Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

RUKUN TAUBAT AL GHOZALI


Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah : Keghozalian
Dosen : Asnawi Malik,M.Pd.I.

1. NAYA MANDASARI (22BH10002)


2. DESTA DWI ANNISA (22BH10003)
3. NOVEL ROMADHONA (22BH10004)
4. ARIEF KURNIA WARDOYO (22BH10005)
5. DINA AFRIZA OKTA BELLA (22BH10023)
6. UBAID AL-ANSHORI (22BH10026)
7. UTAMI SRI RAHAYU (22BH10031)
8. ARNI MURANIASIH (22BH10033)

PRODI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA AL
GHAZALI CILACAP
TAHUN 2022
i

KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Makalah tentang
Rukun Taubat tepat pada waktunya.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Asnawi Malik, M.Pd.I.
yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pemahaman tentang
Rukun Taubat. Terima kasih pula kami ucapkan kepada teman-teman yang telah
membantu saya dalam menyusun makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari, bahwa masih terdapat
banyak kesalahan dan kekurangan pada makalah ini. Hal ini karena keterbatasan
kemampuan dari penulis. Oleh karena itu, penulis senantiasa menanti kritik dan
saran yang bersifat membangun dari semua pihak guna penyempurnaan makalah
ini.
Sekali lagi, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu kami sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Kami sangat berharap
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Kesugihan,21 September 2022

Penyusun
ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
BAB I...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN.................................................................................................. 1
A. Latar Belakang............................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah....................................................................................... 1
C. Tujuan......................................................................................................... 1
BAB II.................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN.................................................................................................... 2
A. Rukun Pertama: Definisi Taubat............................................................ 2
1. Penjelasan Hakikat Taubat dan Batasannya.................................... 2
2. Kewajiban Bertaubat dan Keutamaanya......................................... 2
3. Penjelasan Bahwa Taubat itu Wajib Secara Langsung................... 3
4. Penjelasan Tentang: Kewajiban Bertaubat Adalah Umum Bagi
Setiap Pribadi dan Kondisi Tidak Seorangpun yang Tidak Terikat 3
5. Penjelasan Bahwa Taubat Apabila Telah Memenuhi
PersyaratanMaka Pasti Diterima..................................................... 3
B. Rukun Kedua: Hal yang Harus Ditaubati yaitu Dosa-Dosa Kecil dan
Besar........................................................................................................... 4
1. Penjelasan Tentang: Pembagian Dosa Dihubungkan Dengan Sifat-
Sifat Manusia.................................................................................. 4
2. Penjelasan Tentang:Cara Pembagian Derajat dan Tingkatan di
Akhirat Menurut Kebaikan dan Keburukan di Dunia..................... 5
3. Penjelasan Hal yang Menjadikan Dosa Kecil Menjadi Besar......... 5
C. Rukun Ketiga : Kesempurnaan Taubat Syarat-Syaratnya dan
Dawamnya Samapai Akhir Umur............................................................6
1. Penjelasan Pembagian Manusia Dalam Pelestarian Taubat............ 6
2. Penjelasan Tentang: Sesuatu yang Seyogyanya Dipercepat Oleh
Orang yang Taubat Jika Telah Terjadi Pada Dirinya Satu Dosa,
Baik Disengaja Dengan Syahwat yang Kuat Atau Dari Dosa Kecil
Hanya Karena Hukum Kesesuaian...................................................7
D. Rukun Keempat : Obat Bertaubat dan Cara Menghormati untuk
Melepas Ikatan yang Menetap pada Dosa...............................................8
iii

