PROPOSAL
LITERATURE REVIEW
Oleh:
Stefanus Aperyan
NIM : 01.2.16.00559
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR................................................................................. v
BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah ......................................................................................... 4
1.3 . Rumusan Masalah ............................................................................................ 5
1.4 Tujuan Penelitian .............................................................................................. 5
1.4.1 Tujuan Umum ........................................................................................... 5
1.4.2 Tujuan Khusus ............................................................................................. 5
1.5 Manfaat Penelitian ............................................................................................ 5
1.5.1 Manfaat Teoritis .......................................................................................... 6
1.5.2 Manfaat Praktis ........................................................................................... 6
BAB II ................................................................................................................................ 7
TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................................... 7
2.1 Hipertensi ............................................................................................................ 7
2.1.1 Pengertian ................................................................................................... 7
2.1.2 Epidemiologi ............................................................................................... 7
2.1.3 Klasifikasi ................................................................................................... 8
2.1.4 Etiologi ...................................................................................................... 10
2.1.5 Patofisiologi .............................................................................................. 11
2.1.6 Manifestasi Klinik ..................................................................................... 11
2.1.7 Penatalaksanaan ........................................................................................ 12
2.1.8 Komplikasi ................................................................................................ 13
2.2 Konsep Tidur................................................................................................... 14
2.2.1 Pengertian Tidur........................................................................................ 14
2.2.2 Tahapan Tidur ........................................................................................... 15
2.2.3 Siklus Tidur ............................................................................................... 16
2.2.4 Mekanisme Tidur ...................................................................................... 17
2.2.5 Kualitas Tidur ........................................................................................... 20
2.2.6 Gangguan Tidur ........................................................................................ 22
2.3. Konsep Dasar Lanjut Usia ............................................................................. 23
2.3.1. Definisi Lanjut Usia (Lansia) .................................................................... 23
ii
% : Presentase
- : Sampai dengan
= : Sama dengan
˃ : Lebih Dari
: Berhubungan
: Pengaruh
: Diteliti
, : Koma
. : Titik
Singkatan :
RS : Rumah Sakit
RI : Republik Indonesia
Istilah :
Kuesioner : Suatu daftar yang berisi pertanyaan yang harus dijawab atau
penelitian
(keluaran).
Provider : Penyedia
berkualitas
kenyamanan.
Cost : Biaya
1.1 Identifikasi...................................................................................................... 8
2.1 Tabel klasifikasi hipertensi............................................................................. 12
2.3 Tahap tidur...................................................................................................... 19
2.4 Tabel keaslian penelitian................................................................................. 35
3.1 Kerangka Konsep............................................................................................ 39
4.1 Kerangka kerja................................................................................................ 41
1
BAB I
PENDAHULUAN
namun penyakit sudah lama ditemukan masih menjamur diberbagai belahan dunia
