Anda di halaman 1dari 20

 

KOMUNIKASI DALAM KEPERAWATAN

“Prespektif,
“Prespekt Kesehatan”  
if, Trend, dan Isu Terkait Dalam Pelayanan Kesehatan”

Dosen Pengampu:

Ns. Esthika Ariany Maisa, M.Kep

Oleh Kelompok 10

1.  Dina Rahmiyanti Saputri (201131056)

2.  Fatria Surisna (2011316057)


( 2011316057)
3.  Rheynanda (2011316059)
4.  Syafitri Wulandari (2011316058)
5.  Yoga Marsa Dinata (2011316055)

PROGRAM B STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ANDALAS

TAHUN 2020
 

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi


la gi Maha Penyayang, Kami
 panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah- Nya
 Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah”  “Prespektif,
Trend, dan Isu Terkait Dalam Pelayanan Kesehatan” ini. 

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari berbagai
 pihak sehingga dapat mempelancar
mempelancar pembuatan
pembuatan makalah ini.
ini. Terima
Terima kasih
kasih untuk
untuk ibu Ns. Esthika
Ariany Maisa, M.Kep selaku dosen pembimbing mata kuliah Komunikas idalam Keperawatan.
Serta,kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam p
pembuatan
embuatan makalah ini. Terlepas
dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini
menjadi lebih baik.

Akhir kata kami berharap semoga makalah


makalah ini dapat memberi manfaat d
dan
an inspirasi
terhadap pembaca maupun penulis itu sendiri.

Padang, November 2020

Penulis

i
 

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...........................................


..................................................................
.............................................
........................................
.................. ii

DAFTAR ISI ............................................


..................................................................
............................................
.............................................
.................................
..........iii

BAB I PENDAHULUAN ..............................................


....................................................................
............................................
.................................
........... 1
1.1 Latar Belakang............................................
..................................................................
............................................
.............................................
..........................
... 1
1.2 RumusanMasalah ...........................................
.................................................................
............................................
............................................
...................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ..............................................................
....................................................................................
.............................................
..........................
... 2
1.4 Manfaat Penulisan ..........................................
................................................................
............................................
............................................
...................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...........................
..................................................
.............................................
........................................
.................. 3

2.1 Perspektif Komunikasi dalam Pelayanan Kesehatan .............................................


.................................................
.... ...... 3
2.2 Pengertian Trend dan Issue Komunikasi dalam Pelayanan
Pel ayanan Keperawatan .................. ...... 4

2.3 Faktor yang Mempengaruhui Issue dan Trend Keperawatan .....................


.....................................
................ ...... 4
2.4 Konsep Issue dan Trend dalam Keperawatan...........................
Keperawatan.................................................
..................................
............ ...... 6
2.5 Pentingnya Komunikasi dalam Pelayanan Kesehatan .....................
............................................
...........................
.... ...... 7
2.6 Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi dalam Keperawatan ...
.........................
...............................
......... ...... 8
2.7 Trend dan Issu Komunikasi dalam Pelayanan Kesehatan ...........
..................................
...............................
........ ...... 9
2.8 Anggota Tim Interdisiplin ................................................
......................................................................
..........................................
.................... .... 10
BAB III ANALISIS KASUS ..........................
................................................
................................................................ .... 13 
..........................................
3.1 Deskripsi Kasus ..........................................
................................................................
............................................
..........................................
.................... 13
3.2 Hasil Analisis ..........................................
.................................................................
.............................................
.............................................
....................... 13

BAB IV PENUTUP.............................................
...................................................................
............................................
...........................................
..................... 16

3.1 Kesimpulan................................................................
......................................................................................
.............................................
................................
......... 16
3.2 Saran ............................................
...................................................................
.............................................
............................................
.......................................
.................16

DAFTAR PUSTAKA ............................................


...................................................................
.............................................
.......................................
................. 18

ii
 

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Keperawatan sebagai profesi dituntut untuk mengembangkan keilmuannya sebagai


wujud kepeduliannya dalam meningkatkan kesejahteraan umat manusia baik dalam
tingkatan preklinik maupun klinik. Untuk dapat mengembangkan keilmuannya maka
keperawatan dituntut untuk peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi
terja di di
lingkungannya setiap saat (Potter dan Perry, 2005). 

Tenaga keperawatan secara keseluruhan jumlahnya mendominasi tenaga


kesehatan yang ada, dimana keperawatan memberikan konstribusi yang unik terhadap
 bentuk pelayanan kesehatan sebagai
sebagai satu kesatuan yang
yang relatif, berkelanjutan,
berkelanjutan, koordinatif
koordinatif
dan advokatif. Keperawatan sebagai suatu profesi menekankan kepada bentuk pelayanan

 professional yang sesuai dengan standart dengan memperhatikan kaidah etik dan moral.

Perawat dalam menjalankan peran dan tanggung jawabnya sangat dituntut


memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap yang baik yang dapat menunjang tindak
 prilaku profesionalnya . Pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang baik akan dapat
diperoleh dalam lingkungan perguruan tinggi yang memiliki komitmen yang kuat untuk
mencetak perawat yang profesional.

