TINJAUAN PUSTAKA
A. TINJAUAN TEORI
1. Keputihan
a. Definisi keputihan
Keputihan adalah cairan yang keluar dari vagina. Dalam keadaan
biasa, cairan ini tidak sampai keluar, namun belum tentu bersifat
patologis. Pengertian yang lain dari keputihan adalah:
1) Setiap cairan yang keluar dari vagina selain darah. Dapat berupa
secret, transudasi atau eksudat dari organ lesi di saluran genital.
2) Cairan normal vagina yang berlebih, jadi hanya meliputi sekresi dan
trasudasi yang berlebih dan tidak termasuk eksudat (Mansjoer, et al.
2001, p.376).
Menurut Kasdu (2005, p.37) keputihan merupakan gejala keluarnya
cairan dari vagina selain darah haid.
Keputihan (flour albus) adalah gejala keluarnya getah atau cairan
vagina yang berlebihan sehingga sering menyebabkan celana dalam
basah (Pudiastuti, 2010, p.15).
b. Gejala keputihan
Gejala Keputihan menurut Wijayanti (2009, p.53) adalah :
1) Keluarnya cairan berwarna putih kekuningan atau putih kelabu dari
saluran vagina. Cairan ini berupa encer atau kental dan kadang-
10
4) Hamil.
Hormon kehamilan mempersiapkan vagina supaya distensi selama
persalinan dengan memproduksi mukosa vagina yang tebal, jaringan
ikat longgar dan hipertropi otot polos. Deskuamasi (eksfoliasi) selsel vagina yang kaya glikogen terjadi akibat stimulasi estrogen. Selsel yang tanggal ini membentuk rabas vagina yang kental dan
berwarna keputihan yang disebut leukore (Saryono dan Pantikawati,
2010, p.54).
5) Mengkonsumsi obat-obat hormonal seperti pil KB.
6) Alergi pada benda-benda yang di masukkan secara sengaja atau tidak
ke dalam vagina misalnya tampon, obat atau alat kontrasepsi, rambut
kemaluan, serta benang dari selimut, celana dan lainnya.
7) Luka misalnya tusukan, benturan, tekanan atau iritasi yang
berlangsung lama pada vagina.
8) Infeksi: dipicu oleh bakteri, kuman atau parasit.
Menurut Kasdu (2008, p.38) infeksi pada saluran reproduksi
wanita di kelompokkan menjadi tiga golongan besar, yaitu:
a) Non-penyakit hubungan seksual (non-PHS)
Bagian luar alat kelamin merupakan tempat yang rawan.
Jika di banding dengan bagian tubuh lainnya. Perawatan bagian
ini sering terabaikan. Selain lembab, di daerah ini bermuara dua
saluran pembuangan, yaitu dubur/anus dan lubang kencing yang
berfungsi membuang sisa-sisa pencernaan makanan dalam bentuk
11
12
(3) Trichomoniasis
Penyebabnya adalah parasit Trichomonas vaginalis.
Penularan melalui hubugan seksual. Keputihan jenis ini
bersifat khas yaitu jumlah banyak, warna kuning kehijauan,
bau tak sedap, sakit saat melakukan hubungan seksual dan
gatal (Pudiastuti, 2010, pp. 17-18).
b) Penyakit hubungan seksual
Fungsi vagina sebagai alat untuk melakukan senggama
terkadang mengalami perlecetan setiap kali melakukan senggama.
Vagina juga menampung air mani yang di keluarkan oleh
pasangannya. Adanya perlecetan dan kontak mukosa (selaput
lendir) vagina dengan air mani merupakan pintu masuk (port
dentre) mikroorganisme penyebab penyakit PHS.
c) Infeksi iatrogenik
Infeksi ini timbul jika penyebab infeksi (bakteri atau
mikroorganisme) lain masuk melalui medis, seperti haid, abortus
yang di sengaja, insersi IUD, saat melahirkan, infeksi pada
saluran reproduksi bagian bawah yang terdorong sampai ke
serviks atau sampai pada saluran reproduksi bagian atas.
9) Penggunaan antibiotik yang berlebihan, ini menyebabkan populasi
bakteri di daerah vagina ikut mati. Bakteri doderlein lactobacillus di
daerah vagina bertugas menghasilkan asam laktat agar jamur tidak
bisa hidup. Bila bakteri mati, jamur akan tumbuh subur. Kebiasaaan
13
14
e. Pengobatan keputihan
Menurut Ayuningsih, et al. (2009, pp.32-35) pengobatan keputihan
terdiri dari :
1) Jika keputihan masih ringan, bisa menggunakan sabun atau larutan
antiseptik
khusus
pembilas
vagina
seperlunya.
Penggunaan
15
organ
intim
dengan
pembersih
yang
tidak
16
2. Vulva Hygiene
a. Definisi vulva hygiene
Vulva hygiene merupakan suatu tindakan untuk memelihara
kebersihan organ kewanitaan bagian luar (vulva) yang dilakukan untuk
mempertahankan kesehatan dan mencegah infeksi (Ayu, 2010, p.17).
b. Cara vulva hygiene
Menurut Wijayanti (2009, pp.40-43), cara membersihkan daerah
kewanitaan yang terbaik ialah :
17
18
3. Remaja
a. Definisi remaja
Masa remaja merupakan berlangsung antara umur 12 tahun sampai
dengan 21 tahun bagi wanita dan umur 13 tahun sampai 22 tahun bagi
pria. Remaja berasal dari bahasa latin yaitu adolescence yang berarti
tumbuh
atau
tumbuh
untuk
mencapai
kematangan.
Untuk
19
masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas. Namun
menurut beberapa ahli, selain istilah pubertas juga digunakan istilah
adolesens (dalam bahasa inggris, adolescence). Para ahli merumuskan
bahwa istilah pubertas digunakan untuk menyatakan perubahan biologis
baik bentuk maupun fisiologis yang terjadi dengan cepat dari masa
anak-anak ke masa dewasa, terutama perubahan reproduksi. Sedangkan
istilah adolesens lebih ditekankan pada perubahan psikososial atau
kematangan yang menyertai masa pubertas.
a. Remaja putri
Menurut Tarwoto, et al. (2010, p.1), remaja adalah masa peralihan
dari masa anak-anak ke masa dewasa. Sedangkan putri berarti anak
perempuan. Remaja putri adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke
masa dewasa yang yang dialami oleh perempuan.
Menurut Tarwoto, et al. (2010, p.55) dikutip dari Stanley Hall
(1991) masa remaja merupakan dianggap sebagai masa topan badai dan
stres (Storm and Stress). Karena mereka mereka telah memiliki
keinginan bebas untuk menentukan nasib sendiri, kalau terarah dengan
baik maka ia akan menjadi seorang individu yang memiliki rasa
tanggungjawab, tetapi kalau tidak terbimbing maka bisa menjadi
seorang yang tak memiliki masa depan dengan baik. Menurut Yulia S.
D. Gunarsa dan Singgih D. Gunarsa (1991) dalam buku Tarwoto, et al.
(2010, p.55), istilah asing yang sering digunakan untuk menunjukkan
masa remaja antara lain :
20
21
22
Jika upaya anak pra-pubertas untuk melepaskan diri dari ikatanikatan dan kaitan identifikasi dengan ibunya itu mengalami kegagalan,
hal ini bisa menghambat pertumbuhan psikis dan selanjutnya
meninggalkan stempel neurotis serta infatil pada kepribadiannya pada
saat dewasa. Gejala neurotis tersebut antara lain:
a) Macam-macam gangguan fungsi pencernaan (dari nausea hingga
anorexia)
b)
c)
Macam-macam phobia
d)
23
Diri sendiri.
24
keterampilan
yang
intelektual,
seperti
25
belum
banyak
memiliki
dengan
kemampuannya
yang
masih
belum
memadai
26
2) Pertentangan
Sebagai individu yang mencari jati diri, remaja berada pada situasi
psikologis antara ingin melepaskan diri dari orang tua dan merasa masih
belum mampu untuk mandiri. Oleh karena itu, pada umumnya remaja
sering mengalami kebingungan karena sering terjadi pertentangan
pendapat antara mereka dengan orang tua. Pertentangan yang sering
terjadi ini menimbulkan keinginan remaja untuk melepaskan diri dari
orang tua kemudian ditentangnya sendiri karena dalam diri remaja ada
keinginan untuk memperoleh rasa aman. Remaja sebenarnya belum
berani mengambil resiko dari tindakan untuk meninggalkan lingkungan
keluarganya yang jelas aman bagi dirinya. Tambahan pula keinginan
melepaskan diri itu belum disertai kesanggupan untuk berdiri sendiri
tanpa bantuan orang tua dalam soal keuangan (Asrori dan Ali, 2010,
p.16).
3) Mengkhayal
Keinginan untuk menjelajah dan berpetualang tidak semuanya
tersalurkan. Biasanya ada hambatan dari segi keuangan atau biaya.
Sebab, menjelajah lingkungan sekitar yang luas akan membutuhkan
biaya yang banyak, padahal kebanyakan remaja hanya memperoleh
uang dari pemberian orang tuanya. Akibatnya, mereka
mengkhayal,
mencari
kepuasan,
bahkan
menyalurkan
lalu
dunia
27
28
29
30
belum
melihat
apa
adanya,
tetapi
menginginkan
ia akan
yang
misalnya dalam
31
formal
dimana
semakin
tinggi
pendidikan
maka
semakin
luas
4. Pengetahuan
a. Definisi pengetahuan
Menurut Notoatmojo (2003) dalam buku Dewi dan Wawan (2010,
p.11) pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah
orang mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan terhadap objek terjadi melalui panca indra manusia yakni
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba dengan sendiri.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga. Pengetahuan di pengaruhi oleh pendidikan formal, pengetahuan
berhubungan dengan pendidikan dan diharapkan bahwa dengan
pendidikan yang tinggi maka pengetahuan seseorang semakin luas.
Tetapi orang yang berpengetahuan rendah bukan berarti mempunyai
pengetahuan yang rendah pula. Hal ini karena peningkatan pengetahuan
tidak mutlak diperoleh dari pendidikan non formal akan tetapi dapat
diperoleh dari formal. Pengetahuan seseorang mengandung aspek
positif dan negatif yang akan menentukan sikap seseorang.
b. Tingkat pengetahuan
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
untuk terbentuknya tindakan seseorang (open behavior). Dari
pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh
32
pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari
oleh pengetahuan. Pengetahuan yang cukup didalam domain kognitif
mempunyai 6 tingkat, yaitu:
1) Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini
adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dan
seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
Oleh sebab itu tahu ini adalah merupakan tingkat pengetahuan
yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu
tentang apa yang dipelajari yaitu menyebutkan, menguraikan,
mengidentifikasikan, menyatakan dan sebagainya.
2) Memahami (Comprehention)
Memahami
artinya
sebagai
suatu
kemampuan
untuk
33
34
dengan
menggunakan
kemungkinan
dalam
yang
pernah
diperoleh
dalam
memecahkan
35
(menimbang-nimbang),
dimana
individu
akan
36
37
38
2) Faktor eksternal
a) Faktor lingkungan
Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar
manusia
dan
pengaruhnya
yang
dapat
mempengaruhi
sikap,
kepercayaan,
keyakinan,
nilai-nilai
dan
sebagainya.
2) Faktor pendukung (enabling factor), meliputi :
Lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas
atau sarana-sarana kesehatan, misalnya puskesmas, obat-obatan, alatalat, kontrasepsi, jamban dan sebagainya.
3) Faktor pendorong (renforcing factor), meliputi :
Sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas yang lain, yang
merupakan keompok referensi dari perilaku masyarakat.
39
2) Cukup
40
B. Kerangka teori
Faktor presdiposisi:
a. Pengetahuan
b. Sikap
c. Tradisi
d. Kepercayaan
e. Sistem Nilai
f. Tingkat
Pendidikan
g. Tingkat Sosial
h. Sosial Ekonomi
Faktor pendukung:
Vulva
Hygiene
Keputihan
Faktor pendorong:
a. Sikap Petugas
kesehatan
b. Perilaku Petugas
kesehatan
Gambar 2. 1.Kerangka Teori Penelitian
Sumber : Modifikasi Teori Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2003)
------------
41
C. Kerangka konsep
Variabel bebas
(Independent)
Variabel terikat
(Dependent)
Tingkat Pengetahuan
Vulva Hygiene
Putri
D. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan tingkat
pengetahuan vulva hygiene dengan kejadian keputihan pada remaja putri usia
14-17 tahun di Desa Pendosawalan Kecamtan Kalinyamatan Kabupaten Jepara.