Anda di halaman 1dari 7

Nama : HIDAYAH HASANAH

NIM : 1807013
Prodi : S1 Keperawatan

RANGKUMAN JURNAL YANG BERKAITAN DENGAN


ATS, CTAS, ESI & MTS

Link Jurnal
ATS : http://jurnal.borneo.ac.id/index.php/borticalth/article/view/1305
CTAS : https://www.jurnal.stikesmus.ac.id/index.php/avicenna/article/view/311
ESI : http://e-journal.unair.ac.id/index.php/JAKI/article/download/3177/2320
MTS : https://www.jurnal.stikesmus.ac.id/index.php/avicenna/article/view/310

Rangkuman 1
AUSTRALASIAN TRIAGE SCALE (ATS)
Skala Triase Australasia (ATS) adalah algoritma triage gawat darurat yang terdiri dari
lima tingkat yang terus dikembangkan di Australia. 5 poin skala triase, telah disahkan dan
diadopsi di Australia dan dinyatakan sesuai dengan Standar Kesehatan dan diberi nama Skala
Triage Nasional/ National Triage Scale (NTS) dan mulai diimplementasikan pada tahun 1993.
Pada akhir 1990-an, NTS menjalani revisi dan kemudian namanya diganti menjadi Skala Triase
Australasia /Australasian Triage Scale (ATS) (Gerdtz et al., 2008; Ebrahimi, 2015).
Kategori ATS menggunakan warna antara lain: Merah (Kategori 1), Oranye (Kategori 2),
Hijau (Kategori 3), Biru (Kategori 4) dan Putih (Kategori 5) dengan waktu penentuan kategori
dan penanganan segera hingga batas waktu maksimal 120 menit sejak kedatangan pasien pada
unit gawat darurat.
Kategori ATS
1. Merah (kategori 1)
a. Deskripsi kategori : kondisi yang mengancam kehidupan atau memiliki risiko kecacatan
dan membutuhkan intervensi agresif segera.
b. Response: segera, serentak, penilaian dan perawatan
c. Deskriptor klinis: gagal jantung, henti napas, risiko langsung terhadap jalan napas (laju
pernapasan >10/mnt, gangguan pernapasan ekstrem, blood pressure (bp) >80 (dewasa)
atau anak / bayi yang sangat terkejut, tidak responsif atau hanya merespons nyeri (gcs
>9), kejang yang sedang berlangsung/ berkepanjangan, overdosis dan tidak responsif
atau hipoventilasi, gangguan perilaku parah dengan ancaman kekerasan berbahaya.
2. Oranye (kategori 2)
a. Deskripsi kategori : kondisi pasien cukup serius atau memburuk dengan sangat cepat
sehingga ada potensi ancaman terhadap kehidupan, atau kegagalan sistem organ, jika
tidak dirawat dalam waktu 10 menit setelah kedatangan atau nyeri yang sangat parah.
b. Response: penilaian dan perawatan dalam 10 menit (penilaian dan perawatan sering
bersamaan) deskriptor klinis: risiko jalan nafas, tridor parah, gangguan pernapasan
parah, gangguan peredaran darah (kulit lembab atau berbintik-bintik, perfusi buruk, sdm
<150 atau >150 (dewasa), hipotensi dengan efek hemodinamik, kehilangan darah yang
parah), nyeri dada, rasa sakit yang sangat parah, dugaan sepsis), neutropenia demam,
trauma berat, fraktur mayor, torsi testis, konsumsi, diseksi aorta, kehamilan ektopik
c. Perilaku / psikiatri: kasar atau agresif, ancaman langsung terhadap diri sendiri atau
orang lain, agitasi atau agresi yang parah
d. Deskriptor klinis: stroke akut, percikan asam atau alkali ke mata, endophthalmitis yang
dicurigai (pasca katarak, injeksi pasca-intravitreal), dan multi trauma besar
(membutuhkan respons tim yang terorganisir dengan cepat).
3. Hijau (kategori 3)
a. Deskripsi kategori : berpotensi mengancam kehidupan kondisi pasien dapat mengancam
anggota tubuh, atau dapat menyebabkan morbiditas yang signifikan, jika penilaian dan
pengobatan tidak dimulai dalam waktu 30 menit.
b. Response: penilaian dan perawatan dimulai dalam 30 menit.
c. Deskriptor klinis: hipertensi berat, kehilangan darah yang cukup parah, kejang, muntah
yang persisten, dehidrasi, cidera kepala dugaan sepsis, nyeri yang cukup parah, nyeri
perut tanpa fitur risiko tinggi atau usia pasien >65 tahun, cidera ekstremitas sedang,
deformitas, laserasi parah, himpitan tanpa fitur berisiko tinggi lainnya, anak yang
berisiko mengalami pelecehan
d. Perilaku / psikiatri: sangat tertekan, risiko membahayakan diri sendiri, psikotik akut
atau pikiran kacau, krisis situasional, gelisah yang berpotensi agresif
4. Biru (kategori 4)
a. Deskripsi kategori: berpotensi serius, kondisi pasien dapat memburuk, atau hasil yang
merugikan dapat terjadi, jika penilaian dan pengobatan tidak dimulai dalam satu jam
setelah kedatangan di ugd. Mungkin membutuhkan pemeriksaan dan konsultasi yang
rumit dan / atau manajemen rawat inap
b. Response : penilaian dan perawatan dimulai dalam 60 menit
c. Deskriptor klinis: perdarahan ringan, aspirasi benda asing, tidak ada gangguan
pernapasan, cidera dada tanpa nyeri tulang rusuk, kesulitan menelan, cidera kepala
ringan, nyeri sedang, muntah atau diare tanpa dehidrasi, peradangan mata, trauma
tungkai, kemungkinan patah tulang, laserasi tanpa komplikasi , nyeri perut nonspesifik
d. Perilaku / psikiatri: masalah kesehatan mental semi mendesak, di bawah pengamatan
dan / atau tidak ada risiko langsung terhadap diri sendiri atau orang lain.
5. Putih (kategori 5)
a. Deskripsi kategori : kurang mendesak, kondisi pasien cukup kronis atau minor sehingga
gejala atau hasil klinis tidak akan terpengaruh secara signifikan
b. Response : penilaian dan perawatan dimulai dalam 120 menit
c. Deskriptor klinis : nyeri minimal tanpa fitur risiko tinggi, gejala minor penyakit yang
stabil, gejala minor dari kondisi berisiko rendah, luka ringan, laserasi minor (tidak perlu
dijahit)
d. Perilaku / psikiatri: pasien yang dikenal dengan gejala kronis, krisis sosial, sabar secara
klinis.
Kesimpulan
Australasian triage scale (ATS) merupakan triase yang dikembangkan di Australia dan Selandia
baru, terdiri dari 5 kategori dengan waktu penentuan kategori dan penanganan segera hingga
batas waktu maksimal 120 menit sejak kedatangan pasien pada unit gawat darurat. ATS secara
global telah diterima dengan nilai reliabilitas sedang dimana reliabilitas ini lebih akurat untuk
dewasa lebih tinggi dari anak-anak.