Keperawatan merupakan profesi yang dinamis dan berkembang secara terus-


menerus dan terlibat dalam masyarakat yang yang berubah, sehingga pemenuhan dan

metode keperawatan kesehatan berubah, karena gaya hidup masyarakat berubah dan
 perawat sendiri juga dapat menyesuaikan perubahan tersebut. Keperawatan menetapkan
diri dari ilmu social bidang lain karena focus asuhan keperawatan bidang lain meluas.
Tren dalam pendidikan keperawatan adalah berkembangnya jumlah peserta keperawatan
yang menerima pendidikan keperawatan, baik peserta didik dari D3 keperawatan, S1
keperawatan atau kesehatan masayrakat sampai ke tingkat yang lebih tinggi, yaitu S2.

Tren paraktik keperawatan meliputi berbagai praktik di berbagai tempat praktik dimana
 perawat memiliki kemandirian yang lebih besar. Perawat secara terus menerus
meningkatkan otonomi dan penghargaan sebagai anggota tim asuhan keperawatan. Peran
Pe ran
 perawat meningkat dengan meluasnya focus asuhan keperawatan. Tren dalam

1
 

keperawatan sebagai profesi meliputi perkembangan aspek-aspek dari


d ari keperawatan yang
mengkarakteristikan keperawatan sebagai profesi meliputi: pendidikan, teori, pelayanan,
otonomi, dan kode etik.

Aktivitas dari organisasi keperawatan professional menggambarkan trend dan praktik


keperawatan. Keperawatan sebagai profesi dituntut untuk mengembangkan
keilmuannya sebagai wujud kepeduliannya dalam meningkatkan kesejahteraan umat
manusia baik dalam tingkatan preklinik maupun klinik. Untuk dapat mengembangkan
keilmuannya maka keperawatan dituntut untuk peka terhadap perubahan-perubahan
yang terjadi di lingkungannya setiap saat.

1.2. Rumusan Masalah


Bagaimana penerapan Prespektif, Trend, dan Isu Terkait Dalam Pelayanan Kesehatan

1.3 Tujuan Penulisan

Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui Prespektif, Trend, dan Isu Terkait
Dalam Pelayanan Kesehatan

1.4 Manfaat Penulisan

a) Bagi Pendidikan

Menjadi bahan bacaan bagi mahasiswa keperawatan serta menambah wawasan dalam
memahami konsep kebutuhan eliminasi dengan kasus gagal ginjal kronis.

b) Bagi Layanan Kesehatan

Dapat menambah pengetahuan bagi pelayanan kesehatan dalam menerapkan asuhan


keperawatan pada klien gagal ginjal kronis.

2
 

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perspektif Komunikasi dalam Pelayanan Kesehatan


Manusia sebagai makhluk sosial tentunya selalu memerlukan orang lain dalam

menjalankan dan mengembangkan kehidupannya. Hubungan dengan orang lain akan


terjalin bila setiap individu
individu melakukan komunikasi di
di antara sesamanya. Kepuasan
Kepuasan dan
kenyamanan serta rasa aman yang dicapai oleh individu dalam hubungan sosial dengan
orang lain merupakan hasil dari komunikasi. Komunikasi dalam hal ini menjadi unsur
terpenting dalam mewujudkan integritas diri setiap manusia sebagai bagian dari sistem
sosial.
Komunikasi yang terjalin dalam kehidupan sehari-hari memberikan dampak yang
sangat penting dalam kehidupan, baik secara individual maupun kelompok. Komunikasi
yang terputus akan memberikan dampak pada buruknya hubungan antar individu atau

kelompok. Tatanan klinik seperti rumah sakit yang dinyatakan sebagai salah satu sistem
dari kelompok sosial mempunyai kepentingan yang tinggi pada unsur komunikasi.
Komunikasi di lingkungan rumah sakit diyakini sebagai modal utama untuk meningkatkan
kualitas pelayanan yang akan ditawarkan kepada konsumen nya konsumen dalam hal ini
 juga menyangkut dua sisi yaitu konsumen internal dan eksternal antara horizontal atau
hubungan secara vertikal.
Hubungan yang terjalin antar tim multidisiplin termasuk keperawatan unsur
 penunjang lainnya, unsur administrasi sebagai provider merupakan gambaran dari sisi
konsumen internal. Sedangkan konsumen eksternal lebih mengarah pada sisi menerima

 jasa pelayanan, yaitu


yaitu klien baik
baik secara individual, kelompok keluarga maupun masyarakat
yang ada di rumah sakit. Seringkali hubungan buruk yang terjadi pada suatu rumah sakit
diprediksi penyebabnya adalah buruknya sistem komunikasi antar individu yang terlibat
dalam sistem tersebut.
Ellis (2000) menyatakan jika hubungan terputus atau menjadi sumber stress, pada
umumnya yang ditunjuk sebagai penyebabnya adalah komunikasi yang buruk.
Keperawatan yang menjadi unsur terpenting dalam memberikan pelayanan dalam hal ini
 perawat berperan sebagai provider. Fokus perhatian tterhadap
erhadap buruknya komunikasi juga
terjadi pada tim keperawatan, hal ini terjadi karena beberapa sebab diantaranya adalah :

1)  Lemahnya pemahaman mengenai penggunaan diri secara terapeutik saat melakukan
interaksi dengan klien

3
 

2)  Kurangnya kesadaran diri pada perawat dalam menjalankan komunikasi dua arah
secara terapeutik
3)  Lemahnya penerapan sistem evaluasi tindakan atau kinerja individual yang
 berdampak terhadap lemahnya pengembangan
pengembangan kemampuan diri sendiri

