Puji Syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Swt. berkat rahmat dan ridho-Nya penulis dapat
menyelesaikan makalah perkuliahan puisi.Makalah ini diajukan sebagai salah satu syarat tugas mata
kuliah puisi.
Penulis menyadari pada saat penulisan makalah ini tidak terlepas dari bimbingan dan bantuan dari
segala pihak.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih banyak terdapat kekurangan dan
kesalahan. untuk itu diharapkan kritikan dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini. Demikian kiranya semoga laporan yang telah dibuat ini dapat memberikan manfaat bagi
pengembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN1
1.1 Latar Belakang............................ 1
1.2 Permasalahan............................ 1
1.3 Tujuan........................................ 1
BAB II
PEMBAHASAN.............................. 2
2.1 Pengertian Pantun............................. 3
2.2 Sejarah Pantun..3
2.3 Ciri-ciri Pantun............................... 4
2.4 Jenis-jenis Pantun........................... 5
2.5 Syarat-Syarat Pantun6
2.6 Bentuk bentuk Pantun..6
BAB III PENUTUP.................................................. 7
3.1 Kesimpulan .....................................7
3.2 Saran.............................................. 7
DAFTAR PUSTAKA.............................................8
BAB I
PENDAHULUAN
2.
3.
4.
5.
1.3 Tujuan
1.
2.
3.
4.
5.
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut penulis, pantun merupakan salah satu jenis puisi lama dalam kesusastraan Melayu
Nusantara yang paling popular. Pada umumnya setiap bait terdiri atas empat baris (larik), tiap baris terdiri
atas 8-12 suku kata, berirama a-b-a-bdengan variasi a-a-a-a. Baris pertama dan kedua adalah sampiran,
sedangkan baris ketiga dan keempat adalah isi.
2. 3 Ciri-ciri Pantun
1.
2.
3.
Dua baris pertama disebut sampiran dan dua baris berikutnya berisi maksud si pemantun. Bagian
ini disebut isi pantun.
4.
Pantun mementingkan rima akhir dan rumus rima itu disebut dengan abjad /ab-ab/. Maksudnya,
bunyi akhir baris pertama sama dengan bunyi akhir baris ketiga dan baris kedua sama dengan baris
keempat.
Lain halnya menurut Harun Mat Piah dalam Bahan Ajar Sastra Rakyat, membagikan ciri-ciri
pantun menjadi dua aspek, yaitu aspek luaran dan dalaman.Aspek luaran adalah dari segi struktur dan
ciri-ciri visual yaitu:
1.
Terdiri dari rangkap-rangkap yang berasingan. Setiap rangkap terjadi dari baris-baris yang sejajar
dan berpasangan seperti 2,4,6,8 dan seterusnya. Rangkap yang paling umum adalah empat baris.
2.
Setiap baris mengandung empat kata dasar, dengan jumlah suku kata antara
8 hingga 10.
3.
Adanya klimaks yaitu perpanjangan atau kelebihan jumlah unit suku kata atau perkataan pada
kuplet maksud.
4.
Setiap stanza terbagi kepada dua unit yaitu pembayang dan maksud.
5.
Mempunyai skema rima ujung yang tetap: a-b a-b, dengan sedikit variasi a-a-a-a.
6.
Setiap stanza pantun adalah satu keseluruhan mengandung sifat fikiran yang bulat dan lengkap.
Ciri-ciri dalamannya adalah:
1.
2.
Adanya perhubungan makna antara pasangan pembayang dengan pasangan maksud, sama ada
secara kongkrit atau abstrak atau melalui lambang-lambang.
Sedangkan menurut Suroto ,ciri-ciri pantun sebagai berikut:
1.
2.
3.
Baris ketiga dan keempat merupakan isi/ maksud yang hendak disampaikan.
4.
Jumlah suku kata dalam tiap baitnya rata-rata berkisar delapan sampai dua belas.
b.
Tiap baris terdiri dari empat atau lima kata atau terdiri dari delapan atau sepuluh suku kata
c.
d.
e.
Dua baris pertama tanpa isi disebut sampiran, dua baris terakhir merupakan isi dari pantun itu.
Pantun biasa, seperti contoh yang telah dikemukakan dimuka disebut pantun biasa atau pantun saja;
ii)
Pantun berkait disebut juga pantun berantai, ada pula yang menamakan seloka. Pantun berkaitan terdiri
atas beebrapa bait atas beberapa bait yang sambung menyambung.
iii)
Talibun, talibun semacam pantun juga, tetapi terdiri atas enam, delapan, atau sepuluh baris. Bila terdiri
enam baris, maka yang tiga beris merupakan sampiran dan yang tiga baris berikutnya merupakan isi.
iv)
Pantun kilat adalah pantun yang terdiri hanya dua baris saja, baris pertama merupakan sampiran dan
baris kedua merupakan isi.
menurut isinya:
Pantun orang tua, biasanya berisi nasihat atau petuah. Itulah sebabnya, pantun ini disebut juga
pantun nasihat.
Pantun teka-teki
b.
Pantun kilat, sering disebut juga karmina, ialah pantun yang terdiri atas dua baris, baris pertama
merupakan sampiran sedang baris kedua merupakan isi. Sebenarnya asal mula pantun ini juga terdiri atas
empat baris, tetapi karena barisnya pendek-pendek maka seolah-olah kedua baris pertama diucapkan
sebagai sebuah kalimat, demikian pula kedua baris yang terakhir.
Sedangkan Nursisto, dalam bukunya ikhtisar Kesusastraan Indonesia (2000:11-14) pantun dibagi
menjadi:
a) Berdasarkan isinya, pantun dibagi atas:
a.
Pantun kanak-kanak
Pantun bersukacita
Pantun berdukacita
b.
Pantun muda
Pantun perhubungan
Pantun perkenalan
Pantun berkasih-kasihan
Pantun perceraian
Pantun jenaka
Pantun teka-teki
c.
Pantun tua
Pantun adat
Pantun agama
Pantun nasihat
b) Berdasarkan banyaknya baris tiap bait dibagi menjadi:
Pantun enam seuntai atau delapan seuntai, atau pantun enam serangkum, delapan serangkum (talibun).
Menurut Effendi (1983:29), pantun dapat dibagi menurut jenis dan isinya yaitu:
1.
2.
pantun bersukaci
b.
pantun berdukacita
c.
3.
b.
pantun perkenalan
c.
pantun berkasih-kasihan
d.
pantun perceraian
e.
pantun beribahati
2.
Pantun teka-teki
Contoh: Kalau puan puan perana
Ambil gelas di dalam peti
Kalaup uan bijak laksana
Binatang apa tanduk di kaki
3.
Pantun jenaka
Contoh : Anak rusa di rumpun salak
Patah tanduknya ditimpa genta
Riuh kerbau tergelak-gelak
Melihat beruk berkacamata
4.
Pantun berdukacita
Contoh: Ke balai membawa labu
Labu amanat dari situnggal
Orang memakai baju baru
Hamba menjerumat baju bertambal
5.
Pantun perkenalan
Contoh: Sekuntum bunga dalam padi
Ambil batang cabut uratnya
Tuan sepantun langit setinggi
Bolehkah berlindung di bawahnya?
6.
Pantun perceraian
Contoh : Pucuk pauh selara pauh
Pandan di rimba diladungkan
Adik jauh kakanda jauh
Kalau rindu sama menungkan
7.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pantun adalah Puisi Indonesia, tiap bait (kuplet) biasa terdiri atas empat baris yang bersajak (a-ba-b) tiap larik biasanya berjumlah empat kata; baris pertama dan baris kedua biasanya tumpuan
(sampiran) saja dan baris ketiga dan keempat merupakan isi; setiap baris terdiri dari 8-12 suku kata;
merupakan peribahasa sindiran; jawab (pada tuduhan dan sebagainya)
Ciri-ciri pantun dapat dinyatakan yaitu pantun tersusun atas empat baris dalam tiap baitnya.Baris
pertama dan baris kedua berupa sampiran.Baris ketiga dan keempat merupakan isi/ maksud yang hendak
disampaikan.Jumlah suku kata dalam tiap baitnya rata-rata berkisar delapan sampai dua belas.
Jenis pantun dapat dibedakan berdasarkan tingkatan umur pemakainya, berdasarkan isinya ,dan
berdasarkan bentuknya atau susunannya.
3.2 Saran
Saran yang dapat diberikan adalah hendaknya ilmu tentang kesusastraan selalu digali dan
dipelajari serta diterapkan, khususnya tentang pantun oleh para sastrawan, ilmuan, dan lebih spesifik lagi
oleh mahasiswa bahasa dan sastraIndonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Rani, Supratman. 2006. Intisari Sastra Indonesia. Bandung: Pustaka Setia.
Effendy, M. Ruslan. 1983. Selayang Pandang Kesusastraan Indonesia. Surabaya: PT. Bina Ilmu.
Hamzah, Amir. 1996. Esai dan Prosa. Jakarta: Dian Rakyat.
Laelasari dan Nurlailah.2006. Kamus Istilah Sastra. Bandung: Nuansa Aulia.
Rahman, Elmustian dan Abdul Jalil. Tanpa tahun. Bahan Ajar Mata Kuliah Sastra Rakyat. Pekanbaru:
Labor Bahasa, Sastra, dan Jurnalistik Universitas Riau.
Rahman, Elmustian dan Abdul Jalil. 2005. Bahan Ajar Teori Sastra. Pekanbaru: Labor Bahasa, dan
Jurnalistik Universitas Riau.
Surana. 2001. Pengantar Sastra Indonesia. Solo: PT.Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
Suroto. 1989. Teori dan Bimbingan Apresiasi Sastra Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Waluyo, Herman J. 1995. Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta: Erlangga.