Rangkuman 2
CANADIAN TRIAGE ACUITY SCALE (CTAS)
Kanada berupaya untuk secara lebih akurat mendefinisikan kebutuhan pasien untuk
perawatan yang tepat waktu, mengevaluasi tingkat ketajaman tenaga medis dalam menentukan
skala prioritas pasien, mengidentifikasi kebutuhan sumber daya dan kinerja terhadap "tujuan"
operasi tertentu. Sehingga dibentuk The Canadian Emergency Department Triage & Acuity
Scale (CTAS).
CTAS adalah triase dengan 5 level yang pada tahun 2016 terdapat 10 komponen triase
yang masih menjadi fokus perhatian dan pembaruan. Hingga terdapat setidaknya 3 pembaruan
penting.
Tiga perubahan dalam CTAS yaitu:
1. Perubahan level pada penyakit-penyakit yang berkaitan atau disebabkan oleh demam atau
peningkatan suhu.
2. Pengubah definisi kelemahan adalah “Setiap pasien yang sepenuhnya bergantung pada
perawatan pribadi; siapa yang terikat kursi roda; menderita gangguan kognitif yang
membatasi kesadaran mereka tentang lingkungan mereka atau kemampuan untuk
menghargai waktu, menunjukkan tanda-tanda cachexia dan kelemahan umum; atau lebih
dari 80 tahun kecuali jelas kuat secara fisik dan mental.
3. Pengubah demam, suhu lebih besar dari 38,5 °C terlihat tidak sehat, CTAS level 2 dan suhu
lebih tinggi dari 38,5 °C terlihat baik CT CTAS level 3 akan terbatas untuk anak-anak 3-18
bulan.
Penilaian CTAS Berdasarkan (Beveridge et al., 1998) sebagai dasar awal penentuan CTAS,
maka penilaian dan juga tindakan berdasarkan triase adalah sebagai berikut:
1. Level I Resuscitation
Kondisi yang merupakan ancaman terhadap nyawa atau anggota tubuh (atau
risiko kemunduran yang segera terjadi) membutuhkan segera intervensi agresif. Saatnya
ke dokter segera. Pasien khas: tidak responsif, tanda vital tidak ada / tidak stabil,
dehidrasi parah dan gangguan pernapasan parah.
2. Level II Emergent
Kondisi yang berpotensi mengancam anggota tubuh atau fungsi, membutuhkan
intervensi medis yang cepat atau tindakan yang didelegasikan. Waktu untuk penilaian
dokter / wawancara ≤ 15 menit.
3. Level III Urgent
Kondisi yang berpotensi berkembang menjadi masalah serius yang membutuhkan
intervensi darurat . Dapat dikaitkan dengan ketidaknyamanan yang signifikan atau
mempengaruhi kemampuan untuk bekerja dan kegiatan hidup sehari-hari. Waktu ke
dokter ≤ 30 menit.
4. Level IV Less Urgent (Semi urgent)
Kondisi yang berkaitan dengan usia pasien, kesulitan, potensi kerusakan atau
komplikasi akan mendapat manfaat dari intervensi atau jaminan dalam 1-2 jam).
Waktunya ke dokter ≤ 1 jam.
5. Level V Tidak Mendesak No Urgent
Kondisi yang mungkin akut tetapi tidak mendesak serta kondisi yang mungkin
menjadi bagian dari masalah kronis dengan atau tanpa bukti kerusakan. Investigasi atau
intervensi untuk beberapa penyakit atau cedera ini dapat ditunda atau bahkan dirujuk ke
rumah sakit atau sistem perawatan kesehatan lain. Waktunya ke dokter ≤ 2 jam.
Kesimpulan
CTAS adalah triase dengan 5 level yang dikembangkan untuk membantu tenaga medis
pada unit gawat darurat memprioritaskan pasien berdasarkan ketajaman dan risiko berbasis
kolaborasi nasional dan internasional. Sejak awal dikembangkan hingga tahun 2016 terdapat 10
komponen triase yang masih menjadi fokus perhatian dan pembaruan. Pembaruan yang dibuat
antara lain mengenai penyakit-penyakit yang berkaitan atau disebabkan oleh demam atau
peningkatan suhu, karena perubahan iklim terus menghangatkan atmosfer, perubahan definisi
kelemahan atau pasien beresiko serta pembaruan triase anak yang berfokus pada standar demam
dan mengenali hipertensi pada anak-anak. Meskipun pembaruan terus dilakukan, penelitian telah
menunjukan bahwa CTAS merupakan metode yang memiliki reliabilitas atau keandalan yang
baik.
Rangkuman 3
EMERGENCY SEVERITY INDEX (ESI)
Emergency Severity Index (ESI) merupakan konsep baru triage yang menggunakan lima
skala dalam pengklasifikasian pasien di IGD. Dalam pengaplikasiannya, saat perawat bertemu
dengan pasien pertama kali, harus dapat segera melakukan penilaian kondisi pasien dan
memberikan keputusan akhir perawatan, pemulangan atau pemindahan ke ruang perawatan
(Bolk et al, 2007).
Penerapan ESI ini dikembangkan oleh US Emergency Departement dimana angka
hospitalisasi dapat diprediksi dengan jelas melalui ESI. Penerapan ESI ini melihat pemeriksaan
diganostic yang kemungkinan dibutuhkan oleh pasien.
Triage ESI bersandar pada lima dasar (Gilboy et al, 2011).
1. Apabila pasien memerlukan intervensi penyelamatan jiwa maka pasien akan masuk dalam
ESI 1.
2. Apabila pasien tidak bisa menunggu karena resiko tinggi, perubahan kesadaran akut , atau
nyeri hebat makan pasien akan masuk dalam ESI 2.
3. Apabila pasien memerlukan lebih dari satu sumber daya maka pasien masuk dalam ESI 3.
4. Apabila pasien memerlukan sumber daya lebih hanya satu maka pasien masuk dalam ESI 4.
5. Apabila pasien bisa menunggu karena resiko tidak tinggi, tidak terjadi perubahan kesadaran
akut atau nyeri hebat maka pasien masuk ke dalam ESI 5.
Untuk kategori ESI 2 dan ESI 3 mensyaratkan perawat triage untuk mengetahui secara
tepat berapa sumber daya yang diperlukan. Sumber daya yang dimaksud adalah utilisasi yang
akan direncanakan dokter IGD terhadap pasien tersebut. Contoh sumber daya adalah
pemeriksaan darah dan urine di laboratorium, pencitraan, pemberian cairan intravena,
nebulisasi, pemasangan kateter urine, dan penjahitan luka laserasi. Pemeriksaan darah, urine,
dan sputum yang dilakukan bersamaan hanya dihitung satu sumber daya. Demikian pula bila
ada CT Scan kepala, foto polos thorax, dan foto polos ekstremitas yang dilakukan bersamaan
dihitung sebagai satu sumber daya (Gilboy,2011).
Kesimpulan
ESI atau Emergency Severity Index merupakan patokan yang dipakai oleh Amerika
untuk menentukan prioritas mengenai kegawat daruratan pasien. ESI dibagi menjadi 5. Pasien
dengan ESI 1 merupakan pasien yang jika tidak mendapatkan pelayanan dengan segara akan
mengancam nyawanya. Contohnya yaitu pasien dengan kecelakaan yang sangat parah tidak
sadarkan diri serta kekurangan darah. ESI 2 yaitu pasien dengan resiko tinggi terdapat beberapa
rasa nyeri dan terdapat perubahan dalam kesadaran. ESI 3 yaitu pasien dengan resiko tidak
terlalu tinggi namun membutuhkan lebih dari 1 penanganan khusus seperti tes urin dan jahit
luka. ESI 4 sama dengan ESI 3 namun pasien hanya membutuhkan 1 penanganan khusus seperti
photo torax. ESI 5 yaitu pasien yang tidak beresiko dan dapat menunggu dalam pelayanannya
seperti panas, batuk, pilek, pusing.

Rangkuman 4
MANCHESTER TRIAGE SYSTEM (MTS)
Manchester Triage System (MTS) adalah sistem klasifikasi prediksi prioritas dan risiko
untuk pasien yang mencari perawatan darurat dan banyak digunakan di negara Uni Eropa
(Storm-Versloot et al., 2011). MTS memiliki daftar 52 kondisi atau presentasi yang telah
ditentukan diagram alur yang dikombinasikan dengan keluhan utama yang dilaporkan oleh
pasien dan dicatat pada formulir oleh perawat.
Klasifikasi tersebut dibagi menjadi lima warna, yaitu :
1. Merah (Langsung)
2. Oranye (Sangat Mendesak)
3. Kuning (Mendesak)
4. Hijau (Standar)
5. Biru (Tidak Mendesak)
(Speake Et Al., 2003).
Metode MTS dirancang untuk memungkinkan praktisi kesehatan pada unit gawat darurat
untuk secara cepat menetapkan prioritas klinis untuk setiap pasien dengan 5 langkah yang
mengedepankan penilaian rasa sakit atau nyeri. MTS dilaporkan memiliki reliabilitas sedang dan
efikasi yang dapat mendukung penerapan MTS. MTS juga telah terbukti valid untuk digunakan
pada anak-anak dan orang dewasa dengan sindrom koroner dan pasien dengan emboli paru akut.
MTS ditemukan inklusif untuk memprediksi penerimaan gawat darurat dan kematian dalam
jangka pendek.
Adapun 5 langkah yang perlu dilakukan antara lain:
1. Identifikasi masalah
2. Kumpulkan dan analisis informasi yang terkait dengan solusi
3. Evaluasi semua alternatif dan pilih satu untuk implementasi
4. Terapkan alternatif yang dipilih
5. Pantau implementasi dan evaluasi hasil
(Manchester triage group, 2013).
Kesimpulan
Manchester Triage System (MTS) adalah lima tingkat algoritma triase gawat darurat yang terus
dikembangkan di Inggris dan diadopsi oleh beberapa negara. Mayoritas penelitian menemukan
bahwa MTS berguna dalam triase pasien di unit gawat darurat dengan tingkat reliabilitas sedang.

Anda mungkin juga menyukai