Anda di halaman 1dari 36

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN

KEPERAWATAN
PADA TUAN DR DI RSUD ABDUK MULUK
LAMPUNG
DENGAN MASALAH EPILEPSI
Dosen Pengampu Mata Kuliah : Ns. Saiful Nurhidayat, S.Kep.,M,Kep

1. Faza Salma Mumtaze 20631990


2. Riyan Bayu Pramudya 20631948
3. Fadhilah Nurul Karimah 20631944
4. Chelvin Mochammad Setiyawan 20631938
01.
Definisi
Introduction
Epilepsi adalah gangguan kejang kronis dengan
kejang berulang yang terjadi dengan sendirinya,
yang membutuhkan pengobatan jangka panjang.
Epilepsi adalah gejala kompleks dari banyak
gangguan fungsi otak berat yang dikarakteristikan
oleh kejang berulang keadaan ini dapat di
hubungkan dengan kehilangan kesadaran, gerakan
berlebihan atau hilangnya tonus otot atau gerakan
dan gangguan perilaku, alam perasaan, sensasi dan
persepsi sehingga epilepsy bukan penyakit tetapi
suatu gejala (Rani Murtiani & IGA Dewi
Purnamawati, 2018).
02.
etiologi
Epilepsi disebabkan dari gangguan listrik disritmia pada sel saraf
pada salah satu bagian otak yang menyebabkan sel ini
mengeluarkan muatan listrik abnormal, berulang dan tidak
terkontrol. Menurut Arif (Rani Murtiani & IGA Dewi
Purnamawati, 2018) etiologi dari epilepsi adalah:
1. Idiopatik ; sebagian besar epilepsi pada anak adalah epilepsi
idiopatik
2. Faktor herediter
3. Faktor genetik ; pada kejang demam dan breath holding spell
4. Kelainan kongenital otak ; atrofi, poresenfali, agenesis korpus
kolosum
5. Gangguan metabolik.
6. Infeksi ; radang yang disebabkan bakteri atau virus pada otak
dan selaputnya, toksoplasmosi
7. Trauma; kontusio serebri, hematoma subaraknoid, hematoma
subdural.
8. Neoplasma otak dan selaputnya
9. Kelainan pembuluh darah, malformasi, penyakit kolagen
10. Keracunan, demam, luka dikepala dan pasca cidera kepala
11. Kekurangan oksigen atau asfiksia neonatorum, terutama saat
proses kelahiran
12. Hydrocephalus atau pembesaran ukuran kepala
13. Gangguan perkembangan otak
14. Riwayat bayi dan ibu menggunakan obat antikolvusan yang
digunakan sepanjang hamil.
15. Riwayat ibu-ibu yang memiliki resiko tinggi (tenaga
kerja, wanita dengan latar belakang sukar melahirkan,
pengguna obat-obatan, diabetes atau hipertensi)
03.
Manifestasi Klinis
Menurut Hidayat (2009) dan Batticaca (2008) dalam (Rani Murtiani & IGA
Dewi Purnamawati, 2018) yaitu :
1. Dapat berupa kejang-kejang, gangguan kesadaran atau gangguan
penginderaan
2. Kelainan gambaran EEG
3. Tergantung lokasi dan sifat fokus Epileptogen
4. Mengalami Aura yaitu suatu sensasi tanda sebelum kejang epileptik
(Aura dapat berupa perasaan tidak enak, melihat sesuatu, mencium bau-
bauan tak enak, mendengar suara gemuruh, mengecap sesuatu, sakit
kepala dan sebagainya)
5. Satu atau kedua mata dan kepala bergerak menjauhi sisa focus
6. Menyadari gerakan atau hilang kesadaran
7. Bola mata membalik ke atas, bicara tertahan, mati rasa, kesemutan,