2.2 Pengertian Trend dan Issue Komunikasi dalam Pelayanan Keperawatan


Trend adalah hal yang sangat mendasar dalam berbagai pendekatan analisa, trend juga
dapat di definisikan salah satu gambaran ataupun informasi yang terjadi pada saat ini yang
 biasanya sedang popular di kalangan masyarakat. Jadi trend adalah sesuatu yang sedang
di bicarakan oleh banyak orang saat ini dan kejadiannya berdasarkan fakta (Muharamiatul,
2012). 
Sedangkan issu adalah suatu peristiwa atau kejadian yang dapat diperkirakan terjadi
atau tidak terjadi pada masa mendatang, yang menyangkut ekonomi, moneter, sosial,
 politik, hukum, pembangunan nasional, bencana alam, hari kiamat, kematian, ataupun

tentang krisis. Atau sesuatu yang sedang di bicarakan oleh banyak namun belum jelas
faktanya atau buktinya (Muharamiatul, 2012).  
Komunikasi merupakan proses kompleks yang melibatkan perilaku dan
memungkinkan individu untuk berhubungan dengan orang lain dan dunia sekitarnya.
Sedangkan komunikasi terapeutik adalah kemampuan atau keterampilan perawat untuk
membantu klien beradaptasi terhadap stress, mengatasi gangguan patologis dan belajar
 bagaimana berhubungan dengan
dengan orang lain ( Mundakir, 2006 ).
Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan secara sendiri atau
secara bersama-sama dalam suatu
s uatu organisasi untuk memelihara, meningkatkan kesehatan,

mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan,


keluarga, kelompok dan ataupun masyarakat. Pelayanan rumah sakit merupakan salah satu
 bentuk upaya yang diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
mas yarakat. Pelayanan
rumah sakit berfungsi untuk memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan
terpadu yang dilakukan dalam upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,
 penyembuhan penyakit, dan pemulihan kesehatan yang bermutu dan terjangkau dalam
rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat (Potter dan Perry, 2005).

2.3 Faktor yang Mempengaruhui Issue dan Trend Keperawatan

1.  Faktor Agama dan Istiadat

4
 

Agama serta latar belakang adat-istiadat merupakan faktor utama dalam membuat
keputusan etis. Setiap perawat disarankan untuk memahami nilai-nilai yang diyakini
maupun kaidah agama yang dianutnya. Untuk memahami ini memang diperlukan
 proses. Semakin tua dan semakin banyak pengalaman belajar, seseorang akan lebih
mengenal siapa dirinya dan nilai-nilai yang dimilikinya.

2.  Faktor Sosial


Berbagai faktor sosial berpengaruh terhadap pembuatan keputusan etis. Faktor ini
antara lain meliputi perilaku sosial dan budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi,
hukum, dan peraturan perundang-undangan. Perkembangan sosial dan budaya juga
 berpengaruh terhadap sistem kesehatan nasional. Pelayanan kesehatan yang tadinya
 berorientasi pada program medis lambat laun menjadi pelayanan komprehensif dengan
dengan
 pendekatan tim kesehatan.
kesehatan. 
3.  Faktor Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Pada era abad 20 ini, manusia telah berhasil mencapai tingkat kemajuan ilmu

 pengetahuan dan teknologi yang belum dicapai manusia pada abad sebelumnya.
Kemajuan yang telah dicapai meliputi berbagai bidang. Kemajuan di bidang kesehatan
kesehat an
telah mampu meningkatkan kualitas hidup serta memperpanjang usia manusia dengan
ditemukannya berbagai mesin mekanik kesehatan, cara prosedur baru dan bahan-
 bahan/obat-obatan baru. Misalnya pasien dengan gangguan ginjal dapat diperpanjang
usianya berkat adanya mesin hemodialisa. Ibu-ibu yang mengalami kesulitan hamil
dapat diganti dengan berbagai inseminasi. Kemajuan-kemajuan ini menimbulkan
 pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan
berhubungan dengan etika.
4.  Faktor Legislasi dan Keputusan Yuridis

Perubahan sosial dan legislasi secara konstan saling berkaitan. Setiap perubahan
sosial atau legislasi menyebabkan timbulnya tindakan yang merupakan reaksi
 perubahan tersebut.
ters ebut. Legislasi merupakan jaminan tindakan menurut hukum sehingga
s ehingga
orang yang bertindak tidak sesuai hukum dapat menimbulkan konflik. Saat ini aspek
legislasi dan bentuk keputusan juridis bagi permasalahan etika kesehatan sedang
menjadi topik yang banyak dibicarakan. Hukum kesehatan telah menjadi suatu bidang
ilmu, dan perundang-undangan baru banyak disusun untuk menyempurnakan
 perundang-undangan lama atau untuk mengantisipasi perkembangan permasalahan
hukum kesehatan.

