DOSEN PENGAMPU :
I NYOMAN SUSANTA, ST., MERG.
IR. CIPTADI TRIMARIANTO, PHD.
IR. IDA BAGUS NGURAH BUPALA, MT.
IR. IDA BAGUS GDE PRIMAYATNA, MERG.
I WAYAN YUDA MANIK, ST., MT.
IR. EVERT EDWARD MONIAGA
NI MADE MITHA MAHASTUTI,ST.,MT.
MAHASTUTI,ST.,MT.
ANGGOTA KELOMPOK
KELOMPOK 3 :
NI PUTU DEBY
DEBY KRISNANDI 1504205053
1504205053
IDELFONSA SERINARTI
SERINART I 1504205054
PUTU DIAN KUSUMA DEWI 1504205058
I MADE BAGUS BASKARA ADI PUTRA 1504205059
I MADE DANANJAYA 1504205060
NI KADEK DESI
DESI DWI ANGGRENI
ANGGRENI PUTRI 1504205065
1504205065
ANAK AGUNG MANIK GENDARININGSIH
GENDARININGS IH 1504205066
NI WAYAN FORTUNA NINGSIH
NINGSIH 1504205071
1504205071
KADEK WINDHU TOSHIO SAMI SUTAMA P 1504205072
IDA BAGUS INDRA WISNU WARDHANA 1504205078
FAKULTAS TEKNIK
TEKNIK ARSITEKTUR
UNIVERSITAS UDAYANA
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rakhmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah “Sistem
Transportasi Mekanis” tepat pada waktunya dan sesuai dengan harapan.
Makalah ini disusun berdasarkan data yang diperoleh dari berbagai sumber
seperti : dari media elektronik yaitu internet, serta media cetak berupa buku
referensi.
Penyusunan makalah ini dapat diselesaikan dengan baik tentunya tidak
terlepas dari bantuan para dosen pengajar. Oleh karena itu kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada seluruh tim dosen pengajar Mata Kuliah Sains
dan Utilitas 2. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman
mahasiswa yang juga sudah memberi kontribusi baik secara langsung maupun tidak
langsung dalam pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah yang telah disusun ini masih jauh dari
kesempurnaan, banyak terdapat kekurangannya baik dari segi susunan kalimat
maupun tata bahasanya. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang
bersifat membangun dari
da ri pembaca, guna menuju ke arah yang lebih
le bih baik. Akhir
kata penulis berharap semoga makalah Sistem Transportasi Mekanis ini dapat
memberikan manfaat bagi penyusun khususnya
khususnya dan bagi pembaca
pembac a pada umumnya.
Tim Penulis
ii | S i s t e m T r a n s p o r t a s i M e k a n i s
DAFTAR ISI
iii | S i s t e m T r a n s p o r t a s i M e k a n i s
2.2.1.11 Inovasi Terbaru Elevator ....................................................... 3 4
2.2.2 Eskalator................................................................................................ 3 6
2.2.2.1 Pegertian Eskalator ................................................................... 36
2.2.2.2 Sejarah Eskalator ...................................................................... 37
2.2.2.3 Sistem Eskalator ....................................................................... 38
2.2.2.4 Tata Letak Eskalator ................................................................. 4 1
2.2.2.5 Komponen Eskalator ................................................................ 42
2.2.2.6 Kapasitas Eskalator................................................................... 53
2.2.2.7 Pemilihan Eskalator .................................................................. 5 3
2.2.2.8 Perawatan Eskalator.................................................................. 55
2.2.2.9 Teori Perhitungan Eskalator ..................................................... 58
2.2.3 Conveyor ............................................................................................... 74
2.2.3.1 Pengertian Conveyor ................................................................ 74
2.2.3.2 Klasifikasi Conveyor .............................................................. 102
2.2.3.3 Dasar Pemilihan Conveyor ..................................................... 103
2.2.3.4 Dasar Perhitungan Bagian – Bagian Utama Conveyor........... 121
2.2.3 Travelator ............................................................................................ 121
2.2.4.1 Pengertian Travelator.............................................................. 121
2.2.4.2 Keunggulan dan Kelemahan Travelator ................................ 121
2.2.4.3 Komponen Travelator ............................................................. 122
2.2.4.4 Jenis-Jenis Travelator ............................................................. 123
2.2.4.5 Standar Travelator ................................................................. 124
iv | S i s t e m T r a n s p o r t a s i M e k a n i s
DAFTAR GAMBAR
vi | S i s t e m T r a n s p o r t a s i M e k a n i s
DAFTAR TABEL
viii | S i s t e m T r a n s p o r t a s i M e k a n i s
BAB I
PENDAHULUAN
Adapun tujuan dari penulisan paper ini terbagi kedalam dua jenis tujuan, yaitu:
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui dan menambah wawasan khususnya bagi mahasiswa
mengenai materi sistem transportasi mekanis.
