Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PROFESIONALISASI PROFESI KONSELING

“KONSEP DASAR PROFESI”

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 2:
MAIGITA YENDIRIANI 2130208052
POPY DWIANANDA PUTRI 2130108070
QINTAN CHELSEA JUWINDA 2130108073

DOSEN PENGAMPU:
EMELIYA HARDI, M. Pd

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UIN MAHMUD YUNUS BATUSANGKAR
TAHUN 2024
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami ucapakan kehadiran ALLAH SWT. yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah Profesionalisasi Profesi Konseling. Sholawat beriringan salam tak lupa pula kita
hadiahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang mana telah berhasil membawa umatanya dari
zaman kebodohan kezaman yang berilmu pengetahuan seperti yang kita rasakan pada saat ini.

Kami mengucapkan terimakasih kepada Ibu EMELIYA HARDI, M.Pd yang


memberikan arahan kepada kami tentang pembuatan tugas ini, serta semua pihak yang telah
ikut adil dalam menyelesaikan tugas ini. Dalam tugas ini penulis membahas materi yang
berkaitan dengan “KONSEP DASAR PROFESI”.

Makalah ini diharapkan bisa menambah wawasan pengetahuan kita. Makalah ini
sangat jauh dari kesempurnaan, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca, agar makalah kami lebih baik untuk selanjutnya.

Batusangkar, 13 Maret 2024

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................i

DAFTAR ISI ............................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................................................1

A. Latar Belakang ............................................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ....................................................................................................... 2

C. Tujuan Masalah ...........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAAN ........................................................................................................ 3

A. BK Sebagai Suatu Profesi .......................................................................................... 3

B. Sikap Dan Etika Profesional ....................................................................................... 4

C. Profesionalisme Profesi BK Dalam Tinjauan Epistimologi Dan Etik. ....................... 6

BAB III PENUTUPAN ............................................................................................................. 9

A. Kesimpulan ................................................................................................................. 9

B. Kritik dan Saran .......................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Profesi adalah suatu pernyataan atau suatu janji terbuka, bahwa
seseorang akan mengabdikan dirinya kepada suatu pekerjaan, tidak berganti-ganti
pekerjaan dan selalu bertanggung jawab terhadap keputusan yang diambil dan
bertanggung jawaban atas apa yang dilakukan, serta mempunyai komitmen terhadap
pekerjaannya. Profesi memang selalu menyangkut pekerjaan, tetapi tidak semua
pekerjaan dapat disebut profesi. Profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang
menuntut keterampilan dan keahlian tertentu dari para petugasnya terlebih dahulu
untuk melakukan pekerjaan itu.

Pendidikan profesi yang dikenal dalam bimbingan dan konseling adalah


pendidikan profesi konselor (PPK) atau pendidikan profesi guru bimbingan dan
konseling/ Konselor (PPGBK/K). Dalam pelaksanaan layanannya, bimbingan dan
konseling mengacu pada unsur psikologis dalam suasana paedagogis, sehingga
pelayanannya berada pada setting pendidikan, baik itu pendidikan formal, non formal,
maupun informal. Sehingga jelas, bahwa seyogianya profesi bimbingan dan konseling
tentu sangat berbeda dengan profesi lainnya, walaupun identik dengan bidang
pendidikan namun proses yang dilakukan mengandung unsur-unsur psikologis.

Maka dari itu dalam BK, konselor harus memiliki etika dan sikap yang
profesional , dan konselor profesional menurut Permendiknas nomor 27 Tahun 2008,
selain harus memiliki kualifikasi akademik yang sesuai juga harus memiliki empat
kompetensi utama, yaitu pedagogik, pribadi, sosial, dan profesional. Terkhusus untuk
kompetensi profesional, konselor sekolah dituntut untuk menguasai konsep praksis
asesmen, menguasai kerangka teoretik dan praksis bimbingan dan konseling,
merancang program bimbingan dan konseling, mengimplementasikan program BK
komprehensif, menilai proses dan hasil kegiatan bimbingan dan konseling, memiliki
kesadaran dan komitmen terhadap etika professional, dan menguasai konsep dan
praktis penelitian dalam bimbingan dan konseling (Haryadi & Sanjaya, 2019).

