KEJANG
Tutor : dr. Wiwit Ida Cahyani
Sp. S
Kelompok 7
Achmad Arifin 2019730001
Afra Anissa 2019730005
Brillia Yulasutu 2019730017
Dinda Putri Maharani 2019730022
Fathin Ahnaf Ghaus 2019730028
Hasmi Yunita siregar 2019730044
Hollyvia Clorinda 2019730047
Lusiana Praselya H 2019730059
Moh. Rifqi Fajar Seno Aji 2019730065
Nada Nisrina 2019730080
Rizka Putri Nursyamiati 2019730096
Skenario
Seorang perempuan 21 tahun diantar keluarganya ke instalasi gawat
darurat karena penurunan kesadaran pasca kejang sejak 30 menit yang
lalu. Kejang terjadi sebanyak 3 kali dalam kurun waktu 1 jam. Kejang
berupa kelojotan seluruh badan durasi 5 menit. Sejak 2 tahun pasien
konsumsi obat kejang, namun sejak 3 bulan terakhir berhenti minum
obat, karena merasa sudah baik. Riwayat kejang demam saat kecil ada
Kata/Kalimat Sulit
- Kelojotan: pergerakan yang berlebihan dan tidak
beraturan.
Identifikasi Masalah
- Perempuan 21 tahun.
- Penurunan kesadaran pasca kejang sejak 30
menit yang lalu.
- Pasien kejang sebanyak 3 kali dalam kurun waktu
1 jam dengan durasi 5 menit dan kejang
kelojotan.
- Riwayat pengobatan: obat kejang sejak 2 tahun
yang lalu, stop obat sejak 3 bulan lalu.
- RPD: kejang demam saat kecil
MIND MAP
PETA KONSEP
Tujuan Pembelajaran
1. Menjelaskan definisi, klasifikasi dan faktor resiko kejang pada skenario
2. Mengetahui etiologi dan mekanisme kejang pada skenario
3. Mengetahui etiologi dan mekanisme penurunan kesadaran pada skenario
4. Mengetahui alur diagnosis
a. Anamnesis
b. Pemeriksaan fisik
5. Menentukan diferensial diagnosis (definisi, etiologi, epidemiologi, manifestasi klinis dan faktor resiko)
a. Diferensial diagnosis 1 (Status Epileptikus)
b. Diferensial diagnosis 2 (Epilepsi)
c. Diferensial diagnosis 3 (psychogenic non-epileptic seizure)
6. Mengetahui pemeriksaan penunjang sesuai dengan skenario
7. Menjelaskan penentuan working diagnosis
8. Mengetahui tatalaksana kegawatdaruratan pada skenario
9. Mengetahui tatalaksana farmako dan non farmakologi pada working diagnosis
10.Mengetahui komplikasi dan prognosis dari skenario
11.Menjelaskan hukum solat pada pasien yang tidak sadar
Menjelaskan Definisi, Klasifikasi, dan Faktor Resiko Kejang
Definisi
Faktor Resiko
Kejang merupakan perubahan fungsi 1. Riwayat Keluarga
otak mendadak dan sementara 2. Faktor Antenatal dan perinatal
sebagai akibat dari aktivitas neuronal 3. Trauma dan pembedahan
yang abnormal dan pelepasan listrik 4. Penyebab infeksi dan inflamasi
serebral yang berlebihan.(betz &
Sowden,2002)
Ropper, Allan H., Raymond D. Adams, Maurice Victor, Robert H. Brown, and Maurice Victor. 2005. Adams and Victor's principles of neurology.New York: McGraw-Hill Medical Pub. Division.
http://site.ebrary.com/id/10085491.
Kejang: Penyebab
1. Genetik
2. Struktural
- Tumor otak
- Trauma kepala
- Penyakit vaskular
- Infeksi akut
- Malformasi kongenital otak
1. Sistemik
Merangsang
pembukaan kanal Potensial aksi
ion besar/ berlebih
Aninditha T, Wiratman W. Buku ajar neurologi. Departemen Neurologi FKUI Jakarta. Maret 2017.
Penurunan Kesadaran: Penyebab
Etiologi Lokasi lesi Karakteristik lesi
Aninditha T, Wiratman W. Buku ajar neurologi. Departemen Neurologi FKUI Jakarta. Maret 2017.
Penurunan kesadaran: Mekanisme
Aninditha T, Wiratman W. Buku ajar neurologi. Departemen Neurologi FKUI Jakarta. Maret 2017.
Fauci, A. S. (2015). Harrison's principles of internal medicine. McGraw-Hill Education.
ANAMNESIS SKENARIO
Identitas - Nama Perempuan, 21 tahun
- Usia
- Status pernikahan
- Pekerjaan
- Alamat
Riwayat Penyakit Dahulu - Apakah ada riwayat penyakit kejang sebelumnya ? Riwayat kejang demam saat
kecil
Riwayat Penyakit Keluarga - Adakah Keluarga yang memiliki riwayat penyakit seperti
ini ?
Riwayat Psikososial Apakah merokok?
Apakah minum alkohol, teh atau kopi?
Apakah ada gangguan tidur?
Bagaimana lingkungan kerjanya? Berapa lama jam
kerja?
Apakah makannya teratur?
Riwayat Pengobatan dan Alergi - Apakah sudah berobat atau mengonsumsi obat ? Sejak 2 tahun pasien
- Obat apa ? konsumsi obat kejang,
- Berapa lama ? sejak 3 bulan terakhir
- Apakah ada perubahan ,membaik / tidak ? berhenti minum obat,
- Apakah ada alergi obat ? karena merasa sudah
baik
Pemeriksaan Fisik
⮚ Kesadaran Umum (GCS)
⮚ Tanda Vital
⮚ Pemeriksaan Kulit 🡪 melihat tanda Neurokutaneous
⮚ Bekas Gigitan Di Lidah yang bisa terjadi saat serangan
⮚ Bekas Luka yang disebabkan pasien jatuh saat serangan
⮚ Pemeriksaan Neurologi
Aninditha, Tiara. Wiratman, Winnugroho. 2017. Buku Ajar Neurologi. Jakarta : Departemen Neurologi
DD 1 : Status Epileptikus
Definisi : Etiologi :
● Epilepsi Idiopatik
● Epilepsi Simtomatik dominan penyebab genetik atau
perkembangan
● Epilepsi Simtomatik dominan penyebab didapat
● Epilepsi yang diprovokasi
● Epilepsi kriptogenik
Aninditha, Tiara. 2017. Buku Ajar Neurologi Buku 1. Jakarta:Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Munir , Badrul. Rianawati, Budhi sri. Buku Ajar Neurologi. Laboratorium FK Universitas Brawijaya. 2017. Sagung seto
Faktor pencetus ● Kelelahan
● Hormonal
● Setres emosional
Manisfestasi klinis
Bangkitan Klonik
• Gerakan kontraksi klonik yang ritmik (1-5Hz) Bangkitan Mioklonik
• EEG iktal : aktifitas epilektiform umum berupa - Gerakan involunter mendadak dan berlangsung
gelombang paku-paku multiple atau komninasi sangat singkat, berlangsung 10-15 milidetik
gelombang irama cepat dan lambat sampai 100 milidetik.
- Gambaran EEG: gelombang polyspikes yang
bersifat umum dan singkat
Aninditha, Tiara. 2017. Buku Ajar Neurologi Buku 1. Jakarta:Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Munir , Badrul. Rianawati, Budhi sri. Buku Ajar Neurologi. Laboratorium FK Universitas Brawijaya. 2017. Sagung seto
Manisfestasi klinis
Bangkitan Atonik
• Hilangnya tonus otot mendadak
• Bentuk bangkitan berupa “jatuh” atau “kepala Bangkitan Absans Tipikal
menunduk”. Pemulihan cepat 1-2 detik • Berlangsung sangat singkat (detik)
• Gambaran EEG: gelombang paku (spikes) atau • Bangkitan berupa hilang kesadaran atau
polyspikes yang bersifat umum dengan frekuensi 1- pandangan kosong
3Hz dan gelombang lambat • Gambaran EEG : Didapatkan aktifitas epiloptiform
umum berupa kompleks paku ombak 3Hz (>2,5 Hz)
Aninditha, Tiara. 2017. Buku Ajar Neurologi Buku 1. Jakarta:Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Munir , Badrul. Rianawati, Budhi sri. Buku Ajar Neurologi. Laboratorium FK Universitas Brawijaya. 2017. Sagung seto
DD 3 : Psycogenic Non Epileptic Seizure
Definisi Gangguan kesadaran, gerakan atau perilaku yang paroksimal dan secara
superfisial mirip dengan bangkitan epilepsy, namun tidak disebabkan
oleh gangguan neurobiologis, serta tidak disertai perubahan gelombang
listrik pada EGG.
Epidemiologi ● Prevalensi 2 - 33 per 100.000 individu
● Lebih sering pada perempuan
● Dapat terjadi pada anak-anak, remaja dan orang tua
Etiologi ● Serangan panik
● Cut off atau serangan menghindar
● Respon terlambat terhadap stress berat
Bangkitan Psikogenik Non Epileptikus. Departemen Ilmu Penyakit Saraf dan Departemen Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
Faktor Risiko ● Faktor predisposisi → kekerasan fisik, kekerasan seksual,
komorbiditas psikiatri
● Faktor pencetus → kehilangan orang yang disayangi, tekanan di
sekolah / tempat kerja / rumah
Manifestasi Klinis ● Gejala neurologi → kelemahan anggota gerak, nistagmus
● Gejala psikogenik → muntah, disfagia, nyeri perut, diare, kejang
● Pasca seizure → apnue setelah kejang, gigit lidah bagian depan,
kehilangan kesadaran sampai pingsan
· Pemeriksaan Elektrolit
· EEG (Electroencephalography)
Aninditha T, Wiratman W. Buku Ajar Neurologi. Departemen Neurologi FKUI Jakarta. Maret 2017.
Gejala pada Skenario DD 1 DD 2 DD 3
epileptic seizure
Anindhita,T dan Wiratman,W. 2017. Buku Ajar Neurologi, Buku I. Jakarta: Departemen
Neurologi FKUI
Komplikasi dan prognosis pada skenario
1.Sistem Saraf Pusat : 4. metabolik :
edema serebral, narkosis akibat
penumpukan CO2, hipoksia serebral, Asidosis metabolik, hiperkalemia, hiponatremia,
perdarahan serebral hipomagnesemia, dehidrasi
2.Kardiovaskuler : 5. Ginjal :
Aritmia, henti jantung, gagal jantung Asidosis renal tubular, sindrom nefritik, akut,
kongestif, hipertensi dan hipotensi oliguria, uremia, rabdomiolisis, mioglobinuria
3.Respirasi :
6. Endokrin :
Apneu, edema paru, acute respiratory
distress syndrome, infeksi nasokomial, Hipopituarisme, peningkatan prolaktin,
aspirasi, spasme laring, acidosis vasopressin, kortisol.
respiratorik, emboli paru
Aninditha, Tiara. 2017. Buku Ajar Neurologi Buku 1. Jakarta:Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3428611/. Durrant J,Rickards H, Cavanna A. 2011. Prognosis and Outcome Predictors in Psychogenic Nonepileptic Seizures.
Epilepsy Res. Treat
Prognosis :
Prognosis SE ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu usia, tipe bangkitan SE, durasi, kecepatan
inisiasi tata laksana, dan etiologi. Namun secara keseluruhan prognosis SE adalah dubia
adbonam
Secara keseluruhan angka mortalitas pada usia dewasa mencapai 26%, dan meningkat dua kali
lipat pada usia >80 tahun yang mencapai 50%.
AIK
ع ْن الن ّ َاِئ ِم َحتَّىـ َ عل َيْ ِه َو َسل ّ َ َم َق
َ ال ُر ِف َع الْقَل َُم
َ ع ْن ثَل َاثَ ٍة َ ع ْن الن َّ ِب ِ ّي َصلَّى الل ّ َ ُه
َ عاِئ َش َةَ ع ْن َ
ون َحتَّىـ يَ ْع ِق َل ِ ُ جنْ ع ْن ال َْم َ حتَلِ َم َو ِ الص ِغ
ْ َ ير َحتَّى ي َّ ع ْن َ ي َ ْستَيْ ِق َظ َو
Dari 'Aisyah dari Nabi saw beliau bersabda: "Pena (catatan amal) diangkat dari tiga orang,
yaitu; orang yang tidur hingga terbangun, orang yang masih kecil hingga ia dapat
bermimpi (baligh), dan dari orang yang gila hingga sembuh (HR Ad-Darimi)
•Hadis tersebut menjadi dalil bahwa taklif itu hanya berlaku bagi orang yang sudah dewasa
(baligh) dan berakal yang disebut mukallaf. Mukallaf-lah yang terkena perintah dan
larangan Tuhan. Bila dipatuhi akan mendapat pahala dan bila dilanggar akan mendapat
dosa. Dengan demikinan, semua perbuatannya mempunyai implikasi hukum (akibat
hukum).
•Taklif itu tidak berlaku bagi tiga kelompok manusia : orang yang tidur (tidak sadar, otaknya
tidak berfungsi), anak-anak (belum dewasa), dan orang gila (otaknya tidak berfungsi sama
Kesimpulan
Berdasarkan hasil diskusi kelompok kami, pada skenario modul 3 pasien mengalami gejala
yang mengarah pada diagnosis klinis berupa kejang. Diagnosis topis berupa neuron-neuron
otak dan transmisi pada sinaps. Diagnosis etiologi berupa putus obat epilepsi dan simtomatik
(adanya lesi intrakranial). Diagnosis patologi berupa perubahan relatif neurotransmitter yang
bersifat eksitasi dibandingkan inhibisi hingga menyebabkan depolarisasi berlebihan. Serta
diagnosis kerja berupa penurunan kesadaran pasca kejang sejak 30 menit yang lalu ec sus.
Status epileptikus dd epilepsi dd psychogenic non-epileptic seizure.
Namun begitu, kami masih membutuhkan pemeriksaan lain untuk memastikan kecurigaan
kami terhadap pasien ini.