BAHASA INDONESIA
Berbasis Karya Tulis Ilmiah
i
BAHASA INDONESIA
Berbasis Karya Tulis Ilmiah
ISBN : 978-623-95464-6-5
ii
PRAKATA
iii
tuntutan kurikulum perguruan tinggi, yakni kurikulum 2014 dan
KKNI.
Buku ini merupakan cetakan pertama, penulis menyadari
bahwa buku ini masih terdapat beberapa kekurangan. Oleh karena
itu, segala bentuk kritik dan masukan demi perbaikan buku ini
akan diterima dengan senang hati. Akhirnya dengan segala
kerendahan hati, penulis berharap buku ini dapat bermanfaat
untuk kepentingan-kepentingan praktis di dalam kelas maupun
menambah wawasan pembaca. Ucapan terima kasih secara tulus
pula penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah turut
andil demi terciptanya buku ini.
Ambon, 2020
Penulis
iv
DAFTAR ISI
BAB I
PENGANTAR ..................................................................................... 1
A. Sejarah dan Perkembangan Bahasa Indonesia ..................... 1
B. Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia ........................... 7
C. Ragam Bahasa Indonesia ........................................................ 10
BAB II
KAIDAH PENULISAN HURUF ..................................................... 15
A. Pemakaian Huruf ..................................................................... 15
B. Penulisan Kata .......................................................................... 28
C. Pemkaian Tanda Baca ............................................................. 46
BAB III
DIKSI DALAM KARYA TULIS IlMIAH ...................................... 66
A. Pengertian Diksi ....................................................................... 66
B. Peranan Diksi dalam Karya Ilmiah ...................................... 67
C. Penggunaan Diksi dalam Ragam Ilmiah .............................. 69
BAB IV
PENGGUNAAN KALIMAT DALAM KARYA IlMIAH............ 75
A. Struktur kalimat .................................................................... 75
B. Ragam Kalimat ...................................................................... 81
C. Penggunaan Kalimat Efektif dalam Karya Ilmiah ............ 84
BAB V
PENGEMBANGAN PARAGRAF RAGAM IMIAH ................... 89
A. Pengertian dan Ciri paragraf .................................................. 89
B. Jenisi-Jenis Paragraf ................................................................. 90
C. Teknik Pengembangan Paragraf dalam Karya Ilmiah ........ 98
v
BAB VI
MENGEKSPLORASI KARYA TULIS IlMIAH ............................ 104
A. Hakikat Karya Ilmiah ............................................................... 104
B. Karakteristik Karya Tulis Ilmiah ............................................ 105
C. Jenis-Jenis Karya Ilmiah ........................................................... 107
D. Formulasi Bahasa Karya Ilmiah .............................................. 111
BAB VII
KERANGKA KARYA TULIS IlMIAH ........................................... 116
A. Kerangka Karya Tulis Laporan Penelitian ............................ 116
B. Struktur Kerangka Karya Tulis Makalah .............................. 120
C. Struktur Kerangka Karya Tulis Artikel ................................. 122
D. Struktu Kerangka Resensi Buku ............................................. 127
BAB VIII
MENYUSUN KARYA TULIS IlMIAH ........................................... 129
A. Menemukan Masalah ............................................................... 129
B. Menentukan Topik Karya Ilmiah ........................................... 130
C. Menyusun Kerangka Tulisan .................................................. 131
BAB IX
PENGUTIPAN .................................................................................... 133
A. Pengertian Pengutipan .......................................................... 133
B. Jenis Kutipan .......................................................................... 134
C. Penulisan Daftar Rujuan atau Refrensi ............................... 140
D. Etika Pengutipan .................................................................... 145
BAB X
ORISINALITAS DAN PLAGIARISME ......................................... 147
A. Pentingnya Orisinalitas Tulisan ............................................. 147
B. Pengertian Plagiarisme ............................................................ 147
C. Bentuk-Bentuk Tindakan Plagiarisme ................................... 148
D. Sanksi Tindak Plagiasi ............................................................. 152
vi
RANCANGAN PEMBELAJARAN
MATA KULIAH BAHASA INDONSIA
vii
KOMPETENSI DAN KEMAMPUAN AKHIR TAHAP
PEMBELAJARAN
viii
8. Karya Tulis ilmiah Karya tulis a. Pengertian Karya Tulis Ilmiah
(karakteristik, jenis KTI) ilmiah b. Karakteristik KTI
c. Jenis KTI
9. Mahasiswa mampu Pendahuluan a. Latar belakang masalah
menulis latar KTI b. Rumusan Masalah
belakang masalah c. Tujuan
rumusan masalah, d. Manfaat
tujuan dan manfaat
karya tulis ilmiah
(makalah, artikel,
dll)
10. Mahasiswa mampu Kerangka teori Kerangka konsep KTI
menulis kerangka KTI
karya tulis ilmiah
(makalah, artikel,
dll)
11. Mahasiswa mampu Metode a. Jenis Penelitian
merancang metode Penelitian KTI b. teknik pengumpulan data
penelitian karya c. Teknik analisis data
tulis ilmiah
(makalah, artikel,
dll)
12. Mahasiswa mampu Kerangka Kerangka Laporan hasil
memahami dan Pembahasan penelitian
menyusun kerangka KTI
hasil penelitian
formulasi bahasa
hasil penelitian
13. Mahasiswa mampu Pengutipan a. Pengertian kutipan
memahami dan b. Jenis-kutipan
membuat kutipan c. Etika pengutipan
d. Penulisan Daftar Pustaka
dan menulis daftar
pustaka dalam
karya tulis ilmiah
14. Mahasiswa mampu Mini Riset Melakukan mini riset dan
menulis karya tulis membuat laporan dalam bentuk
ilmiah bentuk artikel ilmiah.
artikel atau laporan
ix
BUKU AJAR
BAHASA INDONESIA
Berbasis Karya Tulis Ilmiah
x
BAB I
PENGANTAR
1
a. Bahasa Melayu Sebagai Bahasa Kebudayaan.
Bukti sejarah bahwa bahasa melayu dahulunya
dijadikan sebagai bahasa kebudayaan yaitu dengan
digunakannya bahasa Melayu pada buku pelajaran
agama Budha.
2
dari Eropa karena pada saat itu bahasa Melayu digunakan
sebagai bahasa perdagangan. Dengan berkembangnya
bahasa Melayu di Nusantara menumbuhkan pula rasa
persaudaraan dan persatuan bangsa Indonesia. Pertemuan-
pertemuan dan komunikasi antar perkumpulan yang
bangkit pada masa itu menggunakan bahasa Melayu. Para
pemuda yang tergabung dalam perkumpulan pergerakan
secara sadar mengangkat bahasa Melayu menjadi bahasa
Indonesia. Beberapa faktor yang mendasari dijadikannya
bahasa Melayu sebagai bahasa Indonesia antara lain;
a. Bahasa Melayu dari dulu sudah digunakan sebagai
bahasa pengantar di Indonesia
b. Bahasa Melayu memiliki sistem yang sederhana sehingga
mudah diterima dan dipahami oleh semua kalangan
masyarakat.
c. Bahasa Melalu telah banyak diakui oleh suku-suku di
Indonesia.
3
asing. Bahasa Indonesia mengalami penyempurnaan ejaan
hingga 4 tahap. Berikut tahapan perkembangan ejaan
bahasa Indonesia.
a. Ejaan Van Ophuysen (1901)
b. Ejaan Republik (Ejaan Soewandi)
c. Ejaan bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD)
d. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI)
4
orang Indonesia. Jika pada ejaan Van Ophuyse mirip
dengan tuturan bahasa Belanda, maka ejaan ini disesuaikan
dengan karakteristik tuturan masyarakat Indonesia. Hal ini
dapat dilihat pada contoh berikut.
a. Huruf oe pada ejaan Van Ophuyse berubah menjadi huruf
U, seperti pada kata goeroe menjadi guru, itoe menjadi itu,
oemoer menjadi umur dst.
b. Pada penulisan reduplikasi atau kata ulang pada ejaan
Soewandi dapat ditulis dengan angka 2 misalnya kata
jalan2, main2, ber-andai2, ber-malas2-an, dst.
c. Penulisan awalan di- dan kata depan di pada ejaan
Soewandi keduanya ditulis serangkai dengan kata yang
mengikutinya. Misalnya kata depan di pada kata
disekolah, dikebun, tidak dibedakan dengan imbuhan di
pada contoh kata disimpan, diminum, dst.
d. Bunyi hamzah dan bunyi sentak yang ada pada ejaan
Van Ophuyse dinyatakan dengan tanda petik tunggal (‗),
sedangkan pada ejaan Soewandi ditulis dengan huruf K,
misalnya pada kata-kata makmur yang sebelumnya
ditulis ma’moer, kata tak yang sebelumnya ditulis ta’, kata
pak sebelumnya ditulis pa’, dst.
5
4. Ejaan Bahasa Indonesia / EBI (2015)
Ejaan Bahasa Indonesia atau EBI diberlakukan
sebagai pengganti atau penyempurna ejaan sebelumnya
(EYD). Ejaan ini diresmikan oleh Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia No. 25 Tahun 2015 Tentang
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI). Ejaan ini
diterbitkan pada tanggal 26 November 2015 sebagai
penyempurna Pedoman Umum Ejaan yang Disempurnakan
(PUYD) edisi ketiga. Pedoman ini ditetapkan dengan
harapan dapat mengakomodasi perkembangan bahasa
Indonesia yang akan terus berkembang selaras dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pembaharuan penggunaan ejaan EYD menjadi PUEBI
tidak mengubah secara keseluruhan substansi isi yang telah
ditapkan pada EYD. Perbedaan mendasar EYD dengan
PUEBI antara lain sebagai berikut.
a. Adanya penambahan huruf diftong ei pada PUEBI yang
mulanya pada EYD hanya terdapat 3 huruf diftong ai, au,
dan au.
b. Penulisan huruf kapital pada EYD digunakan untuk
menuliskan nama orang tidak termasuk penulisan nama
julukan, sedangkan pada PUEBI huruf kapital pada
penulisan nama termasuk nama julukan.
c. Penulisan huruf tebal pada EYD tidak digunakan dalam
cetakan yang menegaskan atau mengkhususkan huruf,
bagian kata, kata dan kelompok kata namun ditulis
dengan cetakan miring, sedangkan pada PUEBI cetakan
huruf tebal dapat digunakan pada bagian penegas yang
telah ditulis miring.
d. Penulisan bilangan pada PUEBI yang digunakan sebagai
unsur nama geografi ditulis dengan huruf, misalnya
Kelapadua, sedangkan pada EYD tidak diatur
didalamnya.
e. Penggunaan tanda titik koma (;) pada EYD yang
digunakan dalam perincian ditulis tanpa menyertai kata
dan, sedangkan pada PUEBI tetap menuliskan kata dan.
6
f. Penggunaan tanda titik koma (;) pada PUEBI digunakan
pada akhir rincian yang berupa klausa, sedangkan pada
EYD tidak diatur didalamnya.
g. Penggunaan tanda hubung (-) pada PUEBI tidak dipakai
diantara huruf dan angka jika angka tersebut
melambangkan jumlah huruf, misalnya LP3M,
sedangkan EYD tidak diatur didalamnya.
h. Penggunaan tanda hubung (-) pada PUEBI digunakan
untuk menandai bentuk terkait yang menjadi objek
bahasan, misalnya pasca-, sedangkan pada EYD tidak
diatur didalamnya.
i. Penggunaan tanda elipsis (…) pada PUEBI digunakan
untuk menunjukkan suatu kalimat kutipan atau dialog
yang dihilangkan, sedangkan pada EYD dipakai pada
kalimat yang terputus-putus.
7
menyatakan bahwa bahasa Negara kesatuan Republik
Indonesia adalah bahasa Indonesia. Kedudukan bahasa
Indonesia sebagai bahasa Nasional posisinya berada di atas
bahasa-bahasa daerah yang ada di Indonesia.
Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa
Nasional memiliki beberapa fungsi, antara lain sebagai
berikut.
a. Lambang identitas bangsa
Untuk mengetahui identitas diri seorang, maka
salah satu hal yang dapat dilihat adalah penggunaan
bahasa. Berarti bahwa bahasa Indonesia menjadi
lambang identitas masyarakat Indonesia mencerminkan
sifat, jati diri, watak bangsa Indonesia. Oleh sebab itu
sebagai warna Negara harus menjaga jangan sampai
bahasa Indonesia tidak menunjukkan gambaran dan jati
diri bangsa Indonesia itu sendiri.
8
Nomor 24, Tahun 2009, pasal 1, ayat 3 yang menyatakan
bahwa bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi negara.
Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara
pengimplementasiannya telah diresmikan penggunaannya
setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia. Mulai pada
massa itu pula bahasa Indonesia digunakan dalam setiap
acara kenegaraan seperti upacara, acara kenegaraan dan
kegiatan kenegaraan yang bersifat lisan ataupun tulisan.
Adapun fungsi bahasa sebagai bahasa Negara sebagai
berikut.
a. Bahasa Indonesia sebagai administrasi kenegaraan
b. Bahasa Indonesia sebagai bahasa negara digunakan
sebagai bahasa pengantar pendidikan di lembaga
pendidikan.
c. Bahasa Indonesia sebagai bahasa negara berfungsi
sebagai penghubung pada tingkat nasional untuk
perencanaan dan pelaksanaan pembangunan pemerintah
d. Bahasa Indonesia sebagai bahasa negara berfungsi
sebagai bahasa kebudayaan dan ilmu teknologi,(ILTEK)
9
media mewujudkan sastra, (7) mengeksplorasi IPTEK.(8)
untuk mempelajari bahasa-bahasa masa lampau.
10
tujuan dan fungsinya masing-masing. Ragam bahasa lisan
dan tulis memiliki fungsi serta kelebihan dan kekurangan
masing-masing. Misalnya jika seseorang ingin membuat
informasi yang dapat bertahan lama dan dapat dibuktikan
legalitasnya dikemudian hari, maka menggunakan bahasa
tulis. Namun jika seseorang ingin menyampaikan informasi
secara cepat dan secara langsung maka menggunakan
bahasa lisan.