1
B. Rumusan Masalah
A. Bagaimana BK Sebagai Profesi?
B. Bagiamana Sikap Dan Etika Profesional?
C. Apa Profesionalisme Profesi BK Dalam Tinjauan Epistimologi Dan Etik?

C. Tujuan Masalah
1. Dapat mengetahui BK sebagai profesi .
2. Dapat mengetahui sikap dan etika profesional.
3. Dapat mengetahui profesionalisme BK dalam tinjauan epistimologi dan etik.

2
BAB II

PEMBAHASAAN

A. BK Sebagai Suatu Profesi


Profesi itu pada hakikatnya adalah suatu pernyataan atau suatu janji terbuka,
bahwa seseorang akan mengabdikan dirinya kepada suatu pekerjaan, tidak berganti-
ganti pekerjaan dan selalu bertanggung jawab terhadap keputusan yang diambil
dan bertanggung jawaban atas apa yang dilakukan, serta mempunyai komitmen
terhadap pekerjaannya.

Istilah “profesi” memang selalu menyangkut pekerjaan, tetapi tidak semua


pekerjaan dapat disebut profesi. Profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang
menuntut keterampilan dan keahlian tertentu dari para petugasnya. Artinya pekerjaan
yang disebut profesi itu tidak setiap orang bisa melakukannya dan tidak bisa
dilakukan oleh orang yang tidak terlatih serta orang yang tidak disiapkan secara
khusus terlebih dahulu untuk melakukan pekerjaan itu (Hunainah, 2016).

Pendidikan profesi yang dikenal dalam bimbingan dan konseling adalah


pendidikan profesi konselor (PPK) atau pendidikan profesi guru bimbingan dan
konseling/ Konselor (PPGBK/K). Lulusan yang dihasilkan adalah para guru BK yang
telah sebelumnya telah menempuh pendidikan strata satu bimbingan dan konseling
dan setelah mengikuti pendidikan profesi akan memperoleh pengakuan profesi
dengan gelar Kons. atau Konselor. Pendidikan yang dilakukan yaitu sebanyak dua
semester atau satu tahun (Habsy, 2017)

Dalam pelaksanaan layanannya, bimbingan dan konseling mengacu pada


unsur psikologis dalam suasana paedagogis, sehingga pelayanannya berada pada
setting pendidikan, baik itu pendidikan formal, non formal, maupun informal.
Sehingga jelas, bahwa seyogianya profesi bimbingan dan konseling tentu sangat
berbeda dengan profesi lainnya, walaupun identik dengan bidang pendidikan namun
proses yang dilakukan mengandung unsur-unsur psikologis. Sehingga lebih dikenal
dengan istilah psikopaedagogis yakni pemberian layanan psikologis yang
dilaksanakan dalam suasana paedagogi .

3
Secara keilmuan suatu pekerjaan dapat dikatakan sebagai sebuah profesi jika
pekerjaan tersebut diperoleh dari adanya usaha untuk menguasai suatu bidang
keilmuan sehingga memiliki pengetahuan yang mumpuni mengenai ilmu tersebut,
pemerolehan pengetahuan ini didapatkan melalui proses pendidikan di mana program
yang diambil telah diakui sebagai salah satu upaya menghasilkan lulusan yang
professional di bidangnya, selain itu juga pekerjaan yang dijalankan haruslah
memiliki kode etik untuk memperkuat kepercayaan publik (public trust) terhadap
profesi yang dilakukan. public trust akan melanggengkan profesi karena dalam public
trust terkandung keyakinan bahwa profesi dan anggotanya itu:

1. Memiliki kompetensi dan keahlian yang disiapkan melalui pendidikan dan


latihan khusus.
2. Ada perangkat aturan untuk mengatur perilaku profesional dan melindungi
kesejahteraan publik.
3. Para anggota profesi akan bekerja dan memberikan layanan dengan
berpegang teguh kepada standar profesi (Irmayanti, 2018).

B. Sikap Dan Etika Profesional


Konselor profesional menurut Permendiknas nomor 27 Tahun 2008, selain
harus memiliki kualifikasi akademik yang sesuai juga harus memiliki empat
kompetensi utama, yaitu pedagogik, pribadi, sosial, dan profesional. Terkhusus untuk
kompetensi profesional, konselor sekolah dituntut untuk menguasai konsep praksis
asesmen, menguasai kerangka teoretik dan praksis bimbingan dan konseling,
merancang program bimbingan dan konseling, mengimplementasikan program BK
komprehensif, menilai proses dan hasil kegiatan bimbingan dan konseling, memiliki
kesadaran dan komitmen terhadap etika professional, dan menguasai konsep dan
praktis penelitian dalam bimbingan dan konseling (Haryadi & Sanjaya, 2019).

Sikap merupakan suatu kecenderungan untuk mendekat atau menghindar,


positif atau negatif terhadap berbagai keadaan sosial baik institusi, pribadi, situasi, ide,
konsep dan sebagainya. Sikap profesional seorang konselor adalah kecenderungan
yang menunjukkan bahwa dia adalah konselor yang memiliki sikap profesional, sikap
yang dimaksud adalah sebagai berikut.

1. Konselor yang memiliki kesadaran terhadap komitmen profesional.

4
2. Secara terus-menerus berupaya untuk mengembangkan dan menguasai
dirinya.
3. Harus mengerti dan memahami kekurangan dan prasangka-prasangka
pada diri konselor.
4. Bertanggungjawab terhadap saran dan peringatan yang diberikan dari
rekan seprofesi.
5. Mengupayakan mutu kerja setinggi mungkin.
6. Terampil dalam menggunakan teknik-teknik khusus yang dikembangkan
atas dasar wawasan yang luas dan kaidah-kaidah ilmiah.
7. Peduli terhadap identitas professional dan pengembangan profesi.
8. Memahami dan mengelola kekuatan dan keterbatasan personal dan
profesional.
9. Mempertahankan objektivitas dan menjaga agar tidak larut dengan
masalah konseli (Budiman et al., 2023)

Sikap profesional yang dimaksudkan disini adalah:

1. Sikap terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku antara lain:


memahami, mentaati, loyal dan melaksanakan.
2. Sikap terhadap organisasi profesi bimbingan dan konseling yaitu Asosiasi
Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN) antara lain terdaftar sebagai
anggota, menjaga nama baik, dan berpartisipasi terhadap program kerja.
3. Sikap terhadap teman sejawat antara lain: saling menghormati, menjaga,
bekerja sama dan saling membantu.
4. Sikap terhadap konseli antara lain: unik, dinamis, memperlakukan secara
manusiawi dan memfasilitasi tercapainya kemandirian.
5. Sikap terhadap tempat kerja antara lain: merasa senang, menciptakan
hubungan kerja harmonis dan sinergis, serta menjaga kenyamanan.
6. Sikap terhadap pimpinan tempat kerja antara lain: memahami arah
kebijakan, loyal, mentaati, dan menghormati.
7. Sikap terhadap pekerjaan antara lain: senang, sungguh-sungguh dalam
melaksanakan tugas profesi seiring sejalan beribadah, menyesuaikan
kemampuan dengan kebutuhan konseli, meningkatkan kemampuan
melaksanakan tugas profesi (Alawiyah et al., 2020).

5
Seorang profesional tentu saja akan menerapkan keahlian yang dimilikinya
kepada masyarakat. Penyalahgunaan atau penyimpangan penggunaan keahlian ini
tentu akan sangat merugikan masyarakat. Oleh karena itu diperlukan suatu etika
profesi yang dalam hal ini bertindak sebagai “self control”. Karena seorang
professional mendapatkan keahliannya melalui proses pendidikan berkualitas tinggi,
maka pembentukan etika profesi juga harus dilakukan oleh rekan sejawat, sesama
profesi sendiri. Inilah yang menyebabkan timbulnya organisasi profesi dengan
perangkat “built-in mechanism” berupa kode etik profesi dalam hal ini jelas akan
diperlukan untuk menjaga martabat serta kehormatan profesi (Budiman et al., 2023).