5.  Faktor dana/keuangan.

5
 

Dana/keuangan untuk membiayai pengobatan dan perawatan dapat menimbulkan


konflik. Untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat, pemerintah telah banyak
 berupaya dengan mengadakan berbagai program yang dibiayai pemerintah.
6.  Faktor pekerjaan.
Perawat perlu mempertimbangkan posisi pekerjaannya dalam pembuatan suatu

keputusan. Tidak semua keputusan pribadi perawat dapat dilaksanakan, namun harus
diselesaikan dengan keputusan/aturan tempat ia bekerja. Perawat yang mengutamakan
kepentingan pribadi sering mendapat sorotan sebagai perawat pembangkang. Sebagai
konsekuensinya, ia mendapatkan sanksi administrasi atau mungkin kehilangan
 pekerjaan.
7.  Faktor Kode etik keperawatan.
Kelly (1987), dikutip oleh Robert Priharjo, menyatakan bahwa kode etik
merupakan salah satu ciri/persyaratan profesi yang memberikan arti penting dalam
 penentuan, pertahanan dan peningkatan standar profesi. Kode etik menunjukkan bahwa

tanggung jawab kepercayaan dari masyarakat telah diterima oleh profesi. Untuk dapat
mengambil keputusan dan tindakan yang tepat terhadap masalah yang menyangkut
etika, perawat harus banyak berlatih mencoba menganalisis permasalahan-
 permasalahan etis.
8.  Faktor Hak-hak pasien.
Hak-hak pasien pada dasarnya merupakan bagian dari konsep hak-hak manusia.
Hak merupakan suatu tuntutan rasional yang berasal dari interpretasi konsekuensi dan
kepraktisan suatu situasi. Pernyataan hak-hak pasien cenderung meliputi hak-hak warga
negara, hak-hak hukum dan hak-hak moral. Hak-hak pasien yang secara luas dikenal

menurut Megan (1998) meliputi hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang adil
dan berkualitas, hak untuk diberi informasi, hak untuk dilibatkan dalam pembuatan
keputusan tentang pengobatan dan perawatan, hak untuk diberi informed concent , hak
untuk mengetahui nama dan status tenaga kesehatan yang menolong, hak untuk
mempunyai pendapat kedua(secand opini), hak untuk diperlakukan dengan hormat, hak
untuk konfidensialitas (termasuk privacy ), hak untuk kompensasi terhadap cedera yang
tidak legal dan hak untuk mempertahankan dignitas (kemuliaan) termasuk menghadapi
kematian dengan bangga.

2.4 Konsep Issue dan Trend dalam Keperawatan


1.  Mengahargai keyakinan klien menurut budayanya

6
 

Perawat harus bisa menghargai keyakinan klien tetapi tetap melaksanakan tindakan
untuk perawatan klien dengan mengganti dengan alternative lain.
lai n. Misalnya klien yang
tidak mengkonsumsi obat-obatan kimia, berpikir kritis dengan mengganti dengan obat
herbal yang telah terbukti pengobatannya. misalnya di budaya Jawa, Brotowali sebagai
obat untuk menghilangkan rasa nyeri.

2.  Menghentikan kebiasaan buruk


Apabila klien mempunyai kebiasaan merokok pada saat setelah makan, maka perawat
harus dapat melarang kebiasaan tersebut. Karena dapat membahayakan klien dan terapi
 penyembuhan dapat mengalami kegagalan. Contoh lain, kebiasaan bagi orang jawa
yakni jika ada salah satu pihak keluarga atau sanak saudara yang sakit, maka untuk
bersama –  
menjenguknya biasanya mereka mengumpulkan dulu semua saudaranya dan bersama – 
sama mengunjungi saudaranya yang sakit tersebut. Karena dalam budaya Jawa dikenal
 prinsip “ mangan ora mangan , seng penting
penting kumpul. 
kumpul. 
3.  Mengganti kebiasaan
kebiasaan pengobatan
pengobatan yang buruk

Bagi masyarakat Jawa dukun adalah yang pandai atau ahli dalam mengobati penyakit
melalui “Japa Mantera“, yakni doa yang diberikan oleh dukun kepada pasien. Misalnya
dukun pijat/tulang (sangkal putung) khusus menangani orang yang sakit terkilir , patah
tulang , jatuh atau salah urat.

2.5 Pentingnya Komunikasi dalam Pelayanan Kesehatan


Manusia sebagai makhluk sosial tentunya selalu memerlukan orang lain dalam
menjalankan dan mengembangkan kehidupannya. Hubungan dengan orang lain akan
terjalin bila setiap individu melakukan komunikasi diantara sesamanya. Kepuasan dan

kenyamanan serta rasa aman yang dicapai oleh individu


in dividu dalam berhubungan sosial dengan
orang lain merupakan hasil dari suatu komunikasi. Komunikasi dalam hal ini menjadi
unsur terpenting dalam mewujudkan integritas diri setiap manusia sebagai bagian dari
sistem social (Muharamiatul, 2012).
Komunikasi yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari memberikan dampak yang
sangat penting dalam kehidupan, baik secara individual maupun kelompok. Komunikasi
yang terputus akan memberikan dampak pada buruknya hubungan antar individu atau
kelompok. Tatanan klinik seperti rumah sakit yang dinyatakan sebagai salah satu sistem
dari kelompok sosial mempunyai kepentingan yang tinggi pada unsur komunikasi.

