7.1.1 Permasalahan
a. Tingkat Pendidikan Penduduk Relatif Masih Rendah
Hingga tahun 2009, rata-rata lama sekolah penduduk Kota Pasuruan berusia 15 tahun
ke atas mencapai 8,71 tahun. Dari jumlah penduduk Kota Pasuruan tahun 2008, sejumlah
2,39% tidak/belum pernah sekolah; 8,44% tidak/belum tamat SD; 24,74% berpendidikan
SD/sederajat; 18,93% SMP/sederajat; 33,84% SMA/sederajat; 3,75% Diploma; dan 7,92%
sarjana/tamat perguruan tinggi. Dengan kata lain, tingkat pendidikan penduduk Kota
Pasuruan pada tahun 2008 sebagian besar didominasi oleh lulusan SMA/sederajat (33,84%)
dan SD/sederajat (24,74%).
Angka Partisipasi Sekolah (APS) penduduk usia 7-12 tahun (SD/MI) pada 2009 sudah
mencapai 98,77%; namun di kalangan usia 13-15 tahun (SMP/MTs) masih sebesar 59,65%;
7.1.4 Program
Berdasarkan sasaran dan arah kebijakan tersebut di atas, maka langkah-langkah yang
akan dilaksanakan dijabarkan ke dalam program-program pembangunan indikatif berikut.
Dinas Pendidikan
1. Program Pendidikan Anak Usia Dini
2. Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun
3. Program Pendidikan Menengah
4. Program Pendidikan Non Formal
5. Program Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan
6. Program Manajemen Pelayanan Pendidikan
7. Program Pengembangan Budaya Baca dan Pembinaan Perpustakaan
8. Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS)
9. Program Pembangunan Sarana dan Prasarana Sekolah
10. Program Rehabilitasi Sarana dan Prasarana Sekolah
11. Program Pengadaan Sarana dan Prasarana Sekolah
Tabel 7.1
Pagu Indikatif Kebutuhan Pendanaan Program
Prioitas Peningkatan Aksesibilitas dan Kualitas Pelayanan Pendidikan Tahun 2011–2015
Kebutuhan Pendanaan Program Indikatif (Rp.000)
No. Uraian
2011 2012 2013 2014 2015
1 Prioritas I 20.847.967 21.140.917 17.173.081 27.518.086 26.723.255
7.2.1. Permasalahan
a. Belum Optimalnya Kualitas Pelayanan Kesehatan
Sampai dengan tahun 2009 di Kota Pasuruan tercatat terdapat 1 rumah sakit umum
daerah, yakni RSUD dr. Soedharsono. Sedangkan jumlah pusat kesehatan masyarakat
(puskesmas) 7 buah, dan puskesmas pembantu mencapai 29 buah. Banyaknya kunjungan ke
puskesmas selama lima tahun terakhir (2005-2009) rata-rata 254.208 pasien per tahun,
dengan peningkatan rata-rata 10,80% per tahun. Rasio jumlah puskesmas per 30.000
penduduk sebesar adalah 8,01 kali atau 1:3.743 jiwa. Selama lima tahun terakhir (2005-
2009) rata-rata rasionya adalah 7,04 atau 1:4.302 jiwa. Perbandingan ini jauh melampaui
standar minimal, yakni 1:30.000.
Namun demikian, kualitas pelayanan kesehatan masih belum memenuhi harapan
masyarakat. Keluhan masyarakat terhadap mutu pelayanan rumah sakit, dan juga puskesmas,
umumnya mengenai lambatnya pelayanan, administrasi yang berbelit, dan lamanya waktu
tunggu. Akses masyarakat, terutama penduduk miskin, terhadap pelayanan kesehatan yang
berkualitas masih terkendala antara lain oleh variabel biaya.
Pemberdayaan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dibangun melalui
pembentukan pos pelayanan terpadu (posyandu). Pada 2009, di Kota Pasuruan tercatat
terdapat sebanyak 264 posyandu. Rata-rata setiap kelurahan terdapat tujuh hingga delapan
posyandu yang berperan memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan dasar ibu dan anak,
peningkatan status gizi, keluarga berencana, dan penanggulangan diare.
Tabel 7.2
Rasio Kecukupan Tenaga Kesehatan Per Satuan Penduduk
Kota Pasuruan Tahun 2009
No. Rasio Satuan Kota Pasuran Standar Nas
1 Rasio dokter per satuan penduduk Per 100.000 pdk 34,67 40
2 Rasio dokter gigi per satuan penduduk Per 100.000 pdk 7,39 11
3 Rasio perawat per satuan penduduk Per 100.000 pdk 131,30 117,5
4 Rasio bidan per satuan penduduk Per 100.000 pdk 47,18 100
5 Rasio tenaga kefarmasian per satuan penduduk Per 100.000 pdk 10,80 10
6 Rasio tenaga kesehatan masy. per satuan penduduk Per 100.000 pdk 6,25 40
7 Rasio tenaga sanitarian per satuan penduduk Per 100.000 pdk 6,25 40
8 Rasio tenaga gizi per satuan penduduk Per 100.000 pdk 8,53 22
Sumber: Dinas Kesahatan Kota Pasuruan
Tabel 7.2 emperinci rasio kecukupan tenaga kesehatan per satuan penduduk Kota
Pasuruan tahun 2009. Terlihat, beberapa rasio tingkat pencapaiannya masih di bawah standar
nasiona. Kondisi ini menyiratkan masih adanya keterbatasan kecukupan tenaga kesehatan.
