Anda di halaman 1dari 10

930

ABSTRAK

KEPATUHAN PERAWAT DALAM MENGGUNAKAN ALAT PELINDUNG


DIRI DASAR APD (HANDSCOON DAN MASKER) DIRUANGAN
UGD RSUD PANGKEP
Email:atoenurse@gmail.com

* Suprapto *

Dosen tetap Akademi Keperawatan Sandi Karsa


Makassar

Alat pelindung diri adalah alat yang di gunakan seseorang dalam pekerjaanya yang di
maksud untuk melindungi dirinya dari sumber bahaya tertentu baik yang berasal dari pekerjaan
maupun lingkungan pekerjaan dan berguna dalam mengurangi atau mencegah kecacatan.
Hal ini perlu mendapat perhatian serius dengan meneliti kepatuhan perawat dalam
menggunakan APD pada saat memberikan pelayanan keperawatan untuk mengurangi angka
kejadian infeksi nosokomial dan kecacatan kerja.
Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif, pemilihan sampel dengan total sampling.
Jumlah sample yang diteliti 40 responden. Data dikumpulkan dari klien dengan menggunakan
kesioner kepatuhan perawat dalam menggunakan APD Handscon dan masker serta melakukan
observasi pada kepatuhan perawat dalam menggunakan APD Handscon dan Masker serta
ketersediaan persediaan alat APD diruangan UGD RSUD Pangkep.
Kemudian disajikan dalam table dan kepatuhan perawat dalam menggunakan APD
diruangan UGD RSUD Pangkep sudah maximal 85% dan masih terdapat yang tidak patuh 15%
dan persediaan peralatan APD dirungan UGD masih terbatas terutama untuk APD masker.
Kesimpulan dalam penelitian ini adalah kepatuhan perawat dalam menggunakan APD
Handscoon dan masker di pengaruhi oleh umur responden,pendidikan terakhir dan lama bekerja
serta ketersediaan alat APD dan perawat yang patuh menggunakan APD 85% dan tidak patuh
15%.
Diharapkan kepada pihak RSUD Pangkep untuk memperhatikan karyawannya dalam
kepatuhannya menggunakan APD saat bekerja dan mengfasilitasi persediaat APD di setiap
ruangan khususnya ruangan UGD RSUD Pangkep yang melayani jumlah pasien dalam jumlah
yang banyak dalam seharinya.
Kata kunci: Kepatuhan, APD, Perawat.

Latar Belakang
Lingkungan Rumah Sakit dapat Alat pelindung diri adalah alat yang di
mengandung berbagai dampak negative gunakan seseorang dalam pekerjaanya yang
yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan di maksud untuk melindungi dirinya dari
manusia terutama pekerjaannya. Dalam sumber bahaya tertentu baik yang berasal
Indonesia tahun 2012 lingkungan yang di dari pekerjaan maupun lingkungan
harapkan adalah kondusif bagi terwujudnya pekerjaan dan berguna dalam mengurangi
keadaan sehat. Cara pengendalian dapat atau mencegah kecacatan (syukri 2013).
dilakukan untuk mengurangi bahaya di Alat pelindung diri terdiri dari sarung
lingkungan kerja dimana cara terbaik adalah tangan,masker,penutup kepala,celemek,dan
dengan menghilangkan bahaya atau sepatu pelindung.
menutup sumber bahaya tersebeut, bila Alat pelindung diri adalah suatu alat
mungkin tetapi sering bahaya tersebut tidak yang mempunyai kemampuan untuk
dapat sepenuhnya dan di kendalikan oleh melindungi seseorang dalam pekerjaan yang
karena itu dibutuhkan usaha untuk fungsinya mengisolasi tubuh tenaga kerja
pencegahanya dengan menggunakan dari bahaya di tempat kerja. Alat pelindung
beberapa alat pelindung diri (sam’mul diri dipakai setelah usaha rekayasa
2011). (engineering) dan cara kerja yang aman
931

