Penulis:
Angelia Agustin
Daniel
Eric Susanto
Novita Christine
Putri Angelica
Risa Novianti
Desain Sampul:
Angelia Agustin
Hak Cipta
Seluruh isi buku dan sampul merupakan hak cipta Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Bandar Lampung.
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan segala rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga buku yang
berjudul “Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi” ini telah selesai disusun.
Buku ini terdiri dari VIII BAB, membahas tentang berbagai macam materi bahasa
Indonesia yang ada di perguruan tinggi. Karena berbicara bahasa akan mencakup
berbagai macam aspek yang sangat luas sehingga perlu dipersempit untuk
kebutuhan mahasiswa yang sedang belajar di perguruan tinggi.
Tentu saja buku ini tidak dapat terwujud tanpa bimbingan, arahan, dan
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ucapkan terima kasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang secara langsung
dan tidak langsung memberikan kontribusinya dalam penyelesaian buku ini.
Kritik, saran dan pendapat sangat penulis harapkan demi penyempurnaan buku
ini. Penulis berharap buku ini bermanfaat khususnya bagi para mahasiswa dan
umumnya dapat memberikan kontribusi positif untuk meningkatkan kualitas
pendidikan saat ini.
Tim Penulis
iii
DAFTAR ISI
Sejarah Bahasa............................................................................ 37
iv
D. Perkembangan Ejaan Bahasa Indonesia Sampai Saat Ini ................... 54
Ejaan Republik ........................................................................... 55
Ejaan Pembaharuan..................................................................... 56
v
B. Komunikasi Antar Budaya ................................................................ 98
Ketentuan Umum tentang Komunikasi-Komunikasi.................... 98
Latar Belakang Komunikasi ...................................................... 100
Bahasa sebagai Representasi ..................................................... 102
C. Komponen-Komponen Terbentuknya Identitas Budaya .................. 105
D. Terbentuknya Pola Komunikasi dari Komunikasi Antar Budaya ..... 107
E. Interaksi Antar Bahasa dan Budaya ................................................ 109
F. Hubungan Bahasa dan Kebudayaan ................................................ 110
Hubungan Koordinatif .................................................................... 111
Hubungan Subordinatif ................................................................... 113
G. Identifikasi Jenis Keterampilan Komunikasi ................................... 113
H. Bahasa dan Budaya ......................................................................... 115
BAB V EBI, Tanda Baca dan Penggunaan Kata dengan Baik dan Benar .......... 124
A. Perkembangan EBI ......................................................................... 124
B. Perbedaan antara EYD dan EBI ...................................................... 127
C. Tanda Baca ..................................................................................... 129
Penggunaan Tanda Baca Titik (.) .................................................... 130
Penggunaan Tanda Baca Koma (,) .................................................. 131
Penggunaan Tanda Baca Seru (!) .................................................... 134
Penggunaan Tanda Titik Koma (;) .................................................. 135
Penggunaan Tanda Titik Dua (:) ..................................................... 135
Penggunaan Tanda Hubung (-) ....................................................... 136
Penggunaan Tanda Pisah (--) .......................................................... 138
Penggunaan Tanda Kurung ((…)) ................................................... 138
Penggunaan Tanda Kurung Siku ([…]) ........................................... 139
Penggunaan Tanda Petik (“…”) ...................................................... 140
Penggunaan Tanda Petik Tunggak („…‟) ........................................ 141
Penggunaan Tanda Garis Miring (/) ................................................ 141
Penggunaan Tanda Apostrof („) ...................................................... 141
D. Penggunaan Kata dengan Baik dan Benar ....................................... 142
E. Penggunaan Kata dalam Karya Ilmiah ............................................ 143
vi
BAB VI Kalimat Efektif, Logis dan Sesuai Kaidah .......................................... 150
A. Kalimat Efektif ............................................................................... 150
BAB VIII Tata Tulis, Pengutipan dan Daftar Pustaka dalam Karya Ilmiah ....... 211
A. Pendahuluan ................................................................................... 211
B. Tujuan ............................................................................................ 211
C. Bagian Tulisan Ilmiah..................................................................... 211
vii
Bagian Pendahuluan ....................................................................... 212
Bagian Isi ....................................................................................... 212
Bagian Penutup .............................................................................. 212
D. Petunjuk Umum Penulisan Karya Tulis Ilmiah ............................... 212
E. Tata Tulis secara Umum ................................................................. 217
F. Cara Penulisan Daftar Pustaka ........................................................ 225
G. Cara Penulisan Daftar Pustaka Jika Penulis Sama ........................... 230
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. ix
viii
1
BAB I
2
sebuah dialek bahasa Melayu, yang pokoknya dari bahasa melayu Riau
(bahasa Melayu di provinsi Riau, Sumatra. Indonesia). Nama Melayu mula-
mula sekali digunakan sebagai nama kerajaan tua di daerah jambi di tepi
sungai Batanghari, yang pada pertengahan abad ke-7 ditaklukan oleh kerajaan
Sriwijaya. Selama empat abad kerajaan ini berkuasa di daerah Sumatra Selatan
bagian timur dan dibawah pemerintahan raja-raja Syailendra bukan raja
menjadi pusat politik di Asia Tenggara, melainkan juga menjadi pusat ilmu
pengetahuan.
Berdasrkan beberapa prasasti yang ditemukan, yaitu Kedukan Bukit (683),
Talang Tua (684).Telaga Batu (tidak berangka tahun),Kota Kapur.Bangka
(686), dan Karang Brahi(686) membuktikan bahwa kerajaan Sriwijaya
menggunakan bahasa Melayu, yaitu yang biasa disebut Melayu kuno, sebagai
bahasa resmi dalam pemerintahnya. Dengan kata lain, prasasti- prasasti itu
menunjukkan bahwa pasa abad ke-7 bahasa Melayu telah digunakan sebagai
bahasa resmi di daerah kekuasaan Sriwijaya yang bukan hanya di Sumatra,
melainkan juga di Jawa dengan ditemukanya prasastri Gandasuli di Jawa
Tengah (832) dan didekat bogor (942). Disamping sebagai bahasa resmi
pemerintahan, bahasa melayu juga sudah digunakan sebagai bahasa
kebudayaan, yaitu bahasa pengantar dalam mempelajari ilmu agama dan
bahasa perdagangan.
Pada abad ke-15 kerajaan Malaka di Semenanjung berkembang dengan
sangat cepat menjadi pusat perdagangan dan pusat pertemuan para pedagang
dari Indonesia, Tiongkok, dan dari Gujarat. Para pedagang yang dari Jawa
pada waktu itu dikuasai oleh Majapahit membawa rempah- rempah,cengkih,
dan pala dari Indonesia Timur ke Malaka. Hasil bumi di Sumatra yang berupa
kapur barus,lada,kayu cendana. Dan yang lainya di bawa ke Malaka mereka
membeli barang-barang dagangan yang dibawa ke Malaka oleh para pedagang
dari Sumatra. Di Malaka mereka membeli barang-barang dagangan yang
dibawa oleh para pedagang dari Tiongkok dan Gujarat berupa Sutera dari
India, kain pelikaty dari Koromandel, minyak wangi dari Persia , Kain dari
Arab,kain sutra dari Cina,kain bersulam emas dari Tiongkok, dan barang-
barang perhiasan yang lain.
3
Letak kota pelabuahan Malaka sangat menguntungkan bagi Lalu lintas
dagang melalui laut dalam abad ke- 14 dan 15. Semua kapal dari Tiogkok dan
di Indonesia yang akan berlayar ke barat melalui Selat Malaka, demikian pula
semuah kapal-kapal dari Negara-negara yang terletak disebelah barat Malaka
apabila berlayar ke Tiongkok atau ke Indonesia juga melalui selat Malaka.
Oleh karena itu malaka menguasai perdagangan antara Negara-negara yang
terletak di daerah uitara,barat dan timurnya.
Perkembangan Malaka yang sangat cepat berdampak positif terhadap
bahasa Melayu. Sejalan dengan lalu lintas perdagangan, bahasa melayu yang
digunakan sebagai bahasa perdagangan dan juga penyiaran agama Islam
dengan cepat tersebar keselurug Indonesia, dari Sumatra sampai ke kawasan
timur Indonesia. Perkembangan maka sangat cepat, tetapi hanya sebentar,
karena pada tahun 1511 Malaka ditaklukkan oleh angkatan laut Portugis dan
pada tahun 1641 ditaklukan pula oleh Belanda, Dengan kata lain. Belanda
telah -//menguasai hampir seluruh Nusantara.
Belanda, seperti halnya Negara-negara asing yang lain sangat tertarik
dengan rempah-rempah Indonesia. Mereka tidak puas kalau hanya menerima
rempah-remph dari pedagang Gujarat. Oleh karena itu, mereka dating sendiri
ke daerah rempah-rempah itu. Pada tahun 1956 datanglah pedagang belanda
ke daerah Banten dibawah nama VOC. Tujuan utama mereka adalah untuk
berdagang, tetapi sejak tahun 1799 diambil oleh penerima Belanda. Dengan
demikian, tujuanya bukan hanya untuk berdagang, melainkan juga untuk
tujuan social dan pendidikan.
Masalah yang segera dihadapi oleh Belanda adalah masalah bahasa
pengantar. Tidak ada pilihan lain kecuali bahasa Melayu yang dapat
digunakan sebagai bahasa Melayu yang dapat digunakan sebagai bahasa
pengantar, karena pada saat itu bahasa melayu secara luas sudah digunakan
sebagai lingua franca diseluruh Nusantara. Pada tahun 1521 Pigafetta yang
mengikuti pelayaran magalheans mengelilingi dunia,ketika kapalnya berlabuh
di Tidore, menuliskan hal-hal Melayu. Hal ini membuktikan bahwa bahasa
Melayu yang berasal dari Indonesia sebelah barat itu tersebar luas sampai ke
daerah Indonesia sebelah timur.
4
Dari hari kehari kedudukan bahasa melayu sebagai lingua franca
semakin kuat,terutama dengan tumbuhnya rasa persatuan dan kebangsaan
dikalangan pemuda pada awal abad ke-20 sekalipun mendapat rintangan dari
pemerintah dan segolongan orang belanda yang berusaha keras menghalangi
perkembangan bahasa Melayu dan berusaha menjadikan bahasa Belanda
sebagai bahasa nasional di Indonesia. Para pemuda yang tergabung dalam
berbagai organisasi, para cerdik pandai bangsa Indinesia berusaha keras
mempersatukan rakyat. Mereka sadar bahwa hanya dengan persatuan seluruh
rakyat, bangsa Indonesia dapat menghalau kekuasaan kaum penjajah dari
bumi Indonesia dan mereka sadar juga hanya dengan bahasa Melayu mereka
dapat berkomunikasi dengan rakyat. Usaha mereka mempersatukan rakyat.
Terutama para pemudahnya memuncak pada Kongres Pemuda di Jakarta pada
tanggal 28 oktober 1928. Dalam kongres itu para pemuda dari berbagai
organisasi pemuda mengucapkan ikrar mengaku berbangsa satu, bangsa
Indonesia mengaku bertahan air satu, tanah air indonesia dan menjungjung
tinggi bahasa persatuan, bahasa indonesia.
Demikianlah tanggal 28 Oktober merupakan hari yang amat penting.
Merupakan hari pengankatan atau penobatan bahasa Indonesia sebagai bahasa
persatuan, atau dengan kata lain sebagai bahasa nasional. Pengakuan dan
pernyataan yang di ikrarkan pada tanggal 28 oktober 1928 itu tidak aka nada
artinya tanpa diikuti usaha untuk mengembangkan bahasa Indonesia,
meningkatkan kemampuan bahasa Indonesia sebagai bahasa Indonesia,
meningkat kan kemampuan bahasa indonesia sebagai bahasa nasional.
Sebagai realisasi usaha itu. Pada tahun 1939 para cendekiawan dan budaya
wan Indnesia menyelenggarakansuatu kongres,yaitu kongres Bahasa
Indonesia I DI Solo , Jawa Tengah. Dalam kongres itu Ki Hajar Dewantara
menegaskan bahwa "jang dinamakan 'bahasa indonesia' jaitoe bahasa Melajoe
jang soenggoehpoen pokonja berasal dari ' melajoe riaoe akan tetap jang
soedah ditambah,dioebah atoe dikoerangi meneoret keperloean zaman dan
alam baharoe,hingga bahasa itoe laloe loedah dipakai oleh rakjat di seloeruh
indonesia. " oleh karena itu, kongres pertama ini tidak memuaskan lagi tidak
sesuai dengan perkembangan bahasa indonesia sehingga perlu disusun tata
5
bahasa indonesia sehingga perlu disusun tata bahasa baru yang sesuai
dengan perkembangan bahasa.
Hingga berakhirnya kekuasaan Belanda di Indonesia pada tahun 1942 tak
satu keputusan pun yang telah dilaksanakan karena pemerintah Belanda tidak
merasa perlu melaksanakan keputusan-keputusan itu. Barulah pada masa
pendudukan Jepang Bahasa Indonesia memperoleh kesempatan berkembang
karena pemerintah Jepang seperti hainya pemerintah penjajah yang lain
sesungguhnya bercita-cita menjadikan bahasa Jepang menjadi bahasa resmi di
Indonesia terpaksa menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi di
Indonesia terpaksa menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi
pemerintahan dan sebagai bahasa pengantar di sekolah-sekolah.
Perkembangan berjalan dengan sangat cepat sehingga pada waktu
kemerdekaan Indonesia diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945,
bahasa Indonesia telah siap menerimma kedudukan sebagai bahasa begara,
seperti yang tercantum dalam undang-undang Dasar 1945, Bab XV, Pasal 36.
6
yang sekarang menjadi Pusat Bahasa dan penyelenggaraan Kongres Bahasa
Indinesia. Perubahan ejaan bahasa Indonesia dari Ejaanvan Ophujisen ke
Ejaan Soewandi hingga Ejaan yang disempurnakan selalu mendapatkan
anggapan dari masyarakat.
Dalam era globalisasi sekarang ini, bahasa Indonesia mendapat saingan
berat dari bahasa Inggris. Semakin banyak orang Indonesia yang belajar dan
menguasai bahasa Inggris, yang tentu saja merupakan hal yang positif dalam
rangka pengembangan ilmu dan teknologi. Akan tetapi, ada gejala semakin
mengecilnya perhatian orang terhadap bahasa Indonesia.
Tampaknya orang lebih bangga memakai bahasa inggris daripada bahasa
Indonesia. Bahasa Indonesia yang dipakai juga banyak dicampur dengan
bahasa inggris kekurang pedulian terhadap bahasa Indonesia ini akan menjadi
tantangan yang berat dalam pengembangan bahasa Indonesia. Pada awal
tahun 2004, Dewan Bahasa dan pustaka (Malaysia) dan Majelis Bahasa
Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia (MABBIM) mencanangkan Bahasa
Melayu dijadikan sebagai bahasa resmi ASEAN dengan memandang lebih
separu jumlah penduduk ASEAN mampu bertutur dalam bahasa Melayu.
Walau bagaimanapun,perkara ini masih dalam perbincangan.
Melalui perjalanan sejarah yang panjang, bahasa Indonesia telah mencapai
perkembangan yang luar biasa, baik dari segi jumlah penggunanya. Maupun
dari segi system tata bahasa dan kosakatanya serta maknanya. Sekarang
bahasa Indonesia telah menjadi bahasa besar yang digunakan dan dipelajari
tidak hanya di seluruh Indonesia tetapi juga di banyak nrgara. Bahkan
keberhasilan Indonesia dalam mengajarkan bahasa Indonesia kepada generasi
muda telah dicatat sebagai prestasi dari segi peningkatan komunikasi bantar
warga Negara Indonesia.
1. Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh
anggota satu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan
mengidentifikasi diri.
7
2. Bahasa merupakan percakapan (perkataan) yang baik, sopan santun.
Menurut Sapir dalam Alwasilah (1990:7), banyak sekali batasan bahasa, dan
tidak ada satu pun yang memuaskan. Batasan tersebut, yaitu
1. Manusiawi (human)
2. Dipelajari (noninstinctive)
3. Sistem
4. Arbitrer (voluntarily produced)
5. Simbol
Menurut Nababan (1991:1), bahasa adalah salah satu ciri yang paling khas
manusiawi yang membedakannya dari mahkluk-makhluk yang lain Menurut
Tarigan (1989:4), ada dua definisi bahasa. Pertama, bahasa ialah suatu sistem
yang sistematis, barangkali juga sistem generatif. Kedua, bahasa ialah seperangkat
lambang-lambang mana suka ataupun simbol-simbol arbitrer.
Lalu, Gorys Keraf (1997) juga membahas bahwa bahasa merupakan alat
komunikasi antara anggota masyarakat berupa si nol bunyi yang dihasilkan oleh
alat ucap manusia. Felicia (2001) mengatakan bahasa adalah alat yang digunakan
untuk berkomunikasi sehari-hari, baik bahasa lisan ataupun bahasa tulisan.
Menurut Syamsuddin (1986), membeberkan dua definisi bahasa. Pertama,
bahasa merupakan alat yang dipakai untuk membentuk pikiran, perasaan,
keinginan, dan perbuatan-perbuatan, serta alat yang dipakai untuk
8
mempengaruhi. Yang kedua bahasa adalah tanda yang jelas dari suatu
kepribadian entah itu yang baik maupun yang buruk, sebuah tanda yang jelas dari
keluarga serta bangsa dan tanda yang jelas dari budi kemanusiaan.
Sebuah hipotesis tentang teori bahasa yang didukung oleh Darwin (1809-
1882) menyatakan bahwa bahasa hakikatnya lisan dan terjadi secara evolusi,
yakni berawal dari pantomime-mulut di mana alat-alat suara seperti lidah, pita
suara, larynk, hidung, vocal cord dan sebagainya secara reflek berusaha meniru
gerakan-gerakan tangan dan menimbulkan suara. Suara-suara ini kemudian
dirangkai untuk menjadi ujaran (speech) yang punya makna. Masih menurut
Darwin kualitas bahasa manusia dibanding dengan suara binatang hanya berbeda
dalam tingkatannya saja. Artinya, perbedaan antara bahasa manusia dan suara
binatang itu sangat tipis, sampai-sampai ada sebagian yang berpendapat bahwa
binatang juga berbahasa
9
Berbicara mengenai hakikat bahasa Anderson (dalam Tarigan, 2015:2-3)
mengemukakan ada delapan prinsip dasar, yaitu: bahasa adalah suatu sistem,
bahasa adalah vokal (bunyi ujaran), bahasa tersususn dari lambang-lambang
mana suka (arbitary symbols), setiap bahasa bersifat unik dan bersifat khas,
bahasa dibangun dari kebiasaankebiasaan, bahasa adalah alat komunikasi, bahasa
berhubungan erat dengan budaya tempatnya berada, dan bahasa itu berubah-ubah
(Anderson, 1972:35-6).
Linguistik secara umum merupakan ilmu bahasa atau ilmu yang mengambil
bahasa sebagai objek kajiannya, terdiri atas beberapa cabang yaitu: fonologi,
morfologi, sintaksis, semantik dan pragmatik (Wijana dan Rohmadi, 2011:3). Jika
dikatakan bahwa linguistik adalah ilmu yang objek kajiannya adalah bahasa.
Sedangkan bahasa itu sendiri merupakan fenomena yang hadir dalam segala
aktivitas manusia.
B. FUNGSI-FUNGSI BAHASA
10
1. Sebagai alat menjalankan administrasi negara.
2. Sebagai alat merapatkan pelbagi suku menjadi satu bahasa.
3. Sebagai alat untuk menampung kebuda yaan baru nasional.
Umar Junus merumuskan fungsi bahasa Indonesia dalam bukunya "Sejarah
1. Fungsi Pemersatu.
Bagi orang yang mahir berbahasa Indonesia dengan baik dan benar.
Bahasa baku merupakan norma dan kaidah yang menjadi tolok ukur yang
disepakati bersama untuk menilai ketepatan penggunaan bahasa atau
ragam bahasa.
Dalam kehidupan sehari-hari bahasa memiliki fungsi yang penting bagi kita.
Jika tidak ada bahasa, maka kita akan sulit untuk berkomunikasi dengan sesama.
Fungsi yang paling mendasar dari bahasa adalah alat untuk menyampaikan
pikiran dan berinteraksi. Bagi ahli bahasa, konsep bahasa adalah alat yang
11
berfungsi untuk menyampaikan pikiran yang dianggap terlalu sempit.
A. Fungsi Personal
Dalam fungsi ini dilihat dari sudut pendengarnya. Dimana berguna untuk
mengatur tingkah laku pendengarnya atau membuat orang lain
melakukan sesuatu yang kita ucapkan.
C. Fungsi Fatik
Dalam fungsi ini bahasa memiliki arti yang sederhana yaitu menyatakan
pikiran kepada orang lain. Disini, bahasa berguna untuk membicarakan
peristiwa atau objek yang ada disekitar kita.
E. Fungsi Metalinguistik
12
suku dan budaya.
H. Sebagai identitas nasional Bahasa Indonesia merupakan bahasa sehari-
hari yang digunakan serta menjadi ciri khas untuk Negara Indonesia.
I. Fungsi umum sebagai alat komunikasi manusia.
13
Fungsi bahasa Indonesia dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu fungsi bahasa secara
umum dan secara khusus.
a. Fungsi Secara Umum :
14
3. Sebagai alat berintegrasi dan beradaptasi sosial
Peristiwa yang dialami manusia pada masa lampau dapat diketahui manusia
masa kini. Bahkan, pada masa yang akan datang dapat diprediksi apa yang
akan terjadi. Hal ini semua terwujud karena adanya bahasa sebagai perekam
segala kegiatan yang terjadi. Jadi, melalui bahasa kejadian tersebut menjadi
dokumen resmi yang dapat dibaca seseorang berpuluh-puluh tahun yang akan
datang. Melihat hal ini bahasa dapat pula berfungsi untuk menampung
kebudayaan manusia. Melalui bahasa, budaya suatu masyarakat dapat
bertahan dan berkelanjutan di masa yang akan datang. Akhirnya, apa yang
diciptakan oleh manusia masa lalu dan masa sekarang tetap dapat dirasakan
dan diketahui oleh generasi yang akan datang.
15
b. Fungsi Bahasa Secara Khusus :
Manusia adalah makhluk sosial yang tak terlepas dari hubungan komunikasi
dengan makhluk sosialnya. Komunikasi yang berlangsung dapat
menggunakan bahasa formal dan non formal.
4. Mengeksploitasi IPTEK.
Dengan jiwa dan sifat keingintahuan yang dimiliki manusia, serta akal dan
pikiran yang sudah diberikan Tuhan kepada manusia, maka manusia akan
selalu mengembangkan berbagai hal untuk mencapai kehidupan yang lebih
baik. Pengetahuan yang dimiliki oleh manusia akan selalu didokumentasikan
supaya manusia lainnya juga dapat mempergunakannya dan melestarikannya
demi kebaikan manusia itu sendiri.
16
c. Fungsi Bahasa dalam Kebudayaan
Bahasa merupakan bagian dari kebudayaan, bahkan bahasa sering juga
disebutkan sebagai faktor dominan dari kebudayaan. Kebudayaan dari sudut
pandang ilmu bahasa adalah :
1. Pengatur dan pengikat masyarakat penutur bahasa itu.
2. Butir-butir dan satuan-satuan yang diperoleh manusia pemakai bahasa
melalui jalur belajar atau pendidikan.
3. Pola kebiasaan dan perilaku manusia, dan
4. Suatu sistem komunikasi dalam masyarakat yang berperan dalam membentuk
dan memelihara kesatuan, kerja sama, dan kehidupan.
Jadi, bahasa tidak dapat dipisahkan dari kehidupan budaya manusia karena
antara bahasa dan budaya ada semacam hubungan timbal-balik atau kausalitas.
Bahasa merupakan salah satu hasil budaya, sedangkan budaya manusia banyak
pula dipengaruhi oleh bahasa.
Peran dan fungsi bahasa dalam masyarakat terdiri dari dua klasifikasi pokok,
yaitu:
17
c. Alat pemersatu antara berbagai suku bangsa dan kelompok etnis, dan
d. Alat perhubungan antara daerah dan kelompok penutur dari berbagai latar
belakang budaya. Dalam kritera fungsi bahasa seperti ini, terdapat ruang
lingkup bahasa sebagai alat komunikasi dalam area yang lebih luas.
18
b) Abad ke-15-awal abad XX (1920), Berfungsi sebagai :
1) Bahasa perhubungan/pergaulan lokal
2) Bahasa perdagangan
3) Bahasa sastra
4) Bahasa pemerintahan
5) Bahasa agama
19
13) Bahasa persatuan
14) Bahasa surat kabar dan media komunikasi
15) Bahasa pembangunan
16) Bahasa dokumentasi
17) Bahasa pertemuan ilmiah
Penting tidaknya suatu bahasa dapat juga didasari pada patokan sebagai berikut:
1. Jumlah penuturnya.
2. Luas penyebarannya.
3. Peranannya sebagai sarana ilmu, kesusastraan, dan ungkapan budaya lain yang
dianggap bernilai.
20
atas, generasi muda golongan warga negara yang berketurunan asing ada yang
tidak lagi merasa perlu menguasai bahasa leluhurnya. Anaknya akan dididik
dengan bahasa Indonesia atau bahasa daerah yang digunakan di lingkungannya.
Keempat, orangtua masa kini yang sama atau berbeda latar budayanya, ada yang
mengambil keputusan untuk menjadikan anaknya penutur asli bahasa Indonesia.
21
budaya. Oleh karena itu, bahasa tidak pernah lepas dari konteks budaya dan
keberadaannya selalu dibayangi oleh budaya.
Dalam interaksi sosial, kita tidak jarang menemukan bahwa apa yang kita
ucapkan atau kita sampaikan kepada lawan bicara tidak bisa dipahami dengan
baik. Kegagalan memahami pesan ini disebabkan beberapa faktor, antara lain:
beda usia, beda pendidikan, beda pengetahuan, dan lain-lain. Selain itu, faktor
budaya juga berhubungan dengan bahasa. Kata “kamu” dan “kau” misalnya,
diucapkan berbeda dalam konteks budaya berbeda. Sebutan “Bapak” di negara
yang menggunakan bahasa pengantarnya adalah bahasa Inggris tidak cenderung
digunakan. Masyarakat penutur bahasa Inggris akan langsung menggunakan
sebutan nama diri/nama orang kepada lawan bicara yang lebih tua sekalipun. Hal
yang wajar bagi masyarakat penutur bahasa Inggris ini tentu saja tabu jika dipakai
oleh penutur bahasa Melayu atau Indonesia. Bahkan, akan lebih tabu lagi jika
dipakai dalam masyarakat Aceh yang terkenal kental adat istiadatnya dalam
menghormati orang lebih tua. Contoh lainnya dalam bahasa Inggris adalah kata
“mati”. Bahasa Indonesia memiliki beberapa kata yang memiliki makna yang
sama dengan maksud kata “mati”, misalnya mampus, meninggal dunia, punah,
mangkat, wafat, tewas, lenyap, dsb., sedangkan dalam bahasa Inggris hanya ada
dua kata saja, yaitu die dan pass away.
22
Pemilihan kata-kata yang sesuai untuk kepentingan interaksi sosial
sangat tergantung pada budaya tempat bahasa itu digunakan. Ini ejalan dengan apa
yang dikemukan oleh Sumarjan & Partana (2002: 20) bahwa bahasa sering
dianggap sebagai produk sosial atau produk budaya, bahkan merupakan bagian
yang tak terpisahkan dari kebudayaan itu. Sebagai produk sosial atau budaya
tertentu, bahasa merupakan wadah aspirasi sosial, kegiatan dan perilaku
masyarakat, wadah penyingkapan budaya termasuk teknologi yang diciptakan
oleh masyarakat pemakai bahasa itu. Sosiolinguis melihat cermat hubungan
antara kode linguistik dan kebudayaan satu masyarakat seperti pada diagram
berikut ini.
Individu
A C
Kode Bahasa Masyarak
(symbolic (cultural
23
Ahli psikologi meminati hubungan (A) sedangkan seorang sosiolinguistik
melihat hubungan (B). Keduanya sama-sama melihat bagaimana terbentuknya dan
dipertahankannya atau terkendalikannya hubungan antara sistem konseptual
individu dengan sistem kultural masyarakat (C) lewat pendayagunaan bahasa.
Bahasa yang tidak dapat terlepas dari budaya juga dibuktikan oleh Blom
dan Gumperz (Sumarsono dan Partana, 2002:338). Berdasarkan penelitiannya
pada tahun 1972 terhadap sebuah guyup di Norwegia yang menggunakan
dialek lokal dan ragam regional bokmal (satu dari dua ragam baku bahasa
Norwegia) terbukti bahwa masyarakat pengguna dialek masing-masing itu
mengalami perbedaan penyampaian bahasa sebagai media komunikasi, terutama
saat sampai pada di mana dan tujuan komunikatif apa mereka menggunakan
bahasa tersebut. Ada bentuk-bentuk tertentu yang digunakan para penutur dari
kedua dialek berbeda itu dalam menandai inferensi (simpulan) tak langsung
terhadap komunikasinya, yang hanya dapat dipahami oleh penutur dari dialek
tersebut.