2. Tujuan Khusus
Untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen pengajar mata kuliah
Sains dan Utilitas 2 kepada mahasiswa.
PEMBAHASAN
Suatu bangunan yang besar dan tinggi serta memiliki fungsi yang
kompleks memerlukan suatu alat transportasi (angkut) untuk memberikan
suatu kenyamanan dalam berlalu lintas dalam bangunan, baik bagi manusia
selaku pengguna bangunan itu sendiri maupun barang-barang yang ada pada
bangunan. Hal inilah yang kemudian mendasari munculnya sistem transportasi
bangunan baik berupa transportasi mekanis maupun non mekanis.
Sistem transportasi mekanis sendiri merupakan sistem yang memiliki
sifat berlawanan dengan sistem transportasi non mekanis yang mana sistem
transportasi jenis ini juga dikenal sebagai sistem transportasi dengan mesin
penggerak. Ada tiga macam sistem transportasi jenis mekanis ini, ialah
eskalator (tangga berjalan), elevator ( lift), dan conveyor (alat pembawa barang-
barang).
21 | S i s t e m T r a n s p o r t a s i M e k a n i s
15 detik maka ARD akan bekerja untuk menjalankan lift ke
lantai terdekat. Setelah lift sampai pada lantai otomatis lift akan
mati. Lift akan normal kembali setelah listrik PLN hidup
kembali.
d. Pembahasan Lain Mengenai Komponen Elevator
Elevator atau Lift terdiri dari beberapa komponen penyusun
yang membuatnya dapat beroperasi dengan baik. Komponen-
komponen tersebut antara lain:
1. Cylindrical, bekerja sebagai katrol penggulung dimana alur-
alurnya dililit kabel baja.
2. Counter Weight, memiliki fungsi untuk mengimbangin beban
car dan beban muatan agar mesin penggerak dapat beroperasi
lebih ringan.
3. Brake (rem), berfungsi untuk menghentikan putaran silinder
sesuai dengan perintah.
4. Cables, digunakan untuk menarik dan mengatur car dan counter
weight.
5. Rheostatic control, kontrol tenaga listrik yang terdpat pada
motor pengangkat.
6. Operating Device alat pengontrol dalam operasi-operasi lain
7. Hoistway, lorong jalur car dan counter weight, dapat berupa
core ataupun saft baja yang tidak mempunyai kaitan langsung
dengan struktur bangunan.
8. Geared Traction Machines
Geared Traction Machines digerakkan oleh motor listrik
AC atau DC. Mesin pengarah menggunakan roda gigi cacing
untuk mengontrol pergerakan sangkar mekanis lift dengan
menggulung tali baja lebih dari satu alur pengarah yang
terpasang pada gearbox dan digerakkan oleh motor dengan
kecepatan tinggi.
22 | S i s t e m T r a n s p o r t a s i M e k a n i s
Gambar 2.2 Mesin Traksi dengan Roda Gigi
Sumber : beritateknologi.com
35 | S i s t e m T r a n s p o r t a s i M e k a n i s
teknologi yang berguna untuk mengurangi sensasi telinga tersumbat
akibat perbedaan tekanan.
2.2.2 Eskalator
2.2.2.1 Pengertian Eskalator
36 | S i s t e m T r a n s p o r t a s i M e k a n i s
untuk membimbing orang menuju pintu keluar utama atau pameran
khusus, dan mungkin tahan cuaca untuk penggunaan di luar ruang.
37 | S i s t e m T r a n s p o r t a s i M e k a n i s
Gambar 2.9 Eskalator Spiral
3. Lintasan
Sistem lintasan dibangun di dalam landasan penopang untuk
mengantarkan rantai anak tangga, yang menarik anak tangga melalui
loop tidak berujung. Terdapat dua lintasan: satu untuk bagian muka
anak tangga (yang disebut lintasan roda anak tangga) dan satu untuk
roda trailer anak tangga (disebut sebagai lintasan roda trailer).