Komunikasi di lingkungan rumah sakit diyakini sebagai modal utama untuk meningkatkan
kualitas pelayanan yang akan ditawarkan kepada konsumennya. Konsumen dalam hal ini

7
 

 juga menyangkut dua sisi yaitu konsumen internal dan konsumen eksternal. Konsumen
internal melibatkan unsur hubungan antar individu yang bekerja. Komunikasi di
lingkungan rumah sakit diyakini sebagai modal utama untuk meningkatkan kualitas
 pelayanan yang akan ditawarkan kepada konsumennya. Konsumen dalam hal ini juga
menyangkut dua sisi yaitu konsumen internal dan konsumen eksternal. Konsumen internal

melibatkan unsur hubungan antar individu yang bekerja di rumah sakit, baik hubungan
secara horisontal ataupun hubungan secara vertikal. Hubungan yang terjalin antar tim
multidisiplin termasuk keperawatan, unsur penunjang lainnya, unsur adminitrasi sebagai
 provider merupakan gambaran dari sisi konsumen internal. Sedangkan konsumen
eksternal lebih mengarah pada sisi menerima jasa pelayanan, yaitu klien baik secara
individual, kelompok, keluarga maupun masyarakat yang ada di rumah sakit. Seringkali
hubungan buruk yang terjadi pada suatu rumah sakit, diprediksi penyebabnya adalah
 buruknya sistem komunikasi
komunikasi antar individu yang terlibat dalam sistem tersebut (Mundakir,
2006). Hal ini terjadi karena beberapa sebab diantaranya adalah :

1)  Lemahnya pemahaman mengenai penggunaan diri secara terapeutik saat


melakukan intraksi dengan klien.
2)  Kurangnya kesadaran diri para perawat dalam menjalankan komunikasi dua arah
secara terapeutik.
3)  Lemahnya penerapan sistem evaluasi tindakan ( kinerja ) individual yang
 berdampak terhadap lemahnya pengembangan
pengembangan kemampuan diri sendiri.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka perlu
perl u diupayakan suatu hubungan interpersonal yang
mencerminkan penerapan komunikasi yang lebih terapeutik. Hal ini dimaksudkan untuk
meminimalkan permasalahan yang dapat terjadi pada komunikasi yang dijalin oleh tim

keperawatan dengan kliennya. Modifikasi yang perlu dilakukan oleh tim keperawatan
adalah melakukan pendekatan dengan berlandaskan pada model konseptual sebagai dasar
ilmiah dalam melakukan tindakan keperawatan. Sebagai contoh adalah melakukan
komunikasi dengan menggunakan pendekatan model konseptual proses interpersonal
(Mundakir, 2006).

2.6 Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi dalam Keperawatan


ain :  
Menurut Muharamiatul (2012), faktor yang mempengaruhi komunikasi antara llain
1. Situasi atau suasana 

Situasi atau suasana yang penuh kebisangan akan mempengaruhi baik atau tidaknya
 pesan diterima oleh komunikan, suara bising yang diterima komunikan saat proses

8
 

komunikasi berlangsung membuat pesan tidak jelas, kabur, bahkan sulit diterima. Oleh
karena itu, sebelum proses komunikasi dilaksanakan, lingkungan harus diciptakan
sedemikian rupa supaya tenang dan nyaman. Komunikasi yang berlangsung dan
dilakukan pada waktu yang kurang tepat mungkin diterima dengan kurang tepat pula.
Misalnya, apabila perawat memberikan penjelasan kepada orang tua tentang cara

menjaga kesterilan luka pada saat orang tua sedang sedih, tentu saja pesan tersebut
kurang diterima dengan baik oleh orang tua karena perhatian orang tua tidak berfokus
 pada pesan yang disampaikan perawat, melainkan pada perasaan sedihnya. 
2.  Kejelasan pesan 
Kejelasan pesan akan sangat mempengaruhi keefektifan komunikasi. Pesan yang
kurang jelas dapat ditafsirkan berbeda oleh komunikan sehingga antara
antar a komunikan dan
komunikator dapat berbeda persepsi tentang pesan yang disampaikan. Hal ini akan
sangat mempengaruhi pencapaian tujuan komunikasi yang dijalankan. Oleh karena itu,
komunikator harus memahami pesan sebelum menyampaikannya pada komunikan,

dapat dimengerti komunikan dan menggunakan artikulasi dan kalimat yang jelas. 

2.7 Trend dan Issu Komunikasi dalam Pelayanan Kesehatan 


Hubungan perawat dengan dokter adalah satu bentuk hubungan interaksi yang telah
cukup lama dikenal ketika memberikan bantuan kepada pasien. Perspektif yang berbeda
dalam memendang pasien, dalam prakteknya menyebabkan munculnya hambatan-
hambatan teknik dalam melakukan proses kolaborasi. Kendala sikologi keilmuan dan
individual, factor sosial, serta budaya menempatkan kedua profesi ini memunculkan
kebutuhan akan upaya kolaborsi yang dapat menjadikan keduanya lebih solid dengan

semangat kepentingan pasien.