perasaan ditusuk-tusuk, dan seluruh otot tubuh menjadi kaku.
8. Kedua lengan dalam keadaan fleksi tungkai, kepala, dan leher dalam
keadaan ekstensi, apneu, gerakan tersentak-sentak, mulut tampak
berbusa, reflek menelan hilangdan saliva meningkat.
04.
Tanda dan gejala
Kejang demam dibagi menjadi kejang pasial dan kejang umum
atau tonik klonik sebagi berikut:
Kejang parsial dapat berkaitan dengan :
● Gerakan wajah atau menyeringai
● Sentakan yang dimulai di salah saru bagian tubuh, yang dapat
menyebar
● Pengalaman sensorik berupa penglihatan, bau, atau warna
● Kesemutan
● Perubahan tingkat kesadaran
Kejang umum atau tonik klonik dapat berkaitan dengan :
● Ketidaksadaran, biasanya disertai dengan jatuh,
● Reflek pada lengan dan tungkai yang tidak terkontrol
● Periode opnea yang singkat (henti napas)
● Salvias dan mulut berbusa
● Menggigit lidah
● Inkontinensia
● Stadium postical berupa stupor atau koma, diikuti oleh kebingungan, sakit
kepala dan letih
● Prodroma bisa terjadi pada setiap jenis kejang, prodroma adalah perasaan atau
gejala tertentu yang dapat mendahului kejang selama beberapa jam atau
● beberapa hari
● Aura dapat terjadi pada setiap jenis kejang. Aura adalah sensasi sensorik
tertentu yang sering atau selalu timbul sesaat menjelang kejang.(Deliana,
2016)
05.
patofisiologi
Menurut (Rani Murtiani & IGA Dewi Purnamawati, 2018) Otak merupakan pusat penerima
pesan (impuls sensorik) dan sekaligus merupakan pusat pengirim pesan (impuls motorik). Otak ialah
rangkaian berjuta-juta neuron. Pada hakekatnya tugas neron ialah menyalurkan dan mengolah aktivitas
listrik saraf yang berhubungan satu dengan yang lain melalui sinaps. Dalam sinaps terdapat zat yang
dinamakan neurotransmiter. Acetylcholine dan norepinerprine ialah neurotranmiter eksitatif, sedangkan
zat lain yakni GABA (gama-amino-butiricacid) bersifat inhibitif terhadap penyaluran aktivitas listrik saraf
dalam sinaps. Dalam sinaps terdapat zat yang dinamakan neurotransmiter. Acetylcholine dan
norepinerprine ialah neurotranmiter eksitatif, sedangkan zat lain yakni GABA (gama-amino-butiricacid)
bersifat inhibitif terhadap penyaluran aktivitas listrik saraf dalam sinaps. Bangkitan epilepsi dicetuskan
oleh suatu sumber gaya listrik saraf di otak yang dinamakan fokus epileptogen. Dari fokus ini aktivitas
listrik akan menyebar melalui sinaps dan dendrit ke neuron-neuron di sekitarnya dan demikian seterusnya
sehingga seluruh belahan hemisfer otak dapat mengalami muatan listrik berlebih (depolarisasi). Pada
keadaan demikian akan terlihat kejang yang mula-mula setempat selanjutnya akan menyebar kebagian
tubuh atau anggota gerak yang lain pada satu sisi tanpa disertai hilangnya kesadaran. Dari belahan
hemisfer yang mengalami depolarisasi, aktivitas listrik dapat merangsang substansia retikularis dan inti
