Anda di halaman 1dari 2

EPIDIMIOLOGI

1. KANDIDIASIS VULVOVAGINALIS
2. TRIKOMONIASIS
Sebuah studi di kalangan wanita pengunjung klinik Keluarga Berencana di Jakarta
Utara memperlihatkan bahwa 5,4% menderita trikomoniasis. Penelitian lainnya di
Surabaya menemukan bahwa dari Diperkirakan sekitar 180 juta wanita di seluruh dunia
terinfeksi Trichomonas vaginalis. Infeksi Trichomonas vaginalis merupakan salah satu
dari tiga penyebab tersering vaginitis selain bakteri anaerob dan jamur candida.
Prevalensi pada wanita bervariasi antara 5-74% dengan angka tertinggi dilaporkan pada
klinik penyakit menular seksual dan populasi risiko tinggi.

3. VAGINOSIS BAKTERIA
Angka prevalensi infeksi BV di Indonesia cukup besar pada kelompok umur 41-
45 tahun (54,5%), mahasiswa/pelajar (45,7%) dan paritas >5 (50%). Infeksi BV juga
ditemukan pada sepertiga wanita di Amerika Serikat, dimana sekitar 10 dari 21 juta
wanita mengeluhkan keluar cairan vagina.The Vaginal Infections and Prematurity Study
Group juga telah mengidentifikasi infeksi BV sebesar 16% dari 1000 ibu hamil pada usia
kehamilan 23-26 minggu. Selain itu pada wanita hamil di RSUP Dr Kariadi Semarang
didapatkan sebesar 43,3% terdiagnosa infeksi BV dan 38,5% tidak mengeluhkan adanya
gejala.
GEJALA KLINIS
1. KANDIDIASIS VULVOVAGINALIS
2. TRIKOMONIASIS
Gejala yang dikeluhkan oleh perempuan dengan trikomoniasis adalah keputihan,
gatal, dan iritasi. Tanda dari infeksi tersebut meliputi duh tubuh vagina (42 %), bau
(50 %), dan edema atau eritema (22 - 27 %). Duh rubuh yang klasik berwarna kuning
kehijauan dan berbusa, tetapi keadaan ini hanya ditemukan pada 10 - 30 % kasus.
Kolpitis makularis (strawbetry cervix) merupakan tanda klinik yang spesifik untuk
infeksi ini, tetapi jarang ditemukan pada pemeriksaan rutin.
3. VAGINOSIS BAKTERIA
Perempuan dengan vaginosis bakterial dapat tanpa gejala aau mempunyai keluhan
dengan bau vagina yang khas yaitu bau amis, terutama pada waktu/setelah senggama.
Bau tersebut disebabkan adanya amin yang menguap bila cairan vagina menjadi basa.
Pada pemeriksaan ditemukan sekret yang homogen, tipis, dan berwarna keabuabuan.
Tidak ditemukan tanda inflamasi pada vagina dan vulva.
Vaginosis bakterial telah diasosiasikan dengan gangguan kehamilan termasuk
abortus spontan pada kehamilan trimester pertama dan kedua, kelahiran premarur, ruprur
membran yang prematur, persalinan premarur, bayi lahir dengan berat badan rendah,
korioamnionitis, endometritis pascapersalinan, dan infeksi luka pascaoperasi sesar. Bukti
yang ada saat ini tidak mendukung perlunya skrining rutin untuk vaginosis bakteri pada
perempuan hamil pada populasi umum. Namun, skrining pada kunjungan pcrtama pr€natal
direkomendasikan untuk pasien yang berisiko tinggi untuk kelahiran prematur (misalnya
pasien dengan riwayat }ielahiran prematur atau ruptur membrqn yang prematur).
Sebagian besar kasus (50 - 75 %) vaginosis bakterial bersifat asimptomatik atau
dengan gejala ringan. Gejala klinik termasuk bau amis seperi ikan atau bau seperti amonia
yang berasal dari sekret vagina, dan sekret vagina yang homogen, tidak menggumpal, abu-
abu keputihan, tipis. Disuria dan dispareunia jarang ditemukan sedangkan pruritus dan
inflamasi tidak ada. Sekret vagina yang diasosiasikan dengan vaginosis bakterialis berasal
dari vagina dan bukan dari serviks.

Anda mungkin juga menyukai