Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

Asuhan Keperawatan Pada Ibu Dengan Post Date Di Ruang Melati 1 (VK)
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buleleng
Tanggal 17 Oktober 2016

Oleh:
Ni Made Dwi Cahyaningsih, S.Kep 16089142019

PROGRAM PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG
2016
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN

Asuhan Keperawatan Pada Ibu Dengan Post Date Di Ruang Melati 1 (VK)
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buleleng
Tanggal 17 Oktober 2016

Telah Diterima Dan Disahkan Oleh Clinical Teacher (CT) dan Clinical
Instruktur (CI) Stase Maternitas di Ruang Melati 1 (VK) Rumah Sakit Umum Daerah
(RSUD) Kabupaten Buleleng Sebagai Syarat Memperoleh Penilaian Stase
Keperawatan Maternitas

Singaraja, 17 Oktober 2016

Clinical Instruktur (CI) Clinical Teacher (CT)


Ruang Melati 1 (VK) Stase Maternitas
RSUD Kabupaten Buleleng

__________________________ ___________________________________
NIP. NIK.
Asuhan Keperawatan Pada Ibu Dengan Post Date Di Ruang Melati 1 (VK)
Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Buleleng
Tanggal 17 Oktober 2016

1.1 Tinjauan Teori


1.1.1 Definisi
Post date atau kehamilan lewat waktu adalah diagnosa usia kehamilan lebih
dari 42 minggu di dapatkan dari perhitungan usia kehamilan, seperti rumus
Naegele atau dengan tinggi fundus uteri serial (Kapita Selekta Kedokteran Jilid I
edisi III. 2008)
Kehamilan lewat waktu atau post date adalah kehamilan yang berlangsung
sampai 42 minggu (294 hari) atau lebih dihitung dari hari pertama haid terakhir
menurut Naegele dengan siklus rata-rata 28 hari (Ilmu Kebidanan Sarwono
Prawirohardjo. 2008)
Kehamilan lewat waktu adalah kehamilan yang melebihi 42 minggu belum
terjadi persalinan (Bagus Gde Manuaba. 2008)
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa post date adalah
suatu keadaan dimana usia kehamilan sudah mencapai 42 minggu atau lebih
namun belum terjadi persalinan.

1.1.2 Etiologi
Seperti halnya teori bagaimana terjadinya persalinan, sampai saat ini sebab
terjadinya kehamilan post term atau post date masih belum jelas. Beberapa teori
diajukan antara lain sebagai berikut:
1) Hormonal, yaitu kadar progesteron yang tidak cepat turun walaupun kehamilan
telah cukup bulan, sehingga kepekaan uterus terhadap oksitosin berkurang.
2) Herediter, karena kehamilan lewat waktu sering dijumpai pada keluarga
tertentu.
3) Kadar kortisol pada darah bayi yang rendah sehingga disimpulkan kerentanan
akan stress merupakan faktor tidak timbulnya HIS.
4) Saraf uterus, pada kelainan letak janin, tali pusat pendek, menyebabkan tidak
adanya tekanan pada ganglion servikalis dari fleksus frankenhauser, hal ini
yang menyebabkan tidak terjadinya kontraksi.
5) Kurangnya air ketuban
6) Insufisiensi plasenta.

1.1.3 Tanda dan Gejala


Adapun tanda dan gejala pada kehamilan post date, yaitu:
1) Kehamilan belum lahir setelah melewati 42 minggu
2) Keadaan klinis yang dapat ditemukan ialah gerakan janin yang jarang dan
kadang berhenti sama sekali.
3) Berat badan ibu mendatar atau menurun
4) Air ketuban terasa berkurang.

Pada bayi akan ditemukan tanda-tanda lewat waktu yang terbagi menjadi:
1) Stadium I, kulit kehilangan vernik kaseosa dan terjadi maserasi sehingga kulit
kering, rapuh dan mudah mengelupas.
2) Stadium II, seperti stadium I disertai pewarnaan mekonium (kehijauan) di
kulit.
3) Stadium III, seperti stadium I disertai pewarnaan kekuningan pada kuku, kulit
dan tali pusat.

