Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

STUDI ILMU KALAM

“AKAL DAN WAHYU”

Dosen Pengampu : Muh. Zakaria,M.si

Disusun Oleh :
Kelompok 10 :

1. M. Alfaini Rohman
2. Nurul Aini
3. Rohiqi Karima Jati

FAKULTAS TARBIYAH
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM HAMZANWADI NWDI PANCOR
T.A. 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami haturkan kepada Allah SWT karena atas berkat dan karunia-Nya
kami penyusun masih diberi kesehatan, sehingga kami penyusun dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Akal dan Wahyu” ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Pada kesempatan ini kampi penyusun mengucapkan terima kasih kepada bpk Muh.Zakaria
M.Si selaku dosen mata kuliah Ilmu Kalam yang telah memberikan bimbingan dan
pengarahan demi terselesaikannya makalah ini serta, rekan-rekan semua pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu, kritik
dan saran yang bersifat membangun sangat penyusun harapkan demi kesempurnaan
makalah ini dimasa mendatang.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para mahasiswa khususnya dan
masyarakat pada umumnya. Dan semoga makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan untuk
menambah pengetahuan para mahasiswa dan masyarakat dan pembaca

Pancor, 12 November 2021

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………........…i

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………..…...ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang……………………………………………………………………....1

B. Rumusan Masalah……………………………………………………………... …...2


C. Tujuan Pembelajaran…………………………………………………………..........2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Akal dan Wahyu ………………………………………………………4

B. Kekuatan Akal dan Wahyu……………………………………………………… ....5


C. Hubungan antara Akal dan Wahyu……………………………………………….. ..5
D. Kedudukan Akal dan Wahyu dalam Islam……………………………………….....7
E. Fungsi Akal dan Wahyu………………………………………………………… ….9

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan………………………………………………………………………...10

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………….….11

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kedudukan akal dan wahyu dalam islam menempati posisi yang sangat
terhormat, melebihi agama-agama lain. Karena Akal dan Wahyu adalah suatu yang
sangat urgen untuk manusia, dialah yang memberikan perbedaan manusia untuk
mencapai derajat ketaqwaan kepada sang kholiq, akal pun harus dibina dengan
ilmu-ilmu sehingga menghasilkan budi pekerti yang sangat mulia yang menjadi
dasar sumber kehidupan dan juga tujuan dari baginda Rasulullah SAW. Tidak hanya
itu dengan akal juga manusia bisa menjadi ciptaan pilihan yang Allah amanahkan
untuk menjadi pemimpin di muka bumi ini, begitu juga dengan wahyu yang dimana
wahyu adalah pemberian Allah yang sangat luar biasa untuk membimbing manusia
pada jalan yang lurus.

Namun dalam menggunakan akal terbatas dalam akan hal-hal bersifat tauhid,
karena ketauhidan sang pencipta tak akan tertukar dalam menemukan titik akhir,
begitu pula dengan wahyu sang Esa, karena wahyu diberikan kepada orang-orang
terpilih dan semata-mata untuk menunjukkan kebesaran Allah. Maka dalam
menangani antara wahyu dan akal harus selalu mengingat bahwa semua itu karena
Allah semata. Dan tidak akan terjadi jika Allah tak mengizinkannya. Hal tersebut
dilakukan untuk mencegah kemusyrikkan terhadap Allah karena kesombongannya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Akal dan Wahyu ?
2. Apa saja Kekuatan Akal dan Wahyu ?
3. Bagaimana Hubungan antara Akal dan Wahyu ?
4. Bagaimana Kedudukan antara Akal dan Wahyu dalam Islam?