salah satunya yaitu penyakit jantung dan pembuluh darah termasuk hipertensi telah
menjadi penyakit mematikan yang banyak penduduk di negara maju dan negara
hipertensi bertahun – tahun tenpa merasakan sesuatu gangguan atau gejala. Tanpa
otak ataupun ginjal. Gejala gejala akibat hipertensi, seperti pusing gangguan
pengelihatan, sulit untuk tidur dan sakit kepala seringkali terjadi pada saat
hipertensi sudah lanjut disaat tekanan darah sudah mencapai angka tertentu yang
jumlah pasien yang tidak menyadari bahwa dirinya menderita hipertensi dan yang
tidak mematuhi minum obat kemungkinan besar lebih besar, prevalensi hipertensi
di Indonesia mencapai 31,7% dari populasi 18 tahun keatas, dari jumlah itu, 60%
gagal ginjal, dan kebutaan. Hipertensi sebagai penyebab kematian ke-3 setelah
tengah pada tahun 1998 menunjukan bahwa sebesar 8,2 % mengalami hipertensi
darah tinggi untuk laki-laki di kediri dari semua usia mencapai 15,2% dan
perempuan 18,7% (Kediri, 2016), sekitar 90% hipertensi dengan penyebab yang
belum diketahui pasti disebut dengan hipertensi primer atau esensial, sedangkan
7% disebabkan oleh kelainan ginjal atau hipertensi renalis dan 3% disebabkan oleh
dan hormonal yang saling berhubungan satu sama lain dalam memengaruhi curah
jantung dan tahanan vaskular perifer. Pengaturan primer tekanan arteri dipengaruhi
oleh baroreseptor pada sinus karotikus dan arkus aorta yang akan menyampaikan
sistem saraf simpatis, bila tekanan arteri meningkat maka ujung ujung baroreseptro
akan teregang, sehingga bangkit dan menghambat pusat saraf simpatis. Hal ini akan
arteriol mengalami dilatasi, dan tekanan arteri kembali ke level awal hal yang
peredaraan darah yang tinggi di otak, atau akibat embolus yang terlepas dari
pembuluh non otak yang terpajan tekanan tinggi. Arteri – arteri otak yang
dialami penderitanya, antara lain sering merasa pusing, gampang marah, sulit tidur
dan sering gelisah, leher belakang sering kaku, gangguan penglihatan, sulit
berbahaya pada sistem organ antara lain seperti stroke, gagal ginjal kronis, gagal
berat jantung (afterload) sehingga terjadi hipertrofi ventrikel kiri sebagai proses
Dampak dari dari hipertensi ada berbagai macam salah satunya yang paling umum
Pusing, Penglihatan kabur, Nyeri pada daerah tertentu (biasa terjadi pada penderita
(Wahit, 2015)
Pada saat yang sama, terjadilah perubahan degeneratif pada arteriol yang
miokardium. Untuk memompa darah, jantung harus bekerja keras untuk mengatasi
tekanan balik muara aorta. Akibat beban kerja ini, otot ventrikel kiri mengalami
kebutuhan tubuh orang tersebut menjadi cepat lelah dan napasnya pendek.
diketahui, seperti pada kasus hipertensi primer atau esensial, meskipun ada
beberapa agen yang diduga sebagai penyebab Mekanisme patologis yang terjadi
adalah hipoksia akibat kegagalan sistem transportasi darah. Pada tahap berikutnya,
saturasi oksigen darah juga menurun akibat edema paru. Hipertensi merupakan
hidupnya. Peran perawat sebagai agen perubahan dapat dilakukan dengan cara
kebiasaan ke arah yang lebih tepat dan sehat. Hipertensi dapat dicegah dengan
gaya hidup yang kurang sehat, mengontrol tekanan darah, mengatur pola makan
(diet sehat), mengontrol berat badan, meningkatkan aktifitas fisik (Triyanto, 2014).
review
Manfaat teoritis dari penelitian ini yaitu antara lain untuk menemukan
apakah ada hubungan antara derajat hipertensi dengan kualitas tidur pada lansia
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai data dasar bagi penelitian selanjutnya
dalam area keperawatan medikal bedah yang berkaitan dengan penyakit dalam.
1. Bagi Peneliti
2. Bagi Perawat
3. Bagi Institusi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hipertensi
2.1.1 Pengertian
darah. Tekanan darah (TD) ditentukan oleh dua faktor utama yaitu curah
jantung dan resistensi perifer. Curah jantung adalah hasil kali denyut
jantung dan isi sekuncup. Besar ini sekuncup ditentukan oleh kekuatan
polos arteri dan arteriol dan elastisitas dinding pembuluh darah (Muda,
2.1.2 Epidemiologi
8
arteri renalis (Smeltzer & Bare, 2002). Tidak berbeda dengan angka di
2.1.3 Klasifikasi
1. Hipertensi Primer
2. Hipertensi Sekunder
9
Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Klasifikasi tekanan darah orang dewasa berusia 18 tahun keatas tidak
Tekanan Darah
Kategori Tekanan Darah Diastolik
Sistolik
Stadium 1
140-159 mmHg 90-99 mmHg
(Hipertensi ringan)
Stadium 2
160-179 mmHg 100-109 mmHg
(Hipertensi sedang)
Stadium 1
180-209 mmHg 110-119 mmHg
(Hipertensi berat)
Stadium 4
(Hipertensi maligna / sangat 210 mmHg atau lebih 120 mmHg atau lebih
berat)
Sumber : JNC 7
10
Bridges, 2009).
2.2.
