta tindak
kriminal dapat dikendalikan pada tingkat yang serendah-rendahnya, yang tercermin dari,
antara lain:
1. Menurunnya angka pelanggaran hukum dan indeks tindak kejahatan.
2. Meningkatnya intensitas operasi penegakan peraturan daerah.
3. Meningkatnya respon penanggulangan bencana.
4. Menurunnya jumlah kejadian konflik horisontal di dalam masyarakat.
5. Meningkatnya partisipasi politik masyarakat dalam setiap even politik.

7.11.3 Arah Kebijakan


Untuk mewujudkan sasaran tersebut, peningkatan keamanan dan ketertiban, serta
penanggulangan kriminalitas, dilaksanakan dalam kerangka arah kebijakan:
1. Revitalisasi sistem keamanan berbasis komunitas untuk mewujudkan keamanan
lingkungan.
2. Meningkatkan kemampuan mitigasi bencana, baik yang bersifat human disaster maupun
natural disaster.
3. Meningkatkan kerjasama dengan institusi penanggungjawab keamanan dalam upaya
menciptakan keamanan dan ketertiban masyarakat, khususnya di ruang terbuka publik.
4. Memberdayakan organisasi kepemudaaan dalam menumbuhkan rasa kebangsaan.
5. Mempererat jaringan kerja sama antar elemen politik daerah untuk mewujudkan
kehidupan politik yang harmonis.

7.11.4 Program
Berdasarkan sasaran dan arah kebijakan tersebut di atas, maka langkah-langkah yang
akan dilaksanakan dijabarkan ke dalam program-program pembangunan indikatif berikut.
Badan Kesatuan Bangsa, Politik Dalam Negeri dan Perlindungan Masyarakat
1. Program Ketahanan Bangsa Terhadap ancaman, gangguan, hambatan, tantangan
Instabilitas Daerah
2. Program Pembinaan Stabilitas Kehidupan Sosial Kemasyarakatan
3. Program Pembinaan Stabilitas Politik Daerah
4. Program Pembinaan Politik
5. Program Pengembangan Hubungan Kelembagaan Sosial Politik
6. Program Pemberdayaan Masyarakat Dalam Menjaga Ketentraman, Ketertiban dan
Keamanan Lingkungan
7. Program Pencegahan Dini dan Penanggulangan Korban Bencana Alam
8. Program Kesiagaan, Pencegahandan Pemadaman Kebakaran

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2010–2015 VII–54


9. Program Peningkatan Pelayanan Pemadaman Kebakaran
10. Program Pengembangan Wawasan Kebangsaan
11. Program Pembinaan dan Pengembangan Kewaspadaan Nasional
Badan Penanggulangan Bencana Daerah
1. Program Pembinaan Kesiagaan dan Pencegahan Dini
2. Program Pengurangan Akibat Bencana
3. Program Peningkatan Pelayanan Penanggulangan Kedaruratan Bencana
4. Program Penyediaan Logistik Penanganan Bencana
5. Program Peningkatan Pelayanan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Akibat Bencana
Kantor Satuan Polisi Pamong Praja
1. Program Peningkatan Kapasitas Sumberdaya Aparatur
2. Program Peningkatan Keamanan dan Kenyamanan Lingkungan
3. Program Pemberantasan Penyakit Masyarakat
4. Program Pengendalian dan Penegakan Peraturan Daerah
Kebutuhan dana indikatif untuk melaksanakan program-program tahun 2011–2015,
sebagaimana tersebut di atas, tersaji pada tabel 7.12.

Tabel 7.12
Pagu Indikatif Kebutuhan Pendanaan Program
Peningkatan Ketentraman dan ketertiban, Serta Harmoni Sosial Tahun 2011–2015
Kebutuhan Pendanaan Program Indikatif (Rp.000)
No. Uraian
2011 2012 2013 2014 2015
1 Prioritas XI 2.755.112 3.317.641 4.005.942 4.811.935 4.506.852