1
5. Apa Fungsi Akal dan Wahyu dalam Islam
C. Tujuan Pembelajaran
1. Untuk mengetahui Pengertian Akal dan Wahyu
2. Untuk mengetahui Kekuatan Akal dan Wahyu
3. Untuk mengetahui Hubungan antara Akal dan Wahyu
4. Untuk mengetahui Kedudukan Akal dan Wahyu dalam Islam
5. Untuk mengetahui Fungsi Akal dan Wahyu

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Akal dan Wahyu


1. Pengertian Akal

Kata akal berasal dari bahasa Arab al-‘aql yang berarti paham, mengerti,
atau berfikir kata ini identik dengan kata nous dalam bahasa Yunani yang
berarti daya pikir yang terdapat dalam jiwa manusia. Pada zaman jahiliyah akal
digunakan dalam arti kecerdasan praktis, yang dalam istilah psikologis disebut
kecakapan memecahkan masalah.1

Menurut Dr. Zaki Nasib Mahmud, akal adalah menghubungkan


peristiwa dengan sebab akibat atau konklusnya. Hubungan sebab akibat,
maksudnya, akal mengembalikan peristiwa itu. Sedangkan yang dimaksud
dengan hubungan konklusi ialah akal melihat masa depan dengan
memusatkannya pada peristiwa-peristiwa yang serupa. Namun jika indera
melihat sesuatu yang sudah nyata dan diketahui, kemudian berhenti disitu,
dalam hal ini tidak ada yang disebut akal.2

2. Pengertian Wahyu

Kata wahyu berasal dari kata Arab ‫الوحي‬, dan al-wahy adalah kata asli
Arab dan bukan pinjaman dari bahasa asing, yang berarti suara, api, kecepatan.
Dan ketika Al-Wahyu berbentuk masdar memiliki dua arti yaitu tersembunyi
dan cepat. Oleh sebab itu wahyu sering disebut sebuah pemberitahuan
tersembunyi dan cepat kepada seseorang yang terpilih tanpa seorangpun yang

1
Harun Nasution, Akal dan Wahyu Dalam Islam, (Jakarta: UI Pres, 1986), hlm. 6-8
2
Abdul Salim Mukrim, Pemikiran Islam: Antara Akal dan Wahyu, (Jakarta: Sarana Perkasa, 1987), hlm. 7-8

3
mengetahuinya. Sedangkan ketika berbentuk maf’ul wahyu Allah terhadap
Nabi-Nabi-Nya ini sering disebut kalam Allah yang diberikan kepada Nabi.

Menurut Muhammad Abduh dalam Risalatut Tauhid berpendapat bahwa


wahyu adalah pengetahuan yang di dapatkan oleh seseorang dalam dirinya
sendiri disertai keyakinan bahwa semua itu datang dari Allah SWT, baik
melalui perantara. Baik menjelma seperti suara yang masuk dalam telinga
ataupun lainnya.3

B. Kekuatan Akal dan Wahyu


1. Kekuatan Akal
a) Mengetahui Tuhan dan sifat-sifat-Nya.
b) Mengetahui adanya kehidupan di akhirat
c) Mengetahui bahwa kebahagiaan jiwa di akhirat bergantung pada mengenal
Tuhan dan berbuat baik, sedang kesengsaraan tergantung pada tidak mengenal
Tuhan dan pada perbuatan jahat
d) Mengetahui wajibnya manusia mengenal Tuhan
e) Mengetahui wajibnya manusia untuk berbuat baik dan wajibnya ia menjauhi
perbuatan jahat untuk kebahagiaannya di akhirat
f) Mengetahui Hukum-hukum mengenai kewajiban-kewajiban itu.4
2. Kekuatan Wahyu

Memang sulit saat ini membuktikan jika wahyu memiliki kekuatan, tetatpi
kita tidak mampu mengelak sejarah wahyu ada, oleh karena itu wahyu diyakini
memiliki kekuatan karena beberapa faktor antara lain:

a) Wahyu ada karena izin Allah, atau wahyu ada karena pemberian Allah.

