Seorang bayi laki-laki lahir spontan di puskesmas dari seorang ibu berumur 40 tahun.
Berat lahir 1500 gram, skor Ballard 20. Saat lahir bayi segera menangis, ketuban pecah
saat lahir, jernih dan tidak berbau. Bayi mulai disusui 2 jam setelah lahir, tetapi isapan
bayi tampak lemah. Empat jam setelah lahir bayi tampak sesak, frekuensi napas 70 x per
menit, retraksi di daerah subcostal, tidak tampak biru, dan pada auskultasi terdengar
expiratory grunting. Suhu aksiler 36,3 C. Dua hari kemudian wajah dan daerah dada bayi
tampak kuning.
KATA SULIT
Lahir spontan : lahir normal atau lahir biasa dimana saat proses persalinan tidak
menggunakan alat-alat bantu seperti forcep, vakum, dan lain-lain serta ibu dan bayi
tidak mengalami gangguan dimana persalinannya berlangsung.
Kata/kaliat Kunci :
8. 4 jam setelah lahir bayi tampak sesak, frekuensi nafas 70 x per menit
- Berat Badan bayi 1500 gram ( normal : 2500-4000 gram).diagnosis BBLR (BKB-SMK)
- Hipotermi 36,3 °C (normal : 36,5-37,5 °C) suhu bayi pada scenario tidak stabil.
- 2 hari kemudian wajah dan daerah dada bayi tampak kuning bayi mengalami ikterus
patologis karena ikterus yang dianggap patologis bila waktu
kemunculannya,lamanya,atau pola kadar bilirubin serum yang ditentukan secara seri
berbeda secara bermakna dari pola ikterus fisiologis.Dengan score Kramer untuk
memperkirakan kadar bilirubin bayi BKB wajah = 4,1-7,5 mg %,dada = 5,6-12,1 mg%.
- Evaluasi gawat napas dengan score Down nilai yang didapat 4 artinya bayi tersebut
mengalami gawat napas.
Skor > 7 Ancaman gagal napas (pemeriksaan gas darah harus dilakukan)
Pertanyaan :
8. Masalah yang dapat timbul bila bayi disusui 2 jam setelah lahir ?
Jawaban :
BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat lahir kurang 2.500 gram tanpa memandang
masa kehamilan. (Prawirohardjo, 2006).
WHO (1961) mengganti istilah bayi prematur dengan Berat Badan Bayi Lahir Rendah. Hal
ini dilakukan karena tidak semua bayi dengan berat badan kurang dari 2.500 gram pada
waktu lahir bayi prematur.
a. Prematur Murni
Prematur Murni, yaitu bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu dan berat
badan sesuai dengan berat badan untuk usia kehamilan (Ester, 2003).
b. Dismaturitas
Dismaturitas adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya
untuk masa kehamilan, hal ini karena mengalami gangguan pertumbuhan dalam
kandungan dan merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya (Ester, 2003).
Berkaitan dengan penanganan dan harapan hidupnya, Bayi Berat Lahir Rendah
dibedakan dalam:
a. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), berat lahir 1.500 – 2.500 gram.
b. Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR), berat lahir < 1.500 gram.
c. Bayi Berat Lahir Ekstrem Rendah (BBLER), berat lahir < 1.000 gram.
Etiologi
1) Faktor ibu, meliputi penyakit yang diderita ibu misalnya, toxemia gravidarum,
perdarahan antepartum, trauma fisik dan psikologis, nefritis akut, diabetes melitus, dan
lain-lain. Usia ibu saat hamil lebih dari 35 tahun, multi gravida yang jarak kelahirannya
terlalu dekat, dan lain-lain. Keadaan sosial ekonomi, golongan sosial ekonomi dan
perkawinan yang tidak sah. Sebab lain termasuk karena ibu adalah seorang perokok dan
peminum minuman beralkohol atau pengguna narkotika.
2) Faktor janin, meliputi hidramnion, kehamilan ganda, kelainan kromosom, dan lain-
lain.