Mengapa hal ini bisa terjadi? Semua ini karena bahasa itu adalah produk
budaya dan sekaligus wadah penyampai kebudayaan dari masyarakat bahasa yang
24
bersangkutan. Dalam budaya masyarakat Inggris yang tidak mengenal nasi
sebagai makanan pokok, hanya ada kata rice untuk menyatakan nasi, beras, gabah,
dan padi. Oleh karena itu, kata rice pada konteks tertentu berarti nasi, pada
konteks lain berarti gabah, dan pada konteks lain lagi berarti beras atau padi. Lalu,
karena makan nasi bukan merupakan budaya Inggris, maka dalam bahasa Inggris
dan juga bahasa lain yang masyakatnya tidak berbudaya makan nasi, tidak ada
kata yang mengatakan lauk atau iwak (bahasa Jawa).
Contoh lain,dalam budaya Inggris pembedaan kata saudara (orang yang lahir
dari rahim yang sama) berdasarkan jenis kelamin: brother dan sister. Padahal
budaya Indonesia membedakan berdasarkan usia: yang lebih tua disebut kakak
dan yang lebih muda disebut adik. Oleh karena itu, brother dan sister dalam
bahasa Inggris bisa berarti kakak dan bisa juga berarti adik.
Pada dasarnya bahasa merupakan milik manusia. Bahasa memiliki fungsi dan
peran yang sangat penting bagi manusia. Di Indonesia, manusia mempergunakan
bahasa Indonesia sebagai wahana dalam berkomunikasi dalam kehidupan sehari-
hari. Kedudukan bahasa Indonesia kini semakin mantap sebagai sarana
komunikasi, baik dalam hubungan sosial maupun dalam hubungan formal. Bahasa
Indonesia harus bisa menjadi alat pengembangan kebudayaan bangsa Indonesia.
Oleh karena itu, pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia merupakan hal
yang penting dilakukan.
25
bahwa bahasa memberikan manusia memberikan identitasnya, untuk
menentukan posisinya di dalam dunia dan membentuk pandanganya tentang
dunianya.
1. Sikap yang meremehkan mutu yang membuat orang puas dengan hasil karya
yang asal jadi, kurang berkembangnya keinginan untuk menjaga nama dan
menjaga mutu.
2. Sikap yang menerabas yang membuat orang senang mencari jalan pintas,
serba menganggap masalah dapat diatur sehingga tujuan dapat dicapai dengan
cepat.
3. Sikap tidak ada harga diri yang membuat orang beranggapan bahwa produk
orang lain atau bangsa lain lebih bermutu dan berharga.
Tentu saja perbuatan sikap batin yang disebutkan tadi tidak bertujuan
memberikan gambaran lengkap tentang sikap batin orang Indonesia, seakan-akan
tidak ada sikap batin yang positif yang dimilikinya. Namun, karena sikap yang
positif bukan masalah, melainkan modal, maka pengembangan dan pembinaan
bahasa hanya akan berhasil jika didasari pengenalan tata nilai yang hidup di dalam
berbagai lapisan masyarakat, sikap orang terhadap bahasa yang akan
dikembangkan akan dibina, dan ganjaran yang dapat diberikan jika orang tersebut
mau menerima hasil koodifikasi dan menggunakan dalam hidupnya setiap hari.
Sebaliknya, apa sanksi dari pengembangan dan pembinaan itu? Pengembangan
yang mengikuti kaidah yang dibakukan atau yang dianggap baku merupakan
pemakaian dengan benar atau betul. Pemanfaatan ragam bahasa yang tepat dan
serasi menurut golongan penutur dan jenis situasi disebut pemakaian bahasa yang
baik atau tepat. Kita mungkin berbahasa yang tidak benar atau tidak tepat
penerapannya karena suasananya mensyaratkan ragam bahasa yang lain.
26
Sebaliknya, kita dapat menggunakan bahasa yang baik, artinya yang serasi
dengan situasi, tetapi yang tidak termasuk bahasa yang benar, yang betul, atau
yang baku.
Pemakaian bahasa dengan benar tidak selalu diperlukan dan untuk sementara
waktu hal itu sulit dicapai oleh golongan niraksarawan dan semiaksarawa. Yang
penting bukan kebiasaan kita selalu berbahasa dengan betul, melainkan
kemampuan kita menggunakan ragam itu, di samping berbagai ragam bahasa
yang tidak baku.
27
olehnya melalui penyesuainya pada kebudayaan materialnya atau teknologi,
pada struktur sosialnya, pada bahasa , dan pada cara berpikirnya.
Bahasa sebagai suatu sistem komunikasi adalah suatu bagian atau suatu sistem
dari sistem kebudayaan. Malah, bagian ini yang inti dan terpenting dari
kebudayaan. Bahasa terlibat dalam semua aspek kebudayaan, paling sedikit
dengan cara mempunyai nama atau istilah bagi unsur-unsur dari semua aspek
kebudayaan itu. Lebih penting dari itu, kebudayaan manusia tidak akan dapat
terjadi tanpa bahasa; bahasalah faktor yang memungkinkan terbentuknya
kebudayaan. Ini dapat kita mengerti jika bayangkan sejenak bagaimana mungkin
kita memperkembangkan unsur-unsur kebudayaan, seperti pakaian, rumah,
lembaga pemerintahan, lembaga perkawinan, hukum, dan sebagainya tanpa
bahasa. Jadi, bahasa adalah sine qua non (yang mesti ada) bagi kebudayaan dan
masyarakat Indonesia.
Hubungan lain dari bahasa dengan kebudayaan ialah bahwa bahasa sebagai
sistem komunikasi mempunyai makna hanya dalam kebudayaan yang menjadi
wadahnya. Penting bagi guru-guru bahasa mengetahui bahwa suatu bahasa berada
dalam suatu kebudayaan tertentu sehingga mengerti bila suatu bahasa tertentu
memerlukan sedikit banyak pengertian tentang kebudayaannya. Ini tidak berarti
bahwa suatu bahasa harus menjadi bagian dari suatu kebudayaan tertentu karena
mungkin saja menggunakan suatu bahasa dalam dua atau lebih kebudayaannya.
Umpamanya, bahasa Spanyol adalah bahasa di Spanyol, Meksiko, dan negara
Amerika Latin yang lain; bahasa Arab dipakai di Iran dan Moroko; bahasa Inggris
dipakai di Amerika Serikat dan Inggris. Memang ada persamaan antara negara-
negara yang disebut di atas, tetapi kebudayaan masing-masing sebagai
keseluruhan adalah kebudayaan berlainan.
28
dikeluarkan penulis asing menyebut kota Jakarta sebagai suatu big village akan
hilang artinya jika diterjemahkan dengan desa yang besar.
Hal ini membawa kita kepada hubungan lain antara bahasa dan kebudayaan,
yaitu bahwa kunci bagi pengertian yang mendalam atas suatu kebudayaan ialah
melalui bahasanya. Semuanya yang dibicarakan dalam suatu bahasa,
terkecuali ilmu pengetahuan yang kita anggap universal adalah tentang hal-
hal yang ada dalam kebudayaan bahasa itu. Oleh karena itu, maka perlu
mempelajari suatu bahasa jika kita ingin mendalami kebudayaan atau
masyarakat dari bahasa itu. Inilah latar belakang pemikiran dari pengkajian
bahasa, khususnya variasi penggunaan bahasa, oleh ahli-ahli ilmu-ilmu sosial
yang mereka sebut „sosiologi bahasa‟. Tujuan mereka dalam mengkaji bahasa
ialah untuk mengerti lebih mendalam pola dan nilai-nilai suatu masyarakat;
bahasa dianggap ciri yang paling kuat kepribadian sosial seseorang (Lindgren,
1973:314). Bandingkanlah dalam hal ini penggunaan nama “sosialinguistik” oleh
ahli-ahli bahasa yang bertujuan memperoleh pengertian yang lebih mendalam
tentang penggunaan bahasa. Jadi, walaupun masalah atau topik yang dikaji
sama, titik tolak dan tujuan pengkajian itu berbeda; sosiologi bahasa bertolak
dari pengetahuan tentang masyarakat dan menggunakan pengkajian penggunaan
dan variasi bahasa untuk memperkuat pengetahuan tentang masyarakat
itu, sedangkan sosialinguistik bertolak dari pengetahuan tentang bahasa
dan menggunakan pengkajian faktor-faktor sosial dari penggunaan dan variasi
bahasa itu untuk memperdalam pengetahuan tentang bahasa itu. Dalam
pengajaran bahasa, hasil-hasil pengkajian yang kedua inilah yang lebih relevan.
Ada dua macam hubungan antara bahasa dan kebudayaan, yaitu (1) bahwa
bahasa adalah bagian dari kebudayaan, dan (2) bahwa seseorang belajar
kebudayaan melalui bahasanya (Nababan, 1991:52). Kedua hubungan ini disebut
hubungan filogenetik (yang pertama) dan hubungan ontogenetik (yang kedua).
Kedua macam hubungan ini perlu kita perhitungkan dalam pengajaran bahasa,
khususnya dala pembuatan dan penyajian bahan pelajaran. Kedua hubungan ini
dapat digambarkan dengan gambar di bawah ini.
29
(Sistemik)
Kebudayaan Bahasa
Ontogenik
(Belajar)
Agar suatu kebudayaan nasional dapat didukung oleh sebagian besar warga
suatu negara, maka syarat mutlaknya adalah kebudayaan nasional tersebut
dibanggakan oleh warga negara yang mendukungnya. Hal itu perlu, karena
kebudaayaan nasional harus dapat memberi identitas kepada warga negara tadi.
Sifat khas suatu kebudayaan memang hanya bisa dimanifestasikan dalam
beberapa unsur yang terbatas dalam suatu kebudayaan, yaitu dalam bahasanya,
keseniannya, dan dalam adat istiadat upacaranya. Sulit untuk menonjolkan sifat
khas yang memberi identitas dalam sistem teknologi, ekonomi, sistem
kemasyarakatan, serta dalam ilmu pengetahuan.
30
oleh kebijaksanaan nasional di dalam bidang kebahasaan sebagai fungsi dan
kedudukan bahasa Indonesia. Setiap bangsa pada hakikatnya memerlukan bahasa
nasional, yaitu bahasa yang dapat mengomunikasikan seluruh bangsa. Tetapi
dalam kenyataanya tidak semua bangsa memiliki bahasa semacam itu. Oleh sebab
itu, dimilikinya satu bahasa nasional oleh suatu bangsa merupakan suatu hal yang
tiada ternilai harganya.
Adanya bahasa Melayu yang dipakai sebagai lingua franca ini pun tidak akan
mengurangi fungsi bahasa daerah. Bahasa daerah tetap dipakai dalam situasi
kedaerahan dan tetap berkembang. Kesadaran masyarakat yang semacam
31
itulah, khususnya pemuda-pemuda yang mendukung lancarnya inspirasi
tersebut. "Hasil Perumusan Seminar Politik Bahasa Nasional" yang
diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 25-28 Februari 1975.
32
suku, budaya dan bahasa di Nusantara, tanpa harus menghilangkan
indentitas kesukuan dan kesetiaan kepada nilai- nilai social budaya serta
latar belakang bahasa daerah yang bersangkutan. Lebih dari itu, dengan
bahasa nasional itu masyarakat dapat meletakkan kepentingan nasional jauh
di atas kepentinggan daerah atau golongan.
Fungsi ini sebelumnya sudah ditegaskan di dalam butir ketiga Ikrar Sumpah
Pemuda 1928 yang berbunyi “Kami putra dan putri Indonesia menjunjung
bahasa persatuan, bahasa Indonesia”. Kata “menjunjung” dalam KBBI
berarti memuliakan, menghargai, dan menaati. Ikrar ketiga dalam Sumpah
Pemuda tersebut menegaskan bahwa para pemuda bertekad untuk
memuliakan bahasa persatuan, yaitu bahasa Indonesia. Kedudukan bahasa
Indonesia sebagai bahasa negara dikukuhkan sehari setelah kemerdekaan RI
atau seiring dengan diberlakukannya Undang-Undang Dasar 1945. Bab XV
Pasal 36 dalam UUD 1945 menegaskan bahwa bahasa negara ialah bahasa
Indonesia. Tanggal 28 Oktober 1928, pada hari “Sumpah Pemuda” lebih
tepatnya.
Dinyatakan Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional memiliki
fungsi- fungsi sebagai berikut :
- Bahasa Indonesia sebagai Identitas Nasional.
- Bahasa Indonesia sebagai Kebanggaan Bangsa.
- Bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi
- Bahasa Indonesia sebagai Pemersatu Bangsa yang berbeda Suku, Agama,
Ras, Adat Istiadat, dan Budaya.
2. Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Negara
Pada awalnya yaitu pada zaman penjajahan Belanda, bahasa yang digunakan
untuk bahasa negara adalah bahasa melayu. Selain itu, bahasa melayu
merupakan bahasa negara (resmi) kedua yang dipakai untuk golongan-
golongan rendah. Bahasa Indonesia belum bisa tersebar bebas pada saat itu.
Hanya segelintir orang yang berjiwa nasionalis yang menggunakan Bahasa
Indonesia.
33
Indonesia menjadi bahasa negara. Hal ini tercantum dalam UUD 1945, Bab
XV, pasal 36. Pengangkatan Bahasa Indonesia menjadi bahasa negara
bukanlah hal mudah, banyak hal yang harus dipertimbangkan. Karena bila
terjadi kesalahan dapat berakibat ketidak-stabilan suatu negara. Dalam "Hasil
Perumusan Seminar Politik Bahasa Nasional" yang diselenggarakan di Jakarta
tanggal 25 sampai dengan 28 Febuari 1975.
34
bukan saja sebagai alat perhubungan antar daerah, dan antar suku,
melainkan juga sebagai alat perhubungan di dalam masyarakat yang sama
latar belakang sosial budaya dan bahasanya.
d. Alat Pengembangan Kebudayaan, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Di dalam hubungan ini, fungsi bahasa Indonesia adalah satu-satunya alat
yang memungkinkan masyarakat membina dan mengembangkan
kebudayaan nasional sedemikian rupa sehingga bahasa Indonesia memiliki
ciri-ciri dan identitasnya sendiri, yang membedakannya dengan
kebudayaan.
35
36
BAB II
BAHASA INDONESIA
1. Sejarah Bahasa
37
Alasan kedua, mengapa bahasa Melayu lebih berterima dari pada bahasa
Jawa, tidak hanya secara fonetis dan morfologis tetapi juga secara reksikal,
seperti diketahui, bahasa Jawa mempunyai beribu-ribu morfen leksikal dan
bahkan beberapa yang bersifat gramatikal. Faktor yang paling penting adalah
juga kenyataannya bahwa Bahasa Melayu mempunyai sejarah yang panjang
sebagai lingua franca.
Dari sumber-sumber China kuno dan kemudian juga dari sumber Persia dan
Arab, kita ketahui bahwa kerajaan Sriwijaya di Sumatera Timur paling tidak
sejak abad ke -7 merupakan pusat internasional pembelajaran agama Budha serta
sebuah negara yang maju yang perdagangannya didasarkan pada perdagangan
antara Cina, India dan pulau-pulau di Asia Tenggara. Bahasa Melayu mulai
dipakai dikawasan Asia Tenggara sejak Abad ke-7. bukti-bukti yang
menyatakan itu adalah dengan ditemukannya prasasti di Kedukan Bukit
karangka tahun 683 M (Palembang), Talang Tuwo berangka tahun 684 M
(Palembang), Kota Kapur berangka tahun 686 M (Bukit Barat), Karang Birahi
berangka tahun 688 M (Jambi) prasasti-prasasti itu bertuliskan huruf pranagari
berbahasa Melayu kuno.
Bahasa Melayu kuno itu hanya dipakai pada zaman Sriwijaya saja karena di
Jawa Tengah (Banda Suli) juga ditemukan prasasti berangka tahun 832 M dan di
Bogor ditemukan prasasti berangka tahun 942 M yang juga menggunakan
bahasa Melayu kuno.
38
adalah bahasa perhubungan(lingua franca) di kepulauan Nusantara, yaitu bahasa
Melayu. Perkembangan dan pertumbuhan bahasa Melayu tampak makin jelas
dari, peninggalan-peninggalan kerajaan Islam, baik yang berupa batu tertulis,
seperti tulisan pada batu nisan di Minye Tujah, Aceh, berangka tahun 1380 M,
maupun hasil-hasil susastra (abad ke-16 dan ke-17), seperti syair Hamzah
Fansuri, hikayat raja-raja Pasai, sejarah Melayu, Tajussalatin dan
Bustanussalatin. Bahasa Melayu menyebar ke pelosok Nusantara bersama
dengan menyebarnya agama Islam di wilayah Nusantara bahasa Melayu mudah
diterima oleh masyarakat Nusantara sebagai bahasa perhubungan antara pulau,
antara suku, antara pedagang, antar bangsa, dan antar kerajaan karena bahasa
Melayu tidak mengenal tutur.
Pada tahun 1928 bahasa Melayu mengalami perkembangan yang luar biasa.
Pada tahun tersebut para tokoh pemuda dari berbagai latar belakang suku dan
kebudayaan menetapkan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan Indonesia,
keputusan ini dicetuskan melalui sumpah pemuda. Dan baru setelah
kemerdekaan Indonesia tepatnya pada tanggal 18 Agustus Bahasa Indonesia
diakui secara Yuridis.
Bentuk yang lebih resmi, disebut Melayu Tinggi yang pada masa lalu
digunakan oleh kalangan keluarga kerajaan di sekitar Sumatera, Jawa, dan
Semenanjung Malaya. Bentuk bahasa ini lebih sulit karena penggunaannya
sangat halus, penuh sindiran, dan tidak seekspresif bahasa Melayu Pasar.
39
dengan mempromosikan bahasa Melayu Tinggi, diantaranya dengan penerbitan
karya sastra dalam Bahasa Melayu Tinggi oleh Balai Pustaka. Tetapi Bahasa
Melayu Pasar sudah digunakan oleh banyak pedagang dalam berkomunikasi.
Menurut Bung Hatta, pada umumnya Adolf Bastian, seorang ahli etnologi
asal Jerman, disebut-sebut sebagai pencetus nama Indonesia, yakni Indonesie.
40
Keterangan ini diperolehnya dari pidato Prof Dr GA Wilken saat menerima
gelar guru besar pada 1885 di Universitas Leiden. Dalam kata-kata Wilken,
Bastian adalah seorang "raja sarjana-sarjana ilmu bangsa-bangsa (etnologi --
Red)."
41
Hatta menggarisbawahi, GW Earl menggunakan sebutan Indunesians
dan Malayunesians untuk merujuk pada penduduk Kepulauan Nusantara.
Sementara itu, Logan menggunakan istilah Indunesians (atau Indonesia)
sebagai suatu pengertian geografis murni, yakni menunjuk pada kepulauan
tersebut.
Para ilmuwan sejak Adolf Bastian hingga H Kern, menurut Elson, kerap
memakaiistilah Indonesia, tetapi bukan dalam pengertian politis. Orang-orang
42
Pribumi terpelajar-lah yang menjadikan istilah Indonesia tak hanya sebagai
identitas, tetapi juga alat perjuangan melawan kolonialisme.
“Bagi kami orang Indonesia, nama Indonesia mempunyai arti politik dan
menyatakan suatu tujuan politik. Dalam arti politik, karena ia mengandung
tuntutan kemerdekaan, bukan kemerdekaan Hindia-Belanda, melainkan
kemerdekaan Indonesia Bagi kami Indonesia menyatakan suatu tujuan
politik, karena ia melambangkan dan mencita-citakan suatu Tanah Air di masa
43
depan dan untuk mewujudkannya tiap orang Indonesia akan berusaha
dengan segala tenaga dan kemampuannya”.
Bahasa Indonesia secara resmi diakui sebagai bahasa nasional pada saat
Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928. Penggunaan bahasa Melayu
sebagai bahasa nasional merupakan usulan dari Muhammad Yamin, seorang
politikus, sastrawan, dan ahli sejarah. Dalam pidatonya pada Kongres
Nasional kedua di Jakarta, Yamin mengatakan bahwa : “Jika mengacu pada
masa depan bahasa-bahasa yang ada di Indonesia dan kesusastraannya, hanya
ada dua bahasa yang bisa diharapkanmenjadi bahasa persatuan yaitu bahasa
Jawa dan Melayu. Tapi dari dua bahasa itu, bahasa Melayulah yang lambat
laun akan menjadi bahasa pergaulan atau bahasa persatuan.
44
lainnyasehingga tidak dianggap sebagai bahasa asing.
d. Bahasa Melayu bersifat sederhana, tidak mengenal tingkat-tingkat
bahasa sehingga mudah dipelajari. Berbeda dengan bahasa Jawa,
Sunda, Madura yang mengenal tingkat-tingkat bahasa.
e. Bahasa melayu mampu mengatasi perbedaan-perbedaan bahasa
antarpenutur yang berasal dari berbagai daerah. Dipilihnya bahasa
Melayu menjadi bahasa persatuan tidak menimbulkan perasaan kalah
terhadapgolongan yang lebih kuat dan tidak ada persaingan antarbahasa
daerah.
45
Kedua prasasti di pulau Jawa itu memperkuat pula dugaan bahwa
bahasa Melayu Kuno pada saat itu bukan saja dipakai di Sumatra,
melainkan juga dipakai di Jawa. Penelitian linguistik terhadap sejumlah
teks menunjukkan bahwa paling sedikit terdapat dua dialek bahasa
Melayu Kuno yang digunakan pada masa yang berdekatan.
46
7. Proses Pengesahan Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Persatuan
Pada 16 Juni 1927, saat sidang Volksraad (Rapat Dewan Rakyat), Jahja
Datoek Kajo pertama kalinya menggunakan bahasa Indonesia dalam
pidatonya. Di sinilah bahasa Indonesia mulai berkembang. Pada 28 Oktober
1928, Muhammad Yamin mengusulkan bahasa Melayu sebagai bahasa
nasional dalam pidatonya pada Kongres Nasional kedua. Bahasa Indonesia
secara resmi diakui sebagai “bahasa persatuan bangsa” pada saat Sumpah
Pemuda.
47
Tiga tahun kemudian, Sutan Takdir Alisyahbana menyusun “Tata bahasa
Baru Bahasa Indonesia”. Pada tanggal 25-28 Juni 1938 dilangsungkan
Kongres Bahasa Indonesia I di Solo. Kongres tersebut menghasilkan bahwa
usaha pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia telah dilakukan secara
sadar oleh cendekiawan dan budayawan Indonesia saat itu.
a) Tahun 1801 disusunlah ejaan resmi bahasa Melayu oleh Ch. A. Van
Ophuijsen yang dibantu oleh Nawawi Soetan Ma‟moer dan
Moehammad Taib Soetan Ibrahim. Ejaan ini dimuat dalam Kitab Logat
Melayu.
b) Tahun 1908 pemerintah kolonial mendirikan sebuah badan penerbit
buku- buku bacaan yang diberi nama Commissie Voor de Volkslectuur
(Taman Bacaan Rakyat), yang kemudian pada tahun 1917 diubah
menjadi Balai Pustaka. Badan penerbit ini menerbitkan novel-novel,
seperti Siti Nurbaya dan Salah Asuhan, buku-buku penuntun bercocok
tanam, penuntun memelihara kesehatan, yang tidak sedikit membantu
penyebaran bahasa Melayu di kalangan masyarakat
c) Tanggal 16 Juni 1927 Jahja Datoek Kayo menggunakan bahasa
Indonesia dalam pidatonya. Hal ini untuk pertamakalinya dalam sidang
Volksraad (dewan rakyat), seseorang berpidato menggunakan bahasa
Indonesia.
d) Tanggal 28 Oktober 1928 secara resmi pengokohan bahasa Indonesia
menjadi bahasa persatuan.
e) Tahun 1933 berdiri sebuah angkatan sastrawan muda yang menamakan
48
dirinya sebagai Pujangga Baru yang dipimpin oleh Sutan Takdir
Alisyahbana.
f) Tahun 1936 Sutan Takdir Alisyahbana menyusun Tatabahasa Baru
BahasaIndonesia.
g) Tanggal 25-28 Juni 1938 dilangsungkan Kongres Bahasa Indonesia I
di Solo. Dari hasil kongres itu dapat disimpulkan bahwa usaha
pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia telah dilakukan
secara sadar oleh cendekiawan dan budayawan Indonesia saat itu.
h) Tanggal 18 Agustus 1945 ditandatanganilah Undang-Undang Dasar
1945, yang salah satu pasalnya (Pasal 36) menetapkan bahasa
Indonesia sebagai bahasa negara.
i) Tanggal 19 Maret 1947 diresmikan penggunaan ejaan Republik (ejaan
soewandi) sebagai pengganti ejaan Van Ophuijsen yang berlaku
sebelumnya.
j) Tanggal 28 Oktober – 2 November 1954 diselenggarakan Kongres
Bahasa Indonesia II di Medan. Kongres ini merupakan perwujudan
tekad bangsa Indonesia untuk terus-menerus menyempurnakan bahasa
Indonesia yang diangkat sebagai bahasa kebangsaan dan ditetapkan
sebagai bahasa negara.
k) Tanggal 16 Agustus 1972 H. M. Soeharto, Presiden Republik
Indonesia, meresmikan penggunaan Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan (EYD) melalui pidato kenegaraan di hadapan sidang
DPR yang dikuatkan pula dengan Keputusan Presiden No. 57 tahun
1972.
l) Tanggal 31 Agustus 1972 Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
menetapkan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah resmi
berlaku di seluruh wilayah Indonesia (Wawasan Nusantara).
m) Tanggal 28 Oktober – 2 November 1978 diselenggarakan Kongres
Bahasa Indonesia III di Jakarta. Kongres yang diadakan dalam rangka
memperingati Sumpah Pemuda yang ke-50 ini selain memperlihatkan
kemajuan, pertumbuhan, dan perkembangan bahasa Indonesia sejak
49
tahun 1928, juga berusaha memantapkan kedudukan dan fungsi
bahasa Indonesia.
n) Tanggal 21 – 26 November 1983 diselenggarakan Kongres Bahasa
Indonesia IV di Jakarta. Kongres ini diselenggarakan dalam rangka
memperingati hari Sumpah Pemuda yang ke-55. Dalam putusannya
disebutkan bahwa pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia
harus lebih ditingkatkan sehingga amanat yang tercantum di dalam
Garis-Garis Besar Haluan Negara, yang mewajibkan kepada semua
warga negara Indonesia untuk menggunakan bahasa Indonesia dengan
baik dan benar, dapat tercapai semaksimal mungkin.
o) Tanggal 28 Oktober – 3 November 1988 diselenggarakan Kongres
Bahasa Indonesia V di Jakarta. Kongres ini dihadiri oleh kira-kira
tujuh ratus pakar bahasa Indonesia dari seluruh Indonesia dan peserta
tamu dari negara sahabat seperti Brunei Darussalam, Malaysia,
Singapura, Belanda, Jerman, dan Australia. Kongres itu ditandatangani
dengan dipersembahkannya karya besar Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa kepada pencinta bahasa di Nusantara, yakni
Kamus Besar Bahasa Indonesia dan Tata Bahasa Baku Bahasa
Indonesia.
p) Tanggal 28 Oktober – 2 November 1993 diselenggarakan Kongres
Bahasa Indonesia VI di Jakarta. Pesertanya sebanyak 770 pakar bahasa
dari Indonesia dan 53 peserta tamu dari mancanegara meliputi
Australia, Brunei Darussalam, Jerman, Hongkong, India, Italia,
Jepang, Rusia, Singapura, Korea Selatan, dan Amerika Serikat.
Kongres mengusulkan agar Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa ditingkatkan statusnya menjadi Lembaga Bahasa Indonesia,
serta mengusulkan disusunnya Undang-Undang Bahasa Indonesia.
q) Tanggal 26-30 Oktober 1998 diselenggarakan Kongres Bahasa
Indonesia VII di Hotel Indonesia, Jakarta. Kongres itu mengusulkan
dibentuknya Badan Pertimbangan Bahasa.
50
Peristiwa-peristiwa yang mempengaruhi perkermbangan bahasa
Indonesia:
1) Budi Otomo.
2) Sarikat Islam.
Sarikat Islam berdiri pada tahun 1912. mula-mula partai ini hanya
bergerak dibidang perdagangan, namun bergerak dibidang sosial dan
politik jga. Sejak berdirinya, Sarikat Islam yang bersifat non
kooperatif dengan pemerintah Belanda dibidang politik tidak perna
mempergunakan bahasa Belanda. Bahasa yang mereka pergunakan
ialah bahasa Indonesia.
3) Balai Pustaka.
Dipimpin oleh Dr. G.A.J. Hazue pada tahu 1908 balai pustaku ini
didirikan. Mulanya badan ini bernama Commissie Voor De
Volkslectuur, pada tahun 1917 namanya berubah menjadi balai
pustaka. Selain menerbitkan buku-buku, balai pustaka juga
menerbitkan majalah.
51
1. Memberikan kesempatan kepada pengarang-pengarang bangsa
Indonesia untuk menulis cerita ciptanya dalam bahasa Melayu.
2. Memberikan kesempatan kepada rakyat Indonesia untuk membaca
hasil ciptaan bangsanya sendiri dalam bahasa Melayu.
3. Menciptakan hubungan antara sastrawan dengan masyarakat sebab
melalui karangannya sastrawan melukiskan hal-hal yang dialami oleh
bangsanya dan hal-hal yang menjadi cita-cita bangsanya.