7.2.2. Sasaran
Sasaran peningkatan kualitas pelayanan kesehatan adalah makin terbuka dan makin
mudahnya bagi masyarakat, terutama masyarakat miskin, untuk memperoleh pelayanan
kesehatan yang murah dan berkualitas, tanpa diskriminasi, serta makin meningkatnya taraf
kesehatan masyarakat, yang antara lain, tercermin dari:
1. Meningkatnya secara nyata proporsi penduduk miskin yang terpenuhi haknya
memperoleh pelayanan jaminan kesehatan yang berkualitas.
2. Meningkatnya Angka Harapan Hidup.
3. Menurunnya Angka Kematian Bayi.
4. Menurunnya Angka Kematian Ibu Melahirkan.
5. Menurunnya prevalensi anak balita gizi buruk dan gizi kurang.
6. Menurunnya angka morbiditas (morbidity rate) atau proporsi penduduk yang mengalami
keluhan kesehatan.
7.2.4. Program
Berdasarkan sasaran dan arah kebijakan tersebut di atas, maka langkah-langkah yang
akan dilaksanakan dijabarkan ke dalam program-program pembangunan indikatif berikut.
Dinas Kesehatan
1. Program Obat Dan Perbekalan Kesehatan
2. Program Upaya Kesehatan Masyarakat
3. Program Pengawasan Obat Dan Makanan
4. Program Pengembangan Obat Asli Indonesia
5. Program Promosi Kesehatan Dan Pemberdayaan
6. Program Perbaikan Gizi Masyarakat
7. Program Pencegahan Dan Penanggulangan Penyakit Menular
8. Program Pelayanan Kesehatan Penduduk Miskin
9. Program Pengadaan, Peningkatan Dan Perbaikan Sarana Dan Prasarana Puskesmas/
Puskesmas Pembantu Dan Jaringannya
10. Program Kemitraan Peningkatan Pelayanan Kesehatan
11. Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan Anak Balita
12. Program Pelayanan Kesehatan Ibu Melahirkan Dan Anak
13. Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan Lansia
14. Program Pengawasan Dan Pengendalian Kesehatan Makanan
15. Program Pembinaan Lingkungan Sosial
16. Bantuan Operasional Kesehatan (BOK)
17. Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) Dana Pusat 2010
18. Jaminan Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin (Dana Pusat 2010)
Tabel 7.3
Pagu Indikatif Kebutuhan Pendanaan Program
Prioitas Peningkatan Aksesibilitas dan Kualitas Pelayanan Kesehatan Tahun 2011–2015
Kebutuhan Pendanaan Program Indikatif (Rp.000)
No. Uraian
2011 2012 2013 2014 2015
1 Prioritas II 29.064.297 24.894.015 23.753.265 24.944.015 23.424.265
d. Lemahnya Partisipasi
Salah satu penyebab kegagalan kebijakan dan program pembangunan dalam
mengatasi masalah kemiskinan adalah lemahnya partisipasi penduduk miskin dalam
perumusan dan pelaksanaan kebijakan. Berbagai kasus yang terjadi menunjukkan kurangnya
dialog dan lemahnya pertisipasi penduduk miskin dalam pengambilan keputusan.
Rendahnya partisipasi masyarakat miskin dalam perumusan kebijakan juga disebabkan
kurangnya informasi, baik mengenai kebijakan yang akan dirumuskan maupun mekanisme
perumusan yang memungkinkan keterlibatan mereka. Secara formal sosialisasi telah
dilaksanakan, namun karena umumnya menggunakan sistem perwakilan, sehingga banyak
informasi yang diperlukan tidak sampai ke masyarakat miskin yang diwakili.
7.3.2. Sasaran
Sasaran perluasan lapangan kerja dan penanggulangan kemiskinan adalah
meningkatnya jumlah lapangan kerja, baik formal maupun informal, serta menurunnya secara
nyata jumlah penduduk miskin, yang antara lain tercermin dari:
1. Menurunnya tingkat pengangguran terbuka.
2. Menurunnya angka setengah penganggur.
3. Meningkatnya perlindungan bagi tenaga kerja.
4. Menurunnya persentase penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan.
5. Meningkatnya partisipasi penduduk miskin dalam pengambilan keputusan.
7.3.4. Program
Berdasarkan sasaran dan arah kebijakan tersebut di atas, maka langkah-langkah yang
akan dilaksanakan dijabarkan ke dalam program-program pembangunan indikatif berikut.
Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi
1. Program Peningkatan Pendidikan dan Ketrampilan Tenaga Kerja
2. Program Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja
3. Program Peningkatan Kesempatan Kerja
4. Program Perlindungan dan Pengembangan Lembaga Ketenagakerjaan
5. Program Pemberdayaan Fakir Miskin
Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
1. Pemberdayaan Fakir Miskin dan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial
7.4.1. Permasalahan
1. Masih terbatasnya akses penyandang PMKS terhadap pelayanan sosial dasar.
2. Masih adanya sikap acuh tak acuh pada sebagian kelompok masyarakat terhadap
permasalahan sosial di sekitarnya.