7.12 Peningkatan Kearifan Lokal dan Kesalehan Sosial


Kearifan lokal adalah pandangan hidup yang kental dengan nilai-nilai kebajikan dan
teraktualisasi dalam aktivitas kehidupan masyarakat, dalam menjawab berbagai masalah dan
pemenuhan kebutuhan mereka. Tanpa disadari, kearifan lokal berperan dalam mempererat
sendi-sendi kehidupan masyarakat. Pada peringatan hari besar keagamaan, masyarakat Kota
Pasuruan memiliki budaya saling berkirim hantaran (Jawa: “ater-ater”) yang mengandung
nilai-nilai persaudaraan, dan memiliki potensi untuk mempererat soliditas antar tetangga.
Derasnya arus globalisasi telah mengikis nilai-nilai kearifan lokal yang dimiliki
masyarakat Kota Pasuruan. Pembangunan bidang kebudayaan, utamanya, diarahkan untuk
mempertahankan eksistensi nilai-nilai kearifan lokal yang semakin ter-marginal-kan itu. Karena
tidak dapat dipungkiri, komunitas kebudayaanlah yang selama ini senantiasa berkomitmen
memelihara (meng-uri-uri) nilai-nilai kelokalan.
Label “kota santri” yang disematkan pada Kota Pasuruan, menimbulkan komiten untuk
senantiasa mengaktualkan nilai-nilai religiusitas dalam kehidupan bermasyarakat. Agama
senantiasa mengajarkan nilai-nilai kebajikan kepada setiap makhluq. Oleh karena itu, melalui
pembangunan bidang keagamaan inilah akan timbul peningkatan aktualisasi nilai-nilai

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2010–2015 VII–55


keagamaan dalam kehidupan bermasyarakat di Kota Pasuruan, dalam bingkai kesalehan
sosial.

7.12.1 Permasalahan
a. Pemahaman Agama Belum Sepenuhnya Teraktualisasikan dalam Kehidupan
Sehari-hari
Belum semua lapisan masyarakat mengaktualisasikan pemahaman agamanya ke
dalam bentuk perilaku sehari-hari. Masih banyak dijumpai perilaku negatif yang membelakangi
norma-norma agama, seperti perilaku asusila, meningkatnya angka perceraian maupun
ketidakharmonisan keluarga, menunjukkan semakin melemahnya sendi-sendi moral agama.
Berbagai perilaku masyarakat yang amoral tersebut, menggambarkan masih adanya
kesenjangan antara pemahaman atas nilai-nilai ajaran agama dan pengamalannya dalam
bermasyarakat.

b. Memudarnya Nilai-Nilai Kearifan Lokal Dalam Kehidupan Bermasyarakat


Derasnya serbuan arus globalisasi, seiring dengan kemajuan teknologi informasi, telah
membawa serta pula nilai-nilai hedonisme dan individualisme, yang berpotensi menimbulkan
sekat dalam kehidupan bermasyarakat. Kondisi ini ditandai dengan memudarnya semangat
komunal dalam kehidupan bermasyarakat, misal: gotong royong. Orientasi hidup masyarakat
bergeser pada keduniawian (materi) dan lebih mengutamakan kepentingan pribadi.
Pembangunan kebudayaan diarahkan pada pelestarian nilai-nilai kearifan lokal, sebagai
pembendung nilai-nilai budaya asing yang kontraproduktif terhadap pembangunan.

7.12.2 Sasaran
1. Menurunnya perilaku masyarakat yang bertentangan dengan nilai-nilai dan moralitas
agama.
2. Meningkatnya apresiasi budaya daerah, baik melalui pertunjukan maupun forum dialog
budaya.

7.12.3 Arah Kebijakan


1. Meningkatkan kualitas pelayanan dan pemahaman agama, serta kehidupan beragama:
a. Meningkatkan kualitas pemahaman, penghayatan, dan pengamalan ajaran agama
dalam kehidupan bermasyarakat.
b. Meningkatkan kualitas pendidikan agama dan pendidikan keagamaan pada semua
jalur, jenis, dan jenjang pendidikan.
c. Meningkatkan kualitas penataan dan pengelolaan, serta pengembangan fasilitas
pelaksanaan ibadah, dengan memperhatikan kepentingan seluruh lapisan umat
beragama dengan akses yang sama bagi setiap pemeluk agama.
d. Meningkatkan kualitas dan kapasitas lembaga sosial keagamaan dan lembaga
pendidikan keagamaan.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2010–2015 VII–56


2. Meningkatkan eksistensi komunitas kebudayaan:
a. Meningkatkan ketersediaan sarpras kebudayaan secara layak.
b. Meningkatkan intensitas dan kualitas penyelenggaraan even-even kebudayaan,
sebagai bentuk apresiasi budaya.