Tabel 2.2 Klasifikasi tekanan darah orang dewasa berusia 18 tahun keatas tidak
berdasarkan MABP
Normal 70 - 99 mmHg
Sumber : JNC 7
2.1.4 Etiologi
11
2.1.5 Patofisiologi
hari sebelum bangun tidur, nyeri ini biasanya hilang setelah bangun (Tan
marah, telinga berdenging, sukar tidur, sesak nafas, rasa berat ditekuk,
mudah lelah, sakit kepala, dan mata berkunang-kunang. Gejala lain yang
2.1.7 Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Farmakologi
dalam hal ini termasuk penurunan berat badan jika kelebihan berat
2.1.8 Komplikasi
ginjal. Komplikasi yang terjadi pada hipertensi ringan dan sedang yaitu
pada mata, ginjal, jantung dan otak. Komplikasi pada mata berupa
dijumpai sebagai komplikasi hipertensi yang lama dan pada proses akut
orang. Untuk dapat berfungsi dengan optimal, maka setiap orang memerlukan
istirahat dan tiduru yang cukup. Tidak terkecuali juga pada orang yang sedang
menderita penyakit, mereka juga memerlukan istirahat dan tidur yang memadai.
Namun dalam keadaan sakit, pola tidur seseorang biaanya terganggu, sehingga
tersebut (wahit, 2015). Setiap makhluk memiliki irama kehidupan yang sesuai
dengan masa rotasi bola dunia yang dikenal dengan nama irama sirkadian. Irama
terbenamnya matahari, layu dan segarnya tanam-tanaman pada malam dan siang
15
hari, awas waspadanya manusia dan bintang pada siang hari dan tidurnya mereka
pada malam hari Tidur merupakan kegiatan susunan saraf pusat, dimana ketika
seseorang sedang tidur bukan berarti bahwa susunan saraf pusatnya tidak aktif
melainkan sedang bekerja Sistem yang mengatur siklus atau perubahan dalam tidur
(BSR) yang terletak pada batang otak. RAS merupakan sistem yang mengatur
seluruh tingkatan kegiatan susunan saraf pusat termasuk kewaspadaan dan tidur.
RAS ini terletak dalam mesenfalon dan bagian atas pons. Selain itu RAS dapat
memberi rangsangan visual, pendengaran, nyeri dan perabaan juga dapat menerima
stimulasi dari korteks serebri termasuk rangsangan emosi dan proses pikir. Dalam
norepineprin. Demikian juga pada saat tidur, disebabkan adanya pelepasan serum
serotonin dari sel khusus yang berada di pons dan batang otak tengah, yaitu BSR
(Aziz, 2016)
Tidur dibagi menjadi dua fase yaitu pergerakan mata yang cepat atau Rapid Eye
Movement (REM) dan pergerakan mata yang tidak cepat atau Non Rapid Eye
Movement (NREM). Tidur diawali dengan fase NREM yang terdiri dari empat
stadium, yaitu tidur stadium satu, tidur stadium dua, tidur stadium tiga dan tidur
stadium empat, lalu diikuti oleh fase REM (Patlak, 2005). Fase NREM dan REM
terjadi secara bergantian sekitar 4-6 siklus dalam semalam (Aziz, 2016).
