DISUSUN OLEH
KELOMPOK 2:
MAIGITA YENDIRIANI 2130208052
POPY DWIANANDA PUTRI 2130108070
QINTAN CHELSEA JUWINDA 2130108073
DOSEN PENGAMPU:
EMELIYA HARDI, M. Pd
Segala puji dan syukur kami ucapakan kehadiran ALLAH SWT. yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah Profesionalisasi Profesi Konseling. Sholawat beriringan salam tak lupa pula kita
hadiahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang mana telah berhasil membawa umatanya dari
zaman kebodohan kezaman yang berilmu pengetahuan seperti yang kita rasakan pada saat ini.
Makalah ini diharapkan bisa menambah wawasan pengetahuan kita. Makalah ini
sangat jauh dari kesempurnaan, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca, agar makalah kami lebih baik untuk selanjutnya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan ................................................................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Profesi adalah suatu pernyataan atau suatu janji terbuka, bahwa
seseorang akan mengabdikan dirinya kepada suatu pekerjaan, tidak berganti-ganti
pekerjaan dan selalu bertanggung jawab terhadap keputusan yang diambil dan
bertanggung jawaban atas apa yang dilakukan, serta mempunyai komitmen terhadap
pekerjaannya. Profesi memang selalu menyangkut pekerjaan, tetapi tidak semua
pekerjaan dapat disebut profesi. Profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang
menuntut keterampilan dan keahlian tertentu dari para petugasnya terlebih dahulu
untuk melakukan pekerjaan itu.
Maka dari itu dalam BK, konselor harus memiliki etika dan sikap yang
profesional , dan konselor profesional menurut Permendiknas nomor 27 Tahun 2008,
selain harus memiliki kualifikasi akademik yang sesuai juga harus memiliki empat
kompetensi utama, yaitu pedagogik, pribadi, sosial, dan profesional. Terkhusus untuk
kompetensi profesional, konselor sekolah dituntut untuk menguasai konsep praksis
asesmen, menguasai kerangka teoretik dan praksis bimbingan dan konseling,
merancang program bimbingan dan konseling, mengimplementasikan program BK
komprehensif, menilai proses dan hasil kegiatan bimbingan dan konseling, memiliki
kesadaran dan komitmen terhadap etika professional, dan menguasai konsep dan
praktis penelitian dalam bimbingan dan konseling (Haryadi & Sanjaya, 2019).
1
B. Rumusan Masalah
A. Bagaimana BK Sebagai Profesi?
B. Bagiamana Sikap Dan Etika Profesional?
C. Apa Profesionalisme Profesi BK Dalam Tinjauan Epistimologi Dan Etik?
C. Tujuan Masalah
1. Dapat mengetahui BK sebagai profesi .
2. Dapat mengetahui sikap dan etika profesional.
3. Dapat mengetahui profesionalisme BK dalam tinjauan epistimologi dan etik.
2
BAB II
PEMBAHASAAN
3
Secara keilmuan suatu pekerjaan dapat dikatakan sebagai sebuah profesi jika
pekerjaan tersebut diperoleh dari adanya usaha untuk menguasai suatu bidang
keilmuan sehingga memiliki pengetahuan yang mumpuni mengenai ilmu tersebut,
pemerolehan pengetahuan ini didapatkan melalui proses pendidikan di mana program
yang diambil telah diakui sebagai salah satu upaya menghasilkan lulusan yang
professional di bidangnya, selain itu juga pekerjaan yang dijalankan haruslah
memiliki kode etik untuk memperkuat kepercayaan publik (public trust) terhadap
profesi yang dilakukan. public trust akan melanggengkan profesi karena dalam public
trust terkandung keyakinan bahwa profesi dan anggotanya itu:
4
2. Secara terus-menerus berupaya untuk mengembangkan dan menguasai
dirinya.
3. Harus mengerti dan memahami kekurangan dan prasangka-prasangka
pada diri konselor.
4. Bertanggungjawab terhadap saran dan peringatan yang diberikan dari
rekan seprofesi.
5. Mengupayakan mutu kerja setinggi mungkin.
6. Terampil dalam menggunakan teknik-teknik khusus yang dikembangkan
atas dasar wawasan yang luas dan kaidah-kaidah ilmiah.
7. Peduli terhadap identitas professional dan pengembangan profesi.
8. Memahami dan mengelola kekuatan dan keterbatasan personal dan
profesional.
9. Mempertahankan objektivitas dan menjaga agar tidak larut dengan
masalah konseli (Budiman et al., 2023)
5
Seorang profesional tentu saja akan menerapkan keahlian yang dimilikinya
kepada masyarakat. Penyalahgunaan atau penyimpangan penggunaan keahlian ini
tentu akan sangat merugikan masyarakat. Oleh karena itu diperlukan suatu etika
profesi yang dalam hal ini bertindak sebagai “self control”. Karena seorang
professional mendapatkan keahliannya melalui proses pendidikan berkualitas tinggi,
maka pembentukan etika profesi juga harus dilakukan oleh rekan sejawat, sesama
profesi sendiri. Inilah yang menyebabkan timbulnya organisasi profesi dengan
perangkat “built-in mechanism” berupa kode etik profesi dalam hal ini jelas akan
diperlukan untuk menjaga martabat serta kehormatan profesi (Budiman et al., 2023).