1.1.4 Patofisiologi
Pada kehamilan lewat waktu terjadi penurunan oksitosin sehingga
menyebabkan tidak adanya HIS dan terjadi penundaan persalinan. Fungsi plasenta
mencapai puncaknya pada kehamilan 38 minggu dan kemudian mulai menurun
terutama setelah 42 minggu. Hal ini dapat dibuktikan dengan penurunan estriol
dan plasental laktogen. Rendahnya fungsi plasenta berkaitan dengan peningkatan
kejadian gawat janin dengan resiko 3 kali. Permasalahan kehamilan lewat waktu
adalah plasenta tidak sanggup memberikan nutrisi dan pertukaran CO2/O2 akibat
tidak timbul his sehingga pemasakan nutrisi dan O2 menurun menuju janin di
samping adanya spasme arteri spiralis menyebabkan janin resiko asfiksia sampai
kematian dalam rahim. Makin menurun sirkulasi darah menuju sirkulasi plasenta
dapat mengakibatkan pertumbuhan janin makin lambat dan penurunan berat
disebut dismatur, sebagian janin bertambah besar sehingga memerlukan tindakan
operasi persalinan, terjadi perubahan metabolisme janin, jumlah air ketuban
berkurang dan makin kental menyebabkan perubahan abnormal jantung janin.
1.1.5 Web Of Caution (WOC)

Hormonal Herediter Kadar Kortisol Kurangnya Air Insufisiensi


pada Darah Ketuban Placenta
Progesteron Bayi yang
Tidak Cepat Rendah
Turun

Tidak Timbul
Kepekaan
HIS
Uterus
Terhadap
Oksitosin

Kontraksi
Uterus

Persalinan
Tertunda

Hamil > 42 Minggu (Post Date)

Persalinan Induksi Persalinan Tindakan SC


Lambat dari
Perkiraan lahir
Tanda-Tanda Inpartu Luka Insisi
Kurang Pengetahuan
Ibu Terhadap Proses Persalinan
Keselamatan Bayinya Nyeri

Ansietas
Kontraksi Pelepasan Robekan
Uterus Plasenta Jalan Lahir

Nyeri PP Risiko Infeksi

Risiko Perdarahan

Kehilangan Cairan Vaskuler Berlebih

Kekurangan Volume Cairan


1.1.6 Pemeriksaan Penunjang
Adapun pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan, yaitu :
1) USG untuk menilai usia kehamilan, oligihidraminon, derajat maturitas
plasenta.
2) KTG untuk menilai ada atau tidaknya gawat janin
3) Penilaian warna air ketuban dengan amnioskopi atau amniotomi (tes tanpa
tekanantes tanpa tekanandinilai apakah reaktif atau tidak dengan tes tekanan
oksitosin
4) Pemeriksaan sitologi vagina dengan indeks kariopiknotik > 20 %.

1.1.7 Penatalaksanaan
Adapun pentalaksanaan yang dapat dilakukan pada post date, yaitu :
1) Setelah UK > 40 minggu yang penting adalah monitoring janin sebaik-
baiknya.
2) Apabila tidak ada tanda-tanda insfusiensi plasenta persalinan spontan dapat
ditunggu dengan pengawasan ketat.
3) Lakukan pemeriksaan dalam untuk menilai kematangan serviks, kalau sudah
matang boleh dilakukan induksi persalinan dengan atau tanpa amniotomi
4) Ibu dirawat di RS bila:
a. Riwayat kehamilan yang lalu ada kehamilan janin dalam rahim
b. Terdapat hipertensi, pre eklamsi dan
c. Kehamilan ini adalah anak pertama karena infertilitas, atau
d. Pada Kehamilan lebih dari 40 – 42 minggu, maka ibu dirawat di RS
5) Tindakan operasi Sectio Caesarea dapat dipertimbangkan pada
a. Insufisiensi plasenta dengan keadaan serviks belum matang
b. Pembukaan yang belum lengkap, persalinan lam, dan terjadi tanda gawat
janin
c. Primigravida tua, kematian janin dalam kandungan, pre eklamsia,
hipertensi menahun, infertilitas dan kesalahan letak janin.
6) Pada persalinan pervaginam harus diperhatikan bahwa partus lama akan
sangat merugikan bayi, janin Post Matur kadang-kadang besar dan
kemungkinan CPP dan distosia janin perlu dipertimbangkan selain itu janin
post date lebih peka terhadap sedatif dan norkosa, perawatan neonatus post
date perlu dibawah pengawasan dokter anak.

1.1.8 Komplikasi
Komplikasi yang sering ditemui pada kehamilan post date diantaranya :
1) Bayi besar, dapat menyebabkan disproporsi sefalopelvik (DKP).
2) Oligohidramnion, dapat menyebabkan kompresi tali pusat, gawat janin
sampai bayi meninggal.
3) Keluarnya mekonium yang dapat menyebabkan aspirasi mekonium.

Pada ibu antara lain :


1) Persalinan traumatis akibat janin besar ( insiden 20 %).
2) Angka kejadian seksio sesarea meningkat karena gawat janin, distosia, dan
disproporsi sefalopelvik.
3) Meningkatnya perdarahan pasca persalinan, karena penggunaan oksitosin atau
misoprostol untuk induksi atau akselerasi persalinan.
Selain itu kehamilan post date mempunyai resiko yang tinggi dari pada
kehamilan aterm pada kematian perinatal, antepartum, intrapartum dan post
partum yang berkaitan dengan aspirasi mekonium dan asfiksia.

1.2 Konsep Asuhan Keperawatan


1.2.1 Pengkajian
1) Identitas Pasien
Meliputi: Inisial klien, pekerjaan, agama, pendidikan terakhir, alamat.
2) Identitas Penanggung Jawab
Meliputi: Nama, pekerjaan, agama, pendidikan terakhir, suku bangsa, alamat.
3) Riwayat Penyakit
a. Keluhan utama (saat MRS dan sekarang)
b. Riwayat penyakit sekarang
c. Riwayat penyakit dahulu
4) Riwayat Obstetri Ginekologi
a) Riwayat menstruasi
b) Riwayat pernikahan
c) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
d) Riwayat kehamilan saat ini
e) Riwayat keluarga berencana.
5) Partograf
6) Catatan Persalinan.

Data yang biasanya dikaji:


1) Anamnesis
a. Kaji siklus haid dan hpht
b. Adanya distensi abdomen
c. Denyut jantung janin tidak terdengar dengan jelas
d. Kaji berat badan ibu dan lingkar perut
e. Jumlah air ketuban
f. Ibu cemas.
2) Objektif
a. Kemampuan ibu untuk melahirkan
b. Pada pemeriksaan vagina dapat menunjukkan janin dalam malposisi
c. Dilatasi serviks kurang dari 1,2cm/jam
d. Uterus mungkin distensi berlebihan karena hidramnion, gestasi multiple,
janin besar.

1.2.2 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan yang biasanya muncul pada ibu dengan post date,
yaitu:
1) Nyeri berhubungan dengan agens cedera biologis, agens cedera fisik
2) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan vaskuler
berlebih
3) Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
4) Risiko perdarahan berhubungan dengan komplikasi post partum
5) Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif.
1.2.3 Intervensi Keperawatan
DX I : Nyeri berhubungan dengan agens cedera biologis, agens cedera fisik
NOC : Pain Control
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …x24 jam, nyeri ibu
teratasi dengan kriteria hasil :
1. Mampu mengenali faktor penyebab nyeri.
2. Mampu menggunakan tehnik non farmakologik untuk mengurangi
nyeri.
3. Melaporkan nyeri terkontrol.
NIC : Pain Management
O : Kaji lokasi nyeri, karakteristik, lama nyeri, frekuensi nyeri, kualitas dan faktor
penyebab nyeri.
Rasional: mengidentifikasi kebutuhan dan intervensi yang tepat.
N : Gunakan strategi komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri
dan respon klien terhadap nyeri.
Rasional: untuk memberikan kenyamanan pada klien
E : Ajarkan prinsip manajemen nyeri (distraksi dan relaksasi).
Rasional: untuk mengalihkan perhatian ibu dan rasa nyeri yang dirasakan.
C : Kolaborasi dengan tim medis lain dalam pemberian analgetik.
Rasional: melonggarkan system saraf perifer sehingga rasa nyeri berkurang.

DX II : Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan


vaskuler berlebih
NOC : Fluid Balance
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …x24 jam, ibu tidak
mengalami kekurangan volume cairan dengan kriteria hasil:
1. Tidak ada tanda tanda dehidrasi, elastisitas turgor kulit baik, membran
mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan.
2. Intake oral dan intravena adekuat.
3. Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal.
NIC : Fluid Management
O : Monitor status hidrasi (kelembaban membran mukosa, nadi adekuat, tekanan
darah ortostatik ).
Rasional: untuk menentukan intervensi dan terapi selanjutnya.
N : Pertahankan catatan intake dan output yang akurat
Rasional: untuk menyeimbangkan cairan yang masuk dan keluar.
E : Berikan informasi kepada pasien tentang kebutuhan nutrisi dan cairan yang
diperlukan serta dorong keluarga untuk membantu pasien makan.
Rasional: untuk memenuhi kebutuhan cairan lewat oral.
C : Kolaborasi dengan tim medis lain dalam pemberian cairan IV
Rasional: untuk memenuhi kebutuhan cairan lewat pembuluh darah.

DX III : Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan


NOC : Anxiety Self Control
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama…x24 jam, diharapkan ibu
tidak mengalami cemas dengan kriteria hasil:
1. Mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas
2. Mampu menggunakan strategi koping yang efektif
3. Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan
berkurangnya kecemasan.
NIC : Anxiety Redution
O : Identifikasi tingkat kecemasan
Rasional : untuk menentukan intervensi dan terapi selanjutnya.
N : Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan
Rasional : untuk mengetahui faktor penyebab kecemasan.
E : Berikan informasi faktual mengenai diagnosis, tindakan, prognosis
Rasional: untuk meningkatkan pengetahuan pasien dan menurunkan rasa
cemas.
C : Kolaborasi dengan tim medis lain dalam pemberian terapi dan obat
antiansietas jika diperlukan.
Rasional : untuk menurunkan rasa cemas pasien.
DX IV : Risiko perdarahan berhubungan dengan komplikasi post partum
NOC : Blood Coagulation
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …x24 jam, diharapkan ibu
tidak mengalami perdarahan dengan kriteria hasil:
1. Nilai Hb dalam batas normal
2. Tanda –tanda vital dalam batas normal
NIC : Bleeding Precautions
O : Monitor adanya tanda-tanda perdarahan
Rasional: menetukan intervensi dan terapi selanjutya.
N : Catat nilai HB dan HT sebelum dan sesudah terjadi perdarahan, jika terjadi
perdarahan
Rasional : untuk mengetahui adanya masalah lain yang dapat muncul dan
menentukan intervensi selanjutnya seperti perlunya tranfusi darah.
E : Berikan informasi mengenai intake nutrisi dan cairan yang adekuat
Rasional : mengganti cairan yang hilang bila terjadi perdarahan.
C : Kolaborasi dengan tim medis lain dalam pemberian tranfusi darah bila
diperlukan
Rasional : mengganti cairan yang hilang bila terjadi perdarahan.

DX V : Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif.


NOC : Risk Control : Infections Proces.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …x24 jam, diharapkan ibu
tidak mengalami infeksi dengan kriteria hasil:
1. Mampu mengidentifikasi tanda dan gejala personal yang mengindikasi resiko
potensial.
2. Mampu mengidentifikasi strategi untuk melindungi diri sendiri dari orang lain
dengan infeksi.
NIC : Infection Protection.
O : Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik
Rasional : untuk menentukan intervensi dan terapi selanjutnya.
N : Inspeksi kulit, membrane mukosa, area sekitar perineum, bekas luka post SC
bila ada.
Rasional : untuk mengetahui sumber yang berisiko terjadi infeksi
E : Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi.
Rasional : mengetahui risiko lebih cepat.
C : Kolaborasi dengan tim medis lain dalam pemberian terapi, seperti antibiotik.
Rasional : untuk mencegah terjadinya infeksi.

1.2.4 Implementasi Keperawatan


Implementasi dilaksanakan sesuai dengan intervensi yang telah dibuat.

1.2.5 Evaluasi Keperawatan


DX I : Nyeri ibu teratasi dengan kriteria evaluasi : Mampu mengenali faktor
penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik non farmakologik untuk
mengurangi nyeri dan melaporkan nyeri terkontrol.
DX II : Ibu tidak mengalami kekurangan volume cairan dengan kriteria evaluasi :
Tidak ada tanda tanda dehidrasi, elastisitas turgor kulit baik, membran
mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan. Intake oral dan
intravena adekuat. Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal.
DX III : Ibu tidak mengalami cemas dengan kriteria evaluasi : Mampu
mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas, Mampu
menggunakan strategi koping yang efektif. Postur tubuh, ekspresi wajah,
bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya
kecemasan.
DX IV : Ibu tidak mengalami perdarahan dengan kriteria evaluasi : Nilai Hb
dalam batas normal. Tanda –tanda vital dalam batas normal
DX V : Ibu tidak mengalami infeksi dengan kriteria evaluasi : Mampu
mengidentifikasi tanda dan gejala personal yang mengindikasi resiko
potensial. Mampu mengidentifikasi strategi untuk melindungi diri sendiri
dari orang lain dengan infeksi.
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek,Gloria M. 2008. Nursing Interventions classification (NIC) fifth edition.


USA:Mosby Inc an Affiliate of Elservier.
Herdman, T. Heather. 2011. Nanda Internasional Diagnosis Keperawatan
Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Manuaba. 2008. Ilmu Kebidanan, Kandungan dan KB. Jakarta : EGC
Moorhead, Sue. 2008. Nursing Outcomes Classification (NOC) fifth
edition.USA:Mosby Inc an Affiliate of Elservier.
Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Jakarta : YBP – SP.

Anda mungkin juga menyukai