PRODI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA AL
GHAZALI CILACAP
TAHUN 2022
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Makalah tentang
Rukun Taubat tepat pada waktunya.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Asnawi Malik, M.Pd.I.
yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pemahaman tentang
Rukun Taubat. Terima kasih pula kami ucapkan kepada teman-teman yang telah
membantu saya dalam menyusun makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari, bahwa masih terdapat
banyak kesalahan dan kekurangan pada makalah ini. Hal ini karena keterbatasan
kemampuan dari penulis. Oleh karena itu, penulis senantiasa menanti kritik dan
saran yang bersifat membangun dari semua pihak guna penyempurnaan makalah
ini.
Sekali lagi, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu kami sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Kami sangat berharap
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
BAB I...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN.................................................................................................. 1
A. Latar Belakang............................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah....................................................................................... 1
C. Tujuan......................................................................................................... 1
BAB II.................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN.................................................................................................... 2
A. Rukun Pertama: Definisi Taubat............................................................ 2
1. Penjelasan Hakikat Taubat dan Batasannya.................................... 2
2. Kewajiban Bertaubat dan Keutamaanya......................................... 2
3. Penjelasan Bahwa Taubat itu Wajib Secara Langsung................... 3
4. Penjelasan Tentang: Kewajiban Bertaubat Adalah Umum Bagi
Setiap Pribadi dan Kondisi Tidak Seorangpun yang Tidak Terikat 3
5. Penjelasan Bahwa Taubat Apabila Telah Memenuhi
PersyaratanMaka Pasti Diterima..................................................... 3
B. Rukun Kedua: Hal yang Harus Ditaubati yaitu Dosa-Dosa Kecil dan
Besar........................................................................................................... 4
1. Penjelasan Tentang: Pembagian Dosa Dihubungkan Dengan Sifat-
Sifat Manusia.................................................................................. 4
2. Penjelasan Tentang:Cara Pembagian Derajat dan Tingkatan di
Akhirat Menurut Kebaikan dan Keburukan di Dunia..................... 5
3. Penjelasan Hal yang Menjadikan Dosa Kecil Menjadi Besar......... 5
C. Rukun Ketiga : Kesempurnaan Taubat Syarat-Syaratnya dan
Dawamnya Samapai Akhir Umur............................................................6
1. Penjelasan Pembagian Manusia Dalam Pelestarian Taubat............ 6
2. Penjelasan Tentang: Sesuatu yang Seyogyanya Dipercepat Oleh
Orang yang Taubat Jika Telah Terjadi Pada Dirinya Satu Dosa,
Baik Disengaja Dengan Syahwat yang Kuat Atau Dari Dosa Kecil
Hanya Karena Hukum Kesesuaian...................................................7
D. Rukun Keempat : Obat Bertaubat dan Cara Menghormati untuk
Melepas Ikatan yang Menetap pada Dosa...............................................8
iii
BAB III................................................................................................................... 9
PENUTUP.............................................................................................................. 9
A. Kesimpulan................................................................................................. 9
B. Saran............................................................................................................ 9
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 10
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara bahasa tobat adalah masdar dari kata‚ “taba-yatubu-tawbatan” yang
artinya kembali kepada Allah dari kemaksiyatan atau ‘ada - ya’udu (kembali).
Secara istilah, tobat adalah meninggalkan dosa yang telah diperbuat dan
kembali kepada Allah dengan mengagungkanNya dan takut akan murkanya.
Sedangkan menurut kamus besar bahasa Indonesia, tobat yaitu sadar atau
menyesal akan dosa dan berniat untuk memperbaiki tingkah laku dan
perbuatannya.
Seseorang akan diterima taubatnya apabila ia bersungguh-sungguh dalam
bertaubat, syarat diterimanya taubat ialah menyesali dosa yang telah diperbuat,
dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi, selanjutnya adalah berdoa,
berdzikir atau melakukan ibadah lain agar taubatnya di terima Allah SWT.
Salah satu contohnya ialah melakukan sholat taubat. Allah maha pengasih dan
penyayang, ada sebuah kisah dimana seorang pelacur yang diterima taubatnya
lantaran memberikan air untuk minum kepada anjing yang sedang kehausan.
Taubat akan diterima selama seseorang masih hidup didunia, dan tidak
diterima taubatnya apabila nyawanya sudah sampai kerongkongan apalagi
sudah di akhirat, memohon apapun Allah tidak akan menerimanya taubatnya
kecuali ia mendapatkan syafaat di akhirat kelak.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Definisi Taubat?
2. Sebutkan apa saja Hal yang Harus Ditaubati!
3. Apa saja Syarat-Syarat dari Kesempurnaan Taubat?
4. Bagaimana Cara Mengobati untuk Melepas Ikatan yang Menetap pada
Dosa dan Obat Bertaubat?