BAB III................................................................................................................... 9
PENUTUP.............................................................................................................. 9
A. Kesimpulan................................................................................................. 9
B. Saran............................................................................................................ 9
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 10
1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara bahasa tobat adalah masdar dari kata‚ “taba-yatubu-tawbatan” yang
artinya kembali kepada Allah dari kemaksiyatan atau ‘ada - ya’udu (kembali).
Secara istilah, tobat adalah meninggalkan dosa yang telah diperbuat dan
kembali kepada Allah dengan mengagungkanNya dan takut akan murkanya.
Sedangkan menurut kamus besar bahasa Indonesia, tobat yaitu sadar atau
menyesal akan dosa dan berniat untuk memperbaiki tingkah laku dan
perbuatannya.
Seseorang akan diterima taubatnya apabila ia bersungguh-sungguh dalam
bertaubat, syarat diterimanya taubat ialah menyesali dosa yang telah diperbuat,
dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi, selanjutnya adalah berdoa,
berdzikir atau melakukan ibadah lain agar taubatnya di terima Allah SWT.
Salah satu contohnya ialah melakukan sholat taubat. Allah maha pengasih dan
penyayang, ada sebuah kisah dimana seorang pelacur yang diterima taubatnya
lantaran memberikan air untuk minum kepada anjing yang sedang kehausan.
Taubat akan diterima selama seseorang masih hidup didunia, dan tidak
diterima taubatnya apabila nyawanya sudah sampai kerongkongan apalagi
sudah di akhirat, memohon apapun Allah tidak akan menerimanya taubatnya
kecuali ia mendapatkan syafaat di akhirat kelak.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Definisi Taubat?
2. Sebutkan apa saja Hal yang Harus Ditaubati!
3. Apa saja Syarat-Syarat dari Kesempurnaan Taubat?
4. Bagaimana Cara Mengobati untuk Melepas Ikatan yang Menetap pada
Dosa dan Obat Bertaubat?
C. Tujuan
1. Dapat mengetahui pengertian Taubat.
2. Dapat mengetahui Hal Apa Saja yang Harus Ditaubati.
3. Dapat mengetahui Syarat-Syarat dari Kesempurnaan Taubat.
4. Dapat mengetahui Cara Mengobati untuk Melepas Ikatan yang Menetap
pada Dosa.
5. Dapat mengetahui Obat Bertaubat.
2

BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Taubat

1. Penjelasan Hakikat Taubat dan Batasannya


Ketahuilah bahwa taubat adalah pernyataan yang mengandung pengertian
yang runtut serta berkumpul di dalamnya tiga perkara yang secara tertib
berurutan: ilmu, keadaan, dan pekerjaan. Ilmu yang pertama, keadaan (situasi)
yang kedua dan pekerjaan yang ketiga. Yang pertama melahirkan yang kedua
dan yang kedua melahirkan yang ketiga dengan pelahiran yang menentukan
berlakunya sunah Allah dalam alam lahir ('alam malak) dan alam batin ('alam
malakut). Adapun ilmu ialah pengenalan terhadap besarnya kemadharatan
dosa-dosa, yang dapat menghalangi antara seseorang dengan setiap yang
dicintainya. Maka seseorang yang mengenal pengenalan tadi dengan benar
dan keyakinan yang kuat pada hatinya maka berontaklah dari pengenalan
tersebut rasa sakit pada hatinya karena lepasnya apa yang dicintai. Hati
manakala merasa lepas apa yang dicintainya maka akan merasakan sakit.
Apabila lepasnya yang dicintai itu karena perilaku sendiri maka akan
menyesalah dia atas perilaku melepaskan tersebut Merasa sakit dalam hatinya
karena perilakunya yang melepaskan apa yang dicintainya dinamakan
penyesalan.

2. Kewajiban Bertaubat dan Keutamaannya


Dengan keadaan yang demikian itu maka apabila ia berkehendak ia
mengetahui kewajiban bertaubat, pertama harus melihat dengan cahaya mata
hati, apa itu taubat, dan apa pula pengertian wajib. kemudian kita gabungkan
pengertian wajib dan taubat tersebut, maka tidak ragu atas tetapnya wajib pada
taubat. Hal ini harus diketahui bahwa pengertian wajib ialah wajib dalam
mencapai kebahagiaan abadi serta keselamatan dari kerusakan abadi. Maka
sesungguhnya seandainya kebahagiaan dan keselamatan itu tidak tergantung
pada berbuat sesuatu atau meninggalkannya maka tidak akan ada pengetian
bahwa sesuatu itu bersifat wajib. Adapun pendapat orang yang mengatakan
hal itu wajib karena diwajibkan, adalah pernyataan semata. Sedangkan
pekerjaan atau meninggalkan pekerjaan yang tidak mempunyai maksud untuk
masa esok atau sekarang maka tidak mempunyai arti dalam kesibukannya baik
diwajibkan oleh orang lain maupun tidak diwajibkan.
3