Ada beberapa perbedaan yang mendasar antara
ragam lisan dan tulisan, antara lain (1) dalam ragam lisan
ungkapan pesan yang disampaikan penutur terkait oleh
ruang dan waktu, sedangkan dalam ragam tulis terikat oleh
konteks, (2) informasi yang disampaikan dalam ragam tulis
harus memiliki sintak yang terstruktur, sedangkan dalam
ragam lisan tidak terlalu memperhatikan hal tersebut. (3)
makna yang disampaikan dalam bahasa lisan dipengaruhi
oleh mimik dan tinggi rendah serta panjang pendeknya
suara, sedangkan dalam bahasa tulisan makna dipengaruhi
oleh penggunaan tanda baca, (4) fungsi gramatikal pada
ragam lisan tidak selalu dinyatakan dalam kata-kata,
sedangkan dalam ragam tulis fungsi gramatikal harus
ditulis secara jelas, untuk memudahkan pembaca dalam
memahami makna.
11
bahasa (dialek). Berbeda dengan idiolek, varian ini
muncul murni dari penutur tanpa pengaruh bahasa lain,
misalnya warna suara, gaya bicara, dan ciri yang melekat
pada perseorangan.
12
Ragam bahasa formal digunakan dalam situasi formal atau
resmi seperti rapat, pidato, pertemuan ilmiah, menulis
makalah, menulis karya ilmiah dengan menggunakan
bahasa Indonesia yang baku, dan menggunakan tata bahasa
yang tepat. Ragam non formal digunakan dalam situasi
santai atau non formal seperti di rumah, di pasar dengan
menggunakan bahasa yang santai dan bahasa yang lazim
digunakan dalam sehari-hari. Kedua ragam ini tidak dapat
disalahtempatkan dalam penggunaanya.
13
d. Ragam Bahasa Santai
Ragam bahasa santai digunakan pada situasi tak
resmi seperti berbicang-bincang di rumah, di pasar dsb.
Ragam bahasa santai menggunakan bahasa non formal
atau bahasa keseharian.
14
BAB II
KAIDAH PENULISAN HURUF
15
F F ef éf
G G ge gé
H H ha ha
I I i i
J J je jé
K K ka ka
L L el él
M M em ém
N N en én
O O o o
P P pe pé
Q Q ki ki
R R er ér
S S es és
T T te té
U U u u
V V ve vé
W W we wé
X X eks éks
Y Y ye yé
Z Z zet zét
2. Huruf Vokal
Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa
Indonesia terdiri atas lima huruf, yaitu a,e,I,u,e,o dan u.
16
Keterangan:
* Untuk pengucapan (pelafalan) kata yang benar, diakritik
berikut ini dapat digunakan jika ejaan kata itu dapat
menimbulkan keraguan.
a. Diakritik (é) dilafalkan [e]. Misalnya: Anak-anak bermain
di teras (téras).
b. Diakritik (è) dilafalkan [ɛ]. Misalnya: Kami menonton
film seri (sèri).
c. Diakritik (ê) dilafalkan [ə]. Misalnya: Pertandingan itu
berakhir seri (sêri).
3. Huruf Konsonan
Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa
Indonesia terdiri atas 21, yaitu b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r,
s, t, v, w, x, y, dan z
17
W wanita hawa takraw
x* xenon - -
Y yakin payung -
Z zeni lazim juz
Keterangan:
* Huruf q dan x khusus digunakan untuk nama diri dan
keperluan ilmu. Huruf x pada posisi awal kata diucapkan
[s].
4. Huruf Diftong
Huruf difting dalam bahasa Indonesia terdapat empat
huruf yang digabungkan dengan huruf vokal ai, au, ei, oi.
18
6. Huruf Kapital
a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama awal
kalimat.
Misalnya:
1) Apa maksudnya?
2) Dia membaca buku.
3) Kita harus bekerja keras.
4) Pekerjaan itu akan selesai dalam satu jam.
Catatan:
a. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama
orang yang merupakan nama jenis atau satuan ukuran.
Misalnya:
1) ikan mujair
2) mesin diesel
3) 5 ampere
4) 10 volt
19
1) Abdul Rahman bin Zaini
2) Siti Fatimah binti Salim
3) Indani boru Sitanggang
4) Charles Adriaan van Ophuijsen
5) Ayam Jantan dari Timur
6) Mutiara dari Selatan
20
1) Sultan Hasanuddin
2) Mahaputra Yamin
3) Haji Agus Salim
4) Imam Hambali
5) Nabi Ibrahim
6) Raden Ajeng Kartini
7) Doktor Mohammad Hatta
8) Agung Permana, Sarjana Hukum
9) Irwansyah, Magister Humaniora
21
g. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama
bangsa, suku bangsa, dan bahasa.
Misalnya:
1) bangsa Indonesia
2) suku Dani
3) bahasa Bali
22
2) Perlombaan senjata membawa risiko pecahnya perang
dunia.
Catatan:
1) Huruf pertama nama geografi yang bukan nama diri
tidak ditulis dengan huruf kapital.
Misalnya:
a) berlayar ke teluk mandi di sungai
b) menyeberangi selat berenang di danau
2) Huruf pertama nama diri geografi yang dipakai
sebagai nama jenis tidak ditulis dengan huruf kapital.
Misalnya:
a) jeruk bali (Citrus maxima)
b) kacang bogor (Voandzeia subterranea)
c) nangka Belanda (Anona muricata)
d) petai cina (Leucaena glauca)
23
Contoh berikut bukan nama jenis.
1) Dia mengoleksi batik Cirebon, batik Pekalongan, batik
Solo, batik Yogyakarta, dan batik Madura.
2) Selain film Hongkong, juga akan diputar film India, film
Korea, dan film Jepang.
3) Murid-murid sekolah dasar itu menampilkan tarian
Sumatra Selatan, tarian Kalimantan Timur, dan tarian
Sulawesi Selatan.
24
l. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur
singkatan nama gelar, pangkat, atau sapaan.
Misalnya:
1) S.H. sarjana hukum
2) S.K.M. sarjana kesehatan masyarakat
3) S.S. sarjana sastra
4) M.A. master of arts
5) M.Hum. magister humaniora
6) M.Si. magister sains
7) K.H. kiai haji
8) Hj. hajah
9) Mgr. monseigneur
10) Pdt. pendeta
11) Dg. daeng
12) Dt. datuk
13) R.A. raden ayu
14) St. sutan
15) Tb. tubagus
16) Dr. doktor
17) Prof. profesor
18) Tn. tuan
19) Ny. nyonya
20) Sdr. Saudara
25
Catatan:
1) Istilah kekerabatan berikut bukan merupakan
penyapaan atau pengacuan.
Misalnya:
a) Kita harus menghormati bapak dan ibu kita.
b) Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.
2) Kata ganti Anda ditulis dengan huruf awal kapital.
Misalnya:
a) Sudahkah Anda tahu?
b) Siapa nama Anda?
7. Huruf Miring
a. Huruf miring dipakai untuk menuliskan judul buku,
nama majalah, atau nama surat kabar yang dikutip
dalam tulisan, termasuk dalam daftar pustaka.
Misalnya:
1) Saya sudah membaca buku Salah Asuhan karangan
Abdoel Moeis.
2) Majalah Poedjangga Baroe menggelorakan semangat
kebangsaan.
3) Berita itu muncul dalam surat kabar Cakrawala.
4) Pusat Bahasa. 2011. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat
Bahasa. Edisi Keempat (Cetakan Kedua). Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
26
c. Huruf miring dipakai untuk menuliskan kata atau
ungkapan dalam bahasa daerah atau bahasa asing.
Misalnya:
1) Upacara peusijuek (tepung tawar) menarik perhatian
wisatawan asing yang berkunjung ke Aceh.
2) Nama ilmiah buah manggis ialah Garcinia mangostana.
3) Weltanschauung bermakna 'pandangan dunia'.
4) Ungkapan bhinneka tunggal ika dijadikan semboyan
negara Indonesia.
Catatan:
1) Nama diri, seperti nama orang, lembaga, atau
organisasi, dalam bahasa asing atau bahasa daerah
tidak ditulis dengan huruf miring.
2) Dalam naskah tulisan tangan atau mesin tik (bukan
komputer), bagian yang akan dicetak miring ditandai
dengan garis bawah.
3) Kalimat atau teks berbahasa asing atau berbahasa
daerah yang dikutip secara langsung dalam teks
berbahasa Indonesia ditulis dengan huruf miring.
8. Huruf Tebal
a. Huruf tebal dipakai untuk menegaskan bagian tulisan
yang sudah ditulis miring.
Misalnya:
1) Huruf dh, seperti pada kata Ramadhan, tidak terdapat
dalam Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.
2) Kata et dalam ungkapan ora et labora berarti 'dan'.
b. Huruf tebal dapat dipakai untuk menegaskan bagian-
bagian karangan, seperti judul buku, bab, atau subbab.
Misalnya:
1.1 Latar Belakang dan Masalah
Kondisi kebahasaan di Indonesia yang diwarnai oleh
satu bahasa standar dan ratusan bahasa daerah—
ditambah beberapa bahasa asing, terutama bahasa
Inggris— membutuhkan penanganan yang tepat
dalam perencanaan bahasa. Agar lebih jelas, latar
27
belakang dan masalah akan diuraikan secara terpisah
seperti tampak pada paparan berikut.
Masalah
Penelitian ini hanya membatasi masalah pada sikap
bahasa masyarakat Kalimantan terhadap ketiga
bahasa yang ada di Indonesia. Sikap masyarakat
tersebut akan digunakan sebagai formulasi kebijakan
perencanaan bahasa yang diambil.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan
mengukur sikap bahasa masyarakat Kalimantan,
khususnya yang tinggal di kota besar terhadap
bahasa Indonesia, bahasa daerah, dan bahasa asing.
B. Penulisan Kata
1. Kata Dasar
Kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
Misalnya:
a. Kantor pajak penuh sesak.
b. Saya pergi ke sekolah.
c. Buku itu sangat tebal.
2. Kata Berimbuhan
a. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran, serta gabungan
awalan dan akhiran) ditulis serangkai dengan bentuk
dasarnya.
28
Misalnya:
1) berjalan
2) berkelanjutan
3) mempermudah
4) gemetar
5) lukisan
6) kemauan
7) perbaikan
Catatan:
Imbuhan yang diserap dari unsur asing, seperti -isme, -
man, -wan, atau -wi, ditulis serangkai dengan bentuk
dasarnya.
Misalnya:
1) sukuisme
2) seniman
3) kamerawan
4) gerejawi
29
a) non-Indonesia
b) pan-Afrikanisme
c) pro-Barat
d) non-ASEAN
e) anti-PKI
3. Bentuk Ulang
Bentuk ulang ditulis dengan menggunakan tanda
hubung (-) di antara unsur-unsurnya.
Misalnya:
anak-anak biri-biri
lauk-pauk berjalan-jalan
buku-buku cumi-cumi
mondar-mandir mencari-cari
hati-hati kupu-kupu
ramah-tamah terus-menerus
kuda-kuda kura-kura
sayur-mayur porak-poranda
30
mata-mata ubun-ubun
serba-serbi tunggang-langgang
Catatan:
Bentuk ulang gabungan kata ditulis dengan mengulang
unsur pertama.
Misalnya:
a. surat kabar → surat-surat kabar
b. kapal barang → kapal-kapal barang
c. rak buku → rak-rak buku
d. kereta api cepat → kereta-kereta api cepat
4. Gabungan Kata
a. Unsur gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk,
termasuk istilah khusus, ditulis terpisah.
Misalnya:
1) duta besar
2) model linear
3) kambing hitam
4) persegi panjang
5) orang tua
6) rumah sakit jiwa
7) simpang empat
8) meja tulis
9) mata acara
10) cendera mata
31
c. Gabungan kata yang penulisannya terpisah tetap ditulis
terpisah jika mendapat awalan atau akhiran.
Misalnya:
1) bertepuk tangan
2) menganak sungai
3) garis bawahi
4) sebar luaskan
5. Pemenggalan Kata
a. Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai
berikut.
1) Jika di tengah kata terdapat huruf vokal yang
berurutan, pemenggalannya dilakukan di antara
kedua huruf vokal itu.
Misalnya:
32
a) bu-ah
b) ma-in
c) ni-at
d) sa-at
33
5) Jika di tengah kata dasar terdapat tiga huruf
konsonan atau lebih yang masing-masing
melambangkan satu bunyi, pemenggalannya
dilakukan di antara huruf konsonan yang pertama
dan huruf konsonan yang kedua.
Misalnya:
a) ul-tra
b) in-fra
c) ben-trok
d) in-stru-men
Catatan:
Gabungan huruf konsonan yang melambangkan satu
bunyi tidak dipenggal.
Misalnya:
a) bang-krut
b) bang-sa
c) ba-nyak
d) ikh-las
e) kong-res
f) makh-luk
g) masy-hur
h) sang-gup
34
Catatan:
1) Pemenggalan kata berimbuhan yang bentuk dasarnya
mengalami perubahan dilakukan seperti pada kata
dasar.
Misalnya:
a) me-nu-tup
b) me-ma-kai
c) me-nya-pu
d) me-nge-cat
e) pe-mi-kir
f) pe-no-long
g) pe-nga-rang
h) pe-nge-tik
i) pe-nye-but
c. Jika sebuah kata terdiri atas dua unsur atau lebih dan
salah satu unsurnya itu dapat bergabung dengan unsur
lain, pemenggalannya dilakukan di antara unsur-unsur
35
itu. Tiap unsur gabungan itu dipenggal seperti pada kata
dasar.
Misalnya:
1) biografi, bio-grafi, bi-o-gra-fi
2) biodata, bio-data, bi-o-da-ta
3) fotografi, foto-grafi, fo-to-gra-fi
4) fotokopi, foto-kopi, fo-to-ko-pi
5) introspeksi, intro-speksi, in-tro-spek-si
6) introjeksi, intro-jeksi, in-tro-jek-si
7) kilogram, kilo-gram, ki-lo-gram
8) kilometer, kilo-meter, ki-lo-me-ter
9) pascapanen, pasca-panen, pas-ca-pa-nen
10) pascasarjana, pasca-sarjana, pas-ca-sar-ja-na
d. Nama orang yang terdiri atas dua unsur atau lebih pada
akhir baris dipenggal di antara unsur-unsurnya.
Misalnya:
1) Lagu "Indonesia Raya" digubah oleh Wage Rudolf
Supratman.
2) Buku Layar Terkembang dikarang oleh Sutan Takdir
Alisjahbana.
36
6. Kata Depan
Kata depan, seperti di, ke, dan dari, ditulis terpisah
dari kata yang mengikutinya.
Misalnya:
a. Di mana dia sekarang?
b. Kain itu disimpan di dalam lemari.
c. Dia ikut terjun ke tengah kancah perjuangan.
d. Mari kita berangkat ke kantor.
e. Saya pergi ke sana mencarinya.
f. Ia berasal dari Pulau Penyengat.
g. Cincin itu terbuat dari emas.
7. Partikel
a. Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata
yang mendahuluinya.
Misalnya:
1) Bacalah buku itu baik-baik!
2) Apakah yang tersirat dalam surat itu?
3) Siapakah gerangan dia?
4) Apatah gunanya bersedih hati?
Catatan:
Partikel pun yang merupakan unsur kata penghubung
ditulis serangkai.
Misalnya:
37
1) Meskipun sibuk, dia dapat menyelesaikan tugas tepat
pada waktunya.
2) Dia tetap bersemangat walaupun lelah.
3) Adapun penyebab kemacetan itu belum diketahui.
4) Bagaimanapun pekerjaan itu harus selesai minggu
depan.
38
resmi ditulis dengan huruf kapital tanpa tanda titik.
Misalnya:
1) NKRI = Negara Kesatuan Republik Indonesia
2) UI = Universitas Indonesia
3) PBB = Perserikatan Bangsa-Bangsa
4) WHO = World Health Organization
5) PGRI = Persatuan Guru Republik Indonesia
6) KUHP = Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
39
d. Singkatan yang terdiri atas dua huruf yang lazim dipakai
dalam surat-menyurat masing-masing diikuti oleh tanda
titik.
Misalnya:
1) a.n. atas nama
2) d.a. dengan alamat
3) u.b. untuk beliau
4) u.p. untuk perhatian
5) s.d. sampai dengan
40
3) Kowani Kongres Wanita Indonesia
4) Kalteng Kalimantan Tengah
5) Mabbim Majelis Bahasa Brunei Darussalam-
Indonesia-Malaysia
6) Suramadu Surabaya Madura
41
b. Bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf.
Misalnya:
1) Lima puluh siswa teladan mendapat beasiswa dari
pemerintah daerah.
2) Tiga pemenang sayembara itu diundang ke Jakarta.
Catatan: Penulisan berikut dihindari:
1) 50 siswa teladan mendapat beasiswa dari pemerintah
daerah.
2) 3 pemenang sayembara itu diundang ke Jakarta.
Apabila bilangan pada awal kalimat tidak dapat
dinyatakan dengan satu atau dua kata, susunan
kalimatnya diubah.
Misalnya:
1) Panitia mengundang 250 orang peserta.
2) Di lemari itu tersimpan 25 naskah kuno.
Catatan: Penulisan berikut dihindari:
1) 250 orang peserta diundang panitia.
2) 25 naskah kuno tersimpan di lemari itu.
42
5) 2 tahun 6 bulan 5 hari
6) 1 jam 20 menit
7) Rp5.000,00
8) US$3,50
9) £5,10
10) ¥100
Bilangan Pecahan
Misalnya:
1) setengah atau seperdua (1/2)
2) seperenam belas (1/16)
3) tiga perempat (3/4)
43
4) dua persepuluh (2/10)
5) tiga dua-pertiga (3 2/3)
6) satu persen (1%)
7) satu permil (1o/oo)
44
k. Penulisan bilangan yang dilambangkan dengan angka
dan diikuti huruf dilakukan seperti berikut.
Misalnya:
1) Saya lampirkan tanda terima uang sebesar
Rp900.500,50 (sembilan ratus ribu lima ratus rupiah lima
puluh sen).
2) Bukti pembelian barang seharga Rp5.000.000,00 (lima
juta rupiah) ke atas harus dilampirkan pada laporan
pertanggungjawaban.
45
c. Ibu itu menghadiahi sang suami kemeja batik.
d. Sang adik mematuhi nasihat sang kakak.
e. Harimau itu marah sekali kepada sang Kancil.
f. Dalam cerita itu si Buta berhasil menolong kekasihnya.
Catatan: Huruf awal sang ditulis dengan huruf kapital jika
sang merupakan unsur nama Tuhan.
Misalnya:
a. Kita harus berserah diri kepada Sang Pencipta.
b. Pura dibangun oleh umat Hindu untuk memuja Sang
Hyang Widhi Wasa.
2) 1. Patokan Umum
1.1 Isi Karangan
1.2 Ilustrasi
1.2.1 Gambar Tangan
1.2.2 Tabel
46
1.2.3 Grafik
2. Patokan Khusus
…
Catatan
a) Tanda titik tidak dipakai pada angka atau huruf
yang sudah bertanda kurung dalam suatu
perincian.
Misalnya:
(1) Bahasa Indonesia berkedudukan sebagai
bahasa nasional yang berfungsi, antara lain,
(a) lambang kebanggaan nasional,
(b) identitas nasional, dan
(c) alat pemersatu bangsa;
(2) bahasa negara ....
47
c. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit,
dan detik yang menunjukkan waktu atau jangka waktu.
Misalnya:
1) pukul 01.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik atau
pukul 1, 35 menit, 20 detik)
2) 01.35.20 jam (1 jam, 35 menit, 20 detik)
3) 00.20.30 jam (20 menit, 30 detik)
4) 00.00.30 jam (30 detik)
48
2) Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang
merupakan kepala karangan, ilustrasi, atau tabel.
Misalnya:
a) Acara Kunjungan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan
b) Bentuk dan Kedaulatan (Bab I UUD 1945)
c) Gambar 3 Alat Ucap Manusia
d) Tabel 5 Sikap Bahasa Generasi Muda Berdasarkan
Pendidikan
3) Tanda titik tidak dipakai di belakang (a) alamat
penerima dan pengirim surat serta (b) tanggal surat.
Misalnya:
a) Yth. Direktur Taman Ismail Marzuki
Jalan Cikini Raya No. 73
Menteng
Jakarta 10330
b) Yth. Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan
Bahasa
Jalan Daksinapati Barat IV
Rawamangun
Jakarta Timur
c) Indrawati, M.Hum.
Jalan Cempaka II No. 9
Jakarta Timur
d) 21 April 2013
e) Jakarta, 15 Mei 2013 (tanpa kop surat)
49
b. Tanda koma dipakai sebelum kata penghubung, seperti
tetapi, melainkan, dan sedangkan, dalam kalimat majemuk
(setara).
Misalnya:
1) Saya ingin membeli kamera, tetapi uang saya belum
cukup.
2) Ini bukan milik saya, melainkan milik ayah saya.
3) Dia membaca cerita pendek, sedangkan adiknya
melukis panorama.
50
3) Orang tuanya kurang mampu. Meskipun demikian,
anak-anaknya berhasil menjadi sarjana.
Catatan:
Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan
langsung yang berupa kalimat tanya, kalimat perintah,
atau kalimat seru dari bagian lain yang mengikutinya.
Misalnya:
1) "Di mana Saudara tinggal?" tanya Pak Lurah.
2) "Masuk ke dalam kelas sekarang!" perintahnya.
3) "Wow, indahnya pantai ini!" seru wisatawan itu.
51
1) Sdr. Abdullah, Jalan Kayumanis III/18, Kelurahan
Kayumanis, Kecamatan Matraman, Jakarta 13130
2) Dekan Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia,
Jalan Salemba Raya 6, Jakarta
3) Surabaya, 10 Mei 1960
4) Tokyo, Jepang
52
4) Siti Aminah, S.H., M.H.
Catatan:
Bandingkan Siti Khadijah, M.A. dengan Siti Khadijah M.A.
(Siti Khadijah Mas Agung).
53
2) Atas perhatian Saudara, kami ucapkan terima kasih.
Bandingkan dengan:
1) Dalam pengembangan bahasa kita dapat memanfaatkan
bahasa daerah.
2) Atas perhatian Saudara kami ucapkan terima kasih.
54
c) pendataan anggota, dokumentasi, dan aset
organisasi.
55
1) Ibu : "Bawa koper ini, Nak!"
Amir : "Baik, Bu."
Ibu : "Jangan lupa, letakkan baik-baik!"
e. Tanda titik dua dipakai di antara (a) jilid atau nomor dan
halaman, (b) surah dan ayat dalam kitab suci, (c) judul
dan anak judul suatu karangan, serta (d) nama kota dan
penerbit dalam daftar pustaka.
Misalnya:
1) Horison, XLIII, No. 8/2008: 8
2) Surah Albaqarah: 2—5
3) Matius 2: 1—3
4) Dari Pemburu ke Terapeutik: Antologi Cerpen Nusantara
5) Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Jakarta: Pusat
Bahasa.
56
c. Tanda hubung dipakai untuk menyambung tanggal,
bulan, dan tahun yang dinyatakan dengan angka atau
menyambung huruf dalam kata yang dieja satu-satu.
Misalnya:
1) 11-11-2013
2) p-a-n-i-t-i-a
57
Misalnya:
1) BNP2TKI (Badan Nasional Penempatan dan
Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia)
2) LP3I (Lembaga Pendidikan dan Pengembangan
Profesi Indonesia)
3) P3K (pertolongan pertama pada kecelakaan)
58
b. Tanda pisah dapat dipakai juga untuk menegaskan
adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain.
Misalnya:
1) Soekarno-Hatta—Proklamator Kemerdekaan RI—
diabadikan menjadi nama bandar udara internasional.
2) Rangkaian temuan ini—evolusi, teori kenisbian, dan
pembelahan atom—telah mengubah konsepsi kita
tentang alam semesta.
3) Gerakan Pengutamaan Bahasa Indonesia—amanat
Sumpah Pemuda—harus terus digelorakan.
7. Tanda Tanya(?)
a. Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.
Misalnya:
1) Kapan Hari Pendidikan Nasional diperingati?
2) Siapa pencipta lagu "Indonesia Raya"?
59
menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, atau
emosi yang kuat.
Misalnya:
a. Alangkah indahnya taman laut di Bunaken!
b. Mari kita dukung Gerakan Cinta Bahasa Indonesia!
c. Bayarlah pajak tepat pada waktunya!
d. Masa! Dia bersikap seperti itu?
e. Merdeka!
60
Misalnya:
1) "Merdeka atau mati!" seru Bung Tomo dalam
pidatonya.
2) "Kerjakan tugas ini sekarang!" perintah atasannya.
"Besok akan dibahas dalam rapat."
3) Menurut Pasal 31 Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, "Setiap warga negara
berhak memperoleh pendidikan."
61
Misalnya:
1) Tanya dia, "Kaudengar bunyi 'kring-kring' tadi?"
2) "Kudengar teriak anakku, 'Ibu, Bapak pulang!', dan
rasa letihku lenyap seketika,"ujar Pak Hamdan.
3) "Kita bangga karena lagu 'Indonesia Raya'
berkumandang di arena olimpiade itu," kata Ketua
KONI.
62
2) Keterangan itu (lihat Tabel 10) menunjukkan arus
perkembangan baru pasar dalam negeri.
63
b. Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit keterangan
dalam kalimat penjelas yang terdapat dalam tanda
kurung.
Misalnya:
1) Persamaan kedua proses itu (perbedaannya
dibicarakan di dalam Bab II [lihat halaman 35-38])
perlu dibentangkan di sini.
64
15. Tanda Penyingkat atau Apostrof („)
Tanda penyingkat atau apostrof dipakai untuk
menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka
tahun dalam konteks tertentu.
Misalnya:
a. Dia 'kan kusurati. ('kan = akan)
b. Mereka sudah datang, 'kan? ('kan = bukan)
c. Malam 'lah tiba. ('lah = telah)
d. 5-2-'13 ('13 = 2013)
65
BAB III
DIKSI DALAM KARYA TULIS ILMIAH
A. Pengertian Diksi
Diksi dalam kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
diartikan sebagai pilihan kata yang tepat dalam penggunaan
bahasa untuk mengungkapkan gagasan sesuai dengan apa
yang diharapkan oleh penutur. Pemilihan kata yang tepat,
cermat dan benar dapat menghindarkan pembaca atau
pendengar dari salah penafsiran. Selain itu, pemilihan kata juga
berdampak pada nilai rasa yang dimiliki pembaca atau
pendengar, karena diksi digunakan untuk mewakili pikiran
dan perasaan yang dinyatakan dalam kalimat.
Keraf (2008: 24) mengemukakan tiga kesimpulan utama
mengenai diksi, yaitu (1) pemilihan kata atau diksi mencakup
pengertian kata-kata mana yang akan dipakai untuk
menyampaikan suatu gagasan, (2) bagaimana membentuk
pengelompokan kata-kata yang tepat atau menggunakan
ungkapan-ungkapan yang tepat, (3) gaya mana yang paling
baik digunakan dalam situasi. Berdasarkan pendapat tersebut
maka dapat disimpulkan bahwa diksi adalah kemampuan
membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna dari gagasan
yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan
bentuk yang sesuai (cocok) dengan situasi dan nilai rasa yang
dimiliki kelompok masyarakat pendengar. Pilihan kata yang
tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasaan
sejumlah besar kosakata atau perbendaharaan kata bahasa itu.
Sedangkan yang dimaksud perbendaharaan kata atau kosakata
66
suatu bahasa adalah keseluruhan kata yang dimiliki oleh
sebuah bahasa.
Penggunaan kosakata yang baik bukan hanya ditinjau
pada ketepatan dan kecocokan pemilihan kata, namun efisiensi
penggunaan kata juga perlu diperhatikan. Penggunaan
kosakata yang berlebihan dapat mengakibatkan informasi yang
tidak jelas. Dalam bahasa tulis khususnya dalam karya ilmiah
penggunaan kosakata yang berlebihan perlu dihindari. Hal
tersebut dapat mengakibatkan informasi dalam karya tulis sulit
dipahami dan ambigu atau menimbulkan penafsiran ganda.
Selain itu penggunaan kosakata dalam karya ilmiah harus
bersifat informatif oleh karena itu diksi dalam karya ilmiah
harus singkat, padat dan jelas. Kesalahan dalam menggunakan
kosakata dalam karya ilmiah dapat mengurangi nilai
keilmiahan suatu karya tulis. Dari pernyataan tersebut maka
dalam pemilihan kata pada bahasa tulis harus disesuaikan
dengan genre tulisan yang dibuat.
67
1. Melambangkan gagasan yang diekspresikan secara verbal.
Diksi memiliki fungsi untuk melambangkan gagasan
secara verbal. Dalam karya ilmiah gagasan atau temuan
perlu disebar luaskan oleh pembaca sebagai sumber
pengetahuan dan pengembangan ilmu pengetahuan.
68
tersebut dinominalisasikan menjadi nomina (benda)
pengukuran. Kata nomina pengukuran menjadi lebih sarat
makna karena didalamnya bermakna proses yang
mencakup makna sifat terukur, kerja kerja mengukur, dikukur.
69
1. Pemilihan Kata yang Sesuai Kaidah Kelompok Kata
Pemilihan kata atau diksi yang baik sesuai dengan kaidah
kelompok kata memperhatikan pilihan kata secara tepat, lazim
dan cermat.
a. Tepat
Pemilihan kata yang tepat perlu memperhatikan
kategori kelompok kata. Misalnya kata buas bersinonim
dengan kata galak. Namun pada kata buas makna kata
tersebut berciri utama nomina binatang buas seperti
harimau, srigala, ular dsb. Kategori kata tersebut tidak
tepat jika digunakan untuk menggantikan nomina orang
misalnya ―Anton adalah orang yang buas‖. Kalimat
tersebut secara struktur sintaksis benar, tetapi secara
kaidah makna atau secara semantik tidak tepat.
b. Lazim
Penggunaan kata yang lazim adalah kata yang
sudah umum atau istilah yang sering digunakan.
Penggunaan kata-kata yang lazim biasanya disesuaikan
dengan bidang ilmu atau bidang profesi tertentu.
Misalnya pada kata operasi lazim digunakan pada bidang
kedokteran, tetapi kata tersebut juga dapat digunakan
dalam bidang kepolisian “operasi lalu lintas”. Meskipun
kata-kata tersebut dapat digunakan untuk menggantikan
kata-kata yang tidak lazim digunakan namun kata
tersebut bukan mengacu pada makna sebenarnya.
c. Cermat
Kecermatan dalam memilih kata berkaitan dengan
efisiensi penggunaan kata sesuai dengan yang
dibutuhkan. Penggunaan kata yang berlebih-lebihan
menjadikan suatu kalimat tidak efektif, sedangkan dalam
karya ilmiah penggunaan kata yang berbelit-belit
menjadikan sebuah gagasan tidak terstruktur. Misalnya
pada contoh kalimat berikut ―Para anak-anak telah
masuk di ruang kelas‖. Kalimat tersebut tidak efektif
70
karena menggunakan kata para dan anak-anak secara
bersamaan. Kata anak-anak sudah bermakna jamak yang
bermakna banyak anak sehingga terjadi pemborosan kata
jika menambahkan kata para.
71
dengan cepat agar dapat bertolak ke suatu tempat. Makna
denotatif menyangkut makna yang memuat informasi-
informasi secara faktual. Sedangkan makna konotatif adalah
makna yang bukan sebenarnya atau makna tambahan yang
memiliki nilai rasa misalnya pada kata putih bisa bermakna
suci, bersih, tulus namun juga dapat bermakna putih dalam
artian warna.
72
bersifat lebih konkret atau mengarah pada konteks yang
khusus, misalnya pada kata melirik, mengeok, memperhatikan
merupakan kata-kata khusus dari kata umum melihat.
73
Tugas dan Latihan
1. Apakah pengertian ―diksi‖?
2. Sebutkan dan jelaskan ciri-ciri penggunaan kata yang baik
dalam bahasa tulis!
3. Sebutkan fungsi diksi dalam karya ilmiah!
4. Apa dampak jika kurang tepat dalam pemilihan kata atau
diksi pada bahasa tulis?
5. Hal-Hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam menentu-
kan diksi dalam karya ilmiah?
74
BAB IV
PENGGUNAAN KALIMAT DALAM KARYA ILMIAH
75
tersebut menduduki fungsinya masing-masing sehingga
membentuk satu kesatuan makna. Unsur-unsur inti sebuah
kalimat adalah Subjek (S), Predikat (P), Objek(O) , Keterangan
(Ket), dan Pelengkap (Pel)
1. Subjek (S)
Subjek merupakan unsur yang berfungsi sebagai
pusat pembicaraan dalam kalimat. Subjek dalam kalimat
dapat berbentuk kelompok kata atau frasa nomina. Subjek
memiliki peran sangat penting dalam menentukan kejelasan
makna, oleh karena itu apabila salah dalam penempatan
subjek dapat mengacaukan makna dalam kalimat. Unsur
subjek dalam kalimat memiliki fungsi: (1) untuk membentuk
kalimat dasar, kalimat luas, kalimat tunggal, dan kalimat
majemuk, (2) untuk memperjelas informasi makna atau
gagasan, (3) sebagai pusat pembahasan, (4) untuk
mempertegas makna, (5) membentuk kesatuan gagasan atau
pikiran.
2. Predikat (P)
Predikat merupakan unsur yang berfungsi untuk
menerangkan subjek (S). Predikat juga termasuk unsur inti
dalam kalimat. Unsur predikat dalam sebuah kalimat
umumnya berupa kata kerja (verba) misalnya menulis,
meneliti, menemukan dsb. Unsur predikat dapat pula dalam
bentuk frasa verba misalnya sedang menulis, sedang meneliti
dsb. Meskipun kebanyakan unsur predikat adalah bentuk
kata kerja namun tidak menutup kemungkinan unsur
predikat dapat berupa kata benda (nomina), kata sifat
(adjektiva). Untuk mengetahui sebuah unsur kalimat
termasuk kategori predikat maka dapat melihat ciri-ciri
berikut.
a. Predikat umumnya berupa suatu jawaban atas
pernyataan mengapa (melakukan apa), bagaimana, dan
apa.
Contoh ―Anton sedang meneliti‖
76
Unsur predikat dalam kalimat tersebut adalah sedang
meneliti, karena merupakan suatu jawaban atas
pertanyaan apa yang dilakukan oleh Anton?
77
Berikut beberapa contoh kalimat yang memiliki unsur
objek.
a. Beni memanjat pohon besar di belakang rumah
b. Maya membeli buah-buahan di pasar Mardika
c. Doni mendengar suara yang mengerikan dari kamar itu
b. Keterangan Tempat
Keterangan tempat biasanya menunjukkan pada
lokasi atau peristiwa terjadi, misalnya di pasar, ke sekolah,
ke kampus, dari rumah.
c. Keterangan Tujuan
Keterangan tujuan biasanya dinyatakan dalam
bentuk preposisi, bagi, guna, untuk, buat.
78
d. Keterangan Cara
Keterangan cara digunakan untuk menunjukkan
keterangan atau penjelasan tentang suatu yang
dilakukan, contoh “kami melakukan wawancara langsung”
e. Keterangan Penyerta
Keterangan penyerta dalam kalimat biasanya
berfungsi untuk menerangkan bersama siapa/apa, dan
tanpa siapa/apa. Dalam sebuah kalimat keterangan
penyerta subjeknya ditandai dengan melakukan
perbuatan atau aktivitas. Kata yang digunakan sebagai
keterangan penyerta, yaitu bersama, dengan, beserta, tanpa
dan berikut.
f. Keterangan Alat
Keterangan alat biasanya berfungsi untuk
menerangkan adanya penggunaan alat dalam suatu
peristiwa atau kegiatan. Dalam sebuah kalimat,
keterangan alat dapat dinyatakan dengan menggunakan
kata dengan menggunakan, mengguakan, atau dengan.
g. Keterangan Sebab
Keterangan sebab biasanya diungkapkan dalam
bentuk frasa dengan preposoisi karena atau sebab.
h. Keterangan saling
Ketrangan saling diungkapkan dengan
menggunakan frasa satu sama lain
i. Keterangan similatif
Keterangan similatif digunakan untuk menyatakan
suatu kata perbandingan. Dimana keterangan ini
membandingkan suatu kejadian, peristiwa atau
perbuatan. Kata keterangan similatif biasanya
menggunakan kata seperti bagai, bagaikan, seperti,dsb.
79
4. Pelengkap(Pel)
Pelengkap sering disebut dengan komplemen. Seperti
halnya unsur objek dan unsur keterangan, unsur pelengkap
berfungsi untuk menerangkan predikat yang dilengkapinya.
Ciri-ciri pelengkap adalah sebagai berikut.
a. Unsur Pelengkap tidak dapat diubah menjadi subjek
Pada pembahasan sebelumnya telah diulas bahwa
unsur objek dapat berubah menjadi unsur subjek jika
kalimat diubah menjadi pasif, maka dalam hal ini objek
pelengkap tidak dapat diubah menjadi unsur subjek
meskipun kalimatnya telah diubah menjadi pasif.
Perhatikan contoh berikut.
Polisi menembak pencuri sepeda motor ketika
melarikan diri
Objek dapat berubah menjadi unsur subjek jika
kalimat yang memuat objek tersebut diubah menjadi
kalimat pasif. Berbeda dengan pelengkap tidak dapat
diubah menjadi subjek meskipun kalimatnya diubah
menjadi pasif. Perhatikan contoh berikut
ketika melarikan diri, pencuri sepeda motor
ditembak oleh polisi
ketika melarikan diri, sepeda motor ditembak
pencuri oleh polisi
80
pasif maka nomina tersebut tergolong sebagai objek dan
nomina yang tidak dapat berperan sebagai subjek maka
tergolong sebagai pelengkap.
B. Ragam Kalimat
Jenis kalimat dapat klasifikasikan berdasarkan beberapa
aspek, yaitu sebgai berikut.
1. Jenis Kalimat Berdasarkan Bentuknya
Berdasarkan bentuknya terdapat dua jenis kalimat
yaitu kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Kalimat
tunggal adalah kalimat yang tersusun oleh struktur yang
sederhana. Struktur kalimat tunggal hanya terdiri dari satu
klausa atau hanya terdiri dari satu susunan subjek (S) dan
81
predikat (P). Sedangkan kalimat majemuk adalah kalimat
yang terdiri dari dua klausa atau lebih. Kalimat majemuk
terbagi menjadi dua macam yaitu kalimat majemuk setara
dan kalimat majemuk bertingkat.
2. Jenis Kalimat Berdasarkan Fungsi Subjek
Berdasarkan fungsi subjek, kalimat dibedakan
menjadi dua yaitu kalimat aktif dan kalimat pasif. Kalimat
aktif adalah kalimat yang subjeknya melakukan tindakan
atau melakukan perbuatan. Sedangkan kalimat pasif
kebalikanya dengan kalimat pasif yaitu kalimat yang unsur
subjeknya dikenai tindakan atau perbuatan.
Contoh :
a. Peneliti melakukan penelitain di pasar.(aktif)
b. Penelitian dilakukan di pasar (pasif)
82
perasaan atau ekpresi, seperti kekaguman, kebahagiaan,
kesedihan, kemarahan, kebingungan, ketakutan.
Contoh “sungguh meruginya para nelayan”
e. Kalimat emafatik
Kalimat emafatik adalah kalimat yang berisi penegasan
khusu kepada subjek suatu kalimat. Pada umumnya
penegasan pada kalimat emafatik dengan menambahkan
akhiran –lah dan kemudian diikuti dengan kata yang,
sehingga subjek dalam kalimat menjadi lebih tegas
dibandingkan dengan unsur kalimat lainya.
Contoh “Dialah yang selalu aku tunggu-tunggu”
83
C. Penggunaan Kalimat Efektif dalam Karya Ilmiah
Kalimat dapat dikatakan efektif apabila gagasan yang
disampaikan pembicara atau penulis mudah dipahami, dan
mecerminkan penggunaan kaidah kebahasaan yang tepat,
singkat, padat dan jelas. Mengutip pendapat Heri dan Anang
(2007) efektifitas penggunaan kalimat dalam karya ilmiah dapat
diukur dari dua sisi yaitu dari sisi penulis dan pembaca. Dari
sisi penulis kalimat dikatakan efektif apabila kalimat yang
digunakan dapat mengakomodasi gagasan keilmuan penulis
secara tepat dan akurat, sedangkan dari sisi pembaca, gagasan
yang disampaikan penulis dapat dipahami oleh pembaca sesuai
dengan maksud penulis tanpa menimbulkan penafsiran yang
lain.
Untuk membuat sebuah kalimat efektif, maka perlu
mengetahui terelebih dahulu karakteristik kalimat efektif.
Karakteristik kalimat efektif adalah sebagai berikut;
1. Kalimat efektif memiliki unsur pokok minimal mengandung
unsur subjek (S) dan predikat (P).
2. Kalimat efektif didukung dengan penggunaan diksi yang
tepat.
3. Kalimat eefektif menggunkan ejaan sesuai dengan kaidah
yang berlaku.
4. Kalimat efektif menyajikan informsai yang tepat sesuai
dengan maksud penulis.
5. Kalimat efektif menekankan ide pokok pada kalimat.
6. Kalimat efektif tidak menggunakan kata yang berlebihan.
7. Kalimat efektif memiliki kesetaraan antara struktur bahasa
dan jalan pikiran yang logis dan sistematis.
8. Kalimat efektif menunjukkan koherensi dan kelogisan
kalimat.
84
struktur bahasa. Untuk membuat sebuah kalimat menjadi
sepadan maka perlu memenuhi syarat kesepadanan sebagai
berikut
a. Kalimat harus memiliki fungsi-fungsi yang jelas seperti
subjek (S), predikat (P), objek (O), dan keterangan (Ket).
b. Struktur kalimat harus ditulis dengan menempati
fungsinya masing-masing.
c. Kalimat sepadan tidak memiliki subjek ganda.
Jika suatu kalimat memiliki subjek ganda maka
kalimat tersebut tidak efektif. Jika dalam kalimat
membutuhkan subjek ganda maka dapat mengantikanya
dengan kata ganti.
d. Menggunakan kata pengghubung yang tepat.
Kata penghubung (konjungsi) berfungsi menghu-
bungkan antar kata dalam sebuah kalimat. Selain itu,
konjungsi juga dapat berfungsi sebagai penghubung
antar kalimat dalam paragraf. Unrtuk dapat
menggunakan kata penghubung dengan tepat maka
perlu memperhatikan jenis dan fungsi kata penghubung.
Jenis dan Fungsi kata penghubung sebagai berikut.
1) Kata penghubung untuk menyatakan satu kalimat
dengan kalimat lain yang bertentangan dapat
menggunakan kata penghubung akan tetap, namun,
bahkan. malahan.
2) Kata penghubung untuk menyatakan kelanjutan
suatu kejadian atau peristiwa dapat menggunakan
kata penghubung selanjutnya, setelah itu, setelah itu.
3) Kata penghubung untuk menyatakan kebalikan dari
sebelumnya dapat menggunakan kata sebaliknya.
4) Kata penggubung untuk menyatakan suatu keadaan,
peristiwa atau hal yang sebenarnya dapat
menggunakan kata sesungguhnya, bahwasanya.
5) Kata penghubung untuk menyatakan kosekuensi
dapat menggunakan kata dengan demikian.
6) Kata penghubung untuk menyatakan akibat dapat
menggunakan kata oleh karena itu, oleh sebab itu.
85
2. Kalimat Pararel
Dalam menyusun kalimat dalam karya ilmiah perlu
memperhatikan pararel kalimat. Kalimat pararel memiliki
kesamaan kata di dalamnya, artinya jika unsur pertama
menggunakan bentuk kata nomina (benda) bentuk
berikutnya juga harus sama. Selanjutnya, jika bentuk unusr
pertamanya kata kerja (verba) maka unsur berikutnyapun
diikuti dengan bentuk verba dst. Contohnya sebagai berikut.
pola kalimat dengan unsur verba (kata kerja) ―Hobi Anton
adalah melukus, Membaca, dan Menulis”.
3. Ekonomi Kata
Ekonomi kata adalah penggunaan kata dalam sebuah
kalimat dengan cara tidak berlebihan namun tidak
mengurangi maksud dan tidak mengubah informasi yang
disampaikan. Penggunan secara berlebihan dalam sebuah
kalimat mengakibatkan kalimat tidak efektif. Ada beberapa
syarat agar tidak terjadi pemborosan kata dalam menyusun
kalimat, yaitu sebagai berikut.
a. Menghindari pengulangan subjek
Ketika menyusun sebuah kalimat yang kompleks
terkadang penulis melakukan peengulangan subjek. Hal
tersebut dapat menjadikan kalimat tidak efektif, selain
itu juga dapat mengurangi nilai keilmiahan karya tulis
ilmiah, karena informasi yang disajikan terlalu panjang
namun tidak sarat makna.
Contoh kalimat dengan subjek ganda
Peneliti melakukan observasi lapangan, maka peneliti
perlu turun langsung ke lapangan
86
c. Menghindari penggunaaan sinonim yang tidak
dipeerlukan
Contoh
1) Sejak dari tahun 1990 produk ini sudah ada (Tidak hemat
kata)
2) Sejak tahun 1990 produk ini sudah ada (hemat kata)
5. Kepaduan
Ketika menyusun sebuah kalimat perlu
memperhatikan kepaduan kata yang digunakan. Kalimat
padu menggunakan pola aspek yang sistematis sehingga
mengambarkan pola pikir yang runtut dan jelas.
Contoh
a. Makalah ini membahas tentang desain interior pada
rumah adat‖ (tidak padu).
b. Makalah ini membahas desain interior pada rumah adat
―(padu).
87
Tugas dan Latihan
1. Apakah Pengertian ―kalimat‖ ?
2. Sebutkan ciri-ciri kalimat!
3. Jelaskan apa yang dimaksud ―unsur subjek (S)‖ dalam
kalimat,serta fungsinya !
4. Jelaskan apa yang dimaksud ―unsur Predikat (P)‖ dalam
kalimat,serta fungsinya !
5. Jelaskan apa yang dimaksud ―unsur objek (O)‖ dalam
kalimat,serta fungsinya !
6. Jelaskan apa yang dimaksud ―unsur keterangan (Ket)‖
dalam kalimat,serta fungsinya!
7. Jelaskan apa yang dimaksud ―unsur Pelengkap (Pel)‖ dalam
kalimat,serta fungsinya !
8. Sebutkan dan jelaskan jenis kalimat Berdasarkan Bentuknya!
9. Sebutkan dan jelaskan jenis kalimat Berdasarkan Maknanya!
10. Sebutkan dan jelaskan jenis kalimat Berdasarkan fungsi
subjeknya!
11. Sebutkan dan jelaskan jenis kalimat Berdasarkan Kategori
kata!
12. Apa saja karakteristik kalimat efektif?
13. Hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam menyusun
kalimat efektif dalam karya tulis ilmiah?
88
BAB V
PENGEMBANGAN PARAGRAF RAGAM ILMIAH
89
d. Memudahkan penulis dalam mengembangkan topik ke
dalam unit pikiran yang lebih kecil.
e. Memudahkan dalam mengendalikan variabel khususnya
pada karangan yang terdiri dari beberapa variabel.
2. Ciri-Ciri Paragraf
Ciri-ciri paragraf adalah sebagai berikut.
a. Kalimat pertama dalam paragraf menjolok ke dalam
kurang lebih lima ketukan atau spasi untuk jenis
karangan ilmiah formal misalnya makalah, skripsi, tesis,
disertasi.
b. Paragraf memiliki kalimat topik yang merupakan pikiran
pokok atau gagasan utama.
c. Paragraf memiliki satu kalimat utama sebagai kalimat
topik dan menggunakan beberapa kalimat sebagai
kalimat penjelas atau pendukung.
d. Paragraf berisi narasi yang mengandung makna dan
maksud yang jelas terhadap satu objek atau gagasan.
B. Jenis-Jenis Paragraf
Paragraf dapat dibedakan menjadi beberapa kategori
berdasarkan fungsi berdasarkan letak gagasan, dan
berdasarkan tujuan. Jenis-jenis paragraf sebagai berikut.
1. Jenis paragraf berdasarkan Fungsi
Jenis paragraf berdasarkan fungsi dibedakan menjadi
empat
a. Paragraf Pembuka
Paragraf pembuka umumnya ditulis sebagai
pengantar atau membuka pengetahuan pembaca
terhadap isi tulisan secara keseluruhan.
b. Paragraf isi
Paragraf isi merupakan bagian inti atau pokok
pada suatu karangan atau tulisan.
90
c. Paragraf penutup
Paragraf penutup umumnya berisi simpulan,
saran, masukan dan penekanan terhadap hal-hal penting
dalam suatu tulisan.
d. Paragraf penghubung
Paragraf penghubung adalah paragraf yang
fungsinya sebagai penghubung antara paragraf satu dan
paragraf lainnya.
b. Paragraf induktif
Paragraf Induktif adalah paragraf yang gagasan
utamanya terletak di akhir paragraf.
c. Paragraf ineratif
Paragraf ineratif adalah paragraf yang gagasan
utamanya terletak di tengah paragraf.
d. Paragraf campuran
Paragraf campuran adalah paragraf yang gagasan
utamanya terletak di awal dan di akhir paragraf.
91
karya ilmiah paragraf ini biasanya digunakan pada
bagian latar belakang yang mengulas tentang
permasalahan yang akan diteliti, gambaran tentang
tujuan, pentingnya penyelesaian masalah dan
pendekatan yang akan digunakan.
Ciri-ciri paragraf eksposisi sebagai berikut
1) Paragraf eksposisi terdapat sebuah pengertian
mengenai istilah dalam topik pembahasan.
2) Isi paragraf eksposisi bertujuan memberikan
informasi yang bersifat objektif dan netral.
3) Paragraf eksposisi memberikan data yang valid dan
sumbernya datanya dapat dipercaya.
4) Gagasan yang dibangun biasanya memberikan
jawaban atas pertanyaan apa, mengapa, siapa, di
mana, kapan, dan bagaimana.
5) Penyampaian teks dalam paragraf eksposisi
menggunakan kalimat secara jelas, padat dan
menggunakan bahasa yang baku.
6) Memberikan pengetahuan dan informasi kepada
pembaca.
7) Paragraf eksposisi bersifat netral dan objektif
92
yang dibicarakan dan penguatan argumentasi yang
ditunjang oleh fakta.
Contoh paragraf eksposisi dalam karya ilmiah
sebagai berikut.
b. Paragraf Persuasi
Paragraf persuasi adalah paragraf yang isinya
bersifat ajakan dengan cara meyakinkan pembaca
melalui gagasan yang disampaikan penulis. Dalam
membuat paragraf persuasi perlu memperhatikan
kredibilitas penulis, kemampuan penulis dalam
memberikan sugesti pembaca, dan kebenaran berupa
bukti-bukti.
Ciri-ciri paragraf persuasi sebagai berikut
1) Banyak menggunakan kalimat ajakan contohnya
penggunaan kata marilah, ayolah, dsb.
2) Isi paragraf bertujuan untuk mempengaruhi atau
mengajak pembaca pada suatu hal.
3) Isi paragraf mengandung fakta dan bukti sebagai
upaya untuk meyakinkan dan mempengaruhi
pembaca untuk melakukan suatu hal.
93
4) Berupaya menghindari konflik, hal tersebut
dilakukan agar pembaca yakin dan tercapainya
kesepakatan.
Struktur paragraf persuasi memiliki tiga bagian
yakni bagian pengenalan isu, bagian rangkaian
argumentasi, bagian pernyataan ajakan. Bagian
pernyataan isu berisi pengantar atau awalan yang
bertujuan mengenalkan permasalahan yang akan
dibahas. Bagian argumentasi berisi pendapat-pendapat
penulis mengenai isu yang dikemukakan dan dapat
didukung dengan fakta yang sejalan dengan
pembahasan. Bagian ajakan berisi beberapa kalimat yang
sifatnya mempengaruhi atau mendorong pembaca untuk
melakukan suatu hal. Pernyataan ajakan dapat
dinyatakan secara tersirat maupun secara tersurat pada
teks.
Contoh paragraf persuasi dalam karya ilmiah
sebagai berikut.
c. Paragraf Narasi
Paragraf narasi ada paragraf yang isinya
menceritakan serangkaian peristiwa dengan kronologi
94
dan waktu urutan kejadian. Paragraf narasi bertujuan
untuk memberikan makna dan pesan berdasarkan
serangkaian rentetan cerita sehingga pembaca dapat
memahami melalui atur kronologi.
Berdasarkan isinya paragraf narasi terbagi menjadi
dua yaitu paragraf narasi sugestif dan paragraf narasi
ekspositoris. Narasi sugestif adalah narasi yang
menyampaikan suatu makna kepada pembaca melalui
daya khayal yang dimilikinya. Tujuan atau sasaran pada
narasi sugestif bukan untuk memperluas pengetahuan
seseorang, tetapi berusaha memberi makna atas
peristiwa atau kejadian sebagai suatu pengalaman. Maka
narasi sugestif selalu melibatkan daya khayal (imajinasi).
Contoh dari narasi sugestif adalah dongeng dan cerpen.
Narasi ekspositoris yang bersifat generalisasi,
merupakan narasi yang menyampaikan sesuatu yang
umum misalnya, suatu wacana naratif yang
menceritakan bagaimana membuat roti, bagaimana
seseorang membuat nasi goreng. Narasi tersebut
menyampaikan proses yang umum, yang dapat
dilakukan siapa saja dan dapat dilakukan berulang kali.
Struktur paragraf narasi pada umumnya terdiri
dari tiga bagian, yaitu bagian awal atau pembuka, bagian
inti dan bagian akhir atau penutup. Bagian awal paragraf
biasanya berisi pengantar tentang serangkaian cerita
yang akan dibahas. Bagian tengah berisikan inti dari
cerita yang menyajikan konflik yang mengarah ke
klimaks atau puncak konflik. Bagian akhir atau penutup
berisi narasi yang mengantarkan pembaca kepada akhir
cerita dan kesimpulan dari cerita.
Contoh paragraf narasi dalam karya ilmiah
sebagai berikut.
95
Tahap berikutnya memberikan materi pelajaran
tentang mengubah teks wawancara menjadi
karangan narasi kepada kelompok eksperimen
dengan menggunakan model Cooperative Integrated
Reading and Composition. Setelah materi diberikan
kepada masing-masing kelompok maka tahap
selanjutnya memberikan tes akhir (postest) kepada
kelas eksperimen dan kelas kontrol tentang
mengubah teks wawancara menjadi karangan
narasi. (Ridwan Andi Mattoliang, 2016)
d. Paragraf Deskripsi
Paragraf deskripsi adalah paragraf yang isinya
mendeskripsikan atau menggambarkan, suatu objek
sehingga pembaca memiliki penghayatan seolah-olah
menyaksikan atau mengalaminya sendiri. Objek
dalam karangan deskripsi dapat berupa manusia dan
tempat atau suasana yang dideskripsikan secara jelas
sehingga pembaca dapat mencitrai (melihat,
mendengarkan, mencium, dan merasakan) apa yang
dilukiskan sesuai dengan citra.
Ciri-ciri Paragraf deskripsi sebagai berikut.
1) Kalimat utama tidak tercantum secara nyata
2) Tema paragraf tersirat dalam keseluruhan paragraf
3) Dalam paragraf deskripsi, hal-hal yang menyentuh
pancaindra dijelaskan secara terperinci
4) Dalam penggambaran benda atau manusia didapat
dengan mengamati bentuk, warna, dan keadaan objek
secara detil/terperinci menurut panangkapan isi
penulis.
5) Dalam paragraf deskripsi, unsur perasaan lebih tajam
dari pada pikiran
96
jenis flora dan fauna. Hutan Mentawai juga
menyimpan anggrek aneka jenis dan fauna yang
hanya terdapat di Mentawai. Siamang kerdil,
lutung Mentawai dan beruk Simakobu adalah
contoh primata yang menarik untuk bahan
penelitian dan objek wisata.
(https://www.dosenpendidikan.co.id)
e. Paragraf Argumentasi
Paragraf argumentasi adalah paragraf yang isinya
menyatakan suatu pendapat (argumen) beserta
alasannya. Paragraf ini disusun dengan menjabarkan
gagasan utama diuraikan berdasarkan pendapat, ulasan,
ataupun ide penulis yang didukung dengan bukti-bukti,
data dan fakta. Hal ini dilakukan untuk menguatkan
pendapat yang disampaikan dalam paragraf tersebut
sehingga pembaca merasa percaya dan sependapat
dengan pemikiran penulis.
Ciri-ciri paragraf deskripsi sebagai berikut.
1) Berisi pendapat atau penulis tentang fenomena atau
suatu topik pembahasan.
2) Pendapat penulis disertai dengan data dan fakta yang
dapat menduduki pandangan penulis.
3) Menjabarkan fenomena dengan cara menganalisis
dan memberikan analogi permasalahan tersebut.
4) Diakhiri dengan penutup yang berupa pendapat dari
penulis.
97
yang akan dicapai dapat dipercaya oleh pembaca. Bagian
kesimpulan atau penutup berisi ringkasan untuk
membuktikan kepada pembaca bahwa pendapat atau
pandangan yang disampaikan melalui proses penalaran
dapat diterima sebagai sesuatu yang logis.
Contoh paragraf argumentasi dalam karya ilmiah
98
3Watampone Kabupaten Bone, kemampuan siswa
untuk menemukan gagasan utama dalam teks yang
dibaca masih rendah, khususnya pada siswa kelas
VII-A. Hal ini diungkapkan oleh salah seorang guru
bahasa Indonesia di SMP Negeri 3Watampone
Kabupaten Bone, ketika diwawancarai oleh calon
peneliti. (Sri ayu lestari, 2013)
99
pandang yang digunakan biasanya berkaitan dengan
pemberian solusi, atau sudut pandang dalam pemecahan
masalah. Sudut pandang yang dapat dikembangkan
tentunya bersifat ilmiah.
Contoh pengembangan paragraf dengan teknik sudut
pandang.
100
5. Pengembangan Paragraf dengan Pola Kausalitas.
Pengembangan paragraf dengan pola kausalitas
merupakan teknik pengembangan yang lazim digunakan.
Teknik ini dilakukan dengan cara menjadikan sebab sebagai
ide pokok dan akibat sebagai penjabaran terperinci atas ide
pokok atau gagasan utama. Dalam karya ilmiah, pola
kausalitas ini juga dapat dibalik dengan menjadikan akibat
sebagai ide pokok dan sebab sebagai penjabaran dalam
pengembangan paragraf.
Contoh pengembangan pola kausalitas sebab-akibat
101
merupakan simbol atau lambang-lambang dalam
bentuk ujaran maupun tulisan yang bersifat sistemis
dan sistematis yang digunakan dalam kehidupan
masyarakat sebagai fungsi utama untuk
berkomunikasi atau menyampaikan informasi.
Sebagai kajian linguistik, bahasa merupakan objek
kajian yang tidak dapat terlepas hubungannya di
dalam kehidupan manusia, karena segala kegiatan
yang dilakukan manusia selalu melibatkan bahasa.
(Aria Bayu Setiaji, 2018)
102
Penyebab lainnya adalah guru masih belum
menemukan cara-cara yang inovatif dan memadai
untuk menerapkan pembelajaran menulis karangan
narasi sehingga suasana pembelajaran masih
cenderung menjenuhkan. Metode pembelajaran
masih menggunakan model pembelajaran
konvensional. Model ini cenderung satu arah yaitu
dari guru pada siswa dan siswa lebih banyak
mendengar materi daripada melaksanakan aktivitas
pembelajaran. Padahal metode ceramah cenderung
membuat suasana belajar menjadi kaku, monoton dan
kurang menggairahkan sehingga siswa menjadi
kurang aktif dan kurang bersemangat dalam belajar.
(Ridwan Andi Mattoliang,2016)
103
BAB VI
MEMAHAMI KARYA TULIS ILMIAH
104
dapat dibuktikan secara empiris. Argumentasi yang diuraikan
dalam karya tulis ilmiah adalah informasi yang dapat dikaji
melalui teori dan ilmu pengetahuan untuk menjawab suatu
permasalahan. Untuk memahami alur pikir karya ilmiah dapat
dilihat pada gambar 1.1 berikut.
Hasil
Penelitian
kajian
gagasan
informasi
105
1. Objektif.
Suatu karya ilmiah mengandung kebenaran yang
objektif serta kejujuran dalam penulisan. objektifitas karya
ilmiah dapat dilihat pada setiap data yang disajikan
berdasarkan fakta yang sebenar-benarnya, tidak
dimanipulasi
2. Netral.
Karya tulis ilmiah dikatakan netral apabila setiap
pernyataan atau penilaian yang diuraikan bebas dari
kepentingan-kepentingan tertentu baik kepentingan
institusi, kepentingan kelompok maupun kepentingan
pribadi. Oleh karena itu, pernyataan-pernyataan yang
bersifat mengajak, membujuk, atau memengaruhi pembaca
sangat dihindari dalam karya tulis ilmiah.
3. Sistematis.
Setiap langkah-langkah yang terdapat pada karya
ilmiah dilakukan secara sistematis mengikuti pola yang
tersusun secara konseptual dan prosedural.
4. Logis.
Tidak memuat pandangan-pandangan yang tidak
masuk akal atau pandangan-pandangan yang tidak sesuai
dengan logika.
5. Tidak Emotif
Setiap deskripsi yang diuraikan dalam karya ilmiah
tidak melibatkan emosional dalam menuangkan
gagasannya, karena setiap pernyataan-pernyataan yang
dituangkan dalam karya tulis ilmiah berlandaskan fakta
bukan berdasarkan, emosional atau suasana hati penulis.
106
7. Menggunakan Bahasa Baku
Bahasa yang digunakan adalah bahasa baku dan
banyak menggunakan istilah teknis
3. Sikap Penulis.
Sikap penulis dalam karya ilmiah adalah objektif,
yang disampaikan dengan menggunakan kata atau gaya
bahasa impersonal.
4. Penggunaan Bahasa.
Bahasa yang digunakan dalam karya ilmiah adalah
bahasa baku yang tercermin dari pilihan kata atau istilah,
dan kalimat-kalimat yang efektif dengan struktur yang
baku.
107
yaitu pengajaran, penelitian dan pengabdian masyarakat.
Dalam hal ini yang membedakan hanyalah materi, susunan,
tujuan serta panjang pendeknya karya tulis ilmiah tersebut.
Secara umum, karya ilmiah diklasifikasikan menjadi dua yakni
karya ilmiah pendidikan, dan karya ilmiah penelitian.
1. Karya Ilmiah yang Berkaitan dengan Pendidikan
Tulisan karya ilmiah tidak hanya berdasarkan hasil
kajian penelitian tetapi juga dapat berupa hasil-hasil dari
kegiatan pengajaran. Contoh karya ilmiah hasil dari
kegiatan pendidikan antara lain, paper, laporan kegiatan
praktikum, laporan kuliah kerja nyata (KKN), laporan
kegiatan ilmiah seperti seminar, kongres dsb. Karya ilmiah
yang berkaitan dengan pendidikan merupakan proses dari
kegiatan pendidikan yang secara tidak langsung
didalamnya terdapat rangkaian kajian atau penelitian untuk
dilaporkan dalam bentuk tulisan ilmiah.
108
penyajiannya yang tidak panjang lebar tetapi tidak
mengurangi nilai keilmiahannya. Pada setiap komponen
artikel ilmiah ada penghitungan bobot. Oleh karena itu,
jurnal ilmiah dikelola oleh ilmuwan terkemuka yang ahli
dibidangnya. Jurnal-jurnal ilmiah terakreditasi sangat
menjaga pemuatan artikel
b. Jurnal Ilmiah
Jurnal ilmiah adalah buku yang terdiri beberapa
karya ilmiah. Jurnal ilmiah harus teratur dan
mendapatkan nomor dari perpustakaan nasional berupa
ISSN (International Standard Serial Number). Jurnal ilmiah
berisi kumpulan artikel yang dipublikasikan secara
periodik, ditulis oleh para ilmuwan peneliti untuk
melaporkan hasil-hasil penelitian terbarunya. Karena
itulah, keberadaan jurnal ilmiah merupakan hal yang
penting untuk terus memajukan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Tulisan atau artikel yang dimuat dalam jurnal
ilmiah, sudah mengalami proses peer-review dan seleksi
ketat dari para pakar di bidangnya masing-masing.
Proses peer-review ini dijalankan untuk menjamin kualitas
dan validitas ilmiah artikel yang dimuat.
c. Makalah
Secara umum makalah adalah salah bentuk karya
tulis yang bersifat ilmiah dengan pembahasan masalah
tertentu. Berdasarkan hasil dari penelitian, pengamatan,
peninjauan dan hasil kajian teori. Pada umumnya tujuan
pembuatan makalah untuk memenuhi tugas tertentu
seperti tugas akademik atau tugas non akademik.
Selain itu makalah juga bisa dijadikan sebagai
sumber informasi, dan untuk mengetahui pemahaman
penulis tentang suatu masalah. Karya tulis ini dibuat
bukan sekedar rangkuman dari sebuah masalah tertentu,
akan tetapi juga sebagai sarana menunjukkan
109
kemampuan seseorang untuk memahami sebuah
masalah.
d. Skripsi
Skripsi adalah karya tulis ilmiah yang ditulis
mahasiswa sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar
pendidikan strata satu (S-1). Sebagai karya tulis ilmiah,
skripsi ditulis berdasarkan hasil penelitian lapangan
maupun penelitian studi pustaka. Maksudnya bahwa,
dalam penulisan skripsi harus melalui proses penelitian
yang meliputi prosedur identifikasi masalah,
merumuskan masalah, tinjauan pustaka, merumuskan
hipotesis, pengumpulan data, hingga kerangka analisis.
Pembahasan dalam skripsi dilakukan mengikuti alur
pemikiran ilmiah yaitu logis dan empiris dengan
mengangkat suatu permasalahan dalam bidang ilmu
tertentu.
e. Tesis.
Tesis adalah suatu karya ilmiah yang sifatnya lebih
mendalam dari pada skripsi, tesis ditulis mahasiswa
pascasarjana S-2 sebagai persyaratan untuk memperoleh
gelar Magister. Secara umum tesis sama halnya dengan
skripsi yang tulisan berdasarkan hasil penelitian
berdasarkan kaidah dan standar tertentu sesuai dengan
bidang keahlian. Hanya saja, tesis lebih menyajikan
analisis yang mendalam dibandingkan dengan skripsi.
Analisis itu tidak hanya menjabarkan dan membuktikan
suatu teori yang diterapkan dalam suatu permasalahan
melainkan juga penggunaan teori dengan analisis yang
lebih tajam dan mendalam sehingga menghasilkan
sebuah temuan baru atas sebuah permasalahan.
f. Disertasi.
Disertasi ditulis berdasarkan metodologi, dan
kajian pustaka penelitian yang lebih mendalam
110
dibandingkan dengan tesis dan skripsi. Ditinjau dari
aspek permasalahan yang diangkat pada disertasi lebih
diarahkan pada permasalahan yang dapat menghasilkan
suatu pembaharuan teori. Oleh karena itu aspek kajian
pustaka dan analisis yang ada pada disertasi lebih
mendalam, akurat dan terperinci dibandingkan tesis dan
skripsi. Dalil yang dikemukakan dalam disertasi
biasanya dipertahankan oleh penulisnya dari sanggahan-
sanggahan senat guru besar atau penguji pada suatu
perguruan tinggi. Disertasi ditulis oleh mahasiswa
program pascasarjana S-3 sebagai persyaratan untuk
meraih gelar doktor.
111
Contoh kalimat
Penelitian ini mengkaji struktur metafora dalam wacana
narasi ( Bayu Setiaji, 2018)
2. Padat informasi
Pemadatan informasi dalam karya ilmiah berkaitan
dengan penggunaan kata atau pilihan kata yang
menunjukkan suatu aksi atau proses. Penggunaan kata-kata
sebagai upaya pemadatan informasi dalam karya ilmiah
lebih dominan penggunaan kata isi nomina, verba, adjektiva
adverbial dan meminimalisasi penggunaan kata penghu-
bung, konjungsi, kata sandang, preposisi.
112
Konsep yang digunakan untuk menganalisis ini adalah teori
metafora menurut J.D Parera ( Bayu, Setiaji 2018)
4. Lugas
Lugas yang dimaksud adalah penggunaan ungkapan
yang tepat sehingga tidak menimbulkan salah penafsiran
dan salah pemahaman terhadap paparan ilmiah.
Penggunaan bahasa yang lugas bertujuan agar pesan yang
disampaikan dalam tulisan dapat diterima dengan baik dan
benar oleh pembaca. Bahasa lugas membentuk ketunggalan
arti. Dengan bahasa yang bermakna apa adanya, salah tafsir
dan salah paham terhadap paparan ilmiah dapat
dihindarkan. Untuk memahami penggunaan bahasa yang
lugas dapat dilihat pada contoh kalimat berikut.
a. Pria dan wanita yang muda harus ikut berpartisipasi.
b. Wanita yang muda dan pria harus ikut berpartisipasi.
113
disajikan dalam karya tulis tidak berbelit-belit. Penggunaan
kalimat hemat dapat dilihat pada tabel berikut.
HEMAT TIDAK HEMAT
Hasil nilai belajar tersebut Hasil nilai belajar tersebut
menjadi tolok ukur tingkat di atas menjadi tolok ukur
keberhasilan pengajaran dalam melihat tingkat
yang dilakukan oleh guru. keberhasilan proses
pembelajaran yang telah
dilakukan oleh guru.
Pendidikan karakter di Pendidikan karakter yang
sekolah dasar tidak akan ditanamkan di sekolah dasar
terlaksana dengan baik tidak akan terlaksana
tanpa dukungan dari orang dengan baik tanpa adanya
tua. dukungan dari orang tua
dalam keluarga.
6. Objektif
Penggunaan bahasa yang objektif ditinjau dari setiap
ungkapan yang dipaparkan dalam karya ilmiah sesuai
dengan keadaan yang sebenarnya tanpa dipengaruhi
pandangan pribadi. Objektivitas dalam karya ilmiah dapat
dilakukan dengan menempatkan gagasan sebagai pangkal
tolak tanpa memunculkan pelaku atau subjek. Berikut
adalah contoh penggunaan bahasa yang objektif.
OBJEKTIF SUBJEKTIF
Data-data di atas telah Data-data di atas telah
memberikan bukti besar memberikan bukti betapa
peranan teknologi dalam besar peranan teknologi
meningkatkan kualitas dalam meningkatkan
pendidikan kualitas pendidikan
114
7. Bahasa Baku
Bahasa Indonesia baku adalah bahasa Indonesia yang
sesuai kaidah bahasa Indonesia yang meliputi tata bahasa
(struktur), diksi, dan ejaan. Struktur bahasa menyangkut
bentukan kata, tata kalimat, dan paragraf. Diksi
menyangkut pemilihan kata/istilah yang tepat. Adapun
ejaan berkaitan dengan pedoman umum ejaan bahasa
Indonesia (PUEBI). Menurut Waridah, (2014:60) ciri bahasa
baku adalah tidak dipengaruhi bahasa asing atau bahasa
daerah. Berikut contoh bentukan kata yang baku dan tidak
Baku
Baku Tidak Baku
Legalisasi Legalisir
Lokalisasi Lokalisir
Realisasi Realisir
Terbentur Kebentur
Tertabrak Ketabrak
Pergelaran Pagelaran
Metode Metoda
Mengubah merubah/merobah/mengobah
Daripada Ketimbang
Hanya Cuma
115
BAB VII
KERANGKA KARYA TULSI ILMIAH
116
1. Pendahuluan
Pada bagian pendahuluan berisikan informasi terkait
karya ilmiah yang dilakukan seperti halaman sampul,
halaman judul, lembar pengesahan, lembar moto penulis,
kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar tabel, dan daftar
gambar.
Ada poin penting yang dipaparkan dalam
pendahuluan. yaitu latar belakang masalah yang
menguraikan mengapa penelitian itu perlu dilakukan dan
apa dampak jika penelitian tersebut tidak dilakukan.
Mendeskripsikan alur latar belakang masalah yang diambil
menjadi poin penting sehingga dalam pengambilan solusi
dalam penelitian tersebut lebih terarah. Selain itu, pada
bagian pendahuluan terdapat tujuan dari permasalahan
yang dilakukan yakni berupa solusi terkait permasalahan
yang diangkat dalam karya ilmiah tersebut. Pada bagian
pendahuluan diuraikan juga manfaat karya tulis ilmiah
tersebut. Dengan adanya tujuan dan manfaat tersebut
artinya karya tulis tersebut tersebut terdapat batasan yang
harus dikerjakan yang menjaganya tidak keluar dari inti
utama dalam penelitian yang dilakukan.
Intinya pada bagian pendahuluan karya tulis ilmiah
memaparkan terkait penelitian yang akan dilakukan. Seperti
latar belakang, alasan memilih topik, uraian singkat terkait
masalah yang diambil, pembahasan terkait ruang lingkup,
dan solusi yang diberikan, tujuan, dan manfaat dari hasil
penelitian.
2. Bagian inti
Pada bagian inti dalam penelitian karya tulis ilmiah
memaparkan penelitian yang dilakukan dengan mengambil
studi kasus pada bagian pendahuluan. Bagian inti
pembahasan dalam karya tulis ilmiah diuraikan beberapa
poin meliputi landasan teori atau pisau analisisi, metode
penelitian, hasil penelitian dan pembahasan. Pengambilan
landasan teori ini berkaitan dengan pokok persoalan yang
117
menjawab permasalahan yang diangkat dalam karya tulis
tersebut. Landasan teori umumnya di kutip dari pendapat
para ahli yang terkait dengan studi penelitian yang
dilakukan. Metode penelitian berkaitan dengan cara dan
langkah yang ditempuh dalam melakukan penelitian.
Dalam metodologi penelitian diuraikan hal yang terkait
dengan alur metode dalam melakukan penelitian yang
meliputi jenis penelitian, waktu dan tempat penelitian,
populasi dan sampel, data dan sumber data, metode
pengumpulan data, teknik analisis data.
Selanjutnya, pada bagian inti dari penulisan laporan
penelitian diuraikan bab yang menguraikan hasil penelitian
dan pembahasan. Jenis genre teks yang ada pada
pembahasan adalah teks deskripsi dan diskusi. Teks
deskripsi pada hasil penelitian menguraikan temuan dan
hasil penelitian, kemudian teks diskusi mengulas tentang
temuan yang dipadukan dengan teori atau hasil penelitian
relevan yang pernah dilakukan orang lain.
3. Bagian Akhir
Bagian akhir dari laporan penelitian berisi
kesimpulan dan saran. Kesimpulan berisikan inti dari hasil
analisis pada bagian isi dan pembahasan. Kesimpulan yang
disampaikan pada bagian ini berupa penjelasan singkat dan
padat mengenai hasil analisis dan temuan-temuan. Bagian
akhir juga berisi daftar rujukan dan lampiran-lampiran
berupa eviden dan persuratan yang mendukung dalam
penelitian.
118
5. Kata Pengantar
6. Daftar Isi
7. Daftar Tabel, Gambar, Grafik, dll.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
1.2 Rumusan masalah
1.3 Tujuan Penelitian
1.4 Manfaat Penelitian
1.5 Batasan masalah
1.6 Definisi Istilah (Boleh ada, boleh tidak)
BAB V
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Daftar Pustaka
Lampiran
Biodata Peneliti
119
Times New Roman atau Arial, dengan size 12. Kertas yang
dipakai adalah A4, dengan margin sebagai berikut:
Top : 4 cm
Left : 4 cm
Right : 3 cm
Bottom : 3 cm
120
Contoh halaman sampul
Sumber:
https://www.pakartutorial.com/
2. Daftar Isi
Daftar isi pada karya tulis berfungsi sebagai
pencantuman isi tulisan. Isi tulisan disusun berdasarkan bab
yang terdapat di dalam tulisan disertai urutan halaman
secara benar agar mempermudah pembaca dalam mencari
bahan bacaannya.
3. Bab I Pendahuluan
Bagian Pendahuluan pada makalah terdiri dari, latar
belakang, masalah, tujuan, manfaat. Pada latar belakang
masalah berisikan hal-hal mendasar mengapa perlu ditulis
makalah tersebut. Pada bagian Masalah atau topik bahasan
berisi permasalahan apa saja yang dibahas oleh penulis
dalam makalah. Pada bagian tujuan dan manfaat berisi
tujuan dan pentingnya pembahasan makalah atau topik
yang di bahas
121
4. Bab II Teks Utama : (Pembahasan/ Isi)
Berisi pembahasan dari setiap masalah dan pokok
permasalahan yang telah disajikan atau pembahasan secara
rinci dari setiap pokok permasalahan. Pembahasan pada
makalah disesuaikan dengan rumusan masalah yang
diuraikan. Isi dari pembahasan dapat bersumber dari buku,
dan dapat pula dari internet.
122
1. Judul
a. Judul hendaknya ringkas dan informatif, dengan jumlah
kata tidak lebih dari 12, sudah termasuk kata
penghubung. Agar judul dapat dibuat singkat dan
ringkas dalam 12 kata, hindari kata penghubung dan
penyebutan objek, tempat atau bahan penelitian yang
sangat terperinci.
b. Judul mengandung kata-kata kunci dari topik yang
diteliti.
c. Jenis huruf Times New Roman 14, dengan jarak baris
satu spasi.
d. Judul dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa Ingris, sesuai
dengan bahasa yang dipergunakan dalam manuskrip.
e. Hindari penggunaan singkatan, rumus dan rujukan.
123
Contoh baris kepemilikan dapat dilihat pada contoh berikut
3. Abstrak
a. Abstrak ditulis secara ringkas dan faktual, meliputi
tujuan penelitian, metode penelitian, hasil dan simpulan.
b. Abstrak ditulis dalam satu paragraf; ditulis dalam dua
bahasa (Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris); panjang
abstrak berkisar antara 150 - 200 kata.
c. Hindari perujukan dan penggunaan singkatan yang
tidak umum.
4. Kata Kunci
a. Kata kunci terdiri atas 3 sampai 5 kata dan/atau
kelompok kata.
b. Ditulis sesuai urutan abjad
c. Antara kata kunci dipisahkan oleh titik koma (;).
d. Hindari banyak kata penghubung (dan, dengan, yang
dan lain-lain)
5. Pendahuluan
a. intisari sub-sub di dalam pendahuluan.
b. Pendahuluan hendaknya mengandung latar belakang
masalah, permasalahan dan tujuan penelitian.
c. Persentase panjang halaman pendahuluan antara 10-15%
dari panjang keseluruhan sebuah manuskrip.
d. Rujukan ditunjukkan dengan menuliskan nama
keluarga/nama belakang penulis dan tahun terbitan,
tanpa nomor halaman. Landasan teori ditampilkan
dalam kalimat-kalimat lengkap, ringkas, serta benar-
benar relevan dengan tujuan penulisan artikel ilmiah.
124
6. Metode Penelitian
a. Informasikan secara ringkas mengenai materi dan
metode yang digunakan dalam penelitian, meliputi
subjek/bahan yang diteliti, alat yang digunakan,
rancangan percobaan atau desain yang digunakan,
teknik pengambilan sampel, variabel yang akan diukur,
teknik pengambilan data, analisis dan model statistik
yang digunakan.
b. Hindari penulisan rumus-rumus statistik secara
berlebihan.
c. Jika menggunakan metode yang sudah banyak dikenal,
sebutkan nama metodenya saja. Jika diperlukan,
sebutkan sumber rujukan yang digunakan sebagai acuan.
d. Untuk penelitian kualitatif, metode penelitian dapat
menyesuaikan.
125
f. Materi pembahasan terutama mengupas apakah hasil
yang didapat sesuai dengan hipotesis atau tidak, dan
kemukakan argumentasinya.
g. Pengutipan rujukan dalam pembahasan jangan terlalu
panjang (bila perlu dihindari).
h. Sitasi hasil penelitian atau pendapat orang lain
hendaknya dituliskan dalam kalimat sendiri (tidak
menggunakan kalimat yang persis sama).
i. Kumpulan penelitian sejenis dapat dirujuk secara
berkelompok.
8. Simpulan
a. Simpulan hendaknya merupakan jawaban atas
pertanyaan penelitian, dan diungkapkan bukan dalam
kalimat statistik.
b. Ditulis sepanjang satu paragraf dalam bentuk esai, tidak
dalam bentuk numerical.
9. Daftar Pustaka
a. Ketentuan umum penulisan daftar pustaka:
b. Rujukan yang dicantumkan dalam daftar pustaka
hanyalah rujukan yang benar-benar dikutip dalam
manuskrip.
c. Untuk artikel hasil penelitian, daftar pustaka dirujuk dari
sekitar 10-15 artikel jurnal ilmiah. Sedangkan artikel non
penelitian sekurang-kurangnya telah merujuk 15 artikel
ilmiah.
d. Daftar pustaka disusun secara alfabetis berdasarkan
urutan abjad nama penulis.
126
D. Struktur Kerangka Resensi Buku
Sebuah resensi harus memuat hal-hal sebagai berikut :
1. Data buku atau identitas buku
a. Judul buku
Jika buku yang akan diresensi adalah buku
terjemahan, maka perlu menuliskan judul asli buku
tersebut.
b. Penulis atau pengarang
Jika buku yang diresensi adalah buku terjemahan,
maka harus menyebutkan penulis buku asli dan
penerjemah.
c. Nama penerbit
d. Cetakan dan tahun terbit
e. Tebal buku dan jumlah halaman
2. Judul Resensi
Judul resensi boleh sama dengan judul buku, tetapi
tetap dalam konteks buku aslinya.
127
a. Membaca naskah/buku asli
Penulis ikhtisar harus membaca buku asli secara
keseluruhan untuk mengetahui gambaran umum,
maksud, dan sudut pandang pengarang.
b. Mencatat gagasan pokok dan isi pokok setiap bab
c. Membuat reproduksi atau menulis kembali gagasan
yang dianggap penting ke dalam karangan singkat yang
mempunyai satu kesatuan yang padu.
Kekurangan Buku
4) Beberapa kata yang sulit dimengerti tidak terdapat
pada bagian indeks.
5. Kesimpulan
Penulis resensi harus mengemukakan apa yang
diperolehnya dari buku yang diresensi dan imbauan kepada
pembaca. Jangan lupa cantumkan nama selaku peresensi.
128
BAB VIII
MENYUSUSN KARYA TULIS ILMIAH
A. Menemukan Masalah
Tahap persiapan mencakup kegiatan menemukan
masalah atau mengajukan masalah yang akan dibahas dalam
penelitian. Masalah yang ditemukan didukung oleh latar
belakang, identifikasi masalah, batasan, dan rumusan masalah.
Langkah berikutnya mengembangkan kerangka pemikiran
yang berupa kajian teoritis.
Langkah selanjutnya adalah mengajukan hipotesis atau
jawaban atau dugaan sementara atas penelitian yang akan
dilakukan. Metodologi dalam tahap persiapan penulisan karya
ilmiah juga diperlukan. Metodologi mencakup berbagai teknik
yang dilakukan dalam pengambilan data, teknik pengukuran,
dan teknik analisis data. Kemudian tahap penulisan
merupakan perwujudan tahap persiapan ditambah dengan
pembahasan yang dilakukan selama dan setelah penulisan
selesai. Terakhir adalah tahap penyuntingan dilakukan setelah
proses penulisan dianggap selesai.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam merumuskan
masalah penelitian sebagai berikut
1. Rumusan masalah dikemukakan dengan kalimat interogatif
atau kalimat Tanya seperti mengapa, bagaimana, apakah
dsb.
2. Jika terdapat bebrapa rumusan masalah, maka harus
diuraikan secara terpisah
129
3. Rumusan masalah hendaknya bersifat khas tidak bermakna
ganda
4. Rumusan masalah hendaknya padat dan jelas
5. Rumusan masalah harus bersifat implikasi adanya data
untuk memecahkan masalah
6. Rumusan masalah perlu dibatasi lingkupnya, sehingga
memungkinkan penarikan simpulan yang tegas
130
Selain menarik perhatian, tema yang hendak ditulis terpahami
dengan baik oleh penulis. Selain tema dalam setiap tulisan
ilmiah juga harus memiliki topik. Ada sebagian orang
menyamakan antara topik dengan tema. Ternyata pendapat itu
keliru. Topik adalah pokok pembicaraan yang ingin
disampaikan dalam karangan.
Rambu-rambu yang harus diketahui dan dipahami oleh
seorang penulis untuk menentukan dan memilih topik yang
baik adalah sebagai berikut:
1. Topik sebaiknya bersifat faktual;
2. Topik sebaiknya berasal dari dunia atau bidang kehidupan
yang akrab dengan penulis;
3. Topik sebaiknya memiliki nilai tambah atau memiliki arti
yang penting, baik bagi penulis sendiri atau bagi orang lain;
4. Topik sebaiknya selaras dengan tujuan pengarang dan
selaras dengan calon pembaca;
5. Topik sebaiknya asli, bukan pengulangan atas hal yang
sama yang pernah disajikan oleh orang lain;
6. Topik sebaiknya tidak menyulitkan pencarian data, bahan,
dan informasi lain yang diperlukan.
131
3. Memiliki Rancangan Dasar.
Walaupun begitu rinci, penulis harus sudah memiliki
jawaban-jawaban dari pertanyaan bayangan atas apa yang
akan diteliti. Hal ini kembali ke pertanyaan-pertanyaan
dasar karya ilmiah; seperti sebutlah, kita akan mengadakan
penelitian tentang penggunaan kompor gas di antara kaum
ibu-ibu di Desa Sumberwudi, Kecamatan Lamongan.
Pertanyaan yang harus dijawab adalah: Apa? Jawabannya
yakni penggunaan kompor gas. Siapa? Penggunanya, dalam
hal ini adalah target penelitian, yaitu kaum ibu-ibu. Di
mana? Di Desa Sumberwudi Kecamatan Lamongan.
Mengapa? Karena di daerah pedesaan yang masih berada di
tepian hutan, beberapa orang masih suka menggunakan
tunggu berbahan bakar kayu. Kapan? Rentang penelitian
kita termasuk menanyakan sejak kapan seorang pengguna
tunggu kayu beralih ke kompor gas, atau sebaliknya.
Bagaimana? Cara untuk mengetahuinya adalah kita
mendatangi setiap rumah di sana dan mengadakan
wawancara.
132
BAB IX
PENGUTIPAN
A. Pengertian Pengutipan
Kutipan mempunyai beberapa pengertian, diantaranya
sebagai berikut.
1. Kutipan adalah upaya penulis dalam memperkuat gagasan
dengan cara merujuk gagasan atau pendapat ahli yang
sesuai dengan bidangnya atau upaya menyampaikan
gagasan para ahli.