2) Faktor Ibu
Kekurangan gizi selama hamil akan berakibat buruk terhadap janin seperti prematuritas,
gangguan pertumbuhan janin, kelahiran mati maupun kematian neonatal dini.
Penentuan status gizi yang baik yaitu dengan mengukur berat badan ibu sebelum hamil
dan kenaikkan berat badan selama hamil (Setyowati, 1996).
Ibu-ibu yang terlalu muda seringkali secara emosional dan fisik belum matang, selain
pendidikan pada umumnya rendah, ibu yang masih muda masih tergantung pada orang
lain. Kelahiran bayi BBLR lebih tinggi pada ibu-ibu muda berusia kurang dari 20 tahun
(Doenges, 2001).
Pada ibu yang tua meskipun mereka telah berpengalaman, tetapi kondisi badannya
serta kesehatannya sudah mulai menurun sehingga dapat mempengaruhi janin intra
uterin dan dapat menyebabkan kelahiran BBLR (Setyowati, 1996).
Faktor usia ibu bukanlah faktor utama kelahiran BBLR, tetapi kelahiran BBLR tampak
meningkat pada wanita yang berusia di luar usia 20 sampai 35 tahun (Departemen
Kesehatan, 1996).
Jarak kehamilan kurang dari 2 tahun dapat menimbulkan pertumbuhan janin kurang
baik, persalinan lama dan perdarahan pada saat persalinan karena keadaan rahim belum
pulih dengan baik (Departemen Kesehatan, 1998).
Ibu yang melahirkan anak dengan jarak yang sangat berdekatan (dibawah dua tahun)
akan mengalami peningkatan resiko terhadap terjadinya perdarahan pada trimester III,
termasuk karena alasan placenta previa, anemia dan ketuban pecah dini serta dapat
melahirkan bayi dengan berat lahir rendah (Ilyas, 1995 : 106).
d. Paritas ibu
Jumlah anak lebih dari 4 dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan janin sehingga
melahirkan bayi dengan berat lahir rendah dan perdarahan saat persalinan karena
keadaan rahim biasanya sudah lemah (Departemen Kesehatan, 1998).
3) Faktor Kehamilan
b. Perdarahan Antepartum
c. Komplikasi Hamil
1. Pre-eklampsia/Eklampsia
Ketuban dinyatakan pecah sebelum waktunya bila terjadi sebelum proses persalinan
berlangsung. Ketuban Pecah Dini (KPD) disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan
membran yang diakibatkan oleh adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan
serviks (Mansjoer. 1999). Pada persalinan normal selaput ketuban biasanya pecah atau
di pecahkan setelah pembukaan lengkap, apabila ketuban pecah dini, merupakan
masalah yang penting dalam obstetri yang berkaitan dengan penyulit kelahiran
prematur dan terjadinya infeksi ibu (Mansjoer, 1999).
3. Hipertensi
Penyakit hipertensi dalam kehamilan merupakan kelainan vaskuler yang terjadi sebelum
kehamilan atau timbul dalam kehamilan atau pada permulaan persalinan, hipertensi
dalam kehamilan menjadi penyebab penting dari kelahiran mati dan kematian neonatal
(Sukadi,2000). Ibu dengan hipertensi akan menyebabkan terjadinya insufisiensi placenta,
hipoksia sehingga pertumbuhan janin terhambat dan sering terjadi kelahiran prematur
(Sukadi, 2000).
4) Faktor Janin
Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan struktur bayi yang timbul
sejak kehidupan hasil konsepsi sel telur (Wiknjosastro, 1999). Bayi yang dilahirkan
dengan kelainan kongenital, umumnya akan dilahirkan sebagai Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR) atau bayi kecil untuk masa kehamilannya. Bayi Berat Lahir Rendah dengan
kelainan kongenital yang mempunyai berat kira-kira 20% meninggal dalam minggu
pertama kehidupannya (Wiknjosastro, 1999).