3. Penjelasan Bahwa Taubat itu Wajib Secara Langsung


Adapun wajibnya taubat secara langsung tidak ada seorangpun yang
meragukan lagi, karena mengenal adanya maksiat itu merusakkan sebagian
dari iman. Hal ini juga wajib secara langsung. Orang yang mengharapkan
selamat dari kewajibannya ialah orang yang berpengetahuan yang dengan
pengetahuannya itu mencegah dari perbuatan yang tidak disukainya.
Pengetahuan ini bukan termasuk ilmu mukasyafah yang tidak tergantung pada
amal tetapi termasuk ilmu muamalah. Setiap ilmu yang dikehendakinya untuk
membangkitkan amal maka tidak akan terjadi pengharapan selamat dari yang
dijanjikan selama ilmu tadi tidak jadi pendorong pada amal.
4. Penjelasan Tentang: Kewajiban Taubat Adalah Umum Bagi Setiap Pribadi
dan Kondisi Tidak Seorangpun yang Tidak Terikat
Pernyataan Allah menyatakan secara umum, demikian pula cahaya hati
nurani menunjukkan demikian. Karena pengertiaan taubat itu kembali dari
jalan yang menjauhkan dari Allah dan dari jalan yang mendekatkan pada
setan. Hal itu tidak akan tergambarkan kecuali dari orang yang berakal.
Sedangkan watak akal tidak akan sempurna kecuali setelah sempurnanya
watak syahwat, marah serta sifat-sifat yang tercela yang hal itu merupakan
sarana setan untuk menyesatkan manusia.
5. Penjelasan bahwa Taubat Apabila Telah Memenuhi Persyaratan Maka
Pasti Diterima
Ketahuilah apabila kamu telah faham pengertian diterima tentu tidak akan
ragu bahwa setap taubat yang benar tentu akan diterima. Orang-orang yang
memandang dengan cahaya hati nurani serta yang mengambil dari cahaya-
cahaya Al Quran mereka mengetahui bahwa setiap hati yang selamat akan
diterima disisi Allâh, menerima nikmat di akhirat berdampingan dengan Allah
dan orang yang telah siap untuk melihat dengan matanya yang kekal pada dzat
Allah Mereka mengetahui bahwa hati dijadikan pada dasarnya selamat. Setiap
anak dilahirkan dalam kesucian (thrak), adapun kemudian hilang
keselamatannya dengan kotoran yang menutupi muka hatinya dari debu dosa-
dosa dan menggelapkannya Mereka juga mengetahui bahwa api penyesalan
membakar debu tadi serta cahaya kebaikan menghapus gelapnya keburukan
dari muka hatinyan. Tidak akan ada kekuatan bagi gelapnya kemaksiatan-
kemaksiatan bersama dengan cahaya kebaikan-kebaikan Sebagaimana tidak
ada kekuatan bagi gelapnya malam bersama dengan cahaya siang. Bahkan
sebagaimna tidak adanya kekuatan bagi keruhnya kotoran dengan putihnya
sabun Dan bagaikan kain yang kotor yang tidak akan raja mau menerima
untuk mau memakainya Maka hati yang gelap Allah tidak akan mau
menerimanya untuk hati itu ada didekat Nya. Sebagaimana juga sesungguhnya
memakai pakaian di dalam pekerjaan yang rendah akan mengotori pada
4

pakaian itu, kemudian membasuhnya. denga sabun serta air yang mengalir
pasti akan membersihkannya. Maka menggunakan hati dalam beberapa
syahwat akan mengotori hati itu dan membasuhnya dengan air mata serta
pembakar penyesalan akan menjadi bersih lagi suci. Setiap hati yang bersih
lagi suci pasti diterima. sebagaimana baju yang bersih pasti diterima. Maka
keharusan bagi kalian tidak lain usaha membersihkan serta mensucikannya.
B. Hal Yang Harus Ditaubati Yaitu Dosa-Dosa Kecil Dan Besar