C. Tujuan
1. Dapat mengetahui pengertian Taubat.
2. Dapat mengetahui Hal Apa Saja yang Harus Ditaubati.
3. Dapat mengetahui Syarat-Syarat dari Kesempurnaan Taubat.
4. Dapat mengetahui Cara Mengobati untuk Melepas Ikatan yang Menetap
pada Dosa.
5. Dapat mengetahui Obat Bertaubat.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Taubat
pakaian itu, kemudian membasuhnya. denga sabun serta air yang mengalir
pasti akan membersihkannya. Maka menggunakan hati dalam beberapa
syahwat akan mengotori hati itu dan membasuhnya dengan air mata serta
pembakar penyesalan akan menjadi bersih lagi suci. Setiap hati yang bersih
lagi suci pasti diterima. sebagaimana baju yang bersih pasti diterima. Maka
keharusan bagi kalian tidak lain usaha membersihkan serta mensucikannya.
B. Hal Yang Harus Ditaubati Yaitu Dosa-Dosa Kecil Dan Besar
sebagian yang lain pada badan. Maka tidak membutuhkan keterangan secara
terinci karena sudah jelas.
2. Penjelasan Tentang: Cara Pembagian Derajat dan Tingkatan di Akhirat
Menurut Kebaikan dan Keburukan di Dunia
Ketahuliah bahwa sesungguhnya dunia itu bagian dari alam nampak dan
nyata sedang akhirat alam ghaib dan batin. Sedangkan yang dikehendaki
dengan dunia ialah keadaan anda sebelum meninggal sedangkan akhirat
keadaan anda setelah meninggal. Maka dunia dan akhirat anda adalah sifat-
sifat dan keadaan anda yang sangat dekat dinamakan dunia sedangkan yang
kemudian dinamakan akhirat.
Derajat pertama yaitu derajatnya orang-orang yang rusak, yang
dikehendaki dengan orang-orang yang rusak ialah orang-orang yang putus asa
dari rahmat Allâh SWT.
Derajat yang kedua, derajat orang orang yang disiksa. Ini adalah derajat
orang yang menghiasi dengan pokok keimanantetapi lalai dalam memenuhi
dengan keharusannya.
Derajat yang ketiga, derajatnya orang orang yang selamat yakni hanya
selamat saja tanpa bahagia dan berhasil.
Derajat yang keempat, derajat orang-orang beruntung, mereka adalah
orang orang yang ma'rifat bukan orang yang taqlid.
3. Penjelasan Hal yang Menjadikan Dosa Kecil Menjadi Besar
Ketahuilah bahwa Sebagian hal yang membesarkan dosa kecil adalah
menyepeleka dosa. Maka sesungguhnya dosa bilamana manusia menganggap
besar pada dosa dengan dirinya maka dosa itu dianggap kecil disisi Allah
bilamana manusia menganggap kecil maka dibesarkan disisi Allah karena
anggapan besar pada dosa itu keluar dari larinya hati serta bencinya dosa tadi
dan larinya itu akan menyegah kuatnya pengaruh pada hatinya. Sedangkan
anggapan kecil pada dosa keluar dari condongnya hati pada dosa tersebut dan
hal itu menetapkan kuatnya pengaruh dalam hati. Hati itu yang diharapkan
untuk diteranginya dengan ketaatan dan dicegah terhitamkannya dengan
keburukan, oleh karena itu tidak akan dikenal sangsi sebab apa yang berlaku
padanya dalam kelupaan. Telah dating dalam khabar. Dosa kecil menjadi
besar karena beberapa sebab, diantaranya terus menerus dan menjadi
kebiasaan. Oleh karena itu dikatakan: bukanlah dosa kecil bersama dengan
terus menerus, bukanlah dosa besar bersama dengan istighfar. Dosa besar
sekali yang terputus tidak ada dosa sama yang mengikutinya jika hal itu
ditemukan, maka ampunan dari pada dosa itu lebih diharapkan dari pada dosa
kecil. yang manusia membiasakan. Gambaran untuk ini beberapa tetes air
yang jatuh pada batu secara terus menerus maka akan membekas pada batu
6
tadi, sekadar dari air tadi jika ditumpahkan kebatu tadi sekaligus maka tidak
membekas.
tekadnya untuk tetap pada penjagaannya dari beberapa sebab yang dapat
menyampaikan pada dosa-dosanya. Nafsu ini pantas untuk adanya nafsu tadi
disebut nafsu lawwâmah, karena nafsu tadi selalu mencela kepada yang
mempunyai nafsu tadi atas apa yang menghadapkan padanya dari beberapa
tingkah yang tercela, tidak pada pembulatan tekad serta perkiraan pendapat
dan niat.