3. Masih lemahnya penanganan korban bencana alam dan sosial.
4. Masih rendahnya kualitas pelayanan kesejahteraan sosial.
5. Sebagian masyarakat masih menganggap bahwa program pemberdayaan masyarakat
bukan merupakan program stimulan, sehingga tingkat partisipasi/swadaya masyarakat
rendah.
6. Sistem distribusi komoditas kebutuhan bahan pokok perlu dioptimalkan dan
dikendalikan, untuk menjaga kesesuaian supply dengan kebutuhan pangan.
7. Peranan tim ketahanan pangan dan tim evaluasi harga masih perlu ditingkatkan, untuk
menjaga stabilitas pasokan pangan.
8. Masih kurangnya terobosan diversifikasi pangan, sebagai upaya untuk menjaga
kecukupan pangan.
9. Masih belum optimalnya pelayanan keluarga berencana (KB) terutama bagi keluarga
miskin.
10. Masih belum optimalnya penyelenggaraan kegiatan advokasi serta Komunikasi,
Informasi dan Edukasi (KIE) melalui berbagai media dan metoda. Serta masih
kurangnya pengetahuan dan pemahaman masyarakat (termasuk remaja) tentang
kesehatan reproduksi remaja dan perlindungan hak-hak reproduksi.
11. Masih belum optimalnya pembinaan ketahanan dan peningkatan kesejahteraan
keluarga.
7.4.4. Program
Berdasarkan sasaran dan arah kebijakan tersebut di atas, maka langkah-langkah yang
akan dilaksanakan dijabarkan ke dalam program-program pembangunan indikatif berikut.
Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi
1. Program Pembinaan Lembaga Sosial/Kemasyarakatan
2. Program Pembinaan Kepada Organisasi Kewanitaan
7.5.1 Permasalahan
a. Rendahnya Kualitas Hidup dan Peran Perempuan
Masalah utama dalam pembangunan pemberdayaan perempuan adalah rendahnya
kualitas hidup dan peran perempuan, terutama di bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi,
dan politik. Sebagian perempuan yang bekerja pada pekerjaan marginal sebagai buruh lepas,
atau pekerja keluarga tanpa memperoleh upah, atau dengan upah rendah. Mereka tidak
memperoleh perlindungan hukum dan kesejahteraan. Dan dalam krisis ekonomi yang
berkepanjangan, perempuan dan anak-anak merupakan kelompok yang paling rentan terkena
dampak.
Di bidang politik, meski Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pemilu
mengamanatkan keterwakilan 30% perempuan di lembaga legislatif, namun hasil Pemilu
legislatif Kota Pasuruan 2009 masih menunjukkan rendahnya keterwakilan perempuan di
lembaga legislatif. Persentase perempuan yang berada di parlemen di Kota Pasuruan saat ini
hanya mencapai 1 orang dari 25 orang atau sekitar 4%.
7.5.2 Sasaran
Sasaran yang hendak dicapai peningkatan kualitas kehidupan dan peran perempuan,
serta kesetaraan gender adalah:
1. Terjaminnya keadilan dan kesetaraan gender dalam berbagai peraturan, program
pembangunan, dan kebijakan publik.
2. Menurunnya kesenjangan pencapaian pembangunan antara perempuan dan laki-laki,
yang diukur dengan angka Gender-related Development Index (GDI), dan Gender
Empowerment Measurement (GEM).
3. Menurunnya tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak.
7.5.4 Program
Berdasarkan sasaran dan arah kebijakan tersebut di atas, maka langkah-langkah yang
akan dilaksanakan dijabarkan ke dalam program-program pembangunan indikatif berikut.
Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
1. Program Penguatan Pelembagaan Penyetaraan Gender dan Anak
2. Program Peningkatan Peran Serta dan Keikutsertaan Gender dalam Pembangunan
3. Program Peningkatan Kualitas Hidup dan Perlindungan Perempuan
4. Program Pemberdayaan Perempuan dan Kesejahteraan Perlindungan Anak (KPA)
Kebutuhan dana indikatif untuk melaksanakan program-program tahun 2011–2015,
sebagaimana tersebut di atas, tersaji pada tabel 7.6
Tabel 7.6
Pagu Indikatif Kebutuhan Pendanaan Program
Peningkatan Peran Perempuan dan Perlindungan Anak Tahun 2011–2015
Kebutuhan Pendanaan Program Indikatif (Rp.000)
No. Uraian
2011 2012 2013 2014 2015
1 Prioritas V 710.000 852.000 994.000 1.136.000 1.278.000
7.6.2 Sasaran
Sasaran yang hendak dicapai dalam peningkatan peran pemuda dan pengembangan
olahraga adalah:
1. Meningkatnya kualitas dan partisipasi pemuda di berbagai bidang pembangunan.
2. Meningkatnya kesehatan dan kebugaran jasmani masyarakat, serta prestasi olahraga.
3. Mengembangkan dukungan sarana dan prasarana olahraga bagi masyarakat sesuai
jenis olahraga unggulan daerah.
7.6.4 Program
Berdasarkan sasaran dan arah kebijakan tersebut di atas, maka langkah-langkah yang
akan dilaksanakan dijabarkan ke dalam program-program pembangunan indikatif berikut.
