Anda di halaman 1dari 168

BUKU AJAR

BAHASA INDONESIA
Berbasis Karya Tulis Ilmiah

Aria Bayu Setiaji, M.Pd

i
BAHASA INDONESIA
Berbasis Karya Tulis Ilmiah

Penulis : Aria Bayu Setiaji, M.Pd


Editor : Nur Apriani Nukuhaly, M.Pd
Desain Sampul : Rizal Fahmi AS
Tata Letak : Jalin Atma

ISBN : 978-623-95464-6-5

Diterbitkan oleh : PUSTAKA AKSARA


Redaksi:
Jl. Karangrejo Sawah IX nomor 17, Surabaya
Telp. 0858-0746-8047
Laman : www.pustakaaksara.co.id
Surel : info@pustakaaksara.co.id

Cetakan Pertama : 2020

All right reserved

Hak Cipta dilindungi undang-undang


Dilarang memperbanyak atau memindahkan sebagian atau
seluruh isi buku ini dalam bentuk apapun dan dengan cara
apapun, termasuk memfotokopi, merekam, atau dengan teknik
perekaman lainnya tanpa seizin tertulis dari penerbit.

ii
PRAKATA

Mata kuliah Bahasa Indonesia merupakan mata kuliah wajib


yang dipelajari mahasiswa sebagai aktualisasi diri dalam
komunikasi berbahasa baik lisan maupun tulisan. Secara umum
pembelajaran Bahasa Indonesia diajarkan sebagai upaya
menumbuhkan sikap positif terhadap bahasa Indonesia. Sikap
positif yang dimaksud adalah mampu mempertahankan bahasa
Indonesia dan menanamkan sikap setia (language loyality),
memiliki sikap bangga (language pride) terhadap bahasa Indonesia
yang merupakan lambang identitas bangsa dan memiliki
kesadaran terhadap norma bahasa (awareness of the norm) dengan
menggunakan bahasa secara cermat dan santun sesuai dengan
kaidah dan situasi.
Implementasi pembelajaran bahasa Indonesia di perguruan
tinggi sebagai Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK)
secara khusus bertujuan untuk meningkatkan keterampilan
penggunaan bahasa Indonesia dengan benar, baik bahasa lisan
maupun tulis. Dengan mempelajari bahasa Indonesia diharapkan
mahasiswa memiliki keterampilan dalam menulis akademik
dengan memperhatikan kaidah tata bahasa yang normatif,
penggunaan kalimat yang efektif dan penggunaan ejaan yang
berlaku. Selain itu, mahasiswa diharapkan terampil dalam
berbahasa lisan dan mampu menempatkan penggunaan bahasa
lisan sesuai dengan fungsi,situasi, tujuan dan koteks yang tepat.
Buku Bahasa Indonesia Berbasis Karya Tulis ilmiah ini hadir
di antara demikian banyak buku ajar yang lain sebagai penunjang
mata kuliah bahasa Indonesia di perguruan tinggi. Dalam buku ini
penulis menyajikan materi bahasa Indonesia dengan substansi
kajian mata kuliah bahasa Indonesia yang difokuskan pada
menulis akademik. Berdasarkan hal tersebut, buku ini
menjabarkan tentang konsep-konsep dasar bahasa Indonesia yang
berimplikasi pada keterampilan menulis khususnya menulis karya
ilmiah seperti makalah, artikel, resensi buku dan laporan
penelitian dengan cakupan materi yang disesuaikan dengan

iii
tuntutan kurikulum perguruan tinggi, yakni kurikulum 2014 dan
KKNI.
Buku ini merupakan cetakan pertama, penulis menyadari
bahwa buku ini masih terdapat beberapa kekurangan. Oleh karena
itu, segala bentuk kritik dan masukan demi perbaikan buku ini
akan diterima dengan senang hati. Akhirnya dengan segala
kerendahan hati, penulis berharap buku ini dapat bermanfaat
untuk kepentingan-kepentingan praktis di dalam kelas maupun
menambah wawasan pembaca. Ucapan terima kasih secara tulus
pula penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah turut
andil demi terciptanya buku ini.

Ambon, 2020

Penulis

iv
DAFTAR ISI

PRAKATA ............................................................................................ iii


DAFTAR ISI ......................................................................................... v

BAB I
PENGANTAR ..................................................................................... 1
A. Sejarah dan Perkembangan Bahasa Indonesia ..................... 1
B. Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia ........................... 7
C. Ragam Bahasa Indonesia ........................................................ 10

BAB II
KAIDAH PENULISAN HURUF ..................................................... 15
A. Pemakaian Huruf ..................................................................... 15
B. Penulisan Kata .......................................................................... 28
C. Pemkaian Tanda Baca ............................................................. 46

BAB III
DIKSI DALAM KARYA TULIS IlMIAH ...................................... 66
A. Pengertian Diksi ....................................................................... 66
B. Peranan Diksi dalam Karya Ilmiah ...................................... 67
C. Penggunaan Diksi dalam Ragam Ilmiah .............................. 69

BAB IV
PENGGUNAAN KALIMAT DALAM KARYA IlMIAH............ 75
A. Struktur kalimat .................................................................... 75
B. Ragam Kalimat ...................................................................... 81
C. Penggunaan Kalimat Efektif dalam Karya Ilmiah ............ 84

BAB V
PENGEMBANGAN PARAGRAF RAGAM IMIAH ................... 89
A. Pengertian dan Ciri paragraf .................................................. 89
B. Jenisi-Jenis Paragraf ................................................................. 90
C. Teknik Pengembangan Paragraf dalam Karya Ilmiah ........ 98

v
BAB VI
MENGEKSPLORASI KARYA TULIS IlMIAH ............................ 104
A. Hakikat Karya Ilmiah ............................................................... 104
B. Karakteristik Karya Tulis Ilmiah ............................................ 105
C. Jenis-Jenis Karya Ilmiah ........................................................... 107
D. Formulasi Bahasa Karya Ilmiah .............................................. 111

BAB VII
KERANGKA KARYA TULIS IlMIAH ........................................... 116
A. Kerangka Karya Tulis Laporan Penelitian ............................ 116
B. Struktur Kerangka Karya Tulis Makalah .............................. 120
C. Struktur Kerangka Karya Tulis Artikel ................................. 122
D. Struktu Kerangka Resensi Buku ............................................. 127

BAB VIII
MENYUSUN KARYA TULIS IlMIAH ........................................... 129
A. Menemukan Masalah ............................................................... 129
B. Menentukan Topik Karya Ilmiah ........................................... 130
C. Menyusun Kerangka Tulisan .................................................. 131

BAB IX
PENGUTIPAN .................................................................................... 133
A. Pengertian Pengutipan .......................................................... 133
B. Jenis Kutipan .......................................................................... 134
C. Penulisan Daftar Rujuan atau Refrensi ............................... 140
D. Etika Pengutipan .................................................................... 145

BAB X
ORISINALITAS DAN PLAGIARISME ......................................... 147
A. Pentingnya Orisinalitas Tulisan ............................................. 147
B. Pengertian Plagiarisme ............................................................ 147
C. Bentuk-Bentuk Tindakan Plagiarisme ................................... 148
D. Sanksi Tindak Plagiasi ............................................................. 152

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 155


TENTANG PENULIS ......................................................................... 157

vi
RANCANGAN PEMBELAJARAN
MATA KULIAH BAHASA INDONSIA

1. Nama Mata Kuliah : Bahasa Indonesia


2. Semester : 1/Gasal
3. Jumlah SKS : 2 (dua)
4. Status Mata Kuliah : Wajib
5. Capaian Pembelajaran Lulusan CPL:
Mahasiswa mampu menulis karya tulis ilmiah bentuk
artikel atau laporan mini riset maksimal 15 Halaman
6. Deskripsi Mata Kuliah
Mata kuliah Bahasa Indonesia sebagai Mata Kuliah
Pengembang Kepribadian (MPK) sesuai dengan Surat
Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi
Departemen Pendidikan Nasional Nomor 323/U/2000) di
perguruan tinggi, terutama Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Ambon, diorientasikan untuk (1) meningkatkan
kemahiran berbahasa Indonesia pada mahasiswa, sehingga
mahasiswa mahir dalam menulis karya ilmiah untuk
keperluan akademik dan pengembangan keilmuan-
intelektual; (2) membekali mahasiswa untuk aktif
mengembangkan diri menjadi pribadi yang kreatif dalam
bidang kepenulisan, baik karya ilmiah, ilmiah populer,
maupun sastra; (3) dengan pemahaman yang komprehensif
pada bahasa Indonesia, maka mahasiswa diharapkan
menjadi semakin mantap memiliki kepribadian yang
bertanggung jawab pada bangsa, dan negara Indonesia.

vii
KOMPETENSI DAN KEMAMPUAN AKHIR TAHAP
PEMBELAJARAN

Kemampuan akhir tiap Bahan Kajian


Kriteria Indikator
Tahap Pembelajaran (Materi)
1. Mahasiswa mampu Sejarah dan a. Sejarah Bahasa Indonesia
menceritakan perkembangan b. Fungsi dan Kedudukan Bahasa
sejarah dan Bahasa Indonesia.
perkembangan Indonesia
Bahasa Indonesia
2. Mahasiswa mampu Ragam bahasa a. Pengertian Ragam Bahasa
membedakan ragam b. Jenis Ragam Bahasa
bahasa sesuai c. Penggunaan Ragam Bahasa
dengan konteksnya.
3. Mahasiswa mampu Pedoman a. Penggunaan huruf dan kata
menerapkan ejaan Umum Bahasa b. Penggunaan Tanda Baca
Sesuai dengan Indonesia
PUEBI (PUEBI)
4. Mahasiswa mampu Diksi a. Pengertian Diksi
membuat diksi yang b. Menentukan diksi
tepat, efektif dan c. Penggunaan diksi dalam karya
informatif. ilmiah
5. Mahasiswa mampu Kata dan Frasa a. Pengertian kata dan frasa
mengklasifikasikan b. Jenis-jenis kata dan frasa
jenis kata dan frasa, c. Proses pembentukan kata dan
dan mampu Frasa.
membedakan kata
dan frasa
6. Mahasiswa mampu Klausa dan a. pengertian klausa dan kalimat
membedakan jenis Kalimat b. jenis-jenis kalimat
klausa dan kalimat c. Penggunaan kalimat efektif
,jenis-jenis kalimat dalam karya ilmiah
serta membuat .
kalimat efektif
7. Mahasiswa mampu Paragraf a. Syarat Paragraf
memahami fungsi b. jenis-jenis paragraf
paragraf, syarat c. Pengembangan paragraf dalam
paragraf dan jenis- karya ilmiah
jenis paragraf

viii
8. Karya Tulis ilmiah Karya tulis a. Pengertian Karya Tulis Ilmiah
(karakteristik, jenis KTI) ilmiah b. Karakteristik KTI
c. Jenis KTI
9. Mahasiswa mampu Pendahuluan a. Latar belakang masalah
menulis latar KTI b. Rumusan Masalah
belakang masalah c. Tujuan
rumusan masalah, d. Manfaat
tujuan dan manfaat
karya tulis ilmiah
(makalah, artikel,
dll)
10. Mahasiswa mampu Kerangka teori Kerangka konsep KTI
menulis kerangka KTI
karya tulis ilmiah
(makalah, artikel,
dll)
11. Mahasiswa mampu Metode a. Jenis Penelitian
merancang metode Penelitian KTI b. teknik pengumpulan data
penelitian karya c. Teknik analisis data
tulis ilmiah
(makalah, artikel,
dll)
12. Mahasiswa mampu Kerangka Kerangka Laporan hasil
memahami dan Pembahasan penelitian
menyusun kerangka KTI
hasil penelitian
formulasi bahasa
hasil penelitian
13. Mahasiswa mampu Pengutipan a. Pengertian kutipan
memahami dan b. Jenis-kutipan
membuat kutipan c. Etika pengutipan
d. Penulisan Daftar Pustaka
dan menulis daftar
pustaka dalam
karya tulis ilmiah
14. Mahasiswa mampu Mini Riset Melakukan mini riset dan
menulis karya tulis membuat laporan dalam bentuk
ilmiah bentuk artikel ilmiah.
artikel atau laporan

ix
BUKU AJAR

BAHASA INDONESIA
Berbasis Karya Tulis Ilmiah

Aria Bayu Setiaji, M.Pd

x
BAB I
PENGANTAR

KEMAMPUAN AKHIR TAHAP PEMBELAJARAN (KATP)


Setelah mempelajari materi pada BAB I mahasiswa diharapkan
mampu :
 Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami sejarah dan
perkembangan bahasa Indonesia
 Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami fungsi & kedudukan
bahasa Indonesia
 Mahasiswa mampu membedakan ragam bahasa Indonesia dan
penggunaan sesuai dengan konteksnya

A. Sejarah dan Perkembangan Bahasa Indonesia


1. Sejarah Bahasa Indonesia
Pembahasan mengenai sejarah bahasa Indonesia tidak
pernah lepas dari bahasa Melayu yang merupakan cikal
bakal dari bahasa Indonesia. Salah satu alasan mendasar
dijadikannya bahasa Melayu sebagai dasar bahasa Indonesia
dikarenakan sejak dahulu bahasa Melayu digunakan
sebagai bahasa perantara atau bahasa pergaulan. Hal
tersebut bermula ketika kerajaan Sriwijaya maju ke wilayah
Asia Tenggara dengan menggunakan bahasa Melayu
sebagai bahasa perantara dengan kerajaan-kerajaan lain.
Bukti bahwa bahasa Melayu digunakan pada kerajaan
Sriwijaya dibuktikan adanya peninggalan prasasti di
kedudukan Bukit di Kota Palembang tahun 683 M, Kota
Kapur di Bangka Barat tahun 686 M dan Karang Brahai di
Jambi tahun 688M.
Sebelum bahasa Melayu mengalami perkembangan
menjadi bahasa Indonesia, pada masa kerajaan Sriwijaya
bahasa Melayu memiliki beberapa fungsi antara lain:

1
a. Bahasa Melayu Sebagai Bahasa Kebudayaan.
Bukti sejarah bahwa bahasa melayu dahulunya
dijadikan sebagai bahasa kebudayaan yaitu dengan
digunakannya bahasa Melayu pada buku pelajaran
agama Budha.

b. Bahasa Melayu Sebagai Bahasa Perhubungan


Bahasa melayu dahulu digunakan sebagai bahasa
perhubungan antar suku di Nusantara. Dengan
dijadikannya bahasa Melayu sebagai bahasa
perhubungan menyebabkan perkembangan bahasa
Melayu berkembang sangat cepat. Bahasa Melayu
dijadikan sebagai bahasa perhubungan karena memiliki
struktur yang sederhana dan mudah diterima oleh
semua suku. Perkembangan bahasa Melayu sangat cepat
sejalan dengan penyebaran agama islam di Nusantara.
Hal ini dapat dilihat dari peninggalan sejarah kerajaan
islam dalam bentuk batu tertulis maupun hasil susastra.

c. Bahasa Melayu sebagai bahasa perdagangan


Selain sebagai bahasa perhubungan antar suku,
bahasa Melayu dahulunya juga digunakan sebagai
bahasa perdagangan hingga antar Negara.

d. Bahasa Melayu sebagai Bahasa Resmi Kerajaan


Bahasa Melayu dahulunya pernah digunakan
sebagai bahasa resmi kerajaan Indonesia. Bahasa Melayu
digunakan sebagai bahasa resmi keseharian antar
kerajaan di Nusantara.

Perkembangan bahasa Melayu semakin pesat, bahasa


melayu digunakan di berbagai wilayah Nusantara.
Perkembangan bahasa Melayu dipengaruhi oleh corak suku
dan budaya. Bahasa Melayu berkembang dengan banyak
menyerap kosakata bahasa asing khususnya bahasa
Sanskerta, bahasa Persia, bahasa Arab dan bahasa-bahasa

2
dari Eropa karena pada saat itu bahasa Melayu digunakan
sebagai bahasa perdagangan. Dengan berkembangnya
bahasa Melayu di Nusantara menumbuhkan pula rasa
persaudaraan dan persatuan bangsa Indonesia. Pertemuan-
pertemuan dan komunikasi antar perkumpulan yang
bangkit pada masa itu menggunakan bahasa Melayu. Para
pemuda yang tergabung dalam perkumpulan pergerakan
secara sadar mengangkat bahasa Melayu menjadi bahasa
Indonesia. Beberapa faktor yang mendasari dijadikannya
bahasa Melayu sebagai bahasa Indonesia antara lain;
a. Bahasa Melayu dari dulu sudah digunakan sebagai
bahasa pengantar di Indonesia
b. Bahasa Melayu memiliki sistem yang sederhana sehingga
mudah diterima dan dipahami oleh semua kalangan
masyarakat.
c. Bahasa Melalu telah banyak diakui oleh suku-suku di
Indonesia.

Bahasa Melayu barulah dikukuhkan sebagai bahasa


Indonesia dan diresmikan sebagai bahasa Nasional pada
hari Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. Para pemuda dari
berbagai pelosok Nusantara pada kala itu berkumpul dan
berikrar bahwa (1) Bertumpah darah satu, tanah air
Indonesia, (2) berbangsa satu, bangsa Indonesia, dan (3)
menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Bahasa
Indonesia kemudian dikukuhkan sebagai bahasa Negara
pada tanggal 18 Agustus 1945 dengan momen pengesahan
Undang-Undang Dasar 1945. Dalam Undang-Undang Dasar
1945 dinyatakan bahwa Bahasa Negara adalah bahasa
Indonesia (Bab XV, Pasal 36).

2. Perkembangan Bahasa Indonesia


Perkembangan dan penyempurnaan bahasa
Indonesia mengalami sejarah yang panjang. Apalagi dengan
sifat terbukanya bahasa Indonesia menyebabkan bahasa
Indonesia banyak menyerap kosakata dari bahasa-bahasa

3
asing. Bahasa Indonesia mengalami penyempurnaan ejaan
hingga 4 tahap. Berikut tahapan perkembangan ejaan
bahasa Indonesia.
a. Ejaan Van Ophuysen (1901)
b. Ejaan Republik (Ejaan Soewandi)
c. Ejaan bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD)
d. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI)

1. Ejaan Van Ophuyse (1901)


Ejaan bahasa Indonesia diawali dengan adanya Ejaan
Van Ophuysen. Ejaan ini disusun dengan tujuan untuk
memudahkan orang-orang Belanda dalam berkomunikasi
dengan orang-orang Indonesia. Sesuai namanya, ejaan ini
dirancang oleh orang Belanda yang bernama Prof. Charles
Van Ophuijen. Dalam penyusunan ejaan ini Charles Van
Ophuijin dibantu oleh Engku Nawawi Gelar Soetan
Ma‘moer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim. Ciri-ciri
khusus ejaan Van Ophuyse mirip dengan tuturan orang
Belanda. Contoh ejaan Van Ophuys sebagai berikut.
a. Huruf j untuk menuliskan kata-kata jang, pajah, sjang,
masjarakat dst
b. Huruf oe untuk menuliskan kata-kata pajoeang, goeroe,
itoe, oemoer dst
c. Tanda diakritik, seperti koma, ain dan tanda tren, untuk
menuliskan kata kata ma’moer, ta’, pa’, dst.

2. Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi (19 Maret 1947)


Ejaan Republik atau yang sering disebut ejaan
Soewandi merupakan ejan yang diresmikan oleh Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Ejaan ini
mulai diberlakukan sejak 17 Maret 1945 sebagai pengganti
dan penyempurna ejaan sebelumnya atau ejaan Van
Ophuyse.
Perbedaan ejaan Republik dengan ejaan Van Ophuyse
tampak pada pengurangan dan penyederhanaan
penggunaan huruf yang disesuaikan pada tuturan orang-

4
orang Indonesia. Jika pada ejaan Van Ophuyse mirip
dengan tuturan bahasa Belanda, maka ejaan ini disesuaikan
dengan karakteristik tuturan masyarakat Indonesia. Hal ini
dapat dilihat pada contoh berikut.
a. Huruf oe pada ejaan Van Ophuyse berubah menjadi huruf
U, seperti pada kata goeroe menjadi guru, itoe menjadi itu,
oemoer menjadi umur dst.
b. Pada penulisan reduplikasi atau kata ulang pada ejaan
Soewandi dapat ditulis dengan angka 2 misalnya kata
jalan2, main2, ber-andai2, ber-malas2-an, dst.
c. Penulisan awalan di- dan kata depan di pada ejaan
Soewandi keduanya ditulis serangkai dengan kata yang
mengikutinya. Misalnya kata depan di pada kata
disekolah, dikebun, tidak dibedakan dengan imbuhan di
pada contoh kata disimpan, diminum, dst.
d. Bunyi hamzah dan bunyi sentak yang ada pada ejaan
Van Ophuyse dinyatakan dengan tanda petik tunggal (‗),
sedangkan pada ejaan Soewandi ditulis dengan huruf K,
misalnya pada kata-kata makmur yang sebelumnya
ditulis ma’moer, kata tak yang sebelumnya ditulis ta’, kata
pak sebelumnya ditulis pa’, dst.

3. Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan / EYD (1972)


Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan atau
EYD adalah ejaan yang diresmikan sebagai pengganti ejaan
Soewandi. Ejaan ini diresmikan pada tanggal 23 Mei 1972
oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, dengan putusan
presiden No. 57 Tahun 1972. Ejaan yang disempurnakan
ditetapkan sebagai penyempurna ejaan sebelumnya. Hal-hal
yang diatur dalam penggunaan EYD antara lain penulisan
huruf, penulisan kata, penulisan angka, penulisan lambang
bilangan, penggunaan tanda baca, penulisan singkatan,
penulisan akronim serta penulisan unsur serapan.

5
4. Ejaan Bahasa Indonesia / EBI (2015)
Ejaan Bahasa Indonesia atau EBI diberlakukan
sebagai pengganti atau penyempurna ejaan sebelumnya
(EYD). Ejaan ini diresmikan oleh Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia No. 25 Tahun 2015 Tentang
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI). Ejaan ini
diterbitkan pada tanggal 26 November 2015 sebagai
penyempurna Pedoman Umum Ejaan yang Disempurnakan
(PUYD) edisi ketiga. Pedoman ini ditetapkan dengan
harapan dapat mengakomodasi perkembangan bahasa
Indonesia yang akan terus berkembang selaras dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pembaharuan penggunaan ejaan EYD menjadi PUEBI
tidak mengubah secara keseluruhan substansi isi yang telah
ditapkan pada EYD. Perbedaan mendasar EYD dengan
PUEBI antara lain sebagai berikut.
a. Adanya penambahan huruf diftong ei pada PUEBI yang
mulanya pada EYD hanya terdapat 3 huruf diftong ai, au,
dan au.
b. Penulisan huruf kapital pada EYD digunakan untuk
menuliskan nama orang tidak termasuk penulisan nama
julukan, sedangkan pada PUEBI huruf kapital pada
penulisan nama termasuk nama julukan.
c. Penulisan huruf tebal pada EYD tidak digunakan dalam
cetakan yang menegaskan atau mengkhususkan huruf,
bagian kata, kata dan kelompok kata namun ditulis
dengan cetakan miring, sedangkan pada PUEBI cetakan
huruf tebal dapat digunakan pada bagian penegas yang
telah ditulis miring.
d. Penulisan bilangan pada PUEBI yang digunakan sebagai
unsur nama geografi ditulis dengan huruf, misalnya
Kelapadua, sedangkan pada EYD tidak diatur
didalamnya.
e. Penggunaan tanda titik koma (;) pada EYD yang
digunakan dalam perincian ditulis tanpa menyertai kata
dan, sedangkan pada PUEBI tetap menuliskan kata dan.

6
f. Penggunaan tanda titik koma (;) pada PUEBI digunakan
pada akhir rincian yang berupa klausa, sedangkan pada
EYD tidak diatur didalamnya.
g. Penggunaan tanda hubung (-) pada PUEBI tidak dipakai
diantara huruf dan angka jika angka tersebut
melambangkan jumlah huruf, misalnya LP3M,
sedangkan EYD tidak diatur didalamnya.
h. Penggunaan tanda hubung (-) pada PUEBI digunakan
untuk menandai bentuk terkait yang menjadi objek
bahasan, misalnya pasca-, sedangkan pada EYD tidak
diatur didalamnya.
i. Penggunaan tanda elipsis (…) pada PUEBI digunakan
untuk menunjukkan suatu kalimat kutipan atau dialog
yang dihilangkan, sedangkan pada EYD dipakai pada
kalimat yang terputus-putus.

B. Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia


Bahasa Indonesia memiliki kedudukan yang sanggat
penting. Landasan kedudukan bahasa Indonesia termaktub
dalam:
1. Ikrar Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928 butir
ketiga yang menyatakan bahwa, “Kami putra putri Indonesia
menjunjung bahasa persatuan , yaitu bahasa Indonesia”.
2. Undang-undang dasar Republik Indonesia 1945 BAB XV
tentang Bendera, bahasa, lambang Negara, serta lagu
kebangsaan. Pada pasal 36 menyatakan bahwa bahasa negara
adalah bahasa Indonesia.

Berdasarkan landasan tersebut maka bahasa Indonesia


memiliki kedudukan sebagai berikut.
1. Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Nasional
Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai bahasa
Nasional digunakan sebagai bahasa resmi di seluruh
wilayah kesatuan Republik Indonesia. Hal ini diatur dalam
Undang-undang No.24, Tahun 2009 tentang Bendera,
Bahasa, dan Lambang Negara, pasal 1 ayat 2 yang

7
menyatakan bahwa bahasa Negara kesatuan Republik
Indonesia adalah bahasa Indonesia. Kedudukan bahasa
Indonesia sebagai bahasa Nasional posisinya berada di atas
bahasa-bahasa daerah yang ada di Indonesia.
Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa
Nasional memiliki beberapa fungsi, antara lain sebagai
berikut.
a. Lambang identitas bangsa
Untuk mengetahui identitas diri seorang, maka
salah satu hal yang dapat dilihat adalah penggunaan
bahasa. Berarti bahwa bahasa Indonesia menjadi
lambang identitas masyarakat Indonesia mencerminkan
sifat, jati diri, watak bangsa Indonesia. Oleh sebab itu
sebagai warna Negara harus menjaga jangan sampai
bahasa Indonesia tidak menunjukkan gambaran dan jati
diri bangsa Indonesia itu sendiri.

b. Alat Pemersatu Bangsa


Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki
berbagai macam latar belakang budaya dan bahasa yang
berbeda-beda. Dengan adanya bahasa Indonesia sebagai
bahasa nasional maka dapat menjadi penghubung dan
pemersatu bangsa di tengah perbedaan latar belakang
budaya dan bahasa yang berbeda. Meskipun posisi
bahasa Indonesia berada diatas bahasa daerah, namun
cerminan nilai budaya, sosial dan identitas bangsa yang
ada pada bahasa daerah tetap ada dan dipertahankan
disetiap daerah masing-masing. Kedudukan dan fungsi
bahasa daerah tidak terhapuskan dan tetap digunakan
sebagaimana mestinya, bahkan perkembangan bahasa
Indonesia berkat adanya penyerapan dari bahasa-bahasa
daerah yang ada di Indonesia.

2. Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Negara


Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi
negara secara legalitas telah diatur dalam Undang-Undang

8
Nomor 24, Tahun 2009, pasal 1, ayat 3 yang menyatakan
bahwa bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi negara.
Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara
pengimplementasiannya telah diresmikan penggunaannya
setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia. Mulai pada
massa itu pula bahasa Indonesia digunakan dalam setiap
acara kenegaraan seperti upacara, acara kenegaraan dan
kegiatan kenegaraan yang bersifat lisan ataupun tulisan.
Adapun fungsi bahasa sebagai bahasa Negara sebagai
berikut.
a. Bahasa Indonesia sebagai administrasi kenegaraan
b. Bahasa Indonesia sebagai bahasa negara digunakan
sebagai bahasa pengantar pendidikan di lembaga
pendidikan.
c. Bahasa Indonesia sebagai bahasa negara berfungsi
sebagai penghubung pada tingkat nasional untuk
perencanaan dan pelaksanaan pembangunan pemerintah
d. Bahasa Indonesia sebagai bahasa negara berfungsi
sebagai bahasa kebudayaan dan ilmu teknologi,(ILTEK)

Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara


menurut Arifin (2008:12) memiliki fungsi diantaranya (1)
Sebagai bahasa resmi kenegaraan, (2) bahasa pengantar
dalam pendidikan, (3) alat komunikasi pada tingkat
nasional, (4) alat pengembangan kebudayaan, ilmu
pengetahuan dan teknologi. Sementara Menteri Hukum dan
HAM, (2019:2) menambahkan fungsi bahasa sebagai bahasa
negara yaitu sebagai sarana transaksi dan dokumentasi
niaga, sebagai sarana pengembangan dan pemanfaatan ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni, dan bahasa media massa.
Fungsi bahasa secara aplikatif digunakan dalam
kehidupan sehari hari-hari memiliki fungsi antara lain
sebagai berikut (1) alat untuk mengungkapkan perasaan, (2)
sebagai sarana komunikasi, (3) sebagai alat untuk
berintegrasi dan beradaptasi sosial, (4) sebagai alat
pengontrol sosial, (5) sebagai media beribadah, (6) sebagai

9
media mewujudkan sastra, (7) mengeksplorasi IPTEK.(8)
untuk mempelajari bahasa-bahasa masa lampau.

C. Ragam Bahasa Indonesia


Ragam bahasa merupakan varian bahasa yang ditinjau
dari berbagai aspek, antara lain varian bahasa berdasarkan
pemakaiannya, varian bahasa menurut tema/topik yang
dibahas, varian bahasa berdasarkan lawan bicara, serta
medium pembicara. Sehubungan dengan munculnya
keanekaragaman ragam bahasa Indonesia, maka menuntut
pengguna bahasa dapat menggunakan dan menempatkan
bahasa secara baik dan benar. Penggunaan bahasa Indonesia
baik dapat ditinjau dari ketepatan penggunaan bahasa yang
sesuai dengan kontes (pembicaraan atau penulisan). Sedangkan
yang dimaksud dengan penggunaan bahasa secara benar
adalah penggunaan bahasa yang sesuai dengan kaidah tata
bahasa Indonesia.
Munculnya ragam bahasa timbul seiring perubahan
masyarakat. Perubahan yang dimaksud adalah variasi-variasi
bahasa yang dipakai berdasarkan tujuan dan keperluan serta
latar belakang pengguna bahasa. Dengan adanya berbagai
macam variasi bahasa memicu munculnya penggunaan bahasa
yang tidak efisien, untuk mengatasi hal tersebut maka dalam
bahasa timbul mekanisme untuk memilih variasi tertentu yang
tepat digunakan untuk keperluan tertentu.
Ragam bahasa Indonesia memiliki variasi dan
karakteristik yang berbeda-beda, hal tersebut dikarenakan
dalam penggunaannya sebagai sarana komunikasi tidak dapat
terlepas dengan tujuan komunikasi dan faktor keanekaragaman
budaya pengguna bahasa. Jenis ragam bahasa dapat ditinjau
dari beberapa aspek, antara lain sebagai berikut.
1. Ragam Bahasa Berdasarkan Cara Komunikasi
Ragam bahasa berdasarkan cara komunikasi atau cara
penyampaian pesan dibedakan menjadi dua yaitu ragam
bahasa lisan dan ragam bahasa tulis. Penggunaan ragam
bahasa lisan dan tulisan dapat digunakan berdasarkan

10
tujuan dan fungsinya masing-masing. Ragam bahasa lisan
dan tulis memiliki fungsi serta kelebihan dan kekurangan
masing-masing. Misalnya jika seseorang ingin membuat
informasi yang dapat bertahan lama dan dapat dibuktikan
legalitasnya dikemudian hari, maka menggunakan bahasa
tulis. Namun jika seseorang ingin menyampaikan informasi
secara cepat dan secara langsung maka menggunakan
bahasa lisan.
Ada beberapa perbedaan yang mendasar antara
ragam lisan dan tulisan, antara lain (1) dalam ragam lisan
ungkapan pesan yang disampaikan penutur terkait oleh
ruang dan waktu, sedangkan dalam ragam tulis terikat oleh
konteks, (2) informasi yang disampaikan dalam ragam tulis
harus memiliki sintak yang terstruktur, sedangkan dalam
ragam lisan tidak terlalu memperhatikan hal tersebut. (3)
makna yang disampaikan dalam bahasa lisan dipengaruhi
oleh mimik dan tinggi rendah serta panjang pendeknya
suara, sedangkan dalam bahasa tulisan makna dipengaruhi
oleh penggunaan tanda baca, (4) fungsi gramatikal pada
ragam lisan tidak selalu dinyatakan dalam kata-kata,
sedangkan dalam ragam tulis fungsi gramatikal harus
ditulis secara jelas, untuk memudahkan pembaca dalam
memahami makna.

2. Ragam Bahasa Berdasarkan Penutur


Ragam bahasa berdasarkan penutur dapat dibedakan
menjadi tiga jenis yakni (1) ragam dialek dan idiolek, (2)
ragam bahasa berdasarkan pendidikan, (3) ragam bahasa
berdasarkan sikap penutur.
a. Ragam bahasa berdasarkan dialek dan idiolek
Ragam bahasa berdasarkan dialek muncul karena
adanya intervensi bahasa Indonesia dari bahasa daerah.
Sebagaimana masyarakat Indonesia sebagai multilingual
atau orang-orang yang mampu menggunakan dua
bahasa atau lebih mengakibatkan munculnya varian
bahasa yang berbeda dalam setiap kelompok pengguna

11
bahasa (dialek). Berbeda dengan idiolek, varian ini
muncul murni dari penutur tanpa pengaruh bahasa lain,
misalnya warna suara, gaya bicara, dan ciri yang melekat
pada perseorangan.

b. Ragam bahasa berdasarkan pendidikan


Ragam bahasa berdasarkan penutur juga dapat
bervariasi berdasarkan tingkat pendidikan penutur
terutama pada penggunaan kosakata. Seseorang yang
memiliki pendidikan tinggi tentu berbeda kekayaan
kosakatanya dibandingkan jenjang pendidikan yang
rendah.

c. Ragam Bahasa Berdasarkan Sikap Penutur


Ragam bahasa berdasarkan penutur juga
bervariasi berdasarkan sikap penutur terhadap mitra
tutur. Misalnya cara berbicara dan penggunaan kosakata
anak muda terhadap orang tua tentu akan berbeda saat
berbicara dengan teman sejawat sejawat.

3. Ragam Bahasa Berdasarkan Topik Komunikasi


Ragam bahasa berdasarkan topik/pesan komunikasi
dibedakan menjadi berbagai macam varian bahasa. Variasi
bahasa ini biasanya berdasarkan topik pesan yang
disampaikan sesuai bidang atau ranah yang digeluti
pengguna bahasa. Hal ini memunculkan berbagai macam
ragam bahasa antara lain ragam bahasa ilmiah, ragam
politik, ragam hukum, ragam akademik, ragam bisnis,
ragam jurnalistik, ragam religi atau agama, ragam
kemiliteran, ragam kedokteran, ragam sastra dsb.

4. Ragam Bahasa Berdasarkan Situasi


Ragam bahasa berdasarkan situasi dibedakan menjadi
dua yaitu ragam resmi (formal) dan ragam tak resmi (non
formal). Penggunaan bahasa yang baik adalah ketika
seseorang menggunakan bahasa yang sesuai dengan situasi.

12
Ragam bahasa formal digunakan dalam situasi formal atau
resmi seperti rapat, pidato, pertemuan ilmiah, menulis
makalah, menulis karya ilmiah dengan menggunakan
bahasa Indonesia yang baku, dan menggunakan tata bahasa
yang tepat. Ragam non formal digunakan dalam situasi
santai atau non formal seperti di rumah, di pasar dengan
menggunakan bahasa yang santai dan bahasa yang lazim
digunakan dalam sehari-hari. Kedua ragam ini tidak dapat
disalahtempatkan dalam penggunaanya.

5. Ragam Bahasa Berdasarkan Tingkat Keformalan


Ragam bahasa berdasarkan keformalannya dibedakan
menjadi lima tingkatan yaitu (1) Ragam bahasa beku
(frozen), (2) ragam resmi, (3) ragam konsultatif, (4) ragam
santai (kasual), (5) ragam akrab (intim).
a. Ragam Bahasa Beku
Ragam bahasa beku memiliki tingkat keformalan
bahasa yang paling formal. Ragam bahasa beku biasanya
digunakan dalam situasi-situasi khidmat seperti upacara,
acara pengambilan sumpah, bahasa dalam surat
keputusan, undang-undang dsb. Disebut sebagai bahasa
beku karena pola kaidahnya sudah ditetapkan dan tidak
boleh diubah-ubah.

b. Ragam Bahasa Resmi


Tingkat keformalan bahasa yang kedua adalah
bahasa resmi. Bahasa resmi digunakan pada situasi
formal seperti seminar, bahasa pendidikan di sekolah,
pidato dsb.

c. Ragam Bahasa Konsultatif


Ragam bahasa konsultatif umumnya digunakan
untuk kepentingan operasional seperti konsultasi, tanya
jawab dsb. Ragam bahasa ini dapat memadukan antara
bahasa baku dan santai dengan tujuan memudahkan
komunikasi pada situasi semi formal.

13
d. Ragam Bahasa Santai
Ragam bahasa santai digunakan pada situasi tak
resmi seperti berbicang-bincang di rumah, di pasar dsb.
Ragam bahasa santai menggunakan bahasa non formal
atau bahasa keseharian.

e. Ragam Bahasa Akrab (Intim)


Ragam bahasa bahasa akrab memiliki tingkat
keformalan yang paling rendah. Ragam bahasa ini
disebut ragam akrab karena digunakan oleh penutur
yang memiliki hubungan dekat dengan mitra tutur baik
kedekatan sosial, hubungan atau kebiasaan yang sama.
Adakalanya pada ragam intim ini pengguna bahasa
menciptakan kode-kode bahasa tersendiri yang hanya
diketahui oleh penutur dan mitra tutur yang sering
menggunakannya.

Tugas dan Latihan


1. Bagaimana sejarah singkat bahasa Indonesia?
2. Apa yang melatar belakangi diangkatnya bahasa Melayu
sebagai bahasa Indonesia?
3. Jelaskan 4 tahap perkembangan ejaan bahasa Indonesia!
4. Sebutkan fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional!
5. Sebutkan fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa negara!
6. Apa yang dimaksud dengan ―ragam bahasa‖?
7. Sebutkan dan jelaskan ragam bahasa yang ditinjau dari cara
komunikasi!
8. Sebutkan dan jelaskan ragam bahasa berdasarkan penutur!
9. Sebutkan dan jelaskan ragam bahasa berdasarkan topik
komunikasi!
10. Sebutkan dan jelaskan ragam bahasa berdasarkan tingkat
keformalan!

14
BAB II
KAIDAH PENULISAN HURUF

KEMAMPUAN AKHIR TAHAP PEMBELAJARAN (KATP)


Setelah mempelajari materi pada bab ini, maka diharapkan
mahasiswa mampu :

 Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami kaidah


pemakaian huruf, penulisan kata, dan pemakaian tanda baca.
 Mahasiswa mampu menggunakan ejaan bahasa Indonesia
dalam bahasa tulis sesuai dengan PUEBI.

Kaidah penggunaan ejaan bahasa Indonesia ini telah diatur


dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI).
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang diberlakukan ini
disesuaikan dengan peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2015 tentang
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia(PEUEBI). Adapun
penjelasannya diuraikan sebagai berikut.
A. Pemakaian Huruf
Pemakaian huruf dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia (PUEBI) terbagi menjadi delapan, yaitu (1)
Pemakaian huruf Abjad, (2) Pemakaian Huruf Vokal, (3) huruf
konsonan, (4) huruf diftong, (5) gabungan huruf konsonan, (6)
huruf kapital, (7) huruf miring, dan (8) huruf tebal.
1. Pemakaian Huruf Abjad
Huruf Abjad yang dipakai dalam ejaan bahasa
Indonesia terdiri 26 huruf berikut.
Huruf Nama Pengucapan
Kapital Nonkapital
A A a a
B B be bé
C C ce cé
D D de d
E E e é

15
F F ef éf
G G ge gé
H H ha ha
I I i i
J J je jé
K K ka ka
L L el él
M M em ém
N N en én
O O o o
P P pe pé
Q Q ki ki
R R er ér
S S es és
T T te té
U U u u
V V ve vé
W W we wé
X X eks éks
Y Y ye yé
Z Z zet zét

2. Huruf Vokal
Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa
Indonesia terdiri atas lima huruf, yaitu a,e,I,u,e,o dan u.

Huruf Vokal Misalnya pemakaian dalam kata


Posisi Awal Posisi Tengah Posisi
Akhir
A Api padi lusa
e* Enak petak sore
ember pendek -
Emas kena tipe
I Itu simpan murni
O oleh kota radio
U ulang bumi ibu

16
Keterangan:
* Untuk pengucapan (pelafalan) kata yang benar, diakritik
berikut ini dapat digunakan jika ejaan kata itu dapat
menimbulkan keraguan.
a. Diakritik (é) dilafalkan [e]. Misalnya: Anak-anak bermain
di teras (téras).
b. Diakritik (è) dilafalkan [ɛ]. Misalnya: Kami menonton
film seri (sèri).
c. Diakritik (ê) dilafalkan [ə]. Misalnya: Pertandingan itu
berakhir seri (sêri).

3. Huruf Konsonan
Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa
Indonesia terdiri atas 21, yaitu b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r,
s, t, v, w, x, y, dan z

Huruf Misalnya Pemakaian dalam Kata


Konsonan Posisi Posisi Posisi Akhir
Awal Tengah
B bahasa sebut adab
C cakap kaca -
D dua ada abad
F fakir kafan maaf
G guna tiga gudeg
H hari saham tuah
J jalan manja mikaraj
K kami paksa politik
L lekas alas akal
M maka kami diam
N nama tanah daun
P pasang apa siap
q* qariah iqra -
R raih bara putar
S sampai asli tangkas
T tali mata rapat
V variasi lava molotov

17
W wanita hawa takraw
x* xenon - -
Y yakin payung -
Z zeni lazim juz

Keterangan:
* Huruf q dan x khusus digunakan untuk nama diri dan
keperluan ilmu. Huruf x pada posisi awal kata diucapkan
[s].

4. Huruf Diftong
Huruf difting dalam bahasa Indonesia terdapat empat
huruf yang digabungkan dengan huruf vokal ai, au, ei, oi.

Huruf Diftong Misalnya Pemakaian dalam Kata


PosisiAwal Posisi Posisi Akhir
Tengah
Ai - balairung pandai
Au outodidiak taufik harimau
Ei eigendom geiser survei
Oi - boikot amboi

5. Gabungan Huruf Konsosnan


Gabungan huruf konsonan kh, ng, ny, dan sy masing-
masing melambangkan satu bunyi konsonan
Gabungan Misalnya Pemakaian dalam Kata
Huruf Posisi Awal Posisi Posisi Akhir
Konsonan Tengah
Kh khusus akhir tarikh
Ng ngarai bangun senang
Ny nyata banyak -
Sy syarat musyawarah arasy

18
6. Huruf Kapital
a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama awal
kalimat.
Misalnya:
1) Apa maksudnya?
2) Dia membaca buku.
3) Kita harus bekerja keras.
4) Pekerjaan itu akan selesai dalam satu jam.

b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama


orang, termasuk julukan.
Misalnya:
1) Amir Hamzah
2) Dewi Sartika
3) Halim Perdanakusumah
4) Wage Rudolf Supratman
5) Jenderal Kancil
6) Dewa Pedang
7) Alessandro Volta
8) André-Marie Ampère
9) Mujair
10) Rudolf Diesel

Catatan:
a. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama
orang yang merupakan nama jenis atau satuan ukuran.
Misalnya:
1) ikan mujair
2) mesin diesel
3) 5 ampere
4) 10 volt

b. Huruf kapital tidak dipakai untuk menuliskan huruf


pertama kata yang bermakna 'anak dari', seperti bin, binti,
boru, dan van, atau huruf pertama kata tugas.
Misalnya:

19
1) Abdul Rahman bin Zaini
2) Siti Fatimah binti Salim
3) Indani boru Sitanggang
4) Charles Adriaan van Ophuijsen
5) Ayam Jantan dari Timur
6) Mutiara dari Selatan

c. Huruf kapital dipakai pada awal kalimat dalam petikan


langsung.
Misalnya:
1) Adik bertanya, "Kapan kita pulang?"
2) Orang itu menasihati anaknya, "Berhati-hatilah, Nak!"
3) "Mereka berhasil meraih medali emas," katanya.
4) "Besok pagi," katanya, "mereka akan berangkat."

d. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap kata


nama agama, kitab suci, dan Tuhan, termasuk sebutan
dan kata ganti untuk Tuhan
Misalnya:
1) Islam
2) Alquran
3) Kristen
4) Alkitab
5) Hindu
6) Weda
7) Allah
8) Tuhan
9) Allah akan menunjukkan jalan kepada hamba-Nya.
10) Ya, Tuhan, bimbinglah hamba-Mu ke jalan yang
Engkau beri rahmat

e. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama


gelar n kehormatan, keturunan, keagamaan, atau
akademik yang diikuti nama orang, termasuk gelar
akademik yang mengikuti nama orang.
Misalnya:

20
1) Sultan Hasanuddin
2) Mahaputra Yamin
3) Haji Agus Salim
4) Imam Hambali
5) Nabi Ibrahim
6) Raden Ajeng Kartini
7) Doktor Mohammad Hatta
8) Agung Permana, Sarjana Hukum
9) Irwansyah, Magister Humaniora

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama


gelar kehormatan, keturunan, keagamaan, profesi, serta
nama jabatan dan kepangkatan yang dipakai sebagai
sapaan.
Misalnya:
1) Selamat datang, Yang Mulia.
2) Semoga berbahagia, Sultan.
3) Terima kasih, Kiai.
4) Selamat pagi, Dokter.
5) Silakan duduk, Prof.
6) Mohon izin, Jenderal

f. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama


jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang
dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama
instansi, atau nama tempat.
Misalnya:
1) Wakil Presiden Adam Malik
2) Perdana Menteri Nehru
3) Profesor Supomo
4) Laksamana Muda Udara Husein Sastranegara
5) Proklamator Republik Indonesia (Soekarno-Hatta)
6) Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan
7) Gubernur Papua Barat

21
g. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama
bangsa, suku bangsa, dan bahasa.
Misalnya:
1) bangsa Indonesia
2) suku Dani
3) bahasa Bali

Catatan: Nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa yang


dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan tidak ditulis
dengan huruf awal kapital.
Misalnya:
1) pengIndonesiaan kata asing
2) keinggris-inggrisan
3) kejawa-jawaan

h. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama


tahun, bulan, hari, dan hari besar atau hari raya.
Misalnya:
tahun Hijriah tarikh Masehi
bulan Agustus bulan Maulid
hari Jumat hari Galungan
hari Lebaran hari Natal

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama


peristiwa sejarah
Misalnya:
1) Konferensi Asia Afrika
2) Perang Dunia II
3) Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Catatan: Huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak


dipakai sebagai nama tidak ditulis dengan huruf kapital.
Misalnya:
1) Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan
bangsa Indonesia.

22
2) Perlombaan senjata membawa risiko pecahnya perang
dunia.

i. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama


geografi.
Misalnya:
Jakarta Asia Tenggara
Pulau Miangas Amerika Serikat
Bukit Barisan Jawa Barat
Dataran Tinggi Dieng Danau Toba
Jalan Sulawesi Gunung Semeru
Ngarai Sianok Jazirah Ara

Catatan:
1) Huruf pertama nama geografi yang bukan nama diri
tidak ditulis dengan huruf kapital.
Misalnya:
a) berlayar ke teluk mandi di sungai
b) menyeberangi selat berenang di danau
2) Huruf pertama nama diri geografi yang dipakai
sebagai nama jenis tidak ditulis dengan huruf kapital.
Misalnya:
a) jeruk bali (Citrus maxima)
b) kacang bogor (Voandzeia subterranea)
c) nangka Belanda (Anona muricata)
d) petai cina (Leucaena glauca)

Nama yang disertai nama geografi dan merupakan nama


jenis dapat dikontraskan atau disejajarkan dengan nama
jenis lain dalam kelompoknya.
Misalnya:
1) Kita mengenal berbagai macam gula, seperti gula
jawa, gula pasir, gula tebu, gula aren, dan gula
anggur.
2) Kunci inggris, kunci tolak, dan kunci ring mempunyai
fungsi yang berbeda.

23
Contoh berikut bukan nama jenis.
1) Dia mengoleksi batik Cirebon, batik Pekalongan, batik
Solo, batik Yogyakarta, dan batik Madura.
2) Selain film Hongkong, juga akan diputar film India, film
Korea, dan film Jepang.
3) Murid-murid sekolah dasar itu menampilkan tarian
Sumatra Selatan, tarian Kalimantan Timur, dan tarian
Sulawesi Selatan.

j. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata


(termasuk semua unsur bentuk ulang sempurna) dalam
nama negara, lembaga, badan, organisasi, atau dokumen,
kecuali kata tugas, seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk.
Misalnya:
1) Republik Indonesia
2) Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia
3) Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia
4) Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 16
Tahun 2010 tentang Penggunaan Bahasa Indonesia
dalam Pidato Presiden dan/atau Wakil Presiden serta
Pejabat Lainnya
5) Perserikatan Bangsa-Bangsa
6) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

k. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap kata


(termasuk unsur kata ulang sempurna) di dalam judul
buku, karangan, artikel, dan makalah serta nama majalah
dan surat kabar, kecuali kata tugas, seperti di, ke, dari, dan,
yang, dan untuk, yang tidak terletak pada posisi awal.
Misalnya:
1) Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan
Lain ke Roma.
2) Tulisan itu dimuat dalam majalah Bahasa dan Sastra.
3) Dia agen surat kabar Sinar Pembangunan.
4) Ia menyajikan makalah "Penerapan Asas-Asas Hukum
Perdata".

24
l. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur
singkatan nama gelar, pangkat, atau sapaan.
Misalnya:
1) S.H. sarjana hukum
2) S.K.M. sarjana kesehatan masyarakat
3) S.S. sarjana sastra
4) M.A. master of arts
5) M.Hum. magister humaniora
6) M.Si. magister sains
7) K.H. kiai haji
8) Hj. hajah
9) Mgr. monseigneur
10) Pdt. pendeta
11) Dg. daeng
12) Dt. datuk
13) R.A. raden ayu
14) St. sutan
15) Tb. tubagus
16) Dr. doktor
17) Prof. profesor
18) Tn. tuan
19) Ny. nyonya
20) Sdr. Saudara

m. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata


penunjuk hubungan kekerabatan, seperti bapak, ibu,
kakak, adik, dan paman, serta kata atau ungkapan lain
yang dipakai dalam penyapaan atau pengacuan.
Misalnya:
1) "Kapan Bapak berangkat?" tanya Hasan. Dendi
bertanya, "Itu apa, Bu?"
2) "Silakan duduk, Dik!" kata orang itu.
3) Surat Saudara telah kami terima dengan baik.
4) "Hai, Kutu Buku, sedang membaca apa?"
5) "Bu, saya sudah melaporkan hal ini kepada Bapak."

25
Catatan:
1) Istilah kekerabatan berikut bukan merupakan
penyapaan atau pengacuan.
Misalnya:
a) Kita harus menghormati bapak dan ibu kita.
b) Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.
2) Kata ganti Anda ditulis dengan huruf awal kapital.
Misalnya:
a) Sudahkah Anda tahu?
b) Siapa nama Anda?

7. Huruf Miring
a. Huruf miring dipakai untuk menuliskan judul buku,
nama majalah, atau nama surat kabar yang dikutip
dalam tulisan, termasuk dalam daftar pustaka.
Misalnya:
1) Saya sudah membaca buku Salah Asuhan karangan
Abdoel Moeis.
2) Majalah Poedjangga Baroe menggelorakan semangat
kebangsaan.
3) Berita itu muncul dalam surat kabar Cakrawala.
4) Pusat Bahasa. 2011. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat
Bahasa. Edisi Keempat (Cetakan Kedua). Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.

b. Huruf miring dipakai untuk menegaskan atau


mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok
kata dalam kalimat.
Misalnya:
1) Huruf terakhir kata abad adalah d.
2) Dia tidak diantar, tetapi mengantar.
3) Dalam bab ini tidak dibahas pemakaian tanda baca.
4) Buatlah kalimat dengan menggunakan ungkapan
lepas tangan.

26
c. Huruf miring dipakai untuk menuliskan kata atau
ungkapan dalam bahasa daerah atau bahasa asing.
Misalnya:
1) Upacara peusijuek (tepung tawar) menarik perhatian
wisatawan asing yang berkunjung ke Aceh.
2) Nama ilmiah buah manggis ialah Garcinia mangostana.
3) Weltanschauung bermakna 'pandangan dunia'.
4) Ungkapan bhinneka tunggal ika dijadikan semboyan
negara Indonesia.
Catatan:
1) Nama diri, seperti nama orang, lembaga, atau
organisasi, dalam bahasa asing atau bahasa daerah
tidak ditulis dengan huruf miring.
2) Dalam naskah tulisan tangan atau mesin tik (bukan
komputer), bagian yang akan dicetak miring ditandai
dengan garis bawah.
3) Kalimat atau teks berbahasa asing atau berbahasa
daerah yang dikutip secara langsung dalam teks
berbahasa Indonesia ditulis dengan huruf miring.

8. Huruf Tebal
a. Huruf tebal dipakai untuk menegaskan bagian tulisan
yang sudah ditulis miring.
Misalnya:
1) Huruf dh, seperti pada kata Ramadhan, tidak terdapat
dalam Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.
2) Kata et dalam ungkapan ora et labora berarti 'dan'.
b. Huruf tebal dapat dipakai untuk menegaskan bagian-
bagian karangan, seperti judul buku, bab, atau subbab.
Misalnya:
1.1 Latar Belakang dan Masalah
Kondisi kebahasaan di Indonesia yang diwarnai oleh
satu bahasa standar dan ratusan bahasa daerah—
ditambah beberapa bahasa asing, terutama bahasa
Inggris— membutuhkan penanganan yang tepat
dalam perencanaan bahasa. Agar lebih jelas, latar

27
belakang dan masalah akan diuraikan secara terpisah
seperti tampak pada paparan berikut.

1.2 Latar Belakang


Masyarakat Indonesia yang heterogen menyebabkan
munculnya sikap yang beragam terhadap
penggunaan bahasa yang ada di Indonesia, yaitu (1)
sangat bangga terhadap bahasa asing, (2) sangat
bangga terhadap bahasa daerah, dan (3) sangat
bangga terhadap bahasa Indonesia.

Masalah
Penelitian ini hanya membatasi masalah pada sikap
bahasa masyarakat Kalimantan terhadap ketiga
bahasa yang ada di Indonesia. Sikap masyarakat
tersebut akan digunakan sebagai formulasi kebijakan
perencanaan bahasa yang diambil.

Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan
mengukur sikap bahasa masyarakat Kalimantan,
khususnya yang tinggal di kota besar terhadap
bahasa Indonesia, bahasa daerah, dan bahasa asing.

B. Penulisan Kata
1. Kata Dasar
Kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
Misalnya:
a. Kantor pajak penuh sesak.
b. Saya pergi ke sekolah.
c. Buku itu sangat tebal.

2. Kata Berimbuhan
a. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran, serta gabungan
awalan dan akhiran) ditulis serangkai dengan bentuk
dasarnya.

28
Misalnya:
1) berjalan
2) berkelanjutan
3) mempermudah
4) gemetar
5) lukisan
6) kemauan
7) perbaikan
Catatan:
Imbuhan yang diserap dari unsur asing, seperti -isme, -
man, -wan, atau -wi, ditulis serangkai dengan bentuk
dasarnya.
Misalnya:
1) sukuisme
2) seniman
3) kamerawan
4) gerejawi

b. Bentuk terikat ditulis serangkai dengan kata yang


mengikutinya.
Misalnya:
adibusana infrastruktur proaktif
aerodinamika inkonvensional purnawirawan
antarkota kontraindikasi saptakrida
antibiotik kosponsor semiprofesional
awahama mancanegara subbagian
bikarbonat multilateral swadaya
biokimia narapidana telewicara
dekameter nonkolaborasi transmigrasi
demoralisasi paripurna tunakarya
dwiwarna pascasarjana tritunggal
ekabahasa pramusaji tansuara
ekstrakurikuler prasejarah ultramodern
Catatan:
1) Bentuk terikat yang diikuti oleh kata yang berhuruf
awal kapital atau singkatan yang berupa huruf kapital
dirangkaikan dengan tanda hubung (-).
Misalnya:

29
a) non-Indonesia
b) pan-Afrikanisme
c) pro-Barat
d) non-ASEAN
e) anti-PKI

2) Bentuk maha yang diikuti kata turunan yang mengacu


pada nama atau sifat Tuhan ditulis terpisah dengan
huruf awal kapital.
Misalnya:
a) Marilah kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha
Pengasih.
b) Kita berdoa kepada Tuhan Yang Maha
Pengampun.

3) Bentuk maha yang diikuti kata dasar yang mengacu


kepada nama atau sifat Tuhan, kecuali kata esa, ditulis
serangkai.
Misalnya:
a) Tuhan Yang Mahakuasa menentukan arah hidup
kita.
b) Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Esa
melindungi kita.

3. Bentuk Ulang
Bentuk ulang ditulis dengan menggunakan tanda
hubung (-) di antara unsur-unsurnya.
Misalnya:
anak-anak biri-biri
lauk-pauk berjalan-jalan
buku-buku cumi-cumi
mondar-mandir mencari-cari
hati-hati kupu-kupu
ramah-tamah terus-menerus
kuda-kuda kura-kura
sayur-mayur porak-poranda

30
mata-mata ubun-ubun
serba-serbi tunggang-langgang

Catatan:
Bentuk ulang gabungan kata ditulis dengan mengulang
unsur pertama.
Misalnya:
a. surat kabar → surat-surat kabar
b. kapal barang → kapal-kapal barang
c. rak buku → rak-rak buku
d. kereta api cepat → kereta-kereta api cepat

4. Gabungan Kata
a. Unsur gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk,
termasuk istilah khusus, ditulis terpisah.
Misalnya:
1) duta besar
2) model linear
3) kambing hitam
4) persegi panjang
5) orang tua
6) rumah sakit jiwa
7) simpang empat
8) meja tulis
9) mata acara
10) cendera mata

b. Gabungan kata yang dapat menimbulkan salah


pengertian ditulis dengan membubuhkan tanda hubung
(-) di antara unsur-unsurnya.
Misalnya:
1) anak-istri pejabat (anak dan istri dari pejabat)
2) anak istri-pejabat (anak dari istri pejabat)
3) ibu-bapak kami (ibu dan bapak kami)
4) ibu bapak-kami (ibu dari bapak kami)
5) buku-sejarah baru (buku sejarah yang baru)
6) buku sejarah-baru (buku tentang sejarah baru)

31
c. Gabungan kata yang penulisannya terpisah tetap ditulis
terpisah jika mendapat awalan atau akhiran.
Misalnya:
1) bertepuk tangan
2) menganak sungai
3) garis bawahi
4) sebar luaskan

d. Gabungan kata yang mendapat awalan dan akhiran


sekaligus ditulis serangkai.
Misalnya:
1) dilipatgandakan
2) menggarisbawahi
3) menyebarluaskan
4) penghancurleburan
5) pertanggungjawaban

e. Gabungan kata yang sudah padu ditulis serangkai.


Misalnya:
acap kali hulubalang radioaktif
adakalanya kacamata saptamarga
apalagi kasatmata saputangan
bagaimana kilometer saripati
barangkali manasuka sediakala
beasiswa matahari segitiga
belasungkawa olahraga sukacita
bilamana padahal sukarela
bumiputra peribahasa syahbandar
darmabakti perilaku wiraswata
dukacita puspawarna

5. Pemenggalan Kata
a. Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai
berikut.
1) Jika di tengah kata terdapat huruf vokal yang
berurutan, pemenggalannya dilakukan di antara
kedua huruf vokal itu.
Misalnya:

32
a) bu-ah
b) ma-in
c) ni-at
d) sa-at

2) huruf diftong ai, au, ei, dan oi tidak dipenggal.


Misalnya:
a) pan-dai
b) au-la
c) sau-da-ra
d) sur-vei
e) am-boi

3) Jika di tengah kata dasar terdapat huruf konsonan


(termasuk gabungan huruf konsonan) di antara dua
huruf vokal, pemenggalannya dilakukan sebelum
huruf konsonan itu.
Misalnya:
a) ba-pak
b) la-wan
c) de-ngan
d) ke-nyang
e) mu-ta-khir
f) mu-sya-wa-rah

4) Jika di tengah kata dasar terdapat dua huruf


konsonan yang berurutan, pemenggalannya
dilakukan di antara kedua huruf konsonan itu.
Misalnya:
a) Ap-ril
b) cap-lok
c) makh-luk
d) man-di
e) sang-gup
f) som-bong
g) swas-ta

33
5) Jika di tengah kata dasar terdapat tiga huruf
konsonan atau lebih yang masing-masing
melambangkan satu bunyi, pemenggalannya
dilakukan di antara huruf konsonan yang pertama
dan huruf konsonan yang kedua.
Misalnya:
a) ul-tra
b) in-fra
c) ben-trok
d) in-stru-men

Catatan:
Gabungan huruf konsonan yang melambangkan satu
bunyi tidak dipenggal.
Misalnya:
a) bang-krut
b) bang-sa
c) ba-nyak
d) ikh-las
e) kong-res
f) makh-luk
g) masy-hur
h) sang-gup

b. Pemenggalan kata turunan sedapat-dapatnya dilakukan


di antara bentuk dasar dan unsur pembentuknya.
Misalnya:
ber-jalan mem-pertanggungjawabkan
mem-bantu memper-tanggungjawabkan
di-ambil mempertanggung-jawabkan
ter-bawa mempertanggungjawab-kan
per-buat me-rasakan
makan-an merasa-kan
letak-kan per-buatan
pergi-lah perbuat-an
apa-kah ke-kuatan
kekuat-an

34
Catatan:
1) Pemenggalan kata berimbuhan yang bentuk dasarnya
mengalami perubahan dilakukan seperti pada kata
dasar.
Misalnya:
a) me-nu-tup
b) me-ma-kai
c) me-nya-pu
d) me-nge-cat
e) pe-mi-kir
f) pe-no-long
g) pe-nga-rang
h) pe-nge-tik
i) pe-nye-but

2) Pemenggalan kata bersisipan dilakukan seperti pada


kata dasar.
Misalnya:
a) ge-lem-bung
b) ge-mu-ruh
c) ge-ri-gi
d) si-nam-bung
e) te-lun-juk

3) Pemenggalan kata yang menyebabkan munculnya


satu huruf di awal atau akhir baris tidak dilakukan.
Misalnya:
a) Beberapa pendapat mengenai masalah itu
telah disampaikan ....
b) Walaupun cuma-cuma, mereka tidak mau
mengambil makanan itu.

c. Jika sebuah kata terdiri atas dua unsur atau lebih dan
salah satu unsurnya itu dapat bergabung dengan unsur
lain, pemenggalannya dilakukan di antara unsur-unsur

35
itu. Tiap unsur gabungan itu dipenggal seperti pada kata
dasar.
Misalnya:
1) biografi, bio-grafi, bi-o-gra-fi
2) biodata, bio-data, bi-o-da-ta
3) fotografi, foto-grafi, fo-to-gra-fi
4) fotokopi, foto-kopi, fo-to-ko-pi
5) introspeksi, intro-speksi, in-tro-spek-si
6) introjeksi, intro-jeksi, in-tro-jek-si
7) kilogram, kilo-gram, ki-lo-gram
8) kilometer, kilo-meter, ki-lo-me-ter
9) pascapanen, pasca-panen, pas-ca-pa-nen
10) pascasarjana, pasca-sarjana, pas-ca-sar-ja-na

d. Nama orang yang terdiri atas dua unsur atau lebih pada
akhir baris dipenggal di antara unsur-unsurnya.
Misalnya:
1) Lagu "Indonesia Raya" digubah oleh Wage Rudolf
Supratman.
2) Buku Layar Terkembang dikarang oleh Sutan Takdir
Alisjahbana.

e. Singkatan nama diri dan gelar yang terdiri atas dua


huruf atau lebih tidak dipenggal.
Misalnya:
Ia bekerja di DLLAJR. Pujangga terakhir Keraton
Surakarta bergelar R.Ng. Rangga Warsita.
Catatan: Penulisan berikut dihindari.
1) Ia bekerja di DLL-
AJR.
2) Pujangga terakhir Keraton Surakarta bergelar R.
Ng. Rangga Warsita.

36
6. Kata Depan
Kata depan, seperti di, ke, dan dari, ditulis terpisah
dari kata yang mengikutinya.
Misalnya:
a. Di mana dia sekarang?
b. Kain itu disimpan di dalam lemari.
c. Dia ikut terjun ke tengah kancah perjuangan.
d. Mari kita berangkat ke kantor.
e. Saya pergi ke sana mencarinya.
f. Ia berasal dari Pulau Penyengat.
g. Cincin itu terbuat dari emas.

7. Partikel
a. Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata
yang mendahuluinya.
Misalnya:
1) Bacalah buku itu baik-baik!
2) Apakah yang tersirat dalam surat itu?
3) Siapakah gerangan dia?
4) Apatah gunanya bersedih hati?

b. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang


mendahuluinya.
Misalnya:
1) Apa pun permasalahan yang muncul, dia dapat
mengatasinya dengan bijaksana.
2) Jika kita hendak pulang tengah malam pun,
kendaraan masih tersedia.
3) Jangankan dua kali, satu kali pun engkau belum
pernah berkunjung ke rumahku.

Catatan:
Partikel pun yang merupakan unsur kata penghubung
ditulis serangkai.
Misalnya:

37
1) Meskipun sibuk, dia dapat menyelesaikan tugas tepat
pada waktunya.
2) Dia tetap bersemangat walaupun lelah.
3) Adapun penyebab kemacetan itu belum diketahui.
4) Bagaimanapun pekerjaan itu harus selesai minggu
depan.

c. Partikel per yang berarti 'demi', 'tiap', atau 'mulai' ditulis


terpisah dari kata yang mengikutinya.
Misalnya:
1) Mereka masuk ke dalam ruang rapat satu per satu.
2) Harga kain itu Rp50.000,00 per meter.
3) Karyawan itu mendapat kenaikan gaji per 1 Januari.

8. Singkatan dan Akronim


a. Singkatan nama orang, gelar, sapaan, jabatan, atau
pangkat diikuti dengan tanda titik pada setiap unsur
singkatan itu.
Misalnya:
1) A.H. Nasution = Abdul Haris Nasution
2) H. Hamid = Haji Hamid
3) Suman Hs. = Suman Hasibuan
4) W.R. Supratman = Wage Rudolf Supratman
5) M.B.A. = master of business administration
6) M.Hum. = magister humaniora
7) M.Si. = magister sains
8) S.E. = sarjana ekonomi
9) S.Sos. = sarjana sosial
10) S.Kom. = sarjana komunikasi
11) S.K.M. = sarjana kesehatan masyarakat
12) Sdr. = saudara

b. Singkatan yang terdiri atas huruf awal setiap kata nama


lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, lembaga
pendidikan, badan atau organisasi, serta nama dokumen

38
resmi ditulis dengan huruf kapital tanpa tanda titik.
Misalnya:
1) NKRI = Negara Kesatuan Republik Indonesia
2) UI = Universitas Indonesia
3) PBB = Perserikatan Bangsa-Bangsa
4) WHO = World Health Organization
5) PGRI = Persatuan Guru Republik Indonesia
6) KUHP = Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

Singkatan yang terdiri atas huruf awal setiap kata yang


bukan nama diri ditulis dengan huruf kapital tanpa
tanda titik.
Misalnya:
1) PT = perseroan terbatas
2) MAN = madrasah aliah negeri
3) SD = sekolah dasar
4) KTP = kartu tanda penduduk
5) SIM = surat izin mengemudi
6) NIP = nomor induk pegawai

c. Singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti


dengan tanda titik.
Misalnya:
1) hlm. halaman
2) dll. dan lain-lain
3) dsb. dan sebagainya
4) dst. dan seterusnya
5) sda. sama dengan di atas
6) ybs. yang bersangkutan
7) yth. yang terhormat
8) ttd. tertanda
9) dkk. dan kawan-kawan

39
d. Singkatan yang terdiri atas dua huruf yang lazim dipakai
dalam surat-menyurat masing-masing diikuti oleh tanda
titik.
Misalnya:
1) a.n. atas nama
2) d.a. dengan alamat
3) u.b. untuk beliau
4) u.p. untuk perhatian
5) s.d. sampai dengan

e. Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran,


timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda titik.
Misalnya:
1) Cu = kuprum
2) cm = sentimeter
3) kVA = kilovolt-ampere
4) l = liter
5) kg = kilogram
6) Rp = rupiah

f. Akronim nama diri yang terdiri atas huruf awal setiap


kata ditulis dengan huruf kapital tanpa tanda titik.
Misalnya:
1) BIG = Badan Informasi Geospasial
2) BIN = Badan Intelijen Negara
3) LIPI = Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
4) LAN = Lembaga Administrasi Negara
5) PASI = Persatuan Atletik Seluruh Indonesia

g. Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata


atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata
ditulis dengan huruf awal kapital.
Misalnya:
1) Bulog Badan Urusan Logistik
2) Bappenas Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional

40
3) Kowani Kongres Wanita Indonesia
4) Kalteng Kalimantan Tengah
5) Mabbim Majelis Bahasa Brunei Darussalam-
Indonesia-Malaysia
6) Suramadu Surabaya Madura

h. Akronim bukan nama diri yang berupa gabungan huruf


awal dan suku kata atau gabungan suku kata ditulis
dengan huruf kecil.
Misalnya:
1) iptek ilmu pengetahuan dan teknologi
2) pemilu pemilihan umum
3) puskesmas pusat kesehatan masyarakat
4) rapim rapat pimpinan
5) rudal peluru kendali
6) tilang bukti pelanggaran

9. Angka dan Bilangan


Angka Arab atau angka Romawi lazim dipakai
sebagai lambang bilangan atau nomor.
a. Angka Arab: 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9
b. Angka Romawi: I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50),
C (100), D (500), M (1.000), V (5.000), M (1.000.000)

a. Bilangan dalam teks yang dapat dinyatakan dengan satu


atau dua kata ditulis dengan huruf, kecuali jika dipakai
secara berurutan seperti dalam perincian.
Misalnya:
1) Mereka menonton drama itu sampai tiga kali.
2) Koleksi perpustakaan itu lebih dari satu juta buku.
3) Di antara 72 anggota yang hadir, 52 orang setuju, 15
orang tidak setuju, dan 5 orang abstain.
4) Kendaraan yang dipesan untuk angkutan umum
terdiri atas 50 bus, 100 minibus, dan 250 sedan.

41
b. Bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf.
Misalnya:
1) Lima puluh siswa teladan mendapat beasiswa dari
pemerintah daerah.
2) Tiga pemenang sayembara itu diundang ke Jakarta.
Catatan: Penulisan berikut dihindari:
1) 50 siswa teladan mendapat beasiswa dari pemerintah
daerah.
2) 3 pemenang sayembara itu diundang ke Jakarta.
Apabila bilangan pada awal kalimat tidak dapat
dinyatakan dengan satu atau dua kata, susunan
kalimatnya diubah.
Misalnya:
1) Panitia mengundang 250 orang peserta.
2) Di lemari itu tersimpan 25 naskah kuno.
Catatan: Penulisan berikut dihindari:
1) 250 orang peserta diundang panitia.
2) 25 naskah kuno tersimpan di lemari itu.

c. Angka yang menunjukkan bilangan besar dapat ditulis


sebagian dengan huruf supaya lebih mudah dibaca.
Misalnya:
1) Dia mendapatkan bantuan 250 juta rupiah untuk
mengembangkan usahanya.
2) Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 550
miliar rupiah.
3) Proyek pemberdayaan ekonomi rakyat itu
memerlukan biaya Rp10 triliun.

d. Angka dipakai untuk menyatakan (a) ukuran panjang,


berat, luas, isi, dan waktu serta (b) nilai uang.
Misalnya:
1) 0,5 sentimeter
2) 5 kilogram
3) 4 hektare
4) 10 liter

42
5) 2 tahun 6 bulan 5 hari
6) 1 jam 20 menit
7) Rp5.000,00
8) US$3,50
9) £5,10
10) ¥100

e. Angka dipakai untuk menomori alamat, seperti jalan,


rumah, apartemen, atau kamar.
Misalnya:
1) Jalan Tanah Abang I No. 15 atau
2) Jalan Tanah Abang I/15
3) Jalan Wijaya No. 14
4) Hotel Mahameru, Kamar 169
5) Gedung Samudra, Lantai II, Ruang 201

f. Angka dipakai untuk menomori bagian karangan atau


ayat kitab suci.
Misalnya:
1) Bab X, Pasal 5, halaman 252
2) Surah Yasin: 9
3) Markus 16: 15—16

g. Penulisan bilangan dengan huruf dilakukan sebagai


berikut.
Bilangan Utuh
Misalnya:
1) dua belas (12)
2) tiga puluh (30)
3) lima ribu (5.000)

Bilangan Pecahan
Misalnya:
1) setengah atau seperdua (1/2)
2) seperenam belas (1/16)
3) tiga perempat (3/4)

43
4) dua persepuluh (2/10)
5) tiga dua-pertiga (3 2/3)
6) satu persen (1%)
7) satu permil (1o/oo)

h. Penulisan bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara


berikut.
Misalnya:
1) abad XX
2) abad ke-20
3) abad kedua puluh
4) Perang Dunia II
5) Perang Dunia Ke-2
6) Perang Dunia Kedua

i. Penulisan angka yang mendapat akhiran -an dilakukan


dengan cara berikut.
Misalnya:
1) lima lembar uang 1.000-an (lima lembar uang seribuan)
2) tahun 1950-an (tahun seribu sembilan ratus lima
puluhan)
3) uang 5.000-an (uang lima ribuan)

j. Penulisan bilangan dengan angka dan huruf sekaligus


dilakukan dalam peraturan perundang-undangan, akta,
dan kuitansi.
Misalnya:
1) Setiap orang yang menyebarkan atau mengedarkan
rupiah tiruan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23
ayat (2), dipidana dengan pidana kurungan paling
lama 1 (satu) tahun dan pidana denda paling banyak
Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
2) Telah diterima uang sebanyak Rp2.950.000,00 (dua juta
sembilan ratus lima puluh ribu rupiah) untuk
pembayaran satu unit televisi.

44
k. Penulisan bilangan yang dilambangkan dengan angka
dan diikuti huruf dilakukan seperti berikut.
Misalnya:
1) Saya lampirkan tanda terima uang sebesar
Rp900.500,50 (sembilan ratus ribu lima ratus rupiah lima
puluh sen).
2) Bukti pembelian barang seharga Rp5.000.000,00 (lima
juta rupiah) ke atas harus dilampirkan pada laporan
pertanggungjawaban.

l. Bilangan yang digunakan sebagai unsur nama geografi


ditulis dengan huruf.
Misalnya:
1) Kelapadua
2) Kotonanampek
3) Rajaampat
4) Simpanglima
5) Tigaraksa

10. Kata Ganti ku-,kau-, -mu, dan –nya


Kata ganti ku- dan kau- ditulis serangkai dengan kata
yang mengikutinya, sedangkan -ku, -mu, dan -nya ditulis
serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
a. Rumah itu telah kujual.
b. Majalah ini boleh kaubaca.
c. Bukuku, bukumu, dan bukunya tersimpan di
perpustakaan.
d. Rumahnya sedang diperbaiki.

11. Kata Sandang si dan sang


Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang
mengikutinya.
Misalnya:
a. Surat itu dikembalikan kepada si pengirim.
b. Toko itu memberikan hadiah kepada si pembeli.

45
c. Ibu itu menghadiahi sang suami kemeja batik.
d. Sang adik mematuhi nasihat sang kakak.
e. Harimau itu marah sekali kepada sang Kancil.
f. Dalam cerita itu si Buta berhasil menolong kekasihnya.
Catatan: Huruf awal sang ditulis dengan huruf kapital jika
sang merupakan unsur nama Tuhan.
Misalnya:
a. Kita harus berserah diri kepada Sang Pencipta.
b. Pura dibangun oleh umat Hindu untuk memuja Sang
Hyang Widhi Wasa.

C. Pemakaian Tanda Baca


1. Pemakaian Titik (.)
a. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat pernyataan.
Misalnya:
1) Mereka duduk di sana.
2) Dia akan datang pada pertemuan itu.

b. Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam


suatu bagan, ikhtisar, atau daftar.
Misalnya:
1) I. Kondisi Kebahasaan di Indonesia
A. Bahasa Indonesia
1. Kedudukan
2. Fungsi
B. Bahasa Daerah
1. Kedudukan
2. Fungsi
C. Bahasa Asing
1. Kedudukan
2. Fungsi

2) 1. Patokan Umum
1.1 Isi Karangan
1.2 Ilustrasi
1.2.1 Gambar Tangan
1.2.2 Tabel

46
1.2.3 Grafik
2. Patokan Khusus

Catatan
a) Tanda titik tidak dipakai pada angka atau huruf
yang sudah bertanda kurung dalam suatu
perincian.
Misalnya:
(1) Bahasa Indonesia berkedudukan sebagai
bahasa nasional yang berfungsi, antara lain,
(a) lambang kebanggaan nasional,
(b) identitas nasional, dan
(c) alat pemersatu bangsa;
(2) bahasa negara ....

b) Tanda titik tidak dipakai pada akhir penomoran


digital yang lebih dari satu angka (seperti pada
Misalnya III.A.2.b).

c) Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau


angka terakhir dalam penomoran deret digital
yang lebih dari satu angka dalam judul tabel,
bagan, grafik, atau gambar.
Misalnya:
a) Tabel 1 Kondisi Kebahasaan di Indonesia
b) Tabel 1.1 Kondisi Bahasa Daerah di Indonesia
c) Bagan 2 Struktur Organisasi
d) Bagan 2.1 Bagian Umum
e) Grafik 4 Sikap Masyarakat Perkotaan terhadap
Bahasa Indonesia
f) Grafik 4.1 Sikap Masyarakat Berdasarkan Usia
g) Gambar 1 Gedung Cakrawala
h) Gambar 1.1 Ruang Rapat

47
c. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit,
dan detik yang menunjukkan waktu atau jangka waktu.
Misalnya:
1) pukul 01.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik atau
pukul 1, 35 menit, 20 detik)
2) 01.35.20 jam (1 jam, 35 menit, 20 detik)
3) 00.20.30 jam (20 menit, 30 detik)
4) 00.00.30 jam (30 detik)

d. Tanda titik dipakai dalam daftar pustaka di antara nama


penulis, tahun, judul tulisan (yang tidak berakhir dengan
tanda tanya atau tanda seru), dan tempat terbit.
Misalnya:
1) Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional.
2008. Peta Bahasa di Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Jakarta.
2) Moeliono, Anton M. 1989. Kembara Bahasa. Jakarta:
Gramedia.

e. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan


atau kelipatannya yang menunjukkan jumlah.
Misalnya:
1) Indonesia memiliki lebih dari 13.000 pulau.
2) Penduduk kota itu lebih dari 7.000.000 orang.
3) Anggaran lembaga itu mencapai
Rp225.000.000.000,00.
Catatan:
1) Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan
ribuan atau kelipatannya yang tidak menunjukkan
jumlah.
Misalnya:
a) Dia lahir pada tahun 1956 di Bandung.
b) Kata sila terdapat dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia Pusat Bahasa halaman 1305.
c) Nomor rekening panitia seminar adalah
0015645678.

48
2) Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang
merupakan kepala karangan, ilustrasi, atau tabel.
Misalnya:
a) Acara Kunjungan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan
b) Bentuk dan Kedaulatan (Bab I UUD 1945)
c) Gambar 3 Alat Ucap Manusia
d) Tabel 5 Sikap Bahasa Generasi Muda Berdasarkan
Pendidikan
3) Tanda titik tidak dipakai di belakang (a) alamat
penerima dan pengirim surat serta (b) tanggal surat.
Misalnya:
a) Yth. Direktur Taman Ismail Marzuki
Jalan Cikini Raya No. 73
Menteng
Jakarta 10330
b) Yth. Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan
Bahasa
Jalan Daksinapati Barat IV
Rawamangun
Jakarta Timur
c) Indrawati, M.Hum.
Jalan Cempaka II No. 9
Jakarta Timur
d) 21 April 2013
e) Jakarta, 15 Mei 2013 (tanpa kop surat)

2. Tanda Koma (,)


a. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu
pemerincian atau pembilangan.
Misalnya:
1) Telepon seluler, komputer, atau internet bukan
barang asing lagi.
2) Buku, majalah, dan jurnal termasuk sumber
kepustakaan.
3) Satu, dua, ... tiga!

49
b. Tanda koma dipakai sebelum kata penghubung, seperti
tetapi, melainkan, dan sedangkan, dalam kalimat majemuk
(setara).
Misalnya:
1) Saya ingin membeli kamera, tetapi uang saya belum
cukup.
2) Ini bukan milik saya, melainkan milik ayah saya.
3) Dia membaca cerita pendek, sedangkan adiknya
melukis panorama.

c. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat


yang mendahului induk kalimatnya.
Misalnya:
1) Kalau diundang, saya akan datang.
2) Karena baik hati, dia mempunyai banyak teman.
3) Agar memiliki wawasan yang luas, kita harus banyak
membaca buku.
Catatan:
Tanda koma tidak dipakai jika induk kalimat mendahului
anak kalimat.
Misalnya:
1) Saya akan datang kalau diundang.
2) Dia mempunyai banyak teman karena baik hati.
3) Kita harus banyak membaca buku agar memiliki
wawasan yang luas.

d. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan


penghubung antarkalimat, seperti oleh karena itu, jadi,
dengan demikian, sehubungan dengan itu, dan
meskipun demikian.
Misalnya:
1) Mahasiswa itu rajin dan pandai. Oleh karena itu, dia
memperoleh beasiswa belajar di luar negeri.
2) Anak itu memang rajin membaca sejak kecil. Jadi,
wajar kalau dia menjadi bintang pelajar

50
3) Orang tuanya kurang mampu. Meskipun demikian,
anak-anaknya berhasil menjadi sarjana.

e. Tanda koma dipakai sebelum dan/atau sesudah kata


seru, seperti o, ya, wah, aduh, atau hai, dan kata yang
dipakai sebagai sapaan, seperti Bu, Dik, atau Nak.
Misalnya:
1) O, begitu?
2) Wah, bukan main!
3) Hati-hati, ya, jalannya licin!
4) Nak, kapan selesai kuliahmu?
5) Siapa namamu, Dik?
6) Dia baik sekali, Bu.

f. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan


langsung dari bagian lain dalam kalimat.
Misalnya:
1) Kata nenek saya, "Kita harus berbagi dalam hidup
ini."
2) "Kita harus berbagi dalam hidup ini," kata nenek saya,
"karena manusia adalah makhluk sosial."

Catatan:
Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan
langsung yang berupa kalimat tanya, kalimat perintah,
atau kalimat seru dari bagian lain yang mengikutinya.
Misalnya:
1) "Di mana Saudara tinggal?" tanya Pak Lurah.
2) "Masuk ke dalam kelas sekarang!" perintahnya.
3) "Wow, indahnya pantai ini!" seru wisatawan itu.

g. Tanda koma dipakai di antara (a) nama dan alamat, (b)


bagian-bagian alamat, (c) tempat dan tanggal, serta (d)
nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis
berurutan.
Misalnya:

51
1) Sdr. Abdullah, Jalan Kayumanis III/18, Kelurahan
Kayumanis, Kecamatan Matraman, Jakarta 13130
2) Dekan Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia,
Jalan Salemba Raya 6, Jakarta
3) Surabaya, 10 Mei 1960
4) Tokyo, Jepang

h. Tanda koma dipakai untuk memisahkan bagian nama


yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka.
Misalnya:
1) Gunawan, Ilham. 1984. Kamus Politik Internasional.
Jakarta: Restu Agung.
2) Halim, Amran (Ed.) 1976. Politik Bahasa Nasional. Jilid
1. Jakarta: Pusat Bahasa.
3) Tulalessy, D. dkk. 2005. Pengembangan Potensi Wisata
Bahari di Wilayah Indonesia Timur. Ambon: Mutiara
Beta.

i. Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam


catatan kaki atau catatan akhir.
Misalnya:
1) Sutan Takdir Alisjahbana, Tata Bahasa Baru Bahasa
Indonesia, Jilid 2 (Jakarta: Pustaka Rakyat, 1950), hlm.
25.
2) Hadikusuma Hilman, Ensiklopedi Hukum Adat dan
Adat Budaya Indonesia (Bandung: Alumni, 1977), hlm.
12.
3) W.J.S. Poerwadarminta, Bahasa Indonesia untuk Karang-
mengarang (Jogjakarta: UP Indonesia, 1967), hlm. 4.
j. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan singkatan
gelar akademis yang mengikutinya untuk membedakan-
nya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.
Misalnya:
1) B. Ratulangi, S.E.
2) Ny. Khadijah, M.A.
3) Bambang Irawan, M.Hum.

52
4) Siti Aminah, S.H., M.H.
Catatan:
Bandingkan Siti Khadijah, M.A. dengan Siti Khadijah M.A.
(Siti Khadijah Mas Agung).

k. Tanda koma dipakai sebelum angka desimal atau di


antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka.
Misalnya:
1) 12,5 m
2) 27,3 kg
3) Rp500,50
4) Rp750,00

l. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan


tambahan atau keterangan aposisi.
Misalnya:
1) Di daerah kami, misalnya, masih banyak bahan
tambang yang belum diolah.
2) Semua siswa, baik laki-laki maupun perempuan, harus
mengikuti latihan paduan suara.
3) Soekarno, Presiden I RI, merupakan salah seorang
pendiri Gerakan Nonblok.
4) Pejabat yang bertanggung jawab, sebagaimana
dimaksud pada ayat (3), wajib menindaklanjuti laporan
dalam waktu paling lama tujuh hari.
Bandingkan dengan keterangan pewatas yang
pemakaiannya tidak diapit tanda koma!
1) Siswa yang lulus dengan nilai tinggi akan diterima di
perguruan tinggi itu tanpa melalui tes

m. Tanda koma dapat dipakai di belakang keterangan yang


terdapat pada awal kalimat untuk menghindari salah
baca/salah pengertian.
Misalnya:
1) Dalam pengembangan bahasa, kita dapat memanfaatkan
bahasa daerah.

53
2) Atas perhatian Saudara, kami ucapkan terima kasih.
Bandingkan dengan:
1) Dalam pengembangan bahasa kita dapat memanfaatkan
bahasa daerah.
2) Atas perhatian Saudara kami ucapkan terima kasih.

3. Tanda titik Koma (;)


a. Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata
penghubung untuk memisahkan kalimat setara yang
satu dari kalimat setara yang lain di dalam kalimat
majemuk.
Misalnya:
1) Hari sudah malam; anak-anak masih membaca buku.
2) Ayah menyelesaikan pekerjaan; Ibu menulis makalah;
Adik membaca cerita pendek.

b. Tanda titik koma dipakai pada akhir perincian yang


berupa klausa.
Misalnya:
Syarat penerimaan pegawai di lembaga ini adalah
1) berkewarganegaraan Indonesia;
2) berijazah sarjana S-1;
3) berbadan sehat; dan
4) bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia.

c. Tanda titik koma dipakai untuk memisahkan bagian-


bagian pemerincian dalam kalimat yang sudah
menggunakan tanda koma.
Misalnya:
1) Ibu membeli buku, pensil, dan tinta; baju, celana, dan
kaus; pisang, apel, dan jeruk.
2) Agenda rapat ini meliputi
a) pemilihan ketua, sekretaris, dan bendahara;
b) penyusunan anggaran dasar, anggaran rumah
tangga, dan program kerja; dan

54
c) pendataan anggota, dokumentasi, dan aset
organisasi.

4. Tanda Titik Dua (:)


a. Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan
lengkap yang diikuti pemerincian atau penjelasan.
Misalnya:
1) Mereka memerlukan perabot rumah tangga: kursi,
meja, dan lemari.
2) Hanya ada dua pilihan bagi para pejuang
kemerdekaan: hidup atau mati.

b. Tanda titik dua tidak dipakai jika perincian atau


penjelasan itu merupakan pelengkap yang mengakhiri
pernyataan.
Misalnya:
1) Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari.
2) Tahap penelitian yang harus dilakukan meliputi
a) persiapan,
b) pengumpulan data,
c) pengolahan data, dan
d) pelaporan.

c. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan


yang memerlukan pemerian.
Misalnya:
1) Ketua : Ahmad Wijaya
Sekretaris : Siti Aryani
Bendahara : Aulia Arimbi
2) Narasumber : Prof. Dr. Rahmat Effendi
Pemandu : Abdul Gani, M.Hum.
Pencatat : Sri Astuti Amelia, S.Pd.

d. Tanda titik dua dipakai dalam naskah drama sesudah


kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan.
Misalnya:

55
1) Ibu : "Bawa koper ini, Nak!"
Amir : "Baik, Bu."
Ibu : "Jangan lupa, letakkan baik-baik!"

e. Tanda titik dua dipakai di antara (a) jilid atau nomor dan
halaman, (b) surah dan ayat dalam kitab suci, (c) judul
dan anak judul suatu karangan, serta (d) nama kota dan
penerbit dalam daftar pustaka.
Misalnya:
1) Horison, XLIII, No. 8/2008: 8
2) Surah Albaqarah: 2—5
3) Matius 2: 1—3
4) Dari Pemburu ke Terapeutik: Antologi Cerpen Nusantara
5) Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Jakarta: Pusat
Bahasa.

5. Tanda Hubung (-)


a. Tanda hubung dipakai untuk menandai bagian kata
yang terpenggal oleh pergantian baris.
Misalnya:
1) Di samping cara lama, diterapkan juga ca-
ra baru ….
2) Nelayan pesisir itu berhasil membudidayakan rum-
put laut.
3) Kini ada cara yang baru untuk meng-
ukur panas.
4) Parut jenis ini memudahkan kita me-
ngukur kelapa.

b. Tanda hubung dipakai untuk menyambung unsur kata


ulang.
Misalnya:
1) anak-anak
2) berulang-ulang
3) kemerah-merahan
4) mengorek-ngorek

56
c. Tanda hubung dipakai untuk menyambung tanggal,
bulan, dan tahun yang dinyatakan dengan angka atau
menyambung huruf dalam kata yang dieja satu-satu.
Misalnya:
1) 11-11-2013
2) p-a-n-i-t-i-a

d. Tanda hubung dapat dipakai untuk memperjelas


hubungan bagian kata atau ungkapan.
Misalnya:
1) ber-evolusi
2) meng-ukur
3) dua-puluh-lima ribuan (25 x 1.000)
4) 23/25 (dua-puluh-tiga perdua-puluh-lima)
5) mesin hitung-tangan
Bandingkan dengan
1) be-revolusi
2) me-ngukur
3) dua-puluh lima-ribuan (20 x 5.000)
4) 20 3/25 (dua-puluh tiga perdua-puluh-lima)
5) mesin-hitung tangan

e. Tanda hubung dipakai untuk merangkai


1) se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan
huruf kapital (se-Indonesia, se-Jawa Barat);
2) ke- dengan angka (peringkat ke-2);
3) angka dengan –an (tahun 1950-an);
4) kata atau imbuhan dengan singkatan yang berupa
huruf kapital (hari-H, sinar-X, ber-KTP, di-SK-kan);
5) kata dengan kata ganti Tuhan (ciptaan-Nya, atas
rahmat-Mu);
6) huruf dan angka (D-3, S-1, S-2); dan
7) kata ganti -ku, -mu, dan -nya dengan singkatan yang
berupa huruf kapital (KTP-mu, SIM-nya, STNK-ku).
Catatan: Tanda hubung tidak dipakai di antara huruf dan
angka jika angka tersebut melambangkan jumlah huruf.

57
Misalnya:
1) BNP2TKI (Badan Nasional Penempatan dan
Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia)
2) LP3I (Lembaga Pendidikan dan Pengembangan
Profesi Indonesia)
3) P3K (pertolongan pertama pada kecelakaan)

f. Tanda hubung dipakai untuk merangkai unsur bahasa


Indonesia dengan unsur bahasa daerah atau bahasa
asing.
Misalnya:
1) di-sowan-i (bahasa Jawa, 'didatangi')
2) ber-pariban (bahasa Batak, 'bersaudara sepupu')
3) di-back up
4) me-recall
5) pen-tackle-an

g. Tanda hubung digunakan untuk menandai bentuk


terikat yang menjadi objek bahasan.
Misalnya:
1) Kata pasca- berasal dari bahasa Sanskerta.
2) Akhiran -isasi pada kata betonisasi sebaiknya diubah
menjadi pembetonan.

6. Tanda Pisah (—)


a. Tanda pisah dapat dipakai untuk membatasi penyisipan
kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar
bangun kalimat.
Misalnya:
1) Kemerdekaan bangsa itu—saya yakin akan tercapai—
diperjuangkan oleh bangsa itu sendiri.
2) Keberhasilan itu—kita sependapat—dapat dicapai jika
kita mau berusaha keras.

58
b. Tanda pisah dapat dipakai juga untuk menegaskan
adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain.
Misalnya:
1) Soekarno-Hatta—Proklamator Kemerdekaan RI—
diabadikan menjadi nama bandar udara internasional.
2) Rangkaian temuan ini—evolusi, teori kenisbian, dan
pembelahan atom—telah mengubah konsepsi kita
tentang alam semesta.
3) Gerakan Pengutamaan Bahasa Indonesia—amanat
Sumpah Pemuda—harus terus digelorakan.

c. Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan, tanggal,


atau tempat yang berarti 'sampai dengan' atau 'sampai
ke'.
Misalnya:
1) Tahun 2010—2013
2) Tanggal 5—10 April 2013
3) Jakarta—Bandung

7. Tanda Tanya(?)
a. Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.
Misalnya:
1) Kapan Hari Pendidikan Nasional diperingati?
2) Siapa pencipta lagu "Indonesia Raya"?

b. Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk


menyatakan bagian kalimat yang disanksikan atau yang
kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
Misalnya:
a. Monumen Nasional mulai dibangun pada tahun 1961 (?).
b. Di Indonesia terdapat 740 (?) bahasa daerah.

8. Tanda Seru (!)


Tanda seru dipakai untuk mengakhiri ungkapan atau
pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang

59
menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, atau
emosi yang kuat.
Misalnya:
a. Alangkah indahnya taman laut di Bunaken!
b. Mari kita dukung Gerakan Cinta Bahasa Indonesia!
c. Bayarlah pajak tepat pada waktunya!
d. Masa! Dia bersikap seperti itu?
e. Merdeka!

9. Tanda Elipsis (…)


a. Tanda elipsis dipakai untuk menunjukkan bahwa dalam
suatu kalimat atau kutipan ada bagian yang dihilangkan.
Misalnya:
1) Penyebab kemerosotan ... akan diteliti lebih lanjut.
2) Dalam Undang-Undang Dasar 1945 disebutkan
bahwa bahasa negara ialah ....
3) ..., lain lubuk lain ikannya.
Catatan:
1) Tanda elipsis itu didahului dan diikuti dengan spasi.
2) Tanda elipsis pada akhir kalimat diikuti oleh tanda
titik (jumlah titik empat buah).

b. Tanda elipsis dipakai untuk menulis ujaran yang tidak


selesai dalam dialog.
Misalnya:
1) "Menurut saya ... seperti ... bagaimana, Bu?"
2) "Jadi, simpulannya ... oh, sudah saatnya istirahat."
Catatan:
1) Tanda elipsis itu didahului dan diikuti dengan spasi.
2) Tanda elipsis pada akhir kalimat diikuti oleh tanda
titik (jumlah titik empat buah).

10. Tanda Petik (“…”)


a. Tanda petik dipakai untuk mengapit petikan langsung
yang berasal dari pembicaraan, naskah, atau bahan
tertulis lain.

60
Misalnya:
1) "Merdeka atau mati!" seru Bung Tomo dalam
pidatonya.
2) "Kerjakan tugas ini sekarang!" perintah atasannya.
"Besok akan dibahas dalam rapat."
3) Menurut Pasal 31 Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, "Setiap warga negara
berhak memperoleh pendidikan."

b. Tanda petik dipakai untuk mengapit judul sajak, lagu,


film, sinetron, artikel, naskah, atau bab buku yang
dipakai dalam kalimat.
Misalnya:
1) Sajak "Pahlawanku" terdapat pada halaman 125 buku
itu.
2) Marilah kita menyanyikan lagu "Maju Tak Gentar"!
3) Film "Ainun dan Habibie" merupakan kisah nyata
yang diangkat dari sebuah novel.
4) Saya sedang membaca "Peningkatan Mutu Daya
Ungkap Bahasa Indonesia" dalam buku Bahasa
Indonesia Menuju Masyarakat Madani.
5) Makalah "Pembentukan Insan Cerdas Kompetitif"
menarik perhatian peserta seminar.
6) Perhatikan "Pemakaian Tanda Baca" dalam buku
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan.

c. Tanda petik dipakai untuk mengapit istilah ilmiah yang


kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus.
Misalnya:
1) "Tetikus" komputer ini sudah tidak berfungsi.
2) Dilarang memberikan "amplop" kepada petugas!

11. Tanda Petik tunggal („…‟)


a. Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit petikan
yang terdapat dalam petikan lain.

61
Misalnya:
1) Tanya dia, "Kaudengar bunyi 'kring-kring' tadi?"
2) "Kudengar teriak anakku, 'Ibu, Bapak pulang!', dan
rasa letihku lenyap seketika,"ujar Pak Hamdan.
3) "Kita bangga karena lagu 'Indonesia Raya'
berkumandang di arena olimpiade itu," kata Ketua
KONI.

b. Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit makna,


terjemahan, atau penjelasan kata atau ungkapan.
Misalnya:
1) tergugat 'yang digugat'
2) retina 'dinding mata sebelah dalam'
3) noken 'tas khas Papua'
4) tadulako 'panglima'
5) marsiadap ari 'saling bantu'
6) tuah sakato 'sepakat demi manfaat bersama'
7) policy 'kebijakan'
8) wisdom 'kebijaksanaan'
9) money politics 'politik uang'

12. Tanda Kurung ((…))


a. Tanda kurung dipakai untuk mengapit tambahan
keterangan atau penjelasan.
Misalnya:
1) Dia memperpanjang surat izin mengemudi (SIM).
2) Warga baru itu belum memiliki KTP (kartu tanda
penduduk).
3) Lokakarya (workshop) itu diadakan di Manado.

b. Tanda kurung dipakai untuk mengapit keterangan atau


penjelasan yang bukan bagian utama kalimat.
Misalnya:
1) Sajak Tranggono yang berjudul "Ubud" (nama tempat
yang terkenal di Bali) ditulis pada tahun 1962.

62
2) Keterangan itu (lihat Tabel 10) menunjukkan arus
perkembangan baru pasar dalam negeri.

c. Tanda kurung dipakai untuk mengapit huruf atau kata


yang keberadaannya di dalam teks dapat dimunculkan
atau dihilangkan.
Misalnya:
1) Dia berangkat ke kantor selalu menaiki (bus)
Transjakarta.
2) Pesepak bola kenamaan itu berasal dari (Kota)
Padang.

d. Tanda kurung dipakai untuk mengapit huruf atau angka


yang digunakan sebagai penanda pemerincian.
Misalnya:
1) Faktor produksi menyangkut (a) bahan baku, (b)
biaya produksi, dan (c) tenaga kerja.
2) Dia harus melengkapi berkas lamarannya dengan
melampirkan
(a) akta kelahiran,
(b) ijazah terakhir, dan
(c) surat keterangan kesehatan.

13. Tanda Kurung Siku ([…])


a. Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit huruf, kata,
atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan atas
kesalahan atau kekurangan di dalam naskah asli yang
ditulis orang lain.
Misalnya:
1) Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.
2) Penggunaan bahasa dalam karya ilmiah harus sesuai
[dengan] kaidah bahasa Indonesia.
3) Ulang tahun [Proklamasi Kemerdekaan] Republik
Indonesia dirayakan secara khidmat.

63
b. Tanda kurung siku dipakai untuk mengapit keterangan
dalam kalimat penjelas yang terdapat dalam tanda
kurung.
Misalnya:
1) Persamaan kedua proses itu (perbedaannya
dibicarakan di dalam Bab II [lihat halaman 35-38])
perlu dibentangkan di sini.

14. Tanda Garis Miring (/)


a. Tanda garis miring dipakai dalam nomor surat, nomor
pada alamat, dan penandaan masa satu tahun yang
terbagi dalam dua tahun takwim.
Misalnya:
1) ajaran 2012/2013

b. Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata dan,


atau, serta setiap.
Misalnya:
1) mahasiswa/mahasiswi 'mahasiswa dan mahasiswi'
2) dikirimkan lewat darat/laut 'dikirimkan lewat darat
atau lewat laut'
3) buku dan/atau majalah 'buku dan majalah atau buku
atau majalah'
4) harganya Rp1.500,00/lembar 'harganya Rp1.500,00
setiap lembar'

c. Tanda garis miring dipakai untuk mengapit huruf, kata,


atau kelompok kata sebagai koreksi atau pengurangan
atas kesalahan atau kelebihan di dalam naskah asli yang
ditulis orang lain.
Misalnya:
1) Buku Pengantar Ling/g/uistik karya Verhaar dicetak
beberapa kali.
2) Asmara/n/dana merupakan salah satu tembang
macapat budaya Jawa.
3) Dia sedang menyelesaikan /h/utangnya di bank.

64
15. Tanda Penyingkat atau Apostrof („)
Tanda penyingkat atau apostrof dipakai untuk
menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka
tahun dalam konteks tertentu.
Misalnya:
a. Dia 'kan kusurati. ('kan = akan)
b. Mereka sudah datang, 'kan? ('kan = bukan)
c. Malam 'lah tiba. ('lah = telah)
d. 5-2-'13 ('13 = 2013)

Tugas dan latihan


1. Carilah satu karya tulis ilmiah dan analisislah kesalahan
pemakaian huruf dalam dengan Teman kelompok anda!
2. Carilah satu karya tulis ilmiah dan analisislah Kesalahan
penulisan kata dalam dengan teman kelompok!
3. Carilah satu karya tulis ilmiah dan Analisislah kesalahan
penggunaan tanda baca dengan teman kelompok!

65
BAB III
DIKSI DALAM KARYA TULIS ILMIAH

KEMAMPUAN AKHIR TAHAP PEMBELAJARAN (KATP)


Setelah mempelajari materi pada bab ini, maka diharapkan
mahasiswa mampu :
 Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami pengertian diksi,
peranan diksi dan penggunaan diksi dalam karya tulis ilmiah.
 Mahasiswa mampu menentukan diksi yang tepat dalam membuat
tulisan khususnya karya tulis ilmiah

A. Pengertian Diksi
Diksi dalam kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
diartikan sebagai pilihan kata yang tepat dalam penggunaan
bahasa untuk mengungkapkan gagasan sesuai dengan apa
yang diharapkan oleh penutur. Pemilihan kata yang tepat,
cermat dan benar dapat menghindarkan pembaca atau
pendengar dari salah penafsiran. Selain itu, pemilihan kata juga
berdampak pada nilai rasa yang dimiliki pembaca atau
pendengar, karena diksi digunakan untuk mewakili pikiran
dan perasaan yang dinyatakan dalam kalimat.
Keraf (2008: 24) mengemukakan tiga kesimpulan utama
mengenai diksi, yaitu (1) pemilihan kata atau diksi mencakup
pengertian kata-kata mana yang akan dipakai untuk
menyampaikan suatu gagasan, (2) bagaimana membentuk
pengelompokan kata-kata yang tepat atau menggunakan
ungkapan-ungkapan yang tepat, (3) gaya mana yang paling
baik digunakan dalam situasi. Berdasarkan pendapat tersebut
maka dapat disimpulkan bahwa diksi adalah kemampuan
membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna dari gagasan
yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan
bentuk yang sesuai (cocok) dengan situasi dan nilai rasa yang
dimiliki kelompok masyarakat pendengar. Pilihan kata yang
tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasaan
sejumlah besar kosakata atau perbendaharaan kata bahasa itu.
Sedangkan yang dimaksud perbendaharaan kata atau kosakata

66
suatu bahasa adalah keseluruhan kata yang dimiliki oleh
sebuah bahasa.
Penggunaan kosakata yang baik bukan hanya ditinjau
pada ketepatan dan kecocokan pemilihan kata, namun efisiensi
penggunaan kata juga perlu diperhatikan. Penggunaan
kosakata yang berlebihan dapat mengakibatkan informasi yang
tidak jelas. Dalam bahasa tulis khususnya dalam karya ilmiah
penggunaan kosakata yang berlebihan perlu dihindari. Hal
tersebut dapat mengakibatkan informasi dalam karya tulis sulit
dipahami dan ambigu atau menimbulkan penafsiran ganda.
Selain itu penggunaan kosakata dalam karya ilmiah harus
bersifat informatif oleh karena itu diksi dalam karya ilmiah
harus singkat, padat dan jelas. Kesalahan dalam menggunakan
kosakata dalam karya ilmiah dapat mengurangi nilai
keilmiahan suatu karya tulis. Dari pernyataan tersebut maka
dalam pemilihan kata pada bahasa tulis harus disesuaikan
dengan genre tulisan yang dibuat.

B. Peranan Diksi dalam Karya Ilmiah


Secara umum diksi sebagai sarana komunikasi berfungsi
agar penggunaan kata dan cara penyampaian dilakukan
dengan tepat sehingga informasi yang disampaikan sesuai
dengan yang diinginkan. Selain untuk menyampaikan
informasi diksi pada karya tulis non ilmiah berfungsi untuk
memperindah bahasa, misalnya pada narasi cerita pendek atau
novel penggunaan diksi dapat memberikan efek imajinatif yang
dapat memunculkan emosional pembaca dalam sebuah cerita.
Berbeda halnya dengan diksi yang digunakan pada karya
ilmiah, diksi dalam karya ilmiah menghindari penggunaan kata
yang bersifat imajinatif atau bersifat emosional. Penggunaan
diksi yang bersifat emosional dapat mengakibatkan karya tulis
ilmiah tidak bersifat objektif.
Fungsi diksi dalam karya ilmiah digunakan untuk
menyampaikan gagasan atau konsep pemikiran ilmiah, atau
menjawab suatu permasalahan secara ilmiah. Adapun fungsi
diksi dalam karya ilmiah sebagai berikut.

67
1. Melambangkan gagasan yang diekspresikan secara verbal.
Diksi memiliki fungsi untuk melambangkan gagasan
secara verbal. Dalam karya ilmiah gagasan atau temuan
perlu disebar luaskan oleh pembaca sebagai sumber
pengetahuan dan pengembangan ilmu pengetahuan.

2. Menjadikan sebuah tulisan mudah dipahami secara empiris


Penggunaan diksi yang tepat dan cermat dapat
menjadikan suatu tulisan mudah dipahami. Penggunaan
diksi dalam karya ilmiah selain harus mudah dipahami
pembaca juga harus bersifat empiris atau dapat dibuktikan
kebenarannya.

3. Membuat gagasan yang tepat dan faktual


Penggunaan diksi yang tepat dalam karya ilmiah
dapat mewakili gagasan penulis dalam menyampaikan
informasi secara benar dan faktual. Misalnya pada kalimat
(1) ― Anton mendapatkan keuntungan banyak sekali‖ dan
kalimat (2) ―Anton mendapat keuntungan sebanyak 5 juta‖.
Pada kalimat 1 dalam penggunaan diksi banyak sekali
tidak mencerminkan informasi yang bersifat faktual, karena
tidak menerangkan informasi yang jelas dan terukur.
Penggunaan diksi yang tepat untuk menyampaikan
informasi jumlah yaitu dengan menyebutkan nominal yang
tepat dan terukur sehingga secara ilmiah informasi yang
disampaikan benar sesuai dengan fakta.

4. Membuat Sebuah Tulisan Sarat Makna/ informatif.


Penggunaan diksi dalam suatu tulisan pada
hakikatnya untuk menyampaikan suatu makna bahasa,
namun makna yang disampaikan dalam karya ilmiah harus
bersifat informatif atau sarat makna. Penggunaan kata yang
informatif biasanya lebih banyak menggunakan kata
nomina dibandingkan kata verba atau adjektiva. Misalnya
pada kata adjektiva (sifat) Terukur dan kata Verba (kerja)
mengukur,akan menjadi informatif dan sarat makna jika kata

68
tersebut dinominalisasikan menjadi nomina (benda)
pengukuran. Kata nomina pengukuran menjadi lebih sarat
makna karena didalamnya bermakna proses yang
mencakup makna sifat terukur, kerja kerja mengukur, dikukur.

5. Menghindari Adanya Penafsiran Ganda atau Salah


Informasi.
Pemilihan kata dalam karya ilmiah menghindari
penggunaan kata-kata yang bersifat ambigu atau
menimbulkan penafsiran ganda. Penyebab suatu kalimat
bersifat ambigu dikarenakan susunan kata yang kurang
jelas. Misalnya pada kalimat ―Buku Andi dibawa Tika,
memiliki dua makna yaitu ―Buku yang dimiliki Andi
dibawa oleh Tika, dan “Buku yang dimiliki Andi sengaja
dibawa Tika‖. Selain itu faktor sebuah kalimat bersifat
ambigu juga akibat penggunaan kata yang bersifat
homonimi. Kata yang bersifat homonimi dapat
mengakibatkan ambiguitas karena dari segi tulisan dan
pelafalannya memiliki kesamaan. Misalnya pada kata tahu
memiliki dua makna yakni tahu yang diartikan makanan dan
tahu yang bermakna sifat. Berdasarkan hal tersebut maka
pemilihan kata yang tepat dan sesuai dapat menghindari
dari kesalahan penafsiran.

6. Menjadikan Tulisan Efektif


Karya tulis yang baik tentunya harus menggunakan
kalimat yang efektif. Kalimat efektif adalah kalimat yang
memenuhi kriteria jelas, sesuai dengan kaidah, ringkas, dan
enak dibaca. Untuk menjadikan sebuah kalimat yang efektif
tentu didukung dengan pemilihan diksi yang tepat dan
tidak berlebih-lebihan.

C. Penggunaan Diksi dalam Ragam Ilmiah


Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan
kata dalam ragam ilmiah antara lain sebagai berikut

69
1. Pemilihan Kata yang Sesuai Kaidah Kelompok Kata
Pemilihan kata atau diksi yang baik sesuai dengan kaidah
kelompok kata memperhatikan pilihan kata secara tepat, lazim
dan cermat.
a. Tepat
Pemilihan kata yang tepat perlu memperhatikan
kategori kelompok kata. Misalnya kata buas bersinonim
dengan kata galak. Namun pada kata buas makna kata
tersebut berciri utama nomina binatang buas seperti
harimau, srigala, ular dsb. Kategori kata tersebut tidak
tepat jika digunakan untuk menggantikan nomina orang
misalnya ―Anton adalah orang yang buas‖. Kalimat
tersebut secara struktur sintaksis benar, tetapi secara
kaidah makna atau secara semantik tidak tepat.

b. Lazim
Penggunaan kata yang lazim adalah kata yang
sudah umum atau istilah yang sering digunakan.
Penggunaan kata-kata yang lazim biasanya disesuaikan
dengan bidang ilmu atau bidang profesi tertentu.
Misalnya pada kata operasi lazim digunakan pada bidang
kedokteran, tetapi kata tersebut juga dapat digunakan
dalam bidang kepolisian “operasi lalu lintas”. Meskipun
kata-kata tersebut dapat digunakan untuk menggantikan
kata-kata yang tidak lazim digunakan namun kata
tersebut bukan mengacu pada makna sebenarnya.

c. Cermat
Kecermatan dalam memilih kata berkaitan dengan
efisiensi penggunaan kata sesuai dengan yang
dibutuhkan. Penggunaan kata yang berlebih-lebihan
menjadikan suatu kalimat tidak efektif, sedangkan dalam
karya ilmiah penggunaan kata yang berbelit-belit
menjadikan sebuah gagasan tidak terstruktur. Misalnya
pada contoh kalimat berikut ―Para anak-anak telah
masuk di ruang kelas‖. Kalimat tersebut tidak efektif

70
karena menggunakan kata para dan anak-anak secara
bersamaan. Kata anak-anak sudah bermakna jamak yang
bermakna banyak anak sehingga terjadi pemborosan kata
jika menambahkan kata para.

2. Menggunakan Kata-Kata dan Istilah Baku


Penggunaan kata-kata dalam karya ilmiah
menggunakan ragam bahasa ilmiah atau ragam bahasa
baku. Untuk dapat menggunakan kata-kata yang baku
dapat merujuk pada pedoman kata baku dan tidak baku
yang berlaku. Ciri-ciri kata-kata baku antara lain, (1) tidak
dipengaruhi oleh bahasa asing atau bahasa daerah, (2)tidak
merupakan ragam bahasa percakapan, (3) pemakaian yang
sesuai dengan konteks kalimat, (4) tidak rancu, (5)
pemakaian imbuhan secara eksplisit. Kesalahan dalam
penggunaan kata baku bisanya dikarenakan kata-kata
tersebut telah sering digunakan meskipun kata-kata tersebut
salah. Berikut beberapa contoh kata yang sering dikacaukan
Tidak Baku Baku
Tehnik teknik
Hakekat hakikat
Sistim sistem
Personil personal

3. Membedakan Secara Cermat Makna Denotasi dan


Konotasi
Hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan kata
dalam karya ilmiah adalah dengan memperhatikan kata
yang bermakna denotasi dan konotasi. Makna denotasi
adalah makna sebenarnya yang memiliki referensial. Makna
denotatif disebut juga makna konseptual atau makna
kognitif, karena makna tersebut memiliki acuan langsung
yang dapat diindera oleh penglihatan, pendengaran, perasa
atau pengalaman lainnya.
Misalnya kata berlari yang bermakna melakukan
aktivitas dengan menggerakkan bagian tubuh atau kaki

71
dengan cepat agar dapat bertolak ke suatu tempat. Makna
denotatif menyangkut makna yang memuat informasi-
informasi secara faktual. Sedangkan makna konotatif adalah
makna yang bukan sebenarnya atau makna tambahan yang
memiliki nilai rasa misalnya pada kata putih bisa bermakna
suci, bersih, tulus namun juga dapat bermakna putih dalam
artian warna.

4. Memperhatikan Kata-Kata yang Bersinonim


Sinonim adalah kata yang maknanya memiliki
kesamaan atau kemiripan dengan kata lain. Penggunaan
sinonim yang tidak tepat dapat memuat informasi menjadi
rancu. Penggunaan kata yang bersinonim harus disesuaikan
dengan objek atau konsep yang tepat.
Dalam penggunaannya ada kata-kata yang dapat
melambangkan beberapa makna dalam konsep yang
berbeda, namun ada kata-kata yang hanya melambangkan
satu makna untuk satu konsep. Contohnya pada kata
penonton dan pemirsa, secara makna kedua kata tersebut
memiliki makna yang sama yaitu audiens atau orang yang
menyaksikan suatu tontonan. Pada kata penonton
penggunanya harus digunakan dalam konsep menyaksikan
pertunjukan, misalnya pada kalimat ―penonton pertandinag
di lapangan‖,tidak dapat digantikan kata ―pemirsa
pertandingan dilapangan. Sedangkan kata permirsa hanya
lazim digunakan untuk konsep menyaksikan televisi
misalnya pada kalimat “Pemirsa di mana pun kalian berada
yang sedang menyaksikan tayangan ini…”, kata pemirsa dapat
digantikan kata penonton.

5. Memperhatikan Kata Umum dan Khusus


Penggunaan kata umum dan kata khusus perlu
diperhatikan dalam pemilihan kata pada karya ilmiah. Kata
umum adalah kata-kata yang memiliki cakupan lebih luas.
Kata-kata yang tergolong kata umum disebut dengan
hipernim. Sedangkan kata khusus adalah kata-kata yang

72
bersifat lebih konkret atau mengarah pada konteks yang
khusus, misalnya pada kata melirik, mengeok, memperhatikan
merupakan kata-kata khusus dari kata umum melihat.

6. Menghindari Penggunaan Ungkapan Jargon.


Jargon diartikan sebagai sandi atau ungkapan rahasia
tertentu yang digunakan sekelompok orang dalam bidang,
profesi dan kelompok tertentu. Ungkapan jargon dapat
berbentuk istilah atau akronim dan hanya dimengerti oleh
kalangan tertentu, untuk itu jargon tidak dapat digunakan
dalam karya ilmiah

7. Menghindari Kata-Kata Emotif


Pemilihan kata dalam karya ilmiah perlu
menghindari penggunaan kata-kata yang bersifat emotif.
Penggunaan kata-kata bersifat emosional seperti ungkapan
khekawatiran, antusias, marah, puas, bangga dsb. Dapat
menjadikan tulisan tidak ilmiah dari segi objektifitas.
Penulis dalam membuat gagasan tidak dapat melibatkan
unsur emosional dalam suatu tulisan. Berbeda dengan karya
non ilmiah seperti cerita pendek atau puisi, penulis dapat
melibatkan emosional dalam pemilihan diksi sesuai dengan
suasana hati penulis.

8. Menggunakan Kata Secara Konsisten


Karya ilmiah merupakan tulisan yang tersusun secara
sistematis, oleh karena itu penggunaan kata-kata dalam
karya ilmiah harus dilakukan dengan konsisten. Konsistensi
penggunaan kata-kata dalam karya ilmiah menjadikan
sebuah tulisan terstruktur dan runtut.

73
Tugas dan Latihan
1. Apakah pengertian ―diksi‖?
2. Sebutkan dan jelaskan ciri-ciri penggunaan kata yang baik
dalam bahasa tulis!
3. Sebutkan fungsi diksi dalam karya ilmiah!
4. Apa dampak jika kurang tepat dalam pemilihan kata atau
diksi pada bahasa tulis?
5. Hal-Hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam menentu-
kan diksi dalam karya ilmiah?

74
BAB IV
PENGGUNAAN KALIMAT DALAM KARYA ILMIAH

KEMAMPUAN AKHIR TAHAP PEMBELAJARAN (KATP)


Setelah mempelajari materi pada bab ini, maka diharapkan
mahasiswa mampu :

 Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami pengertian


kalimat, struktur kalimat.
 Mahasiswa mampu membedakan jenis-jenis kalimat
 Mahasiswa mampu menyusun kalimat efektif dalam sebuah
tulisan ilmiah.
A. Struktur kalimat
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil untuk menyatakan
pemikiran secara utuh. Kalimat dapat berupa kelompok kata
dan dapat pula hanya terdiri satu kata misalnya ―Diam!”. Ada
beberapa ciri kalimat antara lain.
1. Dalam bahasa lisan kalimat diawali dengan intonasi awal
dan ditutup dengan intonasi akhir, sedangkan dalam bahasa
tulis kalimat diawali dengan huruf kapital dan diakhiri
dengan tanda baca seperti titik (.), tanda Tanya(?) tanda seru
(!)
2. Kalimat sekurang-kurangnya memiliki dua unsur yaitu
subjek (S) dan predikat (P)
3. Kalimat menyatakan satu pemikiran atau gagasan yang
utuh
4. Menggunakan urutan yang sistematis pada setiap kata atau
kelompok kata yang menduduku fungsi subjek (S), predikat
(P), objek (O), keterangan (Ket)
5. Menyatakan satu makna, informasi dan ide yang jelas
6. Kalimat dalam paragraf yang terdiri dari beberapa kalimat
tersusun dalam satu kesatuan makna yang padu.

Setelah memahami pengertian dan ciri-ciri kalimat, maka


dalam menyusun kata menjadi kalimat perlu memahami
struktur kalimat dan fungsinya. Dalam sebuah kalimat yang
utuh diisi oleh unsur-unsur pembentuk kalimat, unsur-unsur

75
tersebut menduduki fungsinya masing-masing sehingga
membentuk satu kesatuan makna. Unsur-unsur inti sebuah
kalimat adalah Subjek (S), Predikat (P), Objek(O) , Keterangan
(Ket), dan Pelengkap (Pel)
1. Subjek (S)
Subjek merupakan unsur yang berfungsi sebagai
pusat pembicaraan dalam kalimat. Subjek dalam kalimat
dapat berbentuk kelompok kata atau frasa nomina. Subjek
memiliki peran sangat penting dalam menentukan kejelasan
makna, oleh karena itu apabila salah dalam penempatan
subjek dapat mengacaukan makna dalam kalimat. Unsur
subjek dalam kalimat memiliki fungsi: (1) untuk membentuk
kalimat dasar, kalimat luas, kalimat tunggal, dan kalimat
majemuk, (2) untuk memperjelas informasi makna atau
gagasan, (3) sebagai pusat pembahasan, (4) untuk
mempertegas makna, (5) membentuk kesatuan gagasan atau
pikiran.

2. Predikat (P)
Predikat merupakan unsur yang berfungsi untuk
menerangkan subjek (S). Predikat juga termasuk unsur inti
dalam kalimat. Unsur predikat dalam sebuah kalimat
umumnya berupa kata kerja (verba) misalnya menulis,
meneliti, menemukan dsb. Unsur predikat dapat pula dalam
bentuk frasa verba misalnya sedang menulis, sedang meneliti
dsb. Meskipun kebanyakan unsur predikat adalah bentuk
kata kerja namun tidak menutup kemungkinan unsur
predikat dapat berupa kata benda (nomina), kata sifat
(adjektiva). Untuk mengetahui sebuah unsur kalimat
termasuk kategori predikat maka dapat melihat ciri-ciri
berikut.
a. Predikat umumnya berupa suatu jawaban atas
pernyataan mengapa (melakukan apa), bagaimana, dan
apa.
Contoh ―Anton sedang meneliti‖

76
Unsur predikat dalam kalimat tersebut adalah sedang
meneliti, karena merupakan suatu jawaban atas
pertanyaan apa yang dilakukan oleh Anton?

b. Unsur predikat memberikan keterangan tentang subjek


Contoh : Peserta seminar bersal dari berbagai
kampus di Indonesia
c. Unsur predikat adakalanya menggunakan partikel –lah.
Contoh : “Balilah kota yang paling banyak diminati
wisatawan“
d. Unsur predikat lebih banyak berdistribusi di belakang
subjek.

3. Objek (O) dan keterangan (Ket)


Unsur objek dan unsur keterangan adalah unsur
kalimat untuk menerangkan unsur predikat . Unsur Objek
dan unsur keterangan dalam sebuah kalimat umumnya
terletak dibelakang predikat (P). Objek dan keterangan
memiliki fungsi yang sama yaitu untuk menerangkan unsur
predikat dalam sebuah kalimat. Karena kedua unsur
tersebut memiliki fungsi yang sama keduanya sering
dikaburkan dan dianggap sama padahal kedua unsur
tersebut berbeda. Perbedaan antara objek dan keterangan
akan tampak ketika unsur tersebut digunakan dalam
kalimat pasif. Unsur objek dapat menjadi subjek pada
kalimat pasif sedangkan unsur pelengkap tidak dapat
menjadi subjek pada kalimat pasif.
Unsur objek dan predikat dalam sebuah kalimat
secara fungsi tidak dapat dipisahkan. Berbeda dengan unsur
keterangan dalam sebuah kalimat tidak mesti bersamaan
kehadiranya dengan predikat. Unsur keterangan dalam
kalimat dapat terletak di depan atau di belakang predikat.
Antara unsur keterangan dan predikat dapat disisipi fungsi
lain.

77
Berikut beberapa contoh kalimat yang memiliki unsur
objek.
a. Beni memanjat pohon besar di belakang rumah
b. Maya membeli buah-buahan di pasar Mardika
c. Doni mendengar suara yang mengerikan dari kamar itu

Unsur objek pada kalimat di atas pohon besar, buah


buahan, suara yang mengerikan. Unsur objek tersebut tidak
dapat dipisahkan dengan unsur predikat dan harus berada
di belakang predikat. Sedangkan unsur keterangan (ket) di
belakang rumah, di pasar, di kamar sebagai unsur keterangan
dapat berpindah posisi tanpa mengubah makna dalam
kalimat. Hal tersebut dapat dilihat pada contoh berikut
a. Di belakang rumah , Beni memanjat pohon besar
b. Di pasar Mardika, Maya membeli buah-buahan.
c. Dari kamar itu, Doni mendengarkan suara yang
mengerikan.

Unsur keterangan terbagi menjadi berbagai jenis,


berikut ini beberapa jenis keterangan.
a. Keterangan Waktu,
keterangan waktu biasanya menunjukkan
keterangan terjadinya suatu peristiwa, misalnya kemarin,
sebentar malam, pada hari senin dsb.

b. Keterangan Tempat
Keterangan tempat biasanya menunjukkan pada
lokasi atau peristiwa terjadi, misalnya di pasar, ke sekolah,
ke kampus, dari rumah.

c. Keterangan Tujuan
Keterangan tujuan biasanya dinyatakan dalam
bentuk preposisi, bagi, guna, untuk, buat.

78
d. Keterangan Cara
Keterangan cara digunakan untuk menunjukkan
keterangan atau penjelasan tentang suatu yang
dilakukan, contoh “kami melakukan wawancara langsung”
e. Keterangan Penyerta
Keterangan penyerta dalam kalimat biasanya
berfungsi untuk menerangkan bersama siapa/apa, dan
tanpa siapa/apa. Dalam sebuah kalimat keterangan
penyerta subjeknya ditandai dengan melakukan
perbuatan atau aktivitas. Kata yang digunakan sebagai
keterangan penyerta, yaitu bersama, dengan, beserta, tanpa
dan berikut.

f. Keterangan Alat
Keterangan alat biasanya berfungsi untuk
menerangkan adanya penggunaan alat dalam suatu
peristiwa atau kegiatan. Dalam sebuah kalimat,
keterangan alat dapat dinyatakan dengan menggunakan
kata dengan menggunakan, mengguakan, atau dengan.

g. Keterangan Sebab
Keterangan sebab biasanya diungkapkan dalam
bentuk frasa dengan preposoisi karena atau sebab.

h. Keterangan saling
Ketrangan saling diungkapkan dengan
menggunakan frasa satu sama lain

i. Keterangan similatif
Keterangan similatif digunakan untuk menyatakan
suatu kata perbandingan. Dimana keterangan ini
membandingkan suatu kejadian, peristiwa atau
perbuatan. Kata keterangan similatif biasanya
menggunakan kata seperti bagai, bagaikan, seperti,dsb.

79
4. Pelengkap(Pel)
Pelengkap sering disebut dengan komplemen. Seperti
halnya unsur objek dan unsur keterangan, unsur pelengkap
berfungsi untuk menerangkan predikat yang dilengkapinya.
Ciri-ciri pelengkap adalah sebagai berikut.
a. Unsur Pelengkap tidak dapat diubah menjadi subjek
Pada pembahasan sebelumnya telah diulas bahwa
unsur objek dapat berubah menjadi unsur subjek jika
kalimat diubah menjadi pasif, maka dalam hal ini objek
pelengkap tidak dapat diubah menjadi unsur subjek
meskipun kalimatnya telah diubah menjadi pasif.
Perhatikan contoh berikut.
 Polisi menembak pencuri sepeda motor ketika
melarikan diri
Objek dapat berubah menjadi unsur subjek jika
kalimat yang memuat objek tersebut diubah menjadi
kalimat pasif. Berbeda dengan pelengkap tidak dapat
diubah menjadi subjek meskipun kalimatnya diubah
menjadi pasif. Perhatikan contoh berikut
 ketika melarikan diri, pencuri sepeda motor
ditembak oleh polisi
 ketika melarikan diri, sepeda motor ditembak
pencuri oleh polisi

b. Pelengkap dapat Berupa Nomina, Frasa, atau Klausa


Dalam sebuah kalimat unsur pelengkap dapat
berupa nomina, frasa atau klausa. Cermati contoh
berikut
 Polisi mengidentifikasi pencuri sepeda motor
Pada contoh kalimat diatas, terdapat dua nomina
yaitu pencuri dan sepeda motor. Untuk mengidentifikasi
nomina manakah yang termasuk unsur pelengkap, maka
harus ditentukan nomina manakah yang dapat berfungsi
alih sebagai subjek ketika kalimat tersebut diubah
menjadi kalimat pasif. Apabila nomina dalam kalimat
tersebut dapat berperan sebagai subjek pada kalimat

80
pasif maka nomina tersebut tergolong sebagai objek dan
nomina yang tidak dapat berperan sebagai subjek maka
tergolong sebagai pelengkap.

Cermati contoh berikut


 Pencuri sepeda motor diidentifikasi oleh polisi
(nomina pencuri sebgai subjek)
 Sepeda motor diidentifikasi pencuri oleh polisi
(nomina sepeda motor sebagai subjek)

Pada contoh kalimat di atas tampak bahwa


nomina sepeda motor tidak dapat difungsikan sebagai
subjek dalam kalimat pasif, maka dapat disimpulkan
nomina sepeda motor dalam kalimat di atas adalah unsur
pelengkap.

c. Posisi pelengkap di belakang predikat


Letak unsur pelengkap dalam sebuah kalimat
dapat berubah-ubah. Pelengkap dapat terletak tepat
dibelakang predikat dan dapat pula di belakang objek
apabila kalimat memiliki unsur objek.
Contoh
 Mahasiswa /melakukan demo /kenaikan harga BBM
(S+P+Pel)
 Pemerintah /memberikan/ rakyat miskin/bantuan
langsung tunai (S+P+O+Pel)

B. Ragam Kalimat
Jenis kalimat dapat klasifikasikan berdasarkan beberapa
aspek, yaitu sebgai berikut.
1. Jenis Kalimat Berdasarkan Bentuknya
Berdasarkan bentuknya terdapat dua jenis kalimat
yaitu kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Kalimat
tunggal adalah kalimat yang tersusun oleh struktur yang
sederhana. Struktur kalimat tunggal hanya terdiri dari satu
klausa atau hanya terdiri dari satu susunan subjek (S) dan

81
predikat (P). Sedangkan kalimat majemuk adalah kalimat
yang terdiri dari dua klausa atau lebih. Kalimat majemuk
terbagi menjadi dua macam yaitu kalimat majemuk setara
dan kalimat majemuk bertingkat.
2. Jenis Kalimat Berdasarkan Fungsi Subjek
Berdasarkan fungsi subjek, kalimat dibedakan
menjadi dua yaitu kalimat aktif dan kalimat pasif. Kalimat
aktif adalah kalimat yang subjeknya melakukan tindakan
atau melakukan perbuatan. Sedangkan kalimat pasif
kebalikanya dengan kalimat pasif yaitu kalimat yang unsur
subjeknya dikenai tindakan atau perbuatan.
Contoh :
a. Peneliti melakukan penelitain di pasar.(aktif)
b. Penelitian dilakukan di pasar (pasif)

3. Jenis Kalimat Berdasarkan Makna


Berdasarkan maknanya kalimat dibedakan menjadi
lima kelompok yakni kalimat berita, kalimat perintah,
kalimat Tanya, kalimat seru dan kalimat emafatik.
a. Kalimat berita adalah kalimat yang isinya
memberitahukan informasi kepada pembaca.
Contoh : ―Minat baca siswa sangat rendah”.

b. Kalimat perintah adalah kalimat yang isinya


memberikan informasi untuk membuat pendengar atau
pembaca melakukan sesuatu yang sesuai dengan
informasi.
Contoh : “Cermatilah pernyataan berikut!”
c. Kalimat tanya adalah kalimat yang tujuanya untuk
menanyakan suatu hal kepada pembaca atau pendengar.
Contoh :‖Bagaimana pengaruh label halal terhadap
penjualan?”
d. Kalimat seru adalah kalimat yang isinya memberikan
ungkapan penegasan. Dalam karya ilmiah kalimat seru
dihindari dalam penggunaannya karna melibatkan

82
perasaan atau ekpresi, seperti kekaguman, kebahagiaan,
kesedihan, kemarahan, kebingungan, ketakutan.
Contoh “sungguh meruginya para nelayan”

e. Kalimat emafatik
Kalimat emafatik adalah kalimat yang berisi penegasan
khusu kepada subjek suatu kalimat. Pada umumnya
penegasan pada kalimat emafatik dengan menambahkan
akhiran –lah dan kemudian diikuti dengan kata yang,
sehingga subjek dalam kalimat menjadi lebih tegas
dibandingkan dengan unsur kalimat lainya.
Contoh “Dialah yang selalu aku tunggu-tunggu”

4. Jenis Kalimat Berdasarkan Tata Bahasa Modern


Berdasarkan tata bahasa modern kalimat dibedakan
menjadi dua yaitu kalimat mayor dan kalimat minor.
a. Kalimat minor adalah kalimat yang mengandung satu
unsur pusat atau inti.
Contoh kalimat minot: pergi!, pulang!, Kenapa?.
b. Kalimat mayor adalah kalimat yang sekurang-kurangnya
mengandung dua unsur pusat atau inti.
Contoh kalimat mayor: kepala sekolah (Subjek) mberikan
arahan (predikat).

5. Jenis Kalimat Berdasarkan Kategori Kata


Berdasarkan kategori kata atau frasa dibedakan
menjadi kalimat verba dan kalimat nomina.
a. Kalimat verba adalah kalimat yang unsur predikatnya
kata kerja atau frasa verba
Contoh kalimat verba ―Peneliti melakukan wawancara”.
b. Kalimat nomina adalah kalimat yang unsur
predikatnmya adalah kata benda (nomina)
Contoh kalimat nomina ―Penghuni rumah ini orang
kaya”.

83
C. Penggunaan Kalimat Efektif dalam Karya Ilmiah
Kalimat dapat dikatakan efektif apabila gagasan yang
disampaikan pembicara atau penulis mudah dipahami, dan
mecerminkan penggunaan kaidah kebahasaan yang tepat,
singkat, padat dan jelas. Mengutip pendapat Heri dan Anang
(2007) efektifitas penggunaan kalimat dalam karya ilmiah dapat
diukur dari dua sisi yaitu dari sisi penulis dan pembaca. Dari
sisi penulis kalimat dikatakan efektif apabila kalimat yang
digunakan dapat mengakomodasi gagasan keilmuan penulis
secara tepat dan akurat, sedangkan dari sisi pembaca, gagasan
yang disampaikan penulis dapat dipahami oleh pembaca sesuai
dengan maksud penulis tanpa menimbulkan penafsiran yang
lain.
Untuk membuat sebuah kalimat efektif, maka perlu
mengetahui terelebih dahulu karakteristik kalimat efektif.
Karakteristik kalimat efektif adalah sebagai berikut;
1. Kalimat efektif memiliki unsur pokok minimal mengandung
unsur subjek (S) dan predikat (P).
2. Kalimat efektif didukung dengan penggunaan diksi yang
tepat.
3. Kalimat eefektif menggunkan ejaan sesuai dengan kaidah
yang berlaku.
4. Kalimat efektif menyajikan informsai yang tepat sesuai
dengan maksud penulis.
5. Kalimat efektif menekankan ide pokok pada kalimat.
6. Kalimat efektif tidak menggunakan kata yang berlebihan.
7. Kalimat efektif memiliki kesetaraan antara struktur bahasa
dan jalan pikiran yang logis dan sistematis.
8. Kalimat efektif menunjukkan koherensi dan kelogisan
kalimat.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun


kalimat efektif dalam karya ilmiah sebagai berikut .
1. Kalimat Sepadan
Ketika membuat sebuah kalimat dalam karya ilmiah
harus memenuhi syarat kesepadanan antara gagasan dan

84
struktur bahasa. Untuk membuat sebuah kalimat menjadi
sepadan maka perlu memenuhi syarat kesepadanan sebagai
berikut
a. Kalimat harus memiliki fungsi-fungsi yang jelas seperti
subjek (S), predikat (P), objek (O), dan keterangan (Ket).
b. Struktur kalimat harus ditulis dengan menempati
fungsinya masing-masing.
c. Kalimat sepadan tidak memiliki subjek ganda.
Jika suatu kalimat memiliki subjek ganda maka
kalimat tersebut tidak efektif. Jika dalam kalimat
membutuhkan subjek ganda maka dapat mengantikanya
dengan kata ganti.
d. Menggunakan kata pengghubung yang tepat.
Kata penghubung (konjungsi) berfungsi menghu-
bungkan antar kata dalam sebuah kalimat. Selain itu,
konjungsi juga dapat berfungsi sebagai penghubung
antar kalimat dalam paragraf. Unrtuk dapat
menggunakan kata penghubung dengan tepat maka
perlu memperhatikan jenis dan fungsi kata penghubung.
Jenis dan Fungsi kata penghubung sebagai berikut.
1) Kata penghubung untuk menyatakan satu kalimat
dengan kalimat lain yang bertentangan dapat
menggunakan kata penghubung akan tetap, namun,
bahkan. malahan.
2) Kata penghubung untuk menyatakan kelanjutan
suatu kejadian atau peristiwa dapat menggunakan
kata penghubung selanjutnya, setelah itu, setelah itu.
3) Kata penghubung untuk menyatakan kebalikan dari
sebelumnya dapat menggunakan kata sebaliknya.
4) Kata penggubung untuk menyatakan suatu keadaan,
peristiwa atau hal yang sebenarnya dapat
menggunakan kata sesungguhnya, bahwasanya.
5) Kata penghubung untuk menyatakan kosekuensi
dapat menggunakan kata dengan demikian.
6) Kata penghubung untuk menyatakan akibat dapat
menggunakan kata oleh karena itu, oleh sebab itu.

85
2. Kalimat Pararel
Dalam menyusun kalimat dalam karya ilmiah perlu
memperhatikan pararel kalimat. Kalimat pararel memiliki
kesamaan kata di dalamnya, artinya jika unsur pertama
menggunakan bentuk kata nomina (benda) bentuk
berikutnya juga harus sama. Selanjutnya, jika bentuk unusr
pertamanya kata kerja (verba) maka unsur berikutnyapun
diikuti dengan bentuk verba dst. Contohnya sebagai berikut.
pola kalimat dengan unsur verba (kata kerja) ―Hobi Anton
adalah melukus, Membaca, dan Menulis”.

3. Ekonomi Kata
Ekonomi kata adalah penggunaan kata dalam sebuah
kalimat dengan cara tidak berlebihan namun tidak
mengurangi maksud dan tidak mengubah informasi yang
disampaikan. Penggunan secara berlebihan dalam sebuah
kalimat mengakibatkan kalimat tidak efektif. Ada beberapa
syarat agar tidak terjadi pemborosan kata dalam menyusun
kalimat, yaitu sebagai berikut.
a. Menghindari pengulangan subjek
Ketika menyusun sebuah kalimat yang kompleks
terkadang penulis melakukan peengulangan subjek. Hal
tersebut dapat menjadikan kalimat tidak efektif, selain
itu juga dapat mengurangi nilai keilmiahan karya tulis
ilmiah, karena informasi yang disajikan terlalu panjang
namun tidak sarat makna.
Contoh kalimat dengan subjek ganda
 Peneliti melakukan observasi lapangan, maka peneliti
perlu turun langsung ke lapangan

b. Menghindari penggunaan supperordinatif pada kata


yang memiliki makna yang sama.
Contoh
1) Andi memakai baju warna merah (tidak hemat kata)
2) Andi memakai baju merah( hemat kata)

86
c. Menghindari penggunaaan sinonim yang tidak
dipeerlukan
Contoh
1) Sejak dari tahun 1990 produk ini sudah ada (Tidak hemat
kata)
2) Sejak tahun 1990 produk ini sudah ada (hemat kata)

d. Menghindari penjamaan kata yang sudah bermakna


jamak.
Contoh
1) Banyak anak-anak suka belajar di rumah (tidak hemat kata)
2) Anak-anak suka belajar di rumah (hemat kata)
3) Banyak anak suka belajar di rumah (hemat kata)

4. Ketepatan Pemilihan Kata


Pemilihan kata yang tepat berpengaruh terhadap
efektifitas sebuah kalimat. Dalam suatau karya ilmiah
kesalahan dalam pemilihan kata mengakibatkan kalimat
rancuh dan mengaburkan informasi.
Contoh:
 Sebagian toko tutup sehingga orang-orang sulit mencari
kebutuhan pokok
Contoh kalimat di atas menimbulkan penafsiran ganda.
Kata tutup menimbulkan beberapa penafsiran seperti tutup
tidak berjualan, tutu karna rugi, tutup karna terkendala oleh
sesuatu.

5. Kepaduan
Ketika menyusun sebuah kalimat perlu
memperhatikan kepaduan kata yang digunakan. Kalimat
padu menggunakan pola aspek yang sistematis sehingga
mengambarkan pola pikir yang runtut dan jelas.
Contoh
a. Makalah ini membahas tentang desain interior pada
rumah adat‖ (tidak padu).
b. Makalah ini membahas desain interior pada rumah adat
―(padu).

87
Tugas dan Latihan
1. Apakah Pengertian ―kalimat‖ ?
2. Sebutkan ciri-ciri kalimat!
3. Jelaskan apa yang dimaksud ―unsur subjek (S)‖ dalam
kalimat,serta fungsinya !
4. Jelaskan apa yang dimaksud ―unsur Predikat (P)‖ dalam
kalimat,serta fungsinya !
5. Jelaskan apa yang dimaksud ―unsur objek (O)‖ dalam
kalimat,serta fungsinya !
6. Jelaskan apa yang dimaksud ―unsur keterangan (Ket)‖
dalam kalimat,serta fungsinya!
7. Jelaskan apa yang dimaksud ―unsur Pelengkap (Pel)‖ dalam
kalimat,serta fungsinya !
8. Sebutkan dan jelaskan jenis kalimat Berdasarkan Bentuknya!
9. Sebutkan dan jelaskan jenis kalimat Berdasarkan Maknanya!
10. Sebutkan dan jelaskan jenis kalimat Berdasarkan fungsi
subjeknya!
11. Sebutkan dan jelaskan jenis kalimat Berdasarkan Kategori
kata!
12. Apa saja karakteristik kalimat efektif?
13. Hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam menyusun
kalimat efektif dalam karya tulis ilmiah?

88
BAB V
PENGEMBANGAN PARAGRAF RAGAM ILMIAH

KEMAMPUAN AKHIR TAHAP PEMBELAJARAN (KATP)


Setelah mempelajari materi pada bab ini, maka diharapkan
mahasiswa mampu :
 Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami pengertian
paragraf, fungsi paragraf,
 Mahasiswa mampu membedakan jenis-jenis paragraf.
 Mahasiswa mampu menyusun kalimat efektif dan
mengembangkannya menjadi sebuah paragraf dalam tulisan
ilmiah.

A. Pengertian dan Ciri Paragraf


1. Pengertian Paragraf
Paragraf adalah satuan bahasa tulis yang tersusun
atas beberapa kalimat. Paragraf tersusun dari satu kalimat
pokok atau ide gagasan dan beberapa kalimat sebagai
penjelas. Kalimat pokok dalam suatu paragraf menjadi
pusat gagasan atau pemikiran yang merupakan makna inti
dari sebuah paragraf. Sedangkan kalimat penjelas dalam
paragraf berfungsi sebagai penjelas atau pendukung kalimat
pokok. Pengertian paragraf menurut Widjono (2007:173-174)
paragraf merupakan bagian dari suatu karangan yang
terdiri atas sejumlah kalimat yang menyatakan suatu
informasi dengan pikiran utama sebagai pengendalinya dan
kalimat penjelas sebagai pendukungnya.
Fungsi paragraf antara lain sebagai berikut.
a. Mengekspresikan gagasan secara tertulis dengan
memberikan bentuk satu pikiran dalam serangkaian
kalimat satu kesatuan yang padu.
b. Menandai peralihan gagasan baru yang terdiri atas
beberapa paragraf.
c. Memudahkan penulis dalam pengorganisasian ide
tentang tulisan dan memudahkan pemahaman bagi
pembaca.

89
d. Memudahkan penulis dalam mengembangkan topik ke
dalam unit pikiran yang lebih kecil.
e. Memudahkan dalam mengendalikan variabel khususnya
pada karangan yang terdiri dari beberapa variabel.

2. Ciri-Ciri Paragraf
Ciri-ciri paragraf adalah sebagai berikut.
a. Kalimat pertama dalam paragraf menjolok ke dalam
kurang lebih lima ketukan atau spasi untuk jenis
karangan ilmiah formal misalnya makalah, skripsi, tesis,
disertasi.
b. Paragraf memiliki kalimat topik yang merupakan pikiran
pokok atau gagasan utama.
c. Paragraf memiliki satu kalimat utama sebagai kalimat
topik dan menggunakan beberapa kalimat sebagai
kalimat penjelas atau pendukung.
d. Paragraf berisi narasi yang mengandung makna dan
maksud yang jelas terhadap satu objek atau gagasan.

B. Jenis-Jenis Paragraf
Paragraf dapat dibedakan menjadi beberapa kategori
berdasarkan fungsi berdasarkan letak gagasan, dan
berdasarkan tujuan. Jenis-jenis paragraf sebagai berikut.
1. Jenis paragraf berdasarkan Fungsi
Jenis paragraf berdasarkan fungsi dibedakan menjadi
empat
a. Paragraf Pembuka
Paragraf pembuka umumnya ditulis sebagai
pengantar atau membuka pengetahuan pembaca
terhadap isi tulisan secara keseluruhan.

b. Paragraf isi
Paragraf isi merupakan bagian inti atau pokok
pada suatu karangan atau tulisan.

90
c. Paragraf penutup
Paragraf penutup umumnya berisi simpulan,
saran, masukan dan penekanan terhadap hal-hal penting
dalam suatu tulisan.

d. Paragraf penghubung
Paragraf penghubung adalah paragraf yang
fungsinya sebagai penghubung antara paragraf satu dan
paragraf lainnya.

2. Jenis Paragraf Berdasarkan Letak Gagasan Utamanya.


Berdasarkan letak gagasan utamanya paragraf
dibedakan menjadi empat, yakni sebagai berikut
a. Paragraf Deduktif
Paragraf deduktif adalah paragraf yang gagasan
utamanya terletak di awal paragraf.

b. Paragraf induktif
Paragraf Induktif adalah paragraf yang gagasan
utamanya terletak di akhir paragraf.

c. Paragraf ineratif
Paragraf ineratif adalah paragraf yang gagasan
utamanya terletak di tengah paragraf.

d. Paragraf campuran
Paragraf campuran adalah paragraf yang gagasan
utamanya terletak di awal dan di akhir paragraf.

3. Jenis Paragraf Berdasarkan Tujuan Penyampaiannya.


Berikut jenis paragraf berdasarkan tujuan penyam-
paiannya.
a. Paragraf Eksposisi
Paragraf eksposisi adalah paragraf yang isinya
bertujuan untuk memberikan pengertian atau penjelasan
dengan gaya penulisan singkat padat dan akurat. Dalam

91
karya ilmiah paragraf ini biasanya digunakan pada
bagian latar belakang yang mengulas tentang
permasalahan yang akan diteliti, gambaran tentang
tujuan, pentingnya penyelesaian masalah dan
pendekatan yang akan digunakan.
Ciri-ciri paragraf eksposisi sebagai berikut
1) Paragraf eksposisi terdapat sebuah pengertian
mengenai istilah dalam topik pembahasan.
2) Isi paragraf eksposisi bertujuan memberikan
informasi yang bersifat objektif dan netral.
3) Paragraf eksposisi memberikan data yang valid dan
sumbernya datanya dapat dipercaya.
4) Gagasan yang dibangun biasanya memberikan
jawaban atas pertanyaan apa, mengapa, siapa, di
mana, kapan, dan bagaimana.
5) Penyampaian teks dalam paragraf eksposisi
menggunakan kalimat secara jelas, padat dan
menggunakan bahasa yang baku.
6) Memberikan pengetahuan dan informasi kepada
pembaca.
7) Paragraf eksposisi bersifat netral dan objektif

Struktur paragraf eksposisi terdiri atas tiga bagian


yaitu bagian tesis atau pernyataan pendapat, bagian
argumentasi, dan bagian penegasan ulang. Bagian tesis
atau pernyataan pendapat berisi sudut pandang penulis
terhadap permasalahan yang dibahas. Pernyataan yang
disajikan pada bagian ini diperkuat dengan sebuah
argumen sesuai dengan topik yang dibahas. Bagian
argumentasi berisi alasan atau bukti yang digunakan
untuk memperkuat pendapat di dalam tesis.
Argumentasi dapat dinyatakan dalam bentuk
pernyataan umum berupa data atau hasil penelitian para
ahli yang sumbernya dapat dipercaya. Bagian penegasan
ulang berisi simpulan yang menegaskan kembali tesis

92
yang dibicarakan dan penguatan argumentasi yang
ditunjang oleh fakta.
Contoh paragraf eksposisi dalam karya ilmiah
sebagai berikut.

Standar kompetensi dalam standar isi


Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
menyatakan bahwa pembelajaran bahasa
diarahkan untuk membantu siswa mengenal
dirinya, budayanya dan budaya orang lain,
mengemukakan gagasan dan perasaan,
berpartisipasi dalam masyarakat yang
menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan
serta menggunakan kemampuan analitis dan
imaginatif yang ada dalam dirinya. Oleh karena
itu, pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan
untuk meningkatkan keterampilan siswa untuk
berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan
baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis.
(Ridwan andi mattoliang, 2016)

b. Paragraf Persuasi
Paragraf persuasi adalah paragraf yang isinya
bersifat ajakan dengan cara meyakinkan pembaca
melalui gagasan yang disampaikan penulis. Dalam
membuat paragraf persuasi perlu memperhatikan
kredibilitas penulis, kemampuan penulis dalam
memberikan sugesti pembaca, dan kebenaran berupa
bukti-bukti.
Ciri-ciri paragraf persuasi sebagai berikut
1) Banyak menggunakan kalimat ajakan contohnya
penggunaan kata marilah, ayolah, dsb.
2) Isi paragraf bertujuan untuk mempengaruhi atau
mengajak pembaca pada suatu hal.
3) Isi paragraf mengandung fakta dan bukti sebagai
upaya untuk meyakinkan dan mempengaruhi
pembaca untuk melakukan suatu hal.

93
4) Berupaya menghindari konflik, hal tersebut
dilakukan agar pembaca yakin dan tercapainya
kesepakatan.
Struktur paragraf persuasi memiliki tiga bagian
yakni bagian pengenalan isu, bagian rangkaian
argumentasi, bagian pernyataan ajakan. Bagian
pernyataan isu berisi pengantar atau awalan yang
bertujuan mengenalkan permasalahan yang akan
dibahas. Bagian argumentasi berisi pendapat-pendapat
penulis mengenai isu yang dikemukakan dan dapat
didukung dengan fakta yang sejalan dengan
pembahasan. Bagian ajakan berisi beberapa kalimat yang
sifatnya mempengaruhi atau mendorong pembaca untuk
melakukan suatu hal. Pernyataan ajakan dapat
dinyatakan secara tersirat maupun secara tersurat pada
teks.
Contoh paragraf persuasi dalam karya ilmiah
sebagai berikut.

Model pembelajaran Cooperative Integrated


Reading and Composition membantu siswa dalam
memahami suatu isi bacaan. Hal ini karena siswa
dibentuk ke dalam kelompok-kelompok kecil
untuk mendiskusikan isi bacaan. Siswa harus
menuliskan inti permasalahan dari bacaan dan
menuliskan prosedur penyelesaian masalahnya
secara sistematis. Berdasarkan hal tersebut penulis
merekomendasikan bagi guru guru mata pelajaran
bahasa Indonesia, untuk menggunakan model
pembelajaran Cooperative Integrated Reading and
Composition sebagai salah satu alternatif dalam
mengajarkan pembelajaran mengubah teks
wawancara menjadi karangan narasi. (Ridwan
Andi Mattoliang, 2016)

c. Paragraf Narasi
Paragraf narasi ada paragraf yang isinya
menceritakan serangkaian peristiwa dengan kronologi

94
dan waktu urutan kejadian. Paragraf narasi bertujuan
untuk memberikan makna dan pesan berdasarkan
serangkaian rentetan cerita sehingga pembaca dapat
memahami melalui atur kronologi.
Berdasarkan isinya paragraf narasi terbagi menjadi
dua yaitu paragraf narasi sugestif dan paragraf narasi
ekspositoris. Narasi sugestif adalah narasi yang
menyampaikan suatu makna kepada pembaca melalui
daya khayal yang dimilikinya. Tujuan atau sasaran pada
narasi sugestif bukan untuk memperluas pengetahuan
seseorang, tetapi berusaha memberi makna atas
peristiwa atau kejadian sebagai suatu pengalaman. Maka
narasi sugestif selalu melibatkan daya khayal (imajinasi).
Contoh dari narasi sugestif adalah dongeng dan cerpen.
Narasi ekspositoris yang bersifat generalisasi,
merupakan narasi yang menyampaikan sesuatu yang
umum misalnya, suatu wacana naratif yang
menceritakan bagaimana membuat roti, bagaimana
seseorang membuat nasi goreng. Narasi tersebut
menyampaikan proses yang umum, yang dapat
dilakukan siapa saja dan dapat dilakukan berulang kali.
Struktur paragraf narasi pada umumnya terdiri
dari tiga bagian, yaitu bagian awal atau pembuka, bagian
inti dan bagian akhir atau penutup. Bagian awal paragraf
biasanya berisi pengantar tentang serangkaian cerita
yang akan dibahas. Bagian tengah berisikan inti dari
cerita yang menyajikan konflik yang mengarah ke
klimaks atau puncak konflik. Bagian akhir atau penutup
berisi narasi yang mengantarkan pembaca kepada akhir
cerita dan kesimpulan dari cerita.
Contoh paragraf narasi dalam karya ilmiah
sebagai berikut.

Adapun rangkaian prosedur dalam


pengumpulan data pada penelitian ini adalah
dengan memberikan tes awal (pretest) kepada
kelompok eksperimen dan kelas kontrol tentang.

95
Tahap berikutnya memberikan materi pelajaran
tentang mengubah teks wawancara menjadi
karangan narasi kepada kelompok eksperimen
dengan menggunakan model Cooperative Integrated
Reading and Composition. Setelah materi diberikan
kepada masing-masing kelompok maka tahap
selanjutnya memberikan tes akhir (postest) kepada
kelas eksperimen dan kelas kontrol tentang
mengubah teks wawancara menjadi karangan
narasi. (Ridwan Andi Mattoliang, 2016)

d. Paragraf Deskripsi
Paragraf deskripsi adalah paragraf yang isinya
mendeskripsikan atau menggambarkan, suatu objek
sehingga pembaca memiliki penghayatan seolah-olah
menyaksikan atau mengalaminya sendiri. Objek
dalam karangan deskripsi dapat berupa manusia dan
tempat atau suasana yang dideskripsikan secara jelas
sehingga pembaca dapat mencitrai (melihat,
mendengarkan, mencium, dan merasakan) apa yang
dilukiskan sesuai dengan citra.
Ciri-ciri Paragraf deskripsi sebagai berikut.
1) Kalimat utama tidak tercantum secara nyata
2) Tema paragraf tersirat dalam keseluruhan paragraf
3) Dalam paragraf deskripsi, hal-hal yang menyentuh
pancaindra dijelaskan secara terperinci
4) Dalam penggambaran benda atau manusia didapat
dengan mengamati bentuk, warna, dan keadaan objek
secara detil/terperinci menurut panangkapan isi
penulis.
5) Dalam paragraf deskripsi, unsur perasaan lebih tajam
dari pada pikiran

Contoh paragraf deskripsi sebagai berikut.

Hampir semua pelosok Mentawai indah. Di


empat kecamatan masih terdapat hutan yang
masih perawan. Hutan ini menyimpan ratusan

96
jenis flora dan fauna. Hutan Mentawai juga
menyimpan anggrek aneka jenis dan fauna yang
hanya terdapat di Mentawai. Siamang kerdil,
lutung Mentawai dan beruk Simakobu adalah
contoh primata yang menarik untuk bahan
penelitian dan objek wisata.
(https://www.dosenpendidikan.co.id)

e. Paragraf Argumentasi
Paragraf argumentasi adalah paragraf yang isinya
menyatakan suatu pendapat (argumen) beserta
alasannya. Paragraf ini disusun dengan menjabarkan
gagasan utama diuraikan berdasarkan pendapat, ulasan,
ataupun ide penulis yang didukung dengan bukti-bukti,
data dan fakta. Hal ini dilakukan untuk menguatkan
pendapat yang disampaikan dalam paragraf tersebut
sehingga pembaca merasa percaya dan sependapat
dengan pemikiran penulis.
Ciri-ciri paragraf deskripsi sebagai berikut.
1) Berisi pendapat atau penulis tentang fenomena atau
suatu topik pembahasan.
2) Pendapat penulis disertai dengan data dan fakta yang
dapat menduduki pandangan penulis.
3) Menjabarkan fenomena dengan cara menganalisis
dan memberikan analogi permasalahan tersebut.
4) Diakhiri dengan penutup yang berupa pendapat dari
penulis.

Struktur paragraf narasi terdiri atas tiga bagian,


bagian pendahuluan, bagian tubuh atau inti, dan bagian
kesimpulan atau penutup. Bagian pendahuluan atau
pembuka biasanya penulis menyatakan suatu pengantar
untuk memusatkan perhatian pembaca terhadap
argumen yang akan disampaikan atau berisi dasar-dasar
mengapa argumentasi dikemukakan. Bagian tubuh atau
inti berisi pandangan atau pendapat penulis yang
didukung dengan fakta dan data sehingga kesimpulan

97
yang akan dicapai dapat dipercaya oleh pembaca. Bagian
kesimpulan atau penutup berisi ringkasan untuk
membuktikan kepada pembaca bahwa pendapat atau
pandangan yang disampaikan melalui proses penalaran
dapat diterima sebagai sesuatu yang logis.
Contoh paragraf argumentasi dalam karya ilmiah

Praktek penambangan emas yang dilakukan


secara ilegal merupakan suatu hal yang
bertentangan dengan perspektif ekonomi islam.
Hal tersebut dikarenakan selain tidak memiliki
izin dari pemerintah, proses pertambangan juga
tidak dilakukan secara baik dan benar sehingga
menimbulkan kerusakan alam. Dalam perspektif
ekonomi Islam tidak dibenarkan karena
melakukan suatu pekerjaan yang dapat merugikan
orang lain. Oleh sebab itu dalam melakukan
praktik pertambangan perlu memiliki izin yang
resmi dan senantiasa melaksanakan aturan
ekonomi berdasarkan perintah Allah, seperti tidak
merusak alam, mengedepankan keadilan dan
kemaslahatan, maka Allah menjamin keselamatan
manusia.

C. Teknik Pengembangan Paragraf dalam Karya Ilmiah


Pengembangan paragraf dalam karya tulis ilmiah dapat
dilakukan dengan cara-cara berikut.
1. Pengembangan Paragraf dengan Teknik Pembuktian
Pengembangan paragraf teknik pembuktian ini lazim
digunakan dalam karya ilmiah. Hal tersebut dikarenakan
karya ilmiah memiliki karakteristik yang bersifat faktual
sehingga gagasan atau ide dapat dikembangkan dengan
menyajikan fakta-fakta atau data real yang dapat
mendukung suatu pernyataan.
Contoh pengembangan paragraf dengan teknik
pembuktian

Berdasarkan fakta dan data yang diperoleh dari


observasi yang telah dilakukan di SMP Negeri

98
3Watampone Kabupaten Bone, kemampuan siswa
untuk menemukan gagasan utama dalam teks yang
dibaca masih rendah, khususnya pada siswa kelas
VII-A. Hal ini diungkapkan oleh salah seorang guru
bahasa Indonesia di SMP Negeri 3Watampone
Kabupaten Bone, ketika diwawancarai oleh calon
peneliti. (Sri ayu lestari, 2013)

2. Pengembangan Paragraf dengan Teknik Perbandingan


dan Pertentangan
Pengembangan paragraf dengan teknik perbandingan
dan pertentangan dalam karya ilmiah dapat dilakukan
dengan memperhatikan persamaan dan perbedaan gagasan,
pendapat, temuan atau ide secara teliti. Gagasan atau ide
yang dapat dibandingkan bisanya berupa hasil penelitian
terdahulu yang sejenis dengan kajian yang akan ditulis.
Pengembangan narasi pada teknik ini, penulis dapat
menjelaskan perbedaan dan persamaan kajian hasil
penelitian orang lain dengan apa yang akan ditulis.
Contoh paragraf dengan teknik perbandingan dan
pertentangan

Perbedaan penelitian Royani (2015) dengan


penelitian ini terletak pada kajian yang digunakan.
Royani mengkaji teknik persuasif Panji Pragiwaksono
sedangkan penelitian ini mengkaji tentang wacana
humor. Penelitian Tustiantina berobjek pada stiker
kendaraan sedangkan penelitian ini pada acara
televisi. Persamaan penelitian Royani (2015) dengan
penelitian ini adalah objek yang digunakan yakni
Stand Up Comedy . Sedangkan penelitian Tustiantina
dengan penelitian ini sama-sama mengkaji wacana
humor. (Bakri, 2017)

3. Pengembangan Paragraf dengan Teknik Sudut Pandang


Penyusunan paragraf dalam karya ilmiah dapat
dikembangkan dengan inovasi melalui sudut pandang.
Sudut pandang tersebut dapat berupa sudut pandang dari
ahli atau dari sudut pandang penulis itu sendiri. Sudut

99
pandang yang digunakan biasanya berkaitan dengan
pemberian solusi, atau sudut pandang dalam pemecahan
masalah. Sudut pandang yang dapat dikembangkan
tentunya bersifat ilmiah.
Contoh pengembangan paragraf dengan teknik sudut
pandang.

Melihat fenomena yang ada, akhirnya peneliti


berusaha memberikan solusi alternatif dalam
pembelajaran menulis supaya segala permasalahan
serta kendala yang terdapat pada siswa maupun guru
dapat teratasi. Adapun solusi yang ditawarkan adalah
dengan memilih model pembelajaran yang tepat dan
baru sehingga dapat meningkatkan minat peserta
didik dalam belajar. Menurut peneliti model yang
tepat adalah model Cooperative Integrated Reading and
Composition. (Ridwan Andi Mattoliang,2016)

4. Pengembangan Paragraf dengan Teknik Analogi


Analogi adalah teknik pengembangan paragraf
dengan mendeskripsikan suatu gagasan, ide, atau pendapat
dengan narasi melalui penggambaran sesuatu yang
memiliki persamaan. Persamaan tersebut dapat berupa
entitas, karakteristik sifat dsb.
Contoh penggambaran paragraf dengan teknik
analogi

Sudah menjadi hal yang biasa jika arus


informasi di ibaratkan seperti hujan deras yang turun
ke bumi. Berbagai macam informasi sangat mudah
kita dapatkan hingga kita merasa bingung untuk
menyaring mana yang lebih baik dari semua itu.
Selayaknya sebuah hujan maka kita harus lebih
berhati -hati dalam menerimanya karena bisa saja ada
petir yang menyambar. Itulah sebuah informasi ada
yang bersifat menguntungkan adapula yang
merugikan. Hal ini karena berbagai macam informasi
bisa saja membuat kita lalai bahwa itu sesuatu yang
benar atau tidak. (https://www.materi.carageo.com).

100
5. Pengembangan Paragraf dengan Pola Kausalitas.
Pengembangan paragraf dengan pola kausalitas
merupakan teknik pengembangan yang lazim digunakan.
Teknik ini dilakukan dengan cara menjadikan sebab sebagai
ide pokok dan akibat sebagai penjabaran terperinci atas ide
pokok atau gagasan utama. Dalam karya ilmiah, pola
kausalitas ini juga dapat dibalik dengan menjadikan akibat
sebagai ide pokok dan sebab sebagai penjabaran dalam
pengembangan paragraf.
Contoh pengembangan pola kausalitas sebab-akibat

Pembelajaran yang disampaikan oleh guru


masih terbatas hanya pada materi pengertian
karangan narasi, sedangkan materi praktik menulis
masih minim sehingga siswa kurang terlatih untuk
menulis karangan narasi. Strategi pembelajaran yang
diterapkan oleh guru tidak kontekstual, tanpa
mencoba melakukan inovasi dalam meningkatkan
hasil yang lebih baik. Pengabaian ini menyebabkan
siswa kurang kreatif dalam memaparkan data dan
fakta, lambat dalam menyelesaikan tulisan, dan siswa
sulit menggambarkan suatu objek sehingga hasil
karangan narasi terkadang kurang menarik. (Ridwan
Andi Mattoliang,2016)

6. Pengembangan Paragraf dengan Teknik Generalisasi


Pengembangan paragraf dengan teknik generalisasi
biasanya digunakan untuk menyatakan simpulan dari
gagasan, logika yang sumbernya dari informasi atau
fenomena. Simpulan yang dinarasikan dapat diulas dari
fenomena yang luas ke dalam sesuatu yang konkret atau
sebaliknya.
Contoh pengembangan paragraf teknik generalisasi

Berdasarkan uraian di atas maka dapat


disimpulkan bahwa bahasa pada hakikatnya

101
merupakan simbol atau lambang-lambang dalam
bentuk ujaran maupun tulisan yang bersifat sistemis
dan sistematis yang digunakan dalam kehidupan
masyarakat sebagai fungsi utama untuk
berkomunikasi atau menyampaikan informasi.
Sebagai kajian linguistik, bahasa merupakan objek
kajian yang tidak dapat terlepas hubungannya di
dalam kehidupan manusia, karena segala kegiatan
yang dilakukan manusia selalu melibatkan bahasa.
(Aria Bayu Setiaji, 2018)

7. Pengembangan Paragraf dengan Teknik Klasifikasi


Pengembangan paragraf dengan teknik klasifikasi
merupakan teknik menarasikan gagasan dengan
mengkategorikan bagian-bagian gagasan pokok. Gagasan
yang diklasifikasikan tersebut memiliki keterkaitan dan
menjadi kesatuan konsep yang padu.
Contoh pengembangan paragraf teknik klasifikasi

Menurut jenisnya, demam dibedakan menjadi


(1) demam kontinu, (2) demam remiten, (3) demam
intermiten, (4) demam bifasiq. Jenis-jenis demam itu
dikarenakan oleh penyakit atau infeksi yang
menjangkiti anggota badan. Penyakit demam kontinu
dikarenakan oleh terdapatnya virus pneumonia di
dalam tubuh, sedangkan demam remiten dikarenakan
oleh terdapatnya penyakit demam jantung rematik
dan infeksi endokarditis.
(https://www.seputarpengetahuan.co.id)

8. Pengembangan Paragraf dengan Teknik Definisi luas


Teknik pengembangan definisi luas dilakukan
dengan mengembangkan ide atau gagasan yang masih
bersifat abstrak yang dapat memunculkan permasalahan
dan yang perlu dijabarkan dengan detail.
Contoh pengembangan paragraf dengan teknik
definisi luas

102
Penyebab lainnya adalah guru masih belum
menemukan cara-cara yang inovatif dan memadai
untuk menerapkan pembelajaran menulis karangan
narasi sehingga suasana pembelajaran masih
cenderung menjenuhkan. Metode pembelajaran
masih menggunakan model pembelajaran
konvensional. Model ini cenderung satu arah yaitu
dari guru pada siswa dan siswa lebih banyak
mendengar materi daripada melaksanakan aktivitas
pembelajaran. Padahal metode ceramah cenderung
membuat suasana belajar menjadi kaku, monoton dan
kurang menggairahkan sehingga siswa menjadi
kurang aktif dan kurang bersemangat dalam belajar.
(Ridwan Andi Mattoliang,2016)

Tugas dan Latihan


1. Apakah Pengertian ―Paragraf‖?
2. Sebutkan ciri-ciri sebuah paragraf!
3. Sebutkan dan jelaskan jenis paragraf yang ditinjau
berdasarkan fungsinya!
4. Sebutkan dan jelaskan jenis paragraf yang ditinjau
berdasarkan letak gagasan utamanya!
5. Sebutkan dan jelaskan jenis paragraf yang ditinjau
berdasarkan tujuan penyampaiannya!
6. Teknik apa saja yang dapat digunakan untuk
mengembangkan paragraf dalam karya tulis ilmiah?

103
BAB VI
MEMAHAMI KARYA TULIS ILMIAH

KEMAMPUAN AKHIR TAHAP PEMBELAJARAN (KATP)


Setelah mempelajari materi pada bab ini, maka diharapkan
mahasiswa mampu :
 Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami hakikat, dan
karakteristik karya tulis ilmiah.
 Mehasiswa mampu membedakan jenis-jenis karya tulis ilmiah.
 Mahasiswa mampu menganalisa formulasi bahasa dalam karya
ilmiah.

A. Hakikat Karya Tulis Ilmiah


Karya ilmiah merupakan karya tulis yang isinya
berusaha memaparkan suatu pembahasan secara ilmiah yang
dilakukan oleh penulis atau peneliti. Karya ilmiah secara
khusus ditulis untuk mencari jawaban mengenai sesuatu
permasalahan atau keresahan dengan tujuan membuktikan
kebenaran tentang sesuatu yang terdapat dalam objek tulisan.
Maka sudah selayaknya, jika tulisan ilmiah sering mengangkat
tema seputar hal-hal yang baru (aktual) dan belum pernah
ditulis atau dikaji orang lain. Jika suatu tulisan ilmiah pernah
ditulis dengan tema yang sama, tujuannya adalah sebagai
upaya pengembangan dari tema terdahulu yang sering disebut
dengan penelitian lanjutan.
Menurut Brotowidjoyo (1985), karya ilmiah adalah
karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta dan ditulis
menurut metodologi penulisan yang baik dan benar. Karya
ilmiah dapat juga berarti tulisan yang didasari oleh hasil
pengamatan, peninjauan, dan penelitian dalam bidang tertentu,
disusun menurut metode tertentu dengan sistematika
penulisan yang bersantun bahasa dan isinya, serta dapat
dipertanggung jawabkan kebenarannya atau keilmiahannya.
Secara garis besar karya tulis ilmiah berisi argumentasi
penalaran keilmuan yang dituangkan melalui bahasa tulis yang
formal dengan sistematis dan menyajikan fakta dan data yang

104
dapat dibuktikan secara empiris. Argumentasi yang diuraikan
dalam karya tulis ilmiah adalah informasi yang dapat dikaji
melalui teori dan ilmu pengetahuan untuk menjawab suatu
permasalahan. Untuk memahami alur pikir karya ilmiah dapat
dilihat pada gambar 1.1 berikut.

Hasil
Penelitian
kajian

gagasan

informasi

Gambar 1.1 Alur Pikir Karya Ilmiah

Berdasarkan gambar 1.1 karya tulis ilmiah merupakan


suatu tulisan yang membahas suatu permasalahan yang
bersumber dari informasi atau pengamatan. Informasi atau
pengamatan yang memuat suatu permasalahan atau keresahan
dituangkan melalui gagasan untuk ditindak lanjuti melalui
penelitian atau gagasan. Hasil dari kajian dan penelitian itulah
yang disebut dengan hasil penelitian yang outptnya adalah
sumber informasi yang dapat dibuktikan secara empiris.
Beberapa pengertian karya tulis ilmiah di atas, secara
sederhana dapat disimpulkan bahwa karya tulis ilmiah
merupakan suatu tulisan yang ditulis secara sistematis
berdasarkan penelitian dan fakta di lapangan dengan
menggunakan pendekatan metode ilmiah. Dapat juga
dikatakan bahwa karya tulis ilmiah adalah karya tulis yang
berisikan informasi kebenaran yang berdasarkan kajian dan
cara berpikir ilmiah.

B. Karakteristik Karya Tulis Ilmiah


Karakteristik karya tulis ilmiah dapat ditinjau dari
beberapa aspek, baik dari sistematika penulisan, formulasi
bahasa dan sifat karya tulis itu sendiri. Secara ringkas karya
ilmiah memiliki karakteristik sebagai berikut.

105
1. Objektif.
Suatu karya ilmiah mengandung kebenaran yang
objektif serta kejujuran dalam penulisan. objektifitas karya
ilmiah dapat dilihat pada setiap data yang disajikan
berdasarkan fakta yang sebenar-benarnya, tidak
dimanipulasi

2. Netral.
Karya tulis ilmiah dikatakan netral apabila setiap
pernyataan atau penilaian yang diuraikan bebas dari
kepentingan-kepentingan tertentu baik kepentingan
institusi, kepentingan kelompok maupun kepentingan
pribadi. Oleh karena itu, pernyataan-pernyataan yang
bersifat mengajak, membujuk, atau memengaruhi pembaca
sangat dihindari dalam karya tulis ilmiah.

3. Sistematis.
Setiap langkah-langkah yang terdapat pada karya
ilmiah dilakukan secara sistematis mengikuti pola yang
tersusun secara konseptual dan prosedural.

4. Logis.
Tidak memuat pandangan-pandangan yang tidak
masuk akal atau pandangan-pandangan yang tidak sesuai
dengan logika.

5. Tidak Emotif
Setiap deskripsi yang diuraikan dalam karya ilmiah
tidak melibatkan emosional dalam menuangkan
gagasannya, karena setiap pernyataan-pernyataan yang
dituangkan dalam karya tulis ilmiah berlandaskan fakta
bukan berdasarkan, emosional atau suasana hati penulis.

6. Efektif dan Efisien


Efektif yang dimaksud adalah penggunaan kata, atau
kalimat yang padat, singkat dan kaya informasi atau tidak
berbelit-belit.

106
7. Menggunakan Bahasa Baku
Bahasa yang digunakan adalah bahasa baku dan
banyak menggunakan istilah teknis

Karya ilmiah menurut Dalman, (2012:113-114) memiliki


ciri-ciri yang dapat dikaji minimal dari empat aspek, yaitu :
1. Struktur.
Struktur sajian karya ilmiah sangat ketat, biasanya
terdiri dari bagian awal, bagian inti dan bagian penutup.
Bagian awal merupakan pengantar ke bagian inti,
sedangkan inti merupakan sajian gagasan pokok yang ingin
disampaikan.

2. Komponen dan Substansi.


Komponen karya ilmiah bervariasi sesuai dengan
jenisnya, namun semua karya ilmiah mengandung
pendahuluan, bagian inti, penutup, dan daftar pustaka.
Artikel ilmiah yang dimuat dalam jurnal mempersyaratkan
adanya abstrak.

3. Sikap Penulis.
Sikap penulis dalam karya ilmiah adalah objektif,
yang disampaikan dengan menggunakan kata atau gaya
bahasa impersonal.

4. Penggunaan Bahasa.
Bahasa yang digunakan dalam karya ilmiah adalah
bahasa baku yang tercermin dari pilihan kata atau istilah,
dan kalimat-kalimat yang efektif dengan struktur yang
baku.

C. Jenis-Jenis Karya Ilmiah


Pada hakikatnya karya ilmiah ditulis berdasarkan hasil
dari kegiatan penelitian atau kajian ilmiah dengan suatu tujuan
tertentu. Karya tulis ilmiah dalam lingkup akademik umumnya
merupakan output dari kegiatan tri dharma perguruan tinggi

107
yaitu pengajaran, penelitian dan pengabdian masyarakat.
Dalam hal ini yang membedakan hanyalah materi, susunan,
tujuan serta panjang pendeknya karya tulis ilmiah tersebut.
Secara umum, karya ilmiah diklasifikasikan menjadi dua yakni
karya ilmiah pendidikan, dan karya ilmiah penelitian.
1. Karya Ilmiah yang Berkaitan dengan Pendidikan
Tulisan karya ilmiah tidak hanya berdasarkan hasil
kajian penelitian tetapi juga dapat berupa hasil-hasil dari
kegiatan pengajaran. Contoh karya ilmiah hasil dari
kegiatan pendidikan antara lain, paper, laporan kegiatan
praktikum, laporan kuliah kerja nyata (KKN), laporan
kegiatan ilmiah seperti seminar, kongres dsb. Karya ilmiah
yang berkaitan dengan pendidikan merupakan proses dari
kegiatan pendidikan yang secara tidak langsung
didalamnya terdapat rangkaian kajian atau penelitian untuk
dilaporkan dalam bentuk tulisan ilmiah.

2. Karya Ilmiah yang Berkaitan dengan Penelitian


Karya ilmiah yang berkaitan dengan darma penelitian
merupakan karya tulis yang bertujuan untuk memenuhi
kepentingan pendidikan yang dilakukan melalui proses
penelitian, serta sebagai persyaratan mencapai suatu gelar
pendidikan. Karya ilmiah penelitian terdiri dari :
a. Artikel
Artikel ilmiah merupakan karya tulis yang
berisikan pandangan atau pemikiran dari penulis dengan
menggunakan pendekatan ilmiah. Artikel ilmiah berbeda
dengan artikel jurnalistik. Bila dalam artikel jurnalistik
tulisannya bisa berupa pendapat subjektif dari
penulisnya maka pada artikel ilmiah isinya harus bersifat
faktual dan cara berpikir ilmiah.
Artikel dapat ditulis secara khusus, dapat pula
ditulis berdasarkan hasil penelitian misalnya skripsi,
tesis, disertasi, atau penelitian lainnya dalam bentuk
lebih ringkas dan padat. Artikel ilmiah dimuat pada
jurnal-jurnal ilmiah. Kekhasan artikel ilmiah adalah pada

108
penyajiannya yang tidak panjang lebar tetapi tidak
mengurangi nilai keilmiahannya. Pada setiap komponen
artikel ilmiah ada penghitungan bobot. Oleh karena itu,
jurnal ilmiah dikelola oleh ilmuwan terkemuka yang ahli
dibidangnya. Jurnal-jurnal ilmiah terakreditasi sangat
menjaga pemuatan artikel

b. Jurnal Ilmiah
Jurnal ilmiah adalah buku yang terdiri beberapa
karya ilmiah. Jurnal ilmiah harus teratur dan
mendapatkan nomor dari perpustakaan nasional berupa
ISSN (International Standard Serial Number). Jurnal ilmiah
berisi kumpulan artikel yang dipublikasikan secara
periodik, ditulis oleh para ilmuwan peneliti untuk
melaporkan hasil-hasil penelitian terbarunya. Karena
itulah, keberadaan jurnal ilmiah merupakan hal yang
penting untuk terus memajukan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Tulisan atau artikel yang dimuat dalam jurnal
ilmiah, sudah mengalami proses peer-review dan seleksi
ketat dari para pakar di bidangnya masing-masing.
Proses peer-review ini dijalankan untuk menjamin kualitas
dan validitas ilmiah artikel yang dimuat.

c. Makalah
Secara umum makalah adalah salah bentuk karya
tulis yang bersifat ilmiah dengan pembahasan masalah
tertentu. Berdasarkan hasil dari penelitian, pengamatan,
peninjauan dan hasil kajian teori. Pada umumnya tujuan
pembuatan makalah untuk memenuhi tugas tertentu
seperti tugas akademik atau tugas non akademik.
Selain itu makalah juga bisa dijadikan sebagai
sumber informasi, dan untuk mengetahui pemahaman
penulis tentang suatu masalah. Karya tulis ini dibuat
bukan sekedar rangkuman dari sebuah masalah tertentu,
akan tetapi juga sebagai sarana menunjukkan

109
kemampuan seseorang untuk memahami sebuah
masalah.

d. Skripsi
Skripsi adalah karya tulis ilmiah yang ditulis
mahasiswa sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar
pendidikan strata satu (S-1). Sebagai karya tulis ilmiah,
skripsi ditulis berdasarkan hasil penelitian lapangan
maupun penelitian studi pustaka. Maksudnya bahwa,
dalam penulisan skripsi harus melalui proses penelitian
yang meliputi prosedur identifikasi masalah,
merumuskan masalah, tinjauan pustaka, merumuskan
hipotesis, pengumpulan data, hingga kerangka analisis.
Pembahasan dalam skripsi dilakukan mengikuti alur
pemikiran ilmiah yaitu logis dan empiris dengan
mengangkat suatu permasalahan dalam bidang ilmu
tertentu.

e. Tesis.
Tesis adalah suatu karya ilmiah yang sifatnya lebih
mendalam dari pada skripsi, tesis ditulis mahasiswa
pascasarjana S-2 sebagai persyaratan untuk memperoleh
gelar Magister. Secara umum tesis sama halnya dengan
skripsi yang tulisan berdasarkan hasil penelitian
berdasarkan kaidah dan standar tertentu sesuai dengan
bidang keahlian. Hanya saja, tesis lebih menyajikan
analisis yang mendalam dibandingkan dengan skripsi.
Analisis itu tidak hanya menjabarkan dan membuktikan
suatu teori yang diterapkan dalam suatu permasalahan
melainkan juga penggunaan teori dengan analisis yang
lebih tajam dan mendalam sehingga menghasilkan
sebuah temuan baru atas sebuah permasalahan.

f. Disertasi.
Disertasi ditulis berdasarkan metodologi, dan
kajian pustaka penelitian yang lebih mendalam

110
dibandingkan dengan tesis dan skripsi. Ditinjau dari
aspek permasalahan yang diangkat pada disertasi lebih
diarahkan pada permasalahan yang dapat menghasilkan
suatu pembaharuan teori. Oleh karena itu aspek kajian
pustaka dan analisis yang ada pada disertasi lebih
mendalam, akurat dan terperinci dibandingkan tesis dan
skripsi. Dalil yang dikemukakan dalam disertasi
biasanya dipertahankan oleh penulisnya dari sanggahan-
sanggahan senat guru besar atau penguji pada suatu
perguruan tinggi. Disertasi ditulis oleh mahasiswa
program pascasarjana S-3 sebagai persyaratan untuk
meraih gelar doktor.

D. Formulasi Bahasa Karya Ilmiah


Pembahasan penggunaan bahasa dalam karya tulis
ilmiah bukan hanya pemahaman tentang pemilihan diksi
penggunaan kata dan tanda baca yang sesuai dengan Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI). Formulasi bahasa
dalam karya ilmiah berkaitan dengan penggunaan istilah,
kalimat, penyusunan paragraf, dan penalaran yang
mencerminkan ciri teks akademik. Oleh karena itu untuk
melihat keilmiahan teks akademik dapat dilihat dari formulasi
bahasa yang digunakan. Ditinjau dari formulasi Bahasa, teks
akademik sekurang-kurangnya memiliki tujuh kriteria yakni (1)
Sederhana dalam struktur kalimat, (2) padat informasi, (3)
banyak menggunakan kalimat pasif, (4) lugas (to the point), (5)
Ekonomi kata (efektif dan efisien), (6) Objektif, (7) Bahasa Baku.
1. Struktur Kalimat yang Sederhana
Kalimat dalam karya tulis ilmiah memiliki struktur
yang lebih sederhana dibandingkan karya tulis non ilmiah.
Kesederhanaan struktur kalimat pada teks ilmiah bukan
diukur berdasarkan panjang pendeknya suatu kalimat.
Kesederhanaan kalimat yang dimaksud adalah rangkaian
kalimat yang didalamnya hanya terdapat satu aksi atau
tindakan atau yang biasa disebut dengan kalimat simpleks.
Secara jelas dicontohkan sebagai berikut

111
Contoh kalimat
Penelitian ini mengkaji struktur metafora dalam wacana
narasi ( Bayu Setiaji, 2018)

Contoh kalimat di atas secara struktural terdiri dari


tiga unsur yaitu subjek, Predikat dan unsur pelengkap atau
keterangan. Unsur predikat yang terdapat pada contoh
kalimat di atas hanya terdiri dari satu aksi sehingga
dikategorikan kalimat simpleks atau kalimat sederhana.
Wiranto (2012) Mengungkapkan bahwa kesederhanaan
pada kalimat simpleks mendukung keilmiahan suatu teks
akademik. Hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya
penggunaan kalimat simpleks atau kalimat sederhana yang
lebih banyak daripada kalimat kompleks.

2. Padat informasi
Pemadatan informasi dalam karya ilmiah berkaitan
dengan penggunaan kata atau pilihan kata yang
menunjukkan suatu aksi atau proses. Penggunaan kata-kata
sebagai upaya pemadatan informasi dalam karya ilmiah
lebih dominan penggunaan kata isi nomina, verba, adjektiva
adverbial dan meminimalisasi penggunaan kata penghu-
bung, konjungsi, kata sandang, preposisi.

3. Penggunaan kalimat pasif


Penggunaan kalimat pasif dalam penulisan karya
ilmiah bertujuan untuk menghilangkan unsur-unsur
subjektivitas dalam mengungkapkan pernyataan.
Penggunaan kalimat pasif tersebut mengakibatkan pelaku
atau subjek dianggap bukan sebagai inti permasalahan yang
dibahas dalam karya ilmiah. Informasi yang disajikan dalam
karya ilmiah tidak membahas pelaku melainkan membahas
inti persoalan atau permasalahan yang disajikan di
dalamnya. Contoh penggunaan kalimat pasif dalam karya
ilmiah adalah sebagai berikut.

112
Konsep yang digunakan untuk menganalisis ini adalah teori
metafora menurut J.D Parera ( Bayu, Setiaji 2018)

Pada contoh kalimat di atas merupakan bentuk


kalimat pasif untuk menghindari unsur subjektivitas dalam
merumuskan suatu konsep, apabila kalimat tersebut diubah
menjadi kalimat aktif maka pelaku atau penulis lebih
menonjol dibandingkan dengan penyajian aksi atau
peristiwa yang menjadi inti dari suatu pembahasan.

4. Lugas
Lugas yang dimaksud adalah penggunaan ungkapan
yang tepat sehingga tidak menimbulkan salah penafsiran
dan salah pemahaman terhadap paparan ilmiah.
Penggunaan bahasa yang lugas bertujuan agar pesan yang
disampaikan dalam tulisan dapat diterima dengan baik dan
benar oleh pembaca. Bahasa lugas membentuk ketunggalan
arti. Dengan bahasa yang bermakna apa adanya, salah tafsir
dan salah paham terhadap paparan ilmiah dapat
dihindarkan. Untuk memahami penggunaan bahasa yang
lugas dapat dilihat pada contoh kalimat berikut.
a. Pria dan wanita yang muda harus ikut berpartisipasi.
b. Wanita yang muda dan pria harus ikut berpartisipasi.

Pada contoh kalimat (1) ditemukan keambiguan


(makna ganda) karena keterangan “yang muda” dapat
menerangkan hanya “wanita” atau “pria dan wanita”Kalau
prianya tidak harus muda maka kalimat yang tepat adalah
pada kalimat (2) “Wanita yang muda dan pria harus ikut
berpartisipasi”.

5. Ekonomi kata (Efektif dan Efisien)


Ekonomi kata yang dimaksud adalah penggunaan
kalimat yang tidak berlebihan sehingga kalimat yang
digunakan efektif dan efisien. Penggunaan kalimat yang
terlalu berlebihan perlu dihindari sehingga informasi yang

113
disajikan dalam karya tulis tidak berbelit-belit. Penggunaan
kalimat hemat dapat dilihat pada tabel berikut.
HEMAT TIDAK HEMAT
Hasil nilai belajar tersebut Hasil nilai belajar tersebut
menjadi tolok ukur tingkat di atas menjadi tolok ukur
keberhasilan pengajaran dalam melihat tingkat
yang dilakukan oleh guru. keberhasilan proses
pembelajaran yang telah
dilakukan oleh guru.
Pendidikan karakter di Pendidikan karakter yang
sekolah dasar tidak akan ditanamkan di sekolah dasar
terlaksana dengan baik tidak akan terlaksana
tanpa dukungan dari orang dengan baik tanpa adanya
tua. dukungan dari orang tua
dalam keluarga.

6. Objektif
Penggunaan bahasa yang objektif ditinjau dari setiap
ungkapan yang dipaparkan dalam karya ilmiah sesuai
dengan keadaan yang sebenarnya tanpa dipengaruhi
pandangan pribadi. Objektivitas dalam karya ilmiah dapat
dilakukan dengan menempatkan gagasan sebagai pangkal
tolak tanpa memunculkan pelaku atau subjek. Berikut
adalah contoh penggunaan bahasa yang objektif.
OBJEKTIF SUBJEKTIF
Data-data di atas telah Data-data di atas telah
memberikan bukti besar memberikan bukti betapa
peranan teknologi dalam besar peranan teknologi
meningkatkan kualitas dalam meningkatkan
pendidikan kualitas pendidikan

Berdasarkan beberapa Berdasarkan beberapa


paparan pendapat para ahli paparan pendapat para ahli
dapat disimpulkan sebagai kiranya dapat disimpulkan
berikut. sebagai berikut.

114
7. Bahasa Baku
Bahasa Indonesia baku adalah bahasa Indonesia yang
sesuai kaidah bahasa Indonesia yang meliputi tata bahasa
(struktur), diksi, dan ejaan. Struktur bahasa menyangkut
bentukan kata, tata kalimat, dan paragraf. Diksi
menyangkut pemilihan kata/istilah yang tepat. Adapun
ejaan berkaitan dengan pedoman umum ejaan bahasa
Indonesia (PUEBI). Menurut Waridah, (2014:60) ciri bahasa
baku adalah tidak dipengaruhi bahasa asing atau bahasa
daerah. Berikut contoh bentukan kata yang baku dan tidak
Baku
Baku Tidak Baku
Legalisasi Legalisir
Lokalisasi Lokalisir
Realisasi Realisir
Terbentur Kebentur
Tertabrak Ketabrak
Pergelaran Pagelaran
Metode Metoda
Mengubah merubah/merobah/mengobah
Daripada Ketimbang
Hanya Cuma

8. Penggunaan Bahasa dengan Konsisten


Penggunaan bahasa dan ejaan dalam karya ilmiah
dilakukan secara konsiten. Selain ejaan penggunaan huruf
tebal, cetak miring dalam penulisan juga harus dilakukan
secara konsisten.

Tugas dan Latihan


1. Apakah pengertian ―Karya Tulis Ilmiah‖?
2. Sebutkan dan jelaskan karakteristik karya tulis ilmiah!
3. Apa yang membedakan karya tulis ilmiah dan non ilmiah?
4. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis karya tulis ilmiah
5. Sebutkan dan jelaskan tujuh kriteria yang mencerminkan
sebuah teks akademik!

115
BAB VII
KERANGKA KARYA TULSI ILMIAH

KEMAMPUAN AKHIR TAHAP PEMBELAJARAN (KATP)


Setelah mempelajari materi pada bab ini, maka diharapkan
mahasiswa mampu :
 Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami berbagai
kerangka karya tulis ilmiah.
 Mehasiswa mampu membuat kerangka karya tulis ilmiah
dalam bentuk artikel ilmiah atau laporan hasil penlitian mini
riset.

A. Kerangka Karya Tulis Laporan Penelitian


Kerangka karya ilmiah yang dibahas pada bagian ini
membahas secara khusus untuk penulisan karya ilmiah laporan
penelitian seperti skripsi, tesis dan disertasi. Sedangkan untuk
jenis karya tulis ilmiah seperti makalah, artikel dan proposal
dibahas pada pembahasan khusus. Kerangka karya tulis
makalah dan artikel lebih padat dibandingkan laporan
penelitian seperti skripsi, tesis dan disertasi.
Kerangka dalam sebuah tulisan merupakan suatu
susunan rencana atau skema kerja yang memuat garis-garis
besar dari suatu karangan atau tulisan. Dapat dikatakan
membuat kerangka karangan adalah salah satu metode dalam
pembuatan karya tulis berupa pemetaan topik kedalam sub-sub
topik yang nantinya dipecah lagi kedalam sub-sub topik yang
lebih terperinci. Adanya kerangka tulisan akan membuat hasil
karya tulis lebih teratur, memudahkan tahapan pencarian
referensi lanjutan, dan tentunya, menghindarkan dari bahaya
penulisan yang tidak terstruktur.
Secara umum, suatu karya tulis laporan penelitian
memiliki tiga bagian, yakni bagian awal, bagian inti dan bagian
akhir. Ketiga bagian tersebut terbagi menjadi sub-sub bagian
yang lebih terperinci. Kerangka karya tulis tersebut diuraikan
sebagai berikut.

116
1. Pendahuluan
Pada bagian pendahuluan berisikan informasi terkait
karya ilmiah yang dilakukan seperti halaman sampul,
halaman judul, lembar pengesahan, lembar moto penulis,
kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar tabel, dan daftar
gambar.
Ada poin penting yang dipaparkan dalam
pendahuluan. yaitu latar belakang masalah yang
menguraikan mengapa penelitian itu perlu dilakukan dan
apa dampak jika penelitian tersebut tidak dilakukan.
Mendeskripsikan alur latar belakang masalah yang diambil
menjadi poin penting sehingga dalam pengambilan solusi
dalam penelitian tersebut lebih terarah. Selain itu, pada
bagian pendahuluan terdapat tujuan dari permasalahan
yang dilakukan yakni berupa solusi terkait permasalahan
yang diangkat dalam karya ilmiah tersebut. Pada bagian
pendahuluan diuraikan juga manfaat karya tulis ilmiah
tersebut. Dengan adanya tujuan dan manfaat tersebut
artinya karya tulis tersebut tersebut terdapat batasan yang
harus dikerjakan yang menjaganya tidak keluar dari inti
utama dalam penelitian yang dilakukan.
Intinya pada bagian pendahuluan karya tulis ilmiah
memaparkan terkait penelitian yang akan dilakukan. Seperti
latar belakang, alasan memilih topik, uraian singkat terkait
masalah yang diambil, pembahasan terkait ruang lingkup,
dan solusi yang diberikan, tujuan, dan manfaat dari hasil
penelitian.

2. Bagian inti
Pada bagian inti dalam penelitian karya tulis ilmiah
memaparkan penelitian yang dilakukan dengan mengambil
studi kasus pada bagian pendahuluan. Bagian inti
pembahasan dalam karya tulis ilmiah diuraikan beberapa
poin meliputi landasan teori atau pisau analisisi, metode
penelitian, hasil penelitian dan pembahasan. Pengambilan
landasan teori ini berkaitan dengan pokok persoalan yang

117
menjawab permasalahan yang diangkat dalam karya tulis
tersebut. Landasan teori umumnya di kutip dari pendapat
para ahli yang terkait dengan studi penelitian yang
dilakukan. Metode penelitian berkaitan dengan cara dan
langkah yang ditempuh dalam melakukan penelitian.
Dalam metodologi penelitian diuraikan hal yang terkait
dengan alur metode dalam melakukan penelitian yang
meliputi jenis penelitian, waktu dan tempat penelitian,
populasi dan sampel, data dan sumber data, metode
pengumpulan data, teknik analisis data.
Selanjutnya, pada bagian inti dari penulisan laporan
penelitian diuraikan bab yang menguraikan hasil penelitian
dan pembahasan. Jenis genre teks yang ada pada
pembahasan adalah teks deskripsi dan diskusi. Teks
deskripsi pada hasil penelitian menguraikan temuan dan
hasil penelitian, kemudian teks diskusi mengulas tentang
temuan yang dipadukan dengan teori atau hasil penelitian
relevan yang pernah dilakukan orang lain.

3. Bagian Akhir
Bagian akhir dari laporan penelitian berisi
kesimpulan dan saran. Kesimpulan berisikan inti dari hasil
analisis pada bagian isi dan pembahasan. Kesimpulan yang
disampaikan pada bagian ini berupa penjelasan singkat dan
padat mengenai hasil analisis dan temuan-temuan. Bagian
akhir juga berisi daftar rujukan dan lampiran-lampiran
berupa eviden dan persuratan yang mendukung dalam
penelitian.

Pada umumnya, skema kerangka penulisan laporan


penelitian sebagai berikut.
BAGIAN PEMBUKA
1. Halaman Sampul
2. Halaman Judul
3. Halaman Pengesahan
4. Abstraksi

118
5. Kata Pengantar
6. Daftar Isi
7. Daftar Tabel, Gambar, Grafik, dll.

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
1.2 Rumusan masalah
1.3 Tujuan Penelitian
1.4 Manfaat Penelitian
1.5 Batasan masalah
1.6 Definisi Istilah (Boleh ada, boleh tidak)

BAB II KAJIAN PUSTAKA/LANDASAN TEORI


BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
3.4 Metode Pengumpulan Data
3.5 Teknik Analisis Data
3.6 Desain Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil penelitian
4.2 Pembahasan

BAB V
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran

Daftar Pustaka
Lampiran
Biodata Peneliti

Sistematika di atas merupakan sistematika yang lengkap


dan runtut dalam penulisan laporan penelitian. Dalam Karya
Tulis Ilmiah, jenis huruf yang digunakan umumnya adalah

119
Times New Roman atau Arial, dengan size 12. Kertas yang
dipakai adalah A4, dengan margin sebagai berikut:

Top : 4 cm
Left : 4 cm
Right : 3 cm
Bottom : 3 cm

B. Struktur Kerangka Karya Tulis Makalah


Secara garis besar makalah terdiri atas tiga bagian, yaitu
bagian awal, bagian inti, dan bagian akhir. Isi ketiga bagian
tersebut dipaparkan sebagai berikut.
Bab I Pendahuluan
1. Latar Belakang Masalah.
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan
4. Manfaat

BAB II Teks Utama : (Pembahasan/ Isi)


BAB III Penutup
1. Kesimpulan
2. Saran

Untuk mendukung terhadap penyusunan makalah yang


baik, sederhana dan mudah namun tidak melupakan ketentuan-
ketentuan yang berlaku, maka makalah dapat disesuaikan
dengan sistematika sebagai berikut:
1. Halaman Sampul (Cover)
Hal-hal yang harus ada pada bagian sampul adalah :
a. Judul makalah
b. Keperluan atau maksud ditulisnya makalah
c. Nama penulis makalah
d. Tempat serta waktu penulisan makalah

120
Contoh halaman sampul

Sumber:
https://www.pakartutorial.com/

2. Daftar Isi
Daftar isi pada karya tulis berfungsi sebagai
pencantuman isi tulisan. Isi tulisan disusun berdasarkan bab
yang terdapat di dalam tulisan disertai urutan halaman
secara benar agar mempermudah pembaca dalam mencari
bahan bacaannya.

3. Bab I Pendahuluan
Bagian Pendahuluan pada makalah terdiri dari, latar
belakang, masalah, tujuan, manfaat. Pada latar belakang
masalah berisikan hal-hal mendasar mengapa perlu ditulis
makalah tersebut. Pada bagian Masalah atau topik bahasan
berisi permasalahan apa saja yang dibahas oleh penulis
dalam makalah. Pada bagian tujuan dan manfaat berisi
tujuan dan pentingnya pembahasan makalah atau topik
yang di bahas

121
4. Bab II Teks Utama : (Pembahasan/ Isi)
Berisi pembahasan dari setiap masalah dan pokok
permasalahan yang telah disajikan atau pembahasan secara
rinci dari setiap pokok permasalahan. Pembahasan pada
makalah disesuaikan dengan rumusan masalah yang
diuraikan. Isi dari pembahasan dapat bersumber dari buku,
dan dapat pula dari internet.

5. Bab III Penutup


Bagian penutup makalah biasanya berisi kesimpulan
dan saran. Bagian kesimpulan berisi uraian singkat dan
poin-poin penting tentang topik yang dibahas pada
makalah. Bagian saran berisi masukan penulis atau saran
terkait topik yang dibahas pada makalah.

6. Daftar Pustaka / Daftar Rujukan


Daftar pustaka berisi daftar dari bahan bacaan/
pustaka yang digunakan sebagai acuan dalam penyusunan
makalah tersebut. Seluruh kutipan dalam isi makalah harus
tercantum dalam daftar pustaka agar tidak anggap sebagai
plagiat.

C. Struktur Kerangka Karya Tulis Artikel


Menurut Wibowo (2006:113) secara umum struktur
artikel ilmiah hasil penelitian dan artikel ilmiah non penelitian
relatif sama. Pada artikel non penelitian tidak ada bagian
metode. Struktur artikel ilmiah hasil penelitian terdiri atas 10
bagian utama yaitu: (1) judul (2) baris kepemilikan; (3) abstrak;
(4) kata kunci; (5) pendahuluan; (6) metode; (7) hasil dan
pembahasan; (8) simpulan; dan (9) daftar pustaka. Adapun
struktur artikel ilmiah non penelitian terbagi menjadi 9 bagian
utama yaitu: (1) judul; (2) baris kepemilikan; (3) abstrak; (4)
kata kunci; (5) pendahuluan; (6) pembahasan; (7) simpulan; dan
(9) daftar pustaka. Masing-masing bagian diberikan penjelasan
sebagai berikut.

122
1. Judul
a. Judul hendaknya ringkas dan informatif, dengan jumlah
kata tidak lebih dari 12, sudah termasuk kata
penghubung. Agar judul dapat dibuat singkat dan
ringkas dalam 12 kata, hindari kata penghubung dan
penyebutan objek, tempat atau bahan penelitian yang
sangat terperinci.
b. Judul mengandung kata-kata kunci dari topik yang
diteliti.
c. Jenis huruf Times New Roman 14, dengan jarak baris
satu spasi.
d. Judul dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa Ingris, sesuai
dengan bahasa yang dipergunakan dalam manuskrip.
e. Hindari penggunaan singkatan, rumus dan rujukan.

2. Baris Kepemilikan (authorship lines)


a. Baris kepemilikan terdiri atas dua bagian, yaitu nama-
nama penulis dan afiliasi kelembagaan penulis.
b. Afiliasi kelembagaan mahasiswa mengikuti tempat
dimana yang bersangkutan belajar.
c. Nama-nama penulis hendaknya hanya orang yang
benar-benar berpartisipasi dalam perencanaan,
pelaksanaan, analisis hasil, pembahasan, dan penulisan
laporan.
d. Jabatan akademik/fungsional atau gelar kesarjanaan
tidak perlu dicantumkan.
e. Nama lembaga dicantumkan secara lengkap sampai
dengan nama negara, ditulis di bawah nama penulis
beserta alamat pos, email dan faksimili (kalau ada) untuk
keperluan korespondensi.
f. Jika penulis lebih dari satu orang dan berasal dari
kelembagaan berbeda, maka semua alamat dicantum-
kan dengan memberikan tanda superskrip huruf kecil
mulai dari a pada belakang nama penulis secara
berurutan.
g. Nama penulis korespondensi diberi tanda bintang (*)

123
Contoh baris kepemilikan dapat dilihat pada contoh berikut

1Aria Bayu Setiaji, 2Andi Masniati


Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ambon
Jl. Dr. H. Tarmizi Taher Kebun Cengkeh Batu Merah
Atas – Ambon 97128 Email:
Bayusetiaji232@yahoo.com

3. Abstrak
a. Abstrak ditulis secara ringkas dan faktual, meliputi
tujuan penelitian, metode penelitian, hasil dan simpulan.
b. Abstrak ditulis dalam satu paragraf; ditulis dalam dua
bahasa (Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris); panjang
abstrak berkisar antara 150 - 200 kata.
c. Hindari perujukan dan penggunaan singkatan yang
tidak umum.

4. Kata Kunci
a. Kata kunci terdiri atas 3 sampai 5 kata dan/atau
kelompok kata.
b. Ditulis sesuai urutan abjad
c. Antara kata kunci dipisahkan oleh titik koma (;).
d. Hindari banyak kata penghubung (dan, dengan, yang
dan lain-lain)

5. Pendahuluan
a. intisari sub-sub di dalam pendahuluan.
b. Pendahuluan hendaknya mengandung latar belakang
masalah, permasalahan dan tujuan penelitian.
c. Persentase panjang halaman pendahuluan antara 10-15%
dari panjang keseluruhan sebuah manuskrip.
d. Rujukan ditunjukkan dengan menuliskan nama
keluarga/nama belakang penulis dan tahun terbitan,
tanpa nomor halaman. Landasan teori ditampilkan
dalam kalimat-kalimat lengkap, ringkas, serta benar-
benar relevan dengan tujuan penulisan artikel ilmiah.

124
6. Metode Penelitian
a. Informasikan secara ringkas mengenai materi dan
metode yang digunakan dalam penelitian, meliputi
subjek/bahan yang diteliti, alat yang digunakan,
rancangan percobaan atau desain yang digunakan,
teknik pengambilan sampel, variabel yang akan diukur,
teknik pengambilan data, analisis dan model statistik
yang digunakan.
b. Hindari penulisan rumus-rumus statistik secara
berlebihan.
c. Jika menggunakan metode yang sudah banyak dikenal,
sebutkan nama metodenya saja. Jika diperlukan,
sebutkan sumber rujukan yang digunakan sebagai acuan.
d. Untuk penelitian kualitatif, metode penelitian dapat
menyesuaikan.

7. Hasil dan Pembahasan


a. Format hasil penelitian dan pembahasan tidak
dipisahkan, mengingat jumlah halaman yang tersedia
bagi penulis terbatas.
b. Hasil penelitian dapat disajikan dengan dukungan
tabel, grafik atau gambar sesuai kebutuhan, untuk
memperjelas penyajian hasil secara verbal.
c. Judul tabel dan grafik atau keterangan gambar disusun
dalam bentuk frase (bukan kalimat) secara ringkas.
d. Keterangan gambar/grafik diletakkan di bawah
gambar/grafik tersebut, sedangkan judul tabel diletak-
kan di atasnya. Judul diawali dengan huruf kapital.
e. Jangan mengulang menulis angka-angka yang telah
tercantum dalam tabel di dalam teks pembahasan. Jika
akan menekankan hasil yang diperoleh sebaiknya
sajikan dalam bentuk lain, misalnya persentase atau
selisih. Untuk menunjukkan angka yang dimaksud,
rujuk saja tabel yang memuat angka tersebut.

125
f. Materi pembahasan terutama mengupas apakah hasil
yang didapat sesuai dengan hipotesis atau tidak, dan
kemukakan argumentasinya.
g. Pengutipan rujukan dalam pembahasan jangan terlalu
panjang (bila perlu dihindari).
h. Sitasi hasil penelitian atau pendapat orang lain
hendaknya dituliskan dalam kalimat sendiri (tidak
menggunakan kalimat yang persis sama).
i. Kumpulan penelitian sejenis dapat dirujuk secara
berkelompok.

8. Simpulan
a. Simpulan hendaknya merupakan jawaban atas
pertanyaan penelitian, dan diungkapkan bukan dalam
kalimat statistik.
b. Ditulis sepanjang satu paragraf dalam bentuk esai, tidak
dalam bentuk numerical.

9. Daftar Pustaka
a. Ketentuan umum penulisan daftar pustaka:
b. Rujukan yang dicantumkan dalam daftar pustaka
hanyalah rujukan yang benar-benar dikutip dalam
manuskrip.
c. Untuk artikel hasil penelitian, daftar pustaka dirujuk dari
sekitar 10-15 artikel jurnal ilmiah. Sedangkan artikel non
penelitian sekurang-kurangnya telah merujuk 15 artikel
ilmiah.
d. Daftar pustaka disusun secara alfabetis berdasarkan
urutan abjad nama penulis.

126
D. Struktur Kerangka Resensi Buku
Sebuah resensi harus memuat hal-hal sebagai berikut :
1. Data buku atau identitas buku
a. Judul buku
Jika buku yang akan diresensi adalah buku
terjemahan, maka perlu menuliskan judul asli buku
tersebut.
b. Penulis atau pengarang
Jika buku yang diresensi adalah buku terjemahan,
maka harus menyebutkan penulis buku asli dan
penerjemah.
c. Nama penerbit
d. Cetakan dan tahun terbit
e. Tebal buku dan jumlah halaman

Contoh identitas buku sebagai berikut.


IDENTITAS BUKU
Judul Buku : Tip & Trik Jago Main Rubrik
Penulis : Wicaksono Adi
Penerbit : Gradien Mediatama
Cetakan : 1, 2009
Tebal : 184 halaman

2. Judul Resensi
Judul resensi boleh sama dengan judul buku, tetapi
tetap dalam konteks buku aslinya.

3. Ikhtisar Isi Buku


Dalam meresensi buku, seorang peresensi harus
menulis buku yang hendak diresensi. Ikhtisar adalah bentuk
singkat dari suatu karangan atau rangkuman. Ikhtisar
merupakan bentuk singkat karangan yang tidak
mempertahankan urutan karangan atau buku asli,
sedangkan ringkasan harus sesuai dengan urutan karangan
atau buku aslinya. Adapun hal-hal yang harus diperhatikan
dalam membuat ikhtisar isi buku adalah sebagai berikut.

127
a. Membaca naskah/buku asli
Penulis ikhtisar harus membaca buku asli secara
keseluruhan untuk mengetahui gambaran umum,
maksud, dan sudut pandang pengarang.
b. Mencatat gagasan pokok dan isi pokok setiap bab
c. Membuat reproduksi atau menulis kembali gagasan
yang dianggap penting ke dalam karangan singkat yang
mempunyai satu kesatuan yang padu.

4. Kelebihan dan Kekurangan Buku


Penulis resensi harus memberikan penilaian
mengenai kelebihan dan kelemahan buku yang disertai
dengan ulasan secara objektif
Contoh kelebihan dan kekurangan buku
Kelebihan Buku
1) Banyak terdapat gambar yang menarik.
2) Penjelasannya sangat rinci.
3) Terdapat indeks untuk kata-kata yang sulit
dimengerti

Kekurangan Buku
4) Beberapa kata yang sulit dimengerti tidak terdapat
pada bagian indeks.

5. Kesimpulan
Penulis resensi harus mengemukakan apa yang
diperolehnya dari buku yang diresensi dan imbauan kepada
pembaca. Jangan lupa cantumkan nama selaku peresensi.

128
BAB VIII
MENYUSUSN KARYA TULIS ILMIAH

KEMAMPUAN AKHIR TAHAP PEMBELAJARAN (KATP)


Setelah mempelajari materi pada bab ini, maka diharapkan
mahasiswa mampu :
 Mahasiswa mampu menemukan masalah untuk dijadikan
sebuah karya tulis ilmiah
 Mahasiswa mampu menentukan topik/tema untuk dijadikan
karya tulis ilmiah
 Mahasiswa mampu menyusun karya tulis ilmiah dalam
bentuk artikel atau laporan hasil penelitian (mini risert)

A. Menemukan Masalah
Tahap persiapan mencakup kegiatan menemukan
masalah atau mengajukan masalah yang akan dibahas dalam
penelitian. Masalah yang ditemukan didukung oleh latar
belakang, identifikasi masalah, batasan, dan rumusan masalah.
Langkah berikutnya mengembangkan kerangka pemikiran
yang berupa kajian teoritis.
Langkah selanjutnya adalah mengajukan hipotesis atau
jawaban atau dugaan sementara atas penelitian yang akan
dilakukan. Metodologi dalam tahap persiapan penulisan karya
ilmiah juga diperlukan. Metodologi mencakup berbagai teknik
yang dilakukan dalam pengambilan data, teknik pengukuran,
dan teknik analisis data. Kemudian tahap penulisan
merupakan perwujudan tahap persiapan ditambah dengan
pembahasan yang dilakukan selama dan setelah penulisan
selesai. Terakhir adalah tahap penyuntingan dilakukan setelah
proses penulisan dianggap selesai.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam merumuskan
masalah penelitian sebagai berikut
1. Rumusan masalah dikemukakan dengan kalimat interogatif
atau kalimat Tanya seperti mengapa, bagaimana, apakah
dsb.
2. Jika terdapat bebrapa rumusan masalah, maka harus
diuraikan secara terpisah

129
3. Rumusan masalah hendaknya bersifat khas tidak bermakna
ganda
4. Rumusan masalah hendaknya padat dan jelas
5. Rumusan masalah harus bersifat implikasi adanya data
untuk memecahkan masalah
6. Rumusan masalah perlu dibatasi lingkupnya, sehingga
memungkinkan penarikan simpulan yang tegas

B. Menentukan Topik/ Tema Karya Ilmiah


Dalam menulis karya ilmiah, penulis hendaklah
mengangkat tema-tema yang aktual dan bukan suatu tema
yang sudah basi atau ketinggalan zaman sehingga karya tulis
yang dihasilkan lebih berbobot dan mendapat sambutan yang
baik dari pembaca. Sebagian penulis kadang kala mengangkat
tema yang kurang penting yang hanya menjadi sebuah tulisan
yang mubazir. Selain itu, ada sebagian penulis ilmiah hanya
bertindak sebagai seorang penulis plagiator atau diistilahkan
dengan penulis ―ceplakan atau sarjana foto kopi, julukan bagi
mahasiswa yang skripsinya diupahkan pada tukang buat
skripsi‖.
Mengenai tema Walija (1996:19-20) memaparkan bahwa
kata ‗tema‘ diserap dari bahasa Inggris theme yang berarti
‗pokok pikiran‘. Kata theme itu sendiri berasal dari bahasa
Yunani, tithenai, yang berarti; meletakkan atau menempatkan.
Tema sebuah karangan merupakan ide dasar atau ide pokok
sebuah tulisan. Biasanya tema tidak dapat dilihat dengan
kasatmata dalam sebuah karangan, karena bukan terdapat
dalam sebuah kalimat yang utuh, tetapi tema merupakan
cerminan dari keseluruhan isi karangan dari awal sampai akhir.
Tema merupakan amanat atau pesan-pesan yang dapat dipetik
dari karangan. Rumusan dari simpulan yang berupa pesan-
pesan pengarang itulah yang disebut tema.
Sebuah tema yang baik adalah harus menarik perhatian
penulis sendiri. Apabila penulis senang dengan pokok
pembicaraan yang ingin dikarang tentu seorang pengarang
dalam keadaan senang atau tidak dalam keadaan terpaksa.

130
Selain menarik perhatian, tema yang hendak ditulis terpahami
dengan baik oleh penulis. Selain tema dalam setiap tulisan
ilmiah juga harus memiliki topik. Ada sebagian orang
menyamakan antara topik dengan tema. Ternyata pendapat itu
keliru. Topik adalah pokok pembicaraan yang ingin
disampaikan dalam karangan.
Rambu-rambu yang harus diketahui dan dipahami oleh
seorang penulis untuk menentukan dan memilih topik yang
baik adalah sebagai berikut:
1. Topik sebaiknya bersifat faktual;
2. Topik sebaiknya berasal dari dunia atau bidang kehidupan
yang akrab dengan penulis;
3. Topik sebaiknya memiliki nilai tambah atau memiliki arti
yang penting, baik bagi penulis sendiri atau bagi orang lain;
4. Topik sebaiknya selaras dengan tujuan pengarang dan
selaras dengan calon pembaca;
5. Topik sebaiknya asli, bukan pengulangan atas hal yang
sama yang pernah disajikan oleh orang lain;
6. Topik sebaiknya tidak menyulitkan pencarian data, bahan,
dan informasi lain yang diperlukan.

C. Membuat Kerangka Tulisan


Langkah-langkah dalam memuat kerangka yaitu sebagai
berikut
1. Merumuskan tema dan menentukan judul karya ilmiah.
Pastikan penulis memilih tema dan materi yang
dikuasai dan, kalau mungkin, disenangi. Setelahnya,
pilihlah judul yang singkat namun menarik.

2. Memastikan bahan referensi.


Sebelum menulis karya ilmiah pastikan penulis harus
sudah memiliki bayangan di mana saja nantinya bisa
mendapatkan sumber informasi, rujukan, dan sampel untuk
penelitian. Karena penelitian tanpa data sokongan yang
kredibel tidak bisa disebut sebagai karangan ilmiah yang
bisa dipertanggung jawabkan.

131
3. Memiliki Rancangan Dasar.
Walaupun begitu rinci, penulis harus sudah memiliki
jawaban-jawaban dari pertanyaan bayangan atas apa yang
akan diteliti. Hal ini kembali ke pertanyaan-pertanyaan
dasar karya ilmiah; seperti sebutlah, kita akan mengadakan
penelitian tentang penggunaan kompor gas di antara kaum
ibu-ibu di Desa Sumberwudi, Kecamatan Lamongan.
Pertanyaan yang harus dijawab adalah: Apa? Jawabannya
yakni penggunaan kompor gas. Siapa? Penggunanya, dalam
hal ini adalah target penelitian, yaitu kaum ibu-ibu. Di
mana? Di Desa Sumberwudi Kecamatan Lamongan.
Mengapa? Karena di daerah pedesaan yang masih berada di
tepian hutan, beberapa orang masih suka menggunakan
tunggu berbahan bakar kayu. Kapan? Rentang penelitian
kita termasuk menanyakan sejak kapan seorang pengguna
tunggu kayu beralih ke kompor gas, atau sebaliknya.
Bagaimana? Cara untuk mengetahuinya adalah kita
mendatangi setiap rumah di sana dan mengadakan
wawancara.

4. Mulai menulis struktur.


Baru setelah kita yakin, maka bisa beralih ke langkah
selanjutnya, yaitu merancang struktur atau kerangka karya
ilmiah.

Tugas dan Latihan


1. Hal-Hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam
merumuskan masalah penelitian?
2. Apakah pengertian ‗topik‖?
3. Hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam
menentukan topik dalam karya ilmiah?
4. Buatlah kerangka karya tulis ilmiah dengan teman
kelompok anda!

132
BAB IX
PENGUTIPAN

KEMAMPUAN AKHIR TAHAP PEMBELAJARAN (KATP)


Setelah mempelajari materi pada bab ini, maka diharapkan
mahasiswa mampu :
 Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami pengertian,
teknik dan etika pengutipan dalam tulisan.
 Mahasiswa mampu membedakan jenis-jenis kutipan.
 Mahasiswa mampu membuat kutipan dengan benar
 Mahasiswa mampu menulis daftar pustaka dari berbagai
macam sumber.

A. Pengertian Pengutipan
Kutipan mempunyai beberapa pengertian, diantaranya
sebagai berikut.
1. Kutipan adalah upaya penulis dalam memperkuat gagasan
dengan cara merujuk gagasan atau pendapat ahli yang
sesuai dengan bidangnya atau upaya menyampaikan
gagasan para ahli.
2. Kutipan adalah sebuah pinjaman berupa gagasan, ide,
pendapat yang diambil dari berbagai sumber seperti buku,
kamus, ensiklopedia, artikel, majalah, internet dan berbagai
sumber lainnya.
3. Kutipan adalah pengulangan satu ekspresi sebagai bagian
dari yang lain dengan mencantumkan sumber aslinya.
4. Kutipan adalah pendeskripsian ulang oleh penulis atau
memparafrasekan ulang pendapat orang atau ahli.

Kutipan dalam sebuah tulisan berfungsi sebagai


pendukung atau memperkuat pendapat penulis. Dalam karya
ilmiah pengutipan juga berfungsi sebagai landasan teoritis
guna menjawab permasalahan secara teoritis. Umumnya
kutipan tersebut digunakan untuk mengemukakan definisi
atau pengertian konsep dan menguraikan suatu rumusan
melalui pendapat ahli.

133
Dalam mengutip tulisan orang lain perlu memahami
prinsip-prinsip yang benar. Diantaranya sebagai berikut.
1. Apabila mengutip karya tulis orang lain dan terdapat
kesalahan ejaan, maka sebaiknya tidak mengubahnya.
Pengutip tidak berhak dan tidak dibenarkan merevisi kata
atau ejaan dari sumber kutipan.
2. Dalam mengutip diperkenankan menghilangkan atau
memenggal bagian-bagian kutipan dengan syarat tidak
menyebabkan gagasan atau informasi dan maknanya
berubah

B. Jenis Kutipan
Secara umum terdapat tiga kaidah pengutipan yang
umumnya digunakan di Indonesia yakni innote, footnote, dan
endnote. Penggunaannya bergantung pada aturan dan
kesepakatan yang ditetapkan oleh sebuah lembaga atau
instansi. Jadi setiap instansi atau lembaga bisa saja berbeda
kaidah penggunaan kutipannya.
1. Inote/Body note
Innote atau yang dikenal dengan in-text note adalah
kaidah pengutipan dan penulisan rujukan dalam badan teks
buku, makalah, majalah, artikel, atau karya tulis ilmiah yang
lain. Kaidah pengutipan ini lazim digunakan di
Indonesia. Berdasarkan penggunaannya, Innote terbagi
menjadi dua jenis yaitu Kutipan Langsung dan Kutipan
Tidak Langsung.
a. Kutipan langsung
Kutipan langsung merupakan suatu penggunaan
kutipan yang dilakukan dengan cara menuliskan
kembali pendapat, ide atau gagasan orang lain tanpa
mengubah isi tulisan aslinya. Prinsip dasar pengutipan
langsung adalah mengutip sumber secara utuh seperti
pada sumbernya tanpa menarasikan ulang atau
memparafrasekan. Kutipan langsung bisanya bersumber
dari pendapat seseorang ahli yang telah terkenal
(populer), baik dalam buku, koran, majalah, atau bahkan

134
media elektronik. Fungsi kutipan langsung sebagai bukti
atau memperkuat pendapat penulis secara teoritis.
Ciri-ciri kutipan langsung sebagai berikut
1) Kutipan langsung tidak mengubah teks aslinya
2) Dalam penulisannya menggunakan titik tiga berspasi
[. . .] jika terdapat bagian kata-kata dari kutipan yang
dihilangkan.
Contoh sebagai berikut

Pengaruh penjualan produk di toko-toko tidak


dapat meningkat dengan adanya label halal dalam
kemasan dan…hal tersebut dikarenakan mayoritas
masyarakat Indonesia memeluk agama islam…17

Apabila terdapat kesalahan pada teks aslinya


maka penulis menandainya dengan tanda [sic!].
Contoh:…hal itu memiliki makna [sic!]. yang ambigu

Ada beberapa cara yang perlu dipahami dalam


membuat kutipan langsung, yaitu sebagai berikut.
1) Kutipan langsung ditulis sesuai bahasa aslinya, baik
bahasa Indonesia maupun bahasa asing.
2) Kutipan ditulis tanpa mengubah makna isinya.
Apabila isinya berupa bahasa asing maka penulis
dapat menerjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.
3) Kutipan yang telah ditelaah diterjemahkan ditulis
sesuai bahasa asli dan terjemahannya.
4) Kutipan ditulis sesuai bahasa aslinya kemudian
diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia oleh
pengutipnya sendiri. Namun, jika pengutip tidak
menerjemahkan tetapi memberi komentar atau
mengambil inti maknanya saja, maka ketentuannya
termasuk kutipan langsung khususnya berkenaan
dengan komentar tersebut.

Format penulisan kutipan terdiri atas nama


pengarang diikuti dengan tahun penulisan dan halaman.

135
Penulisan nama pengarang hanya ditulis nama belakang
atau nama marga tanpa gelar. Penulisan tahun penerbit
dan halaman teks kutipan ditulis di dalam tanda
kurung(…). Contoh kutipan langsung sebagai berikut

Argumentasi merupakan suatu bentuk retorika


yang berusaha untuk dapat mempengaruhi sikap
serta juga pendapat orang lain, agar mereka itu
percaya dan akhirnya bertindak sesuai dengan apa
yang diinginkan oleh penulis atau pembicara
(Keraf, 1983: 3).

b. Kutipan tidak langsung


Kutipan tidak langsung dimaknai suatu cara
merujuk pendapat orang lain atau ahli dengan
memahami inti sari atau ide pokok teks asli kemudian
menuliskan kembali melalui bahasa sendiri. Artinya
gagasan yang dinarasikan oleh penulis seolah-olah
adalah hasil dari pemikiran yang dibangun sendiri. Hal
tersebut dibenarkan dan tidak melanggar etika
pengutipan dengan catatan penulis tetap mencantumkan
sumber asli atau dapat dibuat catatan kaki.
Dalam melakukan pengutipan tidak langsung
penulis memerlukan kecermatan khusus untuk
menghindari agar ide atau gagasan yang dibangun tidak
melenceng atau bertentangan dengan aslinya. Apabila
sumber teks berupa bahasa asing, maka penulis dapat
menerjemahkan ke dalam bahasa Indonesia agar mudah
dipahami. Pengutipan dalam bentuk bahasa asing,
penulisannya dapat menggunakan bahasa Indonesia
tanpa merubah ide pikiran atau pendapat yang ditulis.
Cara pengutipan tidak langsung tidak berbeda
dengan pengutipan langsung, hanya yang membedakan
adalah isi kutipan tidak langsung menggunakan bahasa
sendiri dan kutipan langsung tidak mengubah teks
aslinya. Contoh pengutipan tidak langsung sebagai
berikut.

136
1) Contoh Pengutipan tidak langsung dengan
menuliskan nama penulis secara terpadu

Setiaji (2018:110) tidak menduga bahwa


penggunaan bahasa metaforis juga banyak
ditemukan di dalam tulisan ilmiah

2) Contoh pengutipan langsung dengan menuliskan


nama penulis, tahun dan halaman secara bersamaan.

Penggunaan bahasa metafora ternyata banyak


ditemukan dalam tulisan ilmiah (Setiaji,
2018:110)

2. Footnote(Catatan Kaki)
Footnote umumnya disebut dengan catatan kaki.
Footnot Berisi catatan yang penulisannya berada di bagian
bawah halaman karya tulis. Penempatan di bagian bawah
tulisan ini berfungsi sebagai pencantuman identitas yang
menjadi sumber rujukan dari gagasan atau pendapat yang
dikutip. Selain menjelaskan asal kutipan catatan kaki juga
sering digunakan untuk menjelaskan teks atau istilah
khusus yang perlu penjelasan lebih panjang.
Ada beberapa fungsi catatan kaki yaitu sebagai
berikut
a. Catatan kaki berfungsi untuk memberikan keterangan
dan penjelasan terkait sumber rujukan agar mudah
dipahami pembacanya.
b. Untuk menunjukkan referensi lainnya agar pembaca
dapat mengetahui ulasan secara jelas tentang istilah yang
digunakan dalam karya tulis ilmiah tersebut.
c. Untuk menghargai dari kutipan yang telah dikutip dan
pembaca tahu sumber rujukan yang dikutip.

Terdapat beberapa teknis membuat catatan kaki yang


perlu diperhatikan antara lain

137
a. Nama pengarang tidak dibalik, atau nama marga tidak
terletak di depan
b. Judul buku yang dirujuk ditulis dengan cetak miring
c. Rujukan yang bersumber selain dari buku misalnya
artikel di majalah, koran, atau jurnal, judul sumber
ditempatkan dalam tanda petik dua (―…‖), tidak dicetak
miring atau garis bawah.
d. Kota terbit
e. Nama penerbit
f. Tahun terbit
g. Nomor halaman
h. Semua unsur dihubungkan dengan tanda koma (,),
kecuali setelah kota terbit, dihubungkan dengan tanda
titik dua (:).

Contoh penulisan catatan kaki sebagai berikut.


a. Catatan Kaki yang bersumber dari Buku
1Chairil Anwar, Aku Ini Binatang Jalang, (Jakarta: PT

Gramedia Pustaka Utama, 1991), hlm 4.

b. Catatan kaki yang bersumber dari majalah atau surat


kabar
2Dinda Mutiara, ―Bahasa Jawa di Ambang
Kepunahan?‖, Kompas, 3 Mei, 1990, hlm. 5.

c. Catatan kaki yang bersumber dari internet


3Richard Whittle, ―High Sea Piracy: Crisis in Aden‖,

Aviation Today, diakses dari


http://www.aviationtoday.com/rw/military/attack/Hi
gh-Sea-Piracy-Crisis-in-Aden_32500.html, pada tanggal
31 Mei 2013 pukul 10.47

Dalam membuat catatan kaki, ada beberapa singkatan


yang perlu dipahami penulis, yakni sebagai berikut

138
a. Singkatan ibid.
Singkatan ibid adalah kependekan dari kata ibidem
yang memiliki maksud untuk menunjukkan kutipan di
tempat yang sama dan belum diselingi dengan kutipan
lain.
Contoh:
1) Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa, Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta, 1999, hlm. 8
2) Ibid., hlm. 15 (berarti dikutip dari buku yang sama
dengan buku di atas)

b. Singkatan op.cit
Singkatan op.cit adalah kependekan dari opera
citato, yang artinya untuk menunjukkan kutipan yang
telah ditulis sebelumnya namun diselingi dengan sumber
lain.
Contoh
1) Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa, Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta, 1999, hlm. 8..
2) Soedjito dan Mansur Hasan, Keterampilan Menulis
Paragraf,Remaja Rosda Karya, Bandung, hlm. 23.
3) Gorys Keraf, op. cit. hlm 8 (berarti diambil dari buku
yang telah disebutkan di atas)

c. Singkatan log.cit
Singkatan log.id adalah kependekan dari
laco.citato, maksudnya digunakan untuk merujuk pada
halaman yang sama dari satu sumber yang telah
disebutkan sebelumnya.
Contoh:
1) Ismail Marahimin, Menulis secara Populer, Pustaka
Jaya, Jakarta, 2001, hlm 46.
2) Soedjito dan Mansur Hasan, Keterampilan Menulis
Paragraf,Remaja Rosda Karya, Bandung, hlm. 23.

139
3) Ismail Marahimin, loc. cit. (maksudnya buku yang
telah disebut di atas di halaman yang sama, yakni
hlm. 46)
4) Soedjito dan Mansur Hasan, loc. cit. (menunjuk ke
halaman yang sama dengan yang disebut terakhir,
yakni hlm. 23)

3. Endenote (Catatan Akhir)


Endnote atau catatan akhir merupakan kaidah
pengutipan yang memanfaatkan kode angka sebagaimana
footnote, untuk merujuk informasi. Berbeda dengan footnote,
keterangan identitas sumber rujukan endnote terletak pada
bagian akhir, setelah seluruh pembahasan pada karya tulis
telah selesai.

C. Penulisan Daftar Rujukan atau Referensi


Daftar rujukan yang ditulis dalam daftar pustaka adalah
pustaka yang dirujuk dalam karya yang dibuat. Penulisan
daftar pustaka dalam karya ilmiah umumnya menggunakan
format APA (American Psychological Association). Format ini
mengedepankan kesetaraan sehingga menjadikan inisial
pengganti nama depan penulis teks sumber. APA juga
menonjolkan penelitian terbaru sehingga tanggal dicantumkan
lebih awal dalam kutipan.
Daftar pustaka atau rujukan dalam karya ilmiah
biasanya mengambil referensi yang terbaru minimal sepuluh
tahun terakhir. Unsur yang ditulis dalam daftar pustaka
meliputi (1) Nama pengarang, (2) Tahun penerbit, (3) Judul , (4)
tempat penerbitan, (5) nama penerbit. Penulisan daftar pustaka
menggunakan huruf tegak kecuali dalam penulisan judul
menggunakan huruf miring.
Cara penulisan daftar kutipan berdasarkan dari berbagai
sumber sebagai berikut.
1. Penulisan daftar pustaka dalam buku nama penulis tunggal
dan unsur nama hanya satu ditulis dengan urutan berikut
a. Nama Pengarang

140
b. Tahun terbit
c. Judul buku(ditulis huruf miring)
d. Kota yang menerbitkan
e. Nama Penerbit

Contoh :
Sugiono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung.
Alfabeta.

2. Penulisan daftar pustaka dari buku nama pengarang terdiri


dari dua unsur atau lebih ditulis dengan urutan:
a. Nama akhir diikuti koma, nama awal (disingkat) dan
nama tengah jika ada.
b. Tahun Terbit
c. Judul Buku
d. Kota yang menerbitkan
e. Nama Penerbit

Contoh :
Parera, J.D. 2007. Morfologi. Jakarta:Gramedia

3. Penulisan daftar pustaka dari buku yang terdiri dari dua


orang penulis atau lebih maka penulisannya antara
pengarang satu dan kedua dipisah dengan tanda titik dan
koma, serta antara pengarang kedua dan ketiga
dihubungkan dengan kata sambung dan. Apabila penulis
atau pengarangnya lebih dari tiga orang maka dapat ditulis
dengan menulis pengarang pertama dan diikuti dengan
tulisan at.al.
Contoh :
Mulyadi, Y dan Ani, A.2013.Bahasa Indonesia Untuk SMP
Kelas VII Kurikulum 2013. Bandung: Yrama Widya.

4. Penulisan daftar pustaka bersumber dari jurnal ditulis


seperti halnya kutipan dari sumber buku. Hal yang
membedakan adalah pada penulisan yang bersumber dari

141
artikel setelah penulisan judul artikel diikuti dengan nama
jurnal dan volume terbit.
Contoh :
Setiaji, A.B. 2018. Metafora Dalam Wacana Narasi. Jurnal
Totobuang, Volume 7. No.2.Hal 90-105.

5. Penulisan daftar pustaka bersumber dari dokumen resmi


pemerintah yang diterbitkan tanpa pengarang dan tanpa
lembaga ditulis sebagai berikut.
a. Judul atau nama dokumen (ditulis huruf miring)
b. Tahun terbit
c. Kota terbit
d. Nama penerbit.
Contoh :
Undang-Undang Republik Indonesia. Nomor 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen. 2006. Jakarta: Diperbanyak
oleh PT Armas Duta Jaya.

6. Penulisan daftar pustaka yang bersumber dari dokumen


yang ditulis atas nama lembaga dengan urutan sebagai
berikut.
a. Nama Lembaga penanggung jawab
b. Tahun
c. judul karangan
d. Nama tempat penerbit
e. Nama lembaga tertinggi yang bertanggung jawab atas
penerbitan.
Contoh :
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 2008. Kamus
Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

7. Penulisan daftar pustaka bersumber dari buku yang


diterjemahkan ditulis dengan urutan berikut :
a. Nama pengarang asli
b. Tahun penerbit karya terjemahan
c. Judul terjemahan

142
d. Nama penerjemah (yang didahului kata terjemaham,
nama tempat penerbit, dan nama penerbit terjemahan)
Contoh
Lakoff, G. & Johnson, M. 1980. Metafora Kognitif. Terjemahan
Alwy Racman. Makassar : Fakultas Sastra
Universitas Hasanudin.

8. Penulisan daftar pustaka bersumber dari karya ilmiah


akademik seperti skripsi, tesis, disertasi atau laporan
penelitian ditulis dengan urutan sebagai berikut
a. Nama Penulis atau pengarang
b. Tahun
c. Judul karya ilmiah (ditulis huruf miring)
d. Jenis karya ilmiah ( skripsi, tesis, disertasi)
e. Nama kota diikuti nama instansi atau universitas
Contoh :
Jufri.2006. Struktur Wacana Lontara La Galigo. Disertasi..
Malang: Program Pascasarjana UM

9. Penulisan daftar pustaka bersumber dari makalah yang


disajikan dalam seminar, penataran, atau lokakarya ditulis
dengan urutan berikut
a. Nama pengarang
b. Tahun
c. Judul makalah
d. Menambahkan kata ―Makalah disajikan dalam kegiatan
…diikuti nama pertemuan
e. Lembaga penyelenggara
f. Tempat penyelenggara
Contoh :
Ramdhan. 2019. ―Makna Reduplikasi dalam Buku Ajar
Bahasa Indonesia Kelas X‖. Makalah. Seminar
Nasional Sastra dan Linguistik di Universitas
Sebelas Maret Surakarta.

143
10. Penulisan daftar Pustaka yang bersumber dari internet
ditulis dengan urutan berikut
a. Nama Pengarang
b. Tahun Terbit
c. Judul (dicetak Miring)
d. Alamat web diikuti tanggal pengaksesan
Contoh:
Martin. 2019. Jenis-Jenis Kalimat. https://sahabatnesia.com/
jenis-jenis-kalimat/ (diakses 20 Juli 2020)

11. Penulisan daftar Pustaka bersumber dari email ditulis


dengan susunan sebagai berikut
a. Pengirim (alamat e-mail pengirim)
b. Tahun, tanggal, bulan
c. Judul Pesan
d. E-mail kepada penerima [alamat e-mail penerima].
Contoh :
Musthafa, Bachrudin (musthafa@indo.net.id). (2000, 25
April). Bab V Laporan Penelitian. E-mail kepada
Dedii Supriadi (supriadi@indo.net.id)

12. Penulisan daftar pustaka bersumber dari surat kabar ditulis


dengan urutan berikut
a. Nama Pengarang
b. Tahun, tanggal, bulan
c. Judul
d. Nama Surat Kabar [Jenis Media], jumlah halaman.
e. Menambahkan kata ―Tersedia‖: alamat di internet.
[tanggal diakses]
Contoh
Cipto, B. (2000, 27 April). Akibat Perombakan Kabinet
Berulang, Fondasi Reformasi Bisa Runtuh. Pikiran
Rakyat [online], halaman 8. Tersedia:
http://www.pikiranrakyat.com [9 Maret 2000]

144
D. Etika Pengutipan
Sebelum melakukan pengutipan hasil karya orang lain
maka perlu memperhatikan etika pengutipan yang berlaku.
Sesuai dengan Pasal 14 UU No. 19 Tahun 2002 C. ―Tidak
dianggap sebagai pelanggaran Hak Cipta apabila pengambilan
berita aktual baik seluruhnya maupun sebagian dari kantor
berita, lembaga penyiaran, atau surat kabar atau sumber sejenis
lain, dengan ketentuan sumbernya harus disebutkan secara
lengkap‖. Berdasarkan pernyataan tersebut maka diartikan
bahwa mengutip hasil karya orang lain dengan menyebutkan
sumbernya secara lengkap maka tidak melanggar hukum.
Hal ini juga diperkuat dengan Pasal 15 UU No. 19 Tahun
2002 dengan syarat bahwa sumbernya harus disebutkan atau
dicantumkan, tidak dianggap sebagai pelanggaran Hak Cipta:
1. Dalam tata cara mengutip karya orang lain setidaknya harus
memperhatikan aturan atau tata cara yang berlaku. Kutipan
dapat berupa tulisan-tulisan buku, jurnal, majalah, surat
kabar, gambar ataupun foto, E-Book dan sumber atau media
lainnya.
2. Sesuai dengan Pasal 14 UU No. 19 Tahun 2002 C. ―Tidak
dianggap sebagai pelanggaran Hak Cipta apabila
pengambilan berita aktual baik seluruhnya maupun
sebagian dari kantor berita, Lembaga Penyiaran, atau surat
kabar atau sumber sejenis lain, dengan ketentuan
sumbernya harus disebutkan secara lengkap‖.
3. Pengutipan tulisan atau karya orang lain dengan disebutkan
sumbernya secara lengkap maka tindakan yang dilakukan
tidak melanggar hukum. Hal ini juga diperkuat dengan
Pasal 15 UU No. 19 Tahun 2002.
4. Pengambilan ciptaan pihak lain, baik seluruhnya maupun
sebagian guna keperluan; (i) ceramah yang semata-mata
untuk tujuan pendidikan dan ilmu pengetahuan: atau (ii)
pertunjukan atau pementasan yang tidak dipungut bayaran
dengan ketentuan tidak merugikan kepentingan yang wajar
dari Pencipta;

145
5. Perbanyakan suatu ciptaan bidang ilmu pengetahuan, seni,
dan sastra dalam huruf braille guna keperluan para tuna
netra, kecuali jika Perbanyakan itu bersifat komersial;
6. Perbanyakan suatu ciptaan selain program komputer, secara
terbatas dengan cara atau alat apapun atau proses yang
serupa oleh perpustakaan umum, lembaga ilmu
pengetahuan atau pendidikan, dan pusat dokumentasi yang
nonkomersial semata-mata untuk keperluan aktivitasnya.
7. Perubahan yang dilakukan berdasarkan pertimbangan
pelaksanaan teknis atas karya arsitektur, seperti ciptaan
bangunan;

Tugas dan Latihan


1. Apakah pengertian ―kutipan‖?
2. Sebutkan prinsip-prinsip dalam mengutip tulisan orang
lain!
3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan ―kutipan langsung dan
Kutipan tidak langsung‖!
4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan “Footnote atau Catatan
Kaki‖!
5. Sebutkan fungsi Footnote atau catatan kaki!
6. Sebutkan teknis dalam membuat catatan kaki!
7. Apakah yang dimaksud dengan ―daftar pustaka‖?
8. Buatlah masing-masing satu contoh daftar pustaka yang
bersumber dari buku, jurnal, majalah, dan online!

146
BAB X
ORISINALITAS DAN PLAGIARISME

KEMAMPUAN AKHIR TAHAP PEMBELAJARAN (KATP)


Setelah mempelajari materi pada bab ini, maka diharapkan
mahasiswa mampu :
 Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami pengertian
dan pentingnya orisinalitas dalam tulisan.
 Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami pengertian
dan bentuk tindakan dan sanksi plagiarism

A. Pentingnya Orisinalitas Tulisan


Orisinalitas dalam karya tulis ilmiah dimaknai bahwa
karya tulis yang dihasilkan belum pernah ditulis sebelumnya
dan juga bukan karya orang lain. Karya tulis ilmiah khususnya
skripsi, tesis, disertasi dan hasil penelitian lainnya semaksimal
mungkin harus memperlihatkan orisinalitas. Biasanya toleransi
orisinalitas dalam karya ilmiah 80%, jika keseluruhan hasil
tulisan menunjukkan 20% terdeteksi plagiarisme maka masih
memenuhi kriteria orisinalitas.
Suatu karya tulis ilmiah bisa dikatakan orisinal jika
memenuhi kriteria antara lain sebagai berikut.
1. Penulis menuliskan sesuatu yang belum pernah ditulis oleh
orang lain
2. Penulis melakukan karya empiris yang belum pernah
dilakukan sebelumnya. Apabila karya empiris sudah pernah
dilakukan dapat melakukannya kembali dengan penelitian
pengembangan atau lanjutan
3. Penulis membuat interpretasi baru dari gagasan orang lain
4. Penulis melakukan sesuatu yang sama di beberapa negara.
5. Penulis mengambil teknik yang sudah ada untuk
diaplikasikan dalam bidang dan era yang lain.

B. Pengertian Plagiarisme
Plagiarisme atau plagiat dalam karya ilmiah adalah
tindakan menjiplak gagasan, ide, atau pendapat hasil karya
orang lain yang diakui sebagai hak cipta sendiri tanpa

147
mencantumkan sumber aslinya. Sedangkan menurut Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No.17 tahun
2010, plagiat merupakan perbuatan secara sengaja atau tidak
sengaja dalam memperoleh atau mencoba memperoleh kredit
atau nilai untuk suatu karya ilmiah, dengan mengutip sebagian
atau seluruh karya dan atau karya ilmiah pihak lain yang
diakui sebagai karya ilmiahnya, tanpa menyatakan sumber
secara tepat dan memadai.

C. Bentuk-Bentuk Tindakan Plagiarisme


Ada beberapa bentuk tindakan plagiarisme yang
terkadang dilakukan penulis tanpa disadari. Tindakan
plagiarisme atau plagiat menurut Soelistyo (2011),
diklasifikasikan dalam beberapa tipe, bentuk dan jenis, yaitu
sebagai berikut
1. Plagiarisme Berdasarkan Aspek yang Ditiru.
Berdasarkan aspek yang dicuri, plagiat terdiri dari
beberapa jenis, yaitu sebagai berikut
a. Plagiat Ide (Plagiarism of Ideas).
Plagiarisme tipe ide ini relatif sulit dibuktikan
karena ide atau gagasan bersifat abstrak dan
kemungkinan memiliki persamaan dengan ide orang
lain. Atau, ada kemungkinan terjadi adanya dua ide
yang sama pada dua orang pencipta yang berbeda.

b. Plagiat Kata demi Kata (Word for word plagiarism).


Plagiarisme tipe ini serupa dengan slavish copy,
yaitu mengutip karya orang lain secara kata demi kata
tanpa menyebutkan sumbernya. Plagiasi dianggap
terjadi karena skala pengutipannya sangat substansial
sehingga seluruh ide atau gagasan penulisannya benar-
benar terambil. Plagiasi seperti ini banyak dilakukan
pada karya tulis.

148
c. Plagiat Sumber (Plagiarism of Source).
Plagiat tipe ini memiliki kesalahan yang fatal
karena tidak menyebutkan secara lengkap selengkap-
lengkapnya referensi yang dirujuk dalam kutipan. Jika
sumber kutipan itu merujuk seseorang sebagai penulis
yang terkait dengan kutipan, maka nama penulis
tersebut harus turut serta disebut. Ini tentu sikap yang
fair dan tidak merugikan kepentingan penulis tersebut
serta kontributor-kontributor lainnya.

d. Plagiat Kepengarangan (Plagiarism of Authorship).


Tindakan plagiarisme ini terjadi atas dasar
kesadaran dan motif kesengajaan untuk membohongi
publik. Misalnya mengganti sampul buku atau sampul
karya tulis orang lain dengan sampul atas namanya
tanpa izin.

2. Plagiarisme Berdasarkan Kesengajaan


Berdasarkan faktor kesengajaan, plagiat dibagi
menjadi dua jenis, yaitu:
a. Plagiat Sengaja.
Plagiat sengaja adalah plagiat yang dilakukan
secara sadar dengan menggunakan, meminjam,
menjiplak karya orang lain baik berupa ide, gagasan,
kalimat, dan teori tanpa mencantumkan sumber
referensi.

b. Plagiat Tidak Sengaja.


Plagiat tidak sengaja adalah plagiat yang
dilakukan oleh seseorang karena ketidak-sengajaan,
yaitu kurangnya pengetahuan dan pemahaman orang
tersebut dalam mengutip.

3. Plagiarisme Berdasarkan Proposisi yang dibajak


Berdasarkan proporsi atau jumlah persentase yang
dibajak, plagiat dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:

149
a. Plagiat Ringan.
Plagiat ringan manakala dalam sebuah karya tulis
ilmiah yang dibuat oleh seseorang kurang dari 30%.
b. Plagiat Sedang.
Plagiat sedang mempunyai persentase 30%-70%
dalam sebuah karya tulis yang dibuat.
c. Plagiat Total.
Plagiat total berarti lebih dari 70% isi karya tulis
ilmiahnya merupakan plagiat dari karya orang lain.
Plagiat ini tidak bisa ditolerir dan karya tersebut harus
direvisi ataupun tak diakui.

4. Plagiarisme Berdasarkan Pola


Berdasarkan pola yang dibajak, plagiat terdiri dari
beberapa jenis, yaitu:
a. Plagiarisme total.
Plagiarisme total yaitu tindakan plagiasi yang
dilakukan seorang penulis atau pengarang dengan cara
menjiplak atau mencuri hasil karya orang lain
seluruhnya dan mengklaim sebagai karyanya. Biasanya,
dalam plagiasi ini seorang penulis hanya mengganti
nama penulis dan instansi penulis aslinya dengan nama
dan instansinya sendiri. Lalu, penulis mengubah sedikit
judul artikel hasil jiplak, kemudian juga mengubah
abstrak, kata-kata kunci tertentu (keywords), sub judul
artikel, kata dan kalimat tertentu dalam bagian tulisan
dan kesimpulan dengan kata-kata atau kalimat tertentu
agar terlihat berbeda dengan artikel aslinya.

b. Plagiarisme parsial.
Plagiarisme persial yaitu tindakan plagiasi yang
dilakukan seseorang penulis dengan cara cara menjiplak
sebagian hasil karya orang lain untuk menjadi hasil
karyanya sendiri. Biasanya, dalam plagiasi jenis ini
seorang penulis mengambil pernyataan, landasan teori,
sampel, metode analisis, pembahasan dan atau

150
kesimpulan tertentu dari hasil karya orang lain menjadi
karyanya tanpa menyebutkan sumber aslinya.

c. Auto-plagiasi (self-plagiarisme).
Plagiasi Auto-plagiasi yaitu plagiasi yang
dilakukan seorang penulis terhadap karyanya sendiri,
baik sebagian maupun seluruhnya. Misalnya, ketika
menulis suatu artikel ilmiah seorang penulis meng-copy
paste bagian-bagian tertentu dari hasil karyanya dalam
suatu buku yang sudah diterbitkan tanpa menyebut
sumbernya.

d. Plagiarisme antar bahasa.


Plagiasi antar bahasa yaitu plagiasi yang
dilakukan seorang penulis dengan cara menerjemahkan
suatu karya tulis yang berbahasa asing ke dalam bahasa
Indonesia. Kemudian, penulis menjadikan hasil
terjemahan tersebut sebagai hasil karyanya tanpa
menyebut sumbernya.

5. Plagiarisme Berdasarkan Penyajian


Berdasarkan cara penyajiannya, plagiat terdiri dari
beberapa jenis, yaitu:
a. Plagiarisme Verbatim.
Plagiarisme Verbatim merupakan tindakan
plagiasi dengan menjiplak karya orang lain apa adanya
dan memberi kesan bahwa karya tersebut merupakan
hasil karya ciptaannya sendiri.

b. Plagiarisme Kain Perca.


Plagiarisme Kain Perca atau lebih dikenal dengan
patchwork merupakan tindakan plagiasi dengan
mengambil karya milik orang lain dari berbagai sumber
tanpa menyebutkan rujukan dan menyusunnya menjadi
satu kesatuan yang utuh, sehingga terkesan sebagai
karyanya sendiri.

151
c. Plagiarisme Parafrase.
Plagiarisme parafrase merupakan tindakan
plagiasi dengan mengubah kalimat dari penulis asli
dengan kalimatnya sendiri dan tidak mencantumkan
referensi ataupun kutipan.

d. Plagiarisme Kata Kunci atau Frasa Kunci.


Plagiarisme kata kunci atau frasa kunci
merupakan tindakan plagiasi dengan mengambil
sejumlah kata kunci dari penulis asli dan
memparafrasekannya lagi dengan kata-katanya sendiri.

e. Plagiarisme Struktur Gagasan.


Plagiarisme struktur gagasan merupakan tindakan
plagiasi dengan mengambil struktur gagasan orang lain,
kemudian dituangkan lagi agar terlihat berbeda.

D. Sanksi Tindak Plagiasi


Bentuk tindakan plagiarisme dalam akademik dapat
dilakukan oleh mahasiswa, dosen, peneliti maupun tenaga
pendidik lainnya. Apabila secara jelas seorang melakukan
tindakan plagiasi dalam hasil karya ilmiahnya maka pihak
instansi atau universitas dapat melakukan tindakan tegas
sesuai sanksi yang ditetapkan. Sanksi yang ditetapkan dapat
merujuk pada Permendiknas No.17 Tahun 2010 tentang
pencegahan dan penanggulangan plagiat di perguruan tinggi.
Dalam aturan tersebut, pada Pasal 12 Ayat 1 dan 2 dinyatakan
secara eksplisit mengenai sanksi tindakan plagiasi bagi
mahasiswa, dosen, peneliti maupun tenaga pendidik.
Berdasarkan pasal 12 Ayat 1 disebutkan bahwa
mahasiswa yang terbukti melakukan tindakan plagiat dapat
diberikan sanksi berupa.
1. Teguran
2. Peringatan tertulis
3. Penundaan pemberian sebagian hak mahasiswa

152
4. Pembatalan nilai 1 atau beberapa mata kuliah yang
diperoleh mahasiswa
5. Pemberhentian dengan hormat dari status sebagai
mahasiswa
6. Pemberhentian tidak dengan hormat dari status sebagai
mahasiswa
7. Pembatalan ijazah apabila mahasiswa telah lulus dari suatu
program

Berdasarkan Pasal 12 ayat 2 disebutkan bahwa


dosen/peneliti/tenaga pendidik yang terbukti melakukan
plagiat diberikan sanksi berupa:
1. Teguran
2. Peringatan tertulis
3. Penundaan pemberian hak dosen/ peneliti/ tenaga
kependidikan
4. Penurunan pangkat dan jabatan akademik/ fungsional
5. Pencabutan hak untuk diusulkan sebagai guru
besar/profesor/ahli peneliti utama bagi yang memenuhi
syarat
6. Pemberhentian dengan hormat dari status sebagai
dosen/peneliti/tenaga kependidikan
7. Pemberhentian tidak dengan hormat dari status sebagai
dosen/peneliti/tenaga kependidikan atau
8. Pembatalan ijazah yang diperoleh dari perguruan tinggi
yang bersangkutan

Pada pasal 12 Ayat 3 peraturan yang sama disebutkan


juga bahwa: Apabila dosen/ peneliti/ tenaga kependidikan
sebagaimana yang dimaksud pada ayat (2) huruf f, huruf g, dan
huruf h menyandang sebutan guru besar/ profesor/ ahli
peneliti utama, maka dosen/ peneliti/ tenaga kependidikan
tersebut dijatuhi sanksi tambahan berupa pemberhentian dari
jabatan guru besar/profesor/ahli peneliti utama oleh menteri
atau pejabat yang berwenang atas usul perguruan tinggi yang
diselenggarakan oleh pemerintah atau atas usul perguruan

153
tinggi yang diselenggarakan oleh masyarakat melalui
koordinator perguruan tinggi swasta.

Tugas dan Latihan


1. Jelaskan pentingnya orisinalitas dalam karya ilmiah!
2. Sebutkan kriteria keorisinilan suatu karya ilmiah!
3. Apakah yang dimaksud dengan ―plagiarisme atau plagiat‖
dalam tulisan!
4. Sebutkan jenis Plagiarisme yang ditinjau berdasarkan aspek
yang ditiru!
5. Sebutkan jenis Plagiarisme yang ditinjau berdasarkan aspek
kesengajaan!
6. Sebutkan jenis Plagiarisme yang ditinjau berdasarkan pola!
7. Sebutkan jenis Plagiarisme yang ditinjau berdasarkan
Proposisi yang Dibajak!
8. Sebutkan jenis Plagiarisme yang ditinjau berdasarkan
penyajiannya!
9. Apa saja sanksi yang diberikan kepada mahasiswa yang
melakukan tindakan plagiarisme berdasarkan
Permendiknas No.17 Tahun 2010!
10. Apa saja sanksi yang diberikan kepada dosen, dan pendidik
yang melakukan tindakan plagiarisme berdasarkan
Permendiknas No.17 Tahun 2010!

154
DAFTAR PUSTAKA

Arifin dkk. 2010. Cermat Berbahasa Indonesia: AKAPRES

Brotowidjoyo, Mukayat D. (1985). Penulisan Karangan Ilmiah.


Jakarta: Akademika Presindo.

Dalman. 2012. Menulis Karya Ilmiah . Jakarta: PT Raja Grafindo


Persada.

Halliday, M.A. K. Hasan R. 1985. Language Context, and text: Aspect


of language in a social semiotic Perspective. London : Oxford
University Press.

Kemendiknas. 2009. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang


Disempurnakan (EYD). Jakarta: Kemendiknas RI.

Keraf, Gorys. 1985. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia

Natawidjaja, P. Suparman. 1997. Teras Komposisi. Jakarta: PT


Intermasa.

Notohadiprawiro, T., 2006. Metode Penelitian dan Penulisan


Ilmiah, Latihan Dasar Pemeriksa Karantina Ikan. Badan
Pendidikan dan Latihan Pertanian, Departemen.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No.17


tahun 2010 tentang Pencegahan dan Penanggulangan
Plagiat. Diakses 7 juni 2019.
Badanbahasa.kemendikbud.go.id/

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik


Indonesia, Nomor 50,Tahun 2015 tentang Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia. Diakses 20 Mei 2019.
Badanbahasa.kemendikbud.go.id/

Soelistyo, Henry. 2011. Plagiarisme: Pelanggaran Hak Cipta dan Etika.


Yogyakarta: Kanisius.

Suwignyo, Heri dkk. 2007. Bahasa Indonesia Ilmiah. Malang:


Universitas Negeri Malang.

155
Undang-Undang Nomor 24, tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa,
Lambang Negara dan Lagu Kebangsaan.

Walija. 1996. Bahasa Indonesia dalam Perbincangan. Jakarta: IKIP


Muhammadiyah Jakarta Press.

Wijino, Hs. 2007. Bahasa Indonesia. Jakarta: Grasindo.

Wiranto, T, 2012. Ciri-ciri Keilmiahan Teks Akademik dalam Bahasa


Indonesia. Indonesian Journal Of Sistemic Funtional
Lingusitics, 1, 88-111.

Waridah, Ernawati. 2014. Pedoman kata Baku dan Tidak Baku.


Bandung: Ruang Kata.

Wibowo. 2006. Kerangka Karya Tulis Ilmiah. (online).


(http://lavolathifah.blogspot.com/2013/12/contoh-
kerangka-karangan.html. Diakses Tanggal 9 September
2019).

Zaenal Arifin, S. Amran Tasai (2010). Cermat Berbahasa Indonesia


Untuk Perguruan tinggi. Jakarta: Akademika Presindo.

156
TENTANG PENULIS

Aria Bayu Setiaji, lahir di Kabupaten


Karanganyar, Kota Solo, Provinsi Jawa
Tengah pada tanggal 26 April 1990.
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
(S.Pd) Jurusan Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia di Universitas
Muhammadiyah Sidenreng Rappang
(UMS). Gelar Magister Pendidikan (M.Pd)
diperolehnya dari Program Pascasarjana
Universitas Negeri Makassar (UNM) tahun 2018 jurusan
Pendidikan Bahasa Indonesia dengan judul tesis : Struktur Metafora
dalam Wacana Narasi dan Relevansinya terhadap Pengajaran semantik.
Tahun 2019 diangkat sebagai dosen tetap di Institut Agama
Islam Negeri (IAIN) Imam Rijali Ambon, mengampu mata kuliah
bahasa Indonesia. Penulis juga aktif dalam kegiatan keilmiahan
dan menerbitkan beberapa artikel ilmiah yang bereputasi di
tingkat nasional maupun jurnal internasional. Penulis juga
merupakan salah satu editor di jurnal ilmiah Jurnal Lingue: Bahasa ,
Budaya dan Sastra.
Beberapa Karyanya yang telah terbit di jurnal nasional dan
Internasional terakreditasi antara lain (1) “Bupolo Motion Reading”
(jurnal Internasional terindeks scopus) (2) ―Struktur Metafora
dalam Wacana Narasi‖, (3) ―Makna Reduplikasi dalam Buku
Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas X SMA (Kajian Morfologi)‖ (4)
―Pengaruh Metode Pembelajaran Quantum Writing Terhadap
Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi Siswa Kelas XI SMA
Negeri 2 Panca Rijang‖.
Buku ini merupakan karya pertamanya semoga bermanfaat
dan menjadi motivasi penulis untuk menerbitkan buku lainnya.

157

Anda mungkin juga menyukai