7.12.4 Program
Berdasarkan sasaran dan arah kebijakan tersebut di atas, maka langkah-langkah yang
akan dilaksanakan dijabarkan ke dalam program-program pembangunan indikatif berikut.
Dinas Pendidikan
1. Program Peningkatan Pemahaman dan Pengamalan Nilai-nilai Keagamaan
Dinas Pemuda, Olah Raga, Kebudayaan dan Pariwisata
1. Program Pengembangan Nilai Budaya
2. Program Pengelolaan Kekayaan Budaya
3. Program Pengelolaan Keragaman Budaya
4. Program Pengembangan Kerjasama Pengelolaan Kekayaan Budaya
5. Program Bantuan Sosial Kemasyarakatan (seni-budaya)
Kebutuhan dana indikatif untuk melaksanakan program-program tahun 2011–2015,
sebagaimana tersebut di atas, tersaji pada tabel 7.13.

Tabel 7.13
Pagu Indikatif Kebutuhan Pendanaan Program
Peningkatan Kearifan Lokal dan Kesalehan Sosial Tahun 2011–2015
Kebutuhan Pendanaan Program Indikatif (Rp.000)
No. Uraian
2011 2012 2013 2014 2015
1 Prioritas XII 42.500 48.250 54.075 59.982 65.980

7.13 Dedicated Program Walikota-Wakil Walikota Pasuruan 2010–2015


Adalah program yang didedikasikan untuk dilaksanakan oleh pasangan Walikota dan
Wakil Walikota Pasuruan, pada periode pembangunan 2010–2015. Tentu saja, dedikasi
tersebut merupakan upaya kepala daerah yang mengarah pada akselerasi pencapaian tujuan
pembangunan. Program ini sekaligus juga merupakan bentuk respon kepala daerah, atas
aspirasi dan keluhan masyrakat yang tertangkap dalam berbagai ruang penyaluran aspirasi
publik.
I. Program Percepatan Pengembangan Wilayah Utara
Program ini bertujuan untuk menciptakan pusat pertumbuhan baru di wilayah utara,
sebagai upaya untuk meningkatkan pemerataan pengembangan wilayah utara-selatan.
1. Kegiatan pembebasan lahan untuk pembangunan jalan lingkar utara (JLU)
Perubahan trace (jalur) yang dilintasi Jalan Lingkar Utara (JLU), memerlukan
alokasi tambahan anggaran untuk pembebasan lahan. Trace JLU baru,
sebagaimana telah diakomodir dalam RTRW Kota Pasuruan, dirancang sedemikian
rupa untuk menekan kemacetan lalu lintas. Skenarionya, Pemerintah Kota

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2010–2015 VII–57


menyediakan/membebaskan lahan untuk pembangunan JLU, sedangkan
pemerintah pusat mengambil peran sebagai pelaksana pembangunannya.
Pembangunan JLU diharapkan mampu berfungsi sebagai pioner pembuka akses
untuk mengeksplorasi potensi wilayah utara Kota Pasuruan, sekaligus memecah
kemacetan jalur lalu lintas di jalan raya utama.
2. Kegiatan pembangunan wisata marina
Konsep wisata marina dikembangkan untuk memberikan alternatif pekerjaan
kepada nelayan. Mengingat, penghasilan sebagai nelayan sangat bergantung pada
kondisi cuaca, yang acapkali berubah secara ekstrem dalam 3 tahun terakhir.
Wisata marina juga diharapkan mampu menopang kontribusi sektor jasa terhadap
PDRB Kota Pasuruan.
II. Program Pencegahan Banjir di Wilayah Permukiman Pantai
1. Kegiatan pembangunan tangkis ombak
Sebagian wilayah utara Kota Pasuruan merupakan perkampungan nelayan dan
kawasan budidaya, sementara sebagian lainnya merupakan kawasan konservasi
berupa lahan mangrove. Permukiman yang dekat dengan garis pantai, rentan
mengalami banjir ROB. Rencana pembangunan tangkis ombak sepanjang pesisir
utara, diharapkan mampu meminimalisir terjadinya banjir ROB dan mencegah
mampu mengurangi abrasi.