Dinas Pemuda, Olah Raga, Kebudayaan dan Pariwisata
1. Program Peningkatan Peran Serta Kepemudaan
2. Program Pembinaan dan Pemasyarakatan Olahraga
3. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Olahraga
4. Program Bantuan Sosial Kepada Organisasi Kepemudaan
5. Program Hibah Kepada Organisasi Keolahragaan
Kebutuhan dana indikatif untuk melaksanakan program-program tahun 2011–2015,
sebagaimana tersebut di atas, tersaji pada tabel 7.7.
Tabel 7.7
Pagu Indikatif Kebutuhan Pendanaan Program
Peningkatan Peran Pemuda dan Keolahragaan Tahun 2011–2015
Kebutuhan Pendanaan Program Indikatif (Rp.000)
No. Uraian
2011 2012 2013 2014 2015
1 Prioritas VI 650.784 1.462.520 1.798.224 2.160.887 2.476.264
7.7 Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, serta Peningkatan Iklim
Usaha dan Investasi
A. Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
Struktur ekonomi Kota Pasuruan bertipe sekunder-tersier, yang mana sektor industri,
perdagangan dan jasa adalah kontributor utamanya. Apabila ditelusuri lebih jauh, pelaku
usaha di sektor-sektor utama tersebut adalah kelompok Usaha mikro, kecil dan menengah
(UMKM). Di samping itu, UMKM juga merupakan penyedia lapangan kerja yang cukup besar di
Kota Pasuruan.
Pada sektor industri, kiprah industri kecil rumah tangga (IKRT) mebel telah mampu
menyematkan predikat Kota Pasuruan sebagai penghasil mebel utama di Jawa Timur.
Walaupun tidak sebesar industri mebel, IKRT logam juga memberikan kontribusi yang cukup
signifikan bagi perekonomian Kota Pasuruan. Selain dua sub sektor tersebut, IKM juga
tersebar di sektor makanan dan minuman.
Pada sektor perdagangan, keberadaan pasar tradisional cukup memberikan warna
Kota Pasuruan sebagai jalur distribusi barang dan jasa bagi wilayah tetangga. Pada sektor
jasa, Pemerintah Kota memiliki obsesi untuk menggali potensi wisata, khususnya wisata religi
7.7.1 Permasalahan
A. Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
a. Rendahnya Produktivitas
Permasalahan utama yang dihadapi oleh UMKM, terutama usaha skala mikro, adalah
rendahnya produktivitas, sehingga menimbulkan kesenjangan yang sangat lebar antara pelaku
UMKM dan usaha besar. Mayoritas UMKM memiliki omzet kurang dari Rp.25 juta/tahun, yang
sebagian besar bergerak di sektor industri, dan serta sektor perdagangan. Hampir seluruhnya
berusaha dengan modal sendiri. Mayoritas pemilik UMKM berpendidikan relatif rendah.
Dengan kondisi seperti itu, kualitas sumberdaya manusia UMKM, khususnya dalam
bidang manajemen, organisasi, penguasaan teknologi, dan pemasaran, serta juga kompetensi
kewirausahaannya, umumnya relatif rendah. Peningkatan produktivitas UMKM sangat
diperlukan untuk mengatasi ketimpangan antar-pelaku, antar-golongan pendapatan, dan
antar-daerah, termasuk penanggulangan kemiskinan, selain sekaligus mendorong peningkatan
daya saing.
7.7.2 Sasaran
A. Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
Sasaran pemberdayaan koperasi adalah meningkatnya posisi tawar, dan efisiensi,
serta menguatnya kelembagaan koperasi, sehingga dapat turut memperbaiki kondisi
persaingan usaha di pasar melalui dampak eksternalitas positif yang ditimbulkannya.
Sedangkan sasaran pemberdayaan UMKM adalah makin meluasnya lapangan kerja yang bisa
disediakan, meningkatnya secara signifikan kontribusi UMKM terhadap pertumbuhan ekonomi,
dan makin meningkatnya pemerataan peningkatan pendapatan, yang semuanya tercermin
dari:
1. Meningkatnya nilai tambah sektor inudustri dan perdagangan terhadap PDRB, dengan
IKRT (mebel dan logam) dan pedagang pasar tradisional sebagai pemeran utamanya.
2. Meningkatnya proporsi usaha kecil formal, khususnya IKRT mebel dan logam.
3. Meningkatnya kinerja pasar tradisional, yang diindikasikan dengan ketersediaan sarpras
yang layak dan jumlah pedagang pasar;
4. Terkendalinya pertumbuhan pasar modern, khususnya di wilayah perumahan dan
7.7.4 Program
Berdasarkan sasaran dan arah kebijakan tersebut di atas, maka langkah-langkah yang
akan dilaksanakan dijabarkan ke dalam program-program pembangunan indikatif berikut.
Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan
1. Program Pemberdayaan UMKM
2. Program Pengembangan Sistem Pendukung Usaha bagi KUMKM
3. Program Peningkatan Kualitas Kelembagaan Koperasi
4. Program Pemberdayaan Koperasi
5. Program Peningkatan Pengawasan dan Pengendalian KSP/USP
6. Program Peningkatan Kualitas Kelembagaan Koperasi
7. Program Perlindungan Konsumen dan Pengamanan Perdagangan
8. Program Pengembangan Perdagangan Dalam Negeri
9. Program Peningkatan Efisiensi Perdagangan Dalam Negeri
10. Program Pengembangan Perdagangan Internasional
11. Program Peningkatan Kemampuan Sistem Produksi
12. Program Peningkatan Kemampuan Teknologi Industri
13. Program Pengembangan Industri Kecil dan Menengah
14. Program Penataan Struktur Industri
Dinas Pertanian, Kehutanan, Kelautan dan Perikanan
1. Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Pertanian/Perkebunan
2. Program Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian/Perkebunan
3. Program Peningkatan Produksi Pertanian/Perkebunan
4. Program Pemberdayaan Penyuluh Pertanian/Perkebunan Lapangan
5. Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Tenak
6. Program Peningkatan Produksi Hasil Peternakan
7. Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Peternakan
8. Program Peningkatan Penerapan Teknologi Peternakan
9. Program Penyediaan Pangan Yang ASUH ( Aman Sehat Utuh dan Halal)
10. Program Peningkatan Pelayanan RPH
11. Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan
12. Program Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Hutan
13. Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Hutan
14. Program Pembinaan dan Penertiban Industri Hasil Hutan
7.8.1 Permasalahan
A. Pekerjaan Umum
a. Terbatasnya pemenuhan air bersih di lingkungan permukiman dan perumahan
Masih belum tercovernya seluruh kebutuhan air bersih di lingkungan permukiman
khususnya di wilayah Kota Pasuruan bagian utara, serta pada permukinan dan perumahan
baru. Diperkirakan pada beberapa tahun ke depan, tingkat kebutuhan akan air bersih semakin
meningkat, hal ini terjadi akibat berkembangnya wilayah permukiman, industri dan
perdagangan. Selain itu peningkatan kebutuhan akan air bersih dikarenakan pemanfaatan air
bersih yang selama berasal dari air tanah (sumur dangkal dan sumur dalam), beralih dengan
memanfaatkan jaringan air bersih dari PDAM.
B. Perhubungan
a. Manajemen Lalu Lintas dan Transportasi yang Masih Lemah
Kondisi kualitas dan kuantitas sarana lalu lintas masih cukup terbatas, yang
diantaranya diindikasikan dengan: lampu lalu lintas kerap mati, posisi rambu lalu lintas yang
terhalangi hingga kurangnya ketersediaan halte bis yang layak. Pemanfaatan terminal dan sub
termunal yang kurang optimal, diindikasikan dengan sedikitnya jumlah angkutan umum yang
melakukan aktivitas menaikkan dan menurunkan penumpang di terminal. Masalah
pengelolaan parkir berlangganan juga menjadi tantangan tersendiri bagi pengelolaan
transportasi di Kota Pasuruan.
7.8.2 Sasaran
A. Pekerjaan Umum
1. Meningkatnya pemenuhan kebutuhan air bagi rumah tangga, permukiman, industri dan
pertanian, dengan prioritas utama untuk kebutuhan pokok masyarakat miskin dan
pertanian rakyat di daerah sulit air.
2. Berkurangnya dampak bencana banjir, dan kekeringan, yang ditandai dengan
berkurangnya luas daerah genangan banjir, dan luas areal yang mengalami kekeringan.
3. Berlanjutnya pembentukan Himpunan Petani Pemakai Air (HIPPA).
4. Terkendalinya pemanfaatan air tanah, yang disertai dengan terkendalinya pencemaran
air.
5. Terpeliharanya dan meningkatnya daya dukung, kapasitas, maupun dan kualitas
pelayanan prasarana jalan dan jembatan untuk daerah-daerah yang perekonomiannya
berkembang pesat.
6. Berkurangnya prasarana jalan dan jembatan yang berada dalam kondisi rusak.
7. Terwujudnya partisipasi aktif swasta dalam pembangunan dan penyelenggaraan
B. Perhubungan
1. Meningkatnya kedisiplinan masyarakat dalam berlalu lintas, yang ditandai dengan
menurunnya jumlah pelanggaran lalu-lintas, dan muatan lebih di jalan, sehingga dapat
menurunkan kerugian ekonomi yang diakibatkannya.
2. Meningkatnya kelaikan dan jumlah sarana dan prasarana LLAJ.
3. Menurunnya tingkat kecelakaan dan fatalitas kecelakaan lalu lintas di jalan, serta
meningkatnya kualitas pelayanan angkutan dalam hal ketertiban, keamanan dan
kenyaman transportasi jalan, terutama angkutan umum.
4. Meningkatnya peranserta swasta dan masyarakat dalam penyelenggaraan transportasi
jalan.
5. Terwujudnya perencanaan transportasi perkotaan yang terpadu dengan pengembangan
wilayah.
B. Perhubungan
1. Meningkatkan keselamatan lalu lintas jalan secara komprehensif dan terpadu dari
berbagai aspek.
2. Meningkatkan kelancaran pelayanan angkutan jalan secara terpadu, melalui: penataan
sistem jaringan terminal; manajemen lalu lintas; pemasangan fasilitas dan rambu jalan;
penegakan hukum dan disiplin di jalan; penataan ijin trayek.
3. Meningkatkan kondisi pelayanan prasarana jalan melalui penanganan dan penindakan
muatan lebih.
4. Meningkatkan profesionalisme SDM (petugas, disiplin operator dan pengguna jalan),
meningkatkan kemampuan manajemen dan rekayasa lalu-lintas, serta pembinaan teknis
tentang pelayanan operasional transportasi.