3
Harun Nasution, Teologi Islam: Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan, (Jakarta: UI Press, 1986), hlm.
34
4
Harun Nasution, Op. cit. hlm. 6-8

4
b) Wahyu lebih condong melalui dua mukjizat yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah.
c) Membuat suatu keyakinan pada diri manusia
d) Untuk memberi keyakinan yang penuh pada hati tentang adanya alam ghaib.
e) Wahyu turun melalui ucapan para nabi-nabi5

C. Hubungan antara Akal dan Wahyu

Salah satu fokus pemikiran Harun Nasution adalah hubungan antara akal dan
wahyu. Ia menjelaskan bahwa hubungan akal dan wahyu menimbulkan pertanyaan,
tetapi keduanya tidak bertentangan. Akal mempunyai kedudukan yang tinggi dalam
Al-Qur’an. Orang yang beriman tidak perlu menerima bahwa wahyu sudah
mengandung segala-segalanya. Wahyu tidak menjelaskan semua permasalahan
keagamaan.

Dalam pemikiran islam, baik di bidang filsafat dan ilmu kalam, apalagi di
bidang ilmu fiqih, akal tidak pernah membatalkan wahyu. Akal tetap tunduk pada
teks wahyu. Teks wahyu tetap dianggap mutlak benar. Akal digunakan hanya untuk
memahami teks wahyu dan tidak untuk menentang wahyu. Akal hanya memberi
interpretasi terhadap teks wahyu sesuai dengan kecendrungan dan kesanggupan
pemberi interpretasi. Pertentangan dalam sejarah pemikiran islam sebenarnya bukan
akal dengan wahyu, melainkan penafsiran tertentu dari teks wahyu dengan
penafsiran lain dari teks wahyu itu. Jadi, yang bertentangan sebenarnya dalam islam
adalah pendapat akal ulama tertentu dengan pendapat akal ulama lain6

D. Kedudukan Akal dan Wahyu dalam Islam


Kedudukan antara wahyu dan akal dalam Islam sama-sama penting. Karena
Islam tak akan terlihat sempura jika tak ada wahyu maupun akal. Dan kedua hal ini

5
Harun Nasution, Op. cit. hlm. 34
6
Abdul Rozak dan Rosihan Anwar, Ilmu Kalam: Edisi Revisi, (Bandung: Pustaka Setia, 2013), hlm. 283

5
sangat berpengaruh dalam segala hal dalam Islam. Dapat dilihat dalam hukum
Islam, antara wahyu dan akal ibarat penyeimbang. Andai ketika hukum islam
berbicara yang identik dengan wahyu, maka akal akan segera menerima dan
mengambil kesimpulan bahwa hal tersebut sesuai akan suatu tindakan yang terkena
hukum tersebut. Karena sesungguhnya akal dan wahyu itu memiliki kesamaan
yang diberikan Allah namun kalau wahyu hanya orang-orang tertentu yang
mendapatkannya tanpa ada seorangpun yang mengetahui, dan akal adalah hadiah
terindah bagi setiap manusia yang diberikan oleh Allah SWT.

Dalam Islam, akal memilik posisi yang sangat mulia. Meski demikian, bukan
berarti akal diberi kebebasan tanpa batas dalam memahami agama. Islam memiliki
aturan untuk menempatkan akal sebagaimana mestinya. Bagaimanapun, akal yang
sehat akan selalu cocok dengan syariat Allah SWT, dalam permasalahan apa pun.7

Akal adalah nikmat besar yang Allah SWT titipkan dalam jasmani manusia.
Akal merupakan salah satu kekayaan yang sangat berharga bagi diri manusia.
Keberadannya membuat manusia berbeda dengan makhluk-makhluk lain ciptaan
Allah. Bahkan tanpa akal manusia tidak ubahnya seperi binatang yang hidup
dimuka bumi ini. Dengan bahasa yang singkat, akal menjadikan manusia sebagai
makhluk yang berperadaban. Tetapi meskipun demikian, akal yang selalu diagung-
agungkan oleh golongan pemikir sebut saja golongan ra’yu atau mu’tazilah juga
memiliki keterbatasan dalam fungsinya. (Nasution Harun, 1986: 71)8

Dan wahyu baik berupa Al-Qur’an dan Hadist bersumber dari Allah SWT,
peribadi Nabi Muhammad SAW yang menyampaikan wahyu ini, memainkan
peranan yang sangat penting dalam turunnya wahyu. Wahyu merupakan perintah
yang berlaku umum atas seluruh umat manusia, tanpa mengenal ruang dan waktu,
7
Atang, Metodologi Study Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001), hlm. 47-48
8
Muhammad Amin, “Kedudukan Akal dalam Islam(The Postion of Reason in Islam)”, Tarbawi: Jurnal
Pendidikan Agama Islam, Vol. 3 No. 1, (2018), hlm. 80

6
baik perintah itu disampaikan dalam bentuk umum atau khusus. Apa yang dibawa
oleh wahyu tidak ada yang bertentangan dengan akal, bahkan ia sejalan dengan
prinsip-prinsip akal. Wahyu itu merupakan satu kesatuan yang lengkap, tidak
terpisah-pisah. Wahyu itu menegakkan hukum menurut kategori perbuatan manusia,
baik perintah maupun larangan. Sesungguhnya wahyu yang berupa Al-Qur’an dan
As-Sunnah turun secara berangsur-angsur dalam rentang waktu yang cukup
panjang.

Namun tidak selalu mendukung antara wahyu dan akal, karena seiring
perkembangan zaman akal yang semestinya mempercayai wahyu adalah sebuah
anugerah dari Allah terhadap orang yang terpilih, terkadang mempertanyakan
keaslian wahyu tersebut. Apakah wahyu itu benar dari Allah ataukah hanya
pemikiran seseorang yang beranggapan semua itu wahyu. Seperti pendapat Abu
Jabbar bahwa akal tak dapat mengetahui bahwa upah untuk suatu perbuatan baik
lebih besar dari pada upah yang ditentukan untuk suatu perbuatan baik lain,
demikian pula akal tak mengetahui bahwa hukuman untuk suatu perbuatan buruk
lebih besar dari hukuman untuk suatu perbuatan baik yang lain. Semua itu hanya
dapat diketahui dengan perantara wahyu. Al-Jubbai berkata wahyulah yang
menjelaskan perincian hukuman dan upah yang akan diperoleh manusia di akhirat.9

E. Fungsi Akal dan Wahyu

Fungsi dari akal menurut aliran Mu’tazilah ialah di atas fungsi wahyu
sehingga aliran ini lebih mendominankan akal dibanding dengan ayat-ayat suci Al-
Qur’an dan hadis. Menurut aliran Salafiyah, wahyu berfungsi jauh lebih tinggi
daripada akal. Sebab akal tidak memiliki kekuatan untuk menakwilkan Al-Qur’an
atau menafsirnya atau menguranginya kecuali dalam batasan yang diperbolehkan
oleh pendapat yang dikuatkan dengan Al-Qur’an maupun hadis.
9
Atang, loc. cit.

7
Menurut aliran Asy’ariyah, wahyu merupakan pokok dan akal merupakan
penguat dari nas wahyu dan hadis. Begitu juga dengan Maturidiyah dan
Ahlussunnah wal Jamaah yang memosisikan wahyu di atas akal, bukan berarti
menghilangkan fungsi akal secara keseluruhan tetapi meminimalisasi fungsi akal
dan mendominankan fungsi akal.

Menurut aliran pertengahan, fungsi wahyu di atas fungsi akal hanya saja
dalam harakahnya mendahulukan fungsi akal daripada fungsi wahyu sehingga pada
masa aliran-aliran pertengahan banyak bermunculan orang-orang yang dengan
berani mengaku nabi bahkan mengaku Tuhan, juga banyak yang mengklaim bahwa
ajarannyalah yang lebih sesuai dengan ajaran salaf saleh.