7.14 Kebijakan Pengembangan Wilayah


Implementasi perencanaan program pembangunan sektoral, perlu mempertimbangkan
perencanaan spasial, sebagaimana tertuang dalam dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW). RTRW merupakan matra ruang dari perencanaan sektoral (RPJPD) yang tidak bisa
dipisahkan. Kebijakan RTRW pada prinsipnya mengatur ruang, pola ruang wilayah, penetapan
kawasan strategis, arahan pemanfaatan ruang dan arahan pengendalian pemanfaatan ruang.

7.14.1 Arahan Struktur Ruang


Penentuan struktur ruang di Kota Pasuruan didasarkan pada jalur upaya pemantapan
fungsi kota, dalam kerangka pengembangan peta struktur tata ruang wilayah Kota Pasuruan.
Dengan demikian struktur kota ini diarahkan pada keseimbangan pembangunan antar
wilayah. Artinya, ada keseimbangan perkembangan antara wilayah pusat, wilayah transisi,
dan wilayah belakang.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2010–2015 VII–58


Gambar 7.1
Struktur Ruang Kota Pasuruan

Sub Pusat Unit


Unit Pelayanan Lingkun
Lingkun Kota gan
gan

Unit Sub Pusat Pusat Sub Pusat


Lingkun Pelayanan Pelayanan Pelayanan
gan Kota Kota Kota

Gambar 7.2
Arahan Pengembangan Wilayah Kota Pasuruan

Sumber: RTRW Kota Pasuruan

Sistem perwilayahan Kota Pasuruan, terbagi berdasarkan hirarki berjenjang dari skala
pelayanan regional hingga skala pelayanan lokal, sebagaimana tersaji pada gambar 7.1.
Kegiatan utama pada pusat–pusat pelayanan mendukung fungsi utama Kota Pasuruan. Secara
struktural, pola pembagian ruang Kota Pasuruan terdiri atas: 1 pusat pelayanan kota (PPK), 4
sub pusat pelayanan kota (SPPK) dan 11 unit lingkungan (UL). Gambar 7.2 menunjukkan
kebijakan pengembangan wilayah Kota Pasuruan, yang terangkum dalam struktur ruang,
dalam format peta.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2010–2015 VII–59


I. Pusat Pelayanan Kota
Pengembangan pusat pelayanan Kota Pasuruan diarahkan pada pengembangan
fasilitas skala kota. Pusat pelayanan Kota Pasuruan secara administrasi saat ini diarahkan
pada 7 kelurahan, yaitu: Kelurahan Karanganyar, Kelurahan Kebonsari, Kelurahan Bangilan,
Kelurahan Purworejo, Kelurahan Pekuncen, Kelurahan Petamanan dan Kelurahan
Kandangsapi.
Penetapan Pusat Pelayanan Kota Pasuruan didasari kondisi eksisting yang
menunjukkan perkembangan cukup pesat yang ditandai adanya fasilitas pelayanan kota
seperti perdagangan jasa, pendidikan, kesehatan dan perkantoran dengan skala pelayanan
kota. Arahan fungsi kegiatan pada Pusat Pelayanan Kota (PPK) Pasuruan, antara lain:
- Fungsi primer sebagai pusat aktivitas perdagangan dan jasa, Pusat perkantoran, Pusat
kegiatan olahraga, dan Pusat kegiatan keagamaan.
- Fungsi sekunder sebagai pusat pelayanan pendidikan skala lokal dan kesehatan skala lokal.
Adapun kegiatan utama yang diarahkan untuk dikembangkan pada Pusat Pelayanan
Kota ini adalah:
- Central Bussines District (CBD) atau pusat perdagangan, jasa dan pusat perkantoran.
- Pusat budaya berupa bangunan kuno dan Islamic Centre.

