Anda di halaman 1dari 13

BUKU PANDUAN MAHASISWA

SKILL LAB. SISTEM GASTROENTERO-HEPATOLOGI

Skill Lab. Sistem Gastroentero-hepatologi


Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
Makassar
2008
PENGANTAR

Buku panduan skill lab. Sistem Gastroentero-hepatologi ini berisi 4 (empat)


ketrampilan utama, yaitu :
1. Anamnesis keluhan utama yang berhubungan dengan sistem
gastroenterohepatologi dimana penggalian riwayat penyakit sudah lebih
spesifik mengarah ke sistem gastroentero-hepatologi,
2. Ketrampilan pemeriksaan fisik dan ketrampilan diagnostik. Diharapkan setelah
selesai mengikuti kegiatan ketrampilan klinik ini, mahasiswa mampu
melakukan anamnesis lengkap dan pemeriksaan fisik sehubungan sistem ini
secara berurutan serta mengetahui keadaan normal ataupun abnormal dari
sistem ini.
3. Teknik pemasangan pipa nasogastrik dan pemeriksaan rektum (colok dubur),
yang tekniknya diperlihatkan dalam bentuk audio-visual sehubungan dengan
keterbatasan media yang ada pada saat ini.
4. Ketrampilan cara membaca foto rontgent yang berkaitan dengan kelainan-
kelainan system gasteroenterohepatologi.
Buku panduan ini selain memuat panduan belajar langkah-langkah melakukan
anamnesis, pemeriksaan fisik dan ketrampilan klinik lain, juga berisi daftar tilik sebagai
lembar penilaian dari instruktur terhadap mahasiswa sebagai penilaian akhir serta
membantu dalam menilai kemajuan tingkat ketrampilan yang dilatih.
Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
pembuatan dan penyusunan buku panduan ini.

Makassar, Februari 2005


Koordinator Skill Lab.
Sistem Gastroentero-hepatologi
ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN FISIS
SISTEM GASTROENTEROHEPATOLOGI

Pengertian
Sebelum melakukan pemeriksaan fisik, maka terlebih dahulu dilakukan
komunikasi antara dokter (pemeriksa) dan pasien yang disebut sebagai anamnesis.
Kegiatan ini sangat penting sebagai langkah awal yang dapat membantu pemeriksa dalam
mengarahkan diagnosis penyakit pasien. Keluhan yang diajukan seorang pasien yang
diambil dengan teliti akan banyak membantu menentukan diagnosis dari suatu penyakit.
Banyak macam keluhan yang diajukan oleh seorang penderita sistem saluran cerna.
Walaupun demikian tidak selalu keluhan-keluhan mengenai perut yang berhubungan
dengan kelainan pada saluran cerna, sehingga diperlukan suatu kesabaran dalam
mengambil anamnesis dari seorang pasien.
Pemeriksaan fisik gastroenterohepatologi yang dalam hal ini abdomen umumnya
sama dengan pemeriksaan fisik secara umum meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan
auskultasi, namun banyak dokter lebih memilih auskultasi dahulu sebelum palpasi.
Dalam pemeriksaan selanjutnya pada abdomen disamping ditemukan hasil pemeriksaan
normal, juga dapat ditemukan kelainan antara lain : distensi abdomen, adanya massa,
bunyi peristaltik yang meningkat atau menghilang dan lain-lain.
Disamping anamnesis dan pemeriksaan fisik, ketrampilan diagnostik dalam hal ini
pemeriksaan rektum (colok dubur) serta pemasangan pipa nasogastrik juga dapat
membantu dalam menegakkan diagnosis.