pada talamus yang selanjutnya akan menyebarkan impuls-impuls ke belahan otak yang lain dan dengan
demikian akan terlihat manifestasi kejang umum yang disertai penurunan kesadaran.
06.
komplikasi
Menurut (Rani Murtiani & IGA Dewi Purnamawati, 2018) komplikasi
epilepsi dapat terjadi:
1. Kerusakan otak akibat hipoksia dan retardasi mental dapat timbul
akibat kejang yang berulang
2. Dapat timbul depresi dan keadaan cemas
3. Cedera kepala
4. Cedera mulut
5. Fraktur
07.
Konsep Asuhan Keperawatan
Pengkajian
a. Biodata Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat rumah, agama, suku bangsa, status perkawinan,
pendidikan dan pekerjaan.
b. Keluhan Utama Pada anamnase ini yang perlu dikaj adalah apa yang diperlukan pada saat utu seperti
yang sering menjadi alasan klien ada;lah terjadinya kejang yang berulang dan penurunan kesadaran.
c. Riwayat
1. Riwayat penyekit sekarang
Dalam pengkajian ini meliputi riwayat terjadinya seperti kapan mulai serangan, stimulus yang
menyebabkan respon kejang, dan seberapa jauh saat kejang dengan respon fisik dan psikologis klien.
Apakah sebelumnya klien pernah mengalami trauma kepala dan infeksi serta kemana saja klien sudah
meminta pertolongan setelah mengalami keluhan. Tanyakan tentang pemakaian obat sebelumnya seperti
obat-obatan antikonvulsan, antipiretik dan lain-lain.
2. Riwayat penyakit dahulu
Penyakit yang pernah diderita sebelumnya (apakah mengalami keadaan yang sama seperti sekarang,
seperti mengalami kejang berulang).
3. Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada anggota keluarga yang menderita kejang, penyakit saraf, dan penyakit lainnya.
d. Pola Kesehatan
Klien akan lebih banyak menarik diri, ketakutan akan serangan kejang berulang dan depresi akan
prognosis dari kondisi yang akan datang.
1. Aktivitas dan Istirahat Gejala yaitu keletihan, kelemahan umum, keterbatasan dalam beraktivitas yang
ditimbulkan oleh diri sendiri atau orang lain. Tanda aitu perubahan tonus, kekuatan otot, gerakan
involunter, kontraksi otot.
2. Sirkulasi Gejala yaitu hipertensi, peningkatan nadi, sianosis.
3. Eliminasi Gejala yaitu inkontinensia ditandai dengan peningkatan tekanan kandung kemih, dan tonus
sfingter.
4. Makanan dan Cairan Gejala yaitu sensitivitas terhadap makanan, mual dan muntah yang berhubungan
dengan aktivitas kejang. Ditandai dengan kerusakan jaringan lunak dan gigi (cedera selama kejang)
5. Neurosensori Gejala riwayat sakit kepala, kejang berulang, pingsan, pusing dan riwayat trauma kepala,
anoksia, infeksi serebral.
6. Nyeri dan Kenyamanan Gejala yaitu sakit kepala, nyeri otot, nyeri abnormal paroksismal, ditandai
dengan sikap atau tingkah laku yang hati-hati, distraksi, perubahah tonus otot. 7. Pernafasan Gejala yaitu
gigi mengatup, sianosis, pernafasan cepat dan dangkal, peningkatan sekresi mukus, fase postikal apnea.