Berbagai penelitian menunjukkan bahwa banyak aspek positif yang dapat timbul jika
hubungan kolaborasi dokter dengan perawat berlangsung baik. American Nurses
Credentialing Center (ANCC) melakukan risetnya pada 14 Rumah Sakit melaporkan
 bahwa hubungan dokter dengan perawat bukan hanya mungkin dilakukan, tetapi juga
 berlangsung pada hasil yang dialami pasien. Terdapat hubungan kolerasi positif antara
kualitas huungan dokter perawat dengan kualitas hasil yang didapatkan pasien.
Hambatan kolaborasi dokter dengan perawat sering dijumpai pada tingkat profesional
dan institusional. Perbedaan status dan kekuasaan tetap menjadi sumber utama

ketidaksesuaian yang membatasi pendirian profesional dalam aplikasi kolaborasi. Dokter


cenderung pria, dari tingkat ekonomi lebih tinggi dan biasanya fisik lebih besar dibanding

9
 

 perawat, sehingga iklim dan kondisi sosial masih mendkung dominasi dokter. Inti
sesungghnya dari konflik perawat dan dokter terletak pada perbedaan sikap profesional
mereka terhadap pasien dan cara berkomunikasi diantara keduanya.
Dari hasil observasi penulis di Rumah Sakit nampaknya perawat dalam memberikan
asuhan keperawatan belum dapat melaksanakan fungsi kolaborasi khususnya dengan

dokter. Perawat bekerja memberikan pelayanan kepada pasien berdasarkan instruksi


i nstruksi medis
yang juga didokumentasikan secara baik, sementara dokumentasi asuhan keperawatan
meliputi proses keperawatan tidak ada. Disamping itu hasil wawancara penulis dengan
 beberapa perawat Rumah Sakit Pemerintah
Pemerintah dan
dan swasta, mereka menyatakan
menyatakan bahwa
bahwa banyak
kendala yang dihadapi dalam melaksanakan kolaborasi, diantaranya pandangan dokter
yang selalu menganggap bahwa perawat merupakan tenaga vokasional, perawat sebagai
asistennya, serta kebijakan Rumah Sakit yang kurang mendukung.
Isu-isu tersebut jika tidak ditanggapi dengan benar dan proporsional dikhawatirkan
dapat menghambat upaya melindungi kepentingan pasien dan masyarakat yang

membutuhkan jasa pelayang kesehatan, serta menghambat upaya pengembangan dari


keperawatan sebagai profesi (Muharamiatul, 2012).

2.8 Anggota Tim Interdisiplin


Tim pelayanan kesehatan interdisiplin merupakan sekelompok profesional yang
mempunyai aturan yang jelas, tujuan umum dan berbeda keahlian. Tim akan berfungsi
 baik jika terjadi adanya konstribusi dari anggota tim dalam memberikan pelayanan
kesehatan terbaik. Anggota tim kesehatan meliputi: pasien, perawat, dokter, fisioterapi,
 pekerja sosial, ahli gizi, manager, dan apoteker.
apoteker. Oleh karena itu tim kolaborasi hendaknya
hendaknya

memiliki komunikasi yang efektif, bertanggung jawab dan saling menghargai antar sesama
anggota tim. 
Perawat sebagai anggota membawa perspektif yang unik dalam interdisiplin tim.
Perawat menfasilitasi dan membantu pasien untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dari
 praktek profesi kesehatan lain. Perawat berperan sebagai penghubung penting antara
 pasien dan pemberi pelayanan kesehatan. Dokter memiliki peran utama dalam
mendiagnosis, mengobati dan mencegah penyakit. Pada siuasi ini dokter menggunakan
modalitas pengobatan seperti pemberian obat dan pembedahan. Mereka sering
 berkonsultasi dengan anggota tim lainnya sebagai membuat refelan pembarian

 pengobatan. 

10
 

Kerjasama adalaha menghargai pendapat orang lain dan bersedia memeriksa


memeriks a beberapa
alterntif pendapat dan perubaha pelayanan. Asertifitas penting ketika individu dalam tim
mendukung pendapat mereka dengan keyakinan. Tindakan asertif menjamin bahwa
 pendapatnya benar-benar didengar dan konsesus untuk dicapai. Tanggung jawab,
mendukung suatu keputusan yang diperoleh dari hasil konsesus dan harus terlibat dalam

 pelaksanaannya. Komunikasi artinya bahwa etiap anggota bertanggung jawab untuk


membagi informasi penting mengenai perawatan pasien dan issu yang relevan untuk
membuat keputusan klinis. Otonomi mencakup kemandirian anggot tim dalam batas
kompetensinya. Kordinasi adalah efisiensi organisasi yng dibutuhkan dalam perawatan
 pasien, mengurangi duplikasi dan menjamin orang yang berkualifikasi
dalammenyelesaikan permaslahan. 
Kolaborasi didasarkan pada konsep tujuan umum, konstribusi praktis profesional,
kolegalitas, komunikasi dan praktek yang difokuskan pada pasien. Kolegasilitas
menekankan pada saling menghargai, dan pendekatan profesional untuk masalah-masalah

dalam tim dari pada menyalahkanseseorang atau menghindari tanggung jawab. Hensen
menyarankan konsep dengan ari yang sama: mutualitas, dimana dia mengartikan sebagai
sutu hubungan yang menfalitasi suatu proses dinamis antar orang-orang ditandai oleh
keinginan maju mencapai tujuan dan kepuasan setiap anggota. Kepercayaan adlah konsep
umum untuk semua elemen kolaborasi. Tanpa rasa percaya, kerjasama tidak akan ada,
asertif menjadi ancaman, menghindari dari tanggung jawab, terganggunya komunikasi.
Otonom akan ditekan dan koordinasi tidak kan terjadi. Elemen kunci kolaborasi dalam
kerja sama team multidisipliner dapat digunakan untuk mencapai tujuan kolaborasi team :  
1.  Memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dengan
dengan menggabungkan keahlian