II. Sub Pusat Pelayanan Kota


Konsep struktur tata ruang yang diterapkan pada Kota Pasuruan adalah untuk
mengurangi pemusatan pembangunan pada wilayah pusat kota. Berdasarkan hal tersebut,
Kota Pasuruan dibagi menjadi 4 Sub Pusat Pelayanan Kota (SPK) yaitu SPK Utara, SPK Barat,
SPK Timur dan SPK Selatan. Berikut diuraikan wilayah kelurahan pada masing-masing SPK
serta fungsinya.
1. Sub Pusat Pelayanan Kota Utara
Sub Pusat Pelayanan Kota (SPK) bagian Utara Kota Pasuruan berpusat di Kelurahan
Trajeng, melayani 1 (satu) Wilayah Pelayanan (WP) mencakup 8 kelurahan, meliputi:
Kelurahan Tambaan, Kelurahan Trajeng, Kelurahan Mandaranrejo, Kelurahan
Panggungrejo, Kelurahan Bugul lor, Kelurahan Tapaan, Kelurahan Mayangan dan
Kelurahan Ngemplakrejo.
Arahan fungsi kegiatan pada SPK bagian Utara, antara lain:
- Fungsi primer sebagai pusat aktivitas ke-pelabuhan-an untuk komoditas barang dan
ikan, transportasi regional (stasiun), pergudangan, home industry pengolahan ikan,
dan pariwisata.
- Fungsi sekunder sebagai pusat aktivitas perdagangan dan jasa skala lokal, pendidikan
skala lokal, kesehatan skala lokal, peribadatan skala lokal, dan perkantoran skala lokal.
Adapun kegiatan utama yang diarahkan untuk dikembangkan pada SPK bagian utara ini
adalah:

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2010–2015 VII–60


- Pengembangan pelabuhan barang dan ikan.
- Pengembangan pariwisata berupa wisata bakau dan wisata modern dilengkapi tempat
peristirahatan (rest area) yang dapat mengakomodir sektor informal (PKL).
- Pengembangan home industry pengolahan ikan.
2. Sub Pusat Pelayanan Kota Barat
SPK bagian Barat Kota Pasuruan berpusat di Kelurahan Karangketug, melayani 1 (satu)
Wilayah Pelayanan (WP), meliputi: Kelurahan Gadingrejo, Kelurahan Karangketug,
Kelurahan Randusari, Kelurahan Petahunan, Kelurahan Sebani, Kelurahan Gentong,
Kelurahan Krapyakrejo dan Kelurahan Bukir.
Arahan fungsi kegiatan pada SPK bagian Barat, antara lain :
- Fungsi primer sebagai pusat aktivitas pendidikan skala kota, peribadatan skala kota,
home industry dan industri menengah besar.
- Fungsi sekunder sebagai pusat aktivitas kesehatan skala lokal, perdagangan dan jasa
skala lokal, dan perkantoran skala lokal.
Adapun kegiatan utama yang diarahkan untuk dikembangkan pada SPK bagian utara ini
adalah :
- Pengembangan kawasan pelayanan umum terpadu.
- Pengembangan industri kecil dan home industry.
3. Sub Pusat Pelayanan Kota Bagian Timur
SPK bagian Timur Kota Pasuruan berpusat di Kelurahan Blandongan, melayani 1 Wilayah
Pelayanan, meliputi: Kelurahan Kepel, Kelurahan Bugulkidul, Kelurahan Krampyangan,
Kelurahan Bakalan dan Kelurahan Blandongan.
Arahan fungsi kegiatan pada SPK bagian Timur, antara lain:
- Fungsi primer sebagai pusat aktivitas pendidikan skala kota, perkantoran skala kota,
industri kecil, transportasi regional (terminal) dan pariwisata.
- Fungsi sekunder sebagai pusat aktivitas kesehatan skala lokal, perdagangan dan jasa
skala lokal dan peribadatan skala lokal.
Adapun kegiatan utama yang diarahkan untuk dikembangkan pada SPK bagian Timur ini
adalah :
- Pengembangan kawasan pendidikan terpadu.
- Pengembangan industri kecil.
- Pengembangan tempat peristirahatan (rest area) sebagai pendukung kegiatan wisata.
- Pengembangan perdagangan jasa berupa pasar.
4. Sub Pusat Pelayanan Kota Bagian Selatan
SPK bagian Selatan Kota Pasuruan berpusat di Kelurahan Purutrejo, melayani 1 (satu)
Wilayah Pelayanan, meliputi: Kelurahan Sekargadung, Kelurahan Kebonagung, Kelurahan
Pohjentrek, Kelurahan Purutrejo, Kelurahan Wirogunan dan Kelurahan Tembokrejo.
Arahan fungsi kegiatan pada SPK bagian Selatan, antara lain:

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2010–2015 VII–61


- Fungsi primer sebagai pusat aktivitas pemerintahan, kesehatan skala kota, kegiatan
olahraga skala kota dan pendidikan skala regional.
- Fungsi sekunder sebagai pusat aktivitas perdagangan jasa skala lokal, peribadatan
skala lokal dan transportasi skala lokal.
Adapun kegiatan utama yang diarahkan untuk dikembangkan pada SPK bagian timur ini
adalah:
- Pengembangan kawasan perkantoran pemerintah.
- Pengembangan sport centre.
- Pengembangan sektor informal (pedagang kaki lima).

III. Pusat Lingkungan Kota


Berdasarkan hirarki yang berjenjang, Kota Pasuruan terbagi menjadi 11 Pusat
Lingkungan (PL), sebagaimana tersaji dalam tabel.

Tabel 7.14
Pembagian Unit Lingkungan, Pusat Unit Lingkungan, Wilayah Pelayanan dan
Fungsi Kegiatannya di Kota Pasuruan

Unit Pusat
No. Wilayah Pelayanan Fungsi Kegiatan
Lingkungan Unit Lingkungan
I Sub Pusat Pelayanan Kota Utara (A)
1 UL A – 1 Kelurahan Kelurahan Mayangan Pangkalan pendaratan ikan (PPI),
Tambaan Kelurahan Tambaan transportasi regional, home industry
Kelurahan Ngemplakrejo pengolahan ikan, perdagangan jasa,
Kelurahan Trajeng industri dan pergudangan serta fasilitas
pelayanan umum.
2 UL A – 2 Kelurahan Kelurahan Panggungrejo Pelabuhan barang dan niaga, pariwisata,
Mandaranrejo industri kecil dan pergudangan, serta
fasilitas pelayanan umum.
3 UL A – 3 Kelurahan Bugullor Kelurahan Tapaan Perdagangan dan jasa, industri kecil dan
pergudangan, fasilitas pelayanan umum.
II Sub Pusat Pelayanan Kota Barat (B)
1 UL B – 1 Kelurahan Kelurahan Karangketug Perdagangan dan jasa, industri kecil, dan
Gadiingrejo Kelurahan Gentong fasilitas pelayanan umum.
2 UL B – 2 Kelurahan Bukir Kelurahan Sebani Industri kecil, home industy, perdagangan
dan jasa serta fasilitas pelayanan umum.
3 UL B – 3 Kelurahan Kelurahan Randusari Pelayanan umum, home industry,
Petahunan Kelurahan Krapyakrejo perdagangan dan jasa.
III Sub Pusat Pelayanan Kota Timur (C)
1 UL C – 1 Kelurahan Kepel Kelurahan Blandongan transportasi regional, perdagangan jasa,
industri kecil, pendidikan dan fasilitas
pelayanan umum.
2 UL C – 2 Kelurahan Kelurahan Krampyangan
Bugulkidul
3 UL C – 3 Kelurahan Bakalan fasilitas pelayanan umum, perdagangan
dan jasa, perkantoran.
IV Sub Pusat Pelayanan Kota Selatan (D)
1 UL D – 1 Kelurahan Kelurahan Purutrejo perdagangan dan jasa, perkantoran,
Pohjentrek Kelurahan Kebunagung pendidikan.
2 UL D – 2 Kelurahan Kelurahan Sekargadung perdagangan jasa, fasilitas pelayanan
Tembokrejo Kelurahan Wirogunan umum, perkantoran.
Sumber: RTRW Kota Pasuruan

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Pasuruan 2010–2015 VII–62

Anda mungkin juga menyukai