(work practices) telah maksimum (Barbara, kuman yang berasal dari pasien. Infeksi
2012). nosokomial merupakan salah satu risiko
Salah satu alat pelindung diri (APD) kerja yang dihadapi oleh tenaga kesehatan di
yang dapat di lakukan untuk mencegah Rumah Sakit. Darah dan cairan tubuh
terjadinya kontaminasi antar perawat dengan merupakan media penularan penyakit dari
pasien adalah sarung tangan dan masker. pasien kepada tenaga kesehatan. Human
Penggunaan APD seperti sarung tangan dan Immunodeficiency Virus (HIV), Hepatitis B
masker sangatlah mutlak di lakukan , di dan Virus Hepatitis C merupakan ancaman
samping penggunaan alat medis yang steril terbesar pada tenaga kesehatan.
dalam penggunaan alat medis yang steril Pada tahun 2013, WHO
dalam setiap pemberian tindakan memperkirakan terjadi 16.000 kasus
keperawatan. Meskipun terkesan sebagai penularan virus hepatitis C, 66.000 kasus
alat sederhana, namun sarung tangan dan penularan hepatitis B dan 1.000 kasus
masker harus di pakai dalam setiap tindakan penularan HIV pada tenaga kesehatan di
invasive. Pemakaian sarung tangan dan seluruh dunia dan Infeksi nosokomial
masker bertujuan untuk melindungi tangan, banyak terjadi di seluruh dunia dengan
pernpasan, dari kontak dengan darah, semua kejadian terbanyak di negara miskin dan
jenis cairan tubuh dan bau berbahan kimia negara yang sedang berkembang karena
berbahaya. penyakit-penyakit infeksi masih menjadi
Universal precaution merupakan upaya penyebab utama.
pencegahan penularan penyakit dari tenaga Suatu penelitian yang dilakukan oleh
kesehatan dan sebaliknya, hal ini didasari WHO menunjukkan bahwa sekitar 8.7% dari
penyebaran penyakit infeksius melalui 55 Rumah Sakit dari 14 negara di Eropa,
medium cairan tubuh dan darah. Pemakaian Timur tengah, dan Asia Tenggara dan
alat pelindung diri merupakan upaya untuk Pasifik terdapat infeksi nosokomial dengan
menciptakan kesehatan dan keselamatan Asia Tenggara sebanyak 10% (Anggraini,
kerja yang optimal. Kepatuhan penggunaan 2000). Di Amerika Serikat ada 20.000
APD di Rumah Sakit dipengaruhi oleh kematian setiap tahun akibat infeksi
beberapa faktor antara lain, motivasi, nosokomial dan menghabiskan biaya lebih
keterbatasan alat, dan juga sikap dan dari 4,5 miliar dolar per tahun.
perilaku dari pekerja itu sendiri di ruangan Infeksi yang berasal dari petugas juga
UGD Rumah Sakit Umum Daerah Pangkep. berpengaruh pada mutu pelayanan. Semua
Supartono (2011) mengatakan banyak kegiatan perawat, dokter dan tenaga profesi
dokter dan perawat tidak memakai sarung lainnya yang mengadakan interaksi secara
tangan dan masker saat melakukan tindakan profesional dengan pasiennya, semakin
keperawatan karena khawatir kehilangan patuh tenaga profesi menjalankan standarts
kepekaan dan merasa tidak nyaman. Hasil of good practice yang telah diterima dan
survey tentang upaya pencegahan infeksi di diakui oleh masing-masing ikatan profesi
Rumah Sakit (bachroen 2013) menunjukan akan semakin tinggi pula mutu asuhan
masih di dapatnya beberapa tindakan terhadap pasien (Nurmantono, 2005).
petugas yang potensial meningkatkan Untuk menilai kepatuhan perawat
penularan penyakit kepada diri mereka, tentang penggunaan standar penggunaan alat
pasien yang dilayani dan masyarakat luas pelindung diri dibutuhkan adanya
yakni penggunaan sarung tangan dan masker pengawasan dari pihak Rumah Sakit sesuai
yang tidak tepat (Depkes 2012). dalam Undang-Undang Nomor 44 Tahun
Perawatan intensif, aktifitas perawat 2010 tentang Rumah Sakit yang tercantum
tinggi dan cepat, hal ini sering menyebabkan pada pasal 54 mengenai pembinaan dan
perawat kurang memperhatikan teknik pengawasan. Berdasarkan survei awal
aseptik dalam melakukan tindakan penulis di Rumah Sakit umum daerah
keperawatan (Bachroen 2013). Risiko Kisaran (RS Tipe C) bahwa penggunaan
infeksi nosokomial selain dapat terjadi pada fasilitas pelindung diri pada tenaga perawat
pasien yang dirawat di rumah sakit, dapat tergolong belum optimal dilaksanakan dan
juga terjadi pada para petugas Rumah Sakit. kurangnya kedisiplinan atau kepatuhan
Berbagai prosedur penanganan pasien perawat untuk menggunakan APD tersebut
memungkinkan petugas terpajan dengan dalam upaya mencegah terjadinya cross
932