1. Penjelasan Tentang: Pembagian Dosa Dihubungkan dengan Sifat-Sifat


Manusia
Ketahuilah bahwa manusia mempunyai beberapa sifat pekerti (akhlak)
yang banyak sebagaimana yang diketahui penjelasannya dalam kitab
keajaiban hati serta penyesatannya. Tetapi penggerak pertama dosa-dosa
terbatas pada empat sifat ketuhanan, sifat setan, sifat kebinatangan dan sifat
liar.
Adapun hal yang melahirkan kencenderungan pada sifat sifat ketuhanan
seperti sombong, angkuh, kuasa, senang dihargai dan dipuji, mulia, kaya,
senang kekekalan yang abadi, mencari keluhuran secara keseluruhan, sehingga
seolah-olah ingin berkata akulah Tuhanmu yang luhur.
Sifat kedua yang menjadi penggerak dosa-dosa yaitu sifat Syaithaniyyah
adalah yang dari padanya bercabang sifa-sifat dengki menyimpang dari
kebenaran, tipu daya, membujuk, perintah merusak, menentang kebenaran
yang di dalamnya termasuk menipu, munafik, mengajak kebid'ahan serta
kesesatan
Ketiga sifat kebinatangan yang dari padanya bercabang sifat sifat; rakus,
tamak, penjilat, cenderung untuk memuaskan syahwat perut dan seks, yang
dari padanya bercabang zina, homoseksual, mencuri, memakan harta anak
yatim dan mengumpulkan harta kekayaan karena syahwat.
Keempat sifat ini akan datang pada sifat dasar manusia secara bertahap.
Sifat kebinatangan adalah sifat yang pertama menguasainya kemudian
mengiringinya sifat liar yang kedu. Kemudian setelah kedua sifat tersebut
bertemu dan keduanya mulai menggunakan akal dalam membujuk,
merekayasa serta menipu daya yang itu semua sifat Syaithâniyyah. kemudian
akal dengan sifat liar menguasai sifat-sifat ketuhanan yaitu sifat angkuh,
mulia, luhur, mencari kemgahn serta bermaksud menguasai seluruh makhluk.
Inilah induk dosa-dosa serta sumbernya. Yang kemudian dosa-dosa tersebut
mengalir dari sumber sumber ini pada berbagai anggota badan. Sebagian
hanya mengalir ke hati seperti kufur, bid'ah, munafik, menyimpan kejelekan
pada manusia. Sebagian darinya pada mata dan telinga, sebagian pada lisan,
sebagian pada perut dan alat sex, sebagian pada kedua tangan dan kaki dan
5

sebagian yang lain pada badan. Maka tidak membutuhkan keterangan secara
terinci karena sudah jelas.
2. Penjelasan Tentang: Cara Pembagian Derajat dan Tingkatan di Akhirat
Menurut Kebaikan dan Keburukan di Dunia
Ketahuliah bahwa sesungguhnya dunia itu bagian dari alam nampak dan
nyata sedang akhirat alam ghaib dan batin. Sedangkan yang dikehendaki
dengan dunia ialah keadaan anda sebelum meninggal sedangkan akhirat
keadaan anda setelah meninggal. Maka dunia dan akhirat anda adalah sifat-
sifat dan keadaan anda yang sangat dekat dinamakan dunia sedangkan yang
kemudian dinamakan akhirat.
Derajat pertama yaitu derajatnya orang-orang yang rusak, yang
dikehendaki dengan orang-orang yang rusak ialah orang-orang yang putus asa
dari rahmat Allâh SWT.
Derajat yang kedua, derajat orang orang yang disiksa. Ini adalah derajat
orang yang menghiasi dengan pokok keimanantetapi lalai dalam memenuhi
dengan keharusannya.
Derajat yang ketiga, derajatnya orang orang yang selamat yakni hanya
selamat saja tanpa bahagia dan berhasil.
Derajat yang keempat, derajat orang-orang beruntung, mereka adalah
orang orang yang ma'rifat bukan orang yang taqlid.
3. Penjelasan Hal yang Menjadikan Dosa Kecil Menjadi Besar
Ketahuilah bahwa Sebagian hal yang membesarkan dosa kecil adalah
menyepeleka dosa. Maka sesungguhnya dosa bilamana manusia menganggap
besar pada dosa dengan dirinya maka dosa itu dianggap kecil disisi Allah
bilamana manusia menganggap kecil maka dibesarkan disisi Allah karena
anggapan besar pada dosa itu keluar dari larinya hati serta bencinya dosa tadi
dan larinya itu akan menyegah kuatnya pengaruh pada hatinya. Sedangkan
anggapan kecil pada dosa keluar dari condongnya hati pada dosa tersebut dan
hal itu menetapkan kuatnya pengaruh dalam hati. Hati itu yang diharapkan
untuk diteranginya dengan ketaatan dan dicegah terhitamkannya dengan
keburukan, oleh karena itu tidak akan dikenal sangsi sebab apa yang berlaku
padanya dalam kelupaan. Telah dating dalam khabar. Dosa kecil menjadi
besar karena beberapa sebab, diantaranya terus menerus dan menjadi
kebiasaan. Oleh karena itu dikatakan: bukanlah dosa kecil bersama dengan
terus menerus, bukanlah dosa besar bersama dengan istighfar. Dosa besar
sekali yang terputus tidak ada dosa sama yang mengikutinya jika hal itu
ditemukan, maka ampunan dari pada dosa itu lebih diharapkan dari pada dosa
kecil. yang manusia membiasakan. Gambaran untuk ini beberapa tetes air
yang jatuh pada batu secara terus menerus maka akan membekas pada batu
6