unik professional. 
2.  Produktifitas maksimal serta efektifitas dan efesiensi sumber daya.  
3.  Meningkatnya profesionalisme dan kepuasan kerja, dan loyalitas.  
4.  Meningkatnya kohensifitas antar professional. 
5.  Kejelasan peran dalam berinteraksi antar professional.  
6.  Menumbuhkan komunikasi, kolegalitas, dan menghargai dan memahami orang lain.
l ain. 
Berkaitan dengan issue kolaborasi dan soal menjalin kerjasama kemitraan dokter,
 perawat perlu mengantisipasi konsekuensi perubahan dari vokasional menjadi
 professional. Status yuridis seiring perubahan perwat dari perpanjangan tangan dokter

menjadi mitra dokter yang sangt kompleks. Tanggung jawab hokum juga akan terpisah
untuk masing-masing kesalahan atau kelalaian. Yaitu, malpraktek
ma lpraktek medis, dan mal praktek

11
 

keperwatan. Perlu ada kejelasan dari pemerintah maupun para pihak yang terkait mengeni
tanggung jawab hukum dari perawat, dokter maupun rumah sakit. Organisasi profesi
 perawat juga harus berbenah dan memperluas sruktur organisasi agar dapat mengantisipasi
mengantisipasi
 perubahan. 
Komunikasi dibutuhkan untuk mewujudkan kolaborasi
kolaborasi yang efektif, hal tersebut perlu

ditunjang oleh saran komunikasi yang dapat menyatukan data kesehatan pasien secara
komfrenhensif sehingga menjadi sumber informasi bagi semua anggota team dalam
 pengambilan keputusan. Oleh karena itu perlu dikembangkan catatan status kesehatan
 pasien yang memunkinkan komunikasi dokter dan perawat terjadi secara efektif.
Pendidikan perawat perlu terus ditingkatkan untuk meminimalkan kesenjangan
 professional dengan dokter melalui pendidikan berkelanjutan.
be rkelanjutan. Peningkatan pengatahuan
dan keterampilan dapat dilakukan melalui pendidikan formal sampai kejenjang spesialis
atau minimal melalui pelatihan-pelatihan yang dapat meningkatkan keahlian perawat.  

12
 

BAB III
ANALISIS KASUS

3.1 Deskripsi Kasus


Deskripsi kasus berdasakan penelitian yang dilakukan oleh Muhamiriatul tahun (2012)
yang berjudul “Komunikasi Terapeutik Perawat Tentang Pelayanan Kesehatan terkait
dengan Trend dan Isu dalam Pelayanan Kesehatan” menyatakan bahwa komunikasi
terapeutik merupakan Salah satu syarat yang paling penting dalam pelayanan kesehatan
adalah pelayanan yang bermutu. Suatu pelayanan dikatakan bermutu apabila memberikan
kepuasan pada pasien. Kepuasan pada pasien dalam menerima pelayanan kesehatan
mencakup beberapa dimensi. Salah satunya adalah dimensi kelancaran komunikasi antaran
 petugas kesehatan (termasuk dokter) dengan pasien. Hal ini berarti pelayanan kesehatan
 bukan hanya berorientasi pada pengobatan
pengobatan secara medis saja, melainkan juga berorientasi
 pada komunikasi karena pelayanan melalui komunikasi sangat penting dan berguna bagi
 pasien, serta sangat membantu pasien dalam proses penyembuhan.

3.2 Hasil Analisis


Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif dengan pendekatan
cross sectional. Dimana pengambilan variabel dependent (terikat) dan independent
(bebas) dilakukan secara bersamaan. Tren paraktik keperawatan meliputi berbagai
be rbagai
 praktik di berbagai tempat praktik dimana perawat memiliki kemandirian yang lebih
 besar. Perawat secara terus menerus meningkatkan otonomi dan penghargaan sebagai
anggota tim asuhan keperawatan. Peran perawat meningkat dengan meluasnya focus
asuhan keperawatan. Tren dalam keperawatan sebagai profesi meliputi perkembangan
aspek-aspek dari keperawatan yang mengkarakteristikan keperawatan sebagai profesi
meliputi: pendidikan, teori, pelayanan, otonomi, dan kode etik.
eti k.

Aktivitas dari organisasi keperawatan professional menggambarkan trend dan praktik


keperawatan. Keperawatan sebagai profesi dituntut untuk mengembangkan keilmuannya
sebagai wujud kepeduliannya dalam meningkatkan kesejahteraan umat manusia baik
dalam tingkatan preklinik maupun klinik. Untuk dapat mengembangkan keilmuannya

maka keperawatan dituntut untuk peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di


lingkungannya setiap saat.

