PASIEN KRONIS
(HIPERTENSI)
Kelompok 3
Anggota
Tim
1. Alif Ghuruf F (1420122003)
2. Aqmal A G (1420122034)
8. Ima Septia M (1420122005)
9. Lulu Nabila Aiko (1420122045)
3. Dede Mahendra P (1420122058) 10. Rosalinda P E (1420122014)
4. Devia Amelin S (1420122019) 11. Salma S N (1420122038)
5. Frio Finlan H (1420122055) 12. Sinta Bela (1420122050)
6. Glorya F M (1420122024) 13. Tirsa Friskalia T (1420122027)
7. Ika Dwi Partika (1420122036) 14. Windaningsih (1420122037)
Penyakit
Kronis
Komunikasi terpeutik adalah komunikasi yang
Istilah penyakit kronis digunakan untuk
direncanakan secara sadar, bertujuan dan dipusatkan
untuk kesembuhan pasien. Komunikasi terapeutik menggambarkan suatu penyakit yang bisa diderita
mengarah pada bentuk komunikasi interpersonal. dalam kurun waktu lama, biasanya lebih dari 6
bulan atau bahkan bertahun-tahun.
Perikardium
Miokardium
Epicardium
Endokardium
Perikardium
Perikardium adalah kantung atau selaput berisi cairan yang membungkus jantung serta akar
pembuluh-pembuluh darah, termasuk aorta, vena pulmonalis, dan vena cava.
Anatomi
Jantung
Atrium adalah ruang atas di mana darah memasuki
ventrikel jantung, juga disebut serambi jantung.
Katup Trikuspid, yang menyalurkan darah dari serambi (atrium) kanan menuju ke bilik
(ventrikel) kanan
Katup Bikuspid, yang menyalurkan darah dari serambi kiri menuju ke bilik kiri
Katup Pulmonal, yang menyalurkan darah dari bilik kanan ke pembuluh darah yang menuju ke
paru-paru (arteri pulmonaris)
Katup Aorta, yang menyalurkan darah dari bilik kiri ke pembuluh darah yang menuju ke seluruh
tubuh (aorta)
Anatomi
Jantung
Otot jantung merupakan penyusun dinding jantung yang berfungsi memompa
darah, baik menuju jantung maupun sebaliknya, sehingga terjadi sirkulasi darah.
Otot jantung ini merupakan jenis otot lurik tidak sadar yang
ditemukan di dinding jantung, khususnya ialah myocardium.
Sel-sel yang kemudian meliputi otot jantung, disebut dengan
cardiomyocyte atau juga sel otot myocardiocyteal.
Etiologi
Hipertensi
Faktor pemicu hipertensi dapat dibedakan atas yang tidak dapat terkontrol (keturunan, jenis kelamin, dan umur) dan yang
dapat dikontrol (kegemukan, kurang olahraga, merokok, konsumsi alkohol dan garam). Hipertensi dipengaruhi oleh faktor resiko
ganda baik yang bersifat endogen seperti neurotransmitter, hormon, dan genetik, maupun yang bersifat eksogen seperti rokok,
nutrisi, dan stressor (Sigalarki, 2006).
Hipertensi diklasifikasikan menjadi 2 berdasarkan penyebabnya, yaitu hipertensi primer (idiopatik/esensial) dan hipertensi
sekunder.
a. Hipertensi primer disebut juga dengan hipertensi esensial. Hipertensi ini paling sering ditemui, dan secara keseluruhan
jumlahnya mencapai 90 sampai 95 %. Pada kasus ini penyebab hipertensi belum dapat dipastikan. Malah dalam beberapa
kasus sama sekali tidak ada penyebab maupun faktor yang jelas. Meskipun begitu, ada beberapa faktor yang diduga dapat
meningkatkan resiko terjadinya hipertensi primer, diantaranya: merokok, obesitas, kurang olahraga, dll.
b. Berbeda dengan hipertensi primer yang menjadi kasus hipertensi terbanyak, pada hipertensi sekunder hanya ada sekitar 5-10%
yang mengalaminya. Penyebab hipertensi ini pun dapat langsung diidentifikasi dan umumnya disebabkan oleh penyakit
(gangguan fungsi ginjal menempati urutan teratas), peningkatan produksi hormon, konsumsi pil KB (khususnya yang
mengandung estrogen), dan kehamilan.
Patofisiologi
Hipertensi
Berbagai teori yang menjelaskan tentang terjadinya hipertensi, teoriteori tersebut antara lain (Kowalak, 2011):
a. Perubahan yang terjadi pada bantalan dinding pembuluh darah arteri yang mengakibatkan retensi perifer meningkat.
b. Terjadi peningkatan tonus pada sistem saraf simpatik yang abnormal dan berasal dalam pusat vasomotor, dapat mengakibatkan
peningkatan retensi perifer.
c. Bertambahnya volume darah yang disebabkan oleh disfungsi renal atau hormonal.
d. Peningkatan penebalan dinding arteriol akibat faktor genetik yang disebabkan oleh retensi vaskuler perifer.
e. Pelepasan renin yang abnormal sehingga membentuk angiotensin II yang menimbulkan konstriksi arteriol dan meningkatkan
volume darah.
Tekanan darah yang meningkat secara terus-menerus pada pasien hipertensi dapat menyebabkan beban kerja jantung akan meningkat.
Hal ini terjadi karena peningkatan resistensi terhadap ejeksi ventrikel kiri. Agar kekuatan kontraksi jantung meningkat, ventrikel kiri
mengalami hipertrofi sehingga kebutuhan oksigen dan beban kerja jantung juga meningkat. Dilatasi dan kegagalan jantung bisa terjadi,
jika hipertrofi tidak dapat mempertahankan curah jantung yang memadai.
Tanda dan
Gejala
Pada sebagian besar penderita hipertensi tidak menimbulkan gejala, meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala
bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi.
Jika hipertensi berat atau menahun dan tidak diobati bisa menimbulkan gejala berikut (Pikir, 2015):
1. Sakit kepala
2. Kelelahan
3. Mual
4. Muntah
5. Sesak nafas
6. Gelisah
7. Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung dan ginjal
8. Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma karena terjadi pembengkakan
otak.
Thank
You