tadi, sekadar dari air tadi jika ditumpahkan kebatu tadi sekaligus maka tidak
membekas.

C. Kesempurnaan Taubat Syarat-Syaratnya Dan Dawamnya Sampai


Akhir Umur
Telah disebutkan bahwa taubat adalah pernyataan tentang kecewa yang
mendatangkan tekad serta keinginan. Kekecewaan itu melahirkan pengetahuan
bahwa adanya maksiat itu menghalangi antara seseorang dengan yang dicintai.
Setiap satu dari pengetahuan, kekecewaan dan tekad mempunyai keterus
menerusan, serta kesempurnaan. Kesempurnaannya mempunyai tanda, sedang
untuk keterus menerusan mempunyai syarat syarat, maka harus ada penjelasan
hal itu semua. Adapun pengetahuan maka penalaran dalam hal ini adalah
penalaran dalam sebabnya taubat dan ini akan datang kemudian. Sedangkan
kekecewaan adalah penyakit hati dikala perasaannya kehilangan yang dicintai.
Tanda kekecewaan itu lamanya penderitaan dan keperihatinan, mengalirnya
air mata dan lamanya menangis serta berfikir. Maka seseorang yang yang
merasa adanya siksaan yang turun pada anaknya atau pada sebagian orang
yang dimuliakannya maka bagi orang tadi menjadi panjang cobaan dan
tangisnya.
1. Penjelasan Pembagian Manusia dalam Pelestarian Taubat
Ketahuilah bahwa sesungguhnya orang orang yang taubat dalam taubatnya
itu ada empat tingkatan:
Tingkatan pertama, Orang yang bermaksiat itu bertaubat dan istiqamah
pada taubatnya sampai akhir umurnya, kemudian dia memperbaiki terhadap
apa yang dia mengabaikan dari persolannya. Dia tidak berbicara dengan
dirinya sendiri untuk kembali pada dosa-dosanya kecuali kesalahan-kesalahan
yang manusia tidak bisa lepas dari padanya dalam kebiasaan selagi manusia
itu tidak dalam derajat kenabian. Maka yang demikian inilah yang disebut
istiqamah dalam taubat. Orang yang mempunyai istiqamah inilah orang yang
mendahului dengan kebaikan kebaikan, yang dapat mengganti keburukan-
keburukan dengan kebaikan kebaikan. Nama dari taubat ini ialah taubat
nashuha. Nama dari jiwa yang tenang ini disebut nafsu muthma 'innah yang
akan kembali kepada Tuhannya yang rela merelakan.
Derajat yang kedua, Orang yang taubat yang dia melangkah dengan jalan
istiqamah dalam pokok-pokok ketaatan serta meninggalkan besar besarnya
keburukan secara keseluruhan akan tetapi dia tidak bisa lepas dari dosa-dosa
yang mendatanginya, tidak dari kesengajaan dan tidak murninya niat. Tetapi
orang tersebut dicoba dengan dosa-dosa tadi dalam perjalanan tingkah lakunya
tanpa didahului dengan tekad untuk mendatanginya. Setiap dia mendatanginya
maka nafsunya mencela, kecewa serta merasa prihatin. Dia memperbarui
7