Tahap I merupakan tahap transisi antara bangun dan tidur dengan ciri yaitu rileks,
masih sadar dengan lingkungan, merasa mengantuk, bola mata bergerak dari
samping ke samping, frekuensi nadi dan napas sedikit menurun, dapat bangun
Tahap II merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus menurun dengan ciri
yaitu mata pada umumnya menetap, denyut jantung dan frekuensi napas menurun,
Tahap III merupakan tahap tidur dengan ciri denyut nadi dan frekuensi napas dan
proses tubuh lainnya lambat, disebabkan oleh adanya dominasi sistem saraf
Tahap IV merupakan tahap tidur dalam dengan ciri kecepatan jantung dan
pernapasan turun, jarang bergerak dan sulit dibangunkan, gerak bola mata cepat,
Selama tidur malam yang berlangsung rata-rata tujuh jam, REM dan NREM terjadi
berselingan sebanyak 4-6 kali. Apabila seseorang kurang cukup mengalami REM,
17
jika NREM kurang cukup, keadaan fisik menjadi kurang gesit (Aziz, 2016)
Bangun RFM
NREM I NREM II
NREM II NFRM II
NREM III
Siklus ini merupakan salah satu dari irama sirkadian yang merupakan siklus
NREM ditandai oleh denyut jantung dan frekuensi pernafasaan yang stabil dan
lambat serta tekanan darah yang rendah. NREM adalah tahapan tidur yang
tenang. REM ditandai dengan gerakan mata yang cepat dan tiba-tiba,
peningkatan saraf otonom dan mimpi. Pada tidur REM terdapat fluktuasi luas
dari tekanan darah, denyut nadi dan frekuensi nafas. Keadaan ini disertai
dengan penurunan tonus otot dan peningkatan aktivitas otot involunter. REM
18
disebut juga aktivitas otak yang tinggi dalam tubuh yang lumpuh atau tidur
Pada tidur yang normal, masa tidur REM berlangsung 5-20 menit, rata-rata
timbul setiap 90 menit dengan periode pertama terjadi 80-100 menit setelah
seseorang tertidur. Tidur REM menghasilkan pola EEG yang menyerupai tidur
NREM tingkat I dengan gelombang beta, disertai mimpi aktif, tonus otot sangat
rendah, frekuensi jantung dan nafas tidak teratur (pada mata menyebabkan
gerakan bola mata yang cepat atau rapid eye movement), dan lebih sulit
mekanisme tidur dan bangun sangat dipengaruhi oleh sistem yang disebut
meningkat maka orang tersebut dalam keadaan sadar jika aktivitas Reticular
tidak bisa tidur/ jaga. Menurut beberapa peneliti lokasi yang terbanyak sistem
19
serotoninergik ini terletak pada nucleus raphe dorsalis di batang otak, yang
nucleus cereleus di batang otak. Kerusakan sel neuron pada lokus cereleus
dengan perubahan tidur ini terlihat pada orang depresi, sehingga terjadi
secara teratur oleh kelenjar hipofisis anterior melalui jalur hipotalamus. Sistem
(Aziz, 2016).
lesu dan apatis, kehitaman di sekitar mata, kelopak mata bengkak, konjungtiva
merah, mata perih, perhatian terpecah-pecah, sakit kepala dan sering menguap
kualitatif tidur, seperti lamanya tidur, waktu yang diperlukan untuk bisa
kepulasan tidur . Persepsi mengenai kualitas tidur itu sangat bervariasi dan
individual yang dapat dipengaruhi oleh waktu yang digunakan untuk tidur pada
efisiensi tidur pada usia dewasa muda adalah 80-90% (Dament et al, 1985;
Hayashi & Endo, 1982 dikutip dari Carpenito, 1998). Di sisi lain, Lai (2001)
tanpa bantuan medis. Kualitas tidur yang baik dapat memberikan perasaan
tenang di pagi hari, perasaan energik, dan tidak mengeluh gangguan tidur.
Dengan kata lain, memiliki kualitas tidur baik sangat penting dan vital untuk
yaitu EEG yang merupakan rekaman arus listrik dari otak. Perekaman listrik
dari permukaan otak atau permukaan luar kepala dapat menunjukkan adanya
aktivitas listrik yang terus menerus timbul dalam otak. Ini sangat dipengaruhi
oleh derajat eksitasi otak sebagai akibat dari keadaan tidur, keadaan siaga atau
Selain itu, menurut Aziz. (2016), kualitas tidur seseorang dikatakan baik
tanda fisik dan tanda psikologis. Di bawah ini akan dijelaskan apa saja tanda
Menarik diri, apatis dan respons menurun, merasa tidak enak badan, malas
berbagai gangguan fisik, mental dan spiritual. Gangguan tidur dapat dialami
oleh semua lapisan masyarakat baik kaya, miskin, berpendidikan tinggi dan
rendah, orang muda serta yang paling sering ditemukan pada usia lanjut. Pada
diri sendiri atau orang lain. Gangguan tidur merupakan masalah yang sangat
beberapa bentuk gangguan tidur. Data tentang frekuensi bervariasi antara 25-
Menurut Slemba medika dalam Aziz (2016), gangguan tidur terbagi atas :
apnea dan pasca trauma kepala; gangguan tidur irama sirkadian di antaranya
adalah gangguan tidur irama sirkadian sementara/ acute work shift/ jet lag,
terdiri atas tiga, yaitu gangguan tidur berjalan (sleep walking/ somnabulisme),
gangguan terror tidur (sleep terror), gangguan tidur berhubungan dengan fase
pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya.
