Anda di halaman 1dari 8

KATA PENGANTAR

Pertama-tamakami panjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena akhirnya
kami dapat menyelesaikan Panduan Triase ini.

Kami mengucapkan terima kasih kepada para penyusun dan pihak yang telah membantu
menyediakan waktunya untuk menyelesaikan Panduan Triase ini.

Kami menyadari masih ada kekurangan yang terdapat dalam panduan ini. Dengan demikian,
diharapkan dapat dilakukan revisi secara berkala sehingga kekurangan yang ada saat ini dapat
diperbaiki.

Akhirnya kami mengharapkan panduan ini dapat berguna sehingga pelayanan di Rumah Sakit
Umum Daerah Kabupaten Aceh Tamiang menjadi lebih baik. Untuk itu, saran dan kritik untuk
perbaikan di masa mendatang sangat kami nantikan.
BAB I
DEFENISI

A. DEFENISI
Triase berasal dari bahasa Perancis yaitu trier dan bahasa Inggris yaitu triage,
diturunkan dalam bahasa Indonesia yaitu triage yang berarti sortir. Kini istilah tersebut
lazim digunakan untuk menggambarkan suatu konsep pengkajian yang cepat dan
berfokus dengan suatu cara yang memungkinkan pemanfaatan sumber daya manusia,
peralatan serta fasilitas yang paling efisien terhadap orang yang memerlukan perawatan
di IGD.
Triase adalah suatu sistem seleksi penderita sesuai dengan kegawatdaruratannya
sehingga menjamin penderita untuk mendapatkan prioritas pelayanan gawat darurat
secara cepat dan akurat.
Penderita yang masuk dalam sistemtriase, segera diserah kan ke ruang periksa
sesuai dengan sifat kegawatan penyakit dan jenis pertolongan yang dibutuhkan. Dokter
dan perawat mempunyai waktu tanggap (respon time) untuk mengkaji keadaan dan
memberikan intervensi secepatnya.
BAB II
RUANG LINGKUP

RSUD Kabupaten Aceh Tamiang Canadian Triage And Acuity Scale (CTAS) dimana
berupaya untuk memilah pasien dengan lebih akurat sesuai kebutuhan perawatan dan
dilakukan tepat waktu. Triase RSUD Kabupaten Aceh Tamiang mempunya 2 dua
klasifikasi, yaitu:
a. Triase Rutin
Dilakukan sehari-hari pada setiap pasien yang masuk ke IGD yang bertujuan untuk
menentukan tingkat kegawatan dan tindakan pertolongan yang dibutuhkan oleh pasien.
b. Triase Bencana
Triase ini ditujukan pada korban yang mengalami kejadian bencana/ kecelakaan/
keracunan massal yang ditujukan ke RSUD Kabupaten Aceh Tamiang untuk menjalani
perawatan lanjutan, seperti tsunama, gempa bumi, atau bencana besar lainnya.
BAB III

TATA LAKSANA

Prinsip triase diberlakukan sistem pemilahan antara:

a. Kejadian Non Bencana : Memberikan pelayanan sesuai kategori pemilahan dengan


CTAS pada pasien secara individu.
b. Kajadian Bencana Massal : Memberikan pelayanan paling efektif untuk pasien dalam
jumlah banyak.

Langkah – langkah triase pada kejadian non bencana :

1. Pasien ditangani berdasarkan prioritas yang dimodifikasi dari Canadian Triage and
Acuaity Scale (CTAS) dengan membagi menjadi 5 kriteria :

Level I Resuscitation See patient Immediately


Level II Emergency Within 15 minutes
Level III Urgency Within 30 minutes
Level IV Less Urgency Within 60 minutes
Level V Non Urgency Within 120 minutes

a. Level 1 – Resusitasi (Kode Biru)


 Pasien harus segera diperiksa oleh dokter
 Kondisi yang merupakan ancaman terhadap nyawa atau anggota tubuh (atau
resiko kemunduran yang segera terjadi) membutuhkan segera intervensi
(resusitasi) agresif. Contoh jenis kondisi yang akan menjadi Level 1 adalah :
Serangan jantung/ pernafasan (arrest), trauma besar, keadaan syok, pasien
tidak sadar, gangguang pernafasan berat.
 Setiap pasien yang membutuhkan bantuan jalan nafas dan ventilasi atau
support sirkulasi.
 Intinya pasien ini memiliki masalah dengan ABC mereka yang membutuhkan
intervensi segera atau perawatan lanjutan.
 Intinya pasien ini memiliki masalah dengan ABC mereka yang membutuhkan
intervensi segera atau perawatan lanjutan.
b. Level 2 – Emergenci (Kode Merah)
 Pasien harus diperiksa dokter dalam waktu 15 menit
 Kondisi yang berpotensi mengancam fungsi organ tubuh, membutuhkan
intervensi medis yang cepat.
 Contoh jenis kondisi yang akan menjadi Level 2 adalah perubahan kondisi
mental, cedera kepala, trauma berat, neonatus, MI, overdosis, dan CVA,
(cerebrovascularnaccident)
c. Level 3 – Urgenci (Kode Kuning)
 Pasien harus diperiksa dokter dalam waktu 30 menit
 Kondisi yang berpotensi berkembang menjadi masalah serius yang
membutuhkan intervensi darurat. Mungkin terkait dengan ketidaknyamanan
yang signifikan atau mempengaruhi kemampuan fungsi di tempat kerja atau
kegiatan sehari-hari.
 Contoh jenis kondisi yang akan menjadi Level 3 adalah trauma sedang, asma,
perdarahan saluran cerna, perdarahan vagina, kehamilan, psikosis akut,
pikiran untuk bunuh diri dan nyeri akut sedang (skala nyeri 4-7 / 10) yang
lebih intens dan tajam (dalam).

d. Level 4 Kurang Urgensi (Hijau)


 Pasien harus diperiksa dokter dalam waktu 60 menit
 Kondisi yang berkaitan dengan usia pasien, dimana kesulitan potensi
kerusakan atau komplikasi akan terjadi jika intervensi tidak dilakukan dalam
1-2 jam
 Contohnya adalah sakit kepala, benda asing pada kornea dan nyeri punggung
kronis

e. Level 5 – Tidak Urgensi (Putih)


 Pasien harus diperiksa dokter dalam waktu 120 menit
 Kondisi yang mungkin akut tetapi tidak mendesak serta kondisi yang
mungkin menjadi kondisi kronis dengan atau tanpa bukti kerusakan.
 Investigasi atau intervensi untuk beberapa penyakit atau cedera dapat ditunda
atau bahkan dirujuk ke area lain di rumah sakit atau sistem perawatan
kesehatan.
 Contoh jenis kondisi yang akan menjadi level 5 adalah sakit tenggorokan,
URI, sakit perut ringan yang kronis atau berulang, dengan tanda-tanda vital
yang normal, muntah saja dan diare saja.

Dalam kondisi dimana alokasi ruang tindakan sesuai dengan kondisi medis pasien terisi
penuh, maka pasien dapat ditempatkan di ruang tindakan lain yang tersedia pada saat itu.
Assesmen dan tindakan medis tetap dilakukan sesuai dengan kondisi medis pasien.

Langkah-langkah triage pada kejadian bencana/ massal:

1. Laporan awal sering kali merupakan pesan paling penting dari suatu bencana karena
ditetapkan tahap emosional dan operasional untuk semua yang mengikuti. Hal penting
yang ditanyakan terhadap informasi yang diterima RS adalah:
 Lokasi kejadian
 Jenis insiden
 Bahaya apa pun yang mungkin diakibatkan bencana (kejadian tidak diinginkan)
 Perkiraan jumlah korban
 Jenis bantuan yang dibutuhkan
Tanyakan spesifik mungkin kebutuhan yang diperlukan dari lokasi bencana.
Pengalaman lapangan menunjukan bahwa aturan praktis yang baik dalam situasi
banyak korban adalah minta satu ambulans untuk setiap lima pasien. Misalnya,
untuk 35 pasien, meminta tujuh ambulans, untuk 23 pasien meminta lima
ambulans.
2. Proses triase dimulai ketika pasien masuk pintu IGD . petugas IGD memilah pasien
dengan melakukan pemeriksaan sederhana dengan waktu tanggap di bawah 2 menit.
3. Pemeriksaan sederhana yang dilakukan adalah mengadopsi teknik pemeriksaan
“START” (Simple Triage And Rapid Treatment). Metode ini dipergunakan dalam
situasi dimana terhadap jumlah korban yang cukup banyak, tetapi jumlah penolong
masih mencukupi walaupun untuk itu harus ada kerja ekstra. Salah satu metode yang
paling sederhana dan umum digunakan adalah metode S.T.A.R.T atau Simple Triage
and Rapid Treatment.
4. Pasien dikelompokkan menjadi 4 kode warna:

Group START Medic Triage


1 Immediate Immediate
2 Urgent Urgent (2a and 2b)
3 Delayed Delayed
4 Expectant
5 Expectant Or Dead
No number, no color Dead
 Label Merah (immediate): pasien yang memerlukan resusitasi dan stabilisasi,
pasien yang menderita cedera berat dan memerlukan penilaian cepat dan tindakan
medis atau transfer segera (dalam hitungan menit) untuk menyelamatkan nyawa.
Melibatkan gangguan jalan nafas (airway), pernafasan (breathing) dan sirkulasi
(circulation), perdarahan berat atau perdarahan tidak terkontrol, penurunan status
mental.
 Label kuning (delayed): pasien yang memerlukan pengawasan ketat tetapi dapat
menunggu untuk mendapatkan tindakan medis atau transfer. Melibatkan cedera
serius dan berpotensi mengancam nyawa, namun kondisi tidak akan menurun
signifikan dalam beberapa jam. Contohnya luka bakar tanpa gangguan saluran
pernafasan atau kerusakan alat gerak, patah tulang tertutup yang tidak dapat
berjalan, cedera punggung.
 Label Hijau (minor): pasien dengan cedera relatif ringan, kondisi tidak akan
menurun dalam beberapa hari. Merupakan kelompok yang paling akhir
prioritasnya, dikenal juha sebagai “Walking Wounded” atau orang cedera yang
dapat berjalan sendiri.
 Label Hitam (dead): pasien yang tiba dalam keadaan meninggal dunia
5. Pasien dilakukan triase dengan memperhatikan 4 faktor:
 Kemampuan berjalan kaki:
- Ya → label hijau
- Tidak →cek pernafasan
 Pernafasan
- Tidak → buka jalan nafas → Tidak → Label Hitam
→ Ya → Label Merah
- Ya → Frekuensi nafas >30x/menit → Label Merah

Frekuensi nafas <30x/menit → Cek Perfusi

 Perfusi
- Denyut nadi radialis tidak ada atau capillary refill > 2 detik → Label merah
- Denyut nadi radialis ada atau capilary refill < 2 detik → cek status mental
 Status Mental
- Tidak mampu mengikuti perintah sederhana → Label Merah
- Mampu mengikuti perintah sederhana → Label Kuning
BAB IV

DOKUMENTASI

Pendokumentasian sistem triase terhadap pada rekam medis pasien

Anda mungkin juga menyukai