13
 

Salah satu kasusnya adalah Hubungan perawat dengan dokter adalah satu bentuk
hubungan interaksi yang telah cukup lama dikenal ketika memberikan bantuan kepada
 pasien. Perspektif yang berbeda dalam memendang pasien, dalam prakteknya
menyebabkan munculnya hambatan-hambatan teknik dalam melakukan proses kolaborasi.
Kendala sikologi keilmuan dan individual, factor sosial, serta budaya menempatkan kedua

 profesi ini memunculkan kebutuhan akan upaya kolaborsi yang dapat menjadikan
keduanya lebih solid dengan semangat kepentingan pasien.
pasie n.
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa banyak aspek positif yang dapat timbul jika
hubungan kolaborasi dokter dengan perawat berlangsung baik. American Nurses
Credentialing Center (ANCC) melakukan risetnya pada 14 Rumah Sakit melaporkan
 bahwa hubungan dokter dengan perawat bukan hanya mungkin dilakukan, tetapi juga
 berlangsung pada hasil yang dialami pasien. Terdapat hubungan kolerasi positif antara
kualitas huungan dokter perawat dengan kualitas hasil yang didapatkan pasien.
Hambatan kolaborasi dokter dengan perawat sering dijumpai pada tingkat profesional

dan institusional. Perbedaan status dan kekuasaan tetap menjadi sumber utama
ketidaksesuaian yang membatasi pendirian profesional dalam aplikasi kolaborasi. Dokter
cenderung pria, dari tingkat ekonomi lebih tinggi dan biasanya fisik lebih besar dibanding
 perawat, sehingga iklim dan kondisi sosial masih mendkung dominasi dokter. Inti
sesungghnya dari konflik perawat dan dokter terletak pada perbedaan sikap profesional
mereka terhadap pasien dan cara berkomunikasi diantara keduanya.
Dari hasil observasi penulis di Rumah Sakit nampaknya perawat dalam memberikan
asuhan keperawatan belum dapat melaksanakan fungsi kolaborasi khususnya dengan
dokter. Perawat bekerja memberikan pelayanan kepada pasien berdasarkan instruksi medis

yang juga didokumentasikan secara baik, sementara dokumentasi asuhan keperawatan


meliputi proses keperawatan tidak ada. Disamping itu hasil wawancara penulis dengan
 beberapa perawat Rumah Sakit Pemerintah dan swasta, mereka menyatakan bahwa
bahwa banyak
kendala yang dihadapi dalam melaksanakan kolaborasi, diantaranya pandangan dokter
yang selalu menganggap bahwa perawat merupakan tenaga vokasional, perawat sebagai
asistennya, serta kebijakan Rumah Sakit yang kurang mendukung.
Isu-isu tersebut jika tidak ditanggapi dengan benar dan proporsional dikhawatirkan
dapat menghambat upaya melindungi kepentingan pasien dan masyarakat yang
membutuhkan jasa pelayang kesehatan, serta menghambat upaya pengembangan dari

keperawatan sebagai profesi.

14
 

Komunikasi dibutuhkan untuk mewujudkan kolaborasi yang efektif, hal tersebut


ters ebut perlu
ditunjang oleh saran komunikasi yang dapat menyatukan data kesehatan pasien secara
komfrenhensif sehingga menjadi sumber informasi bagi semua anggota team dalam
 pengambilan keputusan. Oleh karena itu perlu dikembangkan catatan status kesehatan
 pasien yang memunkinkan komunikasi dokter dan perawat terjadi secara efektif.

Pendidikan perawat perlu terus ditingkatkan untuk meminimalkan kesenjangan


 professional dengan dokter melalui pendidikan berkelanjutan.
be rkelanjutan. Peningkatan pengatahuan
dan keterampilan dapat dilakukan melalui pendidikan formal sampai kejenjang spesialis
atau minimal melalui pelatihan-pelatihan yang dapat meningkatkan keahlian perawat.

15
 

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Trend adalah hal yang sangat mendasar dalam berbagai pendekatan analisa, tren

 juga dapat di definisikan salah satu gambaran ataupun in


informasi
formasi yang terjadi pada saat in
inii

yang biasanya sedang popular di kalangan masyarakat. Issu adalah suatu peristiwa atau

kejadian yang dapat diperkirakan terjadi atau tidak terjadi pada masa mendatang, yang

menyangkut ekonomi, moneter, sosial, politik, hukum, pembangunan nasional, bencana

alam, hari kiamat, kematian, ataupun tentang krisis.

Komunikasi merupakan proses kompleks yang melibatkan perilaku dan

memungkinkan individu untuk berhubungan dengan orang lain dan dunia sekitarnya.

Sedangkan komunikasi terapeutik adalah kemampuan atau keterampilan perawat untuk

membantu klien beradaptasi terhadap stress, mengatasi gangguan patologis dan belajar

 bagaimana berhubungan dengan


dengan orang lain.

Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan secara sendiri atau

secara bersama-sama dalam suatu


s uatu organisasi untuk memelihara, meningkatkan kesehatan,

mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan,

keluarga, kelompok dan ataupun masyarakat. Pelayanan rumah sakit merupakan salah satu
 bentuk upaya yang diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
m asyarakat. Pelayanan

rumah sakit berfungsi untuk memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan

terpadu yang dilakukan dalam upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,

 penyembuhan penyakit, dan pemulihan kesehatan yang bermutu dan terjangkau dalam

rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

4.2 Saran

1.  Bagi Institusi Pendidikan

16
 

Penulis berharap makalah ini dapat menjadi referensi tambahan untuk Universitas

Andalas Jurusan Keperawatan pada khususnya dan semua pembaca pada umumnya.

2.  Bagi Mahasiswa


Setelah mempelajari dan memahami secara lebih dalam tentang konsep dan gambaran

umum tentang trend dan issu komunikasi dalam pelayanan kesehatan diharapkan

mahasiswa mampu melihat kejadian yang terjadi dilapangan.

17

Anda mungkin juga menyukai