Kelompok yang dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu proses yang
perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ.
24
fisik dan psikis yang pada akhirnya akan berpengaruh pada ekonomi dan
Batasan umur pada usia lanjut dari waktu ke waktu berbeda. Menurut World
2. Usia lanjut dini (senescen) yaitu kelompok yang mulai memasuki masa
>65 tahun)
age) antara usia 45 sampai 59 tahun, lanjut usia (elderly) berusia antara 60
dan 74, lanjut usia tua (old) usia 75- 90 tahun, dan usia sangat tua (very old)
25
di atas 90 tahun, sedangkan lanjut usia adalah orang yang telah berumur 65
tahun keatas.
menjadi usia dewasa muda (eldery adulthood) , 18 atau 29-35 tahun, usia
dewasa penuh (middle years) atau maturitas, 25-60 atau 65 tahun, lanjut usia
(geriatric age) lebih dari 65 tahun atau 70 tahun yang dibagi dengan 70-75
seorang jompo atau lanjut usia setalah yang bersangkutan mencapai umur
55 tahun, tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk
Hal ini dideskripsikan oleh Burnside (1979), Duvall (1977) dan Havighurst
(1955) dikutip oleh Potter dan Perry (2005). Tujuh kategori utama tugas
sistem tubuh, perubahan penampilan dan fungsi. Hal ini tidak dikaitkan
umumnya pensiun dari pekerjaan purna waktu, dan oleh karena Itu mungkin
perlu untuk menye suaikan dan membuat perubahan karena hilangnya peran
atau aktivitas sukarela, mencari minat dan hobi baru, dan melanjutkan
peranan sosial, dan sebagainya, yang akan merupakan stres bagi orang-
orang tua tadi. Untuk menghadapi masa pensiun, dengan stres yang sekecil
mungkin timbul suatu pemikiran dalam rangka masa persiapan pensiun tadi,
ployment plan (Nishio, 1977; dikutip oleh Darmojo dan Martono, 2004). Ini
beradaptasi dan menyesuaikan ter hadap masa pensiun relatif lebih mudah.
pada kematian pasangan, teman, dan kadang anaknya. Kehilangan ini sering
seseorang yang meninggalkan nya dan sangat berarti bagi dirinya. Dengan
27
kesulitan untuk menerima diri sendiri selama penuaan. Mereka dapat mem
"nenek" atau menolak meminta bantuan dalam tugas yang menempat kan
pindah ke rumah yang lebih kecil dan untuk seorang diri. Beberapa masalah
hidupnya mungkin merasa relatif mudah untuk bertemu orang baru dan
kegiatan baru, selektif dalam mencari peker jaan, teman pergaulan, serta
memenuhi undangan.
3. Tipe tidak puas. Konflik lahir batin menentang proses ketuaan, yang
4. Tipe pasrah Menerima dan menunggu nasib baik, mempunyai konsep habis
gelap datang terang mengikuti kegiatan beribadah, ringan kaki, pekerjaan apa
saja dilakukan.
1. Tipe optimis.
2. Tipe konstruktif
3. Tipe ketergantungan
4. Tipe definisi
7. Tipe putus asa (benci pada diri sendiri) atau self heating man.
menikmati hidupnya, toleransi tinggi dan fleksibel. Biasanya tipe ini tidak
banyak mengalami gejolak, tenang dan mantap sampai sangat tua Tipe
kepribadian ini biasanya dimulai dari masa mudanya. Lansia bisa menerima
fakta proses menua dan menghadapi masa pensiun dengan bi jaksana dan
Pada tipe ini ada kecenderungan mengalami post power syndrome, apalagi
jika pada masa lansia tidak disi dengan kegiatan yang dapat memberikan
otonomi.
bergejolak, tetapi jika pasangan hidup meninggal maka pasangan yang dit
inggalkan akan menjadi sedih yang mendalam. Tipe ini lansia senang
mengalami pensiun, tidak punya inisiatif, pasif tetapi masih tahu diri dan
Lanjut usia pada tipe ini setelah memasuki lansia tetap merasa tidak puas
curiga. Menjadi tua tidak ada yang dianggap baik, takut mati dan iri hati
kompulsif aktif. Mereka takut menjadi tua dan tidak menyenangi masa
pensiun.