7.8.4 Program
Dinas Pekerjaan Umum
1. Program Pengembangan dan Pengelolaan Irigasi, Rawa dan Jaringan lainnya
2. Program Pengendalian Banjir
3. Program Pembangunan Jalan dan Jembatan
4. Program Rehabilitasi/Pemeliharaan Jalan dan jembatan
5. Program Pembangunan Saluran Drainase/Gorong-Gorong
6. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Kebinamargaan
7. Program Peningkatan sarana prasarana penerangan jalan
8. Program Pengembangan kinerja pengelolaan air minum & air limbah
9. Program Pengembangan lingkungan sehat perumahan
10. Program Pengembangan Perumahan
11. Program Pengelolaan ruang terbuka hijau (RTH)
12. Program Peningkatan Prasarana Fasilitas Umum
13. Program Pengembangan kinerja pengelolaan persampahan
14. Program Peningkatan Prasarana dan Sarana Persampahan
15. Program Pengelolaan Areal Pemakaman
Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika
1. Program Pembangunan Prasarana dan Fasilitas Perhubungan
2. Program Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana dan Fasilitas LLAJ
3. Program Peningkatan Pelayanan Angkutan
Tabel 7.9
Pagu Indikatif Kebutuhan Pendanaan Program
Pembangunan, Pemeliharaan dan Perbaikan Infrastruktur Tahun 2010–2015
Kebutuhan Pendanaan Program Indikatif (Rp.000)
No. Uraian
2011 2012 2013 2014 2015
1 Prioritas VIII 17.013.096 34.724.111 32.190.000 32.320.000 34.507.500
7.9.1 Permasalahan
a. Meningkatnya Kerusakan Daerah Aliran dan Bantaran Sungai
Praktik penebangan liar dan konversi lahan menimbulkan dampak luas, yaitu
kerusakan ekosistem dalam tatanan daerah aliran sungai (DAS). Akibatnya, DAS berkondisi
kritis meningkat. Kerusakan DAS juga dipacu oleh pengelolaan DAS yang kurang terkoordinasi
7.9.2 Sasaran
Sasaran yang hendak dicapai adalah membaiknya sistem pengelolaan sumberdaya
alam dan lingkungan hidup bagi terciptanya keseimbangan antara aspek pemanfaatan
sumberdaya alam sebagai modal pertumbuhan ekonomi (kontribusi sektoral terhadap PDRB)
dan aspek perlindungan terhadap kelestarian fungsi lingkungan hidup sebagai penopang
sistem kehidupan secara luas.
Penciptaan keseimbangan tersebut akan menjamin keberlanjutan pembangunan.
Seluruh kegiatannya harus dilandasi tiga pilar pembangunan secara seimbang, yaitu
menguntungkan secara ekonomi (economically viable), diterima secara sosial (socially
acceptable), dan ramah lingkungan (environmentally sound).
1. Meningkatnya kualitas air permukaan, serta kualitas air tanah disertai pengendalian dan
pemantauan terpadu antar-sektor.
2. Terkendalinya pencemaran pesisir dan laut melalui pendekatan terpadu antara kebijakan
konservasi tanah di wilayah daratan dan ekosistem pesisir serta laut.
7.9.4 Program
Berdasarkan sasaran dan arah kebijakan tersebut di atas, maka langkah-langkah yang
akan dilaksanakan dijabarkan ke dalam program-program pembangunan indikatif berikut.
Dinas Pekerjaan Umum
1. Program Penataan Tata Ruang
Kantor Lingkungan Hidup
1. Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan
2. Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup
3. Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam
4. Program Peningkatan dan Akses Informasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup
5. Program Peningkatan Pengendalian Polusi
6. Program Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau
Kebutuhan dana indikatif untuk melaksanakan program-program tahun 2011–2015,
sebagaimana tersebut di atas, tersaji pada tabel 7.10.
Tabel 7.10
Pagu Indikatif Kebutuhan Pendanaan Program
Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Penataan Ruang Tahun 2010–2015
Kebutuhan Pendanaan Program Indikatif (Rp.000)
No. Uraian
2011 2012 2013 2014 2015
1 Prioritas IX 2.722.451 3.462.761 3.872.795 3.884.403 4.732.910
7.10.1 Permasalahan
a. Masih Kurangnya Ketersediaan Data yang Valid Dalam Menunjang
Perencanaan
Ketersediaan data yang minim merupakan hambatan utama dalam menyusun
perencanaan berbasis kinerja. Sampai sejauh ini, SKPD belum memiliki sistem pengelolaan
data yang kontinyu. Atau dengan kata lain, data hanya dikumpulkan secara temporer
berdasarkan kebutuhan, dengan standar validitas data yang masih cukup lemah. Data yang
lemah akan menghasilkan bias informasi, sehingga berpotensi menimbulkan kesalahan dalam
perencanaan pembangunan.
7.10.2 Sasaran
1. Meningkatnya intensitas pengawasan tata laksana pemerintahan.
2. Terciptanya sistem kelembagaan dan ketatalaksanaan pemerintahan yang partisipatif,
transparan dan akuntabel.
3. Meningkatnya kemandirian keuangan daerah, yang disertai dengan tata kelola keuangan
daerah yang transparan dan akuntabel.
4. Meningkatnya pelayanan administrasi kependudukan dan catatan sipil.
5. Meningkatnya keterbukaan penyelanggaraan pemerintahan melalui kegiatan kehumasan,
perpustakaan dan kearsipan.