52
Ketiga : Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa
persatuan,bahasa Indonesia.
Pada ketiga ikrar tersebut terdapat perbedaan antara ikrar ketiga dengan
ikrar pertama dan kedua yaitu pada kata mengaku dan menjunjung. Ikrar
pertama dan kedua menyatakan “mengaku bertumpah darah yang satu dan
mengaku berbangsa yang satu”. Artinya, tanah air dan bangsa kami hanya satu
yaitu Indonesia. Berbeda dengan “menjunjung bahasa persatuan, bahasa
Indonesia”. Ikrar ini menunjukkan bahwa bahasa Indonesia merupakan bahasa
yang digunakan dalam mempersatukan bangsa Indonesia.
Sehubungan dengan hal yang terakhir itu, kita wajib bersyukur atas
kerelaan mereka membelakangkan bahasa ibunya demi cita-cita yang lebih
tinggi, yakni cita-cita nasional. Tiga bulan menjelang Sumpah Pemuda,
tepatnya 15 Agustus 1926, Soekarno dalam pidatonya menyatakan bahwa
perbedaan bahasa di antara suku bangsa Indonesia tidak akan menghalangi
persatuan, tetapi makin luas bahasa Melayu (bahasa Indonesia) itu tersebar,
makin cepat kemerdekaan Indonesia terwujud.
Pada zaman Belanda ketika Dewan Rakyat dibentuk, yakni pada 18 Mei
1918 bahasa Melayu memperoleh pengakuan sebagai bahasa resmi kedua di
samping bahasa Belanda yang berkedudukan sebagai bahasa resmi pertama di
dalam sidang Dewan rakyat. Sayangnya, anggota bumiputra tidak banyak yang
memanfaatkannya.
53
penjajah.
Pada tahun 1942 Jepang menduduki Indonesia dan Jepang tidak dapat
menggunakan bahasa lain selain bahasanya sendiri. Bahasa Belanda jatuh dari
kedudukannya sebagai bahasa resmi. Bahkan, dilarang untuk digunakan. Jepang
mengajarkan bahasa Jepang kepada orang Indonesia dan bermaksud
menggunakan bahasa Jepang sebagai pengganti bahasa Belanda untuk
digunakan oleh orang Indonesia. Akan tetapi, usaha itu tidak dapat dilakukan
secara cepat seperti waktu dia menduduki Indonesia. Karena itu, untuk
sementara Jepang memilih jalan yang praktis yaitu memakai Indonesia yang
sudah tersebar di seluruh kepulauan Indonesia. Satu hal yang perlu dicatat
bahwa selama zaman pendudukan Jepang 1942-1945 bahasa Indonesia dipakai
sebagai bahasa pengantar di semua tingkat pendidikan.
Demikianlah, Jepang terpaksa harus menumbuhkan dan mengembangkan
bahasa Indonesia secepat-cepatnya agar pemerintahannya dapat berjalan
dengan lancar. Bagi orang Indonesia hal itu merupakan keuntungan besar
terutama bagi para pemimpin pergerakan kemerdekaan. Dalam waktu yang
pendek dan mendesak mereka harus beralih dari bahasa Belanda ke Bahasa
Indonesia. Selain itu, semua pegawai negeri dan masyarakat luas yang belum
paham akan bahasa Indonesia, secara cepat dapat memahami bahasa Indonesia.
Waktu Jepang menyerah, tampak bahwa bahasa Indonesia sebagai
bahasa persatuan makin kuat kedudukannya. Berkaitan dengan hal di atas,
semua peristiwa tersebut menyadarkan kita tentang arti bahasa nasional.
Bahasa nasional identik dengan bahasa nasional yang didasari oleh
nasionalisme, tekad, dan semangat kebangsaan. Bahasa nasional dapat terjadi
meskipun eksistensi negara secara formal belum terwujud. Sejarah bahasa
Indonesia berjalan terus seiring dengan sejarah bangsa pemiliknya.
54
mengalami beberapa kali perubahan. Perubahan-perubahan yang terjadi
mempunyai tujuan untuk penyempurnaan. Setelah diresmikannya bahasa
Melayu oleh van Ohuijsen, yang kemudian berkembang menjadi bahasa
Indonesia hingga ditetapkan sebagai bahasa persatuan, muncul ejaan-ejaan
baru, yakni sebagai berikut.
A. Ejaan Republik
Beberapa perbedaan yang tampak dalam Ejaan Republik dengan Ejaan van
Ophusyen dapat diperhatikan dalam uraian di bawah ini.
b. Bunyi hamzah („) dalam Ejaan van Ophusyen diganti dengank dalam
EjaanRepublik.
e. Tanda trema („) dalam Ejaan van Ophusyen dihilangkan dalam Ejaan
Republik.
Agar perbedaan ke dua ejaan itu menjadi lebih jelas, di bawah ini diberikan
beberapa contoh :
55
Ejaan van Ophusyen Ejaan Republik
oemoer umur
koeboer kubur
ma‟loem maklum
B. Ejaan Pembaharuan
Pada tahun 1957 panitia itu berhasil merumuskan patokan- patokan ejaan
baru. Akan tetapi, hasil kerja panitia tersebut tidak pernah diumumkan secara
resmi sehingga ejaan itu pun belum pernah diberlakukan.
Salah satu hal yang menarik dalam konsep Ejaan Pembaharuan ialah
disederhanakannya huruf-huruf yang berupa gabungan konsonan dengan
huruf tunggal. Hal itu, antara lain tampak dalam contoh di bawah ini.
a) Gabungan konsonan dj diubah menjadi j
f) Kecuali itu, gabungan vokal ai, au, dan oi, atau yang lazim disebut
Diftong
56
Ditulis berdasarkan pelafalannya yaitu menjadi ay, aw, dan oy.
Misalnya:
EYD Ejaan Pembaharuan
Santai Santay
Gulai Gulay
Harimau Harimaw
Kalau Kalaw
Amboi Amboy
C. Ejaan Melindo
Ejaan Baru pada dasarnya merupakan lanjutan dari usaha yang telah
57
dirintis oleh panitia Ejaan Malindo. Para pelaksananya pun di samping terdiri
atas panitia Ejaan LBK, dan juga panitia ejaan dari Malaysia. Panitia itu
berhasil merumuskan suatu konsep ejaan yang kemudian diberi nama Ejaan
Baru. Panitia itu bekerja atas Dasar Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan, No. 062/67, 19 September 1967.
Perubahan yang terdapat pada Ejaan Baru atau Ejaan LBK, yakni sebagai berikut.
Misalnya :
Remaja Remadja
jalan djalan
perjaka perdjaka
Caka tjakap
baca batja
Cipta tjipta
sunyi sunji
nyala njala
bunyi bunji
58
d. Gabungan konsonan sj diubah menjadi sy.
Misalnya:
syarat sjarat
isyarat isjarat
syukur sjukur
takhta tachta
makhluk machIuk
ikhlas ichlas
59
a) Perubahan Huruf
Djika Jika
Tjakap Cakap
Njata nyata
Sjarat syarat
Achir akhir
Supaja supaya
Misalnya:
khilaf
fisik
valuta
universitas
zakat
60
d) Kata ulang ditulis penuh dengan mengulang unsur-unsurnya.
Angkadua tidakdigunakan sebagai penanda perulangan:
Misalnya: anak-anak, bukan anak2
bersalam-salaman, bukan bersalam2an
Zaman terus berubah, teknologi terus berkembang, dan bahasa pun terus
menyesuaikan perubahan. Masyarakat yang kritis terns mendesak Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa untuk segera merevisi pedoman EYD
sehingga muncul PU EBI sebagai bentuk jawaban atas kritikan yang diterima.
Dalam hal ini, EBI dibentuk atas dasar EYD sebelumnya, hanya saja pada EBI
terdapat penambahan - penambahan aturan dalam penulisan. Perbedaan Ejaan
Bahasa Indonesia dengan Ejaan yang Disempurnakan yang dapat terlihat adalah
sebagai berikut.
1. Penambahan huruf vokal diftong. Pada EYD, huruf diftong hanya tiga yaitu
61
ai, au, dan oi, sedangkan pada EBI, huruf diftong ditambah satu, yaitu ei
(misalnya pada kata geiser dan survei).
2. Penggunaan huruf kapital. Pada EYD tidak diatur bahwa huruf kapital
digunakan untuk menulis unsur julukan, sedangkan dalam EBI, unsur julukan
diatur dan ditulis dengan awal huruf kapital.
3. Penggunaan huruf tebal. Dalam EYD, fungsi huruf tebal ada tiga, yaitu
menuliskan judul buku, bab, dan semacamnya, mengkhususkan huruf, serta
menulis lema atau sublema dalam kamus. Dalam EBI, fungsi ketiga
dihapus.
62
63
BAB III
B. SEJARAH BAHASA
Berbicara tentang asal usul bahasa, kita berhadapan dengan suatu aspek
kajian yang paling banyak dipertentangkan. Bagaimana sesungguhnya asal-
usul bahasa, belum ada yang memuaskan. Karena itu, di antara para
penyelidik tentang genealogi keberbahasaan manusia, masih sulit untuk
dicapai kesepakatan tunggal yang bersifat final. Begitu muncul pertanyaan
"Bagaimana Mulanya bahasa itu Lahir?". Kita Akan bersinggungan dengan
banyak teori yang saling kontradiktif. Masing-masing teori mencoba
menjelaskan secara spesifīk tentang asal bahasa. Beberapa teori dan pendapat
itu memilih jawaban yang beragam. Ada yang cukup ilmiah dan rasional, ada
pula yang terkesan lucu, bahkan kadang terasa aneh dan tak masuk akal.
64
Bahkan karena terlalu sulitnya sumber-sumber yang bisa menjelaskan
secara akurat tentang asal-usul bahasa, pada tahun 1866 masyarakat linguis
Perancis sempat melarang mendiskusikan subjek tersebut, karena hal itu
dianggap hanya spekulasi yang sama sekali tidak berarti. Membicarakan asal
bahasa, menurut mereka sebuah pertentangan yang sia-sia.
Konon di Surga Tuhan berdialog dengan Nabi Adam. Sebelum abad ke-18
teori - teori asal bahasa yang semacam ini dikategorikan sebagai divine origin
(berdasarkan kepercayaan), menurut teori ini, manusia mempunyai
kemampuan instıng yang Istimewa untuk mengeluarkan eksperi ujaran untuk
setiap kesan yang ditemuinya sebagai stimulus dari luar. Kesan yang diterima
lewat indra, bagaikan pukulan pada bel hingga mengeluarkan ucapan yang
sesuai. Tapi teori ini menyuguhkan suatu kesangsian ketika menemukan fakta
bahwa ternyata bahasa manusia itu beragam, jika bahasa memang terbentuk
secara natural.
Selain itu ada anggapan lain mengenai asal usul bahasa menyimpulkan
bahwa bahasa primitif dulu merupakan rangkaian bekerja sama. Kita pun
mengalami kerja serupa, misalnya sewaktu mengangkat kayu kita secara
spontan dan bersamaan mengeluarkan ucapan-ucapan tertentu. Karena
dorongan tekanan otot muncullah kata tertentu yang kemudian lahir sebagai
sebuah bahasa ungkap. Demikian juga yang terjadi dengan orang-orang
zaman dahulu. Sewaktu bekerja tadi, pita suara mereka bergetar sehingga
terlahirlah ucapan-ucapan khusus untuk setiap tindakan mereka. Ucapan
ucapan tadi lalu menjadi nama untuk pekerjaan itu seperti "HEAVE"
(angkat), "REST" (diam) dan sebagainya.
65
lainnya. Isyarat mendahului ujaran. Para pendukung teori ini menunjukkan
penggunaan isyarat oleh berbagai binatang, dan juga sistem isyarat yang
dipakai oleh orang-orang primitif. Dalam perkembangan pengetahuan
modern, bahasa kemudian menjadi objek kajian yang sangat penting dan
kompleks.
Bahasa tidak hanya dipahami sebagai suatu gejala fisik semata, melainkan
juga mengandung aktivitas psikologis. Manusia itu tercipta dengan
perlengkapan fisik yang sangat sempurna hingga memungkinkan terjadinya
ujaran (Kemampuan berbahasa).
Namun bagi yang lain, telaga ini bisa menjadi sumber kehidupan.
Mungkin anda membayangkan di saat akan terdapat banyak ikan segar. Tentu
amat menguntungkan. Bagi yang lain, sungai ini bisa menjadi sumber ilham,
tempat beristirahat, melemaskan otot-otot sambil menunggu kejatuhan
inspirasi.
Dari gambaran ini ternyata ada kesan psikologis yang berbeda. Kesan-
kesan ini mesti diucapkan oleh masing-masing dengan ujaran yang pas.
Dengan kata lain, kesan-kesan ini mesti diungkapkan dengan vokal, hingga
terucapkan kata-kata. Sebagai umpama misalnya dari gambaran sungai tadi
akan muncul kata-kata sepeti: bahaya, ngeri, dalam, dingin,
menenggelamkan, hanyut, arus dan sebagainya, seperti hanya bahasa, adalah
hasil kemampuan manusia untuk melihat gejala-gejala sebagai simbol-simbol
dan keinginannya untuk mengekspresikan simbol-simbol itu. Pada masa
sekarang ini para ahli antropologi umumnya menyimpul kan bahwa manusia
dan bahasa berkenmbang bersama. Manusia telah jadi penghuni kurang lebih
satu juta talhun lamanya.
66
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangannya menjadi Homo
Sapien juga mempengaruhi perkembangan bahasanya, perkembangan otaknya
merubah dia dari setengah manusia menjadi mausia sesungguhnya. Mereka
kini mempunyai kemampuan untuk menemukan dan mempergunakan alat-
alat dan menemukan metode interaksi yang luar biasa, yakni BAHASA.
Meskipun saat ini dipahami oleh lebih dari 90% warga Indonesia, bahasa
Indonesia tidak menduduki posisi sebagai bahasa ibu bagi mayoritas
penduduknya. Sebagian besar warga Indonesia berbahasa daerah sebagai
bahasa ibu. Penutur bahasa Indonesia kerap kalı menggunakan versi sehari-
hari (kolokial) dan/atau mencampuradukkan dengan dialek Melayu lainnya
atau bahasa ibunya. Namun demikian, bahasa Indonesia digunakan sangat
luas di perguruan-perguruan, di surat kabar, media elektronika, perangkat
lunak, surat-menyurat resmi, dan berbagai forum publik lainnya sehingga
dapatlah dikatakan bahwa bahasa Indonesia digunakan oleh semua warga
Indonesia.
Pada dasarnya Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Pada zaman
Sriwijaya, bahasa Melayu di pakai sebagai bahasa penghubung antarsuku di
Nusantara dan sebagai bahasa yang di gunakan dalam perdagangan antara
pedagang dari dalam Nusantara dan dari luar Nusantara.
a. Tulisan yang terdapat pada batu Nisan di Minye Tujoh, Aceh pada
tahun 1380.
b. Prasasti Kedukan Bukit, di Palembang pada tahun 683.
67
c. Prasasti Talang Tuo, di Palembang pada Tahun 684.
d. Prasasti Kota Kapur, di Bangka Barat, pada Tahun 686.
e. Prasasti Karang Brahı Bangko, Merang1, Jambi, pada Tahun 688.
68
bahasa persatuan yaitu bahasa Jawa dan Melayu. Tapi dari dua bahasa
itu, bahasa Melayulah yang lambat laun akan menjadi bahasa pergaulan
atau bahasa persatuan.
Secara Sosiologis kita bisa mengatakan bahwa Bahasa Indonesia resmi
di akui pada Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928. Hal ini juga sesuai
dengan butir ketiga ikrar sumpah pemuda yaitu "Kami putra dan putri
Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia." Namun secara
Yuridis Bahasa Indonesia diakui pada tanggal 18 Agustus 1945 atau
setelah Kemerdekaan Indonesia.
Menggunakan tata bahasa yang baik dan benar sangatlah dianjurkan agar
orang lain dapat menganggap atau bahkan tidak meremehkan kita, sebab
dengan bahasa yang kita gunakan oranglain akan dapat menilai apakah
seseorang tersebut orang berpendidikan dan juga sekaligus mengetahui
bagaimana ciri ataupun sikap dari orang tersebut .
69
didapat jika yang menjadi pembicaraan adalah hal yang penting dan yang
sangat dibutuhkan pada saat itu, maka kelak yang kita sampaikan akan
bernilai besar bagi pendengar yaitu sebagai informasi.
Kemudian dalam era tahun ini yang semakin lama teknologi semakin
canggih sangat di butuhkan untuk menggunakan bahasa yang baik dan benar
dalam dunia sistem infromasi agar tidak terjadi kesalahan dalam menerima
sebuah informasi.
1. Perbedaan wilayah.
2. Perbedaan demografi
70
yang panjang lebar dikarenakan lokasinya yang saling berdekatan
dengan intonasi volume suara yang kecil.
3. Perbedaan adat istiadat
Setiap daerah mempunyai kebiasaan dan bahasa nenek moyang senderi
sendiri dan berbeda beda.
71
8. Bahasa sebagai sarana berpikir logis.
Proses berpikir logis merupakan hal yang abstrak. Untuk itu diperlukan
bahasa yang efektif, sitematis, dengan konsep abstrak tersebut menjadi
konkret
9. Bahasa membangun kecerdasan.
Kecerdasan berbahasa terkait dengan kemampuan menggunakan sistem
dan fungsi bahasa serta kemampuan menggunakan ragam bahasa secara
tepat sehingga menghasilkan kreatifitas baru dalam berbagai bentuk daan
fungsi kebahasaan.
10. Bahasa mengembangkan kecerdasan ganda.
Memiliki kecerdasan berbahasa, orang yang mendalami bidang studinya
secara tekun dan serius dimungkinkan memiliki kecerdasan yang
produktif.
11. Bahasa membangun karakter.
Kecerdasan merupakan bagian dari karakter manusia. Kemampuan
berbahasa yang efektif, logis, sistematis, jelas dan mudah dipahami
merupakan refleksi kecerdasan. Kemampuan ini berdampak pada penilaian
karakter seseorang.
12. Bahasa mengembangkan profesi.
Proses pengembangan profesi diawali dengan pembelajaran dilanjutkan
dengan pengembangan diri (kecerdasan) yang tidak diperoleh selama
belajar, tetapi berakumulasi dengan pengalaman barunya, proses berlanjut
menuju puncak karier atau profesi dalam proses ini akan terjadi
komunikasi
13. Bahasa sebagai sarana menciptakan kreativitas baru.
Bahasa sebagai sarana berekspresi dan komunikasi berkembang menjadi
sarana berpikir yang logis yang memungkinkan pemakaiannya untuk
mengembangkan segala potensinya.
72
1. Ragam Bahasa Indonesia berdasarkan media
Di dalam bahasa Indonesia disamping dikenal kosa kata baku Indonesia
dikenal pula kosa kata bahasa Indonesia ragam baku, yang sering disebut
sebagai kosa kata baku bahasa Indonesia baku. Kosa kata baku bahasa
Indonesia, memiliki ciri kaidah bahasa Indonesia ragam baku, yang
dijadikan tolak ukur yang ditetapkan berdasarkan kesepakatan penutur
bahasa Indonesia, bukan otoritas lembaga atau instansi didalam
menggunakan bahasa Indonesia ragam baku. Jadi, kosa kata itu digunakan
di dalam ragam baku bukan ragam santai atau ragam akrab. Walaupun
demikian, tidak menutup kemungkinan digunakannya kosa kata ragam
baku di dalam pemakian ragam-ragam yang lain asal tidak mengganggu
makna dan rasa bahasa ragam yang bersangkutan.
A. Ragam Lisan
73
2. Tergantung situasi, kondisi, ruang & waktu;
3. Tidak harus memperhatikan unsur gramatikal, hanya perlu intonasi serta
bahasa tubuh.
4. Berlangsung cepat;
5. Sering dapat berlangsung tanpa alat bantu
6. Kesalahan dapat langsung dikoreksi;
7. Dapat dibantu dengan gerak tubuh dan mimik wajah serta intonasi.
B. Ragam Tulis
74
C. Perbedaan Ragam Lisan dan Ragam Tulis
Contoh perbedaan ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulis (berdasarkan
tata bahasa dan kosa kata):
a. Tata Bahasa
c. Kosa kata
1. Ragam Lisan
75
2. Ragam Tulis
Istilah lain yang digunakan selain ragam bahasa baku adalah ragam
bahasa standar, semi standar dan nonstandar. Bahasa ragam standar
memiliki sifat kemantapan berupa kaidah dan aturan tetap. Akan tetapi,
kemantapan itu tidak bersifat kaku. Ragam standar tetap luwes
sehingga memungkinkan perubahan di bidang kosakata, peristilahan,
serta mengizinkan perkembangan berbagai jenis laras yang diperlukan
dalam kehidupan modem (Alwi, 1998: 14).
Penggunaan kata sapaan dan kata ganti merupakan ciri pembeda ragam
standar dan ragam nonstandar yang sangat menonjol. Kepada orang yang kita
76
hormati, kita akan cenderung menyapa dengan menggunakan kata Bapak,
Ibu, Saudara, Anda. Jika kita menyebut diri kita, dalam ragam standar kita
akan menggunakan kata saya atau aku. Dalam ragam nonstandar, kita akan
menggunakan kata gue.
77
tampak pada pelafalan “b” pada posisi awal saat melafalkan nama-
nama kota seperti Bogor, Bandung, Banyuwangi, dan lain-lain. Logat
bahasa Indonesia orang Bali tampak pada pelafalan “t” seperti pada kata
ithu, kitha, canthik, dan lain-lain.
Ragam bahasa dipengaruhi juga oleh setiap penutur terhadap kawan bicara
(jika lisan) atau sikap penulis terhadap pembawa (jika dituliskan) sikap itu
antara lain resmi, akrab, dan santai. Kedudukan kawan bicara atau
78
pembaca terhadap penutur atau penulis juga mempengaruhi sikap
tersebut. Hal ini dapat dilihat dari ragam bahasa baku yang digunakan,
seperti:
a. Pembicaraan di muka umum.
b. Pembicaraan dengan orang yang dihormati.
c. Komunikasi resmi.
d. Waana teknis.
d. Ragam resmi
Ragam resmi adalah bahasa yang digunakan dalam situasi resmi, seperti
pertemuanpertemuan, peraturan-peraturan, dan undangan-undangan.
79
bahasa, derarti semakin resmi bahas yang digunakan. Sebaliknya
semakin rendah pula tingkat keformalannya. makin rendah pula tingkat
kebakuan bahasa yang digunakan. (lihat Sugono, 1998:12-13). Contoh :
Bahasa yang digunakan oleh bawahan kepada atasan adalah bahas resmi
sedangkan bahasa yang digunakan oleh anak muda adalah ragam bahasa
santaitak resmi.
Berisi kebijakan yang dibuat oleh penguasa dalam rangka menata dan
mengatur kehidupan masyarakat. Dengan sendirinya penguasa
merupakan salah satu sumber penutur bahasa yang mempunyai
pengaruh yang besar dalam pengembangan bahasa di masyarakat. Hal
yang membedakan ragam lisan dan tulisan yaitu yang berkaitan dengan
beberapa upaya permainan intonasi bahasa, seperti panjang pendeknya
suara, tinggi rendahnya nada, dan indah tidaknya irama kalimat.
Permainan intonasi bahasa seperti itu tidak bisa dilambangkan dengan
ejaan dan tata tulis dalam ragam bahasa tulis.
b. Ragam Hukum
80
Ragam hukum adalah bahasa Indonesia yang corak penggunaan
bahasanya khas dalam dunia hukum, mengingat fungsinya mempunyai
karakteristik tersendiri, oleh karena itu bahasa hukum Indonesia
haruslah memenuhi syarat-syarat dan kaidah bahasa Indonesia.
Contoh :
Ragam sosial dan ragam fungsional adalah ragam bahasa yang sebagian
norma dan kaidahnya didasarkan atas kesepakantan bersama dalam
lingkungan sosial yang lebih kecil dalam masyarakat. Ragam sosial
81
membedakan penggunaan bahasa berdasarkan hubungan orang
misalnya berbahasa dengan keluarga, teman akrab dan atau sebaya, serta
tingkat status sosial orang yang menjadi lawan bicara. Ragam sosial ini
juga berlaku pada ragam tulis maupun ragam lisan. Sebagai contoh
orang takkan sama dalam menyebut lawan bicara jika berbicara dengan
teman dan orang yang punya kedudukan sosial yang lebih tinggi.
Pembicara dapat menyebut kamu pada lawan bicara yang merupakan
teman tetapi takkan melakukan itu jika berbicara dengan orang dengan
status sosial yang lebih tinggi atau kepada orang tua.
d. Ragam Jurnalistik
Ragam Jurnalistik adalah ragam bahasa yang dipergunakan oleh dunia
persurat-kabaran (dunia pers = media massa cetak). Dalam
perkembangan lebih lanjut, bahasa jurnalistik adalah bahasa yang
dipergunakan oleh seluruh media massa. Termasuk media massa audio
(radio), audio visual (televisi) dan multimedia (internet). Hingga bahasa
jurnalistik adalah salah satu ragam bahasa, yang dibentuk karena
spesifikasi materi yang disampaikannya. Ragam khusus jurnalistik
termasuk dalam ragam bahasa ringkas.
1. Sederhana
Sederhana berarti selalu mengutamakan dan memilih kata atau
kalimat yang paling banyak di ketahui maknanya oleh khalayak
pembaca yang sangat heterogen. Kata-kata dan kalimat yang rumit
tabu digunakan dalam bahasa jurnalistik.
2. Singkat
Singkat berarti langsung ke pokok masalah, tidak memboroskan
waktu pembaca yang sangat berharga.
82
3. Padat
Setiap kalimat dan paragraph yang di tulis memuat banyak
informasi penting dan menarik untuk khalayak pembaca.
4. Lugas
Lugas berarti tegas, tidak ambigu, sekaligus manghindari
eufemisme atau penghalusan kata dan kalimat yang bisa
membingungkan khalayak pembaca sehingga terjadi perbedaan
persepsi dan kesalahan konklusi.
5. Jelas
Jelas berarti mudah di tangkap maksudnya tidak baur dan kabur.
6. Jernih
Jernih berarti bening, tembus pandang, transparan, jujur, tulus,
tidak menyembunyikan sesuatu yang lain yang bersifat negative
seperti prasangka atau fitnah.
7. Menarik
Bahsa jurnalistik harus menarik. Menarik artinya mampu
membangkitkan minat dan perhatian pembaca, memicu selara
pembaca. Bahsa jurnalistik bearpijak pada prinsip: menarik benar
dan baku.
8. Demokratis
Demokratis dalam mbahasa jurnalistik tidak mengenai tingkatan,
pangkat, kasta yaitu bahasa jurnalistik memperlakukan siapa pun
apakah wakil DPR ataukah tukang ojek, bahkan pengemis dan
pemuling secara sama.
9. Populis
Populis berarti setiap kata, istilah, atau kalimat yang tidak asing
(akrab) di telinga, di mata, dan di pikiran khalayak pembaca,
peandengar, atau pemirsa. Yaitu bahasa yang akrab diterima oleh
semua lapisan masyarakat dalam memahaminya.
10. Logis
83
Logis berarti apa pun yang terdapat pada kata, istilah, kalimat,
atau paragraph jurnalistik harus dapat diterima tanpa adanya
pertentangan dengan akal sehat. Sekaligus mencerminkan nalar.
11. Gramatikal
Gramatikal berarti kata, istilah, atau kalimat apa pun yang dipakai
dan dipilih dalam bahasa jurnalistik harus mengikuti kaidah tata
bahasa baku. Bahasa baku yatu bahasa resmi yang sesuai dengan
tata bahasa serta pedoman ejaan yang disempurnakan berikut
pedoman pembentuk istilah yang menyertainya.
12. Menghindari kata tutur
Kata tutur ialah kata yang biasa digunakan dalam percakapan
sehari-hari secara informal, yaitu kata yang diucapkan secara bebas
sejauh pihak yang diajak bicara bisa memahami dan menagkap
maksud atau makna pembicaraan tersebut.
13. Menghindari kata dan istilah asing
Berita ditulis untuk dibaca atau di dengar, pembaca atau pendengar
harus tahu arti dari makna setiap kata yang dibaca dan didengar.
Dan biasanya berita banyak diselipi kata-kata asing, yaitu biasanya
yang memahami makna itu sendiri hanya segelintir orang.
14. Pilih kata (diksi) yang tepat
Pilih kata (diksi) yang tepat yaitu kalimat yang disusun tidak hanya
produktif tetapi juga tidak eluar dari asas efektivtas, yaitu setiap
kata yang dipilih, harus tepat dan akurat sesuai dengan tujuan
pesan pokok yang ingin disampaikan kepada kahalayak.
15. Menguatkan kalimat aktif
Kalimat aktif yang sifatnya mudah dipahami dan lebih disukai oleh
khalayak pembaca dari pada kalimat yang pasif. Kalimat aktif juga
mempermudah dan memperjelas pemahaman sehingga tidak
menyesatkan dan mengaburkan pemahaman.
16. Menghindari kata atau istilah tekhnis
84
Karena ditujukan untuk semua lapisan masyarakat, maka
bahasa jurnalistik harus sederhana, mudah dipahami, ringan dibaca,
dan yang paling penting tidak membuat pusing khalayak pembaca.