Etika merupakan pedoman, hubungan dan nilai bagi masyarakat. Etik akan
menjadi pedoman untuk membangun belief system dan bagaimana pengaruhnya
terhadap orang lain. Prinsip-prinsip etik bersumber dari filsafat moral yang
menekankan pada pembuatan keputusan berdasarkan pada pertimbangan moral
(Marjo & Sodiq, 2022)

Prinsip Etika adalah seperangkat kewajiban dan metode yang berfokus pada
masalah moral dengan tujuan memecahkan dilema tertentu atau serangkaian dilema
dan menetapkan kerangka kerja untuk memandu pemikiran dan perilaku etis di masa
depan. Menurut Asosiasi Konseling Kanada “CCA” pendekatan etika kebajikan
didasarkan pada keyakinan bahwa konselor termotivasi untuk berbudi luhur dan
peduli karena mereka percaya itu adalah hal yang benar untuk dilakukan. Kebajikan
etika menekankan tanggung jawab konselor dalam membuat keputusan etis yang
kompleks.

C. Profesionalisme Profesi BK Dalam Tinjauan Epistimologi Dan Etik.


Istilah epistemologi berasal dari bahasa Yunani, “Episteme” dan “Logos”.
Episteme berarti pengetahuan, sedangkan logos berarti teori, uraian, dan alasan.
Dengan demikian epistemologi dapat diartikan sebagai teori tentang pengetahuan atau
theory of knowledge. Sedangkan Dagobert D. Runes dalam bukunya Dictionary of
Philosophy berpendapat kata epistimologi berasal dari kata episteme ditambah logos,
theory. Dari akar kata ini istilah epistemologi dapat dirumuskan sebagai cabang dari
filsafat yang menyelidiki tentang keaslian pengertian, struktur, metoda, dan validitas
ilmu pengetahuan. Harun Nasution memberikan arti epistemologi dengan ilmu yang
membahas tentang apa itu pengetahuan, dan bagaimana cara untuk mendapatkan

6
pengetahuan tersebut. Intinya adalah epistemologi bertujuan untuk mempelajari
segala hal yang berkaitan dengan pengetahuan dan dipelajari secara mendalam.

Dari pengertian epistemologi tersebut, maka epistemologi meliputi:

1. Filsafat, yaitu berusaha mencari hakikat dan kebenaran pengetahuan.


2. Metoda, yaitu bertujuan mengantarkan manusia untuk mendapatkan
pengetahuan.
3. Sistem, yaitu bertujuan untuk memperoleh realitas kebenaran
pengetahuan itu sendiri atau hakikat pengetahuan.
4. Kesahihan pengetahuan atau sifat benar menurut bukti, logika berpikir,
atau kekuatan hukum.

Dalam epistemologi Islam, sumber ilmu berasal dari Tuhan dan diperoleh
melalui indera yang sehat, laporan yang benar yang disandarkan pada otoritas, akal
yang sehat dan intuisi (Kastamin & Anwar, 2021).

Profesionalisme profesi bimbingan dan konseling (BK) dalam tinjauan


epistemologi dan etik merupakan suatu aspek penting dalam pengembangan sikap dan
etika yang diperlukan oleh para konselor. Berikut adalah beberapa aspek yang perlu
diperhatikan. Epistemologi dalam profesi BK merupakan pendekatan terhadap ilmu
pengetahuan dan keilmuan yang digunakan dalam praktik konseling. Konselor harus
memiliki pendekatan yang terstruktur, sistematis, dan berbasis teori-teori yang
terbukti efektif. Epistemologi juga berperan dalam menentukan standar kompetensi
dan pendidikan yang diperlukan para konselor, sehingga mereka dapat menjadi
konselor yang profesional dan efektif. Etik profesi dalam profesi BK adalah kaidah-
kaidah perilaku yang menjadi rujukan bagi konselor dalam melaksanakan tugas atau
tanggung jawabnya memberikan pelayanan bimbingan dan konseling kepada
siswa/konsili. Konselor harus memiliki kesadaran dan komitmen terhadap etika
profesional, yang bertujuan untuk menjamin kepentingan (Ii & Pustaka, 2013).