Indikasi
Anamnesis dan pemeriksaan fisik gastroenterohepatologi dilakukan untuk :
1. Mengetahui diagnosis dari seorang pasien
2. Membantu dokter dalam melakukan tindakan selanjutnya pada pasien
3. Mengetahui perkembangan serta kemajuan terapi pada pasien
4. Digunakan sebagai standar pelayanan dalam memberikan pelayanan paripurna
terhadap pasien
Tujuan pembelajaran
Tujuan Umum :
Setelah kegiatan ini mahasiswa mampu melakukan anamnesis lengkap dan
pemeriksaan fisik gastroenterohepatologi secara berurutan dan mampu mengetahui
keadaan normal dan abnormal pada sistem tersebut.
Tujuan Khusus :
Setelah kegiatan ini mahasiswa mampu :
1. Melakukan komunikasi/anamnesis dengan pasien secara lengkap
2. Mempersiapkan pasien dalam rangka pemeriksaan fisik
3. Melakukan pemeriksaan inspeksi, auskultasi, palpasi dan perkusi secara terperinci
4. Melakukan pemeriksaan sesuai prosedur yang ada
5. Mengenal dan menentukan berbagai bentuk dan bunyi abnormal dari abdomen

Media dan alat bantu pembelajaran :


- Daftar panduan belajar anamnesis dan pemeriksaan fisik gastroenterohepatologi
- Stetoskop, handscoen (sarung tangan), pipa nasogastrik
- Jelly, lap, sabun dan wastafel (air mengalir) untuk simulasi mencuci tangan
- Status penderita, pena
- Audio-visual

Metode pembelajaran :
1. Demonstrasi sesuai dengan daftar panduan belajar
2. Ceramah
3. Diskusi
4. Partisipasi aktif dalam skill lab. (simulasi)
5. Evaluasi melalui check list / daftar tilik dengan sistem skor
DESKRIPSI KEGIATAN
Kegiatan Waktu Deskripsi
1. Pengantar 5 menit Pengantar
2. Bermain peran tanya & jawab 30 menit 1. mengatur posisi duduk mahasiswa
2. dua orang instruktur, 1 sebagai dokter
& 1 sebagai pasien memberikan contoh
bagaimana cara melakukan anamnesa
lengkap. Mahasiswa
menyimak/mengamati
3. memberikan kesempatan kepada
mahasiswa untuk bertanya dan
instrukstur memberikan penjelasan
tentang aspek-aspek yang penting
4. kegiatan dilanjutkan dengan
pemeriksaan fisik pada manikin atau
probandus
5. mahasiswa dapat memperhatikan dan
menanyakan hal-hal yang belum
dimengerti dan instruktur
menanggapinya
3. Praktek bermain peran dengan 100 1. mahasiswa dibagi menjadi pasangan-
umpan balik menit pasangan. Seorang mentor diperlukan
untuk mengamati 2 pasang
2. setiap pasangan berpraktek, 1 orang
sebagai dokter (pemeriksa) dan 1 orang
sebagai pasien secara serentak
3. mentor memberikan tema khusus atau
keluhan utama kepada pasien dan
selanjutnya akan ditanyakan oleh si
pemeriksa (dokter)
4. mentor berkeliling diantara mahasiswa
dan melakukan supervisi menggunakan
daftar tilik
5. setiap mahasiswa paling sedikit berlatih
1 kali
4. Curah pendapat / diskusi 15 menit 1. curah pendapat/diskusi : apa yang
dirasakan mudah atau sulit ?
menanyakan bagaimana perasaan
mahasiswa yang berperan sebagai
pasien. Apa yang dilakukan oleh dokter
agar pasien merasa nyaman?
2. instruktur menyimpulkan dengan
menjawab pertanyaan terakhir dan
memperjelas hal-hal yang masih belum
dimengerti
Total waktu 150
menit

PENUNTUN BELAJAR
SISTEM GASTROENTEROHEPATOLOGI

( Digunakan oleh Peserta )

Beri nilai untuk setiap langkah klinik dengan menggunakan kriteria sebagai berikut :
1. Perlu perbaikan : langkah-langkah tidak dilakukan dengan benar dan tidak
sesuai urutannya atau ada langkah yang dihilangkan
2. Mampu : Langkah-langkah dilakukan dengan benar dan sesuai dengan
urutannya, tetapi tidak efisien
3. Mahir : Langkah-langkah dilakukan benar, sesuai dengan urutannya dan efisien
TS Tidak Sesuai : Langkah tidak perlu dikerjakan karena tidak sesuai dengan keadaan
NO. LANGKAH / KEGIATAN KASUS
A. ANAMNESIS KELUHAN UTAMA 1 2 3
1. Ucapkan salam, pemeriksa berdiri & melakukan jabat tangan
2. Persilahkan duduk berseberangan/berhadapan
3. Ciptakan suasana membantu dan menyenangkan
4. Tanyakan identitas : nama, umur, alamat, pekerjaan
5. Tanyakan keluhan utama (muntah darah) dan menggali
riwayat penyakit saat ini.
Tanyakan :
- onset dan durasi muntah darah : sejak kapan dan
bagaimana timbulnya
- bentuk, warna dan jumlah muntah darah : bergumpal,
bercak-bercak, merah segar, merah tua atau seperti
kopi
- gejala lain yang berhubungan :
nyeri epigastrium atau rasa tidak enak pada
epigastrium, nyeri abdomen, rasa tertarik pada perut
perdarahan pada hidung
buang air besar warna hitam
6. Menggali penyakit dahulu dan yang berkaitan : sirosis,
kanker, koagulopati, pernah dilakukan operasi untuk tukak
peptik
 Riwayat kebiasaan : minum alkohol, menggunakan
obat non-steroid antiinflamasi atau jamu, minum yang
bersifat korosif
 Riwayat keluarga : penyakit yang diderita
menyebabkan perdarahan
7. Menggali penyakit dahulu dan yang berkaitan
B. PEMERIKSAAN FISIK GASTROENTEROHEPATOLOGI 1 2 3
1. Inspeksi
1. Pasien dibaringkan pada posisi supine dengan sumber cahaya
meliputi kaki sampai kepala, atau meliputi abdomen, di
belakang pemeriksa
2. Pasien dibaringkan pada posisi supine dengan sumber cahaya
meliputi kaki sampai kepala, atau meliputi abdomen, di
belakang pemeriksa
3. Pemeriksa duduk pada kursi di sisi kanan pasien, dengan
kepala pemeriksa sedikit lebih tinggi dari abdomen pasien.
4. Periksa kulit dan sklera
5. Inspeksi dilakukan beberapa menit untuk melihat kontur
abdomen, skar, kongesti vena, peristaltik yang tampak atau
adanya massa,
6. Lihat distensi abdomen : obesitas, timpanitis, asites,
kehamilan, feses dan neoplasma
Auskultasi
1. Penderita diminta rileks dan bernafas
2. Pusatkan perhatian pertama pada suara yang ada di abdomen
dengan menggunakan bel stetoskop di atas mid-abdomen
3. Dengarkan bising usus
4. Tentukan bising usus normal atau abnormal
5. Letakkan steteskop pada empat kuadran abdomen
6. Mulailah melakukan auskultasi pada beberapa tempat yang
benar :
- Bunyi peristaltik dapat didengarkan dibawah
umbilikus diatas suprabupik, atau dapat dilakukan di
berbagai temapat
- Diatas dan di kanan umbilikus mendengarkan bunyi
bergerumuh dari hepatik rub
- Murmur aorta abdominal 5 jari dibawah processus
xipoideus atau pada regio epigastrium
7. Bruit dari karsinoma pankreas di kiri regio epigastrium dan
splenik friction rub dilateral
8. Bila peristaltik tidak segera terdengar, lanjutkan mendengar
selama 5 menit.
9. Catat hasil auskultasi
Palpasi
1. Tangan pemeriksa harus hangat sesuai suhu ruangan/tubuh
2. Pasien diminta melakukan fleksi panggul dan lutut, nafas
dilakukan dengan mulut terbuka
3. Lakukan percakapan dengan pasien sambil melakukan
palpasi
4. Lakukan palpasi ringan :
 Telapak tangan secara perlahan-lahan ditempatkan di
abdomen dengan jari-jari adduksi kemudian ditekan
lembut ke dinding abdomen dengan kedalaman 1 cm
 Kuku jari jangan sampai menusuk dinding abdomen
5. Lakukan palpasi dalam dengan langkah yang sama pada
palpasi ringan namun menekan lebih dalam
6. Pada saat gerakan menekan ke bawah, ujung jari masuk ke
dinding abdomen dan menemukan struktur dibawahnya
dengan rata-rata tekanan ke atas dan kebawah 4-5 cm
7. Perhatikan wajah atau ekspresi pasien saat melakukan
palpasi
8. Palpasi kuadran kiri abdomen :
 Tujuan : menemukan palpable lien, ginjal kiri
 Normal tidak ditemukan massa yang dapat di palpasi
 Lakukan bimanual palpasi dengan tangan kanan
dimasukkan di belakang margin kosta kiri pada garis
midaksillaris, dan tangan kiri ditempatkan dibawah
toraks sehingga jari-jari dibengkokkan dibawah
tulang iga.
 Pasien diminta bernafas dalam, pada saat tercapai
inspirasi dalam, tangan kanan dimasukkan lebih
dalam dibelakang margin kosta dan dinaikkan,
sementara tangan kiri menaikkan toraks bagian
belakang.
 Dilakukan beberapa kali sesuai irama inspirasi sambil
menempatkan posisi tangan kanan berganti
tempat/arah
9. Palpasi kuadran kanan abdomen :
 Tujuan: menemukan palpable hepar, ginjal kanan
 Tangan kanan dengan jari-jari adduksi dimasukkan
dibawah margin tulang rusuk kanan dengan
permukaan volar tangan menyentuh permukaan
abdomen, sensasi taktil akan diterima ujung-ujung
jari.
 Supinasi tangan kiri ditempatkan dibawah toraks
kanan
 Saat inspirasi dalam, tangan kanan digerakkan naik
dan masuk pada saat inspirasi akhir tercapai, secara
bersamaan toraks kanan dinaikkan oleh tangan kiri
10. Apabila ditemukan nyeri yang langsung terjadi pada saat
melakukan palpasi abdomen, kepala pasien dapat ditinggikan
lagi memakai bantal
11. Palpasi rebound (nyeri memantul) : menekan ujung jari
perlahan-lahan ke dinding abdomen kemudian secara tiba-
tiba menarik kembali jari-jari, disebut sebagai Blumberg sign
12. Apabila ditemukan massa pada abdomen, dilakukan
penilaian dalam hal : lokasi, ukuran, besar, konsistensi,
kekenyalan, mobilitas dan pulsasi
Perkusi
1. Lakukan perkusi pada ke empat kuadran abdomen
2. Perkusi batas atas hepar di garis midklavikula kanan, dimulai
dari pertengahan dada, dari atas ke bawah
3. Bunyi resonan dada menjadi redup ketika mencapai hepar,
dilanjutkan ke bawah, bunyi redup menjadi tympani bila
perkusi di atas kolon
4. Tentukan lokasi dan ukuran hepar
C. PEMERIKSAAN KHUSUS ASITES 1 2 3
1. Puddle sign :
 Pasien berbaring dengan prone posisi (tiarap) selama
5 menit dengan siku dan lutut naik
 Diafragma stetoskop diletakkan pada bagian tengah
bawah perut
 Pemeriksa kemudian mendengarkan suara yang
dibuat oleh jari-jari yang diketukkan pada sisi
lateral abdomen
 Ketukan jari dilanjutkan terus sambil sementara
steteskop digerakkan menjauhi pemeriksa
 Apabila pinggiran dari kumpulan (puddle) cairan
dicapai, intensitas suara akan lebih keras
2. Shifting dullness
- Perkusi dari daerah mid-abdomen ke arah lateral,
tentukan batas bunyi timpani dan redup
- Minta pasien berbaring pada posisi lateral
- Ascites (+) bila terjadi perubahan bunyi dari tympani
ke redup pada lokasi yang sama
3. Fluid Wave (undulasi test) :
 Tangan pemeriksa atau tangan pasien sendiri
diletakkan di bagian tengah abdomen secara vertikal
 Tekan tangan tsb pada dinding abdomen
 Mengetuk salah satu pinggang, sementara tangan
yang satu mempalpasi sisi yang lain
 Rasakan ada tidaknya gelombang cairan

PEMASANGAN SELANG NASOGASTRIK (NGT)

Indikasi
 Pasien tidak dapat menelan oleh karena berbagai sebab
 Perdarahan saluran cerna bagian atas untuk bilas lambung (mengeluarkan cairan
lambung)
 Pasien ileus obstruktif/ileus paralitik dan pankreatitis akut untuk
dekompresi/menyalurkan cairan lambung keluar.

Kontraindikasi
Pasien tidak kooperatif

Bahan dan Alat


 Selang nasogastrik (Nasogastric tube)
 Jeli silokain atau K-Y jelly
 Stetoscope
 Spoit 10 cc

Prosedur Tindakan
1. Pasien dalam posisi telentang atau miring ke kiri atau ke kanan dengan kepala
sedikit di tekuk ke depan.
2. Dilakukan pengukuran / perkiraan batas lambung. Dari hidung ke telinga, lalu
dari telinga ke processus xiphoideus.
3. Selang dimasukkan melalui hidung, setelah ujungnya diolesi jeli.
4. Setelah mencapai lambung (biasanya pada tanda 3 strip hitam yaitu kira-kira 50
cm dari lambung) dimasukkan udara melalui selang. Hal ini menimbulkan suara
yang bisa didengar dengan meletakkan steteskop kira-kira di atas lambung (perut
kiri atas/sedikit agak ke epigastrium) jika terdapat banyak cairan lambung, cairan
lambung keluar dari selang.

Penyulit
Erosi pada esophagus atau lambung
Rectal Touche (Colok Dubur)

PERLENGKAPAN
• Sarung tangan
• K-Y Jelly

POSISI PENDERITA
• Berbaring terlentang dalam keadaan rileks

POSISI PEMERIKSA
• Berdiri disebelah kanan penderita

CARA PEMERIKSAAN
• Pemeriksaan dimulai dengan inspeksi anus dibawah penerangan yang baik
• Keadaan tonus anal diobservasi pada saat istirahat dan kontraksi volunter
• Penderita diminta untuk “mengejan” seperti pada saat defekasi, untuk
memperlihatkan desensus perineal, prolapsus hemoroid atau lesi-lesi yang
menonjol seperti prolaps rekti dan tumor
• Jari telunjuk tangan kanan yang memakai sarung tangan dan dilubrikasi dengan
K_Y jelly, disentuhkan perlahan ke anus.
• Tekanan yang lembut diberikan sampai sfingter terbuka dan jari dimasuk lurus ke
anus.
• Evaluasi keadaan ampula rekti
• Isi rektal dan mukosa yang bisa dicapai oleh jari, dipalpasi.
• Prostat dan serviks diperhatikan, bersama-sama dengan beberapa lesi diluar
rektum.

Massa feces

TEKNIK PENILAIAN FOTO RADIOLOGI GASTROENTEROHEPATOLOGI


1. FOTO BNO
1. Periksa identitas pasien (nama/umur)
2. Periksa ada tidaknya marker pada foto yang akan dinilai
3. Pasang foto pada light box seolah-olah penderita didepan pemeriksa
4. Lakukan penilaian terhadap distribusi udara dalam abdomen (apakah ada
obstruksi, atau udara sampai ke distal).
5. Identifikasi adanya gambaran herring bone, step leader, air fluid level, dan tanda-
tanda distensi dari usus (dan adanya udara bebas pada subdiafragma)
6. Perhatikan psoas line kiri dan kanan serta pre peritonid line kiri dan kanan
7. Buat kesimpulan dari gambaran radiologi yang ada.

2. FOTO MD (Barium meal)


1. Periksa identitas pasien (nama/umur)
2. Periksa ada tidaknya marker pada foto yang akan dinilai
3. Pasang foto pada light box seolah-olah penderita didepan pemeriksa
4. Nilai posisi penderita berdasarkan posisi kontras (supine, prone dan erect)
5. Perhatikan mukosa gaster dan duodenum (apakah ada filling defect maupun
additional shadow)
6. Buat kesimpulan dari gambaran radiologi yang ada
3. FOTO COLON IN LOOP (Barium enema)

1. Periksa identitas pasien (nama/umur)


2. Periksa ada tidaknya marker pada foto yang akan dinilai
3. Pasang foto pada light box seolah-olah penderita didepan pemeriksa
4. Lakukan terlebih dahulu penilaian foto BNO pasien
5. Perhatikan posisi kontras sampai dimana.
6. Perhatikan mukosa, hanstrasi, incisura dan kaliber lumen colon (apakah ada
filling defect, additional shadow)
7. Buat kesimpulan dari gambaran radiologi yang ada

Anda mungkin juga menyukai