2. Kutipan adalah sebuah pinjaman berupa gagasan, ide,
pendapat yang diambil dari berbagai sumber seperti buku,
kamus, ensiklopedia, artikel, majalah, internet dan berbagai
sumber lainnya.
3. Kutipan adalah pengulangan satu ekspresi sebagai bagian
dari yang lain dengan mencantumkan sumber aslinya.
4. Kutipan adalah pendeskripsian ulang oleh penulis atau
memparafrasekan ulang pendapat orang atau ahli.
133
Dalam mengutip tulisan orang lain perlu memahami
prinsip-prinsip yang benar. Diantaranya sebagai berikut.
1. Apabila mengutip karya tulis orang lain dan terdapat
kesalahan ejaan, maka sebaiknya tidak mengubahnya.
Pengutip tidak berhak dan tidak dibenarkan merevisi kata
atau ejaan dari sumber kutipan.
2. Dalam mengutip diperkenankan menghilangkan atau
memenggal bagian-bagian kutipan dengan syarat tidak
menyebabkan gagasan atau informasi dan maknanya
berubah
B. Jenis Kutipan
Secara umum terdapat tiga kaidah pengutipan yang
umumnya digunakan di Indonesia yakni innote, footnote, dan
endnote. Penggunaannya bergantung pada aturan dan
kesepakatan yang ditetapkan oleh sebuah lembaga atau
instansi. Jadi setiap instansi atau lembaga bisa saja berbeda
kaidah penggunaan kutipannya.
1. Inote/Body note
Innote atau yang dikenal dengan in-text note adalah
kaidah pengutipan dan penulisan rujukan dalam badan teks
buku, makalah, majalah, artikel, atau karya tulis ilmiah yang
lain. Kaidah pengutipan ini lazim digunakan di
Indonesia. Berdasarkan penggunaannya, Innote terbagi
menjadi dua jenis yaitu Kutipan Langsung dan Kutipan
Tidak Langsung.
a. Kutipan langsung
Kutipan langsung merupakan suatu penggunaan
kutipan yang dilakukan dengan cara menuliskan
kembali pendapat, ide atau gagasan orang lain tanpa
mengubah isi tulisan aslinya. Prinsip dasar pengutipan
langsung adalah mengutip sumber secara utuh seperti
pada sumbernya tanpa menarasikan ulang atau
memparafrasekan. Kutipan langsung bisanya bersumber
dari pendapat seseorang ahli yang telah terkenal
(populer), baik dalam buku, koran, majalah, atau bahkan
134
media elektronik. Fungsi kutipan langsung sebagai bukti
atau memperkuat pendapat penulis secara teoritis.
Ciri-ciri kutipan langsung sebagai berikut
1) Kutipan langsung tidak mengubah teks aslinya
2) Dalam penulisannya menggunakan titik tiga berspasi
[. . .] jika terdapat bagian kata-kata dari kutipan yang
dihilangkan.
Contoh sebagai berikut
135
Penulisan nama pengarang hanya ditulis nama belakang
atau nama marga tanpa gelar. Penulisan tahun penerbit
dan halaman teks kutipan ditulis di dalam tanda
kurung(…). Contoh kutipan langsung sebagai berikut
136
1) Contoh Pengutipan tidak langsung dengan
menuliskan nama penulis secara terpadu
2. Footnote(Catatan Kaki)
Footnote umumnya disebut dengan catatan kaki.
Footnot Berisi catatan yang penulisannya berada di bagian
bawah halaman karya tulis. Penempatan di bagian bawah
tulisan ini berfungsi sebagai pencantuman identitas yang
menjadi sumber rujukan dari gagasan atau pendapat yang
dikutip. Selain menjelaskan asal kutipan catatan kaki juga
sering digunakan untuk menjelaskan teks atau istilah
khusus yang perlu penjelasan lebih panjang.
Ada beberapa fungsi catatan kaki yaitu sebagai
berikut
a. Catatan kaki berfungsi untuk memberikan keterangan
dan penjelasan terkait sumber rujukan agar mudah
dipahami pembacanya.
b. Untuk menunjukkan referensi lainnya agar pembaca
dapat mengetahui ulasan secara jelas tentang istilah yang
digunakan dalam karya tulis ilmiah tersebut.
c. Untuk menghargai dari kutipan yang telah dikutip dan
pembaca tahu sumber rujukan yang dikutip.
137
a. Nama pengarang tidak dibalik, atau nama marga tidak
terletak di depan
b. Judul buku yang dirujuk ditulis dengan cetak miring
c. Rujukan yang bersumber selain dari buku misalnya
artikel di majalah, koran, atau jurnal, judul sumber
ditempatkan dalam tanda petik dua (―…‖), tidak dicetak
miring atau garis bawah.
d. Kota terbit
e. Nama penerbit
f. Tahun terbit
g. Nomor halaman
h. Semua unsur dihubungkan dengan tanda koma (,),
kecuali setelah kota terbit, dihubungkan dengan tanda
titik dua (:).
138
a. Singkatan ibid.
Singkatan ibid adalah kependekan dari kata ibidem
yang memiliki maksud untuk menunjukkan kutipan di
tempat yang sama dan belum diselingi dengan kutipan
lain.
Contoh:
1) Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa, Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta, 1999, hlm. 8
2) Ibid., hlm. 15 (berarti dikutip dari buku yang sama
dengan buku di atas)
b. Singkatan op.cit
Singkatan op.cit adalah kependekan dari opera
citato, yang artinya untuk menunjukkan kutipan yang
telah ditulis sebelumnya namun diselingi dengan sumber
lain.
Contoh
1) Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa, Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta, 1999, hlm. 8..
2) Soedjito dan Mansur Hasan, Keterampilan Menulis
Paragraf,Remaja Rosda Karya, Bandung, hlm. 23.
3) Gorys Keraf, op. cit. hlm 8 (berarti diambil dari buku
yang telah disebutkan di atas)
c. Singkatan log.cit
Singkatan log.id adalah kependekan dari
laco.citato, maksudnya digunakan untuk merujuk pada
halaman yang sama dari satu sumber yang telah
disebutkan sebelumnya.
Contoh:
1) Ismail Marahimin, Menulis secara Populer, Pustaka
Jaya, Jakarta, 2001, hlm 46.
2) Soedjito dan Mansur Hasan, Keterampilan Menulis
Paragraf,Remaja Rosda Karya, Bandung, hlm. 23.
139
3) Ismail Marahimin, loc. cit. (maksudnya buku yang
telah disebut di atas di halaman yang sama, yakni
hlm. 46)
4) Soedjito dan Mansur Hasan, loc. cit. (menunjuk ke
halaman yang sama dengan yang disebut terakhir,
yakni hlm. 23)
140
b. Tahun terbit
c. Judul buku(ditulis huruf miring)
d. Kota yang menerbitkan
e. Nama Penerbit
Contoh :
Sugiono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung.
Alfabeta.
Contoh :
Parera, J.D. 2007. Morfologi. Jakarta:Gramedia
141
artikel setelah penulisan judul artikel diikuti dengan nama
jurnal dan volume terbit.
Contoh :
Setiaji, A.B. 2018. Metafora Dalam Wacana Narasi. Jurnal
Totobuang, Volume 7. No.2.Hal 90-105.
142
d. Nama penerjemah (yang didahului kata terjemaham,
nama tempat penerbit, dan nama penerbit terjemahan)
Contoh
Lakoff, G. & Johnson, M. 1980. Metafora Kognitif. Terjemahan
Alwy Racman. Makassar : Fakultas Sastra
Universitas Hasanudin.
143
10. Penulisan daftar Pustaka yang bersumber dari internet
ditulis dengan urutan berikut
a. Nama Pengarang
b. Tahun Terbit
c. Judul (dicetak Miring)
d. Alamat web diikuti tanggal pengaksesan
Contoh:
Martin. 2019. Jenis-Jenis Kalimat. https://sahabatnesia.com/
jenis-jenis-kalimat/ (diakses 20 Juli 2020)
144
D. Etika Pengutipan
Sebelum melakukan pengutipan hasil karya orang lain
maka perlu memperhatikan etika pengutipan yang berlaku.
Sesuai dengan Pasal 14 UU No. 19 Tahun 2002 C. ―Tidak
dianggap sebagai pelanggaran Hak Cipta apabila pengambilan
berita aktual baik seluruhnya maupun sebagian dari kantor
berita, lembaga penyiaran, atau surat kabar atau sumber sejenis
lain, dengan ketentuan sumbernya harus disebutkan secara
lengkap‖. Berdasarkan pernyataan tersebut maka diartikan
bahwa mengutip hasil karya orang lain dengan menyebutkan
sumbernya secara lengkap maka tidak melanggar hukum.
Hal ini juga diperkuat dengan Pasal 15 UU No. 19 Tahun
2002 dengan syarat bahwa sumbernya harus disebutkan atau
dicantumkan, tidak dianggap sebagai pelanggaran Hak Cipta:
1. Dalam tata cara mengutip karya orang lain setidaknya harus
memperhatikan aturan atau tata cara yang berlaku. Kutipan
dapat berupa tulisan-tulisan buku, jurnal, majalah, surat
kabar, gambar ataupun foto, E-Book dan sumber atau media
lainnya.
2. Sesuai dengan Pasal 14 UU No. 19 Tahun 2002 C. ―Tidak
dianggap sebagai pelanggaran Hak Cipta apabila
pengambilan berita aktual baik seluruhnya maupun
sebagian dari kantor berita, Lembaga Penyiaran, atau surat
kabar atau sumber sejenis lain, dengan ketentuan
sumbernya harus disebutkan secara lengkap‖.
3. Pengutipan tulisan atau karya orang lain dengan disebutkan
sumbernya secara lengkap maka tindakan yang dilakukan
tidak melanggar hukum. Hal ini juga diperkuat dengan
Pasal 15 UU No. 19 Tahun 2002.
4. Pengambilan ciptaan pihak lain, baik seluruhnya maupun
sebagian guna keperluan; (i) ceramah yang semata-mata
untuk tujuan pendidikan dan ilmu pengetahuan: atau (ii)
pertunjukan atau pementasan yang tidak dipungut bayaran
dengan ketentuan tidak merugikan kepentingan yang wajar
dari Pencipta;
145
5. Perbanyakan suatu ciptaan bidang ilmu pengetahuan, seni,
dan sastra dalam huruf braille guna keperluan para tuna
netra, kecuali jika Perbanyakan itu bersifat komersial;
6. Perbanyakan suatu ciptaan selain program komputer, secara
terbatas dengan cara atau alat apapun atau proses yang
serupa oleh perpustakaan umum, lembaga ilmu
pengetahuan atau pendidikan, dan pusat dokumentasi yang
nonkomersial semata-mata untuk keperluan aktivitasnya.
7. Perubahan yang dilakukan berdasarkan pertimbangan
pelaksanaan teknis atas karya arsitektur, seperti ciptaan
bangunan;
146
BAB X
ORISINALITAS DAN PLAGIARISME
B. Pengertian Plagiarisme
Plagiarisme atau plagiat dalam karya ilmiah adalah
tindakan menjiplak gagasan, ide, atau pendapat hasil karya
orang lain yang diakui sebagai hak cipta sendiri tanpa
147
mencantumkan sumber aslinya. Sedangkan menurut Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No.17 tahun
2010, plagiat merupakan perbuatan secara sengaja atau tidak
sengaja dalam memperoleh atau mencoba memperoleh kredit
atau nilai untuk suatu karya ilmiah, dengan mengutip sebagian
atau seluruh karya dan atau karya ilmiah pihak lain yang
diakui sebagai karya ilmiahnya, tanpa menyatakan sumber
secara tepat dan memadai.
148
c. Plagiat Sumber (Plagiarism of Source).
Plagiat tipe ini memiliki kesalahan yang fatal
karena tidak menyebutkan secara lengkap selengkap-
lengkapnya referensi yang dirujuk dalam kutipan. Jika
sumber kutipan itu merujuk seseorang sebagai penulis
yang terkait dengan kutipan, maka nama penulis
tersebut harus turut serta disebut. Ini tentu sikap yang
fair dan tidak merugikan kepentingan penulis tersebut
serta kontributor-kontributor lainnya.
149
a. Plagiat Ringan.
Plagiat ringan manakala dalam sebuah karya tulis
ilmiah yang dibuat oleh seseorang kurang dari 30%.
b. Plagiat Sedang.
Plagiat sedang mempunyai persentase 30%-70%
dalam sebuah karya tulis yang dibuat.
c. Plagiat Total.
Plagiat total berarti lebih dari 70% isi karya tulis
ilmiahnya merupakan plagiat dari karya orang lain.
Plagiat ini tidak bisa ditolerir dan karya tersebut harus
direvisi ataupun tak diakui.
b. Plagiarisme parsial.
Plagiarisme persial yaitu tindakan plagiasi yang
dilakukan seseorang penulis dengan cara cara menjiplak
sebagian hasil karya orang lain untuk menjadi hasil
karyanya sendiri. Biasanya, dalam plagiasi jenis ini
seorang penulis mengambil pernyataan, landasan teori,
sampel, metode analisis, pembahasan dan atau
150
kesimpulan tertentu dari hasil karya orang lain menjadi
karyanya tanpa menyebutkan sumber aslinya.
c. Auto-plagiasi (self-plagiarisme).
Plagiasi Auto-plagiasi yaitu plagiasi yang
dilakukan seorang penulis terhadap karyanya sendiri,
baik sebagian maupun seluruhnya. Misalnya, ketika
menulis suatu artikel ilmiah seorang penulis meng-copy
paste bagian-bagian tertentu dari hasil karyanya dalam
suatu buku yang sudah diterbitkan tanpa menyebut
sumbernya.
151
c. Plagiarisme Parafrase.
Plagiarisme parafrase merupakan tindakan
plagiasi dengan mengubah kalimat dari penulis asli
dengan kalimatnya sendiri dan tidak mencantumkan
referensi ataupun kutipan.
152
4. Pembatalan nilai 1 atau beberapa mata kuliah yang
diperoleh mahasiswa
5. Pemberhentian dengan hormat dari status sebagai
mahasiswa
6. Pemberhentian tidak dengan hormat dari status sebagai
mahasiswa
7. Pembatalan ijazah apabila mahasiswa telah lulus dari suatu
program
153
tinggi yang diselenggarakan oleh masyarakat melalui
koordinator perguruan tinggi swasta.
154
DAFTAR PUSTAKA
155
Undang-Undang Nomor 24, tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa,
Lambang Negara dan Lagu Kebangsaan.
156
TENTANG PENULIS
157