Perbedaan posisi dari lintasan-lintasan ini menyebabkan anak
tangga-anak tangga muncul dari bawah comb plate untuk
membentuk tangga dan menghilang kembali ke dalam landasan
penopang.
39 | S i s t e m T r a n s p o r t a s i M e k a n i s
Gambar 2.11 Anak tangga ( individual steps) dan escalator
40 | S i s t e m T r a n s p o r t a s i M e k a n i s
Lintasan pembalikan di pendaratan atas menggulung anak
tangga-anak tangga mengelilingi bagian ujung dan kemudian
menggerakkannya kembali ke arah yang berbeda. Lintasan overhead
berfungsi untuk memastikan bahwa roda trailer tetap berada di
tempatnya saat rantai anak tangga diputar kembali.
41 | S i s t e m T r a n s p o r t a s i M e k a n i s
Kerugiannya:
2. Rel (rail)
Rel berfungsi untuk mengarahklan gerakan luncuran roda
rantai penggerak anak tangga ( step chain roller ) dan roda anak
tangga (step roller). Rel harus dipasang dan disetel dengan benar
agar gerakan roda anak tangga dan roda rantai penggerak anak
tangga halus dan lurus, didalam pengoperasiannya rel ini harus
diberi pelumas, material untuk rel ini umumnya besi siku.
45 | S i s t e m T r a n s p o r t a s i M e k a n i s
(tempered glass balustrade ), dapat juga mengguanakan stainless
steel balustrade. Stainless steel balustrade dipakai untuk eskalator
yang dipasang pada stasiun kereta, bandar udara atau tempat lain
yang sejenis, dimana banyak kemungkinan balustrade tersebut
terkena benturan dari luar.
6. Pegangan Tangan ( handrail )
47 | S i s t e m T r a n s p o r t a s i M e k a n i s
8. Lantai Bergerigi (combplates)
Selain lantai pijak yang menutup ruang – ruang mesin maupun
ruang mekanis eskalator, ada lagi lantai spesifik yang melengkapi
eskalator yaitu lantai pijak yang mempunyai alur – alur bergerigi di
ujungnya. Lantai ini fungsinya sebagai lantai pendarat bagi
penumpang escalator dan alur – alur geriginya berfungsi untuk
menyisir kotoran yang ada pada tangga (yang juga beralur).
Gigi pada combplates harus mempunyai kesejajaran dengan
alur – alur pada tangga dan ujungnya tidak boleh sampai mengenai
alur – alur dalam ditangga tersebut. Bagian yang begerigi harus
dapat dipisahkan dengan bagian utama lantai sehingga jika gigi –
gigi tersebut patah akan mudah untuk menggantinya. Jarak antara
ujung gigi dengan alur dalam ditangga dan jarak antara akar gigi
dengan bagian atas dari alur ditangga harus berada diantara 2,5 mm
sampai 4 mm.
9. Ruang Mesin
Ruang mesin harus mempunyai kelonggaran yang cukup
untuk seseorang melakukan perbaikan atau perawatan bagian –
bagian mekanis dari penggerak escalator. Ventilasi yang tersedia
harus cukup agar panas radiasi dari mesin dapat segera keluar.
Pencahayaan juga harus ada pada ruang mesin, lampu – lampunya
harus dilindungi agar tidak mudah pecah terkena alat – alat atau
gerak – gerak mekanis komponen mesin. Pintu – pintu untuk
perawatan dan perbaikan harus mempunyai kunci yang hanya dapat
dibuka oleh orang yang berkepentingan saja sehingga tidak
sembarang orang dapat membukanya.
10.Pencahayaan (lighting)
Jaringan listrik untuk pencahayaan pada daerah yang dekat
dengan kaki, pencahayaan pada dinding balustrade, dan
pencahayaan pada ruang mesin harus terpisah dari jaringan listrik
48 | S i s t e m T r a n s p o r t a s i M e k a n i s
untuk motor penggerak sehingga jika terjadi kegagalan pada motor
atau komponen lainnya, lampu – lampu yang menerangi escalator
akan tetap menyala.
b) Kontak pengaman
Escalator dilengkapi dengan kontak – kontak pengaman,
baik untuk mencegah terjadinya kecelakaan pada penumpang,
maupun untuk mencegah kerusakan escalator itu sendiri.
Ada dua jenis kontak pengaman:
Reset secara otomatis (automatic reset )
Reset secara manual (manual reset )
Adapun beberapa kontak pengaman yang umum dipasang
49 | S i s t e m T r a n s p o r t a s i M e k a n i s
Handrail inlet safety switch
Berfungsi untuk mematikan escalator bila terdapat benda
asing yang menahan gerakan pegangan tangan (handrail),
ada 4 (empat) buah kontak pengaman yang dipasang: kanan
atas, kiri atas, kanan bawah, kiri bawah, namun dilihat dari
arah gerak escalator hanya 2 buah yang berfungsi:
- arah naik : kanan dan kiri atas
- arah turun : kanan dan kiri bawah
50 | S i s t e m T r a n s p o r t a s i M e k a n i s
c) Panel Pengoperasian ( operating panel board )
Panel pengoperasian sesuai dengan namanya adalah untuk
menghidupkan atau mematikan escalator. Fungsi yang umum
tersedia:
Tombol nyala ( starting switch)
Tombol nyala harus ditempatkan pada kedua ujung escalator
(atas dan bawah) dan penempatannya harus sedemikian rupa
sehingga saat dinyalakan oleh operator, ia dapat melihat
pergerakkan tangga. Tombol ini sebaiknya menggunakan
tipe tombol yang berfungsi dengan memutar kunci ( key
operated switch ).
Tombol mati ( stop switch)
Tombol mati mempunyai warna merah dan ditempatkan di
kedua ujung escalator berdekatan dengan tombol nyala. Jika
tombol ini digunakan maka ia harus dapat memotong seluruh
arus listrik yang bekerja pada motor penggerak maupun rem.
Tombol mati darurat ( emergency stop switch )
Tombol darurat ini harus berwarna merah dan ditempatkan
di kedua ujung escalator pada posisi yang memungkinkan
untuk segera dijangkau tetapi harus pula cukup terlindung
dari penyalaan yang tidak disengaja. Jika tombol ini ditekan,
ia harus segera mematikan arus yang bekerja ada motor
penggerak maupun pada rem.
Tombol pendeteksi rantai putus ( broken step chain device )
Tiap escaltor harus dilengkapi dengan tombol yang dapat
segera berfungsi mematikan arus listrik ke motor penggerak
dan mengaktifkan rem jika rantai tangga terputus atau
terenggang melampaui batas maksimum regangan jika gerak
rantainya terganggu.
Tombol pendeteksi kegagalan motor penggerak (broken
drive devices).
51 | S i s t e m T r a n s p o r t a s i M e k a n i s
2. Pelumasan
3. Penyetelan sekedarnya ( minor adjustment )
57 | S i s t e m T r a n s p o r t a s i M e k a n i s
Prosedur Pelaksanaan
Eskalator dibagi atas dua macam golongan komponen:
1. Komponen utama yang senantiasa bekerja selama operasi
memerlukan perawatan rata – rata 80 jam setahun.
a. Traction machine termasuk motor dan brake
b. Controller, tombol – tombol dan travelling cables fixtures
c. - Rantai penarik ( traction / chain) dan sprocket
- Rantai pembawa step
d. Governor dan tripping switch
e. Step roller and step track
f. Hand rails dan lain – lain
2. Komponen sampingan yang kurang / tidak berfungsi atau hanya
berfungsi jika terjadi bahaya / emergency, memerlukan perawatan
rata – rata 30 jam / tahun.
a. Step
b. Balustrade
c. Safety device
d. Indle – sheave
e. Landing step dan decking
58 | S i s t e m T r a n s p o r t a s i M e k a n i s
a. Total jarak yang ditempuh ( S)
C D Ds
S I 2
2 2 2
320
200
L
300
S
Stp =
L
Dimana :
Stp = Jumlah step
S = Total jarak yang ditempuh (m)
L = Panjang diagonal step (m)
59 | S i s t e m T r a n s p o r t a s i M e k a n i s
Wtotal S tp Wst
Dimana :
Wtotal = Berat total step (N)
Stp = Jumlah step
Wst = Berat masing-masing step (N)
- Wp = Wp1 + Wp2
Dimana :
Wp2 = Berat setiap step 2 orang dewasa (@75 kg) (kg)
60 | S i s t e m T r a n s p o r t a s i M e k a n i s
p
D=
sin(180 / z )
Dk = (0.6 + cos(180/z)-1) . p
Poros Reducer
68 | S i s t e m T r a n s p o r t a s i M e k a n i s
F
B
6
0
1
T
A C
100
120
fs N/mm2
sf1 sf 2
Dimana:
sf1 = faktor pengaruh massa dan baja paduan dipilih 6.0
D
M F
2
d. Twisting momen:
Te T 2 M 2
69 | S i s t e m T r a n s p o r t a s i M e k a n i s
atau:
Te = fs d 3
16
e. Tegangan geser:
b
fs =
sf
F3 FC FD
B T C D
A E
b
ft =
K t Cb
70 | S i s t e m T r a n s p o r t a s i M e k a n i s
Kt = factor torsi akibat kejutan dan fatique dengan kejutan sedang
antara 1.5 s/d 2.0, diambil 2.
c. Torsi:
P 4500
TB =
2 nb
Gaya tangensial FB
TB
FB
DB
2
Torsi TC = TB
Gaya tangensial Fc
TC
FC
DC
2
Torsi:
P 4500
TD =
2 nb
Gaya tangensial FD
TD
FD
DD
2
71 | S i s t e m T r a n s p o r t a s i M e k a n i s
dimensi unit yang lebih lebar dari dimensi lebar roller masih
diperbolehkan.
Jarak antar roller disesuaikan dengan dimensi unit yang akan
ditransportasikan. Diusahakan jarak antar roller dibuat sedekat
mungkin agar tumpuan beban semakin banyak. Selain itu,
dimensi unit yang ditranportasikan minimal harus ditumpu oleh 3
roller. Jika kurang dari 3 roller, maka unit tersebut akan tersendat
bahkan bisa jatuh keluar sistem tranportasi roller conveyor.
conveyor.
96 | S i s t e m T r a n s p o r t a s i M e k a n i s
Gambar 2.56. Roller Conveyor
97 | S i s t e m T r a n s p o r t a s i M e k a n i s
Gambar 2.57. Kerangka Badan
2. Tiang Penyangga
Tiang peyangga mempunyai fungsi untuk pondasi kerangka
badan sistem roller conveyor. Kerangka badan ini didesain
sebagai tumpuan roller conveyor terhadap tanah yang dilalui
oleh sistem conveyor.
3. Motor Pengerak
Motor penggerak mempunyai fungsi untuk menggerakkan
drive roller agar selalu berputar
berputa r sesuai dengan kecepatan yang
diinginkan operator. Motor penggerak ini pada umumnya
ditempatkan diujung paling akhir alur roller conveyor agar
bisa menjaga rantai transmisi tetap tegang.
98 | S i s t e m T r a n s p o r t a s i M e k a n i s
Gambar 2.59. Motor Penggerak
4. Roller
Roller mempunyai fungsi sebagai pemindah barang
yang akan ditransportasikan. Saat roller berputar diupayakan
tidak bergetar agar tidak merusak barang yang
ditransportasikan. Dimensi roller juga harus sama agar barang
yang diangkut tidak tersendat dan roller dapat menumpu
barang dengan sempurna.
99 | S i s t e m T r a n s p o r t a s i M e k a n i s
Gambar 2.61. Komponen Roller
5. Sistem Transmisi
Sistem transmisi mempunyai fungsi untuk
mentranmisikan daya pada penggerak ke sistem conveyor.
Transmisi pada sister roller conveyor terbagi menjadi 2
bagian, yaitu transmisi antara motor penggerak dengan drive
roller dan transmisi antara drive roller dengan roller lain.
100 | S i s t e m T r a n s p o r t a s i M e k a n i s
Sistem transmisi antara motor penggerak dengan drive
roller biasanya ditempatkan di ujung paling akhir dari jalur
conveyor. Sistem transmisi ini biasanya terdiri dari motor,
speed reducer , coupling, sprocket , dan rantai.
c. Mekanisme Kerja
Mekanisme kerja roller conveyor secara umum adalah
sebagai berikut:
1. Motor penggerak memutar poros pada motor yang telah
terpasang sistem transmisi menuju drive roller.
2. Putaran poros pada motor ditransmisikan ke drive roller
melalui sistem transmisi yang telah dirancang khusus untuk
sistem roller conveyor.
3. Drive roller yang terpasang sistem transmisi tersebut ikut
berputar karena daya yang disalurkan oleh sistem transmisi.
4. Drive roller mentransmisikan putaran roller ke roller lain
dengan tranmisi rantai.