31
Pada lansia tipe ini umumnya terlihat sengsara, karena perilakunya sendiri
sulit dibantu orang lain atau cenderung membuat susah dirinya. Selalu
menyalahkan diri, tidak memiliki ambisi dan merasa korban dari keadaan.
Lanjut usia dapat santai menikmati hasil kerja dan Jerih payahnya di masa
1. Depresi
3. Kekhawatiran.
4. Paranoid.
5. Masalah psikotik
1. Konservatif.
2. tidak kreatif
4. menolak inovasi
7. Susah berubah.
8. Keras kepala
9. Cerewet.
Kenyataannya:
munduran,
Kenyataan:
1. Memang proses penuaan disertai dengan menurunnya daya tahan tubuh dan
2. Tetapi banyak penyakit yang masa sekarang dapat dikontrol dan diobati.
d. Mitos senilitas
Lanjut usia dipandang sebagai masa pikun yang disebabkan oleh kerusakan
bagian otak (banyak yang tetap sehat dan segar). Banyak cara untuk
Lanjut usia tidak lagi jatuh cinta dan gairah pada lawan jenis tidak ada.
Kenyataan:
Perasaan cemas dan emosi setiap orang berubah sepanjang masa. Perasaan
f. Mitos aseksualitas.
Ada pandangan bahwa lanjut usia, hubungan seks itu menurun, minat,
Kenyataan:
Menunjukkan bahwa kehidupan seks pada lanjut usia normal saja. Memang
g. Mitos ketidakproduktifan.
Kenyataan:
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS
dengan Derajat Hipertensi Pada Lansia”. Dan hipotesis dalam penelitian ini
adalah :
BAB 4
METODE
Penetapan PICO
Melakukan review dan analisa artikel jurnal yang terpilih dengan menggunakan
Critical Appraisal
4.3.1 Populasi
Jurnal penelitian terbaru yang terbit pada 10 tahun terakhir yaitu dari tahun 2010
sampai dengan 2020. Sumber database online yang digunakan berasal dari
repositori baik dari Indonesia atau dari Negara lain yang menggunakan bahasa
Internasional
Jumlah referensi yang digunakan dalam literature review ini adalah 5-10
4.4 Metode
pasien lansia
dari :
1) Population
2) Intervention
3) Comparison
4) Outcome
bahasa pada aritikel. Penelitian ini diambil dari data base elekronik
4.4.4 Search
review hasil ekstraksi oleh peneliti, setelah itu dilakukan diskusi terkait hasil
(CASP).
darah.
45
derajat hipertensi dengan kualitas tidur pasien lansia pada setiap literatur
DAFTAR PUSTAKA
Brookes, Linda, et al, (2009). Music Can Reduce Blood Pressure, Depending on
The Tempo. http://www.medscape.org/viewarticle/514644_6. Tanggal 9
November 2013, jam 22.00 WIB.
Potter & Perry, (2009). Fundamentals of Nursing Edisi 7. Jakarta: Salemba Medika
Nurachmah, Elly & Sudarsono, Ratna, (2003). Buku Saku Prosedur Keperawatan
Medikal Bedah. Jakarta: EGC
Aziz, Musfratul (2016). Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar. Jakarta: Salemba
Medika
Endang. (2009). Mengenal dan Mencegah Penyakit Jantung, Kanker, dan Stroke.
Yogyakarta: Kirana Publisher
Mubarak, Lilis. (2011). Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar Buku 2. Jakarta:
Salemba Medika
Siti, (2009). Lanjut Usia dan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuha Medika
Joyce, Jane (2014). Keperawatan Medikal Bedah, Manajemen Klinis Untuk Hasil
Yang Diharapkan, Jilid 2. Edisi 8. Singapura: Elsevier Pte Ltd
Alimul Aziz, (2013). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia, Aplikasi Konsep dan
Proses Keperawatan Buku 2. Jakarta: Salemba Medika
47
48
49