“Prespektif,
“Prespekt Kesehatan”
if, Trend, dan Isu Terkait Dalam Pelayanan Kesehatan”
Dosen Pengampu:
Oleh Kelompok 10
UNIVERSITAS ANDALAS
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat mempelancar
mempelancar pembuatan
pembuatan makalah ini.
ini. Terima
Terima kasih
kasih untuk
untuk ibu Ns. Esthika
Ariany Maisa, M.Kep selaku dosen pembimbing mata kuliah Komunikas idalam Keperawatan.
Serta,kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam p
pembuatan
embuatan makalah ini. Terlepas
dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini
menjadi lebih baik.
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB IV PENUTUP.............................................
...................................................................
............................................
...........................................
..................... 16
3.1 Kesimpulan................................................................
......................................................................................
.............................................
................................
......... 16
3.2 Saran ............................................
...................................................................
.............................................
............................................
.......................................
.................16
ii
BAB I
PENDAHULUAN
professional yang sesuai dengan standart dengan memperhatikan kaidah etik dan moral.
metode keperawatan kesehatan berubah, karena gaya hidup masyarakat berubah dan
perawat sendiri juga dapat menyesuaikan perubahan tersebut. Keperawatan menetapkan
diri dari ilmu social bidang lain karena focus asuhan keperawatan bidang lain meluas.
Tren dalam pendidikan keperawatan adalah berkembangnya jumlah peserta keperawatan
yang menerima pendidikan keperawatan, baik peserta didik dari D3 keperawatan, S1
keperawatan atau kesehatan masayrakat sampai ke tingkat yang lebih tinggi, yaitu S2.
Tren paraktik keperawatan meliputi berbagai praktik di berbagai tempat praktik dimana
perawat memiliki kemandirian yang lebih besar. Perawat secara terus menerus
meningkatkan otonomi dan penghargaan sebagai anggota tim asuhan keperawatan. Peran
Pe ran
perawat meningkat dengan meluasnya focus asuhan keperawatan. Tren dalam
1
Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui Prespektif, Trend, dan Isu Terkait
Dalam Pelayanan Kesehatan
a) Bagi Pendidikan
Menjadi bahan bacaan bagi mahasiswa keperawatan serta menambah wawasan dalam
memahami konsep kebutuhan eliminasi dengan kasus gagal ginjal kronis.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
kelompok. Tatanan klinik seperti rumah sakit yang dinyatakan sebagai salah satu sistem
dari kelompok sosial mempunyai kepentingan yang tinggi pada unsur komunikasi.
Komunikasi di lingkungan rumah sakit diyakini sebagai modal utama untuk meningkatkan
kualitas pelayanan yang akan ditawarkan kepada konsumen nya konsumen dalam hal ini
juga menyangkut dua sisi yaitu konsumen internal dan eksternal antara horizontal atau
hubungan secara vertikal.
Hubungan yang terjalin antar tim multidisiplin termasuk keperawatan unsur
penunjang lainnya, unsur administrasi sebagai provider merupakan gambaran dari sisi
konsumen internal. Sedangkan konsumen eksternal lebih mengarah pada sisi menerima
1) Lemahnya pemahaman mengenai penggunaan diri secara terapeutik saat melakukan
interaksi dengan klien
3
2) Kurangnya kesadaran diri pada perawat dalam menjalankan komunikasi dua arah
secara terapeutik
3) Lemahnya penerapan sistem evaluasi tindakan atau kinerja individual yang
berdampak terhadap lemahnya pengembangan
pengembangan kemampuan diri sendiri
tentang krisis. Atau sesuatu yang sedang di bicarakan oleh banyak namun belum jelas
faktanya atau buktinya (Muharamiatul, 2012).
Komunikasi merupakan proses kompleks yang melibatkan perilaku dan
memungkinkan individu untuk berhubungan dengan orang lain dan dunia sekitarnya.
Sedangkan komunikasi terapeutik adalah kemampuan atau keterampilan perawat untuk
membantu klien beradaptasi terhadap stress, mengatasi gangguan patologis dan belajar
bagaimana berhubungan dengan
dengan orang lain ( Mundakir, 2006 ).
Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan secara sendiri atau
secara bersama-sama dalam suatu
s uatu organisasi untuk memelihara, meningkatkan kesehatan,
4
Agama serta latar belakang adat-istiadat merupakan faktor utama dalam membuat
keputusan etis. Setiap perawat disarankan untuk memahami nilai-nilai yang diyakini
maupun kaidah agama yang dianutnya. Untuk memahami ini memang diperlukan
proses. Semakin tua dan semakin banyak pengalaman belajar, seseorang akan lebih
mengenal siapa dirinya dan nilai-nilai yang dimilikinya.
pengetahuan dan teknologi yang belum dicapai manusia pada abad sebelumnya.
Kemajuan yang telah dicapai meliputi berbagai bidang. Kemajuan di bidang kesehatan
kesehat an
telah mampu meningkatkan kualitas hidup serta memperpanjang usia manusia dengan
ditemukannya berbagai mesin mekanik kesehatan, cara prosedur baru dan bahan-
bahan/obat-obatan baru. Misalnya pasien dengan gangguan ginjal dapat diperpanjang
usianya berkat adanya mesin hemodialisa. Ibu-ibu yang mengalami kesulitan hamil
dapat diganti dengan berbagai inseminasi. Kemajuan-kemajuan ini menimbulkan
pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan
berhubungan dengan etika.
4. Faktor Legislasi dan Keputusan Yuridis
Perubahan sosial dan legislasi secara konstan saling berkaitan. Setiap perubahan
sosial atau legislasi menyebabkan timbulnya tindakan yang merupakan reaksi
perubahan tersebut.
ters ebut. Legislasi merupakan jaminan tindakan menurut hukum sehingga
s ehingga
orang yang bertindak tidak sesuai hukum dapat menimbulkan konflik. Saat ini aspek
legislasi dan bentuk keputusan juridis bagi permasalahan etika kesehatan sedang
menjadi topik yang banyak dibicarakan. Hukum kesehatan telah menjadi suatu bidang
ilmu, dan perundang-undangan baru banyak disusun untuk menyempurnakan
perundang-undangan lama atau untuk mengantisipasi perkembangan permasalahan
hukum kesehatan.
5
keputusan. Tidak semua keputusan pribadi perawat dapat dilaksanakan, namun harus
diselesaikan dengan keputusan/aturan tempat ia bekerja. Perawat yang mengutamakan
kepentingan pribadi sering mendapat sorotan sebagai perawat pembangkang. Sebagai
konsekuensinya, ia mendapatkan sanksi administrasi atau mungkin kehilangan
pekerjaan.
7. Faktor Kode etik keperawatan.
Kelly (1987), dikutip oleh Robert Priharjo, menyatakan bahwa kode etik
merupakan salah satu ciri/persyaratan profesi yang memberikan arti penting dalam
penentuan, pertahanan dan peningkatan standar profesi. Kode etik menunjukkan bahwa
tanggung jawab kepercayaan dari masyarakat telah diterima oleh profesi. Untuk dapat
mengambil keputusan dan tindakan yang tepat terhadap masalah yang menyangkut
etika, perawat harus banyak berlatih mencoba menganalisis permasalahan-
permasalahan etis.
8. Faktor Hak-hak pasien.
Hak-hak pasien pada dasarnya merupakan bagian dari konsep hak-hak manusia.
Hak merupakan suatu tuntutan rasional yang berasal dari interpretasi konsekuensi dan
kepraktisan suatu situasi. Pernyataan hak-hak pasien cenderung meliputi hak-hak warga
negara, hak-hak hukum dan hak-hak moral. Hak-hak pasien yang secara luas dikenal
menurut Megan (1998) meliputi hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang adil
dan berkualitas, hak untuk diberi informasi, hak untuk dilibatkan dalam pembuatan
keputusan tentang pengobatan dan perawatan, hak untuk diberi informed concent , hak
untuk mengetahui nama dan status tenaga kesehatan yang menolong, hak untuk
mempunyai pendapat kedua(secand opini), hak untuk diperlakukan dengan hormat, hak
untuk konfidensialitas (termasuk privacy ), hak untuk kompensasi terhadap cedera yang
tidak legal dan hak untuk mempertahankan dignitas (kemuliaan) termasuk menghadapi
kematian dengan bangga.