tekadnya untuk tetap pada penjagaannya dari beberapa sebab yang dapat
menyampaikan pada dosa-dosanya. Nafsu ini pantas untuk adanya nafsu tadi
disebut nafsu lawwâmah, karena nafsu tadi selalu mencela kepada yang
mempunyai nafsu tadi atas apa yang menghadapkan padanya dari beberapa
tingkah yang tercela, tidak pada pembulatan tekad serta perkiraan pendapat
dan niat.
Derajat yang ketiga, Orang yang bertaubat itu bertaubat dan tetap dalam
istiqamah pada suatu masa kemudian beberapa syahwat mengalahkannya
dalam sebagian dari beberapa dosa. Lalu orang tadi mengerjakannya dengan
sungguh-sungguh dan maksud syahwat karena lemahnya dia untuk memaksa
syahwat tetapi sesungguhnya dia bersamaan dengan hal tersebut sebagai orang
yang tetap pada beberapa ketaatan serta orang yang meninggalkan sejumlah
dari beberapa dosa bersama dengan kemampuan serta syahwat. Sesungguhnya
bahwa syahwat yang satu atau dua ini memaksa kepada orang yang
taubatsedangkan dia mengharapkan seandainya Allah SWT memberi
kemampuan padanya untuk mengekang syahwat serta mencukupkan padanya
keburukanya.
Derajat yang keempat, orang yang taubat itu bertaubat berjalan dalam
masa tertentu dengan istiqamah, kemudian dia kembali menjalani satu dosa
atau beberapa dosa dengan tanpa berbicara hatinya dengan taubat dan tanpa
merasa prihatin atas perbuatannya. Bahkan dia bersungguh sungguh seperti
kesungguhan orang yang lupa dalam mengikuti syahwat nya. Maka orang
yang taubat ini adalah termasuk dari orang-orang yang selalu tetap dalam
dosa. Nafsu ini adalah nafsu yang banyak perintah pada keburukan
(nafsuammârah) dan banyak lari dari kebaikan.
2. Penjelasan Tentang: Sesuatu yang Seyogyanya Dipercepat Oleh Orang
yang Taubat Jika Telah Terjadi pada Dirinya Satu Dosa, Baik Disengaja
Dengan Syahwat yang Kuat Atau Dari Dosa Kecil hanya Karena Hukum
Kesesuaian.
Ketahuilah bahwa sesungguhnya yang wajib bagi orang yang taubat
adalah taubat, kecewa dan bekerja untuk menghapus dengan kebaikan yang
bertentangan dengan dosanya. Sebagaimana apa yang yang telah kita sebutkan
pada jalan bertaubat. Maka jika nafsunya tidak membantunya untuk bertekad
meninggalkan karena kuatnya syahwat maka sungguh lemah orang yang
taubat tadi dari salah satunya dua kewajiban. Maka tidak seyogyanya untuk
meninggalkan kewajiban yang kedua, yaitu menolak dengan kebaikan
terhadap keburukan agar menghapuskanya, sehingga orang tadi sebagian
orang yang mencampur perbuatan kebaikan sedang yang lain keburukan.
Beberapa kebaikan yang menghapus beberapa keburukan itu adakalanya
dengan hati, adakalanya dengan lisan dan adakalanya dengan anggota badan.
8