101 | S i s t e m T r a n s p o r t a s i M e k a n i s
Dimana : n = Putaran (rpm)
Z = Jumlah gigi
Maka :
atau
harga Ft dapat dicari dengan
2
Dimana : b = tegangan lentur (kg/mm )
b = lebar gigi(mm)
m = modul gigi
105 | S i s t e m T r a n s p o r t a s i M e k a n i s
Y = faktor bentuk gigi
z z
10 0,201 25 0,339
11 0,226 27 0,349
12 0,245 30 0,358
13 0,261 34 0,371
14 0,276 38 0,383
15 0,289 43 0,396
16 0,295 50 0,408
17 0,302 60 0,421
18 0,308 75 0,434
Besarnya beban lentur yang diizinkan per satuan lebar sisi Fb'
106 | S i s t e m T r a n s p o r t a s i M e k a n i s
Harga fv dapat dilihat pada tabel di bawah :
107 | S i s t e m T r a n s p o r t a s i M e k a n i s
Bila panjang poros penggerak adalah l (mm) maka
ma ka banyaknya
screw (n) adalah :
Untuk gaya dorong screw terhadap nut dan fiber dapat dihitung
dengan rumus :
117 | S i s t e m T r a n s p o r t a s i M e k a n i s
Dimana : Fs = gaya
gaya dorong
dorong screw (kg)
l = Panjang lintasan konveyor(m)
g. Bantalan
Tujuan merencanakan bantalan adalah untuk mendapatkan
umur bantalan. Suatu beban yang besarnya sedemikian rupa hingga
memberikan umur yang sama dengan umur yang diberikan oleh
beban dan kondisi putaran sebenarnya disebut beban ekivalen
dinamis. Misalkan sebuah bantalan membawa beban radial Fr (kg)
dan beban aksial Fa (kg), maka beban ekivalen dinamis P (kg)
adalah :
118 | S i s t e m T r a n s p o r t a s i M e k a n i s
Umur nominal L dapat ditentukan sebagai berikut :
Faktor umur :
119 | S i s t e m T r a n s p o r t a s i M e k a n i s
Tabel 2.12. Beban Nominal Dinamik Spesifik
120 | S i s t e m T r a n s p o r t a s i M e k a n i s
2.2.4 Travelator
2.2.4.1 Pengertian Travelator
Travelator adalah sistem transportasi vertikal didalam bangunan
gedung untuk memindahkan orang atau barang dari satu lantai ke satu
lantai yang berikutnya. Jika eskalator diproritasan untuk transportasi
orang dengan barang bawaan yang dijinjing, travelator merupakan
transportasi bagi orang dengan barang yang di dalam trolley. Pemilihan
dan travelator ditentukan oleh besarnya kapasitas yang diinginkan
karena kecepatannya sudah tertentu, sedangkan faktor lainnya yang juga
harus dipertimbangkan adalah hal sebagai berikut:
a. Sudut kemiringan, lebih didasarkan pada keterbatasan
perencanaan dan kenyamanan.
b. Tinggi antar lantai, lebih didasarkan pada keputusan
perencanaan.
c. Sistem operasi, memungkinkan travelator bisa digerakkan
dengan arah ke atas atau ke bawah.
Kegunaan dari alat transportasi ini adalah berfungsi
untukmembawa barang – barang bawaan yang diletakkan di dalam
kereta dorong naik atau turun dari lantai satu ke lantai lain. Biasanya
terdapat di supermarket, mal, stasiun, kereta ekspress, dll.
Bila dipasang secara mendatar pada satu lantai, berfungsi untuk
meringankan beban dari orang yang berjalan dengan membawa barang
dan menempuh jarak yang relatif jauh. Misalnya pada terminal di
bandara internasional yang luas, musium kebun binatang, atau aquarium
(water world).
121 | S i s t e m T r a n s p o r t a s i M e k a n i s
3. Tidak membutuhkan waktu tunggu kecuali jika lalu lintas
manusia padat,
4. Tidak akan merasa lelah karena berjalan,
5. Dapat mengarahkan arus manusia ke jalur tertentu,
6. Dapat digunakan oleh orang – orang difable,
7. Dapat meringankan beban orang – orang yang membawa kereta
dorong (trolley).
Kelemahan penggunaan travelator:
1. Membutuhkan biaya perawatan yang tinggi,
2. Jika terjadi kerusakan akan membutuhkan waktu yang lama
untuk memperbaikinya,
3. Tidak boleh beroperasi jika terjadi gangguan elektrik pada
travelator.
1. Rangka konstruksi
Rangka konstruksi travelator terbentuk dari batang-batang baja
yang di cat tahan karat.
122 | S i s t e m T r a n s p o r t a s i M e k a n i s
DAFTAR PUSTAKA
126 | S i s t e m T r a n s p o r t a s i M e k a n i s