6
Perawat harus bisa menghargai keyakinan klien tetapi tetap melaksanakan tindakan
untuk perawatan klien dengan mengganti dengan alternative lain.
lai n. Misalnya klien yang
tidak mengkonsumsi obat-obatan kimia, berpikir kritis dengan mengganti dengan obat
herbal yang telah terbukti pengobatannya. misalnya di budaya Jawa, Brotowali sebagai
obat untuk menghilangkan rasa nyeri.
Bagi masyarakat Jawa dukun adalah yang pandai atau ahli dalam mengobati penyakit
melalui “Japa Mantera“, yakni doa yang diberikan oleh dukun kepada pasien. Misalnya
dukun pijat/tulang (sangkal putung) khusus menangani orang yang sakit terkilir , patah
tulang , jatuh atau salah urat.
Komunikasi di lingkungan rumah sakit diyakini sebagai modal utama untuk meningkatkan
kualitas pelayanan yang akan ditawarkan kepada konsumennya. Konsumen dalam hal ini
7
juga menyangkut dua sisi yaitu konsumen internal dan konsumen eksternal. Konsumen
internal melibatkan unsur hubungan antar individu yang bekerja. Komunikasi di
lingkungan rumah sakit diyakini sebagai modal utama untuk meningkatkan kualitas
pelayanan yang akan ditawarkan kepada konsumennya. Konsumen dalam hal ini juga
menyangkut dua sisi yaitu konsumen internal dan konsumen eksternal. Konsumen internal
melibatkan unsur hubungan antar individu yang bekerja di rumah sakit, baik hubungan
secara horisontal ataupun hubungan secara vertikal. Hubungan yang terjalin antar tim
multidisiplin termasuk keperawatan, unsur penunjang lainnya, unsur adminitrasi sebagai
provider merupakan gambaran dari sisi konsumen internal. Sedangkan konsumen
eksternal lebih mengarah pada sisi menerima jasa pelayanan, yaitu klien baik secara
individual, kelompok, keluarga maupun masyarakat yang ada di rumah sakit. Seringkali
hubungan buruk yang terjadi pada suatu rumah sakit, diprediksi penyebabnya adalah
buruknya sistem komunikasi
komunikasi antar individu yang terlibat dalam sistem tersebut (Mundakir,
2006). Hal ini terjadi karena beberapa sebab diantaranya adalah :
keperawatan dengan kliennya. Modifikasi yang perlu dilakukan oleh tim keperawatan
adalah melakukan pendekatan dengan berlandaskan pada model konseptual sebagai dasar
ilmiah dalam melakukan tindakan keperawatan. Sebagai contoh adalah melakukan
komunikasi dengan menggunakan pendekatan model konseptual proses interpersonal
(Mundakir, 2006).
Situasi atau suasana yang penuh kebisangan akan mempengaruhi baik atau tidaknya
pesan diterima oleh komunikan, suara bising yang diterima komunikan saat proses
8
komunikasi berlangsung membuat pesan tidak jelas, kabur, bahkan sulit diterima. Oleh
karena itu, sebelum proses komunikasi dilaksanakan, lingkungan harus diciptakan
sedemikian rupa supaya tenang dan nyaman. Komunikasi yang berlangsung dan
dilakukan pada waktu yang kurang tepat mungkin diterima dengan kurang tepat pula.
Misalnya, apabila perawat memberikan penjelasan kepada orang tua tentang cara
menjaga kesterilan luka pada saat orang tua sedang sedih, tentu saja pesan tersebut
kurang diterima dengan baik oleh orang tua karena perhatian orang tua tidak berfokus
pada pesan yang disampaikan perawat, melainkan pada perasaan sedihnya.
2. Kejelasan pesan
Kejelasan pesan akan sangat mempengaruhi keefektifan komunikasi. Pesan yang
kurang jelas dapat ditafsirkan berbeda oleh komunikan sehingga antara
antar a komunikan dan
komunikator dapat berbeda persepsi tentang pesan yang disampaikan. Hal ini akan
sangat mempengaruhi pencapaian tujuan komunikasi yang dijalankan. Oleh karena itu,
komunikator harus memahami pesan sebelum menyampaikannya pada komunikan,
dapat dimengerti komunikan dan menggunakan artikulasi dan kalimat yang jelas.
9
perawat, sehingga iklim dan kondisi sosial masih mendkung dominasi dokter. Inti
sesungghnya dari konflik perawat dan dokter terletak pada perbedaan sikap profesional
mereka terhadap pasien dan cara berkomunikasi diantara keduanya.
Dari hasil observasi penulis di Rumah Sakit nampaknya perawat dalam memberikan
asuhan keperawatan belum dapat melaksanakan fungsi kolaborasi khususnya dengan
memiliki komunikasi yang efektif, bertanggung jawab dan saling menghargai antar sesama
anggota tim.
Perawat sebagai anggota membawa perspektif yang unik dalam interdisiplin tim.
Perawat menfasilitasi dan membantu pasien untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dari
praktek profesi kesehatan lain. Perawat berperan sebagai penghubung penting antara
pasien dan pemberi pelayanan kesehatan. Dokter memiliki peran utama dalam
mendiagnosis, mengobati dan mencegah penyakit. Pada siuasi ini dokter menggunakan
modalitas pengobatan seperti pemberian obat dan pembedahan. Mereka sering
berkonsultasi dengan anggota tim lainnya sebagai membuat refelan pembarian
pengobatan.
10
dalam tim dari pada menyalahkanseseorang atau menghindari tanggung jawab. Hensen
menyarankan konsep dengan ari yang sama: mutualitas, dimana dia mengartikan sebagai
sutu hubungan yang menfalitasi suatu proses dinamis antar orang-orang ditandai oleh
keinginan maju mencapai tujuan dan kepuasan setiap anggota. Kepercayaan adlah konsep
umum untuk semua elemen kolaborasi. Tanpa rasa percaya, kerjasama tidak akan ada,
asertif menjadi ancaman, menghindari dari tanggung jawab, terganggunya komunikasi.
Otonom akan ditekan dan koordinasi tidak kan terjadi. Elemen kunci kolaborasi dalam
kerja sama team multidisipliner dapat digunakan untuk mencapai tujuan kolaborasi team :
1. Memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dengan
dengan menggabungkan keahlian
unik professional.
2. Produktifitas maksimal serta efektifitas dan efesiensi sumber daya.
3. Meningkatnya profesionalisme dan kepuasan kerja, dan loyalitas.
4. Meningkatnya kohensifitas antar professional.
5. Kejelasan peran dalam berinteraksi antar professional.
6. Menumbuhkan komunikasi, kolegalitas, dan menghargai dan memahami orang lain.
l ain.
Berkaitan dengan issue kolaborasi dan soal menjalin kerjasama kemitraan dokter,
perawat perlu mengantisipasi konsekuensi perubahan dari vokasional menjadi
professional. Status yuridis seiring perubahan perwat dari perpanjangan tangan dokter
menjadi mitra dokter yang sangt kompleks. Tanggung jawab hokum juga akan terpisah
untuk masing-masing kesalahan atau kelalaian. Yaitu, malpraktek
ma lpraktek medis, dan mal praktek
11
keperwatan. Perlu ada kejelasan dari pemerintah maupun para pihak yang terkait mengeni
tanggung jawab hukum dari perawat, dokter maupun rumah sakit. Organisasi profesi
perawat juga harus berbenah dan memperluas sruktur organisasi agar dapat mengantisipasi
mengantisipasi
perubahan.
Komunikasi dibutuhkan untuk mewujudkan kolaborasi
kolaborasi yang efektif, hal tersebut perlu
ditunjang oleh saran komunikasi yang dapat menyatukan data kesehatan pasien secara
komfrenhensif sehingga menjadi sumber informasi bagi semua anggota team dalam
pengambilan keputusan. Oleh karena itu perlu dikembangkan catatan status kesehatan
pasien yang memunkinkan komunikasi dokter dan perawat terjadi secara efektif.
Pendidikan perawat perlu terus ditingkatkan untuk meminimalkan kesenjangan
professional dengan dokter melalui pendidikan berkelanjutan.
be rkelanjutan. Peningkatan pengatahuan
dan keterampilan dapat dilakukan melalui pendidikan formal sampai kejenjang spesialis
atau minimal melalui pelatihan-pelatihan yang dapat meningkatkan keahlian perawat.
12
BAB III
ANALISIS KASUS
13
Salah satu kasusnya adalah Hubungan perawat dengan dokter adalah satu bentuk
hubungan interaksi yang telah cukup lama dikenal ketika memberikan bantuan kepada
pasien. Perspektif yang berbeda dalam memendang pasien, dalam prakteknya
menyebabkan munculnya hambatan-hambatan teknik dalam melakukan proses kolaborasi.
Kendala sikologi keilmuan dan individual, factor sosial, serta budaya menempatkan kedua
profesi ini memunculkan kebutuhan akan upaya kolaborsi yang dapat menjadikan
keduanya lebih solid dengan semangat kepentingan pasien.
pasie n.
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa banyak aspek positif yang dapat timbul jika
hubungan kolaborasi dokter dengan perawat berlangsung baik. American Nurses
Credentialing Center (ANCC) melakukan risetnya pada 14 Rumah Sakit melaporkan
bahwa hubungan dokter dengan perawat bukan hanya mungkin dilakukan, tetapi juga
berlangsung pada hasil yang dialami pasien. Terdapat hubungan kolerasi positif antara
kualitas huungan dokter perawat dengan kualitas hasil yang didapatkan pasien.
Hambatan kolaborasi dokter dengan perawat sering dijumpai pada tingkat profesional
dan institusional. Perbedaan status dan kekuasaan tetap menjadi sumber utama
ketidaksesuaian yang membatasi pendirian profesional dalam aplikasi kolaborasi. Dokter
cenderung pria, dari tingkat ekonomi lebih tinggi dan biasanya fisik lebih besar dibanding
perawat, sehingga iklim dan kondisi sosial masih mendkung dominasi dokter. Inti
sesungghnya dari konflik perawat dan dokter terletak pada perbedaan sikap profesional
mereka terhadap pasien dan cara berkomunikasi diantara keduanya.
Dari hasil observasi penulis di Rumah Sakit nampaknya perawat dalam memberikan
asuhan keperawatan belum dapat melaksanakan fungsi kolaborasi khususnya dengan
dokter. Perawat bekerja memberikan pelayanan kepada pasien berdasarkan instruksi medis
14
15
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Trend adalah hal yang sangat mendasar dalam berbagai pendekatan analisa, tren
yang biasanya sedang popular di kalangan masyarakat. Issu adalah suatu peristiwa atau
kejadian yang dapat diperkirakan terjadi atau tidak terjadi pada masa mendatang, yang
memungkinkan individu untuk berhubungan dengan orang lain dan dunia sekitarnya.
membantu klien beradaptasi terhadap stress, mengatasi gangguan patologis dan belajar
Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan secara sendiri atau
keluarga, kelompok dan ataupun masyarakat. Pelayanan rumah sakit merupakan salah satu
bentuk upaya yang diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
m asyarakat. Pelayanan
rumah sakit berfungsi untuk memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan
penyembuhan penyakit, dan pemulihan kesehatan yang bermutu dan terjangkau dalam
4.2 Saran
16
Penulis berharap makalah ini dapat menjadi referensi tambahan untuk Universitas
Andalas Jurusan Keperawatan pada khususnya dan semua pembaca pada umumnya.
umum tentang trend dan issu komunikasi dalam pelayanan kesehatan diharapkan
17