Derajat yang ketiga, Orang yang bertaubat itu bertaubat dan tetap dalam
istiqamah pada suatu masa kemudian beberapa syahwat mengalahkannya
dalam sebagian dari beberapa dosa. Lalu orang tadi mengerjakannya dengan
sungguh-sungguh dan maksud syahwat karena lemahnya dia untuk memaksa
syahwat tetapi sesungguhnya dia bersamaan dengan hal tersebut sebagai orang
yang tetap pada beberapa ketaatan serta orang yang meninggalkan sejumlah
dari beberapa dosa bersama dengan kemampuan serta syahwat. Sesungguhnya
bahwa syahwat yang satu atau dua ini memaksa kepada orang yang
taubatsedangkan dia mengharapkan seandainya Allah SWT memberi
kemampuan padanya untuk mengekang syahwat serta mencukupkan padanya
keburukanya.
Derajat yang keempat, orang yang taubat itu bertaubat berjalan dalam
masa tertentu dengan istiqamah, kemudian dia kembali menjalani satu dosa
atau beberapa dosa dengan tanpa berbicara hatinya dengan taubat dan tanpa
merasa prihatin atas perbuatannya. Bahkan dia bersungguh sungguh seperti
kesungguhan orang yang lupa dalam mengikuti syahwat nya. Maka orang
yang taubat ini adalah termasuk dari orang-orang yang selalu tetap dalam
dosa. Nafsu ini adalah nafsu yang banyak perintah pada keburukan
(nafsuammârah) dan banyak lari dari kebaikan.
2. Penjelasan Tentang: Sesuatu yang Seyogyanya Dipercepat Oleh Orang
yang Taubat Jika Telah Terjadi pada Dirinya Satu Dosa, Baik Disengaja
Dengan Syahwat yang Kuat Atau Dari Dosa Kecil hanya Karena Hukum
Kesesuaian.
Ketahuilah bahwa sesungguhnya yang wajib bagi orang yang taubat
adalah taubat, kecewa dan bekerja untuk menghapus dengan kebaikan yang
bertentangan dengan dosanya. Sebagaimana apa yang yang telah kita sebutkan
pada jalan bertaubat. Maka jika nafsunya tidak membantunya untuk bertekad
meninggalkan karena kuatnya syahwat maka sungguh lemah orang yang
taubat tadi dari salah satunya dua kewajiban. Maka tidak seyogyanya untuk
meninggalkan kewajiban yang kedua, yaitu menolak dengan kebaikan
terhadap keburukan agar menghapuskanya, sehingga orang tadi sebagian
orang yang mencampur perbuatan kebaikan sedang yang lain keburukan.
Beberapa kebaikan yang menghapus beberapa keburukan itu adakalanya
dengan hati, adakalanya dengan lisan dan adakalanya dengan anggota badan.
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Rukun Pertama, menjelaskan kata taubat itu sendiri dari pembatasan serta
hakekat taubat. Sesungguhnya taubat itu wajib dilaksanakan langsung bagi
seluruh pribadi dalam segala keadaan, dan apabila taubat dilaksanakan dengan
benar tentu akan diterima.
Rukun kedua, menjelaskan dalam hal apa harus bertaubat. Dalam hal ini
dijelaskan beberapa dosa dengan pembagiannya, dosa-dosa kecil dan besar, dosa
yang berhubungan dengan hamba Allah, dan dosa yang berhubungan dengan
Allâh, juga dijelaskan derajat dan tingkatan kebaikan serta keburukannya serta
beberapa sebab yang membesarkan dosa.
Rukun Ketiga, menjelaskan syarat taubat, kelestariannya serta bagaimana cara
membenahi kezhaliman yang telah lalu serta cara menghapus dosa, juga
menerangkan pembagian orang yang bertaubat dalam hal kelestariannya.
Rukun Keempat, menjelaskan sebab yang membangkitkan taubat serta cara
pengobatan dalam mengurai ikatan kelangsungan menjalani dosa bagi orang yang
ahli dosa. Jadi sempurnalah apa yang terkandung maksud dengan rukun empat
tersebut, insya Allâh Azza wa Jalla.
B. Saran
Dalam menghadapi hidup hendaknya setiap orang memiliki perilaku-perilaku
terpuji salah satunya yaitu perilaku taubat karna bertaubat merupakan suatu
tindakan yang meninggalkan secara langsung dosa yang sedang dilakukan.
Sesungguhnya Allah memerintahkan manusia untuk bertaubat didalam al-qur’an
sebanyak 87 kali.
10
DAFTAR PUSTAKA