Infeksi hepatitis terhadap kehamilan bersumber dari gangguan fungsi hati dalam
mengatur dan mempertahankan metabolisme tubuh, sehingga aliran nutrisi ke janin
dapat terganggu atau berkurang. Oleh karena itu, pengaruh infeksi hepatitis
menyebabkan abortus atau persalinan prematuritas dan kematian janin dalam rahim
(Manuaba, 1998). Wanita hamil dengan infeksi rubella akan berakibat buruk terhadap
janin. Infeksi ini dapat menyebabkan bayi berat lahir rendah, cacat bawaan dan
kematian janin (Mochtar, 1998).
c. Hamil Ganda
Berat badan kedua janin pada kehamilan kembar tidak sama, dapat berbeda antara 50
sampai 1.000 gram, karena pembagian darah pada placenta untuk kedua janin tidak
sama (Wiknjosastro, 1999). Regangan pada uterus yang berlebihan kehamilan ganda
salah satu faktor yang menyebabkan kelahiran BBLR (Departemen Kesehatan, 1996).
Pada kehamilan ganda distensi uterus berlebihan, sehingga melewati batas toleransi dan
sering terjadi partus prematus. Kebutuhan ibu akan zat-zat makanan pada kehamilan
ganda bertambah yang dapat menyebabkan anemia dan penyakit defisiensi lain,
sehingga sering lahir bayi yang kecil. Kematian perinatal anak kembar lebih tinggi
daripada anak dengan kehamilan tunggal dan prematuritas merupakan penyebab utama
(Wiknjosastro, 1999).
Mekanisme Sesak
Pada kasus dimana bayi mengalami berat lahir rendah sehingga mempunyai dinding
dada lemah sehingga FRC menurun, dan terjadi kelainan rasio ventilasi perfusi yang
besar sehingga kalau ini menetap lama maka gas akan terperangkap akibatnya PaO2
Menurun dan Pa CO2 meningkat sehingga terjadi ahaipoventilasi dan akibatnya terjadi
sindrom gawat napas. Selain itu Pada kasus ini pematangan paru dan fungsi surfaktan
belum sempurna sehingga akn mengganggu tegangan paru dan stabilisasi saluran napas
kecil selama ekspirasi sehingga timbul gawat napas.
1. Pnemotoraks/Pnemomediastinum
Predisposisi :
- O2 berlebih,
Patogenesis
Karena pengembangan paru berlebih sehingga alveolus pecah atau robekan dinding
mediastinum sehingga udara mengisi rongga pleura/mediastinum dan apbila ada
aspirasi darah, mekonium, lendir saat lahir maka akn menyebabkan obstruksi parsial di
daerah bronkus dan terjadilah ball valve mechanism sehingga saat inspirasi terjadi ruang
udara di distal dari obstruksi makanya saat ekspirasi udara tidak dapat dikeluarkan dan
apabila terjadi inspirasi kuat maka ruang udara pecah akhirnya masuk dalam rongga
pleura.
Manifestasi :
bayi gelisah,Sianosis,Takipneu,Grunting,Retraksi suprasternal, epigastrium pada
pernapasan dan Diameter anteroposterior toraks membesar
2. Sindrom Wilson-Mikity
Manifestasi : Pada bayi BB < 1500 gr,Masa gestasi 30-32 minggu,Gangguan Pernapasan
hari pertama kelahiran,Sianosis, sesak, retraksi dinding toraks pada pernapasan
Etiologi : Pematangan Paru belum sempurna atau defisiensi surfaktan pada premature.
Patofisiologi :
Faktor2 yang memudahkan terjadinya RDS pada bayi prematur disebabkan oleh alveoli
masih kecil sehingga sulit berkembang, pengembangan kurang sempurna karena dinding
thorax masih lemah, produksi surfaktan kurang sempurna.Kekurangan surfaktan
mengakibatkan kolaps pada alveolus sehingga paru-paru menjadi kaku. Hal tersebut
menyebabkan perubahan fisiologi paru sehingga daya pengembangan paru (compliance)
menurun 25 % dari normal, pernafasan menjadi berat, shunting intrapulmonal
meningkat dan terjadi hipoksemia berat, hipoventilasi yang menyebabkan asidosis
respiratorik.Telah diketahui bahwa surfaktan mengandung 90% fosfolipid dan 10%
protein ,lipoprotein ini berfungsi menurunkan tegangan permukaan dan menjaga agar
alveoli tetap mengembang. Secara makroskopik, paru-paru tampak tidak berisi udara
dan berwarna kemerahan seperti hati. Oleh sebab itu paru-paru memerlukan tekanan
pembukaan yang tinggi untuk mengembang. Secara histologi, adanya atelektasis yang
luas dari rongga udara bagian distal menyebabkan edem interstisial dan kongesti dinding
alveoli sehingga menyebabkan desquamasi dari epithel sel alveoli type II. Dilatasi duktus
alveoli, tetapi alveoli menjadi tertarik karena adanya defisiensi surfaktan ini. Dengan
adanya atelektasis yang progresif dengan barotrauma atau volutrauma dan toksisitas
oksigen, menyebabkan kerusakan pada endothelial dan epithelial sel jalan napas bagian
distal sehingga menyebabkan eksudasi matriks fibrin yang berasal dari darah. Membran
hyaline yang meliputi alveoli dibentuk dalam satu setengah jam setelah lahir. Epithelium
mulai membaik dan surfaktan mulai dibentuk pada 36-72 jam setelah lahir. Proses
penyembuhan ini adalah komplek; pada bayi yang immatur dan mengalami sakit yang
berat dan bayi yang dilahirkan dari ibu dengan chorioamnionitis sering berlanjut menjadi
Bronchopulmonal Displasia (BPD). Gambaran radiologi tampak adanya retikulogranular
karena atelektasis,dan air bronchogram
- Grunting ekspiratoar
- Cyanosis
- Nasal flaring
Pada bayi extremely premature ( berat badan lahir sangat rendah) mungkin dapat
berlanjut apnea, dan atau hipotermi. Pada RDS yang tanpa komplikasi maka surfaktan
akan tampak kembali dalam paru pada umur 36-48 jam. Gejala dapat memburuk secara
bertahap pada 24-36 jam pertama. Selanjutnya bila kondisi stabil dalam 24 jam maka
akan membaik dalam 60-72 jam. Dan sembuh pada akhir minggu pertama.
Diagnosis :
- Rontgen toraks
- Pemeriksaan darah
- Gambaran patologi
Terapi
Pertahankan suhu tubuh hangat dengan incubator Beri oksigen dengan hati-hati Beri
cairan, glukosa, elektrolit, antibiotik
Komplikasi
2. Dapat timbul infeksi yang terjadi karena keadaan penderita yang memburuk da
adanya perubahan jumlah leukosit dan thrombositopeni. Infeksi dapat timbul karena
tindakan invasiv seperti pemasangan jarum vena, kateter, dan alat-alat respirasi.
4 PDA dengan peningkatan shunting dari kiri ke kanan merupakan komplikasi bayi
dengan RDS terutama pada bayi yang dihentikan terapi surfaktannya.
Komplikasi jangka panjang dapat disebabkan oleh toksisitas oksigen, tekanan yan tinggi
dalam paru, memberatnya penyakit dan kurangnya oksigen yang menuju ke otak dan
organ lain.
3. Hipotermia adalah penurunan suhu tubuh di bawah 360C.Suhu normal bayi, baru lahir
berkisar 36,50C – 37,50C (suhu Axilla).
1. Radiasi: dari objek ke panas bayi Contoh : timbangan bayi dingin tanpa alas
2. Evaporasi : karena penguapan cairan yang melekat pada kulit. Contoh : air ketuban
pada tubuh bayi, baru lahir, tidak cepat dikeringkan.
3. Konduksi : panas tubuh diambil oleh suatu permukaan yang melekat ditubuh.
Contoh : pakaian bayi yang basah tidak cepat diganti.
4. Konveski : penguapan dari tubuh ke udara. Contoh : angin dari tubuh bayi baru lahir
d. Dalam keadaan berat, denyut jantung bayi, menurun dan kulit tubuh bayi mengeras
(sklerema).
b. Tangisan lemah
c. Pernafasan lambat
c. Kulit mengeras merah dan timbul edema terutama pada punggung, kaki dan tangan
(sklerema)
a. Penyebab utama
Kurang pengetahuan cara kehilangan panas dari tubuh bayi dan pentingnya
mengeringkan bayi secepat mungkin
5) Bayi asfiksia, hipoksia, resusitasi yang lama, sepsis, sindrom dengan pernafasan,
hipoglikemia perdarahan intra kranial.
a. Faktor lingkungan
b. Syok
c. Infeksi
f. Obat – obatan
g. Aneka cuaca
I. IKTERUS FISIOLOGIS
- Ikterus fisiologis berlebihan ketika bilirubin serum puncak adalah 7-15 mg/dl pada bayi
baru lahir
5. Karena adanya imaturasi atau kurang berfungsinya alat-alat tubuh untuk melakukan
isapan.selain itu juga disebabkan oleh imaturasi susunan saraf pusat untuk koordinasi
reflex mengisap pada bayi premature.
6. Expiratory grunting
Bayi dengan keukarangan surfaktan gagal mengembangkan parunya pada saat lahir
walau dengan usaha pernapasan yang kuat dan menderita gawat napas sejak lahir. Yang
lain pada mulanya mengembangkan parunya tetapi mngalami atelektasis progresif dan
bernapas semakin berat pada beberapa jam perrtama. Tanda klinis khas bayi dengan
gawat napas ialah bunyi ekspirasi atau merintih, takipnea, retraksi interkosta dan
sternum, dan sianosis. Pernapasan merintih disebabkan oleh upaya ekspirasi lama
melawan glottis yang tertutup sebagian. Biasanya didahului dengan upaya inspirasi kuat,
selama masa tersebut, tekanan intratoraks turun di bawah tekanan atmosfer. Selama
ekspirasi yang lama, tekanan intratoraks dipertahankan di atas tekanan atmosfer. Bayi
tidak merintih pada tiap napas, dan mereka yang terkena penyakit berat paling sering
mrintih. Dengan memprtahankan tekanan intrapulmonal positif selama sebagian besar
siklus pernapasan, mrintih membantu mencegah atelektasis. Saat tidak merintih, bayi
yang kekurangan surfaktan mempunyai volume tidal yang kecil dan frekuensi
pernapasan yang cepat. Periode apnea dan ketidakteraturan irama pernapasan lazim
karena kerja pernapasan bertambah dan bayi menjadi lelah.
Tekanan intratoraks negatif besar yang dihasilkan saat bayi mengembangkan parunya
menyebabkan jaringan lunak kerangka dada tertarik ke dalam. Retraksi ini terutama
terlihat pada bayi preterm yang amat kecil dengan dinding dada yang lentur. Karena
dinding dada begitu lentur dan bayi bernapas terutama dengan diafragma, mereka
sering mempunyai gerakan pernapasan pardoks. Pada waktu inhalasi, dinding dada
terisap ke dalam sementara penurunana diafragma meningkatkan volume paru pada
arah sefalokaudal, memperbesar rongga abdomen. Dengan demikian, dada membentuk
gua dalam sementara lingkar abdomen bertambah. Hal ini disertai dengan pelebaran
cuping hidung selama inspirasi. Suara napas meredup dan mempunyai kualitas tubular
yang kasar dan kadang-kadang, ada ronki halus, terutama pada bayi yang dilahirkan
dengan seksio sesaria dan yang mempunyai cairan paru berlebihan.
Keadaan ini disebabkan karena imaturitas hepar ( pembentukan hepar belum sempurna)
dan dapat menyebabkan konjugasi bilirubin indirek menjadi bilirubin direk belum
sempurna sehingga terjadi hiperbilirubinemia dan akan terjadi ikterus
Bayi prematur dengan cepat akan kehilangan panas badan dan menjadi hipotermia,
karena pusat pengaturan panas badan belum berfungsi dengan baik dan
metabolismenya rendah.
Kegagalan dalam sistem endokrin dan terjadi penurunan basal metabolisme tubuh
sehingga timbul proses penurunan produksi panas. Misalnya : pada keadaan disfungsi
kelenjar tiroid, adrenal maupun pituatiria.
Terjadi bila panas tubuh berpindah ke lingkungan sekitar dan kehilangan panas. Adapun
mekanisme kehilangan panas tubuh :
- Konduksi : Perpindahan panas yang terjadi sebagai akibat perbedaan suhu antara
kedua objek
- Konveksi : Transfer panas terjadi secara sederhana dan selisih suhu antara permukaan
kulit bayi dan aliran udara yang dingin di permukaan tubuh bayi.
- Radiasi : Perpindahan suhu dari suatu objek panas ke objek yang dingin.
- Evaporasi : Panas terbuang akibat penguapan melalui permukaan kulit dan traktus
respiratorius
3. Kegagalan termoregulasi
Keadaan ini karena pematangan paru dan fungsi surfaktan belum sempurna dan dinding
dada masih lemah sehingga menyebabkan penurunan FRC akan menyebabkan gangguan
pernafasan pada BBLR.
Keadaan ini terutama terdapat pada bayi laki-laki. Penyebabnya belum terlalu jelas, akan
tetapi sangat mungkin disebabkan oleh persediaan glikogen hyang sangat kurang pada
BBLR dan bayi prematur.
8. Masalah yang timbul apabila ASI diberi 2 jam setelah lahir adalah gangguan motilitas
usus karna bayinya masih premature sehingga ususnya belum sempurnya serta dapat
memperbesar terjadinya infeksi nasokomial pada bayi.
a. Sistem Respiratorik
•Apnea
b. Sistem Kardiovaskular
c. Hematologi
•Hyperbilirubinemia–indirect
d. Sistem Pencernaan
•Hypocalcemia
•Hypoglycemia
•Hypothermia
•Hypotonia
g. Sistem Urologi
•Hiponatremia
•Hipernatremia
•Hiperkalemia
h.Other
•Infections
a. Anamnesis :
Riwayat yang perlu ditanyakan pada ibu dalam anamnesis untuk menegakkan, mencari
etiology dan factor-factor yang berpengaruh terhadap terjadinya BBLR
• Umur ibu
• HPHT
• Riwayat persalinan
• Aktivitas
b. Pemeriksaan fisis :
• Berat badan
c. Pemeriksaan penunjang :
1. Darah rutin,glukosa darah,pemeriksaan kadar elektrolit dan analisa gas darah (bila
diperlukan ).
3. USG kepala.
11. Penanganan
a. Medikamentosa
b.Supportif :
•Dukungan sektor lain untuk peningkatan pendidikan Ibu dan status ekonomi keluarga.
c. Gangguan pernapasan/paru-paru
d. Gangguan hati
e. Hipotermia
f. Intraventricular hemorage
g. Retinophaty.
KESIMPULAN
Segala manifestasi klinik yang terjadi pada skenario merupakan akibat dari kelahiran
bayi yang prematur (usia kehamilan kurang dari 37 minggu )
REFERENSI
Rudolph, Abraham M., dkk. 2007. Buku Ajar Pediatri Rudolph Volume 3. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran ECG.
Nelson Textbook
Emedicine.com
Oski's Pediatrics: Principles and Practice, 3rd Edition (June 1999): By Julia A. McMillan
(Editor), Catherine D. Deangelis (Editor), Ralph D. Feigin (Editor), Joesph B. Warshaw
(Editor), Frank A. Oski (Editor), Joseph B. Warshaw By Lippincott Williams & Wilkins
Publishers
Buku Acuan Nasional, Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawijoyo, Jakarta. 2006