Sedangkan aliran-aliran yang berada di era kontemporer menempatkan akal


dan wahyu pada fungsinya masing-masing, yang keduanya saling membuttuhkan
sehingga tidak ada yang lebih mendominasi di antara akal dan wahyu seperti
menurut Rasyid Ridha, akal manusia dapat mencapai pengetahuan mengenai adanya
tuhan dan kekekalan jiwa dalam kenikmatan atau siksaan. Perbedaan pengetahuan
akal dengan hidayah rasul bisa dilihat dari beberapa segi yakni sumber, tingkat
keyakinan keabsahannya, ketundukan dan pengaruhnya kepada manusia sehingga
pernyataan tersebut, wahyu berfungsi sebagai konfirmasi bagi pengetahuan
manusia.

Meski akal manusia kuat, ada hal-hal yang tidak bias dijangkau oleh akal
sehingga manusia membutuhkan wahyu. Wahyu dalam hal ini berarti sebagai
pemberi informasi kepada akal seperti berita alam gaib, kebangkitan setelah mati,
hisab, balasan, pokok-pokok, dan batasan syariat.10

10
Aminol Rosid Abdullah, Teologi Islam: Memahami Ilmu Kalam dari Era Klasik hingga Kontemporer,
(Malang: Literasi Nusantara, 2021), hlm. 108

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

9
1. Kata akal berasal dari bahasa Arab al-‘aql yang berarti paham, mengerti atau
berfikir.
2. Menurut Dr. Zaki Nasib Mahmud, akal adalah menghubungkan peristiwa
dengan sebab akibat atau konklusinya.
3. Kata wahyu berasal dari kata Arab al-wahy yang berarti suara, api, kecepatan.
4. Wahyu sering disebut sebuah pemberitahuan tersembunyi dan cepat kepada
seseorang yang terpilih tanpa seorangpun yang mengetahuinya.
5. Diantara kekuatan akal:
a) Mengetahui Tuhan dan sifat-sifat Nya
b) Mengetahui adanya kehidupan di akhirat
6. Diantara kekuatan wahyu:
a) Wahyu ada karena izin Allah
b) Wahyu lebih condong melalui dua mukjizat yaitu Al-Qur’an dan As-
Sunnah
7. Akal tidak pernah membatalkan wahyu. Akal tetap tunduk pada teks wahyu.
Teks wahyu tetap dianggap mutlak benar. Akal digunakan hanya untuk
memahami teks wahyu dan tidak untuk menentang wahyu. Akal hanya memberi
interpretasi terhadap teks wahyu sesuai dengan kecendrungan dan kesanggupan
pemberi interpretasi.
8. Akal menjadikan manusia sebagai makhluk yang berperadaban.
9. Wahyu itu menegakkan hukum menurut kategori perbuatan manusia, baik
perintah maupun larangan
10. Menurut aliran Asy’ariyah Wahyu merupakan pokok dan akal sebagai penguat.

DAFTAR PUSTAKA

 Abdullah, Aminol Rosid. 2021. Teologi Islam: Memahami Ilmu Kalam dari
Era Klasik hingga Kontemporer. Malang: Literasi Nusantara

10
 Amin, Muhammad. 2013. “Kedudukan Akal dalam Islam (The Postion of
Reason)” Jurnal Pendidikan Agama Islam. Vol. 3. Makasar. Tarbawi.
 Atang. 2001. Metodologi Stydy Islam. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
 Mukrim, Abdul Salim. 1987. Pemikiran Akal dan Wahyu. Jakarta: Sarana
Perkasa.
 Nasution, Harun. 1986. Akal dan Wahyu Dalam Islam. Jakarta: Sarana
Perkasa.
 Nasution, Harun. 1986. Teologi Islam: Aliran-Aliran Sejarah Analisa
Perbandingan. Jakarta: UI Press.
 Rozak, Abdul dan Rosihan Anwar. 2013. Ilmu Kalam: Edisi Revisi.
Bandung: Pustaka Setia.

11

Anda mungkin juga menyukai