6. Meningkatnya SKPD yang memiliki dan melaksanakan standar pelayanan minimal (SPM),
standar pelayanan publik dan standar operating procedure (SOP).
7. Meningkatnya proporsi kelulusan aparatur dalam diklat strktural maupun fungsional.
8. Meningkatnya ketersediaan sarana dan prasarana pemerintahan secara layak.
7.10.4 Program
Berdasarkan sasaran dan arah kebijakan tersebut di atas, maka langkah-langkah yang
akan dilaksanakan dijabarkan ke dalam program-program pembangunan indikatif berikut.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
1. Program Kerjasama Pembangunan
2. Program Penataan Tata Ruang
3. Program Perencanaan Pengembangan Kota-Kota Menengah dan Besar
4. Program Perencanaan Pembangunan Daerah
5. Program Peningkatan Koordinasi Perencanaan Pembangunan Daerah
6. Program Perencanaan Pembangunan Ekonomi
7. Program Perencanaan Pembangunan Sosial Budaya
8. Program Perencanaan Prasarana Wilayah dan Sumber Daya Alam
9. Program Penyediaan Data Pembangunan
10. Program Monitoring dan Evaluasi Kinerja Perencanaan Pembangunan Daerah
11. Program Penyediaan Data Statistik Pembangunan
12. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Pemerintahan
Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
1. Program Penataan Administrasi Kependudukan
2. Program Peningkatan Kualitas Kependudukan
Bagian Adminstrasi Pemerintahan Umum
1. Program Peningkatan Pelayanan Kedinasan Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah
2. Program Pemeliharaan Kantramtibmas dan Pencegahan Tindakan Kriminal
3. Program Peningkatan Kinerja Bagian Administrasi Pemerintahan Umum
4. Program Koordinasi dan Sinkronisasi Dalam Bidang Pengawasan dan Otonomi Daerah
5. Program Peningkatan Kapasitas Aparatur Pemerintahan
Tabel 7.11
Pagu Indikatif Kebutuhan Pendanaan Program
Reformasi Birokrasi dan Peningkatan Pelayanan Publik Tahun 2011–2015
Kebutuhan Pendanaan Program Indikatif (Rp.000)
No. Uraian
2011 2012 2013 2014 2015
1 Prioritas X 47.128.483 53.743.447 53.876.569 55.753.029 59.717.397
7.11.1 Permasalahan
a. Belum Optimalnya Penanganan Kriminalitas
Kriminalitas merupakan ancaman nyata bagi terciptanya masyarakat yang aman,
tenteram dan damai. Peningkatan angka indeks kejahatan perlu diwaspadai dan diantisipasi
oleh aparat keamanan dalam meningkatkan kinerjanya untuk memberikan jaminan keamanan
bagi masyarakat. Kriminalitas selalu menelan korban. Korban ini meliputi pembunuhan,
pencurian dengan kekerasan, pemerkosaan, penganiayaan berat dan kekerasan dalam rumah
tangga.
Fenomena maraknya kasus “main hakim sendiri”, dan pengeroyokan para pelaku
kriminal, oleh sebagian anggota masyarakat merupakan cerminan ketidakpercayaan
masyarakat terhadap penanganan kriminalitas selama ini, sekaligus merupakan
kekurangpercayaan terhadap institusi penegakan hukum.
7.11.2 Sasaran
Sasaran yang hendak dicapai dengan peningkatan keamanan dan ketertiban, serta
7.11.4 Program
Berdasarkan sasaran dan arah kebijakan tersebut di atas, maka langkah-langkah yang
akan dilaksanakan dijabarkan ke dalam program-program pembangunan indikatif berikut.
Badan Kesatuan Bangsa, Politik Dalam Negeri dan Perlindungan Masyarakat
1. Program Ketahanan Bangsa Terhadap ancaman, gangguan, hambatan, tantangan
Instabilitas Daerah
2. Program Pembinaan Stabilitas Kehidupan Sosial Kemasyarakatan
3. Program Pembinaan Stabilitas Politik Daerah
4. Program Pembinaan Politik
5. Program Pengembangan Hubungan Kelembagaan Sosial Politik
6. Program Pemberdayaan Masyarakat Dalam Menjaga Ketentraman, Ketertiban dan
Keamanan Lingkungan
7. Program Pencegahan Dini dan Penanggulangan Korban Bencana Alam
8. Program Kesiagaan, Pencegahandan Pemadaman Kebakaran
Tabel 7.12
Pagu Indikatif Kebutuhan Pendanaan Program
Peningkatan Ketentraman dan ketertiban, Serta Harmoni Sosial Tahun 2011–2015
Kebutuhan Pendanaan Program Indikatif (Rp.000)
No. Uraian
2011 2012 2013 2014 2015
1 Prioritas XI 2.755.112 3.317.641 4.005.942 4.811.935 4.506.852
7.12.1 Permasalahan
a. Pemahaman Agama Belum Sepenuhnya Teraktualisasikan dalam Kehidupan
Sehari-hari
Belum semua lapisan masyarakat mengaktualisasikan pemahaman agamanya ke
dalam bentuk perilaku sehari-hari. Masih banyak dijumpai perilaku negatif yang membelakangi
norma-norma agama, seperti perilaku asusila, meningkatnya angka perceraian maupun
ketidakharmonisan keluarga, menunjukkan semakin melemahnya sendi-sendi moral agama.
Berbagai perilaku masyarakat yang amoral tersebut, menggambarkan masih adanya
kesenjangan antara pemahaman atas nilai-nilai ajaran agama dan pengamalannya dalam
bermasyarakat.
7.12.2 Sasaran
1. Menurunnya perilaku masyarakat yang bertentangan dengan nilai-nilai dan moralitas
agama.
2. Meningkatnya apresiasi budaya daerah, baik melalui pertunjukan maupun forum dialog
budaya.
7.12.4 Program
Berdasarkan sasaran dan arah kebijakan tersebut di atas, maka langkah-langkah yang
akan dilaksanakan dijabarkan ke dalam program-program pembangunan indikatif berikut.
Dinas Pendidikan
1. Program Peningkatan Pemahaman dan Pengamalan Nilai-nilai Keagamaan
Dinas Pemuda, Olah Raga, Kebudayaan dan Pariwisata
1. Program Pengembangan Nilai Budaya
2. Program Pengelolaan Kekayaan Budaya
3. Program Pengelolaan Keragaman Budaya
4. Program Pengembangan Kerjasama Pengelolaan Kekayaan Budaya
5. Program Bantuan Sosial Kemasyarakatan (seni-budaya)
Kebutuhan dana indikatif untuk melaksanakan program-program tahun 2011–2015,
sebagaimana tersebut di atas, tersaji pada tabel 7.13.
Tabel 7.13
Pagu Indikatif Kebutuhan Pendanaan Program
Peningkatan Kearifan Lokal dan Kesalehan Sosial Tahun 2011–2015
Kebutuhan Pendanaan Program Indikatif (Rp.000)
No. Uraian
2011 2012 2013 2014 2015
1 Prioritas XII 42.500 48.250 54.075 59.982 65.980
Gambar 7.2
Arahan Pengembangan Wilayah Kota Pasuruan
Sistem perwilayahan Kota Pasuruan, terbagi berdasarkan hirarki berjenjang dari skala
pelayanan regional hingga skala pelayanan lokal, sebagaimana tersaji pada gambar 7.1.
Kegiatan utama pada pusat–pusat pelayanan mendukung fungsi utama Kota Pasuruan. Secara
struktural, pola pembagian ruang Kota Pasuruan terdiri atas: 1 pusat pelayanan kota (PPK), 4
sub pusat pelayanan kota (SPPK) dan 11 unit lingkungan (UL). Gambar 7.2 menunjukkan
kebijakan pengembangan wilayah Kota Pasuruan, yang terangkum dalam struktur ruang,
dalam format peta.
Tabel 7.14
Pembagian Unit Lingkungan, Pusat Unit Lingkungan, Wilayah Pelayanan dan
Fungsi Kegiatannya di Kota Pasuruan
Unit Pusat
No. Wilayah Pelayanan Fungsi Kegiatan
Lingkungan Unit Lingkungan
I Sub Pusat Pelayanan Kota Utara (A)
1 UL A – 1 Kelurahan Kelurahan Mayangan Pangkalan pendaratan ikan (PPI),
Tambaan Kelurahan Tambaan transportasi regional, home industry
Kelurahan Ngemplakrejo pengolahan ikan, perdagangan jasa,
Kelurahan Trajeng industri dan pergudangan serta fasilitas
pelayanan umum.
2 UL A – 2 Kelurahan Kelurahan Panggungrejo Pelabuhan barang dan niaga, pariwisata,
Mandaranrejo industri kecil dan pergudangan, serta
fasilitas pelayanan umum.
3 UL A – 3 Kelurahan Bugullor Kelurahan Tapaan Perdagangan dan jasa, industri kecil dan
pergudangan, fasilitas pelayanan umum.
II Sub Pusat Pelayanan Kota Barat (B)
1 UL B – 1 Kelurahan Kelurahan Karangketug Perdagangan dan jasa, industri kecil, dan
Gadiingrejo Kelurahan Gentong fasilitas pelayanan umum.
2 UL B – 2 Kelurahan Bukir Kelurahan Sebani Industri kecil, home industy, perdagangan
dan jasa serta fasilitas pelayanan umum.
3 UL B – 3 Kelurahan Kelurahan Randusari Pelayanan umum, home industry,
Petahunan Kelurahan Krapyakrejo perdagangan dan jasa.
III Sub Pusat Pelayanan Kota Timur (C)
1 UL C – 1 Kelurahan Kepel Kelurahan Blandongan transportasi regional, perdagangan jasa,
industri kecil, pendidikan dan fasilitas
pelayanan umum.
2 UL C – 2 Kelurahan Kelurahan Krampyangan
Bugulkidul
3 UL C – 3 Kelurahan Bakalan fasilitas pelayanan umum, perdagangan
dan jasa, perkantoran.
IV Sub Pusat Pelayanan Kota Selatan (D)
1 UL D – 1 Kelurahan Kelurahan Purutrejo perdagangan dan jasa, perkantoran,
Pohjentrek Kelurahan Kebunagung pendidikan.
2 UL D – 2 Kelurahan Kelurahan Sekargadung perdagangan jasa, fasilitas pelayanan
Tembokrejo Kelurahan Wirogunan umum, perkantoran.
Sumber: RTRW Kota Pasuruan