17. Tunduk pada kaidah etika
Tunduk pada kaidah etika adalah salah satu fungsi utama pers
yaitu, edukasi, mendidik, fungsi ini bukan saja harus tercermin
pada materi atau isi berita, laporan gambar, dan artikel-artikelnya,
melainkan harus tampak pada bahasanya
e. Ragam Sastra
Memiliki sifat atau karakter subjektif, lentur, konotatif, kreatif dan
inovatif. Dalam bahasa yang beragam khusus terdapat kata-kata, cara-
cara penuturan, dan ungkapan-ungkapan yang khusus, yang kurang
lazim atau tak dikenal dalam bahasa umum. Bahasa sastra ialah bahasa
yang dipakai untuk menyampaikan emosi (perasaan) dan pikiran, fantasi
dan lukisan angan-angan, penghayatan batin dan lahir, peristiwa dan
khayalan, dengan bentuk istimewa. Istimewa karena kekuatan efeknya
pada pendengar/pembaca dan istimewa cara penuturannya. Bahasa
dalam ragam sastra ini digunakan sebagai bahan kesenian di samping
alat komunikasi bersama dalam lingkungan sosial dalam masyarakat.
Ragam bahasa yang digunakan dalam keluarga atau persahabatan dua
orang akrab dapat merupakan ragam sosial tersendiri. Ragam Fungsional
atau disebut juga ragam profesional adalah ragam bahasa yang dikaitkan
dengan profesi, lembaga, lingkungan kerja, atau kegiatan tertentu
lainnya
1. Bersikap Konotatif
Konotatif adalah kata yang memiliki pengertian tambahan atau arti
sekunder di samping arti primernya. Nilai konotasi yang lebih luas
dari pengertian denotasi amat penting dalam karya sastra. Setiap
kata yang dipilih boleh diasosiasikan kepada berbagai pengertian.
Oleh sebab itu di dalam sastra tidak ada pengertian yang sama bila
85
ditinjau dari sudut kesan sensitivitas, dari sudut bunyi, dan dari
sudut lambang. Setiap pilihan kata mempunyai pengertian
tersendiri, misalnya kata cantik, molek, bagus, baik, anggun, indah,
dari sudut denotasi mungkin artinya sama, tetapi kesan kata-kata ini
memiliki sensitivitas berbeda.
2. Bersifat Simbolis
Bahasa kesusastraan lebih bersifat simbolis, artinya bahasa sastra
bukan saja mengungkapkan yang tersurat, tapi juga
mengungkapkan makna yang tersirat. Hal ini berbeda dengan
bahasa kewartawanan yang lebih bersifat literal.
3. Bersifat Multitafsir
Multitafsir artinya berpenafsiran ganda. Bahasa dalam sastra
cenderung mengundang penafsiran ganda dari pembacanya. Hal itu
terjadi karena sifat konotatif bahasa sastra serta pengalaman
masing-masing pembaca berbeda dan beragam. Bahkan secara
ekstrem sering dikatakan bahwa keberhasilan suatu karya sastra
dapat dilihat dari ada tidaknya sifat penafsiran ganda.
4. Memperhatikan efek musikalitas
Efek musikalitas adalah efek suara atau bunyi yang mampu
membangkitkan rasa merdu. Kemerduan bunyi bahasa dalam karya
sastra pada umumnya dapat dimunculkan lewat pola persajakan
atau rima atau kadang dibentuk lewat perulangan bunyi yang sama
dalam setiap bait atau kalimat.
86
pengetahuan, teknologi, seni, jurnal-jurnal ilmiah/semiilmiah, surat-
surat resmi, perundang-undangan, berbagai peraturan pemerintah.
87
Ragam Bahasa dari Segi Penutur menurut Chaer dan Agustina
sebagai berikut:
a. Idiolek, adalah ragam bahasa yang bersifat perseorangan.
b. Dialek,
c. Kronolek,
d. Sosiolek atau dialek social.
a. Akrolek,
b. Basilek,
c. Vulgar,
d. Slang,
e. Kolokial,
f. Jargon,
g. Argot,
h. Ken.
88
c. Ragam usaha atau ragam konsultatif.
d. Ragam santai atau ragam kasual
e. Ragam akrab atau ragam intim,
89
90
BAB IV
91
raya imlek mereka dalam hal menyambut hari besar tersebut. Bergaul dengan
orang dari budaya lain membantu seseorang untuk memahami kebudayaan orang
lain. Jelaslah bahwa pemahaman tentang identitas budaya itu penting dalam
komunikasi antarbudaya. Adanya komunikasi yang tidak peka terhadap sistem
nilai budaya yang dianut suatu komunitas kebudayaan lain, dapat menimbulkan
perselisihan contohnya seperti tersinggung, terkadang menimbulkan rumor –
rumor karena kesalah pahaman, tidak menghormati, dll. Pemahaman mengenai
identitas juga merupakan aspek penting dalam pembelajaran dan praktik
komunikasi antarbudaya. Dalam komunikasi antarbudaya setiap individu
seharusnya memahami masing-masing budaya yang ada disekitarnya, sehingga
dapat beradaptasi ketika berada dengan kebudayaan yang berbeda contoh
kasusnya orang yang sudah lama tinggal di Solo lalu pindah ke daerah suamtra
kota Palembang, hal ini harus memahami atau beradaptasi tentang kebudayaan
disana dan menghormatinya sehingga terhindar dari masalah dan melancarkan
komunikasinya karena di daerah Solo cenderum berbahasa dengan nada lembut
sedangkan di Palembang cenderum tegas. Sebuah identitas atau karakteristik
budaya itu dapat membentuk pemahaman mengenai komunikasi yang benar dan
sesuai dengan latar belakang sosial. Salah satu perbedaan dari identitas budaya
merupakan perbedaan dalam pemakaian bahasa, yang biasanya digunakan dalam
berkomunikasi secara verbal atau tatap muka. Kesulitan berkomunikasi dengan
orang lain, 3hal khususnya yang berbeda budaya, bukan saja merupakan
kesulitan memahami bahasa yang tidak dikuasai contohnya orang yang faksi
berbahasa umum Indonesia namum harus berkomunikasi dengan seseorang yang
berbahasa daerah hal ini sering terjadi seehingga menghambat komunikasi,
melainkan juga sistem nilai dan bahasa non verbal atau secaraq lisan.
Keanekaragaman budaya tentunya menimbulkan beberapa perbedaan dalam
peran identitas budaya saat interaksi komunikasi antar budaya, serta memahami
saat berkomunikasi dengan keanekaragaman bahasa terhadap seseorang yang
beda budaya untuk menghindari adanya miskomunikasi/ sulitnya berbicara
sehingga terjadi kesalah pahamaan . Maka sudah saatnya untuk mengatasi segala
perselisihan dan konflik antarbudaya ini, dalam tingkat pribadi atau tingkat
komunitas sebaiknya membekali diri dengan pengetahuan yang relevan seperti
92
beradaptasi sehingga menhindari konflik, khususnya mengenai bagaimana
budaya berpengaruh terhadap komunikasi. Komunikasi antarbudaya merupakan
komunikasi antar pribadi yang dilakukan oleh komunikator terhadap komunikan
yang berbeda budaya, bahkan dalam satu bangsa dengan bangsa lain sekalipun
Komunikasi antar budaya menjelaskan interaksi antar individu dan kelompok-
kelompok yang memiliki persepsi yang berbeda dalam perilaku komunikasi dan
perbedaan dalam interpretasi. Saat melakukan komunikasi antar budaya tentu
saja tidak mudah untuk dilakukan, karena setiap budaya tentunya mempunyai
perbedaan bahasa saat berkomunikasi jadi kita perlu memahami dan berdapatasi
secara bertahap tanpa tersinggung dan menimbulkan kesalah pahaman. Bahasa
dipelajari untuk melayani setiap pikiran seseorang saat ingin menyampaikan
sesuatu. Komunikasi merupakan sebagai proses berbagi makna melalui perilaku
verbal( berbicara) dan nonverbal(lisan atau tertulis). Segala perilaku dapat
disebut komunikasi jika melibatkan dua orang atau lebih Seperti halnya sebuah
komunikasi yang diterapkan oleh para para siswa danmasyarakat lainnyadi
tempat mereka seperti sekolah, dll, yang merupakan suatu bentuk komunikasi
antarbudaya di dalam satu ruang lingkup yang sama. Karena di beberapa tempat
cenderum berkupul berbagai daerah seperti universitas atau tempat kerja, tentu
saja terdiri dari beragam budaya yang mempunyai identitas budaya berbeda.
Contoh : kasus saaat mahasiswa baru Universitas Bandar Lampung saat awal
penerimaan baru kita harus beradaptasi terhadap lingkungan dengan
keanekaragaman budaya.
93
lain, beda halnya dengan suku Batak(orang Palembang) yang memiliki
identitas sangat tegas dan bernada kasar dengan suku Jawa, identitas khusus suku
Batak yang selalu berbicara dengan nada tinggi dan terlihat seperti orang yang
marah dengan penekanan nada yang orang Batak gunakan. Pemahaman individu
terhadap kebiasaan yang sudah membudaya dan melekat pada masing-masing
diri individu, memunculkan adanya gesekan dan kesalahpahaman. Disebabkan
kebiasaan yang sudah membudaya tersebut, tanpa sengaja ikut terbawa oleh
mereka dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Suci Lestari, Jurusan Ilmu
Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Muhammadiyah
Malang 2009 dalam penelitianya dalam judul “Komunikasi Antarbudaya
dikalangan Perempuan Bercadar (Studi pada Mahasiswi Bercadar di Universitas
Muhammadiyah Malang)” mengambil kesimpulan bahwa dari ini diharapkan
menimbulkan konstribusi teoritik dan praktis terhadap efektifitas komunikasi
antar-antar anggota budaya yang berbeda, sehingga perempuan bercadar selaku
anggota sub culture mampu beradaptasi dan bersinergi tanpa harus merubah
segala sesuatu yang ada di masing-masing budaya. Menurut Dicky Hudiandy,
Jurusan Ilmu Komunikasi Kosentrasi Humas Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Komputer Indonesia Bandung 2010 dalam Penelitian yang berjudul
“Interaksi Simbolik Pria Metroseksual di Kota Bandung (Suatu Fenomenologi
Interaksi Simbolik Pria Metroseksual pada Sosok Sales Promotion Boy di Kota
Bandung)” mengambil kesimpulan ini memperhatikan bahwa interaksi simbolik
Pria Metroseksual pada sosok sales promotion boy ingin menunjukkan kepada
lingkungan sekitarnya, bahwa Pria Metroseksual adalah pribadi yang menarik
dan ingin mendapatkan penghargaan melalui simbol-simbol yang mereka miliki.
Hasil penelitian menunjukkan konsep diri Pria Metroseksual pada sosok sales
promotion boy melakukan proses komunikasinya yang sangat memperhatikan
etika dalam berkomunikasi, Pria Metroseksual pada sosok sales promotion 6
boy memperhatikan dengan tepat dalam penggunaan komunikasi verbal dan non
verbalnya. Kepribadian yang dimiliki oleh Pria Metroseksual pada sosok sales
promotion boy dikota Bandung menunjukkan kepribadian yang sangat diatur,
terlibat dalam penampilan, sikap terhadap orang lain dan rasa bersahabat yang
selalu ditunjukkan pada setiap orang.
94
A. IDENTITAS BUDAYA
1. Ketentuan Umum tentang Budaya
Merupakan suatu tatanan pengetahuan, pengalaman, kepercayaan,
nilai, sikap, agama, waktu dan peranan sosial yang diperoleh sekelompok
besar orang dari generasi ke generasi melalui 10 usaha seorang individu
dan kelompok. Suatu budaya membentuk diri individu agar melakukan
dan mejadikan sesuatu itu apa adanya. Tanpa sengaja budaya akan
terbawa oleh individu dalam kehidupan sehari-harinya. Kebudayaan
merupakan elemen subjektif dan objektif yang dibuat manusia dimasa
lalu hingga sekarang, meningkatkan kemungkinan untuk bertahan hidup
dan berakibat dalam kepuasan pelaku dalam lingkup ekologis, dan
demikian tersebar diantara mereka yang dapat berkomunikasi satu sama
lainnya, karena mereka mempunyai kesamaan bahasa dan mereka hidup
dalam waktu dan tempat yang sama Budaya sebagai pemograman
kolektif atas pikiran yang membedakan anggota-anggota suatu kategori
orang dengan kategori lainnya. Menyebutkan bahwa nilai-nilai adalah
inti suatu budaya, sedangkan simbol-simbol merupakan manifestasi
budaya paling dangkal, sementara pahlawan- pahlawan dan ritual-ritual
berada diantara lapisan luar dan lapisan dalam model budaya tersebut.
Simbol, pahlawan, dan ritual tercakup dalam praktik-praktik. Unsur-
unsur ini terlihat oleh pengamat luar, tetapi maknanya tersembunyi dan
makna persisnya terdapat dalam penafsiran orang dalam Pengertian
Kebudayaan tepatnya adalah sebuah kata benda kolektif yang digunakan
untuk mendefinisikan ranah dan lingkungan umat manusia yang
menandai ontologinya secara jelas dan terpisah 11 dari lingkungan yang
sifatnya semata-mata fisik alamiah . Kebudayaan dapat diartikan sebagai
keseluruhan simbol, pemaknaan, penggambaran (image), struktur aturan,
kebiasaan, nilai, pemrosesan informasi dan pengalihan pola-pola
konvensi pikiran, perkataan dan perbuatan/tindakan yang dibagikan
diantara para anggota suatu sistem sosial dan kelompok sosial dalam
suatu masyarakat .
95
Kebudayaan berhubungan dengan suatu sudut pandang dalam
kehidupan seseorang. Sejak manusia itu dilahirkan pastinya dipengaruhi
oleh budaya karena orang tua dan lingkungannya . Tanpa kita sadari
sebagian besar budaya mempunyai pengaruh dalam kehidupan, sehingga
budaya membentuk pola kehidupan seseorang.
2. Karakteristik Budaya
Budaya merupakan suatu adat istiadat yang sudah melekat pada diri
seseorang. Kebudayaan pastinya menjadi faktor utama dalam kebiasaan
yang tanpa sadar seseorang lakukan dan berpengaruh pada kehidupan
sehari-hari. Melalui studi perbandingan, para ahli menyimpulkan bahwa
ada rangkaian “karakteristik dasar yang dibagikan semua makhluk
budaya”,
96
7) Etnosentrik menganggap budaya sendiri sebagai yang terbaik atau
standar untuk menilai budaya lain
97
Sedangkan identitas budaya terbentuk melalui struktur kebudayaan
suatu masyarakat. Struktur budaya adalah pola-pola persepsi, berpikir
dan perasaan, sedangkan struktur sosial adalah pola-pola perilaku sosial.
Struktur budaya pola persepsi, IDENTITAS BUDAYA berfikir,
perasaan Struktur sosial pola-pola perilaku IDENTITAS SOSIAL sosial
Dalam praktik komunikasi, suatu identitas tidak hanya memberikan
suatu makna tentang pribadi individu, namun lebih dari itu, menjadi
suatu ciri khas sebuah kebudayaan yang 15 melatarbelakanginya. Ketika
individu hidup dalam masyarakat yang multibudaya, maka di sanalah
identitas budaya itu diperlukan. Pembentukan suatu identitas budaya
yang berkembang dari seorang individu di dalam lingkungan yang
kebudayaannya berbeda, dengan konsep sebagai berikut :
1) Identitas berarti identik dengan yang lain
2) Identitas berarti menjadi diri sendiri
3) Identitas berarti menjadi identik dengan suatu ide
4) Identitas berarti individu yang realitas yang hidup bersama individu
lainnya).
Kesimpulan dari identitas budaya merupakan suatu tradisi atau
karakteristik yang sudah diwarisi secara turun-temurun terhadap budaya
masing-masing yang sudah menjadikan kebiasaan oleh budaya tersebut.
Pada dasarnya setiap budaya tentunya mempunyai karakteristik dan
kebiasaan masing-masing yang terbawa ke dalam kehidupan
bersosialisasi.
98
jembatan untuk mempersatukan manusia-manusia yang tanpa
berkomunikasi akan terisolasi Element komunikasi adalah cara atau seni
penyampaian sesuatu pesan yang dilakukan seorang komunikator
sedemikian rupa, sehingga menimbulkan dampak (effect) tertentu pada
komunikan.
Proses komunikasi memiliki element-element sebagai berikut :
Komunikator Pesan Komunikan Media Effect
99
verbal maupun nonverbal yang dipahami bersama. Dalam komunikasi
pada dasarnya untuk menciptakan atau meningkatkan aktifitas
hubungan antara manusia dan kelompok.
Jenis-jenis komunikasi terdiri dari :
1) Komunikas i verbal dengan kata-kata Misalnya seperti : Vocabulary
(perbendaharaan kata-kata), Racing (kecepatan), Intonasi suara,
Humor, Singkat dan jelas, Timing (waktu yang tepat).
2) Komunikasi non verbal disebut dengan bahasa tubuh Misalnya
seperti: ekspresi wajah, kontak mata, sentuhan, postur tubuh dan gaya
berjalan, sound (suara), gerak isyarat. Apabila diringkas kesemua
tujuan tersebut dapat disebut membujuk yang bersifat persuasive.
100
Bayangkan bagaimana kesulitan komunikasi akan terjadi
apabila sumber dan penerima pesan berbeda dalam konteks dan simbol-
simbolnya.
Demikian pula Collier dan Thomas mendefinisikan komunikasi
antarbudaya, sebagai berikut :
Intercultural communication as communication between person who
identify themselves as distinct from others in a cultural sense,
(Komunikasi antarbudaya adalah komunikasi diantara orang-orang yang
memiliki identitas berbeda dari budaya lain).
101
sejumlah komponen umum diantaranya adalah:
1) Sejarah
2) Agama
3) Nilai
4) Organisasi sosial
5) Bahasa
Terbentuklah suatu kebudayaan dengan kelima komponen
tersebut yang tidak dapat dipisahkan oleh masyarakat. Untuk
mengetahui perbedaan budaya diantaranya dengan mengetahui
terbentuknya komponen-komponen kebudayaan satu dengan
kebudayaan lainnya.
102
mediasi pikiran, perkataan dan perbuatan. Bahasa menerjemahkan
nilai dan norma, sikap dan skema kognitif manusia, menerjemahkan
persepsi, sikap dan kepercayaan manusia tentang dunianya.
Penjelasan tentang bahasa tidak bisa dilepaskan dari masalah simbol
dan sign (tanda). Berbicara tentang sign atau tanda artinya kita bicara
tentang cara memberi makna terhadap objek. Setiap suku bangsa atau
etnis telah menetapkan simbol-simbol kebudayaan mereka masing-
masing untuk kepentingan tertentu .Jadi, dapat ditarik kesimpulan
bahwa bahasa adalah suatu komunikasi verbal yang dilakukan untuk
menyampaikan pesan agar lebih mudah untuk dipahami apabila
melakukan interaksi dengan yang lainnya.
Bahasa sebagai media bagi kebudayaan untuk menyampaikan
pesan yang mengarah pada prinsip-prinsip ajaran, nilai dan norma.
Suatu lambang terorganisasi yang disepakati secara umum dan
merupakan hasil belajar yang digunakan untuk menyajikan
pengalaman-pengalaman dalam suatu komunitas atau budaya. Oleh
karena itu bahasa suatu sistem tak pasti untuk menyajikan realitas
secara simbolik, maka makna kata yang digunakan bergantung pada
berbagai penafsiran.
Teori Analisis Kebudayaan Implisit Kebudayaan pada
umumnya dipengaruhi oleh suatu simbolsimbol yang pada akhirnya
menjelma dalam bahasa verbal. Bahasa sebagai alat komunikasi verbal
untuk mempermudah dalam interaksi, membantu mengungkapkan
suatu hal yang ada dipikiran dan perasaan individu. Pada umunya,
teori-teori komunikasi yang dibangun berdasarkan pendekatan
kebudayaan selalu menaruh perhatian terhadap perbedaan-perbedaan
yang timbul dari hubungan antarpribadi, antarkelompok, hubungan
antarindividu dengan kelompok, proses pembentukan kognitif,
maupun perilaku-perilaku individu yang diterapkan dalam beberapa
konteks yang berbeda Kebudayaan implisit adalah kebudayaan
immaterial, kebudayaan yang bentuknya tidak nampak sebagai benda
namun dia “tercantum” atau “tersirat” dalam nilai dan norma budaya
103
suatu masyarakat, misalnya bahasa .
Bahasa sebagai alat komunikasi yang digunakan oleh individu
untuk mengungkapkan pikiran, gagasan, perasaan dan pandangannya
masing-masing tentang dunia dalam kehidupannya. Pada setiap
kebudayaan masing-masing mempunyai bahasa yang berbeda-beda. Pada
teori ini dimaksudkan adanya perbedaan bahasa pada setiap budaya
dalam komunikasi antarbudaya, misalnya antara orang Jawa dan orang
Batak, perbedaan dalam logat dan kosakata yang digunakan sehari-hari.
Penggunaan bahasa sebagai bentuk sikap pada seseorang yang lebih tua,
untuk orang yang lebih muda, atau untuk teman sebaya. Masing-masing
budaya mempunyai bahasa, logat, intonasi dan kosakata yang berbeda,
sesuai dengan kebudayaan yang sudah dimiliki.
Sedangkan suatu kebudayaan akan sangat berpengaruh pada daerah
dimana seseorang tersebut bertempat tinggal. Seseorang menggunakan
bahasa untuk berkomunikasi guna mempertahankan hubungan
antarpribadi
Teori Fenomenologi Komunikasi Fenomenologi pada dasarnya
adalah mengkaji suatu objek yang terfokus terhadap pengalaman
manusia dan memberikan makna terhadap sesuatu yang ada di
dalamnya. Mengambil dari pengalaman hidup seseorang berdasarkan
latar belakang dari pengalaman dengan kesadaran tertentu. Demikian
dengan mendeskripsikan melalui pengalaman manusia untuk dijadikan
sebagai objek yang terikat secara logis. Fenomenologi (phenomenology)
merupakan sesuatu untuk mengungkapkan dan mempelajari serta
memahami suatu fenomena beserta konteksnya yang khas dan unik yang
dialami oleh individu hingga tataran “keyakinan” individu yang
bersangkutan. Dengan demikian, dalam mempelajari dan memahaminya,
haruslah berdasarkan sudut pandang, paradigma dan keyakinan langsung
dari individu yang bersangkutan sebagai subjek yang mengalami
langsung (first-hand experiences). Memberikan sebuah gambaran tentang
arti dari pengalaman- pengalaman beberapa individu mengenai suatu
konsep tertentu. Fenomenologi terikat pada objek yang secara logis
104
menjadi pengalaman manusia melalui deskripsi orientasi.
Fenomenologi berhubungan dengan kenyataan tekstur fenomena, nilai,
objek yang “aestetik”, kepercayaan dan bahkan agama. Jadi, dari
pengalaman atas objek selalu berdasarkan pada apa yang terlintas pada
konteks objek tersebut dan tidak pada konteks lain. Pengalaman itu
terjadi “di sini” dan belum tentu di sana” pada konteks lain .
Fenomenologi bertujuan memperoleh uraian lengkap yang merupakan
esensi pengalaman. Upaya untuk menemukan struktur pengalaman
dengan menafsirkan uraian orisinal dari situasi tempat pengalaman itu
berlangsung .
105
mempertahankan identitas yang dipunyai, sehingga kemurnian budaya
akan tetap terjaga. Apabila kemurnian kebudayaan dipengaruhi oleh
kebudayaan lain yang dapat mengakibatkan munculnya suatu bentuk
konflik. Akibatnya, masing-masing kelompok kebudayaan itu semakin
tertutup dan diantaranya mereka timbul perasaan gap atau kelompok yang
membedakan keberadaan dengan kelompok budaya lainnya.
4. Pola perilaku dan cara berfikir: bahwa timbul suatu pola komunikasi
terjadi setelah proses interaksi berlangsung.
106
berdasarkan komponen kebudayaan yang sudah melekat. Dengan
adanya kebudayaan yang membudaya, akan membuat individu itu
terikat oleh jati diri atau identitas yang sudah tidak bisa diubah lagi.
107
Tugas identitas sebagai kunci atau bekal ketika akan melakukan
sebuah sosialisasi atau interaksi sosial. Adanya suatu identitas dari
kebudayaan yang sudah membudaya pada saat melakukan sosialisasi
atau interaksi, dikarenakan adanya perbedaan maka timbulah suatu
gesekangesekan. Penulis mengupas suatu peran identitas suku Jawa
dengan latar belakang yang dimiliki untuk membentuk suatu
karakteristik individu, yang berinteraksi dengan budaya lain didalam
satu ruang lingkup. Suatu proses interaksi dalam lingkungan majemuk
biasanya dilakukan antara komunikator dengan komunikan yang
berbeda latar belakang kebudayaannya. Tugas dari identitas suku Jawa
pada saat melakukan interaksi diantaranya:
1. Interaksi komunikatif
2. Dipertahankan dan dimodifikasi
3. Perilaku komunikatif
4. Pemahaman dan ekspektasi
5. Kepuasan secara sosial
6. Motivasi, kemampuan dan pengetahuan
7. Persamaan dan perbedaan Identitas suku Jawa ketika melakukan interaksi
komunikasi antarbudaya akan memunculkan suatu perbedaan yang
memicu konflik.
108
Pada saat interaksi antarbudaya tentu saja timbul suatu gesekan
yang memicu adanya konflik. Melalui konflik yang muncul kemudian
dikupas melalui pengalaman para Alumni Gontor Putri, maka
terbentuklah suatu pola komunikasi.
109
2) Ajaran agar tidak berbuat jahat
3) Ajaran tentang larangan menyakiti orang lain
4) Ajaran tentang panutan hidup
5) Ajaran tentang memegang teguh ucapan
6) Ajaran tentang hukum karma
7) Ajaran tentang kejujuran
8) Ajaran tentang hal yang mustahil
9) Ajaran tentang hak milik dan istri
10) Ajaran tentang berbakti pada orang tua
11) Ajaran tentang melestarikan lingkungan
12) Ajaran tentang etika kerja Budaya dan Pembelajaran Bahasa
Budaya dalam hal ini menjadi sebuah pendekatan yang digunakan
dalam pembelajaran Bahasa.
110
Berkaitan dengan hubungan yang bersifat koordinatif antara bahasa
dengan kebudayaan, menyebutkan bahwa bahasa dan kebudayaan
merupakan dua sistem yang “melekat” pada manusia karena kebudayaan
merupakan sistem yang mengatur interaksi manusia, sedangkan bahasa
atau kebudayaan merupakan sistem yang berfungsi sebagai sarana
keberlangsungan sarana itu via.
1. Hubungan Koordinatif
111
berbeda sepanjang bahasa yang mereka pergunakan berbeda secara
struktural .Berdasarkan hipotesis Sapir-Whorf ini, ada dua pernyataan
yang perlu diperhatikan. Pertama, bila penutur suatu bahasa memiliki
kata-kata tertentu untuk memberikan benda-benda (objek) sedangkan
penutur bahasa yang lain tidak memilikinya dengan cara yang sama,
maka penutur bahasa yang pertama akan lebih mudah berbicara
tentang benda-benda (objek) tersebut. Hal ini terbukti apabila kita
memperhatikan istilah-istilah teknis dalam perdagangan, pekerjaan
atau profesi. Misalnya, para dokter akan lebih mudah berbicara
tentang fenomena medis karena mereka mempunyai perbendaharaan
kata (istilah) tentang itu. Kedua, apabila suatu bahasa punya konsep
pembedaan sedangkan yang lain tidak, maka mereka yang
menggunakan bahasa yang pertama akan lebih memahami
pembedaan dalam lingkungan mereka, terutama mengenai konsep
yang menjadi pusat perhatian pembedaan linguistik itu. Jika
seseorang hendak mengklasifikasikan salju, unta, dan mobil maka
dalam beberapa cara dia akan memahaminya secara berbeda dari
orang yang tidak membuat pembedaan itu. Jika benda-benda tertentu
harus diklasifikasikan sesuai dengan panjang, tipis atau kebulatannya,
Hubungan Bahasa dan Kebudayaan (Perspektif Sosiolinguistik)
seseorang akan memahami benda-benda itu dengan cara demikian
Dalam suatu media masa seorang yang bernama “Kang En”
(mungkin nama samaran) menulis artikel yang provokatif, didasarkan
pada hipotesis Sapir-Whorf. Tiga masalah yang dikemukakan adalah:
kata sapaan, tenses dan salam “greeting”. Menurutnya, bahasa yang
meminjam kata kekerabatan (bapak, ibu, saudara) sebagai kata
sapaan, mengakibatkan masyarakat pemakainya memiliki sifat
familier. Bahasa yang tidak mengenal tenses (kala) mengakibatkan
masyarakatnya kurang menghargai waktu/kurang disiplin. Bahasa
yang greetingnya menggunakan how do you do dan “apa kabar”,
mengakibatkan dampak yang berbeda terhadap masyarakat
pemakaianya. Do memiliki sugesti berbuat sesuatu, sedang Kabar
112
sugesti “nyungsung warta” dan “ngrasani” kata orang Jawa.
Kebenaran/ketidakbenaran gagasan tersebut sekaligus bukti hipotesis
Whorf- Sapir
2. Hubungan Subordinatif
Beberapa hal yang dapat diklasifikasikan pada pola hubungan ini antara
lain:
a. Hubungan bahasa dengan kebudayaan yang berkaitan dengan
perubahan bahasa yang diakibatkan perubahan budaya. Hal ini lebih
menonjol pada aspek morfologis daripada aspek-aspek linguistik
yang lain.
Perubahan bahasa secara morfologis dapat dilihat dari beberapa segi,
yaitu :
1) penghilangan,
2) Penambahan,
3) Perluasan,
4) Penyempitan dan
5) Pertukaran
113
garis-garis besarnya saja. Kalau Anda (LowContext Culture)
berkomunikasi dengan seseorang yang berasal dari desa (High Context
Culture) maka Anda membutuhkan keterampilan untuk merinci pesan,
pesan tentang sebab penyakit malaria, bagaimana cara mencegah gigitan
nyamuk, dan jika terkena gigitan nyamuk maka apa yang harus
dilakukan. Jika perlu, Anda harus terampil menguraikan pesan- pesan itu
dengan bantuan gambar-gambar visual atau bercerita dan menampilkan
contoh-contoh. Keterampilan yang dibutuhkan adalah keterampilan yang
memudahkan atau mempercepat pemahaman pesan dengan
meminimalisasi derajat kesalahpahaman antarbudaya.
Memastikan Jenis Keterampilan Berkomunikasi Pastikan jenis
keterampilan berkomunikasi mana yang Anda rasa paling sulit,
keterampilan itulah yang Anda harus pelajari, lalu Anda lakukan. Ketika
berhadapan dengan komunikan antarbudaya yang sangat mengutamakan
senioritas maka perhatikan kebiasaan berkomunikasi mereka, dengan
membiarkan orang-orang yang lebih tua berbicara lebih banyak dan lebih
dahulu daripada yang lebih muda.
Mungkin Anda sendirisulit melakukan itu karena Anda datang
sebagai seorang wartawan yang terbiasa dengan mengajukan
pertanyaan bertubi-tubi. Kesulitan ini dapat dipecahkan, Anda perlu
belajar kebiasaan mendengarkan sehingga bisa menghadapi budaya
komunikan yang sedang dihadapi. Kalau ada kesulitan maka Anda
dapat menanyakan kebiasaan mendengarkan itu kepada orang lain
(yang berasal dari kebudayaan yang sama dengan komunikan) atau
kepada mereka yang mengetahui latarbelakang budaya komunikan.
Waktu yang tepat untuk mempelajari adalah sebelum Anda
mewawancarai komunikan itu. Memahami Kebiasaan Berkomunikasi
Lisan Kebanyakan komunikasi antarbudaya (yang merupakan
komunikasi antarpribadi/antarbudaya) bersifat lisan. Rencanakan
dengan seksama tentang apa (message) yang ingin Anda katakan.
Apakah kata-kata, kalimat, dan ungkapan pesan yang disampaikan itu
diterima oleh komunikan antarbudaya?
114
Tahap berikut adalah memahami bagaimana cara Anda
mengatakan. Ada beberapa kebudayaan yang mengajarkan anggotanya
untuk mengatakan sesuatu secara langsung, namun sebaliknya ada yang
lebih menyukai ungkapan tidak langsung. Perhatikanlah jika Anda
berkomunikasi dengan orang Batak, Timor, Makassar, Ambon, dan Irian
yang lebih menyukai kejelasan dan Dinara Maya Julijanti, keterusterangan
maka, ungkapanAnda harus langsung, apa yang Anda katakan
mengandung „isi‟ dan „relasi‟. Tipikal suku bangsa ini lebih suka jika suatu
pesan diungkapkan secara denotatif, bukan konotatif. Kepada mereka,
Anda harus mengatakan bahwa harga-harga Sembilan bahan pokok segera
dinaikkan, mereka tak suka pada pernyataan orang Jawa bahwa harga-
harga itu akan disesuaikan. Kata-kata penyesuaian harga biasanya
diucapkan oleh komunikator yang datang dari budayayang
mengungkapkan sesuatu secara tidak langsung. Persoalannya di sini adalah
what do you want to say. Aspek lain yang patut diperhatikan adalah
dengan siapa Anda berkomunikasi antarbudaya. Contoh pesan tentang
penyesuaian harga dan kenaikan harga di atas menggambarkan kalau Anda
sudah memahami dengan siapa kalimat- kalimat itu diucapkan.
Perhatikanlah bahwa setiap ungkapan selalu ditunjukkan pada kebiasaan
berbahasa para komunikan berdasarkan kategori-kategori tertentu, apakah
ketegori umur (senioritas tua-muda, antargenerasi), atau jenis kelamin
(perbedaan antara penggunaan kata dan kalimat untuk perempuan dan laki-
laki). Jadi, perhatian diletakkan pada to whom you want to say it, to whom
are you talking, dan metamessage (kadang-kadang disamaartikan dengan
metakomunikasi) yakni memperhatikan aspek relasi antarbudaya.
115
minum dan bagaimana mendidik anak-anak mereka, akan tetapi mereka
pun mempunyai cara khusus dalam melakukan itu semua.
Dan mereka pun mempunyai cara tersendiri dalam
mengkomunikasikan semua ini dengan perantaraan bahasa. Bahasa
diacukan kepada masyarakat ujaran yang ciri pemerlainnya adalah bahwa
anggota masyarakat itu menyebut bahasa yang mereka pakai dengan satu
nama yang sama. Misalnya orang sunda Cianjur berdialek Cianjur, orang
Sunda Pandeglang berdialek Pandeglang, orang Sunda Garut berdialek
Garut. Tetapi mereka sepakat untuk menyebut ketiga dialek itu sebagai
bahasa sunda.
116
available techniques of synchronic description and which has a
sufficiently large repertory of elements and their arragements or
processes with broad enough semantic scope to function in all normal
contexts of communication”.
Dari definisi ini dapat dilihat bahwa ada pola-pola bahasa yang
sama, pola-pola bahasa itu dapat dianalisis secara deskripitif, pola-pola
yang dibatasi oleh makna tersebut dipergunakan oleh penuturnya untuk
berkomunikasi. Menurut Kridalaksana variasi adalah wujud pelbagai
manifestasi bersyarat maupun tak bersyarat dari satu- satuan, konsep
yang mencakup variabel dan varian. Batasan tersebut tidak jauh berbeda
dengan yang dikatakan Ohoiwutun variasi bahasa merupakan perubahan
atau perbedaan yang dimanifestasikan dalam ujaran seseorang atau
penutur-penutur di tengah masyarakat bahasa tertentu. Dari beberapa
pengertian di atas dapat disimpulkan, bahwa variasi bahasa adalah wujud
pemakaian bahasa yang berbeda- beda oleh penutur karena faktor-faktor
tertentu. Pada dasarnya variasi bahasa ditentukan oleh faktor tempat,
faktor sosiokultural, faktor situasi, faktor waktu, dan faktor medium
pengungkapan ( bahasa lisan dan tulisan). Untuk lebih jelas dapat kita
lihat contoh berikut:
1. Dialek yang berasal dari kata Yunani
dialektos yang pada mulanya dipergunakan dalam hubungannya dengan
keadaan bahasa Yunani pada waktu itu. Ciri utama dialek ialah
perbedaan dalam kesatuan dan kesatuan dalam perbedaan yang
dikutip.
Dialek tidak harus mengambil semua bentuk ujaran dari satu bahasa.
Ada lima macam perbedaan yang terdapat dalam dialek/bentuk, yakni:
Perbedaan fonetik, polimorfisme atau alofonik.
117
Perbedaan ini berada dibidang fonologi, dan biasanya si penutur
dialek tersebut tidak menyadari adanya perbedaan tersebut
1) Perbedaan semantik
118
dorang ← dia orang
mopogi← mau pigi (= akan pergi)
119
Jika kita pergi ke daerah pelabuhan misalnya untuk mendengar
bahasa yang dipakai oleh buruh-buruh, kenyataan yang kita
dengar adalah:
a. Kata-katanya kebanyakan kasar atau kurang senonoh
b. Kata-kata yang dipergunakan berhubungan dengan pekerjaan
membongkar muat
c. Caranya mengungkapan kata atau kalimat dilaksanakan dengan
hardikan suara keras dan kadang-kadang gerakan dengan anggota
badan.
120
yang dipergunakan untuk orang yang belum dikenal.
2. Fungsiolek
Variasi bahasa yang digunakan seseorang sering dipengaruhi
situasi berbahasa, apakah situasi berbahasa dalam keadaan situasi
resmi atau tidak dalam situasi resmi. Bahasa dalam situasi resmi
yakni bahasa yang dipakai:
a) Dalam tulis-menulis resmi, misalnya dalam perundang-undangan,
dokumen tertulis, surat yang berlaku dalam kalangan
pemerintahan.
b) Dalam pertemuan resmi, misalnya rapat, kuliah, khotbah, dan
ceramah. Bahasa dalam situasi resmi biasanya bahasa standar.
Standarisasi bahasa resmi terutama karena keresmiannya.
121
dipergunakan, tentu penjual bayam tadi heran dan bahkan barangkali
dia tidak mengerti apa yang kita katakan. Mengapa ia tidak mengerti?
Ia tidak mengerti karena bahasa tersebut tidak komunikatif baginya,
bahasa itu terlalu tinggi. Kita mempergunakan bahasa, tetapi tidak
memperhatikan situasinya.Bahasa yang digunakan dalam berpidato
acara adat misalnya akan berbeda dengan yang digunakan dalam
pembicaraan di warung kopi.
3. Kronolek
Banyak kata-kata yang zaman dahulu dipakai, tetapi sekarang
tidak lagi. Hal inilah yang dimaksudkan dengan kronolek, ini
disebabkan adanya perkembangan bahasa dari waktu ke waktu.
Misalnya, bahasa Melayu zaman Sriwijaya berbeda dengan bahasa
Melayu sebelum tahun 1922. Karena, perbedaan waktu menyebabkan
perbedaan makna untuk kata-kata tertentu. Misalnya, kata juara yang
dahulu bermakna „kepala penyabung ayam‟, sekarang bermakna orang
yang memperoleh kemenangan dalam perlombaan atau pertandingan.
Ini tidak mengeherankan karena bahasa mengikuti garis perkembangan
masyarakat pemakai bahasa. Kadang-kadang bukan saja maknanya
berbeda, tetapi bunyi ( lafalnya), bahkan bentuk katanya.
122
123
BAB V
124
a) Jum‟at → Jumat
b) ra‟yat → rakyat
c) ma‟af → maaf
4. Ejaan Pembaharuan (1956-1961)
Kongres Bahasa Indonesia II digelar pada tahun 1954 di Medan.
Kongres ini digagas oleh Menteri Mohammad Yamin. Dalam Kongres
Bahasa Indonesia II ini, peserta kongres membicarakan tentang
perubahan sistem ejaan untuk menyempurnakan ejaan
Soewandi.Kongres Bahasa Indonesia II digelar pada tahun 1954 di
Medan. Kongres ini digagas oleh Menteri Mohammad Yamin. Dalam
Kongres Bahasa Indonesia II ini, peserta kongres membicarakan tentang
perubahan sistem ejaan untuk menyempurnakan ejaan Soewandi.
5. Ejaan Melindo (1961-1967)
Ejaan ini dikenal pada akhir 1959 dalam Perjanjian Persahabatan
Indonesia dan Malaysia. Pembaruan ini dilakukan karena adanya
beberapa kosakata yang menyulitkan penulisannya. Akan tetapi, rencana
peresmian ejaan bersama tersebut gagal karena adanya konfrontasi
Indonesia dengan Malaysia pada 1962.
6. Ejaan Baru/Lembaga Bahasa dan Kesusastraan (LBK) (1967-1972)
Pada 1967, Lembaga Bahasa dan Kesusastraan yang sekarang bernama
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa mengeluarkan Ejaan
Baru. Pembaharuan Ejaan ini merupakan kelanjutan dari Ejaan Melindo
yang gagal diresmikan pada saat itu. Ada pun huruf vokal dalam ejaan
ini terdiri dari: i, u, e, ə, o, a. Dalam ejaan ini, istilah-istilah asing sudah
mulai diserap seperti: extra → ekstra; qalb → kalbu; guerilla → gerilya.
7. Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD) (1972-2015)
Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan berlaku sejak 23 Mei 1972
hingga 2015 pada masa menteri Mashuri Saleh. Ejaan ini menggantikan
Ejaan Soewandi yang berlaku sebelumnya. Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan ini mengalami dua kali perbaikan yaitu pada 1987 dan
2009.
8. Ejaan Bahasa Indonesia (2015-sekarang)
125
Pemerintah terus mengupayakan pembenahan terhadap Ejaan Bahasa
Indonesia melalui Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Indonesia. Pasalnya, pemerintah meyakini bahwa ejaan merupakan salah
satu aspek penting dalam pemakaian Bahasa Indonesia yang benar. Ejaan
Bahasa Indonesia ini diresmikan pada 2015 di masa pemerintahan Joko
Widodo dan Anies Baswedan sebagai Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia. Berdasarkan Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2015
tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia, EBI pun resmi
berlaku sebagai ejaan baru Bahasa Indonesia. Latar belakang diresmikan
ejaan baru ini adalah karena perkembangan pengetahuan, teknologi, dan
seni sehingga pemakaian bahasa Indonesia semakin luas. Ejaan ini
menyempurnakan EYD, terutama dalam hal penambahan diftong,
penggunaan huruf kapital, dan cetak tebal.
126
Bahrudin.
e) Tanda elipsis (...) digunakan dalam kalimat yang tidak selesai
dalam dialog.
2. Penambahan tanda diakritik untuk huruf “e”: é [e], è [ɛ], dan ê [ə]
(Klausul I.B)
127
8. Penambahan cara pembedaan unsur nama geografi yang menjadi
bagian nama diri dan nama jenis (Klausul I.F.9)
12. Penambahan catatan bahwa nama diri dalam bahasa daerah atau
bahasa asing tidak perlu ditulis dengan huruf miring (Klausul I.G.3)
16. Penambahan contoh bagian karangan yang ditulis dengan huruf tebal
(Klausul I.H.2)
17. Penambahan klausul “Singkatan nama diri dan gelar yang terdiri atas
dua huruf atau lebih tidak dipenggal” (Klausul II.E.5)
18. Perubahan judul “Kata Depan di, ke, dan dari” menjadi “Kata Depan”
(Klausul II.F)
21. Penghilangan “Kata ganti itu (-ku, -mu, dan -nya) dirangkaikan
128
dengan tanda hubung apabila digabung dengan bentuk yang
berupa singkatan atau kata yang diawali dengan huruf kapital”
(Klausul II.J)
25. Penambahan judul lagu, film, dan sinetron sebagai judul yang diapit
dengan tanda petik (Klausul III.J.2)
C. TANDA BACA
Tanda baca Dalam menulis sebuah buku, salah satu hal yang perlu
diperhatikan adalah penggunaan tanda baca. Namun hingga saat ini masih
banyak yang bingung dengan apa saja fungsi tanda baca. Maka dari itu, pada
bagian ini kita akan membahas penggunaan tanda baca. Tujuannya? Tentu
saja untuk melakukan teknik menulis buku yang berkualitas.
129
Berikut penjelasan tentang fungsi-fungsinya:
1. Penggunaan Tanda Baca Titik (.)
Berikut ini penggunaan tanda baca titik yang perlu diketahui Penanda
Berakhirnya Kalimat . Fungsi tanda titik yang paling utama dan umum
dipahami oleh banyak orang adalah sebagai penanda berakhirnya kalimat.
a. Tanda titik digunakan pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan,
ataupun seruan. Contoh kalimatnya:
1. Nenekku meninggal dua bulan yanglalu.
2. Tanggal 17 Agustus adalah hari kemerdekaan Indonesia.
3. Gadis cantik itu bukan kekasihku.
4. Raiz melakukan teknik menulis buku buku berdasarkan pengalaman
pahitnya.
b. Tandadalam Penulisan Bagan, Ikhtisar, atau Daftar
Tanda titik tidak hanya digunakan dalam kalimat saja. Akan tetapi, tanda
titik dapat digunakan bahkan di belakang satu huruf maupun angka.
Dalam penulisan bagan, ikhtisar, atau daftar, tanda titik diletakkan
dibelakang angka atau huruf.
c. PemisahAngka Jam, Menit, dan Detik
Jarang diketahui, tanda titik juga dapat digunakan sebagai pemisah
angka jam, menit, dan detik. Hal ini disebabkan tanda tersebut sering
digantikan oleh titik dua (:) Contoh penggunaan titik dalam pemisah
angka jam, menit, dan detik
Pukul 21.25.07 (Pukul 21 lewat 25 menit 7 detik)
d. Menunjukkan JangkaWaktu
Selain itu tanda titik juga dapat digunakan untuk memisahkan angka
jam, menit, dan detik yang menunjukkan JANGKA waktu. Contohnya:
3.45.12 (3 jam, 45 menit, 12 detik)
e. Berperan dalam Penulisan Sumber Referensi
Dalam penulisan sumber referensi, tanda titik jug berperan banyak.
Tanda titik digunakan di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak
berakhir dengan nada tanda tanya atau tanda seru, dan tempat terbit
130
dalam daftar pustaka. Contoh:
Ali, Muhammad. 1994. Lenyapnya Sang Pencerah. Malang:
Generasi Edan Media.
f. Memperjelas Jumlah
Dalam penulisan bilangan yang lebih dari seratus, tanda titik juga
diperlukan. Tanda titik digunakan untuk memisahkan bilangan ribuan
ataupun kelipatannya. Tanda titik digunakan untuk memperjelas jumlah.
Contohya:
Desa itu berpenduduk 13.500 orang.
Namun ada pengecualian jika angka tersebut tidak menunjukkan
jumlah seperti.
Lihatlah halaman 2104 untuk mengetahui proses
perkembangbiakannya!
g. Tidak Boleh Digunakan padaAkhir Judul
Tanda titik juga memiliki larangan penggunaan, yaitu: tanda titik
TIDAK digunakan pada akhir judul yang merupakan kepala karangan
atau kepala karangan atau kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya.
Contohnya
Acara Kunjungan Presiden Joko Widodo
h. Tidak Boleh Digunakan pada Kepala Surat
Adapun beberapa larangan berikutnya, tanda titik TIDAK dipakai dalam
kepala surat yang. Lebih tepatnya, tanda tersebut tidak digunakan di
belakang alamat pengirim, dan tanggal surat, atau nama dan alamat
penerima surat. Contohnya :
Jalan Pramuka 13 Cirebon
21February 2013
Yth. Sdr. Imam Prayogi Jalan Imam Bonjol 55 Surabaya
Kantor Penerbit Z
131
Tanda koma seringkali digunakan di tengah kalimat. Tanda ini
umumnya digunakan diantara unsur-unsur dalam suatu perincian atau
perbilangan. Letak penempatan tanda koma (,) ada dibelakang kata
yangmengikutinya. Contohnya:
Shinta membeli garam, gula, penyedap rasa, dan cuka di warung
sebelah.
b. Perbandingan Kalimat
Dalam pembentukan kalimat perbandingan tanda koma juga berperan
penting. Tanda koma digunakan untuk memisahkan kalimat setara yang
satu dari kalimat setara berikutnya didahului oleh kata seperti tetapi,
walau, namun, atau melainkan. Contohnya:
Pertunjukkan itu sungguh menarik, tetapi membahayakan penonton
disekitarnya.
c. MemisahkanAnak dan Induk Kalimat
Lebih lanjut lagi, tanda koma digunakan untuk memisahkan anak
kalimat dari induk kalimat, jika anak kalimat itu mendahului induk
kalimatnya. Contohnya:
Kalau tempat itu cukup luas, kita akan pakai tempatitu.
d. Di belakang Kata PenghubungAntarkalimat
Tanda koma digunakan di belakang kata atau ungkapan penghubung
antarkalimat yang terdapat pada awal kata. Kata atau kata-kata terebut
adalah oleh karena itu, maka dari itu, lagi pula, meskipun begitu,
walaupun begitu, namun, dan akan tetapi. Contohnya:
jadi, kita sebaiknya pergi secepatnya.
e. Pemisah Partikel
132
digunakan untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain
dalam kalimat. Contohnya:
Kata Paman, “Jangan menengok ke belakang ketika berjalan di
tengah kuburan”
g. Di Identitas yang Ditulis Berurutan
Tanda koma digunakan di antara (a) nama dan alamat, (b) bagian-bagian
alamat, (c) tempat dan tanggal, dan (d) nama tempat dan wilayah atau
negeri yang ditulis berurutan. Contohnya:
Berkas ini harap dialamatkan kepada Dekan Fakultas Teknologi
Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Jalan Raya Darmaga, Bogor.
h. Penulisan Daftar Pustaka
Dalam penulisan daftar pustaka, tanda koma digunakan untuk
menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya. Contohnya:
Dwiloka, Bambang. 2001. Pangan dan Gizi. Semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponegoro
i. Pada CatatanKaki
Tanda koma juga digunakan diantara bagian-bagian dalam catatan
kaki. Contohnya:
W.J.S.Poerwadarminta, Bahas Indonesia untukk Karang-
mengarang (Yogyakarta: UP Indonesia.
j. Penulisan Gelar
Tanda koma digunakan di antara nama orang dan gelar akademik
yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri,
keluarga, atau marga. Contohnya:
Sasikirana, S.H.
k. Dlam PenulisanBilangan
133
digunakan untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak
membatasi. Contohnya:
Temanku, Irfan, adalah orang yang sangat rajin.
m. Menghindari SalahBaca
Tanda koma digunakan untuk menghindari salahbaca (miss
interpretation) di belakang keterangan yang terdapat pada awal
kalimat. Contohnya:
Dalam pembinaan dan pengembangan bahasa, kita memerlukan
sikap yang bersungguh.
Bandingkan dengan:
Kita memerlukan sikap yang bersungguh-sungguh dalam
pembinaan dan pengembangan bahasa.
n. Tidak Digunakan untuk Memisahkan Petikan Langsung
Tanda koma TIDAK digunakan untuk memisahkan petikan langsung
dari bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung
itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru. Contohnya:
“Mengapa dia melakukannya?” tanya Zainudin.
Tanda seru digunakan pada kalimat seruan atau perintah, baik perintah
keras maupun tidak. Contohnya:
134
4. Penggunaan Tanda Titik Koma (;)
Berikut fungsi tanda baca titik koma yang perlu diketahui:
a. Memisahkan BagianKalimat
Tanda titik koma digunakan untuk memisahkan bagian-bagian kalimat
yang sejenis dan setara. Contohnya:
Malam makin larut; pekerjaan belum selesai juga.
b. Memisahkan Kalimat yang Setara
Tanda titik koma digunakan sebagai pengganti kata penghubung untuk
memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk. Contohnya:
Kakak melakukan teknik menulis buku karangan pribadi di
kamarnya; Adik menonton TV di ruang tamu.
Tanda titik dua digunakan pada akhir suatu pernyataan lengkap jika
diikuti suatu rangkaian yang berhubungan mengakar.
Contohnya:
Kita memerlukan perlengkapan memasak: wajan, spatula, panci, dan
penyaring.
b. Sesudah Kata atauUngkapan
Tanda titik dua digunakan sesudah kata atau ungkapan yang
memerlukan pemerian.Contohnya:
Ketua: Sigit Pramana Putra Wakil Ketua : NurAlwan
Sekretaris: Tutut Apriyani Bendahara : Danti Syahriana
Hari/Tangga : Ahad, 1 Mei 2016
Waktu : Pukul 09.30 WIB
Tempat : Ruang A.2.1 Kampus 3 UTY
c. Teks Drama Sesudah Kata yang Menunjukkan Pelaku
Tanda titik dua digunakan pada teks drama sesudah kata yang
menunjukkan pelaku dalam percakapan.
135
Contohnya:
Ferdi : (sambil memandang ke bawah) “Mungkin memanglah ini
akhirnya”
Winda : (menepuk pundak Fredi) “Hei, ngapain ngelamun
sendirian?”
Ferdi : (kaget) “Eh, Winda..”
d. Diantara IdentitasPenerbit
Tanda titik dua di antara (a) jilid atau nomor dan halaman, (b) bab dan
ayat dalam kitab suci, (c) judul dan subjudul suatu karangan, serta (d)
nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan.
a. Menyambung Suku
136
Menyambung Huruf Kata
Tanda hubung digunakan untuk menyambung huruf kata yang dieja satu-
satu dan bagian-bagian pada penulisan tanggal. Contohnya:
d. p-a-r-t-i-s-i-p-a-s-I, k-n-o-w-l-e-d-g-e, s-o-f-y-u-d-i-n
e. 13-10-2012
Memperjelas Hubungan
Tanda hubung dapat dipakai untuk memperjelas (a) hubungan bagian-bagian
kata atau ungkapan, dan (b) penghilangan bagian kelompok kata.
Contohnya:
f. ber-evolusi
g. dua puluh lima-ribuan
h. tanggung jawab dan kesetiakawanan-sosial
Bandingkan dengan:
a) ber-revolus
b) dua-puluh-lima-ribuan
c) tanggung jawab dan kesetiakawan sosial
137
Merangkai Unsur Bahasa Indonesia dengan BahasaAsing
Tanda hubung digunakan untuk merangkaikan unsur Bahasa Indonesia
dengan unsure bahasa asing. Contohnya:
se-stylish mungkin
peng-upload-an
di-backup
Tanda pisah digunakan di antara dua bilangan atau tanggal dengan arti
„sampai‟.
Contohnya:
1903 – 1955
138
penjelasan, yang biasa digunakan untuk menjelaskan abreviasi.
Contohnya:
Kementrian Riset dan Teknologi dan Pendidikan Tinggi
(Kemenristek dikti) telah menyelenggarakan Progam Hibah Bina
Desa (PHBD) semenjak bulanlalu.
b. Mengapit Keterangan
Tanda kurung digunakan untuk mengapit keterangan atau penjelasan yang
bukan bagian integral pokok pembicaraan. Contohnya:
Novel “The Great Gatsby” (salah satu novel terkenal era revolusi
industri) terbit dan dicetak dalam berbagai versi.
c. Mengapit Huruf
Tanda kurung digunakan untuk mengapit huruf atau kata yang
kehadirannya di dalam teks dapat dihilangkan. Contohnya:
Kata aggression diserap ke dalam Bahasa Indonesia menjadi agresi
(an).
d. Mengapit Angka
Tanda kurung digunakan untuk mengapit angka atau huruf yang
memerinci satu urutan keterangan. Contohnya:
Kecerdasan sejati ditentukan oleh penguasaan (a) IQ, (b) EQ, dan (c)
SQ.
Tanda kurung siku digunakan untuk mengapit huruf, kata, atau kelompok
kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat yang ditulis orang lain.
Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang
terdapat di dalam naskah asli. Contohnya:
139
b. Mengapit Keterangan
Tanda kurung siku digunakan untuk mengapit keterangan dalam kalimat
penjelas yang sudah bertanda kurung. Contohnya:
Persamaan dari metode pembelajaran itu (perbedaannya [lihat
halaman 20-23] begitu signifikan) memberikan output yang kurang
lebih tetap sama dengan tujuan awal.
140
11. Penggunaan Tanda Petik Tunggak („…‟)
Berikut fungsi tanda baca petik tunggal yang perlu diketahui:
a. Mengapit Petikan dalam Petikan Lain
Tanda petik tunggal digunakan untuk mengapit petikan yang tersusun
di dalam petikan lain. Teknik menulis, contohnya:
Tanya Melia, “Kau denggar bunyi „ngiung-ngiung‟ tadikah?”
b. Mengapit Makna
Tanda petik tunggal dalam teknik menulis digunakan untuk mengapit
makna, terjemahan, atau penjelasan kata ungkapan asing. Contohnya:
rate of inflation „laju inflasi‟
141
D. PENGGUNAAN KATA DENGAN BAIK DAN BENAR DALAM
PENULISAN KARYA ILMIAH
142
Kedua kalimat efektif. karya tulis ilmiah yang baik tentunya
selain menggunakan diksi dan istilah yang tepat juga harus
menggunakan kalimat yang efektif. Kalimat efektif adalah kalimat yang
memenuhi kriteria jelas, sesuai dengan kaidah, ringkas dan enak dibaca
(Arifin, 1998: 84).
Ketiga paragraf yang baik. Paragraf yang baik harus
menggunakan prinsip kesatuan yaitu dalam sebuah paragraf hanya
terdiri dari satu gagasan pokok. Semua kalimat yang membentuk
kesatuan dalam paragraf tersebut hanya merujuk pada satu gagasan
pokok tersebut. Adapun yang dimaksud dengan kelengkapan dalam
paragraf adalah terpenuhinya kebutuhan kalimat penjelas yang
mengantar kalimat utama jika kalimat-kalimat yang menopang kalimat
utama dikembangkan secara jelas dan lengkap sehingga tidak
menyisakan pertanyaan yang terkait dengan kalimat utama maka dapat
dikatakan bahwa paragraf tersebut merupakan paragraf yang lengkap.
Kemampuan menulis karya ilmiah disamping memerlukan bekal
keilmuan yang cukup juga memerlukan bekal kemampuan kebahasaan
yang memadai. Mengingat adanya prinsip-prinsip atau kaidah-kaidah
tersendiri tentang ragam bahasa ilmiah maka hendaknya prinsip-prinsip
tersebut dipaham dan dipraktikkan. Hal ini karena faktor kebahasaan
mempunyai pengaruh yang besar dalam mengantarkan gagasan kepada
pembaca secara baik. Secara sederhana prinsip yang berkaitan dengan
kebahasaan dalam penulisan karya ilmiah adalah prinsip pemilihan kata,
istilah, pembentukan kalimat serta paragraf yang baik. Sekilas memang
prinsip-prinsip tersebut tampak tidak rumit. Akan tetapi, ketika sudah
sampai pada praktiknya tentunya kepekaan bahasa (sense of
143
umumnya terdiri atas sepuluh jenis kata, yaitu: kata benda (nominal),
kerja (verba), sifat (adjektiva), ganti (pronominal), keterangan
(adverbia), bilangan
(numeralia), sambung (konjungsi), sandang (artikel), seru (interjeksi),
depan (preposisi). (Komposisi Bahasa Indonesia 2007: 77)
Pembagian kata atas sepuluh jenis yang dilakukan oleh para ahli
bahasa tentulah didasari pertimbangan yang matang dan didukung oleh
alasan yang kuat. Dalam Bahasa Indonesia, nama jenis-jenis kata itu
pun sudah dikenal luas. Harus diakui bahwa pembagian kata yang
dipopulerkan oleh Sutan Takdir Alisjahbana dan diikuti oleh sejumlah
penulis tata bahasa indonesia, cukup berpengaruh dan cukup lama
mendominasi bidang morfologi bahasa indonesia.
Sementara itu, ilmu bahasa indonesia termasuk morfologi, terus
berkembang. Sejauh ini, sudah cukup banyak ahli bahasa yang
membagi kata atas beberapa macam disertai argumentasinya masing-
masing. Pembagian kelas kata bahasa indonesia yang paling mutakhir
adalah diajukan oleh Tim Depdikbud RI yang terdapat di dalam buku
Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (edisi perdana 1988).
Kata dikelompokkan ke dalam lima jenis yaitu:
1) Verba (kata kerja)
2) Ajektiva (kata sifat)
3) Adverbia (kata keterangan)
4) Rumpun kata benda, yang beranggotakan: Nomina (kata benda/kata
nama) Pronomina (kata ganti) Numeralia (kata bilangan)
5) Rumpun kata tugas, yang beranggotakan: Preposisi (kata depan)
Konjungtor (kata sambung) Interjeksi (kata seru) Artikel (kata sandang)
Partikel
144
Ciri kata kerja ada tiga:
a) Dapat diberi aspek waktu, seperti akan, sedang, dan telah.
b) Dapat diingkari dengan kata tidak.
c) Dapat diikuti oleh gabungan kata dengan menambahkan KB (kata
benda) atau KS (kata sifat).
Ada 2 bentuk kata kerja
1) kata kerja asal yaitu kata kerja yang dapat bediri sendiri didalam
kalimat tanpa bantuan afiks, misalnya tulis, pergi, bicara, lihat;
2) (2) kata kerja turunan yaitu kata kerja yang mempunyai afiks;
misalnya menulis, bepergian, berbicara, melihat
Selain bentuk-bentuk diatas, ada pula bentuk kata kerja atau verba
yang lain, diantaranya:
a. Verba reduplikasi atau verba berulang dengan atau tanpa
pengimbuhan; miisalnya makan- makan, batuk-batuk, berlari-lari,
dsb.
b. Verba majemuk, yaitu verba yang terbentuk melalui proses
penggabungan kata yang tidak membentuk idiom; misalnya
terjun payung, temu wicara, tatap muka, mengambing-
hitamkan;
c. Verba berpreeposisi, yaitu verba intransitif yang selalu diikuti
oleh preposisi tertentu; misalnya tahu akan, berdiskusi
tentang, cinta pada, sejalan dengan, terdiri dari, menyesal
atas, tergolong sebagai.
2. Kata Sifat (Adjektiva)
Adalah kata yang menerangkan sifat, keasaan, watak, tabiat
orang/binatang/suatu benda.(Komposisi Bahasa Indonesia 2007: 80) Kata
sifat dibagi menjadi dua:
a. Kata sifat bentuk tunggal Ciri-ciri:
1) Dapat diberi keterangan pembanding seperti lebih, kurang dan
paling
Contoh: lebih baik, kurang indah, paling bodoh
145
2) Dapat diberi keterangan penguat seperti sangat, benar, sekali.
Contoh: sangat mahal, murah benar, indah sekali.
3) Dapat diingkari dengan kata ingkar tidak.
Contoh: tidak benar, tidak sehat.
Kata sifat tunggal dapat dibagi menjadi lima kelompok:
1) Keadaan atau situasi Contoh: aman, gawat.Warna
Contoh: merah, hijau, biru.
2) Ukuran
Contoh: tinggi, pendek.
3) Perasaan atau sikap
Contoh: malu, bahagia, sedih.
4) Indera
Contoh: harum, manis, pedas.
3. Kata Sifat Berimbuhan
Dibentuk dari sufiksnya dan diserap dari bahasa asing, seperti bahasa
inggris dan bahasa arab, selain akhiran tersebut ada dua kombinasi afiks
yang membentuk kata sifat, yaitu konfiks dengan bentuk dasar kata ulang
(reduplikasi).(Komposisi Bahasa Idonesia 2007: 81)
a. Kata keterangan (adverbia)
Adalah kata yang memberi keterangan pada verba, adjektiva, nominal
predikatif, atau kalimat (Tanda Bahasa Baku Bahasa Indonesia 1988:
223). Ada beberapa tipe:
1. Adverbia menerangkan verba Contoh: Saya ingin segera melukis.
2. Adverbia menerangkan adjektiva Contoh: Pemandangannya sangat
indah.
3. Adverbia menerangkan nomina predikatif
Contoh: Ayah Ani hanya sebagai pegawai kantor biasa.
Adverbia menerangkan kalimat secara keseluruhan
Contoh: Sepertinya Adik bahagia.
4. Kata benda (Nomina)
Adalah kata yang mengacu pada suatu benda, kata disebut juga istilah kata
nama (nomina).Kata benda berfungsi sebagai subyek, obyek, pelengkap,
146
dan keterangan dalam kalimat.(Komposisi Bahasa Indonesia 2007: 82)
Ciri kata benda ada dua:
1. Dapat diingkari dengan kata bukan
Contoh: gula (bukan gula), saya (bukan saya).
2. Dapat diikuti oleh gabungan kata yang +KS (kata sifat) atau yang
sangat + (kata sifat)
Contoh: pohon + yang rindang (KS); kekasih + yang sangat cantik
(KS) Kata benda berimbuhan
Pronomina adalah kata yang dipakai untuk mengacu kepada nomina lain
(Tata Baku Bahasa Indonesia, 1998: 273). Pronomina dibagi menjadi :
1. Pronomina persona: untuk mengacu kepada orang
2. Pronomina penanya: untuk menanyakan benda orang atau
baarang), yaitu: apa, siapa, mana, kapan, dst.
3. Pronomina penyapa: Bu, Pak, Dok, Prof.
4. Pronomina penunjuk: ini, itu, anu.
Kata ganti ku, mu, nya
Contoh:
Apa yang kubawa boleh kau pinjam.
Temanku, temanmu, dan temannya bekumpul disini.
147
7. Partikel
1. Partikel lah, ksh,dan tah ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya. Contoh: siapakah yang telah makan tadi?
2. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.Kecuali
pada kelompok yang sudah dianggap pandu (seperti adapun,
bagaimanapun). Contoh: Sepucuk surat pun tak pernah datang.
3. Partikel per yang berarti mula, demi, dan tiap ditulis terpisah dari
bagian kalimat yang mendampinginya. Contoh: Satu per satu mereka
masuk ruangan ini.
8. Kata Depan (Preposisi)
Adalah kata tugas yang selalu berada didepan kata benda, kata sifat, atau
kata kerja untuk membentuk gabungan kata depan (frasa preposisional).
Contoh:
di kantor pada hari ini dengan cepat buat tamu oleh pegawai
tentang hal itu
Konjungsi adalah kata tugas yang berfungsi menghubungkan dua kata atau
dua kalimat.kata sambung disebut juga konjungtor.Konjungtor dibagi
menjadi dua, yaitu:
a. Konjungsi antar kata
Contoh:
...antara hidup dan mati.
....oleh Presiden atau Wakil Presiden.
b. Konjungsi antar kalimat
Contoh:
Situasi memang sudah membaik. akan tetapi kita harus tetap waspada.
Aku tidak sependapat dengan Kamu. meskipun begitu Aku tidak
memaksamu.
148
149
BAB VI
A. KALIMAT EFEKTIF
1. Pengertian Kalimat Efektif
150
e. Menurut (Arif HP: 2013)
Kalimat efektif di pahami sebagai sebuah kalimat yang dapat membantu
menjelaskan sesuatu persoalan secara lebih singkat jelas padat dan mudah di
mengerti serta di artikan.
Kalimat efektif di pahami sebagai sebuah kalimat yang dapat membantu
menjelaskan sesuatu persoalan secara lebih singkat jelas padat dan mudah di
mengerti serta di artikan.
Unsur kalimat adalah fungsi sintaksis yang dalam buku-buku tata bahasa
Indonesia lama lazim disebut jabatan kata dan kini disebut peran kata dalam
kalimat, yaitu subjek (S), predikat (P), objek (O), pelengkap (Pel), dan keterangan
(Ket). Kalimat bahasa Indonesia baku sekurang-kurangnya terdiri atas dua unsur,
yakni subjek dan predikat. Unsur yang lain (objek, pelengkap, dan keterangan)
dalam suatu kalimat dapat wajib hadir, tidak wajib hadir, atau wajib tidak hadir.
a. Subjek (S)
Subjek (S) adalah bagian kalimat menunjukkan pelaku, tokoh, sosok (benda),
sesuatu hal, suatu masalah yang menjadi pangkal/pokok pembicaraan. Subjek
biasanya diisi oleh jenis kata/frasa benda (nominal), klausa, atau frasa verbal.
Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh sebagai berikut ini:
151
kata yang mengisi S pada kalimat (c), (d) dan (e) bukan kata benda, namun
hakikat fisiknya tetap merujuk pada benda. Bila kita menunjuk pelaku pada
kalimat (c) dan (d), yang berbaju batik dan berjalan kaki tentulah orang (benda).
Demikian juga membangun jalan layang yang menjadi S pada kalimat (e), secara
implisit juga merujuk pada “hasil membangun” yang tidak lain adalah benda juga.
Di samping itu, kalau diselami lebih dalam, sebenarnya ada nomina yang lesap,
pada awal kalimat (c) sampai (e), yaitu orang pada awal kalimat (c) dan kegiatan
pada awal kalimat (d) dan (e).
Selain ciri di atas, S dapat juga dikenali dengan cara bertanya dengan memakai
kata tanya siapa (yang)… atau apa (yang)… kepada P. Kalau ada jawaban yang
logis atas pertanyaan yang diajukan, itulah S. Jika ternyata jawabannya tidak ada
dan atau tidak logis berarti kalimat itu tidak mempunyai S. Inilah contoh
“kalimat” yang tidak mempunyai S karena tidak ada/tidak jelas pelaku atau
bendanya.
Contoh (a) sampai (c) belum memenuhi syarat sebagai kalimat karena
tidak mempunyai S. Kalau ditanya kepada P, siapa yang dilarang masuk pada
contoh (a) siapa yang melayani resep pada contoh (b) dan siapa yang memandikan
adik pada contoh (c), tidak ada jawabannya. Kalaupun ada, jawaban itu terasa
tidak logis.
b. Predikat (P)
Predikat (P) adalah bagian kalimat yang memberitahu (tindakan) apa atau dalam
keadaan bagaimana subjek (pelaku/tokoh atau benda di dalam suatu kalimat).
Selain memberitahu tindakan atau perbuatan subjek (S), P dapat pula menyatakan
sifat, situasi, status, ciri, atau jatidiri S. termasuk juga sebagai P dalam kalimat
adalah pernyataan tentang jumlah sesuatu yang dimiliki oleh S. predikat dapat
juga berupa kata atau frasa, sebagian besar berkelas verba atau adjektiva, tetapi
dapat juga numeralia, nomina, atau frasa nominal.
152
Perhatikan contoh berikut:
a. Kuda meringkik.
b. Ibu sedang tidur siang.
c. Putrinya cantik jelita.
d. Kota Jakarta dalam keadaan aman.
e. Kucingku belang tiga.
f. Robby mahasiswa baru.
g. Rumah Pak Hartawan lima.
Kata-kata yang digaris bawahi dalam kalimat di atas adalah P. kata
meringkik pada kalimat (a) memberitahukan perbuatan kuda. Kelompok kata
sedang tidur siang pada kalimat (b) memberitahukan melakukan apa ibu, cantik
jelita pada kalimat (c) memberitahukan bagaimana putrinya, dalam keadaan aman
pada kalimat (d) memberitahukan situasi kota Jakarta, belang tiga pada kalimat (e)
memberitahukan ciri kucingku, mahasiswa baru pada kalimat (f) memberitahukan
status Robby, dan lima pada kalimat (g) memberitahukan jumlah rumah Pak
Hartawan.
Berikut ini contoh kalimat yang tidak memiliki P karena tidak ada kata-kata
menunjuk pada perbuatan, sifat, keadaan, ciri, atau status pelaku atau bendanya.
153
c. Objek (O)
Objek (O) adalah bagian kalimat yang melengkapi P. objek pada
umumnya diisi oleh nomina, frasa nominal, atau klausa. Letak O selalu di
belakang P yang berupa verba transitif, yaitu verba yang menuntut wajib hadirnya
O, seperi pad contoh di bawah ini.
a) Nurul menimang …
b) Arsitek merancang …
c) Juru masak menggoreng …
Verba transitif menimang, merancang, dan menggoreng pada contoh
tersebut adalah P yang menuntut untuk dilengkapi. Unsur yang akan melengkapi P
pada ketiga kalimat itulah yang dinamakan objek.
Jika P diisi oleh verba intransitif, O tidak diperlukan. Itulah sebabnya sifat O
dalam kalimat dikatakan tidak wajib hadir. Verba intransitive mandi, rusak,
pulang yang menjadi P dalam contoh berikut tidak menuntut untuk dilengkapi.
a) Nenek mandi.
b) Komputerku rusak.
c) Tamunya pulang.
Objek dalam kalimat aktif dapat berubah menjadi S jika kalimatnya
dipasifkan. Perhatikan contoh kalimat berikut yang letak O-nya di belakang dan
ubahan posisinya bila kalimatnya dipasifkan.
d. Pelengkap (pel)
Pelengkap (P) atau komplemen adalah bagian kalimat yang melengkapi P.
letak Pelengkap umumnya di belakang P yang berupa verba. Posisi seperti itu juga
ditempati oleh O, dan jenis kata yang mengisi Pel dan O juga sama, yaitu dapat
berupa nomina, frasa nominal, atau klausa. Namun, antara Pel dan O terdapat
perbedaan. Perhatikan cnntoh di bawah ini:
154
a. Ketua MPR membacakan Pancasila.
S P O
Kedua kalimat aktif (a) dan (b) yang Pel dan O-nya sama-sama diisi oleh
nomina Pancasila, jika hendak dipasifkan ternyata yang bisa hanya kalimat (a)
yang menempatkan Pancasila sebagai O. Ubahan kalimat (a) menjadi kalimat
pasif adalah sebagai berikut:
S P O
Posisi Pancasila sebagai Pel pada kalimat (b) tidak bisa dipindah ke depan
menjadi S dalam kalimat pasif. Contoh berikut adalah kalimat yang tidak
gramatikal.
Pancasila dilandasi oleh banyak orsospol. Hal lain yang membedakan Pel dan O
adalah jenis pengisinya. Selain diisi oleh nomina dan frasa nominal, Pelengkap
dapat juga diisi oleh frasa adjectival dan frasa preposisional. Di samping itu, letak
Pelengkap tidak selalu persis di belakang P. Apabila dalam kalimatnya terdapat O,
letak pel adalah di belakang O sehingga urutan penulisan bagian kalimat menjadi
S-P-O-Pel. Berikut adalah beberapa contoh pelengkap dalam kalimat.
e. Keterangan (ket)
Keterangan (Ket) adalah bagian kalimat yang menerangkan berbagai hal
mengenai bagian kalimat yang lainnya. Unsur Ket dapat berfungsi menerangkan
S, P, O, dan Pel. Posisinya bersifat bebas, dapat di awal, di tengah, atau di akhir
155
kalimat. Pengisi Ket adalah frasa nominal, frasa preporsisional, adverbia, atau
klausa.
Ke Ke Surabaya, ke
rumahnya
Dari
Dari Manado, dari sawah
Pada
Pada permukaan
156
Bagi Bagi masa depan
a. Kesepadanan
157
Ketidakjelasan subjek atau predikat suatu kalimat tentu saja membuat
kalimat itu tidak efektif. Kejelasan subjek dan predikat suatu kalimat dapat
dilakukan dengan menghindarkan pemakaian kata depan di, dalam bagi untuk,
pada, sebagai, tentang, mengenai, menurut, dan sebagainya di depan subjek.
Contoh:
1. Bagi semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah.
(Salah)
2. Semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah.
(Benar)
b. Tidak terdapat subjek yang ganda.
Contoh:
1. Penyusunan laporan itu saya dibantu oleh para dosen.
2. Saat itu saya kurang jelas.
Kalimat-kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara berikut :
1. Kami datang agak terlambat sehingga kami tidak dapat mengikuti acara
pertama.
Atau kami datang terlambat. Oleh karena itu, kami tidak dapat mengikuti
acara pertama.
2. Kakaknya membeli sepeda motor Honda, sedangkan dia membeli sepeda
motor Suzuki.
158
Atau Kakaknya membeli sepeda motor Honda. Akan tetapi, dia
membeli sepeda motor Suzuki.
d. Predikat kalimat tidak didahului oleh kata yang.
Contoh:
1. Bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Melayu.
2. Sekolah kami yang terletak di depan bioskop Gunting.
f. Keparalelan
Keparalelan adalah kesamaan bentuk kata yang digunakan dalam kalimat
itu. Artinya, kalau bentuk pertama menggunakan nomina. Kalau bentuk pertama
menggunakan verba, bentuk kedua juga menggunakan verba.
Contoh:
Kalimat (a) tidak mempunyai kesejajaran karena dua bentuk kata yang
mewakili predikat terdiri dari bentuk yang berbeda, yaitu dibekukan dan kenaikan.
Kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara menyejajarkan kedua bentuk itu.
159
Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan
tembok, pemasangan penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan
pengaturan tata ruang.
g. Ketegasan
Yang dimaksud dengan ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan
penonjolan pada ide pokok kalimat. Dalam sebuah kalimat ada ide yang perlu
ditonjolkan. Kalimat itu memberi penekanan atau penegasan pada penonjolan itu.
Ada berbagai cara untuk membentuk penekanan dalam kalimat.
a. Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal kalimat).
Contoh:
1. Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan negara ini
dengan kemampuan yang ada pada dirinya.
Penekanannya ialah presiden mengharapkan.
2. Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya.
Penekanannya Harapan presiden.
Jadi, penekanan kalimat dapat dilakukan dengan mengubah posisi kalimat.
160
h. Kehematan
Kehematan dalam kalimat efektif adalah hemat mempergunakan kata,
frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu. Kehematan tidak berarti harus
menghilangkan kata-kata yang dapat menambah kejelasan kalimat. Peghematan di
sini mempunyai arti penghematan terhadap kata yang memang tidak diperlukan,
sejauh tidak menyalahi kaidah tata bahasa.
Kalimat efektif harus hemat dalam penggunaan kata. Jangan menggunakan kata,
frasa, atau bentuk lain yang tidak perlu.
161
1. Ia memakai baju warna merah.
2. Di mana engkau menangkap burung pipit itu?
Kata merah sudah mencakupi kata warna.
e. Kecermatan
Cermat adalah bahwa kalimat itu tidak menimbulkan tafsiran ganda.
162
Kalimat (a) memilikimakna ganda, yaitu siapa yang terkenal, mahasiswa atau
perguran tinggi.
Kalimat (b) memiliki makna ganda, yaitu berapa jumlah uang, dua juta atau
dibawah dua juta.
Yang diceritakan menceritakan tentang putra-putri raja, para hulubalang, dan para
menteri.
Kalimat ini salah pilihan katanya karena dua kata yang bertentangan, yaitu
diceritakan dan menceritakan. Kalimat itu dapat diubah menjadi
Yang diceritakan ialah putra-putri raja, para hulubalang, dan para menteri.
f. Kepaduan
Kepaduan ialah kepaduan ialah kepaduan pernyataan dalam kalimat itu
sehingga informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah.
a. Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara berpikir
yang tidaksimetris.Oleh karena itu, kita hindari kalimat yang panjang dan
bertele-tele.
Misalnya:
Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita orang-orang kota
yang telah terlanjur meninggalkan rasa kemanusiaan itu dan yang secara
tidak sadar bertindak keluar dari kepribadian manusia Indonesia dari sudut
kemanusiaan yang adil dan beradab
b. Kalimat yang padu mempergunakan pola aspek + agen + verbal secara tertib
dalamkalimat-kalimat yang berpredikat pasif persona.
Contoh:
Surat itu saya sudah baca.
Saran yang dikemukakannya kami akan pertimbangkan.
Kalimat di atas tidak menunjukkan kepaduan sebab aspek terletak antara
agen dan verbal.
163
Seharusnya kalimat itu berbentuk
1. Surat itu sudah saya baca.
2. Saran yang dikemukakannya akan kami pertimbangkan.
c. Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti daripada
atau tentangantara predikat kata kerja dan objek penderita.
Perhatikan kalimat ini :
1. Mereka membicarakan daripada kehendak rakyat.
2. Makalah ini akan membahas tentang desain interior pada rumah-rumah
adat.
Seharusnya:
1. Mereka membicarakan kehendak rakyat.
2. Makalah ini akan membahas desain interior pada rumah-rumah adat.
g. Kelogisan
Kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat diterima oleh akal dan
penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku. Suatu kalimat dikatakan logis
apabila informasi dalam kalimat tersebut dapat diterima oleh akal atau nalar.
Logis atau tidaknya kalimat dilihat dari segi maknanya, bukan strukturnya. Suatu
kalimat dikatakan logis apabila gagasan yang disampaikan masuk akal, hubungan
antar gagasan dalam kalimat masuk akal, dan hubungan gagasan pokok serta
gagasan penjelas juga masuk akal.
Contoh:
164
Kedua kalimat di atas tidak logis. Coba kamu perhatikan, deh. Pada
contoh pertama, masa yang dipersilakan waktu dan tempat, sih? Emangnya waktu
dan tempat mau dipersilakan ke mana? Terus pada contoh kedua, masa
jenazahnya mondar-mandir di pasar? Kan serem?
Pada contoh pertama, ganti kata ‘waktu dan tempat’ menjadi subjek
(berupa orang) yang akan diberi waktu dan tempat untuk berbicara, yaitu Bapak
Lurah. Sedangkan pada contoh kedua, ubah subjeknya menjadi ‘wanita’, bukan
„jenazah wanita‟. Setelah itu, tambahkan kata ‘sebelum meninggal’ untuk
memperjelas kapan wanita tersebut mondar-mandir di pasar.
165
4. Syarat-syarat Kalimat Efektif
Syarat-syarat kalimat efektif adalah sebagai berikut:
1. Secara tepat mewakili pikiran pembicara atau penulisnya.
2. Mengemukakan pemahaman yang sama tepatnya antara pikiran pendengar
atau pembaca dengan yang dipikirkan pembaca atau penulisnya.
Ada 6 syarat atau prinsip yang harus terpenuhi agar bisa tertulis kalimat
yang efektif, apa saja? dibawah ini:
1. Kesatuan
Menurut Amran Tasai dan Arifin, kesatuan adalah keseimbangan antara
pikiran (gagasan) dan struktur bahasa yang digunakan. Kesatuan gagasan
kalimat ini diperlihatkan oleh kesepadanan yang kompak dan kepaduan
pikiran yang baik.
Ciri-ciri yang kesatuan:
a. Adanya subjek dan predikat yang jelas.
Hindari menggunakan kata depan (di, ke, sebagai, dll) sebelum subjek.
Contoh kalimat kesatuan:
Di rumah adat para petua mendiskusikan masalah kejahatan yang terjadi.
(Salah)
Para tetua adat mendiskusikan masalah kejahatan yang terjadi di rumah
adat. (Benar)
b. Tidak terdapat subjek ganda
Misalnya:
Pembangunan jalan itu kami dibantu oleh warga desa. (Salah)
Dalam membangun jalan itu, kami dibantu oleh warga desa. (Benar)
c. Tidak menggunakan kata penghubung intrakalimat dalam kalimat tunggal
Misalnya:
Kami datang agak terlambat. Sehingga kami tidak dapat mengikuti acara
pertama (Salah)
Kami datang agak terlambat. Oleh karena itu, kami tidak dapat mengikuti
acara pertama. (Benar)
166
d. Predikat kalimat tidak didahului oleh kata yang
Misalnya:
Bahasa Indonesa yang berasal dari bahasa Melayu.(Salah)
Bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu.(Benar)
2. Kehematan
Menurut Finoza, kehematan adalah usaha menghindari pemakaian kata
yang tidak perlu. Hemat disini berarti tidak menggunakan kata-kata
mubazir, tidak menjamakkan kata yang sudah berbentuk jamak, dan tidak
mengulang subjek. Dengan menghemat kata, kalimat menjadi padat dan
berisi.
Contoh kalimat kehematan:
1) Karena ia tidak diundang, dia tidak datang ke pesta itu. (Salah)
Karena tidak diundang, dia tidak datang ke pesta itu. (Benar)
2) Presiden SBY menghadiri Rapin ABRI hari Senin (Salah)
Presiden SBY menghadiri rapat ABRI Senin itu. (Benar)
3) Dia hanya membawa badannya saja (Salah)
Dia membawa badannya saja / Dia hanya membawa
badannya. (Benar)
4) Para tamu-tamu (Salah)
Para tamu/ Tamu-tamu. (Benar)
3. Keparalelan
Menurut Amran Tasai dan Arifin, keparalelan merupakan kesamaan bentuk
yang digunakan dalam kalimat itu.
Maksudnya yaitu jika pada kata pertama berbentuk verba, maka
kata kedua juga harus berbentuk verba. Baca juga: Verba Transitif dan
Intransitif Serta Contohnya
Contoh kalimat keparalelan:
Sang tutor menjelaskan, memaparkan, dan penerapan sebuah aplikasi pada
para praktikan. (Salah)
Sang tutor menjelaskan, memaparkan, dan menerapkan sebuah aplikasi
167
pada para praktikan. (Benar).
4. Kelogisan
Menurut Arifin dan Amran Tasai, kelogisan adalah ide kalimat itu dapat
diterima oleh akal dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku.
Contoh kalimat efektif kelogisan:
Waktu dan tempat kami persilahkan. (Salah)
Bapak dosen kami persilahkan. (Benar)
5. Kepaduan (Koherensi)
Menurut Finoza, koherensi adalah terjadinya hubungan yang padu antara
unsur-unsur pembentukan kalimat.
Merupakan syarat dari kalimat efektif agar diharapakan nantinya
setiap informasi yang diterima tidak terpecah-pecah.
Ciri-ciri di contoh koherensi dibawah ini yaitu koherensi yang rusak karena
tempat kata dalam kalimat tidak sesuai dengan pola kalimat.
Misalnya:
Ikan memakan adik tadi pagi (Salah)
Adik memakan ikan tadi pagi (Benar)
Selain itu, satu contoh lagi koherensi yang rusak karena menyisipkan
sebuah kata seperti daripada atau tentang antara predikat kata kerja
dan objek penderita. Contoh kalimat kepaduan:
6. Ketepatan
Menurut Finoza, ketepatan adalah kesesuaian atau kecocokan pemakaian
unsur-unsur yang membentuk suatu kalimat sehingga tercipta pengertian
yang bulat dan pasti.
Contoh kalimat ketepatan, misalnya dibawah ini tentang kesalahan dalam
penggunaan tanda koma:
168
Sidik lupa bagaimana cara melukis, mengecat dan berjahitan. (Salah)
Sidik lupa bagaimana cara melukis, mengecat, dan menjahit.(Benar)
Jadi, kalimat efektif selalu memiliki struktur atau bentuk yang jelas. Setiap
unsur yang terdapat di dalamnya (yang pada umumnya terdiri dari kata) harus
menempati posisi yang jelas dalam hubungan satu sama lain. Kata-kata itu harus
diurutkan berdasarkan aturan-aturan yang sudah dibiasakan. Tidak boleh
menyimpang, apalagi bertentangan. Setiap penyimpangan biasanya akan
menimbulkan kelainan yang tidak dapat diterima oleh masyarakat pemakai bahasa
itu. Misalnya, Anda akan menyatakan Saya menulis surat buat papa. Efek yang
ditimbulkannya akan sangat lain, bila dikatakan:
169
kekacauan pengertian. Agar hal ini tidak terjadi, maka si pemakai bahasa
selalu berusaha mentaati hokum yag sudah dibiasakan.
1) Menyempit/spesialisasi
Kata yang tergolong kedalam perubahan makna ini adalah kata yang pada
awal penggunaannya biasa dipakai untuk berbagai hal umum,tetapi
penggunaannya saat ini hanya terbatas untuk satu keadaan saja.
Contoh:
Sastra dulu dipakai untuk pengertian tulisan dalam arti luas atau umum,
sedangkan sekarang hanya dimaknakan dengan tulisan yang berbau seni.
Begitu pula kata sarjana (dulu orang yang pandai, berilmu tinggi, sekarang
bermakna “lulusan perguruan tinggi”)
2) Meluas/generalisasi
Penggunaan kata ini berkebalikan dengan pengertian menyempit.
Contoh:
Petani dulu dipakai untuk seseorang yang bekerja dan menggantungkan
hidupnya dari mengerjakan sawah, tetapi sekarang kata tersebut dipakai untuk
keadaan yang lebih luas. Penggunaan pengertian petani ikan, petani tambak,
petani lele merupakan bukti bahwa kata petani meluas penggunaannya.
170
Contoh:
a. Asosiasi
Yang tergolong kedalam perubahan makna ini adalah kata-kata dengan
makna-makna yang muncul karena persamaan sifat. Sering kita mendengar
171
kalimat “Hati-hati dengan tukang catut itu”. Tukang catut dalam kalimat
diatas tergolong kata-kata dengan makna asosiatif, begitu pula dengan kata
kacamata dalam: “Menurut kacamata saya, perbuatan anda tidak benar”.
b. Sinestesia
Perubahan makna terjadi karena pertukaran tanggapan antara dua indera,
misalnya dari indera pengecap ke indera penglihatan.
Contoh:
Gadis itu berwajah manis (kata manis mengandung makna enak, biasanya
dirasakan oleh alat pegecap, berubah menjadi bagus, dirasakan oleh indera
penglihatan. Demikian juga kata panas, kasar, sejuk,dan sebagainya).
172
3. Nezha belajar untuk ujian. (kalimat efektif)
(kalimat efektif)
10. Karena harga terus melambung tinggi maka rakyat menderita kelaparan.
(kalimat tidak efektif)
(kalimat efektif)
173
a) Kunjana (2009) menyatakan bahwa konteks di dalam linguistik
tidak dapat disamakan dengan konteks dalam pragmatik. (kalimat
efektif)
b) Menurut Kunjana, konteks di dalam linguistik tidak dapat disamakan
dengan konteks dalam pragmatik (2009). (kalimat efektif)
12. Dengan penelitian ini akan memberikan banyak manfaat bagi warga.
Penelitian ini akan memberi banyak manfaat bagi warga. (kalimat efektif)
13. Adalah merupakan tugas peneliti untuk menganalisis dan menyajikan hasil
analisis data. (kalimat tidak efektif)
17. Pada siang ini merupakan siang yang cerah. (kalimat tidak efektif)
19. Pada bulan itu bertepatan dengan bulan bahasa. (kalimat tidak efektif)
20. Pada hari Jum‟at apel kepramukaan yang diikuti oleh seluruh siswa SMP
174
Mandala mulai dari kelas VII sampai kelas IX. (kalimat tidak efektif)
Pada hari Jum‟at apel kepramukaan diikuti oleh seluruh siswa SMP
Mandala mulai dari kelas VII sampai kelas IX. (kalimat efektif)
21. Saat itu malam yang penuh bintang. (kalimat tidak efektif)
22. Yang menjadi sebab banjir adalah pembuangan sampah di hilir sungai.
(kalimat tidak efektif)
175
(kalimat efektif)
c) Seminar itu berbicara tentang pentingnya generasi bermoralitas
tinggi. (kalimat efektif)
31. Kepada pembicara disilakan. (kalimat tidak efektif)
32. Kepada pembicara waktu dan tempat dipersilakan. (kalimat tidak efektif)
34. Meskipun demam, Anas tetap pergi kuliah. (kalimat tidak efektif)
35. Walaupun lelah sekali, Ana tetap ikut bakti sosial. (kalimat tidak efektif)
Ana lelah sekali, tetapi tetap ikut bakti sosial. (kalimat efektif)
36. Jika bekerja dengan keras, kamu pasti berhasil. (kalimat tidak efektif)
Kamu bekerja dengan keras, maka kamu pasti berhasil. (kalimat efektif)
37. Karena kakaknya sakit, ia pergi ke rumah sakit. (kalimat tidak efektif)
6. Kalimat Gramatikal
176
yakni makan yang sesuai dengan tata bahasa. Sedangkan menurut Hasnah
Faizah dalam bukunya (Linguistik Umum, 2010:70) makna gramatikal adalah
makna yang terjadi akibat proses gramatikal (afiksasi, reduplikasi, komposisi, atau
kalimatisasi. Misalnya makna kata pergi dalam “adik pergi ke sekolah”. Makna
konteks juga berkenaan dengan situasinya, yakni tempat, waktu, dan lingkungan
penggunaan bahasa.
Kalimat baku harus gramatikal, yaitu kalimat baku yang harus memenuhi
kaidah yang berlaku di dalam bahasa Indonesia. Kaidah-kaidah tersebut menurut
Susilo (1990:4) ialah harus memenuhi tata kalimat (sintaksis), tata frase
(frasiologi), tata morfem (morfologi) dan tata fonem (fonemik, fonologi). Kalimat
bahasa Indonesia secara gramatikal setidaknya terdiri atas unsur subjek dan unsur
predikat. Sebuah kalimat dapat berdiri sendiri meskipun tanpa objek atau
keterangan, tapi unsur subjek dan predikat tidak dapat ditinggalkan. Karena kedua
unsur ini (subjek dan predikat) memiliki sifat ketergantungan. Unsur subjek tidak
akan memiliki makna tanpa unsur predikat, begitu pula sebaliknya dengan unsur
predikat takkan memiliki makna tanpa adanya unsur subjek.
Contoh kalimat:
Kalimat diatas terdiri dari unsur subjek Geoarge W. Bush, unsur predikat
kehilangan akal, dan unsur keterangan untuk menemukan keberadaan Usamah.
Jika unsur keterangan dihilangkan maka kalimat itu masih dapat diterima dalam
tatanan kalimat bahasa Indonesia. Tapi, lain halnya jika unsur subjek atau unsur
predikatnya dihilangkan maka kalimat itu menjadi tak memiliki makna.
1. Kalimat Tunggal
ialah kalimat yang hanya memiliki satu pola (klausa), yang terdiri dari
subjek dan predikat. Kalimat tunggal merupakan kalimat yang paling
sederhana. Kalimat tunggal yang sederhana ini dapat ditelusuri berdasarkan
pola-pola pembentukannya.
177
Pola-pola kalimat dasar yang dimaksud adalah sebagai berikut :
a. Kalimat Nominal yaitu jenis kalimat yang pola predikatnya menggunakan kata
benda.
Contoh: Adik perempuan saya ada dua orang.
b. Kalimat Verbal yaitu jenis kalimat yang menggunakan kata kerja sebagai
predikatnya.
Contoh: Saya sedang mandi.
1. Keterangan tempat, misalnya: disini, lewat jalan itu, di daerah ini, dll.
Contoh: Rumahnya ada di daerah ini.
2. Keterangan waktu, misalnya: setiap hari, pukul, tahun ini, tahun depan,
kemaren, lusa, dll. Contoh: Aktifitasnya dimulai pukul 08.30 pagi.
3. Keterangan alat, misalnya: dengan baju, dengan sepatu, dengan motor, dll.
Contohnya: Dia pergi dengan sepeda motor.
4. Keterangan cara, misalnya: dengan hati-hati, secepat mungkin, dll.
Contoh: Prakarya itu dibuat dengan hati-hati.
5. Keterangan modalitas, misalnya: harus, mungkin, barangkali, dll. Contoh:
Saya harus giat berlatih.
178
6. Keterangan aspek, misalnya: akan, sedang, sudah, dan telah. Contoh:
Dia sudah menyelesaikannya.
7. Keterangan tujuan, misalnya: untuk dirinya, untuk semua orang, dll.
Contoh: Orang itu membuat dirinya terlihat menawan.
8. Keterangan sebab, misalnya: karena rajin, karena panik, dll. Contoh: Dia
lulus ujian karena rajin belajar.
9. Keterangan tujuan (ket. yang sifatnya menggantikan), contoh: penerima
medali emas, taufik Hidayat.
10. Perluasan kalimat yang menjadi frasa, contoh: orang itu menerima
predikat guru teladan.
Contoh perluasan kalimat tunggal:
2. Kalimat Majemuk
ialah Kalimat majemuk merupakan kalimat yang terdiri dari 2 atau lebih
kalimat tunggal, yang saling berhubungan baik secara kordinasi maupun
subordinasi. Kalimat majemuk dapat dibedakan atas 3 jenis:
a. Kalimat Majemuk Setara adalah kalimat yang terdiri dari 2 atau lebih
kalimat tunggal, dan kedudukan tiap kalimat tunggal itu ialah setara. Kalimat
majemuk setara dapat dikelompokkan kedalam beberapa bagian, yaitu:
1. Kalimat majemuk setara penggabungan ialah jenis kalimat yang dapat
diidentifikasi dengan adanya kalimat yang dihubungkan dengan kata
“dan” atau “serta”. Contoh: "Aku menulis surat itu dan Dia yang
mengirimnya ke kantor pos.", "Murid-murid membuat prakarya itu serta
memajangnya di pameran."
2. Kalimat majemuk setara pertentangan ialah jenis kalimat majemuk yang
dihubungkan dengan kata “tetapi”, “sedangkan”, “melainkan”, “namun”.
Contoh: "Anak itu rajin datang kesekolah, tetapi nilainya selalu merah.",
"Ibu memasak didapur sedangkan saya membersihkan rumah.", "Yang
membuat prakarya itu bukan adiknya melainkan kakaknya yang
179
membuat prakarya itu.", "Dia tidak membuat makanan itu namun
hanya menyiapkannya untuk para tamu."
3. Kalimat majemuk setara pemilihan ialah jenis kalimat majemuk yang
didalam kalimatnya dihubungkan dengan kata “atau”. Contoh" "Dia
bingung memilih antara buah apel atau buah anggur."
4. Kalimat majemuk setara penguatan ialah jenis kalimat yang mengalami
penguatan dengan menambahkan kata “bahkan”. Contoh: "Dia tidak
hanya pandai bermain alat musik, dia bahkan pandai bernyanyi."
180
6. Pengandaian, misal: andaikata, seandainya.
Contoh: "Tim kita bisa menjadi juara 1 andaikata kita berusaha lebih
keras lagi."
7. Tujuan, misal: agar, supaya, untuk.
Contoh: "Dia bekerja disini agar mendapatkan biaya hidup.", "Pria itu
membuatkan sebuah rumah di daerah "A" untuk kedua orangtuanya."
8. Perbandingan, misal: bagai, laksana, ibarat, seperti.
Contoh: "Wajah anak itu bagai bulan kesiangan.", "Anaknya yang suka
membangkang itu ibarat Malin Kundang di zaman modern."
9. Pembatasan, misal: kecuali, selain.
Contoh: "Dia memiliki bakat menyanyi selain bakat bermain musik."
B. KALIMAT LOGIS
1. Pengertian Kalimat Logis
Kalimat Logis adalah perkataan yang masuk akal. Kalimat artinya
perkataan. Logis artinya sesuai dengan logika, benar menurut penalaran, atau
181
masuk akal (KBBI), sedangkan kalimat tidak logis adalah perkataan yang tidak
masuk akal, kalimat yang tidak sesuai dengan logika, atau kata-kata yang tidak
masuk akal.
Kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat diterima oleh akal dan
penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku. Suatu kalimat dikatakan logis
apabila informasi dalam kalimat tersebut dapat diterima oleh akal atau nalar.
Logis atau tidaknya kalimat dilihat dari segi maknanya, bukan strukturnya. Suatu
kalimat dikatakan logis apabila gagasan yang disampaikan masuk akal, hubungan
antar gagasan dalam kalimat masuk akal, dan hubungan gagasan pokok serta
gagasan penjelas juga masuk akal.
182
2. Hati-Hati Banyak Kecelakaan!
HUT RI ke-74 artinya Hari Ulang Tahun Republik Indonesia yang ke-74.
Penulisan HUT RI ke-74 itu tidak logis. Alasannya, bilangan 74 mengacu
ke urutan jumlah RI. Memangnya RI ada berapa? Cuma satu „kan, yaitu
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Jika ada RI ke-74, lalu RI
yang kesatu hingga RI yang ke-73-nya adanya di benua mana?
Jadi, yang benar adalah HUT ke-74 RI. HUT-nya sudah 73 kali, jadi
tahun 2019 HUT yang ke-74. RI-nya cuma satu, yaitu NKRI.
Benar: HUT ke-74 RI, HUT ke-50 TVRI, HUT ke-74 TNI, HUT ke-10
Parta Anu
183
Salah: HUT RI ke-74, HUT TVRI ke-50, HUT TNI ke-74, HUT
Partai Anu ke-10
184
6. Hadirin dimohon berdiri
Kalimat pasif hadirin dimohon berdiri biasanya dikemukakan pembawa
acara dalam acara formal. Kalimat ini tidak logis karena tidak disebutkan
subjek, yang memohon, atau pemohonnya.
Sebenarnya hadirin bisa tanya, siapa yang memohonnya?
Kalimat logisnya untuk menghemat waktu. Lebih baik lagi, gak usah
bilang mempersingkat atau menghemat waktu.
185
Langsung saja: mari kita mulai acara ini dengan membaca basmalah.
a. Kaidah bahasa, dalam hal ini kaidah bahasa Indonesia akan sangat penting
dalam penerapannya pada penulisan ilmiah. Kaidah bahasa harus sesuai
dengan Panduan Umum Ejaaan Bahasa Indonesia atau disebut sebagai
PUEBI.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam tata tulis atau ejaan yaitu:
Penulisan huruf
186
d) Penulisan huruf miring biasanya dilakukan untuk judul, penegasan atau
pengkhususan kata, dan istilah asing atau nama ilmiah.
Penulisan kata
1) Kata dasar, ditulis sebagai satuan yang berdiri sendiri. Seperti kata makan,
tidur, beli, dan lain sebagainya.
2) Kata turunan dan berimbuhan, ditulis bersamaan dengan kata dasarnya.
Gabungan kata yang diimbuhi dengan awalan, akhiran, atau awalan dan
akhiran yang ditulis dengan kata dasar.
3) Kata ulang, ditulis secara lengkap menggunakan tanda hubung (-), baik kata
dasar yang diulang maupun dengan imbuhan.
4) Kata majemuk, ditulis secara terpisah antar katanya, kecuali kata majemuk
yang sudah diakui sebagai satuan kata.
5) Kata ganti, seperti ku (aku), kau (engkau), mu (kamu), nya (dia) ditulis
serangkai atau bersama dengan kata sebelum atau sesudahnya.
6) Kata depan, seperti di, ke, dari ditulis secara terpisah dari kata sesudahnya.
Kecuali kata yang sudah dianggap padu, maka harus digabung.
7) Kata pun, ditulis secara terpisah dari kata sebelumnya. Kecuali kata yang
sudah dianggap padu, maka harus digabung.
8) Kata per, ditulis secara terpisah dari kata yang mendampinginya. Hal ini
karena per dapat diartikan dengan tiap, demi, atau mulai.
A. Tanda titik (.), biasanya digunakan pada akhir kalimat, pemisahan waktu
(detik, menit, jam).
B. Tanda koma (,), biasanya digunakan untuk pemisah dalam sebuah rincian atau
unsur.
C. Tanda tanya (?), biasanya digunakan dalam sebuah kalimat berisi pertanyaan.
Tanda seru (!). biasanya digunakan dalam sebuah kalimat berisi perintah,
ajakan, atau untuk menegaskan.
187
188
BAB VII
PENGEMBANGAN PARAGRAF
A. PENGERTIAN PARAGRAF
Paragraf atau alinea berlaku pada bahasa tulis, sedangkan pada bahasa
lisan digunakan istilah paraton (Brown dan Yule, 1996). Paragraf merupakan
suatu kesatuan bentuk pemakaian bahasa yang mengungkapkan pikiran atau
topik dan berada di bawah tataran wacana. Paragraf memiliki potensi terdiri
atas beberapa kalimat. Paragraf yang hanya terdiri atas satu kalimat tidak
mengalami pengembangan. Setiap paragraf berisi kesatuan topik, kesatuan
pikiran atau ide. Dengan demikian, setiap paragraf memiliki potensi adanya
satu kalimat topik atau kalimat utama dan kalimat-kalimat penjelas. Oleh
Ramlan, (1993) pikiran utama atau ide pokok merupakan pengendali suatu
paragraf. Pengidentifikasian secara formal suatu paragraf begitu mudah,
karena secara visual paragraf biasanya ditandai adanya indentasi.
Yang menjadi persoalan, apakah bentuk yang secara visual dikenali sebagai
paragraf tersebut secara otomatis berisi satu satuan pokok pikiran? Idealnya
tentulah ya, bila paragraf telah dikembangkan secara baik. Namun,
kenyataannya belum tentu demikian karena belum tentu paragraf
dikembangkan secara benar. Disinilah pentingnya pengembangan paragraf.
Paragraf merupakan inti penuangan buah pikiran dalam sebuah karangan.
Paragraf merupakan himpunan kalimat yang saling bertalian dalam
suatu rangkaian untuk membentuk sebuah gagasan (Akhadiah, 1991). Paragraf
atau alinea berlaku pada bahasa tulis, sedangkan pada bahasa lisan digunakan
istilah paraton (Brown dan Yule, 1996).
Paragraf merupakan suatu kesatuan bentuk pemakaian bahasa yang
mengungkapkan pikiran atau topik dan berada di bawah tataran wacana.
Paragraf memiliki potensi terdiri atas beberapa kalimat. Paragraf yang hanya
terdiri atas satu kalimat tidak mengalami pengembangan.
Setiap paragraf berisi kesatuan topik, kesatuan pikiran atau ide. Dengan
demikian, setiap paragraf memiliki potensi adanya satu kalimat topik atau
189
kalimat utama dan kalimat-kalimat penjelas. Pikiran utama atau ide
pokok merupakan pengendali suatu paragraf.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, paragraf adalah kumpulan
kalimat yang memiliki sebuah ide pokok dan diikuti oleh kalimat-kalimat
penjelas dari ide pokoknya serta memiliki unsur kelengkapan kalimat untuk
mendukung penjelasan-penjelasan mengenai ide pokoknya.
a. Kepaduan Paragraf
Koherensi adalah adanya kemampuan untuk merangkai kalimat sehingga
berkaitan satu sama lain sehingga logis dan serasi.
Contoh:
Remaja mempunyai banyak potensi untuk dikembangkan. Remaja
terkadang tidak menyadari bahwa ia memiliki banyak kelebihan yang
bisa digali dan diberdayakan guna menyongsong masa depan. Mereka
perlu bantuan untuk dimotivasi dan diberi wawasan. Anak-anak muda
lewat potensinya adalah penggenggam masa depan yang lebih baik dari
para pendahulunya.
b. Kesatuan Paragraf
Kesatuan adalah setiap paragraf hanya mengandung satu pokok pikiran
yang diwujudkan dalam kalimat utama Paragraf dianggap mempunyai
kesatuan, jika kalimat-kalimat dalam paragraf itu itu tidak terlepas
dari topiknya atau selalu relevan dengan topik.
Contohnya :
PBB menetapkan 12 Agustus sebagai hari Remaja Internasional.
Pencetus gagasan ini ialah para menteri sedunia yang menangani
masalah remaja diPortugal 1998. Tujuannya guna memicu kesadaran
remaja untuk memahami masalah sosial budaya, lingkungan hidup,
pendidikan dan kenakalan remaja.
c. Kelengkapan paragraf
Sebuah paragraf dikatakan lengkap apabila didalamnya
terdapat kalimat-kalimat penjelas secara lengkap untuk menunjukan
190
pokok pikiran atau kalimat utama. Ciri-ciri kalimat penjelas yaitu
berisi penjelasan berupa rincian, keterangan, contoh, dan lain-lain.
B. PEMBENTUKAN PARAGRAF
Dalam pembentukan paragraf yang baik terdapat tiga syarat yang harus
diperhatikan, yaitu unsur kesatuan, kepaduan, dan kelengkapan. Unsur
kesatuan paragraf mengisyaratkan pada adanya persyaratan bahwa suatu
paragraf hanya memiliki satu topik, satu pikiran utama. Fungsi paragraf
dalam hal ini adalah mengembangkan topik tersebut. Oleh karena itu,
pengembangan paragraf tidak dapat dilakukan secara sembarangan, tidak
boleh terdapat unsur yang sama sekali tidak berhubungan dengan topik, dan
tidak mendukung topik. Penyimpangan pengembangan paragraf akan
menyulitkan pembaca, akan mengakibatkan paragraf tidak efektif. Jadi, satu
paragraf idealnya hanya berisi satu gagasan pokok satu topik. Semua kalimat
dalam suatu paragraf harus membicarakan gagasan pokok tersebut.
Berikut ini diberikan contoh paragraf :
Dari hasil pengamatan terhadap percobaan yang telah dilakukan, terdapat
dua kelompok fenomena yang mampu menjelaskan perbedaan antara larutan
elektrolit dan larutan non elektrolit.
Pertama, larutan yang menimbulkan gelembung-gelembung gas pada
elektroda dan yang kedua, ada larutan yang tidak menimbulkan gelembung-
gelembung gas. Perbedaan fenomena ini tidak mungkin disebabkan oleh
konsentrasi larutan, juga tidak boleh kekuatan arus, karena konsentrasi
larutan dibuat sama begitu juga kekuatan sumber arus juga sama
(konsentrasi larutan dan kekuatan sumber arus merupakan variabel kontrol).
Jenis zat terlarut diduga merupakan variabel bebas terhadap munculnya
gelembung gas itu. Oleh karena itu,…
Unsur kepaduan paragraf sering disebut dengan koherensi. Suatu paragraf
bukanlah merupakan kumpulan atau deretan kalimat yang masing-masing
berdiri sendiri atau terlepas, melainkan dibangun oleh kalimat-kalimat yang
memiliki hubungan timbal balik. Paragraf yang padu akan membuat pembaca
mudah memahami dan mengikuti jalan pikiran penulis. Urutan pikiran yang
191
teratur dalam paragraf akan memperlihatkan adanya kepaduan.
Bagaimana cara mengembangkan pikiran utama suatu paragraf dan
bagaimana hubungan antara pikiran utama dengan pikiran penjelas dapat
dilihat dari urutan perinciannya. Perincian dapat dilakukan secara alamiah
(kronologis, spasial), dan logis (kausalitas, dedukasi, induksi).
Berikut ini diberikan contoh paragraf unsur kepaduan paragraf. Dan
bagaimana pengorganisasian isi dan unsur kebahasaan sehingga paragraf ini
dapat dinyatakan “status” paduannya.
Kota Jakarta merupakan ibu kota Negara Republik Indonesia. Presiden dan
pusat pemerintahan berada di kota tersebut. Presiden Republik Indonesia
sebagai pemimpin negara dan pemerintahan dipilih secara langsung oleh
rakyat setelah UUD 1945 diamandemen. Masa jabatan presiden selama
lima tahun, dan dapat dipilih lagi, paling banyak dua kali berturut-turut.
Presiden pilihan rakyat secara langsung yang pertama kali akan menjabat
pada periode 2004-2009.
Unsur kelengkapan paragraf mengacu pada adanya pikiran utama yang
berwujud kalimat utama dan pikiran penjelas yang berwujud kalimat-kalimat
penjelas. Kalimat-kalimat penjelas haruslah menunjang kejelasan kalimat
utama. Paragraf dinyatakan sebagai paragraph tidak lengkap jika tidak
dikembangkan secara baik oleh karena itu, unsur kelengkapan itu sering pula
disebut pengembangan, bahkan ada yang menyebut perkembangan.
192
Ada pula yang menambah satu lagi yaitu kalimat penegas (lihat
Soeparno, 2001). Kalimat penegas pada hakikatnya sama dengankalimat
topik, hanya saja kalimat penjelas biasanya merupakan penyimpulan,
sehingga tidak pernah terdapat pada awal paragraf. Struktur paragraf
biasanya dikaitkan dengan pengurutan letak kalimat utama, dan kalimat-
kalimat penjelas. Khusus paragraf naratif dan deskriptif tidak dapat
ditemukan kalimat utama dan kalimat penjelas.
Atas dasar kategori kalimat dalam paragraf tersebut, secara garis besar
struktur paragraf (selain paragraf narasi dan deskripsi) dapat
dikategorisasikan menjadi tiga, yaitu:
1. Kalimat utama pada awal paragraf dan diikuti dengan kalimat-kalimat
penjelas,
2. Kalimat pada akhir paragraf dan didahului dengan kalimat-
kalimat penjelas, serta
3. Kalimat utama terdapat pada awal dan akhir paragraf, diselingi
dengan kalimat-kalimat penjelas.
193
membawa pembaca dari satu titik ke titik berikutnya dalam sebuah
“ruangan”. Hal itu berarti kalimat yang satu mengungkapkan suatu
bagian (gagasan) yang terdapat pada posisi tertentu, dan diikuti oleh
kalimat-kalimat lain yang mengungkapkan gagasan yang berada pada
posisi yang lain. Pengungkapan gagasan dengan urutan ruang ini tidak
boleh sembarangan, sebab cara yang demikian akan mengakibatkan
pembaca mengalami kesulitan memahami pesan. Paragraf seperti ini
biasanya digunakan pada paragraf deskriptif.
194
biasa disebut dengan paragraf deduktif. Paragraf yang dikembangkan
secara khusus ke umum berupa paragraf yang dimulai dengan gagasan
khusus sebagai gagasan penjelas atau rincian, kemudian diikuti dengan
gagasan umum yang biasanya merupakan gagasan utama. Paragraf yang
dikembangkan dengan cara khusus ke umum ini biasa disebut dengan
paragraf induktif. Pengembangan paragraf logis umum-khusus ini, baik
dengan cara umum ke khusus (deduktif) maupun khusus ke umum
(induktif), paling banyak digunakan, lebih-lebih dalam karya ilmiah
karena karya ilmiah pada umumnya merupakan sintesis antara deduktif
dan induktif .
195
pokok/utama baru diikuti akibatnya sebagai gagasan penjelas, atau
sebaliknya disajikan akibat sebagai gagasan pokok utama diikuti dengan
penyebabnya sebagai gagasan penjelas.
Keempat, pengembangan paragraf dengan cara klasifikasi. Cara
klasifikasi biasanya dilakukan dengan penyajian gagasan pokok/utama
kemudian diikuti dengan gagasan penjelas secara rinci. Gagasan penjelas
merupakan klasifikasi dari gagasan utamanya. Misalnya, gagasan utama
A, memiliki gagasan penjelas yang dapat diklasifikasikan menjadi X dan
Z.
196
E. POLA PENGEMBANGAN PARAGRAF
197
Dengan kata lain, pada penalaran induksi kita mengemukakan hal-
hal khusus berkenaan dengan fakta umum di awal paragraf sedangkan
gagasan utama atau fakta umumnya berada di akhir paragraf. Pola
pengembangan seperti ini sering disebut penalaran khusus-umum.
Pola Khusus-Umum
Rina dikenal sebagai sosok yang ramah dan suka menolong. Ia tidak
akan segan memberi pertolongan pada warga yang membutuhkan.
Bersama teman komunitasnya, Rina sering mengadakan acara sosial dan
penggalangan dana untuk membantu korban bencana dan pasien kanker
198
yang membutuhkan uluran dana. Rina adalah seorang gadis yang sangat
dermawan.
c. Pola Proses
Pola proses adalah pola pengembangan paragraf dengan cara
membuat suatu urutan dari suatu tindakan atau kejadian. Berikut
beberapa hal yang harus diperhatikan penulis dalam pola proses:
1. Mengetahui perincian secara menyeluruh
2. Membagi proses atas tahap-tahap kejadiannya
3. Menjelaskan tiap urutan dengan detail yang jelas
199
Langkah berikutnya, baca bagian yang perlu dengan teknik
pemindaian sesuai dengan kata kunci pada pertanyaan. Setelah itu,
tulis dan susun kembali pertanyaan dan jawaban yang telah diperoleh.
Langkah terakhir, periksa kembali catatan dan diskusikan dengan
teman.
e. Pola Ilustrasi
Pola ilustrasi adalah pola pengembangan paragraf yang biasanya
digunakan untuk menyusun sebuah karangan dengan gagasan utama
yang terlalu umum sehingga membutuhkan ilustrasi-ilustrasi konkret
sebagai pendukung untuk memperjelas gagasan utama.
200
sungai yang tidak layak pakai untuk memenuhi kebutuhan
mereka seperti mandi, mencuci, dan memasak. Sebagian warga juga
memanfaatkan sungai sebagai pembuangan atau WC. Banyak orang
tua dan anak-anak yang terkena penyakit kulit akibat kotor dan sebagian
lagi mengalami gangguan pencernaan.
f. Pola Pertandingan
Pola perbandingan adalah pola pengembangan paragraf dengan cara
membandingkan dua hal atau lebih. Pola perbandingan biasanya
digunakan untuk mengembangkan paragraf yang membahas dua hal
atau objek berdasarkan persamaan dan perbedaannya.
g. Pola Analisis
Pola analisis adalah pola pengembangan paragraf yang biasa
digunakan untuk menyusun paragraf eksposisi atau argumentasi.
Pola analisis digunakan untuk menjelaskan suatu hal atau
gagasan yang sifatnya umum ke dalam perincian-perincian
yang logis.
201
menjadi penyakit menular yang menjalar dari pemimpin teratas
hingga bawahan dan sulit untuk disembuhkan. Sepanjang semester
pertama tahun 2016, lebih dari 30 perkara diperiksa oleh KPK.
Berdasarkan data rekapitulasi penindakan dana korupsi, per 31 mei
2016 KPK melakukan penyelidikan 37 perkara, penyidikan 35 perkara,
penuntutan 26 perkara, dan eksekusi 29 perkara
h. Pola Klasifikasi
Sesuai dengan namanya, pola pengembangan klasifikasi adalah pola
pengembangan paragraf dengan cara mengelompokkan hal, peristiwa,
atau benda yang dianggap mempunyai kesamaan-kesamaan tertentu.
Melalui kesamaan tersebut, penulis mencoba menghubungkan berbagai
hal menjadi satu kesatuan yang utuh.
202
Contoh Pola Sudut Pandang
Pagi itu, aku berdiri di depan pintu dengan niat menghirup udara segar.
Aku memandang halaman yang luas dan melihat seorang bocah sedang
tertidur di bawah jendela kamar. Ia tidur dengan hanya beralaskan
surat kabar. Dari kejauhan aku bisa melihat anak itu memeluk
tubuhnya sendiri dan berusaha menahan dingin yang menusuk
tubuhnya. Aku mendekatinya dan membangunkannya dengan tujuan
membawanya masuk dan memberikannya tumpangan untuk tidur.
j. Pola Seleksi
Pola seleksi adalah pola pengembangan paragraf yang menggambarkan
suatu objek secara perbagian. Jadi, penggambaran objek tidak dilakukan
secara utuh dan menyeluruh melainkan dipilih secara perbagian.
203
inilah yang disebut kalimat penjelas.
Pengembangan paragraf dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu;
a. Cara Definisi
Cara definisi adalah pengembangan paragraf melalui pengungkapan
penjelasan atau pengertian dari suatu masalah yang dibicarakan,
serta diungkapkan dari berbagai sudut pandang. Kata-kata yang digunakan
dalam mengembangkan paragraf secara definisi, antara lain adalah, ialah,
yaitu.
Contoh :
Paragraf adalah suatu bagian dari karangan yang didalamnya terdiri atas
beberapa kalimat yang selalu berkaitan satu sama lain sehingga menjadi
satu kesatuan yang utuh membentuk satu pikiran utama. Di dalam
paragraf biasanya terdapat satu kalimat yang menjadi pokok pikiran dari
paragraf tersebut yang biasa kita kenal dengan kalimat utama
b. Cara Analogi
Analogi adalah bentuk pengungkapan suatu objek yang dijelaskan dengan
objek lain yang memiliki suatu kesamaan atau kemiripan, biasanya
dilakukan dengan bantuan kiasan. Kata-kata kiasan yang digunakan yaitu
ibaratnya, seperti dan bagaikan.
Contoh :
204
juga pemakaian ejaan dan tanda baca secara tepat. Jika terjadi
gangguan atau kerusakan pada unsur-unsur bahasa tersebut,besar
kemungkinan pembaca tidak dapat memahami gagasan ilmiah yang
disampaikannya itu dengan baik. Hal ini dapat diibaratkan dengan
kendaraan yang digunakan untuk mencapai tujuan perjalanan yang
jauh. Sebelum berangkat,orang yang akan bepergian dengan kendaraan
tersebut harus memeriksa kondisi kendaraannya, baik yang berkaitan
dengan rem, persneling, roda, ban, bensin dan sebagainya. Kalau perlu
orang itu harus membawa kendaraannya ke bengkel untuk diperiksa agar
yang bersangkutan selamat sampai ketempat tujuan.
c. Cara Contoh-Contoh
Contoh-contoh disajikan sebagai gagasan penjelas untuk mendukung atau
memperjelas gagasan umum agar mudah dipahami oleh pembaca. Kata.
Seperti, misalnya, contohnya dan lain-lain merupakan ungkapan-
ungkapan dalam pengembangan dalam mengembangkan paragraph
dengan contoh,
Contoh :
Tak ada seseorang pun yang tak ingin kaya, apalagi kaya dengan rezeki
yang halal, tapi didunia ini berlaku hukum keseimbangan, karena dengan
halal harus kerja keras, kerja keras dan kerja waras. Kekayaan hasil
korupsi tidak akan pernah membuahkan kebahaguiaan. Contohnya :
Bapak G memimpin sebuah Lembaga negasa, yang asalnya biasa sekrang
jadi super kaya, rumahnya bak istana, setiap anak punya mobil dan
apartemen, tetapi anehnya ketiga anak laki-lakinya tidak ada yang lulus
kuliah anak perempuannya hobi kawin cerai dan dua cucunya mengalami
keterbelakangan mental.
205
d. Cara Sebab Akibat
Cara sebab akibat sering disebut dengan kausalitas. Pengembangan
paragraf cara ini dapat dilakukan dengan menyajikan sebab sebagai
gagasan penjelas, atau sebaliknya disajikan akibat sebagai gagasan pokok
utama diikuti dengan penyebab sebagai gagasan penjelas. Kata yang
digunakan yaitu, padahal, akibatnya, oleh karena itu dan karena.
Contoh :
Pertama kali pindah kekota ia adalah anak yang baik, tahun pertama ia
masuk Kuliah, ia mulai merokok, malam minggu kumpul di tempat
tongkrongan langganan, disuguhi minuman beralkohol, mulailah mabuk-
mabukan. Kini rokoknya diganti dengan lintingan ganja, uang transport
sering dipakai beli ganja, kuliah sering bolos, akibatnya hasil ujian jelek,
badan kurus dan sekarang mulai berani menjual barang-barang
rumah untuk membeli si daun haram itu.
e. Cara perbandingan
Cara perbandingan merupakan sebuah pengembangan paragrap yag
dilakukan dengan membandingkan guna memperjelas suatu paparan.
Biaasanya menggunakan ungkapan seperti, serupa dengan, seperti
halnyua, demikian juga, sama dengan sejalan dengan, sedangkan, dan
sementara itu.
Contoh :
Tata cara kehidupan masyarakat primitif berbeda dengan modern.
Masyarakat primitif dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dari bahan-
bahan yang tersedia di lingkungannya tanpa membelinya. Jika barang
yang diperlukannya tidak ada dilingkungannya,maka mereka dapat
memperolehnya dari masyarakat tetangganya dengan sistem barter
(saling menukar barang). Alat-alat yang diperlukan untuk memenuhi
kebutuhannya juga diperoleh dari lingkungannya, yaitu berupa batu,
tanah liat, atau pun dahan pohon yang diolah secara manual. Sedangkan
206
masyarakat modern memperoleh kebutuhannya dengan cara membeli
barang atau membayar jasa. Alat-alat yang diperlukan merupakan
olahan dari pabrik yang juga harus dibeli untuk memperolehnya
f. Cara Klasifikasi
Cara klasifikasi adalah pengembangan paragraf melalui
pengelompokan berdasarkan ciri-ciri tertentu. Kata-kata ungkapan yang
lazim digunakan yaitu dibagi menjadi, digolongkan menjadi, terbagi
menjadi, dan mengklasifikasikan.
Contoh :
Penyelidikan tentang temperamen dan watak manusia telah dilakukan
sejak dahulu kala. Hippocrate dan Galenus mengemukakan bahwa
manusia dapat dibagi menjadi empat golongan menurut keadaan zat-zat
cair yang ada dalam tubuhnya. Empat golong tersebut yaitu sanguinis
(banyak darah) yang sifatnya periang, gembira, optimis, dan lekas
berubah-ubah. Kemudian kolerik (banyak empedu kuning) adalah
manusia yang memiliki sifat garang, hebat, lekas marah, dan agresif.
Selanjutnya, plegmatis (banyak lendirnya ) adalah manusia yang sifatnya
tenang, tidak mudah berubah, dan lambat. Terakhir, melankolis (banyak
empedu hitam) memiliki sifat muram, tidak gembira, dan pesimis
207
b. Kepaduan
Sebuah paragraf bukanlah sekedar kumpulan kalimat-kalimat yang
berdiri sendiri-sendiri, tetapi dibangun oleh kalimat-kalimat yang
mempunyai hubungan timbal balik. Urutan pikiran yang teratur akan
memperlihatkan adanya kepaduan, dan pembaca pun dapat dengan
mudah memahami/mengikuti jalan pikiran penulis tanpa hambatan karena
adanya perloncatan pikiran yang membingungkan.
Kata atau frase transisi yang dapat dipakai dalam karangan ilmiah
sekaligus sebagai penanda hubungan dapat dirinci sebagai berikut.
1. Hubungan yang menandakan tambahan kepada sesuatu yang
sudah disebutkan sebelumnya, misalnya: lebih-lebih lagi,
tambahan, selanjutnya, di samping itu, lalu, seperti halnya dll
c. Kelengkapan
Suatu paragraf dikatakan lengkap jika berisi kalimat-kalimat penjelas
yang cukup menunjang kejelasan kalimat topik/gagasan utama.
208
d. Letak Kalimat Topik dalam Sebuah Paragraf
Sebuah paragraf dibangun dari beberapa kalimat yang saling menunjang
dan hanya mengandung satu gagasan pokok saja. Gagasan pokok itu
dituangkan ke dalam kalimat topik / kalimat pokok. Kalimat
topik/kalimat pokok dalam sebuah paragraf dapat diletakkan, di akhir di
awal, di awal dan akhir, atau dalam seluruh paragraf itu.
209
210
BAB VIII
A. PENDAHULUAN
Bab ini berisi ketentuan tentang isi laporan, penyajian laporan, dan tata tulis
secara umum. Panduan yang diberikan dalam bab ini bersifat
konvensional,mengacu pada Pedoman Penulisan Laporan Penelitian yang
dikeluarkan oleh Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
B. TUJUAN
1. Mahasiswa memahami bagan tulisan ilmiah, panduan umum, dantatatulis
secara umum.
2. Mahasiswa dapat membuat laporanpenelitian dengan aturan
tata tulis yang berlaku umum.
211
BAB 1 PENDAHULUAN
1.6 Teori
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Deskripsi Data
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
1. Judul
212
dipilih, sehingga keseluruhan isi terwakili.
2. Halaman judul
Pada halaman ini dituliskan judul penelitian dengan lengkap, sehingga
pembaca dapat mengetahui garis besar isi laporannya. Di bawah judul
dapat dicantumkan : sifat dan jenis laporan, nama penyusun, nama
lembaga,kota dan tahun penyusunan laporan.
3. Kata Pengantar
Kata pengantar berisi gambaran umum pelaksanaan tugas dan hasil yang
dicapai. Pada kata pengantar diuraikan dengan singkat alasan dan tujuan
penyusunan laporan penelitian, ucapan terima kasih kepada pembimbing
dan pihak yang telah membantu pelaksanaan penelitian (dapat dimasuk
kandalam bagian ucapan terima kasih terpisah dari kata pengantar)
tempat,tanggal, bulan, tahun penyusunan laporan.
4. Daftar isi
Halaman ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran menyeluruh
tentang isi pokok laporan. Oleh karena itu, pada daftar isi dicantumkan
dengan jelas urutan bab dan sub bab serta seluruh lampiran yang ada
dengan nomor halaman masingmasing dimulai dari kata pengantar sampai
dengan lampiran-lampiran.
5. Daftar Lampiran
Apabila dalam laporan diperlukan lampiran tabel, gambar, dan
keteranganlain yang menunjang isi laporan, semua lampirantersebut harus
dicantumkan dalam daftar lampiran. Dalam hal ini nomor lampiran dan
halamannya harus dicantumkan dengan teraturdan jelas.
6. Halaman abstrak
Abstrak merupakan miniatur tulisan secara keseluruhan. Halaman
iniberisi tujuan, metode, data, dan simpulan dari penelitian secara
213
ringkas dan padat, diketik dengan spasi rapat (single) maksimal tiga
halaman. Pada makalah halaman abstrak ini tidak diperlukan.
214
penelitianyang bersangkutan.
b. Anggapan dasar harus sesuai dengan lapangan ilmu yangditeliti.
c. Hipotesis supaya disusun dalam bentuk pernyataan positif dan
dapatberfungsi sebagai jawaban sementara terhadap masalah
penelitian.
d. Hipotesis harus jelas dan sekaligus menggambarkan arah
penelitian.
e. Hipotesis dijabarkan dari anggapan dasar.
215
d. Kemungkinan adanya pengaruh variabel lain sehingga
mempengaruhi mutu data dan penafsirannya.
e. Variabel yang dibutuhkan, diolah/ dianalisis.
216
17. Lampiran
Sebagai pelengkap, laporan harus menyertakan lampiran yang memuat
tabel, peta, instrumen penelitian, transkripsi (rekaman dalam
kaset),pegangan kerja, rancangan penelitian, riwayat hidup peneliti, dan
lain-lain (yang tidak dimasukkan dalam teks) yang dianggap perlu.
2. Teknik Pengetikan
Pengetikan karya ilmiah perlu mengikuti aturan-aturan berikut ini.
a. Jarak antara baris satu dengan baris yang lainnya pada isi bab
adalah dua spasi. Jarak pengetikan dua spasi ini berlaku pula
untuk jarak penulisan pada daftar isi.
b. Batas tepi kiri, tepi atas, tepi kanan, dan tepi bawah masing
masing sesuai yang kurang lebih 4 cm, 4cm, 3cm, dan 3 cm.
c. Pengetikan paragraf baru dimulai dengan awal kalimat yang
menjorok atau masuk ke dalam dengan lima pukulan ketik dari
tepi kiri atau lima huruf (1tab) bila dengan komputer.
d. Penulisan judul atau bab menggunakan huruf kapital semua,
tanpa garis bawah dan tanpa titik. Nomor bab mempergunakan
angka romawi. Setiap awal kata dari judul sub-bab harus ditulis
dengan huruf kapital, kecuali mempergunakan kata sambung.
e. Cara penomoran pada karya tulis dapat mempergunakan salah
217
satu dari kedua cara berikut ini.
Cara pertama : I., A., a., 1), a), (1), (a)Cara kedua : 1., 1.1, 1.1.1,
dst.
Dalam suatu skripsi, tesis, disertasi atau laporan ilmiah lain cara
penomoran ini harus digunakan secara konsisten, jadi tidak boleh
dicampur adukkan.
3. Sampul
Sampul karya ilmiah dapat berisi :
a. Judul (dicetak dengan huruf kapital semua dan tidak boleh
menggunakan singkatan; jika ada sub judul, maka yang ditulis
dengan huruf besar hanya huruf awal dari setiap kata),
b. Maksud dalam penulisan karya ilmiah,
c. Logo dari perguruan tinggi,
d. Nama penulis karya ilmiah,
e. Nomor induk penulis,
f. Nama dari jurusan/fakultas/program pasca sarjana dan perguruan
tinggi,
g. Tahun dari penulisan. Rumusan maksud penulisan makalah ditulis:
makalah diajukan untuk melengkapi tugas pada kuliahbersangkutan.
4. Penulisan Kutipan/Rujukan
a. Kutipan Langsung
Kutipan langsung adalah kutipan yang ditulis sama persis dengan
sumber aslinya, baik bahasa maupun ejaannya. Rujukan ditulis di
antara tanda kurung, dimulai dengan nama akhir sebagaimana
tercantum dalam daftar pustaka, tanda koma, tahun terbitan, titik dua,
spasi, dan diakhiri dengan nomor halaman.
1) Kutipan yang panjangnya kurang dari empat baris
dimasukkan ke dalam teks, diketik seperti ketikan teks,
diawali dan diakhiri dengan tanda petik (“). Sumber rujukan
ditulis langsung sebelum atau sesudah teks kutipan.
218
2) Kutipan yang terdiri dari empat baris atau lebih, diketiksatu
spasi, dimulai tujuh ketukan dari batas tepi kiri. Sumber
rujukan ditulis langsung sebelum teks kutipan.
3) Apabila pengutip memandang perlu untuk menghilangkan
beberapa bagian kalimat, maka pada bagian itu diberi titik
sebanyak tiga buah. Bila pengutip ingin menghilangkan satu
kalimat atau lebih, maka pada bagian yang dihilangkan
tersebut diganti dengan titik-titik sepanjang satu baris.
4) Apabila pengutip ingin memberi penjelasan atau
menggarisbawahi bagian yang dianggap penting, pengutip
harus memberikan keterangan. Keterangan tersebut berada di
antara tanda kurung, misalnya: (garisbawah oleh pengutip).
219
teks, diikuti dengan tahun terbitan di antara tanda kurung.
4) Apabila ditulis sesudah teks kutipan, rujukan ditulis di antara
tanda kurung, dimulai dengan nama akhir sebagaimana
tercantum dalam daftar pustaka, titik dua, dan diakhiri
dengan tahun terbitan.
5) Cara Menulis Kutipan dan Sumber Kutipan
a. Sumber kutipan ditulis di awal kalimat atau awal teks:
220
e. Sumber kutipan tidak menyebut nama penulis, tetapi
menyebut suatu lembaga atau badan tertentu:
Badan Pusat Statistik (2006); Ikatan Akuntan Indonesia
(2011); Financial Accounting Standard Board (1984).
f. Sumber kutipan tidak menyebut nama penulis, tetapi
menyebut suatu peraturan atau undang-undang:
Undang-Undang No. 12 Tahun 2012.......
Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2010......
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.
45......
g. Kutipan berasal dari sumber kedua: Scott (2000) dalam
Asyik (2009: 23).......
Arthur Levitt (lihat Riharjo, 2008: 21).....
Andayani (2002) seperti dikutip Herlina (2009: 16)....
[Catatan: daftar pustaka hanya mencantumkan referensi
yangmerupakan sumber kedua].
221
semuanya diletakkan didalam kurung.
Contoh:
… (akhir tulisan kita). ―The personality pattern is inwardly
determined by and closely associated with maturation of the
physical and mental characteristic which constitute the
individual‟s Hereditary endowment (Hurlock, 1979:19). (awal
tulisan kita berikutnya)….
c. Jika sumber dari kutipan merujuk sumber lain atas bagian yang
dikutip, maka sumber kutipan yang ditulis tetap sumber kutipan
yang digunakan pengutip, tetapi dengan menyebut siapa yang
mengemukakan pendapat tersebut.
222
b. Bila bagian dari karya kolektif
Cara penulisannya :
Pengarang/penyunting. (Tahun). Dalam sumber (edisi), [jenis
media]. Penerbit. Tersedia: alamat di Internet. [tanggal diakses]
Contoh:
Daniel, R.T. (1995). The History of Western Music. In
Britanica Online: Macropedia [online]. Tersedia :
http://www.eb.com:180/cgibin/g:docF=Macro/5004/45/0.htm l
[28 Maret 2000].
223
e. Bila artikel di surat kabar
Cara penulisannya:
Pengarang. (Tahun, tanggal, bulan). Judul. Nama Surat Kabar
[Jenis Media], jumlah halaman. Tersedia: alamat di
Internet.[tanggal diakses]
Contoh:
Cipto, B. (2000, 27 April). Akibat Perombakan Kabinet
Berulang, Fondasi Reformasi Bisa Runtu. Pikiran Rakyat
[online], halaman 8. Tersedia: http://www.pikiran-
rakyat.com[9 Maret 2000].
g. Rangkuman
Dalam membuat laporan penelitian harus mengikuti ketentuan tata
tulis yang berlaku secara umum atau ketentuandari lembaga tempat
tulisan dibuat. Aturan tata tulis dibuat agar tulisan lebih sistematis,
membantu penulis dalam mengarahkan laporannya, dan membantu
pembaca untuk lebih mudah dalam memahami tulisan tersebut.
Yang perlu diperhatikan dalam membuat laporan adalah bagan
tulisan, aturan umum mengenai isi, dan aturan tata tulis yang
berlaku.Aturan ini tidak untuk dihafalkan, cukup diterapkan dengan
konsisten karena jika mahasiswa sudah terbiasa membuat laporan
ilmiah maka dengan sendirinya akan hafal dengan aturan-aturan
224
penulisan laporan ilmiah.
225
Contoh:
Badan Pusat Statistik. 2013. Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi.
Januari. BPS Jawa Timur. Surabaya. Komisi Pemberantasan Korupsi.
2009. Laporan Tahunan 2009: Perjuangan Melawan Korupsi Tak
PernahBerhenti. KPK. Jakarta.
226
f. Artikel dalam Jurnal
Aturan penulisan: nama belakang, singkatan (inisial) nama depan dan
nama tengah (jika ada), tahun penerbitan, judul artikel, nama jurnal
(cetak miring), volume dan nomor jurnal (nomor jurnal dalam tanda
kurung), nomor halaman artikel dalam jurnal. [Jika ada dua penulis atau
lebih, lihat aturan 2.2 huruf e).
Contoh:
Riduwan, A. 2010. Etika dan Perilaku Koruptif dalam Praktik
Manajemen Laba. Jurnal Akuntansi & Auditing Indonesia 14(2): 121-
141.
Veronica, S. dan Y. S. Bachtiar. 2005. The Role of Governance in
Preventing Misstated Financial
Statement. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia2(1): 159–173.
227
Contoh:
Kalana, I., S. Ngumar, dan I.B. Riharjo. 2012. Independensi Auditor
Berbasis Kultur dan Filsafat Herbert Blumer. Simposium Nasional
Akuntansi XV Banjarmasin. 20-23 September: 1-25.
Contoh:
j. Skripsi/Tesis/Disertasi
Aturan penulisan: nama belakang, singkatan (inisial) nama depan dan
nama tengah (jika ada), tahun, judul skripsi/tesis/disertasi,
skripsi/tesis/disertasi (cetak miring), nama program studi dan/atau
perguruan tinggi, kota tempat perguruan tinggi.
Contoh:
Natsir, M. 2008. Studi Efektivitas Mekanisme Transmisi Kebijakan
Moneter di Indonesia Melalui Jalur Suku Bunga, Jalur Nilai Tukar, dan
Jalur Ekspektasi Inflasi Periode 1990:2-2007:1. Disertasi. Program
Pasca SarjanaUniversitas Airlangga. Surabaya.
228
Contoh:
Himman, L.M. 2002. A Moral Change: Business Ethics After Enron.
San Diego UniversityPublication.
http:ethics.sandiego.edu/LMH/oped/Enron/index.asp. 27 Januari 2008
(15:23).
229
G. Cara Penulisan Daftar Pustaka Jika Penulis Sama
Nama penulis yang sama untuk beberapa pustaka/literatur yangberbeda tidak
perlu ditulis berulang-ulang, tetapi nama tersebut diganti dengan simbol “
” (garis bawah/ underline). Hal ini berlaku pula untuk
penulisan lembaga/badan/organisasi.
Contoh:
Aboody, D., M.E. Barth., dan R. Kasznik. 1999. Revaluation of Fixed Assets
and Future Firm Performance: Evidence from the UK. Journal of Accounting
and Economics 26: 149-178.
, , dan . 2006. Do Firms Manage Stock-based
Compensation Expenses Disclosed under SFAS 123? Journalof Accounting
Research 24(3): 165-182
Financial Accounting Standard Board (FASB). 1978. Objectives of Financial
Reporting by Business Enterprises. Statement of Financial Accounting
Concept No. 1. FASB. Norwalk.
KESIMPULAN
Tulisan ilmiah secara umum minimal terdiri dari tiga bab (bab pendahuluan,
bab isi, dan bab penutup) seperti contoh bagan di bawah ini. Akan tetapi,
dapat dikembangkan menjadi beberapa bab lagi tergantung pada kedalaman
materi yangsedang dibahas.
1. Bagian Pendahuluan (pelengkap awal) :
a. halaman judul
b. kata pengantar
d. abstrak
2. Bagian Isi :
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
230
1.2 Rumusan Masalah
1.6 Teori
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Deskripsi Data
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
1. Judul
2. Halaman judul
231
3. Kata Pengantar
Pada kata pengantar diuraikan dengan singkat alasan dan tujuan
penyusunan laporan penelitian, ucapan terima kasih kepada pembimbing
dan pihak yang telah membantu pelaksanaan penelitian (dapat dimasuk
kandalam bagian ucapan terima kasih terpisah dari kata pengantar)
tempat,tanggal, bulan, tahun penyusunan laporan.
4. Daftar isi
Halaman ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran menyeluruh
tentang isi pokok laporan. Oleh karena itu, pada daftar isi dicantumkan
dengan jelas urutan bab dan sub bab serta seluruh lampiran yang ada
dengan nomor halaman masing-masing dimulai dari kata pengantar
sampai dengan lampiran-lampiran.
5. Lampiran
Apabila dalam laporan diperlukan lampiran tabel, gambar, dan
keteranganlain yang menunjang isi laporan, semua lampiran tersebut
harusdicantumkan dalam daftar lampiran.
6. Halaman abstrak
Halaman ini berisi tujuan, metode, data, dan simpulan dari penelitian
secara ringkas dan padat, diketik dengan spasi rapat (single) maksimal
tiga halaman.
232
8. Masalah Rumusan masalah harus jelas, disarankan dalam bentuk
kalimattanya/bentuk pertanyaan.
233
g. Alasan menggunakan teori atau pendekatan.
h. Urgensi penggunaan dalil dalam penelitian dan apakah semuanya
dalilbaru ataukah campuran dengan yang lama dari hasil
penelitian oranglain.
i. Kesejalanan antara anggapan dasar, hipotesis, teori, dalil,
dengantujuan penelitian
j. Cara pembuktian hipotesis dikaitkan dengan desain
penelitian(pembuktian statistik atau bukan).
b. Alasan penggunaannya.
c. Kriteria dan alat pengumpul data (instrumen) yang tepat, sahih dan
terpercaya.
234
yang bersifat kuantitatif dapat menggunakan teknik statistik).
e. Tahap-tahap penelaahan dan analisis data (jadwal, deskripsi,
analisis,dan penafsiran data).
f. Konsistensi penerapan teori
17. Lampiran
Sebagai pelengkap, laporan harus menyertakan lampiran yang memuat
tabel, peta, instrumen penelitian, transkripsi (rekaman dalam
kaset),pegangan kerja, rancangan penelitian, riwayat hidup peneliti, dan
lain-lain (yang tidak dimasukkan dalam teks) yang dianggap perlu.
Daftar Pustaka
235
JURNAL). Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (Stiesia) Surabaya.
(Diakses pada tanggal 8 Mei 2021).
236
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/42466770/Makalah_Bahasa_Indonesia_Keduduk
an_dan_Fungsi_Bahasa_Indonesia
ix
Setiyo, P. (2016, Juni 17). Makalah Fungsi dan Kedudukan Bahasa
Indonesia. Dipetik Mei 01, 2021, dari Blogspot.com:
https://pendisetiyo.blogspot.com/2016/06/makalah-fungsi-dan-kedudukan-
bahasa.html?m=1Sukartha, I Nengah, dkk. 2010. Bahasa Indonesia
Akademik Untuk Perguruan Tinggi. Bali: Udayana University Press
https://jasa-translate.com/eyd-berubah-menjadi-ebi-sebagai-pedoman-
umum/. 23 September 2017 (18:38).
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Ragam_bahasa
https://www.dosenpendidikan.co.id/ragam-bahasa/
x
https://tirto.id/apa-itu-ragam-tulis-ragam-lisan-bahasa-indonesia-dan-
contohnya-ggcY
https://media.neliti.com/media/publications/76207-ID-berbeda-dunia-
berbeda-budaya-dan-beragam.pdf
http://download.garuda.ristekdikti.go.id/article.php?article=809866&val=13
227&title=FAKTOR%20SOSIOKULTURAL%20DALAM%20PEMAKAI
AN%20BAHASA
https://sumsel.kemenag.go.id/files/sumsel/file/file/TULISAN/tdga13355006
7.pdf
http://eprints.ums.ac.id/31287/2/04.BAB_I.pdf
http://waridah.blog.uma.ac.id/wp-
content/uploads/sites/281/2017/06/PENGGUNAAN-BAHASA-DAN-
VARIASI-BAHASA-DALAM-BERBAHASA-DAN-BERBUDAYA.pdf
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Ejaan_Bahasa_Indonesia
https://www.google.co.id/amp/s/penerbitdeepublish.com/tanda-baca/amp/
https://pgsdday.blogspot.com/2017/11/kalimat-logis-kalimat-efektif-
dan.html?m=1
https://pahamify.com/blog/kalimat-efektif-bahasa-indonesia/
https://www.gurupendidikan.co.id/kalimat-efektif/
https://www.yuksinau.id/kalimat-efektif/
xi
https://www.ruangguru.com/blog/kalimat-efektif
http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_IN
DONESIA/196711031993032
NOVI_RESMINI/PENGEMBANGAN_PARAGRAF.pdf
https://core.ac.uk/download/pdf/228962982.pdf
https://repository.unja.ac.id/681/5/artikelpdf.pdf
https://study-orgz.github.io/makan/post/klimaks-dan-antiklimaks-dalam-
paragraf/
http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_IN
DONESIA/196306081988031-MEMEN_DURACHMAN/Paragrafx.pdf
https://saintif.com/contoh-kalimat-efektif/
xii
xiii