8. Keamanan Riwayat terjatuh, fraktur, adanya alergi. Ditandai dengan trauma pada jaringan lunak,
penurunan kesadaran, kekuatan tonus otot secara menyuluruh.
9. Interaksi sosial Gejalanya yaitu terdapat masalah dalam hubungan interpersonal dalam keluarga atau
lingkungap sosial melakukan pembatasan, penghindaran terhadap kontak sosial
e. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan Umum
Klien Pada pengkajian fisik secara umum sering didapatkan pada awal pasca kejang klien mengalami
konfusi dan sulit untuk bangun. Pada kondisi yang lebih berat sering dijumpai adanya penurunan
kesadaran, Pengkajian untuk peristiwa kejang perlu dikaji tentang bagaimana kejang sering terjadi pada
klien, tipe pergerakan atau aktivitas, berapa lama kejang berlangsung, diskripsi aura yang menimbulkan
peristiwa, status poskial, lamanya waktu klien untuk kembali kejang, adanya inkontinen selama kejang.
2. Selain itu juga dilakukan pemeriksaan 6B yaitu:
B1 (Breathing), B2 (Blood), B3 (Brain), B4 (Bladder), B5 (Bowel), B6 (Bone).
f. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan electro encepalography (EEG), Pemeriksaan CT scan dan MRI, Pemeriksaan Laboratorium
(Pemeriksaan hemtologik, pemeriksaan kadar OAE).
g. Penatalaksanaan pada pasien epilepsi adalah dengan pemberian OAE. Prinsip terapi farmakologi pada
pasien epilepsi antara lain:
1. OAE diberikan apabila :
a) Diagnosis epilepsi sudah dipastikan.
b) Pastikan factor pencetus bangkitan dapat dihindari.
c) Terdapat minimal 2 bangkitan dalam satu tahun.
d) Pasien dan atau keluarganya sudah menerima penjelasan tentang tujuan pengobatan.
e) Pasien dan keluarga sudah diberitahu tentang kemungkinan efek samping obat.
2. Terapi dimulai dengan mono terapi, penggunaan OAE pilihan sesuai dengan jenis bangkitan dan jenis
sindrom epilepsy.
3. Pemberian obat dimulai dari dosis rendah dan dinaikan bertahap sampai dosis efektif tercapai atau
timbul efek samping.
4. Bila dengan penggunaan dosis maksimum OAE tidak dapat mengontrol bangkitan, ditambahkan OAE
kedua. Bila OAE kedua telah mencapai kadar terapi, maka OAE pertama diturunkan bertahap
perlahanlahan.
5. Penambahan OAE ketiga baru dilakukan setelah terbukti bangkitan tidak dapat diatasi dengan
penggunaan dosis maksimal kedua OAE pertama.
Diagnosa Keperawatan
1. Risiko jatuh d.d penurun kesadaran
2. Risiko Aspirasi d.d gangguan menelan
3. Deficit pengetahuan b.d kurang terpapar informasi
4. Risiko Perfusi Cerebral tidak efektif d.d Penurunan kinerja ventrikel kiri
5. Nyeri akut b.d agen pencedera fisik (trauma)
6. Pola nafas tidak efektif b.d gangguan neurologis
7. Gangguan pertukaran gas b.d Ketidakseimbangn ventalisi perfusi
8. Hipertermi b.d peningkatan metabolisme
9. Ansietas b.d kurng terpapar informasi
SDKI SLKI SIKI
D.0143 L.14138 I.14540
Risiko Jatuh Tingkat Jatuh Pncegahan Jatuh.
14513
Manajeen Keselamatan Lingkungan.