Profesionalisme profesi BK dalam tinjauan epistemologi dan etik merupakan


suatu studi yang mengkaji aspek sikap dan etika yang diperlukan dalam profesi
konseling. Dalam hal ini, epistemologi digunakan untuk menjelaskan asal usul,
anggapan, karakter, kecermatan, dan keabsahan atau kebenaran BK dalam bidang
profesi, sambil menjelaskan masalah etika yang dihadapi konselor. Masalah etika

7
yang dihadapi konselor seperti konfidenzialitas, masalah penggunaan informasi, dan
masalah kebijakan. Hal ini menunjukan bahwa profesionalisme profesi BK tidak
hanya berhubungan dengan sikap dan etika dalam interaksi dengan klien, tetapi juga
dengan masalah etika yang lebih umum dalam profesi konseling.

8
BAB III

PENUTUPAN

A. Kesimpulan
Profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keterampilan dan
keahlian tertentu dari para petugasnya. Artinya pekerjaan atau yang disebut profesi ini
tidak setiap orang bisa melakukannya dan tidak bisa dilakukan oleh orang-orang
yang tidak terlatih. Begitu juga dengan bimbingan dan konseling yang nantinya akan
mendapatkan gelar konselor jika menempuh pendidikan profesi konselor (PPK) atau
pendidikan profesi guru bimbingan dan konseling/ Konselor (PPGBK/K). Tidak
sembarang orang bisa menjadi konselor, seperti halnya stigma yang sering beredar
luas di masyarakat sekarang ini bahwasanya guru wali kelas bisa sekaligus mencakup
sebagai konselor. Persepsi seperti itu jelas salah, karna yang tamatan Bk S1 saja
belum bisa disebut sebagai konselor jika belum menempuh PPK/ PPGBK.
Dalam menjalankan profesi, tidak hanya Bk/ konselor profesi apapun itu wajib
memiliki yang namanya sikap profesionalisasi dalam menjalankan tugasnya. Untuk
menjaga keprofesionalisasian ada yang namanya etika atau pedoman yang mengatur
seseorang dalam bertindak.

B. Kritik dan Saran


Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini terdapat banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapakan
masukan dan saran agar membangun dari berbagai pihak untuk kemajuan penulisan
makalah kedepannyaa.

9
DAFTAR PUSTAKA

Alawiyah, D., Rahmat, H. K., & Pernanda, S. (2020). Menemukenali Konsep Etika Dan
Sikap Konselor Profesional Dalam Bimbingan Dan Konseling. Jurnal Mimbar: Media
Intelektual Muslim dan Bimbingan Rohani, 6(2), 84–101.
https://doi.org/10.47435/mimbar.v6i2.457

Budiman, N., Kusumaningsih, N. L., & Nadhira, A. N. (2023). Guru Bimbingan Dan
Konseling Sebagi Profesi Khusus. 2(3), 91–101.

Habsy, B. A. (2017). Filosofi Ilmu Bimbingan Dan Konseling Indonesia. Jurnal Pendidikan
(Teori dan Praktik), 2(1), 1. https://doi.org/10.26740/jp.v2n1.p1-11

Haryadi, R., & Sanjaya, S. (2019). Korelasi Antara Kompetensi Profesional dan Multikultural
Konselor Sekolah. Indonesian Journal of Learning Education and Counseling, 2(2),
124–129. https://doi.org/10.31960/ijolec.v2i2.219

Hunainah. (2016). Etika Profesi Bimbingan Konseling. 49–49.

Ii, B. A. B., & Pustaka, A. D. (2013). Bab ii profesionalisme guru bk dalam


mengimplementasikan program bimbingan konseling islam. 6–40.

Irmayanti, R. (2018). Bimbingan dan Konseling sebagai Profesi Khusus. Quanta, 2(1), 21–29.
https://doi.org/10.22460/q.v2i1p21-30.642

Kastamin, N., & Anwar, S. (2021). Tinjauan Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi terhadap
Guru Profesional. Jurnal Dirosah Islamiyah, 3(3), 382–406.
https://doi.org/10.47467/jdi.v3i3.483

Marjo, H. K., & Sodiq, D. (2022). Etika dan Kompetensi Konselor Sebagai Profesional
(Suatu Pendekatan Literatur Sistematis). Jurnal Paedagogy, 9(1), 86.
https://doi.org/10.33394/jp.v9i1.4512

Anda mungkin juga menyukai