D. Obat Bertaubat Dan Cara Mengobati Untuk Melepas Ikatan Yang


Menetap Pada Dosa
Ketahuilah bahwa sesungguhnya manusia itu ada dua bagian: Pertama
adalah pemuda yang tidak mempunyai masa muda, dia tumbuh tetap pada
kebaikan dan menjauhi keburukan. Pemuda yang kedua adalah orang yang
tidak sunyi dari mengerjakan beberapa dosa kemudian mereka terbagi atas
yang tetap dengan dosa dan yang bertaubat. Sedangkan tujuan kita untuk
menerangkan pengobatan untuk melepaskan ikatan tetap dalam dosa serta
menyebutkan obatnya. Maka ketahuilah bahwa sesungguhnya penyembuhan
taubat itu tidak akan berhasil kecuali dengan obat. Tidak akan mengetahui
pada obat orang yang tidak mengetahui pada penyakitnya. Karena tidak ada
artinya bagi obat kecuali berlawanan dengan sebab-sebabnya penyakit. Karena
setiap penyakit itu berhasil dari sebabnya. Sedangkan obatnya itu melepas
sebabnya tadi, menghilangkan serta meleburnya. Sesuatu tidak akan lebur
kecuali dengan lawannya. Tidak ada sebab untuk tetap dalam dosa kecuali
lupa dan syahwat. Tidak berlawanan dengan lupa kecuali ilmu dan tidak
berlawanan dengan syahwat kecuali sabar untuk memutuskan sebab-sebab
yang menggerakkan syahwat. Macam-macam yang bemanfaat dalam
melepaskan ikatan ketetapan dalam dosa serta mendorong manusia untuk
meninggalkan dosa-dosa. Macam macam yang bermanfaat tadi ada empat
macam:
Pertama, menyebut apa yang ada di dalam Al Quran dari ayat ayat
mengancam pada orang-orang yang berdosa dan yang bermaksiat.
Kedua, Cerita-cerita tentang Para Nabi serta Salaf as Shalih dan apa yang
berlaku pada mereka dari beberapa cobaan karena dosa-dosa mereka. Hal yang
demikian itu sangat mengena lagi jelas manfaatnya dalam hati-hati manusia.
Seperti keadaan Nabi Adam AS dalam hal kemaksiatannya serta apa yang
bertemu dengannya dari tertundung dari sorga.
Ketiga, Agar ditetapkan bagi manusia bahwa mempercepat siksaan
didunia bisa diharapkan pada beberapa dosa. Bahwa setiap apa yang terjadi
pada manusia dari beberapa cobaan itu adalah disebabkan oleh dosa-dosanya.
9

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Rukun Pertama, menjelaskan kata taubat itu sendiri dari pembatasan serta
hakekat taubat. Sesungguhnya taubat itu wajib dilaksanakan langsung bagi
seluruh pribadi dalam segala keadaan, dan apabila taubat dilaksanakan dengan
benar tentu akan diterima.
Rukun kedua, menjelaskan dalam hal apa harus bertaubat. Dalam hal ini
dijelaskan beberapa dosa dengan pembagiannya, dosa-dosa kecil dan besar, dosa
yang berhubungan dengan hamba Allah, dan dosa yang berhubungan dengan
Allâh, juga dijelaskan derajat dan tingkatan kebaikan serta keburukannya serta
beberapa sebab yang membesarkan dosa.
Rukun Ketiga, menjelaskan syarat taubat, kelestariannya serta bagaimana cara
membenahi kezhaliman yang telah lalu serta cara menghapus dosa, juga
menerangkan pembagian orang yang bertaubat dalam hal kelestariannya.
Rukun Keempat, menjelaskan sebab yang membangkitkan taubat serta cara
pengobatan dalam mengurai ikatan kelangsungan menjalani dosa bagi orang yang
ahli dosa. Jadi sempurnalah apa yang terkandung maksud dengan rukun empat
tersebut, insya Allâh Azza wa Jalla.
B. Saran
Dalam menghadapi hidup hendaknya setiap orang memiliki perilaku-perilaku
terpuji salah satunya yaitu perilaku taubat karna bertaubat merupakan suatu
tindakan yang meninggalkan secara langsung dosa yang sedang dilakukan.
Sesungguhnya Allah memerintahkan manusia untuk bertaubat didalam al-qur’an
sebanyak 87 kali.
10

DAFTAR PUSTAKA

Al-Ghazali,Syekh Abu Hamid Muhammad. (2017). Rukun Taubat Terjemah


Kitab Taubah Ihya Ulumiddin. Cilacap: Ihya Media.

Anda mungkin juga menyukai