D.0006 L.01006 1.01011


Risiko Aspirasi Tingkat Aspirasi Manajemen Jalan Napas
D.0111 L. 12111 I.12383
Defisit Pengetahuan Status Nutrisi Edukasi kesehatan
D.0017 L.02014 I.09325
Risiko Perfusi Serebral Tidak Efektif Perfusi Serebral Manajemen Peningkatan Tekanan Intrakranial
D.0077 L.08066 I.08243
Nyeri akut Tingkat nyeri Pemberian analgesik
D.0005 L.01004 I.01011
POLA NAPAS TIDAK EFEKTIF POLA NAPAS MANAJEMEN JALAN NAPAS
D.0003 L.01003 1.01014
Gangguan Pertukaran Gas Pertukaran Gas Pemantauan Respirasi
1.01026
Terapi Oksigen
D.0130 L.14134 Termoregulasi L.12414
Hipertermi Edukasi Pengukuran Suhu Tubuh
I.12457
EDUKASI TERMOREGULASI
D.0080 L.09093 I.09314
Ansietas Tingkat Ansietas Reduksi Ansietas
08.
Asuhan Keperawatan Pada Tuan Dr Di
RSUD Abduk Muluk Lampung
● Identitas
kasus terjadi pada tuan DR berjenis kelamin laki-laki usia 20 thn
● Keluhan utama
~ keluhan utama
kejang
~keluhan utama saat pengkajian
lemas
● Diagnosis medis
Epilepsi
● Riwayat sekarang
1. Riwayat sekarang
Pasien laki- laki Tn. Dr berusia 22 tahun datang ke Poli Saraf RSUD. Abduk Muluk
dengan keluhan kejang sebaanyak 6 kali dalam 12 jam terakhir SMRS. Kejang
dirasakan pada seluruh tubuh dengan ektremitas kaku lalu menyentak disertai
kepala dan mata kearah atas yang berlangsung selama kurang lebih 1 menit. Kejang
disertai penurunan kesadaran selama kejang. Setelah kejang pasien merasa lemas.
Pasien tidak mengetahui penyebab kejang, kejang muncul tidak dipicu oleh melihat
cahaya, warna, atau benda benda tertentu.
● Riiwayat Kesehatan Dahulu
Pasien pernah mengalami keluhan serupa sebelumnya sejak kelas 5 SD (sudah 10 tahun) dan
minum obat rutin berupa fenitoin dan as. folat 3x sehari dan tidak pernah putus obat.
● Riwayat kesehatan Keluarga
Riwayat keluarga tidak diketahui ada yang terjangkit kejang
● Pemeriksaan Fisik
~ keadaan umum
Keadaan umum : lemas
GCS : I:4, V:5, M:6
~ pemeriksaan TTV
TD : 120?80 mmHg
N : 88 x/menit
RR : 28 x/menit
S : 36,5 C
● Pemeriksaan Neurologis: Tidak ditemukan kelainan pada Nervus I – Nervus XII.
● PEMERIKSAAN PENUNJANG
○ Pemeriksaan darah lengkap
Hb 16,0 g/dl (N)
GDS 104 mg/dl
Na 137 mmol/l (N)
leukosit 11.360/ul ()
K+ 3,7 mmol/l (N)
Trombosit 239.000/ul (N).
● TINDAKAN DAN TERAPI
○ Terapi medikamentosa
Infus RL gtt xx, antikonvulsi dengan pilihan
Phenobarbital 30 mg tab 2x1
Phenitoin 150mg 2x.
Neuroprotektor: B1B6 tab 2x1
Asam Folat tablet 0,5 mg 1x1
Ceftriaxone 1g 1x1
DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Resiko Jatuh d.d penurunan kesadaran


2. Ansietas b.d kurang terpapar informasi
3. Deficit pengetahuan b.d kurang terpapar informasi
NO SDKI SLKI SIKI
1 D.0136 L.14138 I.14540
Risiko Jatuh Tingkat Jatuh Pncegahan Jatuh.

14513
Manajeen
Keselamatan
Lingkungan.
2 D.0080 L.09093 I.09314
Ansietas Tingkat Ansietas Reduksi Ansietas
3 D.0111 L. 12111 I.12383
Defisit Pengetahuan Status Nutrisi Edukasi kesehatan
09.
Intervensi Jurnal
Terapi nonfarmakologis yang dapat diberikan pada epilepsi yang tidak berespon
terhadap pemberian obat adalah diet ketogenik yang merupakan diet spesial
tinggi lemak dan rendah karbohidrat. Diet ini akan menciptakan keadaan ketosis
yang dapat menurunkan frekuensi bangkitan epilepsi melalui beberapa cara
yaitu:
1. efek antikonvulsif badan keton;
2. penurunan eksitabilitas neuron oleh badan keton; dan
3. melalui efek pada jalur mTOR.

Diet ketogenik trigliserida rantai panjangmemberikan nutrisi berupa 3-4 gram


lemakuntuk setiap 1 gram karbohidrat dan protein.Total kalori yang diberikan
pada diet ketogenikdisesuaikan dengan kebutuhan kalori pasien.
TERIMAKASIH
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai