Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Swt. berkat rahmat dan ridho-Nya penulis dapat
menyelesaikan makalah perkuliahan puisi.Makalah ini diajukan sebagai salah satu syarat tugas mata
kuliah puisi.
Penulis menyadari pada saat penulisan makalah ini tidak terlepas dari bimbingan dan bantuan dari
segala pihak.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih banyak terdapat kekurangan dan
kesalahan. untuk itu diharapkan kritikan dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini. Demikian kiranya semoga laporan yang telah dibuat ini dapat memberikan manfaat bagi
pengembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

27, September 2014

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii

BAB I
PENDAHULUAN1
1.1 Latar Belakang............................ 1
1.2 Permasalahan............................ 1
1.3 Tujuan........................................ 1

BAB II
PEMBAHASAN.............................. 2
2.1 Pengertian Pantun............................. 3
2.2 Sejarah Pantun..3
2.3 Ciri-ciri Pantun............................... 4
2.4 Jenis-jenis Pantun........................... 5
2.5 Syarat-Syarat Pantun6
2.6 Bentuk bentuk Pantun..6
BAB III PENUTUP.................................................. 7
3.1 Kesimpulan .....................................7
3.2 Saran.............................................. 7

DAFTAR PUSTAKA.............................................8

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pantun meupakan sastra lisan yang dibukukan pertama kali oleh Haji Ibrahim Datuk Kaya Muda
Riau, seorang sastrawan yang hidup sezaman dengan Raja Ali Haji. Antologi pantun yang pertama itu
berjudul Perhimpunan Pantun-pantun melayu. Genre pantun merupakan genre yang paling bertahan
lama.
Mengungkapkan perasaan tidak hanya dapat diceritakan dan ditulis dalam bentuk prosa. Ungkapan
perasaan pun dapat dinyatakan dalam bentuk puisi, seperti puisi lama yang disebut pantun. Selain pantun,
masih ada bentuk puisi lama lainnya, seperti pantun kilat (karmina), talibun, seloka, gurindam, dan syair.
Pantun sudah dikenal masyarakat Indonesia sejak dahulu. Misalnya, wawangsalan, paparikan,
sisindiran, sesebred dalam masyarakat sunda; pantun ludruk, dan gandrung dalam masyarakat jawa; serta
ende-ende dalam masyarakat Mandailing. Bahkan, di sebagian daerah Sumatra, masyarakat Minangkabau
menggunakan pantun sebagai pembuka acara di perayaan-perayaan. Selain dibaca, pantun juga kerap
dinyanyikan.
1.2 Permasalahan
1.

Apakah Pengertian pantun?

2.

Bagaimanakah sejarah pantun?

3.

Bagaimanakah ciri-ciri pantun?

4.

Bagaimanakah syarat-syarat pantun?

5.

Apa sajakah jenis-jenis pantun?

1.3 Tujuan
1.

Mengetahui Pengertian pantun.

2.

Mengetahui sejarah pantun.

3.

Mengetahui ciri-ciri pantun.

4.

Mengetahui syarat-syarat pantun.

5.

Mengetahui jenis-jenis pantun.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pantun


Dalam pengertian umum, pantun merupakan salah satu bentuk sastra rakyat yang menyuarakan
nilai-nilai dan kritik budaya masyarakat.
Pantun adalah puisi asli Indonesia . Pantun juga terdapat dalam beberapa sastra daerah di Indonesia
seperti parika dalam sastra jawa ataupaparikan dalam sastra sunda. Orang yang pertama kali
membentangkan pikiran dari hal pantun Indonesia ini adalah H.C. Klinkert dalam tahun 1868.
Karangannya bernama De pantuns of minnenzangen der Maleier. Sesudah itu datang Prof. Pijnapple;
juga beliau memaparkan pikirannya dari hal ini dalam tahun 1883. Pantun tepat untuk suasana tertentu,
seperti halnya juga karya seni lainnya hanya tepat untuk suasana tertentu pula.
Menurut Surana pantun ialah bentuk puisi lama yang terdiri atas 4 larik sebait berima silang (a b a
b). Larik I dan II disebut sampiran, yaitu bagian objektif. Biasanya berupa lukisan alam atau apa saja
yang dapat diambil sebagai kiasan. Larik III dan IV dinamakan isi, bagian subjektif. Sama halnya dengan
karmina, setiap larik terdiri atas 4 perkataan. Jumlah suku kata setiap larik antara 8-12. Namun, dalam
buku Bahan Ajar Sastra Rakyat (2005:70) mengatakan bahwa:
Pantun adalah puisi melayu tradisional yang paling popular dan sering dibincangkan. Pantun adalah
ciptaan asli orang Melayu; bukan saduran atau penyesuaian dari puisi-puisi jawa, India, cina dan
sebagainya. kata pantun mengandung arti sebagai, seperti, ibarat, umpama, atau laksana.
Sedangkan dalam Kamus Istilah Sastra (2006:173) menjelaskan bahwa:
Pantun adalah Puisi Indonesia (Melayu), tiap bait (kuplet) biasa terdiri atas empat baris yang bersajak (ab-a-b) tiap larik biasanya berjumlah empat kata; baris pertama dan baris kedua biasanya tumpuan
(sampiran) saja dan baris ketiga dan keempat merupakan isi; setiap baris terdiri dari 8-12 suku kata;
merupakan peribahasa sindiran; jawab (pada tuduhan dan sebagainya)

Menurut penulis, pantun merupakan salah satu jenis puisi lama dalam kesusastraan Melayu
Nusantara yang paling popular. Pada umumnya setiap bait terdiri atas empat baris (larik), tiap baris terdiri

atas 8-12 suku kata, berirama a-b-a-bdengan variasi a-a-a-a. Baris pertama dan kedua adalah sampiran,
sedangkan baris ketiga dan keempat adalah isi.

2.2 Sejarah Pantun


Pada mulanya pantun merupakan senandung atau puisi rakyat yang dinyanyikan (Fang, 1993:
195). Pantun pertama kali muncul dalam Sejarah Melayu dan hikayat-hikayat popular yang sezaman dan
disisipkan dalam syair-syair seperti Syair Ken Tambuhan. Pantun dianggap sebagai bentuk karma dari
kata Jawa Parik yang berarti pari, artinya paribahasa atau peribahasa dalam bahasa Melayu. Arti ini juga
berdekatan dengan umpama atau seloka yang berasal dari India. Dr. R. Brandstetter mengatakan bahwa
kata pantun berasal dari akar katatun, yang terdapat dalam berbagai bahasa Nusantara, misalnya dalam
bahasa Pampanga, tuntun yang berarti teratur, dalam bahasa Tagalog ada tonton yang berarti bercakap
menurut aturan tertentu; dalam bahasa Jawa kuno, tuntun yang berarti benang atauatuntun yang berarti
teratur dan matuntun yang berarti memimpin; dalam bahasa Toba pula ada kata pantun yang berarti
kesopanan, kehormatan.
Van Ophuysen dalam Hamidy (1983: 69) menduga pantun itu berasal dari bahasa daun-daun,
setelah dia melihat ende-ende Mandailing dengan mempergunakan daun-daun untuk menulis suratmenyurat dalam percintaan. Menurut kebiasaan orang Melayu di Sibolga dijumpainya kebiasaan seorang
suami memberikan ikan belanak kepada istrinya, dengan harapan agar istrinya itu beranak. Sedangkan R.
J. Wilkinson dan R. O. Winsted dalam Hamidy (1983:69) menyatakan keberatan mengenai asal mula
pantun seperti dugaan Ophuysen itu. Dalam bukunya Malay Literature pertama terbit tahun 1907,
Wilkinson malah balik bertanya, tidakkah hal itu harus dianggap sebaliknya?. Jadi bukan pantun yang
berasal dari bahasa daun-daun, tetapi bahasa daun-daunlah yang berasal dari pantun.

2. 3 Ciri-ciri Pantun
1.

Terdiri atas empat baris.

2.

Tiap baris terdiri atas 9 sampai 10 suku kata.

3.

Dua baris pertama disebut sampiran dan dua baris berikutnya berisi maksud si pemantun. Bagian
ini disebut isi pantun.

4.

Pantun mementingkan rima akhir dan rumus rima itu disebut dengan abjad /ab-ab/. Maksudnya,
bunyi akhir baris pertama sama dengan bunyi akhir baris ketiga dan baris kedua sama dengan baris
keempat.

Lain halnya menurut Harun Mat Piah dalam Bahan Ajar Sastra Rakyat, membagikan ciri-ciri
pantun menjadi dua aspek, yaitu aspek luaran dan dalaman.Aspek luaran adalah dari segi struktur dan
ciri-ciri visual yaitu:
1.

Terdiri dari rangkap-rangkap yang berasingan. Setiap rangkap terjadi dari baris-baris yang sejajar
dan berpasangan seperti 2,4,6,8 dan seterusnya. Rangkap yang paling umum adalah empat baris.

2.

Setiap baris mengandung empat kata dasar, dengan jumlah suku kata antara

8 hingga 10.

3.

Adanya klimaks yaitu perpanjangan atau kelebihan jumlah unit suku kata atau perkataan pada
kuplet maksud.

4.

Setiap stanza terbagi kepada dua unit yaitu pembayang dan maksud.

5.

Mempunyai skema rima ujung yang tetap: a-b a-b, dengan sedikit variasi a-a-a-a.

6.

Setiap stanza pantun adalah satu keseluruhan mengandung sifat fikiran yang bulat dan lengkap.
Ciri-ciri dalamannya adalah:

1.

Penggunaan lambang-lambang tertentu mengikuti tanggapan dan pandangan dunia masyarakat.

2.

Adanya perhubungan makna antara pasangan pembayang dengan pasangan maksud, sama ada
secara kongkrit atau abstrak atau melalui lambang-lambang.
Sedangkan menurut Suroto ,ciri-ciri pantun sebagai berikut:

1.

Pantun tersusun atas empat baris dalam tiap baitnya.

2.

Baris pertama dan baris kedua berupa sampiran.

3.

Baris ketiga dan keempat merupakan isi/ maksud yang hendak disampaikan.

4.

Jumlah suku kata dalam tiap baitnya rata-rata berkisar delapan sampai dua belas.

2.4 Syarat-syarat pantun


Menurut Effendy syarat-syarat dalam pantun adalah:
a.

Tiap bait terdiri dari empat baris

b.

Tiap baris terdiri dari empat atau lima kata atau terdiri dari delapan atau sepuluh suku kata

c.

Sajaknya bersilih dua-dua: a-b-a-b. dapat juga bersajak a-a-a-a.

d.

Sajaknya dapat berupa sajak paruh atau sajak penuh

e.

Dua baris pertama tanpa isi disebut sampiran, dua baris terakhir merupakan isi dari pantun itu.

2.5 Bentuk-Bentuk Pantun


i)

Pantun biasa, seperti contoh yang telah dikemukakan dimuka disebut pantun biasa atau pantun saja;

ii)

Pantun berkait disebut juga pantun berantai, ada pula yang menamakan seloka. Pantun berkaitan terdiri
atas beebrapa bait atas beberapa bait yang sambung menyambung.

iii)

Talibun, talibun semacam pantun juga, tetapi terdiri atas enam, delapan, atau sepuluh baris. Bila terdiri
enam baris, maka yang tiga beris merupakan sampiran dan yang tiga baris berikutnya merupakan isi.

iv)

Pantun kilat adalah pantun yang terdiri hanya dua baris saja, baris pertama merupakan sampiran dan
baris kedua merupakan isi.

2.6 Jenis-jenis Pantun


Suroto (1989:44-45) membagi pantun menjadi dua bagian yaitu:
a.

menurut isinya:

pantun anak-anak, biasanya berisi permainan.

pantun muda mudi, biasanya berisi percintaan.

Pantun orang tua, biasanya berisi nasihat atau petuah. Itulah sebabnya, pantun ini disebut juga
pantun nasihat.

Pantun jenaka, biasanya berisi sindiran sebagai bahan kelakar.

Pantun teka-teki

b.

menurut bentuknya atau susunannya:


pantun berkait, yaitu pantun yang selalu berkaitan antara bait satu dengan bait kedua, bait kedua
dengan bait ketiga dan seterusnya. Adapun susunan kaitannya adalah baris kedua bait pertama menjadi
baris pertama pada bait kedua, baris keempat bait pertama dijadikan baris ketiga pada bait kedua dan
seterusnya.

Pantun kilat, sering disebut juga karmina, ialah pantun yang terdiri atas dua baris, baris pertama
merupakan sampiran sedang baris kedua merupakan isi. Sebenarnya asal mula pantun ini juga terdiri atas

empat baris, tetapi karena barisnya pendek-pendek maka seolah-olah kedua baris pertama diucapkan
sebagai sebuah kalimat, demikian pula kedua baris yang terakhir.
Sedangkan Nursisto, dalam bukunya ikhtisar Kesusastraan Indonesia (2000:11-14) pantun dibagi
menjadi:
a) Berdasarkan isinya, pantun dibagi atas:
a.

Pantun kanak-kanak

Pantun bersukacita

Pantun berdukacita

b.

Pantun muda

Pantun nasib atau pantun dagang

Pantun perhubungan

Pantun perkenalan

Pantun berkasih-kasihan

Pantun perceraian

Pantun beriba hati

Pantun jenaka

Pantun teka-teki

c.

Pantun tua

Pantun adat

Pantun agama

Pantun nasihat
b) Berdasarkan banyaknya baris tiap bait dibagi menjadi:

Pantun dua seuntai atau pantun kilat

Pantun empat seuntai atau pantun empat serangkum

Pantun enam seuntai atau delapan seuntai, atau pantun enam serangkum, delapan serangkum (talibun).
Menurut Effendi (1983:29), pantun dapat dibagi menurut jenis dan isinya yaitu:
1.

2.

pantun anak-anak, berdasarkan isinya dapat dibedakan menjadi:


a.

pantun bersukaci

b.

pantun berdukacita

c.

pantun jenaka atau pantun teka-teki

pantun orang muda, berdasarkan isinya dapat dibedakan menjadi:


a.

pantun dagang atau pantun nasib

3.

b.

pantun perkenalan

c.

pantun berkasih-kasihan

d.

pantun perceraian

e.

pantun beribahati

pantun orang tua, berdasarkan isinya data dibedakan menjadi:


a.

pantun nasihat, contoh:

Parang ditetak kebatang sena


Belah buluh taruhlah temu
Barang dikerja takkan sempurna
Bila tak penuh menaruh ilmu
b. pantun adat, contoh:
Lebat daun bunga tanjung
Berbau harum bunga cempaka
Adat dijaga pusaka dijunjung
Baru terpelihara adat pusaka
c.

pantun agama, contoh:

Kemumu di dalam semak


Jatuh melayang selarasnya
Meski ilmu setinggi tegak
Tidak sembahyang apa gunanya
Maksud pantun tersebut adalah meskipun kita berilmu tinggi, ilmu tersebut tidak ada gunanya jika kita
tidak menjalankan kewajiban sesuai agama kita.
Contoh pantun:
1.

Pantun muda mudi

Contoh: Tanam melati di rama-rama


Ubur-ubur sampingan dua
Sehidup semati kita bersama
Satu kubur kelak berdua

2.

Pantun teka-teki
Contoh: Kalau puan puan perana
Ambil gelas di dalam peti
Kalaup uan bijak laksana
Binatang apa tanduk di kaki

3.

Pantun jenaka
Contoh : Anak rusa di rumpun salak
Patah tanduknya ditimpa genta
Riuh kerbau tergelak-gelak
Melihat beruk berkacamata

4.

Pantun berdukacita
Contoh: Ke balai membawa labu
Labu amanat dari situnggal
Orang memakai baju baru
Hamba menjerumat baju bertambal

5.

Pantun perkenalan
Contoh: Sekuntum bunga dalam padi
Ambil batang cabut uratnya
Tuan sepantun langit setinggi
Bolehkah berlindung di bawahnya?

6.

Pantun perceraian
Contoh : Pucuk pauh selara pauh
Pandan di rimba diladungkan
Adik jauh kakanda jauh
Kalau rindu sama menungkan

7.

Pantun nasib atau pantun dagang


Contoh : Unggas undan si raja burung
Terbang ke desa suka menanti

Wahai badan apalah untung


Senantiaa bersusah hati
8. Pantun Peribahasa
Contoh: Berakit-rakit kehulu
Berenang-renang ke tepian
Bersakit-sakit dahulu
Bersenang-senang kemudian
9. Pantun Perpisahan
Contoh; Batang selasih mainan budak
Berdaun sehelai dimakan kuda
Bercerai kasih bertalak tidak
Seribu tahun kembali juga
10. Pantun Kias
Contoh: Ayam sabung jangan dipaut
Jika ditambat kalah laganya
Asam digunung ikan dilaut
Dalam belanga bertemu juga
11. Pantun Kepahlawanan
Contoh: Esa elang kedua belalang
Takkan kayu berbatang jerami
Esa hilang dua terbilang
Takkan Melayu hilang dibumi

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Pantun adalah Puisi Indonesia, tiap bait (kuplet) biasa terdiri atas empat baris yang bersajak (a-ba-b) tiap larik biasanya berjumlah empat kata; baris pertama dan baris kedua biasanya tumpuan
(sampiran) saja dan baris ketiga dan keempat merupakan isi; setiap baris terdiri dari 8-12 suku kata;
merupakan peribahasa sindiran; jawab (pada tuduhan dan sebagainya)
Ciri-ciri pantun dapat dinyatakan yaitu pantun tersusun atas empat baris dalam tiap baitnya.Baris
pertama dan baris kedua berupa sampiran.Baris ketiga dan keempat merupakan isi/ maksud yang hendak
disampaikan.Jumlah suku kata dalam tiap baitnya rata-rata berkisar delapan sampai dua belas.
Jenis pantun dapat dibedakan berdasarkan tingkatan umur pemakainya, berdasarkan isinya ,dan
berdasarkan bentuknya atau susunannya.

3.2 Saran
Saran yang dapat diberikan adalah hendaknya ilmu tentang kesusastraan selalu digali dan
dipelajari serta diterapkan, khususnya tentang pantun oleh para sastrawan, ilmuan, dan lebih spesifik lagi
oleh mahasiswa bahasa dan sastraIndonesia.

DAFTAR PUSTAKA
Abdul Rani, Supratman. 2006. Intisari Sastra Indonesia. Bandung: Pustaka Setia.
Effendy, M. Ruslan. 1983. Selayang Pandang Kesusastraan Indonesia. Surabaya: PT. Bina Ilmu.
Hamzah, Amir. 1996. Esai dan Prosa. Jakarta: Dian Rakyat.
Laelasari dan Nurlailah.2006. Kamus Istilah Sastra. Bandung: Nuansa Aulia.
Rahman, Elmustian dan Abdul Jalil. Tanpa tahun. Bahan Ajar Mata Kuliah Sastra Rakyat. Pekanbaru:
Labor Bahasa, Sastra, dan Jurnalistik Universitas Riau.
Rahman, Elmustian dan Abdul Jalil. 2005. Bahan Ajar Teori Sastra. Pekanbaru: Labor Bahasa, dan
Jurnalistik Universitas Riau.
Surana. 2001. Pengantar Sastra Indonesia. Solo: PT.Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
Suroto. 1989. Teori dan Bimbingan Apresiasi Sastra Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Waluyo, Herman J. 1995. Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai