Anda di halaman 1dari 22

Askep Acne = Jerawat

Askep Acne = Jerawat

1. Pengertian Jerawat dan Pencegahan Jerawat

Jerawat (bahasa Inggris: acne) adalah kondisi abnormal kulit akibat


gangguan berlebihan produksi kelenjar minyak (sebaceous gland) yang
menyebabkan penyumbatan saluran folikel rambut dan pori-pori kulit.
Daerah yang mudahterkena jerawat ialah di muka, dada, punggung dan
tubuh bagian atas lengan. Jerawat digolongkan ringan bila bentuknya
masih komedo dengan jumlah lesi kurang dari 30. Apabila jumlah lesi
berkisar antara 30-125 maka dinamakan jerawat sedang (papule).
Jerawat besar yang disebut nodul atau kista timbul bila lesi di atas 125.
Munculnya jerawat sering terjadi pada masa pubertas antara usia 14-19
tahun yang disebabkan oleh perubahan hormone pada remaja. Deteksi
jerawat sejak dini sangat sulit sebab sebelum masa pubertas kulit anak
akan mengalami pengelupasan tiga minggu sekali. Sedangkan ketika
remaja, kulit mengelupas empat minggu sekali. Hasil penelitian
menunjukkan sebanyak 85% populasi mengalami jerawat pada usia 12-
25 tahun, 15% populasi mengalaminya hingga usia 25 tahun.

Jika tidak teratasi dengan baik, gangguan jerawat dapat menetap


hingga usia 40 tahun. Selain menimbulkan bekas jerawat, efek utamanya
adalah pada jiwa seseorang, seperti krisis percaya diri atau minder dan
depresi. Beberapa macam Jerawat (Acne) Komedo, sifat & penyebabnya
Komedo adalah nama ilmiah dari pori2 yg tersumbat, bisa terbuka atau
tertutup. Komedo yg terbuka disebut juga sebagai blackhead, terlihat
seperti pori2 yg membesar dan menghitam (yang berwarna hitam itu
bukan kotoran; sebenarnya itu adalah penyumbat pori yg berubah warna
krn teroksidasi dgn udara). Komedo yg tertutup, atau whitehead,
memiliki kulit yg tumbuh di atas pori2 yg tersumbat; makanya terlihat
spt tonjolan putih kecil2 dibawah kulit. Jerawat jenis komedoini
disebabkan oleh sel2 kulit mati dan kelenjar minyak yg berlebihan pd
kulit. Bila anda tdk meng-exfoliate (bisa dengan scrub, cuci muka dgn
waslap,memakai sabun muka mengandung salicylic acid atau yg
mengandung AHA/BHA, dll) kulit wajah secara berkala, sel2 kulit mati
menumpuk di kulit; minyak di permukaan kulit kemudian menutup sel2
kulit, terjadilah penyumbatan. Makeup dan produk penataan rambut
yang mengandung minyak dapat memperparah keadaan. Berkeringat dan
udara yg panas dan lembab dapat juga menyumbat pori2.
1. Pencegahan

Cuci selalu wajah pagi dan malam dengan pembersih mengandung


salicylic-acid atau AHA/BHA untuk mengelupas sel2 kulit mati. Atau
scrub kulit wajah minimal seminggu sekali. Bawalah selalu kertas
penyerap minyak untuk menyerap kelebihan minyak di wajah. Gunakan
juga masker utk kulit berminyak seminggu sekali.

1. Jerawat Biasa, sifat & penyebabnya

Jenis jerawat `klasik' ini mudah dikenal, tonjolan kecil berwarna pink
atau kemerahan. Terjadi krn pori2 yg tersumbat terinfeksi dgn bakteri.
Bakteri ini bisa yg terdapat dipermukaan kulit, bisa juga dari waslap,
kuas makeup, jari tangan, juga telepon. Stress, hormon dan udara yg
lembab dpt memperbesar kemungkinan infeksi jerawat, krn
menyebabkan kulit memproduksi minyak, yang merupakan tempat
berkembang-biaknya bakteri. Jerawat yg disebabkan oleh hormon
biasanya muncul di sekitar rahang dan dagu, menurut seorang ahli kulit,
yang merekomendasikan pemakaian pil KB yang rendah estrogen,
seperti Orthotricyclen, Orthocept dan Alesse. (Untungnya, menurut
penelitian ternyata coklat dan French fries tidak mempunyai pengaruh
pada berbiaknya jerawat).

1. Pencegahan

Untuk membunuh bakteri2 penyebab jerawat, gunakan sabun muka yg


mengandung benzoyl-peroxida, atau sabun sulfur. Dan gunakan masker
anti bakteri/jerawat seminggu sekali. Kalau obat2 jerawat yg dijual
bebas tidak mempan, mintalah ke dokter kulit obat jerawat yg
mengandung vitamin A derivatif seperti Retin-A.
1. Penyembuhan

Untuk mengurangi peradangan dan membunuh bakteri, pakailah obat


jerawat yg mengandung benzoyl-peroksida, atau bila kulit anda tdk
tahan, gunakan produk yg mengandung sulfur, spt Neo Medrol atau
mujisat tolak jerawat dari SariAyu. Kalau obat2 jerawat tadi tidak
mempan juga, mintalah resep salep yang mengandung antibiotik,salah
satunya Garamicyn (bisa dibeli bebas). Salep ini bisa membunuh bakteri
dan mengurangi pembengkakan juga peradangan. Cystic Acne (Jerawat
Batu/Jerawat Jagung), sifat dan penyebabnya Sering disebut sebagai
jerawat segede jagung. Bila anda merasa muka anda seperti pizza yg
penuh topping, nah.inilah cystic-acne; jerawat yg besar, dgn tonjolan2
yg meradang hebat, berkumpul di seluruh muka (berbeda dgn jerawat
biasa yang berkumpul di salah satu bag. muka). Inilah `godfather'nya
jerawat, yang paling merusak tidak hanya secara fisik, tapi juga
kepercayaan diri. Penderita cystic-acne biasanya juga memiliki keluarga
dekat yg juga menderita jerawat jenis ini; secara genetic penderitanya
memiliki:

(1) kelenjar minyak yang over-aktif yg membanjiri pori2 dgn


minyak

(2) pertumbuhan sel2 kulit yg tidak normal yg tdk bisa


beregenerasi secepat kulit normal dan

(3) memiliki respons yg berlebihan terhadap peradangan sehingga


meninggalkan bekas di kulit.

1. Pencegahan

Obat2 jerawat yg dijual bebas tidak akan mempan buat jerawat jenis ini.
Memakai scrub pun tidak akan ada hasilnya. Jalan satu2nya adalah
meminta dokter meresepkan pil antibiotik seperti tetracycline. Bila
dalam sebulan tidak ada tanda2 perbaikan, mungkin dokter akan
memberikan resep Accutane (kurang pasti di Indonesia sudah ada atau
belum), obat yg efektif, tapi kontroversial. Meskipun penyembuhannya
memakan waktu hingga 5 bln, dan dapat mengakibatkan bayi cacat pada
ibu hamil, tapi tetep aja dianggap sebagai obat mujarab pilihan terakhir.

1. Pengobatan

Untuk jerawat batu yang satu-satu, penyembuhan yg efektif adalah


meminta dokter kulit menyuntik jerawat dengan cortisone, yg membuat
jerawat ini sembuh dlm waktu 48 jam. Kalau kasusnya kronis, pil
Accutane bisa dicoba, meskipun anda bakal mengalami beberapa side
effect, seperti bibir pecah2 yg parah (minta dr.kulit anda meresepkan
Acclovate, lip balm anti peradangan) dan kulit yg kering.

1. Patofisiologi

etiologi (hormonal,stres,genetik,bakteri) –> masa pubertas –> Hormon


androgen menstimulasi kelenjar sebasea –> kelenjar sebasea membesar
dan mensekresikan sebum –> sebum merembas naik hingga puncak
folikel rambut –> mengalir keluar pada pemukaan kulit –> duktus
pilosebaseus tersumbat sebum –>lesi obstruktif –>di latasi folikel
sebasea dampaknya dibagi 2 yaitu : 1. penipisan dinding folikular 2.

–>penipisan dinding folikular –> pecah –>isi folikular keluar dan


mengiritasi dermis –> lesi baru –>infeksi berulang

–>risiko infeksi

–> mikro komedo dibagi 2 yaitu :

–> komedo terbuka, hitam akibat akumulasi lipid, bakteri dan debris
epitel
–> komedo tertutup –>perembasan isi folikel ke dermis –> inflamasi –
lesi akne

dampak lesi akne di bagi 3:

–>papula eritematosa \\

====> gangguan integritas kuli, gangguan citra tubuh, ansietas

–> kista inflamatorik //

–> pustyla

Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan inflamasi lesi akne.


2. Ansietas berhubungan dengan lesi akne.
3. Gangguan integritas kulit yang ditandai dengan adanya papula
eritematosa, pustule, dan kista inflamatorik.
4. Risiko infeksi berhubungan dengan infeksi bakteri kulit.
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan faktor pemicu dan
perawatan akne.

askep jerawat yaitu:

1. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan inflamasi lesi akne.

 Dorong klien untuk menyatakan perasaan tentang penyakitnya


pertahankan pendekatan positif, hindari ekspresi menghina atau
reaksi berubah mendadak.
 Bersikap realitis dan positif selama pengobatan, pada
penyuluhan kesehatan.

1. Ansietas berhubungan dengan lesi akne.

 Dorong pasien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan.


 Berikan lingkungan terbuka dimana pasien merasa aman untuk
mendiskusikan perasaan atau

1. Gangguan integritas kulit yang ditandai dengan adanya papula


eritematosa, pustule, dan kista inflamatorik.

 Pada klien bahwa pengobatan biasanya memerlukan waktu 4-6


minggu atau lebih.
 Dorong klien untuk menghindari semua bentuk friksi
(menggaruk, mengutik –ngutik dengan tangan, dll) anjurkan
klien untuk menghindari krim kulit apap

1. Risiko infeksi berhubungan dengan infeksi bakteri kulit.

 Tekankan klien untuk tidak memijat jerawat atau mengotak-


ngatiknya.
 Pertahankan personal hygiene, terutama pada area tangan

1. Kurang pengetahuan berhubungan dengan faktor pemicu dan


perawatan akne.

 Tekankan pada klien bahwa masalah yang dihadapinya tidak


berhubungan dengan ketidakbersihan, kesalahan makan,
aktivitas seksual, ataupun kesalahan konsep lainnya yang sering
dijumpai.
 Informasikan mengenai obat-obat oral serta topical beserta efek
sampingnya yang potensial.

Askep Milia

13 Nov, 2009
Author: Tyo | Filed Under: ASKEP KULIT |
Milia

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Milia adalah salah satu jenis kista epidermoid, yang dibatasi epidermoid
dan berisi massa keratin. Milia sering dijumpai congenital atau lesi
dapatan yang timbul pada bayi maupun dewasa. Beberapa penelitian
melaporkan angka kejadiannya lebih banyak pada wanita dan yang lain
melaporkan antara laki-laki dan wanita prevalensinya sama.5

Milia sering ditemukan di area mata khususnya di kelopak mata. Milia


dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu milia primer yang sering dijumpai
pada bayi dan sering menghilang sendiri dalam satu sampai tiga bulan,
dan milia sekunder yang timbul mengikuti lesi kulit sebelumnya.

Kebersihan atau hygiene kulit dapat mempengaruhi timbulnya


penyumbatan sehingga mempermudah timbulnya milia. Iklim panas
dengan banyak keringat mempermudah timbulnya milia yang akan
member gambaran kista berupa bintik-bintik kecil berwarna putih.
Penanganan milia pada bayi masih dipertanyakan, milia sering dibiarkan
dan menghilang dengan sendirinya. Pada dewasa milia dapat
mengganggu penampilan dan pasien sering mengeluhkan hal tersebut,
sehingga diperlukan penanganan yang tepat terhadap milia.
1.2. TUJUAN PENULISAN

Mengetahui definisi milia, epidemiologi, klasifikasi, gejala klinis,


etiologi, diagnosa banding, pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan
histology, terapi, komplikasi, prognosis dan pencegahan milia.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. DEFINISI

Milia adalah kista epithelial yang berasal dari penyumbatan saluran


kelenjar ekrin yang berisi massa keratin. 6

2.2. EPIDEMIOLOGI

Epidemiologi di Amerika Serikat menemukan milia primer paling


banyak pada bayi (setengah dari semua bayi yang baru lahir). Erupsi
milia multiple dan milia en plaque jarang muncul dalam waktu
bersamaan. Tidak ada predileksi ras tertentu untuk munculnya milia.
Prevalensi sama pada milia primer dan sekunder. Erupsi milia dan milia
en plaque lebih sering ditemui pada wanita. Milia bisa ditemukan pada
umur berapa saja, namun khas sering dijumpai pada bayi.1

Milia dapat ditemukan pada berbagai populasi dan umur. Milia primer
ditemukan pada bayi baru lahir (50% dari semua bayi lahir) yang
diperkirakan merupakan normal. Milia sekunder lebih sedikit ditemukan
pada bayi tetapi mungkin akan muncul jika ada trauma pada kulit.3

Milia primer secara khas ditemukan di bayi, tetapi bisa juga ditemukan
di anak-anak dan dewasa. Milia sekunder diobservasi pada kelainan kulit
yang lepuh dan setelah dermabrasi. Milia en plaque dan erupsi multiple
milia adalah hal yang berbeda1

2.3. KLASIFIKASI

Milia adalah kista kecil berukuran 1 – 2 mm berwarna putih mutiara


(pearly white) di permukaan kulit. Milia dibagi menjadi 2 tipe, yaitu tipe
primer merupakan kondisi normal ditemui pada kulit sehat dan milia
sekunder yang secara khas ditemukan di kulit karena dipengaruhi
berbagai macam kondisi. Milia yang ditemukan di langit-langit mulut
pada bayi sering disebut Epstein pearls dan normal pada bayi.1

Milia yang timbul sekunder dari lesi sebelumnya sering dijumpai pada
penyakit epidermolisis bulosa, porphyria cutanea tarda, luka bakar,
setelah terapi dermabrasi, setelah penggunaan laser ablasi dan setelah
penggunaan terapi topical glukokortikoid atau terapi 5-fluorouracil.5

2.4. PATOFISIOLOGI

Milia adalah kista epidermois. Kista berasal dari folikel sebacea. Milia
primer tumbuh di kulit wajah yang menghasilkan folikel rambut vellus.
Milia sekunder terjadi akibat kerusakan pilosebaceus.1

2.5. GEJALA KLINIS

Milia sering asimptomatik. Pada anak-anak dan dewasa biasa muncul di


area sekitar mata. Erupsi milia biasanya onsetnya lebih cepat bahkan
dalam beberapa minggu.1

Pada pemeriksaan kulit, Milia ditemukan di superficial kulit, uniform,


warna putih mutiara sampai kuning muda, lesi membentuk kubah
dengan diameter antara 1 – 2 mm. Efloresensi yang ditemukan adalah
papula-papula milier, multiple kadang berkelompok. 6 Pada milia en
plaque, milia dalam jumlah lebih banyak muncul pada plaque eritem. 1

Distribusi di kulit: milia primer, pada bayi ditemukan di wajah terutama


di area hidung. Milia juga bisa ditemukan di mukosa (Epstein pearls)
dan palatum (Bohn nodules). Milia primer di anak-anak dan dewasa
berkembang di wajah, terutama di area mata. Milia sering ditemukan
dengan distribusi linier, melintang sepanjang lekuk hidung pada
beberapa anak. Milia sekunder ditemukan di tubuh bagian mana saja
yang dipengaruhi oleh bermacam-macam kondisi. Erupsi milia
ditemukan di kepala, leher dan tubuh bagian atas.1,2 Milia juga bisa
ditemukan di langit-langit mulut. 4

Lokasi-lokasi yang paling sering dijumpai milia primer pada bayi:3,4

 Sekitar hidung
 Sekitar mata (periorbital area)
 Pipi
 Dagu
 Dahi

Lokasi-lokasi jarang dijumpai milia pada bayi, tetapi bisa muncul


walaupun jarang:

 Badan
 Tungkai dan lengan
 Penis (korpus penis)
 Membrane mucosa (area di dalam mulut)3

Milia en plaque memberi gambaran plaque yang berbeda di wajah dan


leher. Plaque pernah dilaporkan terdapat di area postauricular, unilateral
atau bilateral, pipi dan plaque submandibula.1
2.6. ETIOLOGI