Etika merupakan pedoman, hubungan dan nilai bagi masyarakat. Etik akan
menjadi pedoman untuk membangun belief system dan bagaimana pengaruhnya
terhadap orang lain. Prinsip-prinsip etik bersumber dari filsafat moral yang
menekankan pada pembuatan keputusan berdasarkan pada pertimbangan moral
(Marjo & Sodiq, 2022)
Prinsip Etika adalah seperangkat kewajiban dan metode yang berfokus pada
masalah moral dengan tujuan memecahkan dilema tertentu atau serangkaian dilema
dan menetapkan kerangka kerja untuk memandu pemikiran dan perilaku etis di masa
depan. Menurut Asosiasi Konseling Kanada “CCA” pendekatan etika kebajikan
didasarkan pada keyakinan bahwa konselor termotivasi untuk berbudi luhur dan
peduli karena mereka percaya itu adalah hal yang benar untuk dilakukan. Kebajikan
etika menekankan tanggung jawab konselor dalam membuat keputusan etis yang
kompleks.
6
pengetahuan tersebut. Intinya adalah epistemologi bertujuan untuk mempelajari
segala hal yang berkaitan dengan pengetahuan dan dipelajari secara mendalam.
Dalam epistemologi Islam, sumber ilmu berasal dari Tuhan dan diperoleh
melalui indera yang sehat, laporan yang benar yang disandarkan pada otoritas, akal
yang sehat dan intuisi (Kastamin & Anwar, 2021).
7
yang dihadapi konselor seperti konfidenzialitas, masalah penggunaan informasi, dan
masalah kebijakan. Hal ini menunjukan bahwa profesionalisme profesi BK tidak
hanya berhubungan dengan sikap dan etika dalam interaksi dengan klien, tetapi juga
dengan masalah etika yang lebih umum dalam profesi konseling.
8
BAB III
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keterampilan dan
keahlian tertentu dari para petugasnya. Artinya pekerjaan atau yang disebut profesi ini
tidak setiap orang bisa melakukannya dan tidak bisa dilakukan oleh orang-orang
yang tidak terlatih. Begitu juga dengan bimbingan dan konseling yang nantinya akan
mendapatkan gelar konselor jika menempuh pendidikan profesi konselor (PPK) atau
pendidikan profesi guru bimbingan dan konseling/ Konselor (PPGBK/K). Tidak
sembarang orang bisa menjadi konselor, seperti halnya stigma yang sering beredar
luas di masyarakat sekarang ini bahwasanya guru wali kelas bisa sekaligus mencakup
sebagai konselor. Persepsi seperti itu jelas salah, karna yang tamatan Bk S1 saja
belum bisa disebut sebagai konselor jika belum menempuh PPK/ PPGBK.
Dalam menjalankan profesi, tidak hanya Bk/ konselor profesi apapun itu wajib
memiliki yang namanya sikap profesionalisasi dalam menjalankan tugasnya. Untuk
menjaga keprofesionalisasian ada yang namanya etika atau pedoman yang mengatur
seseorang dalam bertindak.
9
DAFTAR PUSTAKA
Alawiyah, D., Rahmat, H. K., & Pernanda, S. (2020). Menemukenali Konsep Etika Dan
Sikap Konselor Profesional Dalam Bimbingan Dan Konseling. Jurnal Mimbar: Media
Intelektual Muslim dan Bimbingan Rohani, 6(2), 84–101.
https://doi.org/10.47435/mimbar.v6i2.457
Budiman, N., Kusumaningsih, N. L., & Nadhira, A. N. (2023). Guru Bimbingan Dan
Konseling Sebagi Profesi Khusus. 2(3), 91–101.
Habsy, B. A. (2017). Filosofi Ilmu Bimbingan Dan Konseling Indonesia. Jurnal Pendidikan
(Teori dan Praktik), 2(1), 1. https://doi.org/10.26740/jp.v2n1.p1-11
Haryadi, R., & Sanjaya, S. (2019). Korelasi Antara Kompetensi Profesional dan Multikultural
Konselor Sekolah. Indonesian Journal of Learning Education and Counseling, 2(2),
124–129. https://doi.org/10.31960/ijolec.v2i2.219
Irmayanti, R. (2018). Bimbingan dan Konseling sebagai Profesi Khusus. Quanta, 2(1), 21–29.
https://doi.org/10.22460/q.v2i1p21-30.642
Kastamin, N., & Anwar, S. (2021). Tinjauan Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi terhadap
Guru Profesional. Jurnal Dirosah Islamiyah, 3(3), 382–406.
https://doi.org/10.47467/jdi.v3i3.483
Marjo, H. K., & Sodiq, D. (2022). Etika dan Kompetensi Konselor Sebagai Profesional
(Suatu Pendekatan Literatur Sistematis). Jurnal Paedagogy, 9(1), 86.
https://doi.org/10.33394/jp.v9i1.4512