infection. Sesuai dengan wawancara awal yang berhubungan dengan kepatuhan


yang dilakukan bahwa yang dihadapi pekerja rumah sakit dalam penggunaan alat
perawat tidak menggunakan APD karena pelindung diri masih belum diketahui lebih
diduga tidak optimal dilakukan pengawasan banyak lagi.
dan beberapa faktor lain seperti kelengkapan Pengamatan yang di lakukan Ns,
fasilitas pelindung diri yang kurang yetty,S,kep yang bertugas di bagian rekam
memadai dan hal lainnya perawat merasa medic memberikan data dalam penggunaan
malas, merasa kurang memadai dan hal APD pada tahun 2012 di RSUD Pangkep
lainnya perawat merasa malas, merasa tidak khususnya di ruangan UGD terdapat 40%
nyaman dan merasa direpotkan saat tindakan keperawatan yang tidak
menggunakan APD karena rutinitas kerja menggunakan APD sarung tangan dan
yang selalu berhubungan dengan pasien Handscoon, tahun 2013 terdapat 42% dan
setiap harinya. Dari berbagai alasan tersebut tahun 2014 terjadi penurunan dengan jumlah
tentu akan berdampak buruk pada perawat 35%, hal ini berdampak bagi sikap
sehingga seperti yang terjadi pada salah professional perawat dan keselamatan
seorang perawat di ruang perawatan pasien.
penyakit menular (ruang paru) telah terjadi Angka kejadian infeksi nosokomial
infeksi silang sehingga perawat tersebut RSUD Pangkep pada tahun 2012 khususnya
mengalami penyakit tuberkulosis (TBC). di ruangan UGD adalah berjumlah 3,72%
Profesi perawat di Rumah Sakit yang di hitung berdasrkan jumlah kejadian
merupakan salah satu tenaga kesehatan yang infeksi akibat pemasangan infuse 1,94% dan
diposisikan sebagai garda terdepan dalam infeksi pada penanganan luka (hecting)
memberikan pelayanan asuhan keperawatan 1,74%,infeksi dari pemasangan drainer
kepada pasien yang setiap saat selalu kontak kateter 0.13%, kemudian pada tahun 2013
langsung dengan pasien sehingga berpotensi berjumlah 3,76% yang di hitung berdasrkan
akan terjadi infeksi nosokomial. Dengan kejadian infeksi akibat pemasangan infuse
demikian bila tidak dilengkapi dengan 1,96 %, infeksi pada penanganan luka
fasilitas-fasilitas pelindung diri dan (hecting) 1,74% dan pemasangan drainer
kepatuhan perawat untuk menggunakan kateter 0,15% dan pada tahun 2014 terjadi
APD maka sangat dikhawatirkan akan penurunan dengan jumlah 3,60% dengan
terjadi resiko infeksi nosokomial dan sangat hitungan infeksi dari pemasangan infuse
diharapkan peran pihak Rumah Sakit untuk 1,80%, penanganan luka (hecting) 1,55%
tetap melakukan pengawasan yang melekat dan pemasangan drainer kateter 0,25% .
pada perawat dalam penggunaan APD setiap Sejak tahun 2011 Rumah Sakit ini telah
melakukan tindakan keperawatan. Pihak melaksanakan program pengendalian infeksi
Rumah Sakit juga berupaya meningkatkan nosokomial melalui kegiatan seminar
cara untuk menghindari terjadinya infeksi dengan tujuan untuk meningatkan
silang dengan cara melakukan pendidikan Pengetahuan dan keterampilan pelaksanan.
dan pelatihan pada tenaga perawat dan Dari pengamatan yang ada banyak keluhan
petugas kesehatan lainnya dalam pemakaian terkait penggunaan alat pelindung diri dan
APD nyaman dan merasa direpotkan saat ketersediaan sarana untuk mendukung alat
menggunakan APD karena rutinitas kerja pelindung diri sarung tangan dan masker
yang selalu berhubungan dengan pasien yaitu antara lain keluhan perawat mengenai
setiap harinya. keterbatasan ketersediaan sarung tangan dan
Ternyata masih ditemukan beberapa masker sehingga banyak tindakan yang
orang yang tidak menggunakan alat menggunakan alat pelindung diri tidak
pelindung diri dasar. Dari studi pendahuluan mengguanakan alat pelindung diri
yang dilakukan dengan cara observasi masih contohnya penanganan klien yang terjangkit
ada sebagian pekerja Rumah Sakit Seperti penyakit menular.
Perawat dan Dokter yang tidak Para penyedia layanan kesehatan
menggunakan handscoon atau masker, atau seperti Puskesmas dan Rumah Sakit
bahkan keduanya saat melakukan tindakan hendaknya menyadari bahwa salah satu
medis dan keperawatan, misalnya saat indicator untuk menilai layanan mereka
memeriksa pasien, pengambilan sample adalah melalui angka infeksi nosokomial
darah, pemasangan infus dan faktor – faktor ditempat layanan tersebut. Para pihak yang
933

terkait dalam bagian penyediaan fasilitas di prosedur tindakan yang harus dipatuhi oleh
Rumah Sakit telah di didik ketat untuk setiap tenaga kesehatan, tetapi masih adanya
selalu menyediakan sarung tangan demi tenaga kesehatan yang tidak menggunakan
menghindari penularan penyakit dari satu alat pelindung diri dasar, maka dari itu
pasien ke pasien lainnya. sayangnya masih peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
banyak Rumah Sakit yang seringkali alpa dengan judul “Gambaran Kepatuhan
dalam menyediakan sarung tangan dan perawat dalam Penggunaan Alat Pelindung
masker di ruang unit gawat daruratnya. Dan Diri Dasar (Handscoon dam Masker) di
lebih parahnya perawat yang merasa lebih ruangan UGD Rumah Sakit Umum Daerah
berpengalaman sering enggan menggunakan Pangkep”.
sarung tangan dan masker dalam menangani
pasien karena merasa tangannya panas . Tujuan Penelitian
Tidak heran kasus HIV yang bukan di picu 1. Tujuan Umum
perilaku seks bebas dan narkoba malah Diketahui Gambaran yang berhubungan
meningkat akibat ketidak sengajaan tertular dengan kepatuhan perawat rumah sakit
HIV ketika berkunjung berobat kerumah dalam Penggunaan Alat Pelindung Diri
sakit. Dasar (Handscoon dan Masker) di
Kepatuhan Pekerja Rumah Sakit dalam ruangan UGD Rumah Sakit Umum
penggunaan alat pelindung diri dapat juga Daerah Pangkep.
berpengaruh pada penularan penyakit. Pada 2. Tujuan Khusus
tenaga kesehatan tentunya akan semakin a. Diketahui gambaran kepatuhan
bertambah resiko tertular suatu penyakit perawat Rumah Sakit dalam
misalnya penyakit hepatitis, AIDS jika saja Penggunaan Alat Pelindung Diri
kepatuhan penggunaan alat pelindung diri Dasar (Handscoon dan Masker) di
diabaikan, dikarenakan setiap harinya tenaga ruangan UGD Rumah Sakit Umum
kesehatan selalu mengalami kontak Daerah Pangkep.
langsung dengan pasien dengan berbagai b. Diketahui gambaran keterbatasan
macam jenis penyakit. Selain dikarenakan alat dengan kepatuhan Perawat
kepatuhan yang bersumber dari motivasi Rumah Sakit dalam Penggunaan
individu tenaga kesehatan itu sendiri, Alat Pelindung Diri Dasar
keterbatasan jumlah alat pelindung diri yang (Handscoon dan Masker) di
disediakan oleh Rumah Sakit juga bisa ruangan UGD Rumah Sakit Umum
meningkatkan jumlah resiko seorang tenaga Daerah Pangkep.
kesehatan tertular oleh penyakit. Disamping c. Diketahui gambaran Pengetahuan
dua faktor lainya, sikap dan perilaku yang Karyawan dalam Penggunaan Alat
dimiliki oleh masing- masing individu juga Pelindung Diri Dasar (Handscoon
akan mempengaruhi tingkat kepatuhan dan Masker) di ruangan UGD
dalam penggunaan APD. Dampak yang akan Rumah Sakit Umum Daerah
muncul dari penggunaan alat pelindung diri Pangkep.
yang tidak sempurna yaitu resiko tertular
penyakit akan bertambah dan juga akan Manfaat Penelitian
mempengaruhi kualitas tindakan medis dan 1. Bagi Rumah Sakit Umum Daerah
keperawatan yang diberikan karena mungkin Pangkep
akan muncul rasa tidak aman saat berada di Dapat menjadi masukan tentang
dekat pasien.(Barbara 2012). pentingnya Penggunaan Alat Pelindung
Penyusunan prosedur tetap atau Diri Dasar (Handscoon Dan Masker) di
standart operasional prosedur yang mengatur ruangan UGD Rumah Sakit Umum
tentang alat pelindung diri di Rumah Sakit, Daerah Pangkep sehingga di masa yang
akan mengurangi resiko seorang perawat akan datang akan ada suatu program
tertular oleh penyakit sehingga keselamatan Penggunaan Alat Pelindung Diri Dasar
kerja perawat akan lebih terjamin dan (Handscoon,Masker,gaun pelindung
pemberian asuhan keperawatan akan lebih steril) yang lebih baik lagi.
bermutu karena dilakukan sesuai standart 2. Bagi perawat di ruangan UGD Rumah
operasional yang ada. Setiap Rumah Sakit Sakit Umum Daerah Pangkep
tentunya mempunyai standart operasional
934

Menambah pengetahuan bagi pekerja Kepatuhan dapat diartikan sebagai


rumah sakit tentang resiko dari suatu bentuk respon terhadap suatu
pekerjaan di rumah sakit yang rawan perintah, anjuran, atau ketetapan
tertular penyakit dari pasien. Informasi melalui suatu aktifitas konkrit . Teori ini
yang dapat diberikan adalah mengenai didasarkan pada asumsi-asumsi :
Penggunaan Alat Pelindung Diri Dasar 1. Bahwa manusia umumnya
(Handscoon dan Masker). Sehingga melakukan sesuatu dengan cara
pekerja lebih patuh dan lebih sadar yang masuk akal.
pentingnya Penggunaan Alat Pelindung 2. Manusia mempertimbangkan
Diri Dasar (Handscoon,Masker,gaun semua informasi yang ada.
pelindung steril). 3. Bahwa secara eksplisit maupun
3. Bagi Peneliti implisit manusia memperhitungkan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat implikasi tindakan mereka.Untuk
menjadi sarana untuk menerapkan ilmu mencegah terjadinya penularan
yang diperoleh selama dibangku kuliah infeksi, maka perawat harus patuh
dan menambah wawasan ilmu, terhadap apa yang menjadi
pengetahuan serta pengalaman agar tugasnya, untuk itu perawat dituntut
dapat mengaplikasikan semua ilmu dapat menjalankan dan
yang telah didapat selama ini yang melaksanakan Pengguanaan alat
berhubungan dengan kepatuhan pelindung diri dengan baik dan
Penggunaan Alat Pelindung Diri Dasar benar secara konsisten.
(Handscoon dan Masker).

Konsep Kepatuhan Peran Perawat Dalam Kepatuhan


1. Pengetian Kepatuhan Berkaitan dengan tugas keperawatan,
Kata “Kepatuhan” berasal dari kata para perawat dituntut mempunyai
“patuh“ yang memiliki arti suka pengetahuan yang baik berkaitan dengan
menurut (perintah), taat kepada aturan tugas keperawatannya. Pengetahuan tersebut
dan berdisiplin (Kamus Besar Bahasa merupakan modal dasar terhadap apa yang
Indonesia, 2011). Menurut Icek Ajzen harus dilaksanakan oleh perawat. Namun,
dan Martin Fishbein (Azwar, 2013) pengetahuan saja tidaklah cukup, sikap
kepatuhan didefinisikan sebagai suatu perawat juga memegang peran penting
respon terhadap suatu perintah, anjuran dalam upaya membantu tenaga medis
atau ketetapan yang ditunjukan melalui lainnya, seperti dokter dalam menangani
suatu aktifitas konkrit. Kepatuhan juga pasien agar segera sembuh dari penyakitnya.
merupakan bentuk ketaatan pada aturan Tugas dokter yang tidak dapat
atau disiplin dalam menjalankan mendampingi pasiennya, harus diperankan
prosedur yang telah ditetapkan. oleh perawat sebagai tenaga kesehatan
Patuh adalah suka menurut perintah, dalam merawat pasien selama dirawat di
taat pada perintah atau aturan. Rumah Sakit. Untuk mempercepat proses
Sedangkan kepatuhan adalah perilaku penyembuhan, maka perawat harus patuh
sesuai aturan dan berdisiplin. Seseorang terhadap apa yang menjadi tugasnya.
dikatakan patuh berobat bila mau datang Penanganan yang salah akan berakibat
ke petugas kesehatan yang telah buruk, bahkan akan mengakibatkan
ditentukan sesuai dengan jadwal yang kematian. Untuk itu, perawat dituntut dapat
telah ditetapkan serta mau melaksanakan dan menjalankan pemakain
melaksanakan apa yang dianjurkan oleh alat pelindung diri dalam pencegahan
petugas (Lukman Ali et al, 2011). infeksi dengan baik dan benar secara
Sarfino (2011) di kutip oleh Smet konsisten.
Bing. (2010) mendefinisikan kepatuhan
(ketaatan) sebagai tingkat penderita
melaksanakan cara pengobatan dan
perilaku yang disarankan oleh
dokternya atau yang lain.
935

Faktor yang Memengaruhi Ketidak dari pengalaman dan kematangan


Patuhan jiwanya. Semakin dewasa seseorang,
Faktor yang memengaruhi ketidakpatuhan maka cara berfikir semakin matang.
dapat digolongkan smeth (2011) antara lain
: Strategi untuk Meningkatkan Kepatuhan
1. Pemahaman tentang Intruksi Menurut Smet (2011) berbagai strategi
Tak seorang pun dapat mematuhi telah dicoba untuk meningkatkan kepatuhan
intruksi jika ia salah paham tentang adalah:
intruksi yang diberikan kepadanya. 1. Dukungan Profesional Kesehatan
2. Kualitas Interaksi Dukungan profesional kesehatan sangat
Kualitas interaksi antara profesional diperlukan untuk meningkatkan
kesehatan dan pasien merupakan bagian kepatuhan, contoh yang paling
yang penting dalam menentukan derajat sederhana dalam hal dukungan tersebut
kepatuhan. Hal ini bisa dilaksanakan adalah dengan adanya teknik
dengan bersikap ramah dan memberikan komunikasi. Komunikasi memegang
informasi dengan singkat dan jelas. peranan penting karena komunikasi
3. Motivasi yang baik diberikan oleh profesional
Motivasi dapat diperoleh dari diri kesehatan baik dokter/ perawat dapat
sendiri, keluarga, teman, petugas menanamkan ketaatan bagi tim
kesehatan, dan lingkungan sekitarnya. kesehatan untuk menggunakan APD.
4. Pendidikan 2. Dukungan Sosial
Pendidikan adalah usaha sadar dan Dukungan sosial yang dimaksud adalah
terencana untuk mewujudkan suasana dukungan dari lingkungan Para
belajar dan proses pembelajaran agar profesional kesehatan yang dapat
peserta didik secara aktif meyakinkan petugas kesehatan untuk
mengembangkan potensi dirinya untuk menunjang peningkatan Penggunaan
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, APD maka ketidak patuhan dapat
pengendalian diri, kepribadian, dikurangi.
kecerdasan, akhlak mulia, serta 3. Pemberian Informasi
keterampilan yang diperlukan dirinya, Pemberian informasi yang jelas pada
masyarakat, bangsa dan negara. Perawat mengenai Masalah yang dapat
Pendidikan klien dapat meningkatkan di timbulkan akibat ketidak patuhan
kepatuhan, sepanjang bahwa pendidikan dalam menjalankan /menggunakan APD
tersebut merupakan pendidikan yang selama melakukan pelayanan kesehatan
aktif. pada pasien.
5. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil tahu dan Konsep APD (Alat Pelindung Diri)
ini terjadi setelah orang melakukan 1. Pengertian Alat Pelindung Diri
pengindraan terhadap suatu obyek Pelindung (barrier) yang disebut
tertentu, dari pengalaman dan penelitian secara umum disebut sebagai alat
terbukti bahwa perilaku yang didasari pelindung diri (APD), telah digunakan
oleh pengetahuan akan lebih langgeng selama bertahun-tahun untuk
dari pada perilaku yang tidak didasari melindungi pasien dari mikroorganisme
oleh pengetahuan yang ada pada petugas kesehatan.
6. Usia Namun dengan munculya AIDS dengan
Usia adalah umur yang terhitung mulai Hepatitis C, serta meningkatkan
saat dilahirkan sampai saat akan kembali Tuberkulosis di banyak
berulang tahun. Semakin cukup umur, Negara, pemakaian APD menjadi juga
tingkat kematangan dan kekuatan sangat penting untuk melindungi
seseorang akan lebih matang dalam petugas. Dengan munculnya infeksi
berpikir dan bekerja. Dari segi baru seperti flu burung, SARS dan
kepercayaan, masyarakat yang lebih infeksi lainnya (Emerging Infectious
dewasa akan lebih dipercaya daripada Diseases), pemakaian APD yang tepat
orang yang belum cukup tinggi tingkat dan benar menjadi semakin penting.
kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat
936

Agar menjadi lebih efektif, APD digunakan lagi. (Depertemen


harus digunakan secara benar. Misalnya Kesehatan, 2012).
gaun dan duk lobang telah tebukti
dapat mencegah infeksi luka bila hanya 2. Tujuan dan Manfaat Alat Pelindung
dalam keadaan kering. Sedangkan Diri (APD)
dalam keadaan basah, kain beraksi Adapun tujuan dari penggunaan
sebagai spons yang menarik dari kulit Alat Pelindung Diri (APD) antara lain:
atau peralatan melalui bahan kain 1. Melindungi tenaga kerja apabila
sehingga dapat mengkontaminasi luka usaha rekayasa (engineering) dan
operasi. Sebagai konsekuensinya, administrative tidak dapat
pengolahan Rumah Sakit, penyelia dan dilakukan dengan baik.
para petugas kesehatan harus 2. Meningkatkan efektifitas dan
mengetahui tidak hanya kegunaan dan produktivitas kerja.
keterbatasan dari APD tertentu, tetapi 3. Menciptakan lingkungan kerja yang
peran APD sesungguhnya dalam aman.
mencegah penyakit infeksi sehingga
dapat digunakan secara efektif dan Konsep Teori Perawat
efisien. 1. Pengertian Perawat
Alat pelindung diri mencakup Perawat adalah seseorang yang telah
sarung tangan, masker, alat pelindung menyelesaikan program
mata (pelindung wajah dan kaca mata), pendidikankeperawatan, berwenang di
topi, gaun apron dan pelindung lainnya. negara bersangkutan untuk memberikan
Di banyak Negara lain, topi, masker, pelayanan,dan bertanggung jawab
gaun dan duk sering terbuat dari kain dalam peningkatan kesehatan,
atau kertas, namun pelindung yang pencegahan penyakit sertapelayanan
paling baik adalah yang terbuat dari terhadap pasien (V. Henderson 2012).
bahan yang telah diolah atau bahan Perawat mempunyai fungsi yang unik
sinetik yang tidak tembus air atau cairan yaitu, membantu individu baik
lain (darah atau cairan tubuh). Bahan yangsehat maupun sakit, dari lahir
yang tahan air ini tidak banyak hingga meninggal agar dapat
tersedia karena harganya yang mahal. melaksanakanaktivitas sehari-hari
Di banyak Negara, kain katun ringan secara mandiri, dengan menggunakan
(dengan jumlah benang 140/inci2) kekuatan, kemauan,atau pengetahuan
adalah bahan yang paling umum yang dimiliki. Oleh sebab itu, perawat
digunakan untuk pamakaian bedah berupaya menciptakanhubungan yang baik
(masket, topi dan gaun) serta duk. dengan pasien untuk menyembuhkan
Sayangnya, katun yang ringan tersebut meningkatkankemandiriannya. Apabila
tidak merupakan penghalang yang kemandirian tidak berhasil diciptakan
efektif, karena cairan dapat tembus maka perawatmembantu mengatasi
dengan mudah sehingga memungkinkan hambatan. Apabila penyakit tidak dapat
terjadinya kontaminasi. Denim, kanvas disembuhkan dan akhirnya meninggal
dan bahan berat lainnya, disisi lain, dunia, maka perawat berusaha agar
terlalu tebal untuk ditembus oleh uap pasien dapat meninggal dengan tenang
pada waktu pengukusan sehingga tidak (Internasional Council of Nursing
dapat di sterilkan, sulit dicuci dan 2012).
memerlukan waktu yang terlalu lama Perawat adalah seseorang yang
untuk kering. Sebaliknya bahan kain berperan dalam merawat dan
yang digunakan berwarna putih atau membantuseseorang dengan
terang kotoran dan kotaminasi dapat melindunginya dari sakit, luka, dan
terlihat dengan mudah. Topi atau proses penuaan( Taylor C.Lilis C.
masker yang terbuat dari kertas tidak Lemone (2010) Perawat adalah mereka
boleh digunakan ulang karena tidak ada yang memiliki kemampuan dan
cara untuk membersihkannya dengan kewenangan melakukantindakan
baik. Jika tidak dapat dicuci jangan keperawatan berdasarkan ilmu yang
dimilikinya, yang diperoleh melalui
937

pendidikan perawatan (Undang-Undang


RI.No.23 tahun 1992 Tentang
Kesehatan) Hasil Penelitian Dan Pembahasan
2. Peran Perawat
Peran Perawat (CHS 2010) Peran Setelah dilakukan pengumpulan,
Adalah Tingkah Laku Yang Diharapkan pengolahan, dan penyajian data, maka
Oleh Seseorang Terhadap Oranglain peneliti akan melakukan pembahasan hasil
(Dalam Hal Ini Adalah Perawat) untuk penelitian bertujuan untuk mendapatkan
berproses dalam sistem sebagai berikut: gambaran kepatuhan perawat dalam
a. Pemberi asuhan keperawatan. pengggunaan Alat Pelindung Diri dasar
b. Pembela pasien. APD (Handscon dan masker) di ruangan
c. Pendidik tenaga perawat dan UGD RSUD Pangkep.
masyarakat. Berdasarkan analisis deskriptif
d. Koordinator dalam pelayanan menunjukkan bahwa dari 40 responden,
pasien. sebagian besar patuh terhadap penggunaan
e. Kolaborator dalam membina kerja alat pelindung diri dasar APD handscon dan
sama dengan profesi lain masker dengan jumlah 34 (85%) dan
dansejawat. responden yang tidak patuh dalam
f. Konsultan/penasihat pada tenaga penggunaan alat pelindung diri dasar
kerja dan klien. Pembaharusistem, handscon dan masker pada saat melakukan
metodologi, dan sikap. tindakan keperawatan berjumlah 6 orang
3. Peran Perawat (Lokakarya Nasional (15%).
1983): Tingkat kepatuhan perawat dalam
a. Pelaksana pelayanan keperawatan. menggunakan APD yang bertugas di
b. Pengelola pelayanan keperawatan ruangan UGD RSUD Pangkep dapat
dan institusi Pendidikan. dikakategorikan sudah patuh secara maximal
c. Pendidik dalam keperawatan. (85%). Namun dalam penelitian ini masih
d. Peneliti dan pengembang terdapat responden yang tidak patuh dalam
keperawatan. penggunaan APD terdapat 6 (15%)
responden dengan berbagai alasan. Nurbaiti
(2011) mengemukakan kepatuhan dapat di
pengaruhi oleh factor internal dan faktor
Metode Penelitian external seperti usia, pendidikan,
Desain penelitian dan metode penelitian pengetahuan dan masa kerja didukung oleh
Tujuan penelitian ini adalah untuk Notoadmodjo yang mengemukakan bahwa
memperoleh informasi/gambaran presentase factor yang mempengaruhi kepatuhan adalah
tentang gambaran kepatuhan perawat dalam pendidikan, usia, dan lama bekerja.
menggunakan alat pelindung diri dasar atau Jadi dapat disimpulkan Dimulai dari
(APD) di RSUD.Pangkep . Desain penelitian segi umur responden 20-29 tahun (45%), 30-
yang di gunakan dalam penelitian ini adalah 39tahun (45%),dan 40-49 tahun (10%) juga
desain deskriptif. Penelitian ini bertujuan mempengaruhi kepatuhan seseorang Sesuai
untuk mengidentifikasi kepatuhan perawat dengan Peaget Anwar (2011) yang
dalam menggunakan alat pelindung diri menyatakan bahwa seseorang pada usia tua
diruang UGD RSUD Pangkep. Secara lebih adaptif sehingga dalam melakukan
khusus ingin pula diketahui bagaimana suatu prosedur lebih cepat tanggap dan
kebiasaan perawat dalam memggunakan melakukannya dengan benar. Berbanding
APD dalam memberikan pelayanan asuhan terbalik dengan Stephen (2010) yang
keperawatan. Penelitian dengan desain menyatakan bahwa seseorang yang lebih
deskriptif bertujuan mendeskripsikan muda cenderung mempunyai fisik yang kuat
(memaparkan) peristiwa-peristiwa yang dan dapat bekerja keras tetapi dalam bekerja
urgent terjadi pada kondisi terkini. deskriptif kurang disiplin dan kurang bertanggung
kegiatan ini dilakukan secara sistematis dan jawab. Stephen (2010) yang menyatakan
lebih menekankan pada data factual dari bahwa kualitas positif yang ada pada
pada penyimpulan (Nursalam 2011). seseorang yang berumur lebih tua meliputi
pengalaman, pertimbangan, etika kerja yang
938

kuat dan komitmen terhadap mutu (dalam pasien dalam seharinya. Oleh karena itu
hal ini komitmen untuk selalu menggunakan kepatuhan dari penggunaan APD
APD secara SOP. dipengaruhi oleh beberapa factor yaitu dari
Kemudian dari segi pendidikan umur perawat,pendidikan terakhir dan juga
responden juga merupakan factor yang lama bekerja yang mempengaruhi kepatuhan
mempengaruhi kepatuhan perawat yang seseorang, diharapkan kepada perawat
berpendidikan DIII keperawatan sebanyak pelaksana agar kiranya dalam melakukan
14 (35%), S1 Keperawatan sebanyak 20 tindakan keperawatan lakukanlah sesuai
(50%),dan pendidikan Ners 6 (15%) , degan SOP yang termasuk halnya dalam
menurut Asmadi (2011) dimana pendidikan penggunaan APD pada saat bekerja serta
berpengaruh dengan pola fikir individu Hal ini mungkin menjadi suatu kajian yang
sedangkan pola fikir berpengaruh terhadap penting bagi manajemen Rumah Sakit
perilaku seseorang serta kemauan. Kemauan RSUD Pangkep di ruangan UGD sehingga
adalah dorongan dasar dari dalam diri yang kedepannya dapat diketahui apa sebenarnya
lebih tinggi dari pada insting, refleks, akar masalahnya masih terdapat perawat
automatisme, nafsu keinginan, kebiasaan, pelaksana yang tidak patuh dalam
kecenderungan dan hawa nafsu. Kemauan menggunakan APD Handscoon dan masker
adalah dorongan dari alam sadar sehingga dapat dicari solusi untuk
berdasarkan pertimbangan fikir dan perasaan mengatasinya dengan harapan perawat-
serta seluruh pribadi seseorang yang perawat tersebut bisa termotivasi kembali
menimbulkan kegiatan yang terarah pada untuk selalu bekerja sesuai standart
tercapainya tujuan tertentu yang termasuk termotivasi untuk selalu
berhubungan dengan kebutuhan hidup menggunakan APD Handscon dan masker
pribadinya (Prawira, 2010). Hal inilah yang saat melakukan tindakan keperawatan. untuk
mungkin yang kurang dimiliki oleh perawat- mengurangi kejadian infeksi nosokomial dan
perawat tersebut. Walaupun tingkat penularan penyakit dari pasien ke tubuh kita
pengetahuannya baik oleh karena tingkat untuk tetap menjaga keselamatan diri kita
pendidikan yang tinggi, tetapi apabila tidak dalam bekerja.
ada kemauan mereka tidak akan patuh
menggunakan APD.
Selanjutnya masuk dalam kategori Kesimpulan Dan Saran
lama bekerja >5 tahun (55%), 5-10 tahun Kesimpulan
(40%), dan <10 tahun (5%) juga merupakan Berdasarkan penelitian yang dilakukan
factor yang mempengaruhi kepatuhan. di Rumah Sakit Umum Daerah Pangkep
Menurut Gibson (1997), semakin lama dapat disimpulkan bahwa :
seseorang bekerja tingkat prestasi semakin 1. Tingkat kepatuhan perawat UGD
tinggi, prestasi yang tinggi berasal dari RSUD Pangkep dalam menggunakan
perilaku yang baik dalam hal ini perilaku alat pelindung dasar APD (Handscoon
yang baik untuk menggunakan APD saat dan masker), sudah berada pada tingkat
bekerja. Dimana seseorang yang sudah lama Maximal 85%, hanya sebagian kecil
bekerja diharapkan akan lebih memahami yang tidak patuh 15%
pekerjaannya termasuk efek-efek dari 2. Ketersediaan alat pelindung diri dasar
pekerjaannya tersebut. APD handscon dan masker diruangan
Kemudian untuk persediaan alat APD UGD cukup terbatas terutama APD
di ruangan UGD RSUD Pangkep juga cukup Mascer dengan jumlah yang sangat
terbatas dalam sehari persedian handscon terbatas dalam seharinya.
dan masker lebih cepat habis sehingga
kadang kala perawat yang bertugas atau shift Saran
selanjutnya tidak mendaptkan persediaan 1. Pemerintah
APD terutama masker stok sangat terbatas. Diharapkan kepada Pemerintah untuk
Hal ini perlu menjadi bahan perhatian bagi lebih aktif lagi dalam mensosialisasikan
penanggung jawab RSUD Pangkep untuk tentang pentingnya penggunaan APD
senantiasa memperhatikan ketersediaan dalam bekerja untuk keselamatan para
APD masing-masing tiap ruangan yang ada pekerja.
khususnya UGD yang menagani banyak 2. Rumah Sakit Umum Daerah Pangkep
939

Diharapkan kepada pihak RSUD Nuramantono.2010.hal-hal yang


Pangkep ruangan UGD khususnya menyebabkan meningkatnya infeksi
perawat pelaksana agar kiranya dalam nososkomial.Yhuda: Bandung.
melakukan tindakan keperawatan Parsihaningsih.2011.buku ajar fundamental
lakukan sesuai degan SOP yang keperawatan..EGC: Jakarta
termasuk halnya dalam penggunaan Putera Ardiansyah.2010. Hubungan
APD pada saat bekerja untuk karakteristik perawat dengan
mengurangi kejadian infeksi kepatuhan dalam menggunakan
nosokomial dan penularan penyakit dari APD di Rumah Sakit Bunda
pasien ke tubuh kita, dan juga untuk Margonda Depok Jawa Barat.
bagian penanggung jawab RSUD Karya tulis ilmiah ini tidak untuk
pangkep terutama untuk ruangan UGD dipublikasikan.Fakultas ilmu
untuk memperhatikan dan memberikan keperawatan Depok.
teguran jika ada perawat pelaksana yang Smet, Lukman Sarfino, .2011.Srategi untuk
melangkahi prosedur tindakan meningkatkan kepatuhan manusia.
keperawat termasuk dalam halnya EGC :Jakarta.
penggunaan APD,dan untuk bagian Syukri .2013.Buku Alat pelindung
karu ruangan UGD untuk tegas dalam diri (APD).Rineka Cipta: Bandung.
mengawasi kedisiplinan pegawainya Susanto .2009.Gambaran
agar tercipta lingkungan kerja yang penggunaan alat pelindung diri
berstruktur dan bekerja secara SOP. pada petugas laboratorium rumah
Diharapkan kepada peneliti berikutnya sakit prikasiah Jakarta pada tahun
untuk melakukan penelitian lanjutan 2009.karya tulis ilmiah ini tidak
mengenai hubungan penggunaan alat untuk di publikasikan.Fakultas
pelindung diri dengan kejadian infeksi kesehatan masyarakat universitas
nosokomial. Indonesia.Jakarta.

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto.2011.prosedur penelitian. Rineka
Cipata: Jakarta
Azyam.2010.infeksi nososkomial
problematika dan
pengendalian.Salemba Medika :
Jakarta
Bachroen.2013. Kejadian infeksi
nosokomial. EGC: Jakrta.
Barbara. 2012.cara tepat menggunakan
APD(alat pelindung
diri).EGC:Jakarta
Dtjen PPM dan penyehatan lingkungan
Depkes RI.2010.Statistik kasus
penyakit menular di Indonesia.
Depkes: Jakarta
Icek Ajzen dan Martin
Fishbein.2013.Hubungan motivasi
dan kepatuhan.EGC: Jakarta.
Maliyanti .2011.tindakan kewaspadaan
universal sebagai upaya untuk
mengurangi resiko penyebaran
infeksi. Salemba medika:Jakarta

Anda mungkin juga menyukai