Milia terbentuk karena kelenjar minyak belum terbentuk sempurna dan


kulit tidak mengelupas secara normal sehingga menyebabkan
terperangkap di dalam kulit. Milia primer dipercaya timbul di kelenjar
sebacea yang tidak berkembang secara lengkap, hal ini menjelaskan
terjadinya pada bayi. Lesi sekunder timbul mengikuti trauma atau kulit
lepuh oleh karena gangguan di duktus keringat. Milia sering
dihubungkan dengan berbagai macam kelainan, termasuk pemphigoid
bulosa, keturunan dan epidermolysis bulosa dapatan, liken planus
bulosa, porphyria cutanea tarda dan luka bakar. Trauma kulit dari
dermabrasi atau radioterapi dapat menyebabkan pembentukan milia.1

Kebersihan atau hygiene kulit dapat mempengaruhi timbulnya


penyumbatan pada saluran kelenjar ekrin sehingga mempermudah
timbulnya milia. Iklim panas yang memacu banyak keringat juga
mempermudah timbulnya penyakit. Tidak ada bakteri yang
menyebabkan timbulnya milia. 5, 6

Orang dewasa bisa timbul milia di wajah. Kista dan benjolan juga bisa
timbul di bagian tubuh yang mengalami inflamasi atau trauma
sebelumnya. Iritasi kulit oleh karena kain atau baju yang kasar mungkin
menyebabkan kemerahan ringan pada sekitar benjolan tetapi bagian
tengah berwarna putih. Milia yang teriritasi kadang disalahartikan "baby
acne" (sebenarnya bukan bentuk acne). 4

Milia sekunder berkembang dari dermatitis kontak bulosa dan


fotokontak alergi terhadap sinar matahari. Milia juga sering muncul
setelah terapi leishmaniasis cutaneus dan setelah pemberian salep topical
nitrogen untuk plaque mycosis fungal. Milia sekunder pernah dilaporkan
timbul setelah pemakaian kortikosteroid topical. Milia merupakan kasus
jarang pada genodermatosiss (syndrome Bazex-Dupr e-Christol). Milia
primer dan erupsi milia multiple telah dilaporkan berhubungan dengan
gangguan autosomal dominant yang diturunkan. Etiologi milia en plaque
belum diketahui.1

2.7. DIAGNOSA BANDING

1. Acne Vulgaris
2. Syringoma
3. Trichoepithelioma
4. Milialike idiopathic calcinosis cutis (pada penderita Sindrom
Down)1

2.8. PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Tidak ada pemeriksaan laboratorium untuk milia sederhana. Diagnosa


pasti dengan pemeriksaan klinis.4 Pemeriksaan penyakit yang mendasari
penting untuk milia sekunder. Biopsy kulit dilakukan bila perlu pada
pasien dengan diagnosis yang masih diragukan. Jika curiga adanya milia
en plaque, biopsy adalah tindakan yang bijaksana untuk menyingkirkan
diagnosa lain, seperti mucinosis follicular dan trichoepitheliomata
multiple. Pada orang yang lebih tua dengan kerusakan kulit akibat sinar
matahari, sindrom Favre-Rachouchet (nodul elastosis pada kulit) harus
disingkirkan.1

2.9. PEMERIKSAAN HISTOLOGI

Pemeriksaan histology menunjukkan adanya kista epidermoid, tetapi


besar kista lebih kecil. Milia biasanya terletak di dermis superficial dan
mempunyai garis epithelial (dengan lapisan sel bergranula). Kista berisi
keratin lamellated dalam jumlah bervariasi. Milia primer yang sering
dijumpai pada bayi dan anak-anak ditemukan di rambut sebacea yang
mengelilingi folikel rambut vellus. Milia sekunder di area kulit lepuh
ditemukan pada duktus kelenjar ekrin keringat.1

2.10. TERAPI
Tidak ada terapi topical maupun sistemik yang efektif untuk milia
primer dan sekunder. Terdapat laporan tentang penggunaan isotretinoin
topical, etretinate oral dan minocycline dalam menerapi pasien dengan
milia en plaque.1

Milia dapat dibiarkan begitu saja, tetapi jika pasien meminta


pengangkatan, insisi dengan jarum cutting-edge dan pengeluaran isi
biasanya efektif. Tindakan ini dapat dilakukan tanpa anestesi local.
Paper clip dilaporkan berhasil digunakan untuk mengeluarkan isi kista.
Milia en plaque dapat diterapi dengan efektif dengan elektrodesiccation,
laser karbon dioksida, dermabrasi dan cryosurgery. 1, 5 Ekstirpasi milia
dengan tindakan yang benar tidak akan menimbulkan scar pada kulit. 4

Tindakan bedah yang dapat dilakukan pada milia diantaranya yaitu:6

 Bedah listrik
 Elektrolisis
 Elektrofulgurasi

2.11. KOMPLIKASI

Tidak ada komplikasi sistemik yang dilaporkan. 1, 4

2.12. PROGNOSIS

Milia yang ditemukan pada bayi biasanya akan menghilang spontan


dalam mingu-minggu pertama.1 Kadang milia akan menetap sampai 2 –
3 bulan. Milia pada anak-anak dan dewasa biasanya menetap. Milia
sekunder pada kulit lepuh jarang sembuh. 1

2.13. PENCEGAHAN
Tidak ada pencegahan spesifik untuk milia. 4 Cara terbaik untuk
pencegahan terhadap milia adalah melindungi kulit terhadap agen kimia
yang kuat dan menghindari paparan sinar matahari. Untuk mengurangi
milia di sekitar mata, bila menggunakan berbagai macam cream, hindari
pemakaian area sekitar mata terlalu banyak. Juga, usap wajah terutama
area sekitar mata dengan halus dan hindari menggosok mata dengan
kasar. Bila menggosok gigi, usahakan pasta gigi tetap ada di dalam
mulut, hindari pasta gigi terkena area sekitar mulut, sehingga bisa
mengurangi iritasi kulit terhadap fluoride. Gunakan tabir surya apabila
bepergian dalam terik sinar matahari dan pilih yang mengandung bahan
titanium oxide atau zinc oxide. 2

BAB III

KESIMPULAN

Milia adalah kista epithelial yang berasal dari penyumbatan saluran


kelenjar ekrin yang berisi massa keratin. Milia dapat ditemukan pada
berbagai populasi dan umur. Milia dibagi menjadi 2 tipe, yaitu milia
primer merupakan kondisi normal ditemui pada kulit sehat dan milia
sekunder yang secara khas ditemukan di kulit karena dipengaruhi
berbagai macam kondisi. Pada pemeriksaan kulit, Milia ditemukan di
superficial kulit, uniform, warna putih mutiara sampai kuning muda, lesi
membentuk kubah dengan diameter antara 1 – 2 mm. Efloresensi yang
ditemukan adalah papula-papula milier, multiple kadang berkelompok.
Milia primer dipercaya timbul di kelenjar sebacea yang tidak
berkembang secara lengkap. Kelenjar minyak belum terbentuk sempurna
dan kulit tidak mengelupas secara normal sehingga menyebabkan massa
keratin terperangkap di dalam kulit.

Milia sering dihubungkan dengan berbagai macam kelainan, termasuk


pemphigoid bulosa, keturunan dan epidermolysis bulosa dapatan, liken
planus bulosa, porphyria cutanea tarda dan luka bakar. Trauma kulit dari
dermabrasi atau radioterapi dapat menyebabkan pembentukan milia.
Tidak ada terapi topical maupun sistemik yang efektif untuk milia
primer dan sekunder. Milia dapat menghilang spontan. Tindakan bedah
yang dapat dilakukan pada milia diantaranya yaitu bedah listrik,
elektrolisis, elektrofulgurasi dan insisi dengan jarum cutting-edge dan
pengeluaran isi biasanya efektif tanpa anestesi local.

DAFTAR PUSTAKA

1. Cooper, S et al. Milia. 2008.


http://emedicine.medscape.com/article/1058063-overview

2.Anonym.Milia.2007.http://www.bigskincare.com/skin_diseases/milia_
causes_treatment.php

3. Anonym. Milia. 2008. http://www.skinsight.com/infant/milia.htm

4.Kaneshiro,NK.Milia.2009.http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/a
rticle/001367.htm

5. Wolf. K et al. Fitzpatrick's Dermatology in General Medicine 7th


edition. Mc Graw Hill Medical. United States ; 2008. Pages 1065, 2339.

6. Siregar, R.S. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit Edisi 2. Penerbit


Buku Kedokteran EGC. Jakarta; 2005. Hal 267 - 268

Untuk Diagnosa Dapat dilihat di askep acne-jerawat


ASUHAN KEPERAWATAN LEPRA
ASUHAN KEPERAWATAN LEPRA

A. Pengertian

Lepra adalah penyakit infeksi kronik yang disebabkan oleh kuman tahan
asam “Mycobacterium Leprae”.

B. Etiologi

Mycobacterium Leprae yang berbentuk batang, berukuran 2-8 um dan


diameter 0,3 um, bersifat tahan asam dan merupakan parasit obligat
intraseluler.

C. Patofisiologi

Mycobacterium Leprae berprediksi di daerah-daerah tubuh yang relatif


lebih dingin. Sebenarnya M.Leprae mempunyai pathogenesis dan daya
inuasif yang rendah, sebab penderita yang mengandung kuman yang
lebih banyak belum tentu memberikan gejala yang lebih berat, bahkan
dapat sebaliknya. Ketidakseimbangan antara derajat infeksi dengan
derajat penyakit disebabkan oleh respon imun yang berbeda yang
mengugah timbulnya reaksi granuloma setempat atau menyeluruh yang
dapat kambuh sendiri atau progresif. Oleh karena itu penyakit lepra
dapat disebut sebagai penyakit imunologik. Gejala klinisnya lebih
sebanding dengan tingkat reaksi selulernya daripada intensitas
infeksinya.

D. Tanda dan Gejala

 Timbul bercak atau benjolan dengan rasa tebal/matirasa, kadang


ada keluhan nyeri pada lengan dan tungkai, sendi-sendi, demam,
pilek dan mata procos
 Lesi kulit yang khas (bercak/plak hipopigmentasi/eritematosa,
papul atau nodul)
 Annesthesia pada kesi
 Pembesaran saraf tepi
E. Klasifikasi

Klasifikasi Lepra berdasarkan “Respon Imunologis pnderita” di bagi


menjadi :

1. Tipe Indeterminate (1)

Kelainan kulitnya berupa makula hipopigmentasi 1-2 buah, batas kurang


tegas kadang dijumpai hipoestesi

2. Tipe Tuberculoid (TT)

Lesi kulit berupa macula/plak eritematosa atau hipopigmentasi dengan


batas tegas, jumlah 1-4 buah, permukaan lesi kering, bersisik dan rambut
pada lesi berkurang atau tidak ada sama sekali. Nyeri , hipoestesi atau
anaestnesi dan penebalan syaraf. BTA negative, tes lepromin positif
sangat kuat.

3. Tipe Bordeline Tuberculoid (BT)

Lesi kulit menyerupai tipe TT. Jumlah lesi lebih banyak (2-8 buah)
berupa macula/plak hipopigmentasi. Beberapa syaraf mungkin menebal
dan menimbulkan gangguan sensoris dan motoris, anestesi tampak
nyata. BTA negatif atau positif satu (+1), test lepromin positif lemah.

4. Tipe Mid Borderline (BB)

Lesi kulit condong simestris, berupa macula, plak atau papul dan dapat
kombinasi ketiganya, warna lesi eritematosa atau kecoklatan. Lesi
punched merupakan tanda karakteristik berupa infiltrat dengan central
clear area. BTA positif satu atau dua (+2/+3). Test lepromin negative
atau positif lemah.

5. Tipe Borderline (BL)

Lesi dimulai dengan macula kemudian menyebar secara simetris. Lesi


punched-out lebih multiformis, banyak dan tersebar. Permukaan lesi
halus, mengkilat dengan batas tegas. Anestesi pada tangan dan kaki
simetris. BTA positif empat atau lima (+4/+5). Test lapromin negatif.

6. Tipe Lapromatous (LL)

Lesi dimulai dengan makula yang menyebar dan terdistribusi secara


bilateral sinutris. Lesi terbatas tidak tegas, hipopigmentasi, atau sedikit
eritematosa. Pada fase lanjut terdapat pembesaran saraf dengan glove
anda stocking anaesthesia. Gejala yang lain adalah pelebaran hidung,
penebalan, lobules telinga dan edema kaki. BTA positif lima atau enam
(+5/+6). Test lepromin negative.

F. Pemeriksaan Penunjang

 Test lepromin
 Bakteriologis : sediaan apas dari irisan kulit dan usapan mukosa
hidung dengan pewarnaan Zeihl-Nielsen.
 Scrologis pengukuran antibody anti M.Leprae
 PA : Biopsi lesi kulit dan atau saraf
 ENMG

G. Komplikasi

 Imunologi : reaksi lepra tipe I (reversal) dari reaksi lepra tipe II


(eritema nodosum leprosum/ENL)
 Neurologis : ulkus, law hand, drop hand, drop foot, kontraktur,
multilasi dan resorbsi.

H. Penatalaksanaan

 Semua penderita lepra diobati dengan MDT yang terdiri dari


Dapson, Lampren, dan Rifampisin
 Reaksi tipe I dan tipe II ringan diberikan aspirin atu kloroquin
 Reaksi tipe II berat dapat diberikan kortikosteroid dengan
penurunan dosis secara bertahap
 Bila ada neuritis perlu dilakukan imobilisasi
 Perawatan ulkus
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Data Subyetif

 Timbul bercak atau benjolan dengan rasa tebal/mati rasa, kadang


mengeluh nyeri pada lengan / tungkai, sendi-sendi, demam, pilek,
dan mata procos.

1. Data Obyektif

 Bercak/plak hipopigmentasi/ eritematosa, papul atau nodul


 Anestesi pada lesi
 Pembesaran saraf tepi

1. Data Penunjang

 BTA pada sediaan apus irisan kulit positif


 Test lepronim positif atau negatif

B. Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan rasa nyaman nyeri s.d pembesaran saraf tepi.


2. Potensial cedera s.d hipo/anaestesia
3. Kurang pengetahuan s.d kurang informasi
4. Gangguan Integritas kulit s.d adanya ulkus

C. Rencana Keperawatan

No Diagnosa Perencanaan Keperawatan


Tujuan dan Kriteria Rencana Tindakan
Keperawatan Hasil
1. Gangguan rasa Tujuan :  Kaji karakteristik
nyaman nyeri s.d nyeri
pembesaran saraf Klien merasa nyaman  Kaji repon klien
tepi. terhadap nyeri
Kriteria hasil :  Ajarkan teknik
Ditandai dengan : distraksi dan
Klien tampak tenang relaksasi
DS : nyeri pada
 Ciptakan
lengan / tungkai Nyeri berkurang atau
lingkungan yang
hilang
DO : klien tampak teraupeutik
kesakitan,  Kelola pemberian
pembesaran saraf analgetik sesuai
tepi program

2. Potensial cedera Tujuan :  Kaji tingkat


s.d hipo/anaestesia kemampuan
Tidak terdapat cedera aktivitas klien
Ditandai dengan : selama perawatan  K/P Bedrest
 Mobilisasi
DS : mati rasa Kriteria hasil :
bertahap
DO : pembesaran DS mengetahui hal-hal  Hindari hal-hal
saraf tepi yang harus dihindari yang
untuk mencegah cedera memungkinkan
terjadinya cedera
 Jelaskan proses
terjadinya hilang
rasa dan cara
mengatasinya

3. Kurang Tujuan :  Kaji tingkat


pengetahuan s.d pengetahuan
kurang informasi Pengetahuan klien/keluarga
kilen/keluarga tentang  Jelaskan dengan
Ditandai dengan : penyakit lepra dan bahasa yang
perawatannya menigkat sederhana tentang
DS : klien belum
:
tahu tentang Kriteria hasil :
penyakitnya. - Penyakit lepra dan
Setelah dilakukan
kemungkinan
penyuluhan kesehatan
kpd klien/ keluarganya komplikasi
maka mengetahui
tentang : - Pengobatan dan efek
sampingnya
- Penyakit lepra
- Hal-hal yang harus
- Perawatan & dihindari untuk
pengobatan mencegah cedera

- Efek samping  Berikan brosur


pengobatan tentang penyakit
lepra
 Berikan
kesempatan
kepada
klien/keluarga
untuk bertanya
lebih lanjut.

4. Gangguan Tujuan :  Kaji karakteristik


Integritas kulit s.d ulkus
adanya ulkus Integritas kulit kembali  Perawatan ulkus
Ditandai dengan : utuh 2×1 hari
 Berikan diet
DS : - Kriteria hasil :
tinggi protein
Setelah 7 hari  Kelola pemberian
DO : ulkus
perawatan ulkus antibiotic sesuai
membaik, bersih, tidak dengan program
berbau, granulasi (+)

Anda mungkin juga menyukai